referat gigitan hewan

59
BAB I PENDAHULUAN Dalam praktik kedokteran di rumah sakit, cukup banyak dijumpai di instalasi gawat darurat, pasien datang sebagai korban gigitan binatang. Luka yang ditimbulkan dapat bervariasi dari ringan sampai berat, dari tidak berbahaya hingga ke taraf yang mematikan. Gigitan binatang dapat berupa gigitan anjing dan ular yang merupakan kasus terbanyak yang cukup mengkhawatirkan, kemudian disusul oleh gigitan oleh serangga dan binatang lain. Dewasa ini ilmu pengobatan semakin berkembang, namun masih banyak orang yang belum merasakan perkembangan tersebut dikarenakan ketidaktahuannya. Oleh karena itu dalam referat ini saya akan membahas mengenai penanganan dan pencegahan gigitan binatang, khususnya anjing dan ular,. Sumber data yang saya gunakan dalam penyusunan referat ini berasal dari beberapa jurnal elektronik dan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya, yang kemudian saya kombinasikan supaya lebih mudah untuk dipahami mengenai hal-hal yang penting dan utama. Referat ini dibuat dengan harapan dapat berguna bagi kepentingan umum dan meningkatkan kewaspadaan serta pengetahuan masyarakat mengenai penanganan dalam hal luka akibat gigitan binatang, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dalam kasus gigitan binatang. 1

Upload: aditya-prasetya-s

Post on 01-Dec-2015

322 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

penangan pertama dan pencegahan infeksi

TRANSCRIPT

Page 1: referat gigitan hewan

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam praktik kedokteran di rumah sakit, cukup banyak dijumpai di instalasi gawat

darurat, pasien datang sebagai korban gigitan binatang. Luka yang ditimbulkan dapat

bervariasi dari ringan sampai berat, dari tidak berbahaya hingga ke taraf yang mematikan.

Gigitan binatang dapat berupa gigitan anjing dan ular yang merupakan kasus terbanyak yang

cukup mengkhawatirkan, kemudian disusul oleh gigitan oleh serangga dan binatang lain.

Dewasa ini ilmu pengobatan semakin berkembang, namun masih banyak orang yang

belum merasakan perkembangan tersebut dikarenakan ketidaktahuannya. Oleh karena itu

dalam referat ini saya akan membahas mengenai penanganan dan pencegahan gigitan

binatang, khususnya anjing dan ular,. Sumber data yang saya gunakan dalam penyusunan

referat ini berasal dari beberapa jurnal elektronik dan hasil penelitian yang telah ada

sebelumnya, yang kemudian saya kombinasikan supaya lebih mudah untuk dipahami

mengenai hal-hal yang penting dan utama.

Referat ini dibuat dengan harapan dapat berguna bagi kepentingan umum dan

meningkatkan kewaspadaan serta pengetahuan masyarakat mengenai penanganan dalam hal

luka akibat gigitan binatang, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

dalam kasus gigitan binatang.

1

Page 2: referat gigitan hewan

BAB II

GIGITAN BINATANG

(1)Gigitan adalah masalah yang sangat umum dan dapat menyebabkan nyeri yang

signifikan dan dapat cepat berlanjut menjadi infeksi dan kekakuan di tangan. Pengobatan dini

dan tepat adalah kunci untuk meminimalkan potensi masalah dari gigitan.

Ketika binatang menggigit, bakteri dari mulutnya mencemari luka. Bakteri ini

kemudian dapat tumbuh dalam luka dan menyebabkan infeksi. Hasil infeksi beragam dari

ketidaknyamanan yang ringan sampai komplikasi yang mengancam jiwa.

Banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengembangan infeksi, termasuk jenis dan

lokasi, kondisi kesehatan yang merusak kekebalan (seperti diabetes, penyakit pembuluh

darah, kanker, HIV) yang sudah ada pada pribadi yang mengalami luka gigitan,

keterlambatan dalam pengobatan, kehadiran benda asing dalam luka (seperti potongan gigi),

dan jenis hewan yang menggigit individu.

2.1 GIGITAN ANJING

A. EPIDEMIOLOGI

(2)Kurangnya standar pelaporan di banyak negara membuat perkiraan akurat tentang

kejadian gigitan mamalia sulit untuk ditentukan. Bergantung pada keterangan lokal, kisaran

hewan yang menimbulkan gigitan sangat luas dan termasuk kucing besar (harimau, singa,

macan tutul), anjing liar, hyena, serigala (Eurasia), buaya, dan reptil lainnya. Seperti di

Amerika Serikat, gigitan paling banyak adalah dari anjing domestik. Di negara berkembang,

gigitan mamalia (terutama oleh gigitan anjing, kucing, rubah, sigung, dan rakun) membawa

resiko tinggi infeksi rabies.

2

Page 3: referat gigitan hewan

B. BAHAYA GIGITAN ANJING

Gigitan anjing biasanya menimbulkan luka tipe crushing karena gigi mereka bulat dan

rahang kuat. Anjing dewasa dapat mengerahkan tekanan 200 pon per inci persegi (psi), dan

beberapa anjing besar mampu mengerahkan tekanan 450 psi. Kekuatan yang ekstrim tersebut

dapat merusak struktur yang lebih dalam seperti tulang, pembuluh darah, tendon, otot, dan

saraf.

Gambar 1. Luka Pada Tangan Kiri Akibat Serangan Anjing Pitbull.

Gigitan pada tangan umumnya memiliki risiko tinggi untuk infeksi karena pasokan

darah yang relatif miskin, banyak struktur di tangan, dan pertimbangan anatomis yang

membuat pembersihan luka yang sulit memadai. Secara umum, semakin baik pasokan

pembuluh darah dan semakin mudah luka dibersihkan (contoh, laserasi vs tusukan), semakin

rendah risiko infeksi.

Bakteri umum yang terlibat dalam infeksi luka gigitan meliputi:

o Staphylococcus species

o Streptococcus species

o Eikenella species

o Pasteurella species

o Proteus species

o Klebsiella species

o Haemophilus species

o Enterobacter species

o DF-2 or Capnocytophaga canimorsus

3

Page 4: referat gigitan hewan

o Bacteroides species

o Moraxella species

o Corynebacterium species

o Neisseria species

o Fusobacterium species

o Prevotella species

o Porphyromonas species

(3)Rabies adalah penyakit virus akut yang menyebabkan encephalomyelitis di hampir

semua hewan berdarah panas termasuk manusia. Agen penyebab ditemukan di beberapa

hewan domestik dan hewan liar, dan ditularkan ke hewan lain dan ke manusia melalui kontak

dekat dengan air liur mereka (yaitu gigitan, goresan, jilatan pada kulit yang rusak dan selaput

lendir). Di daerah perkotaan, penyakit terutama ditularkan oleh anjing, yang bertanggung

jawab untuk sekitar 95% kasus gigitan hewan. Manusia adalah akhir dari infeksi dan

karenanya tidak memainkan peran apa pun dalam penyebarannya ke host baru.

C. GEJALA KLINIS

(4)Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bisa bervariasi antara 7

hari hingga 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena lamanya inkubasi

kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada anak-anak masa

inkubasi biasanya lebih pendek daripada orang dewasa. Lamanya masa inkubasi

dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan, lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke

sistem saraf pusat), derajat patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan. Luka pada

kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari.

Manifestasi klinis rabies dapat dibagi menjadi 4 stadium: (1) prodromal non spesifik,

(2) ensefalitis akut yang mirip dengan ensefalitis virus lain. (3) disfungsi pusat batang otak

yang mendalam yang menimbulkan gambaran klasik ensefalitis rabies, dan (4) koma rabies

yang mendalam.

4

Page 5: referat gigitan hewan

Periode prodromal biasanya menetap selama 1 sampai 4 hari dan ditandai dengan

demam, sakit kepala, malaise, mialgia, mudah terserang lelah (fatigue), anoreksia, nausea,

dan vomitus, nyeri tenggorokan dan batuk yang tidak produktif.

Gejala prodromal yang menunjukkan rabies adalah keluhan parestesia dan/atau

fasikulasi pada atau sekitar tempat inokulasi virus dan mungkin berhubungan dengan

multiplikasi virus dalam ganglion dorsalis saraf sensoris yang mempersarafi area gigitan.

Gejala ini terdapat pada 50% sampai 80% pasien.

Stadium prodormal dapat berlangsung hingga 10 hari, kemudian penyakit akan

berlanjut sebagai gejala neurologik akut yang dapat berupa furious atau paralitik.

Fase ensefalitis biasanya ditunjukkan oleh periode aktivitas motorik yang berlebihan,

rasa gembira, dan gelisah. Muncul rasa bingung, halusinasi, combativeness, penyimpangan

alur pikiran yang aneh, spasme otot, meningismus, posisi opistotonik, kejang, dan paralisis

fokal. Yang khas, periode penyimpangan mental yang diselingi dengan periode lucid tapi

bersama dengan berkembangnya penyakit, periode lucid menjadi lebih pendek sampai

pasien akhirnya menjadi koma. Hiperestesi, dengan sensitivitas yang berlebihan terhadap

cahaya terang, suara keras, sentuhan, bahkan rangsangan oleh udara sering terjadi. Pada

pemeriksaan fisis, suhu tubuh naik hingga 40,6ºC. Abnormalitas sistem saraf otonom

meliputi dilatasi pupil yang ireguler, lakrimasi meningkat, salivasi, dan berkeringat berlebih.

Juga terdapat tanda paralisis motor neuron bagian atas dengan kelemahan, meningkatnya

refleks tendo profunda, dan respon ekstensor plantaris. Paralisis pita suara biasa terjadi.

Manifestasi disfungsi batang otak segera terjadi setelah mulainya fase ensefalitis.

Terkenanya saraf kranialis menyebabkan diplopia, dan kesulitan menelan yang khas.

Gabungan salivasi yang berlebihan dan kesulitan menelan menimbulkan gambaran

tradisional “foaming at the mouth”. Hidrofobia, tampak pada sekitar 50% kasus. Pasien

menjadi koma dengan terkenanya pusat respirasi oleh virus, yang akan menimbulkan

kematian apneik. Menonjolnya disfungsi batang otak dini membedakan rabies dari

ensefalitis virus lainnya. Daya tahan hidup rata-rata setelah mulainya gejala adalah 4 hari,

dengan maksimum 20 hari, kecuali diberikan tindakan bantuan artifisial.

D. PENANGANAN PERTAMA

5

Page 6: referat gigitan hewan

(3)Perlakuan pasca pajanan adalah melalui tiga cabang pendekatan. Ketiganya

mempunyai peranan yang sama penting dan harus dilakukan.

Managemen luka

Imunisasi pasif

Imunisasi aktif

Pembersihan luka

Sejak virus rabies memasuki tubuh manusia melalui gigitan atau goresan, sangat

penting untuk menghapus sebanyak mungkin air liur dan juga virus dari luka seperti yang

dimungkinkan oleh pembersihan luka yang efisien, yang seharusnya tidak mengakibatkan

trauma tambahan. Karena virus rabies dapat bertahan dan bahkan berkembang biak pada

tempat gigitan untuk waktu yang lama, pembersihan luka harus dilakukan bahkan jika

pasien terlambat melaporkan.

Hal ini dapat dilakukan dengan pencucian yang menyeluruh yang dilakukan cepat dan

lembut dengan sabun atau deterjen dan pembilasan luka dengan air mengalir selama 10

menit. Jika sabun dan deterjen tidak segera tersedia, cuci dengan air yang mengalir minimal

10 menit. Hindari menyentuh langsung luka dengan tangan kosong. Mengingat pentingnya

langkah tersebut, klinik anti rabies seharusnya memiliki fasilitas mencuci luka.

Penerapan tanah, cabe, oli, dll adalah tidak perlu dan malah merusak. Dalam kasus

dengan tanah, cabe, minyak dll yang telah diterapkan pada luka, cukup cuci lembut dengan

sabun atau deterjen untuk menghilangkan bahan asing, khususnya minyak, harus dilakukan

dan segera diikuti dengan pembilasan dengan jumlah air yang berlebih selama 10 menit.

Perlu dicatat bahwa pencucian luka dengan segera adalah prioritas. Namun, korban

tidak boleh kehilangan makna dari pembersihan luka, selama ada luka yang belum

tersembuhkan yang dapat dicuci bahkan jika pasien terlambat melaporkan. Manfaat

maksimal dari mencuci luka diperoleh ketika luka segar segera dibersihkan. Menjahit luka

harus dihindari sedapat mungkin. Jika tidak dapat dihindari, jahitan longgar harus diterapkan

setelah pengobatan lokal yang memadai bersama dengan infiltrasi serum anti rabies yang

tepat.

6

Page 7: referat gigitan hewan

Kauterisasi dari luka tidak lagi dianjurkan karena meninggalkan bekas luka yang

sangat buruk, dan tidak memberi keuntungan tambahan bila dibandingkan dengan mencuci

luka dengan air dan sabun. Injeksi tetanus toksoid harus diberikan kepada individu yang

tidak diimunisasi. Untuk mencegah sepsis pada luka, prosedur pemberian antibiotik yang

sesuai dapat direkomendasikan.

Setelah mencuci menyeluruh dan pengeringan luka, salah satu agen kimia yang

tersedia harus diterapkan: Savlon (dalam pengenceran sesuai yang direkomendasikan),

Dettol (dalam pengenceran sesuai yang direkomendasikan), yodium povidone, alkohol dll.

Type of contact with a suspect or

confirmed rabid domestic or wild

animal, or animal unavailable for

observation

I. Touching or feeding of animals

Licks on intact skin

 

II. Nibbling of uncovered skin

Minor scratches or abrasions

without bleeding

Licks on broken skin

 

III. Single or multiple transdermal

bites or scratches Contamination

of mucous membrane with saliva

(i.e. licks)

 

   Recommended treatment.

 

None, if reliable case history is available

Administer vaccine immediately. Stop

treatment if animal remains healthy

throughout an observation period of 10

days or if animal is killed humanely and

found to be negative for rabies by

appropriate laboratory techniques

Administer rabies immunoglobulin and

vaccine immediately. Stop treatment if

animal remains healthy throughout an

observation period of 10 days or if

animal is killed humanely and found to

be negative for rabies by appropriate

laboratory techniques.

7

Page 8: referat gigitan hewan

A. Exposure to rodents, rabbits and hares seldom, if ever, requires specific anti-

rabies treatment

B. If an apparently healthy dog or cat in or from a low-risk area is placed under

observation, the situation may warrant delaying initiation of treatment

C. This observation period applies only to dogs and cats. Except in the case of

threatened or endangered species, other domestic and wild animals suspected

as rabid should be killed humanely and their tissues examined using

appropriate laboratory techniques

Source : Guidelines for post-exposure treatment in 8th Report of the

WHO Expert Committee on Rabies,

             WHO Technical report Series 824, 1992

Tabel 1. Panduan WHO untuk Penanganan Paska Pajanan Rabies

D.PENGOBATAN

(2)Topik ini adalah salah satu hal yang paling kontroversial dalam perawatan luka,

karena mengingat bahwa perawatan luka yang tepat (inspeksi, debridemen, irigasi,

penutupan, jika diindikasikan) lebih mengurangi infeksi dibandingkan dengan pemberian

antibiotik. Secara umum, luka berisiko rendah tidak memerlukan profilaksis antibiotik.

Namun, terapi ini direkomendasikan untuk luka yang berisiko tinggi (misalnya, gigitan

kucing yang berupa tusukan, gigitan ke tangan, cedera hancur yang besar, keterlambatan

pelaporan luka, kesehatan umum yang buruk).

Tujuan dari terapi awal adalah untuk mengatasi staphylococci, streptococci, anaerob,

dan spesies Pasteurella. Antibiotik profilaksis dapat diberikan untuk 3 - 5 hari saja. Terapi

oral lini pertama adalah amoksisilin dan klavulanat. Untuk infeksi risiko tinggi, dosis

pertama antibiotik intravena dapat diberikan (yaitu, ampisilin-sulbaktam, tikarsilin-

klavulanat, piperasilin-tazobactam, atau carbapenem). Kombinasi terapi oral lainnya

termasuk cefuroxime ditambah klindamisin atau metronidazole, fluoroquinolone ditambah

8

Page 9: referat gigitan hewan

klindamisin atau metronidazol, sulfamethoxazole dan trimethoprim ditambah klindamisin

atau metronidazole, penisilin ditambah klindamisin atau metronidazol, amoksisilin ditambah

klindamisin atau metronidazol dan azitromisin yang kurang efektif atau doksisiklin ditambah

klindamisin atau metronidazol. Jika luka terinfeksi, rangkaian antibiotik dianjurkan 10 hari

atau lebih.

(3)Imunisasi pasif menggunakan Imunoglobulin rabies

Antirabies serum / ERIG: Serum antirabies memberikan kekebalan pasif dalam bentuk

antibodi antirabies siap pakai untuk selama tahap awal infeksi. Antirabies serum (ARS)

memiliki sifat mengikat virus rabies, sehingga mengakibatkan hilangnya infektivitas virus.

Sebuah versi dimurnikan dari serum antirabies yang disebut sebagai equine rabies

immunoglobulins (ERIG) sekarang juga tersedia.

Human Rabies Imunoglobulin (HRIG): HRIG bebas dari efek samping yang dihadapi

pada serum heterolog, dan karena waktu paruh yang lebih lama, maka cukup diberikan

dalam setengah dosis ERIG. Serum antirabies harus selalu disimpan dalam suhu kamar (20 -

25oC) sebelum digunakan.

Dosis Imunoglobulin rabies: Dosis ERIG serum adalah 40 iu per kg berat badan pasien

dan diberikan setelah pengujian sensitivitas, sampai maksimum 3000 iu. ARS yang

diproduksi di India mengandung 300 iu, per ml. Dosis dari imunoglobulin rabies manusia

(HRIG) adalah 20 iu badan per kg berat badan (Maksimum 1500 i.u.). HRIG tidak

memerlukan pengujian sensitivitas sebelumnya. Persiapan HRIG tersedia pada konsentrasi

150 iu per ml. Dalam Kategori III dari gigitan hewan, serum antirabies setelah uji sensitifitas

diinfiltrasikan dalam dan di sekitar luka bahkan jika lesi telah mulai menyembuh, diikuti

dengan pemberian vaksin antirabies.

Toleransi dan efek samping: Dengan HRIG, mungkin ada nyeri sementara di tempat

suntikan dan peningkatan singkat suhu tubuh yang tidak memerlukan pengobatan apapun.

Reaksi kulit sangat jarang. HRIG tidak boleh diberikan secara intravena karena ini dapat

menghasilkan gejala-gejala syok, terutama pada pasien dengan sindrom defisiensi antibodi.

Dengan antiserum yang berasal dari kuda, shock anafilaksis dapat terjadi dan dengan

demikian pengujian sensitivitas adalah wajib sebelum memberikan ERIG. Tes kulit dapat

9

Page 10: referat gigitan hewan

dilakukan sesuai petunjuk yang diberikan produsen dalam produk.

Jika tidak, sebagai pedoman umum imunoglobulin heterolog dapat diencerkan 1:10 pada

garam fisiologis steril dan 0,1-0,2 ml dapat diberikan intradermal di fleksor lengan bawah.

Suntikan intradermal dengan larutan garam fisiologis yang setara dapat digunakan sebagai

kontrol. Bacaan yang dibuat 15 menit kemudian dapat dianggap positif jika eritema (> 6

mm), odema lokal atau didapati reaksi sistemik dan kontrol negatif.

Sebuah tes kulit negatif tidak boleh meyakinkan dokter bahwa tidak ada reaksi anafilaksis

akan terjadi. Mereka yang mengelola ERIG harus selalu siap untuk mengobati reaksi

anafilaksis awal dengan adrenalin. Dosisnya adalah 0,5 ml o (0,1 persen solusi (1 dalam

1000, 1mg/ml) untuk orang dewasa dan 0,01 ml / kg berat badan untuk anak-anak,

disuntikkan subkutan atau IM. Jika pasien sensitif terhadap ERIG, HRIG harus digunakan.

Jika imunoglobulin tidak diberikan saat vaksinasi dimulai, dapat diberikan sampai hari

ketujuh setelah pemberian dosis pertama vaksin. Di luar hari ketujuh, Imunoglobulin Rabies

(RIG) tidak diindikasikan karena respon antibodi terhadap vaksin rabies anti dianggap telah

terjadi.

Imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam jarum suntik yang sama atau di lokasi

anatomi yang sama seperti vaksin.

Tissue Culture Vaccines (TCVs)

Telah ada peningkatan penggunaan Vaksin Kultur Jaringan (TCVs) di India. Tiga jenis

vaksin yang saat ini tersedia adalah:

Human diploid cell strain vaccine (HDCV)

Purifed chick embryo cell vaccine (PCEC)

Purified Vero cell vaccine (PVRV)

Seperti yang direkomendasikan oleh Komite Ahli WHO dalam Rabies (1992),

rangkaian untuk profilaksis pasca pajanan harus terdiri dari lima suntikan (Harian 0, 3, 7, 14

dan 28). Injeksi keenam (D90) harus dipertimbangkan sebagai opsional, tapi harus

10

Page 11: referat gigitan hewan

dipertimbangkan untuk orang-orang yang kekebalannya kurang, dan pada usia ekstrem dan

pada terapi steroid. Hari 0 menunjukkan hari injeksi pertama.

Dosis vaksin per injeksi adalah 1 ml untuk HDCV dan vaksin PCEC dan 0,5 ml untuk

PVRV terlepas dari usia dan berat. Dosis PVRV yang diproduksi oleh Pasteur Institute of

India, Coonoor adalah 1 ml per injeksi.

Indikasi: Semua kasus gigitan hewan, terlepas dari keparahan paparan, memerlukan

jumlah suntikan dan dosis per injeksi yang sama. Kategori III membutuhkan administrasi

imunoglobulin rabies seperti yang dibahas sebelumnya

Situs inokulasi: Wilayah deltoideus sangat ideal untuk inokulasi vaksin ini. Daerah

gluteal tidak dianjurkan karena lemak hadir di wilayah ini dan memperlambat penyerapan

antigen dan karenanya merusak generasi kekebalan yang optimal.

Efek samping dengan vaksin kultur jaringan: vaksin kultur jaringan ini secara luas

diterima setidaknya sebagai vaksin rabies yang reaktogenik yang tersedia saat ini. Berbagai

penelitian sekarang menunjukkan bahwa efek samping dapat bersifat umum atau alergi.

Reaksi samping yang umum termasuk lengan sakit, sakit kepala, malaise, mual, demam dan

edema lokal di tempat suntikan. Pengobatan simtomatik mungkin diperlukan.

Pergeseran dari satu merek ke merek TCV lain juga tidak dianjurkan, sebagaimana

literatur mendukung bahwa kekebalan yang baik yang terbaik dicapai dengan merek yang

sama.

Mengelola pajanan yang terjadi setelah profilaksis pra pajanan menggunakan TCV

Jika seseorang yang divaksinasi terkena rabies setelah profilaksis pra-pajanan yang

direkomendasikan, pembersihan luka yang baik harus dilakukan dan dua dosis IM Vaksin

Kultur Jaringan diberikan pada hari ke 0 dan 3. Pengobatan dengan RIG tidak diperlukan.

Profilaksis prapajanan mungkin ditawarkan kepada kelompok risiko tinggi seperti

petugas laboratorium yang menangani virus dan bahan yang terinfeksi, dokter dan para-

medis yang mengobservasi kasus anjing gila, dokter hewan, pawang binatang dan

11

Page 12: referat gigitan hewan

penangkap, sipir satwa liar, petugas karantina dan wisatawan dari daerah bebas rabies untuk

daerah endemis rabies. Imunisasi prapajanan harus tiga dosis IM penuh TCV diberikan pada

hari 0, 7 dan 28 atau 0, 28 dan 56 diikuti dengan booster pada satu tahun dan kemudian

booster setiap tiga tahun.

Pendekatan kepada pasien yang membutuhkan Imunoglobulin Rabies ketika tidak ada

yang tersedia

Dalam keadaan di mana tidak ada imunoglobulin tersedia proritas lebih besar harus

diberikan untuk pembersihan luka yang baik diikuti dengan jadwal vaksin kultur jaringan

dengan dosis ganda pada hari 0 pada 2 lokasi intramuskuler yang berbeda (0 hari - 2 dosis,

masing-masing di deltoid kiri dan kanan, 3, 7, 14 dan 28 hari).

Manajemen paparan hewan gigitan pada wanita hamil dan ibu menyusui

Kehamilan dan menyusui bukanlah kontraindikasi untuk vaksinasi rabies. Profilaksis

pasca kejadian terhadap rabies mempunyai prioritas di atas pertimbangan lainnya karena

merupakan prosedur penyelamatan hidup. Selain itu, vaksin rabies tidak memiliki efek

buruk pada janin, ibu, dan jalannya kehamilan. Oleh karena itu pengobatan lengkap pasca

pajanan harus diberikan tergantung pada kategori pajanan.

F. PENCEGAHAN

(3)Meskipun hewan yang tidak divaksinasi lebih mungkin menularkan rabies, hewan

yang telah divaksinasi juga dapat melakukannya jika vaksinasi hewan tidak efektif untuk

alasan apapun. Risiko anjing yang terinfeksi rabies sangat berkurang jika tampak sehat dan

ada dikonfirmasi sejarah vaksinasi dengan minimal dua imunisasi dengan vaksin rabies

ampuh dalam dua tahun terakhir.

2.2 GIGITAN ULAR

12

Page 13: referat gigitan hewan

(5)Sejak zaman kuno, ular telah disembah, ditakuti, atau dibenci di Asia Selatan. Kobra

muncul dalam banyak kisah dan mitos dan dianggap suci oleh umat Hindu dan Buddha.

Sayangnya, ular tetap menjadi kenyataan yang menyakitkan dalam kehidupan sehari-hari

jutaan warga desa di wilayah ini.

(6)Ular berbisa kebanyakan termasuk dalam famili Colubridae, tetapi pada umumnya

bisa yang dihasilkannya bersifat lemah. Contoh ular yang termasuk famili ini adalah ular sapi

(Zaocys carinatus), ular tali (Dendrelaphis pictus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), dan

ular serasah (Sibynophis geminatus). Ular berbisa kuat yang terdapat di Indonesia biasanya

masuk dalam famili Elapidae, Hydropiidae, atau Viperidae. Elapidae memiliki taring pendek

dan tegak permanen. Beberapa contoh anggota famili ini adalah ular cabai (Maticora

intestinalis), ular weling (Bungaruscandidus), ular sendok (Naja sumatrana), dan ular king

kobra (Ophiophagus hannah).Viperidae memiliki taring panjang yang secara normal dapat

dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang menyerang mangsanya. Ada

dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae dan Crotalinae. Crotalinae memiliki organ

untuk mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ), yang terletak di antara lubang hidung

dan mata. Beberapa contoh Viperidae adalah ular bandotan (Vipera russelli), ular tanah

(Calloselasma rhodostoma), dan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).

A. EPIDEMIOLOGI

(5)Gigitan ular adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling diabaikan

di masyarakat pedesaan miskin yang tinggal di daerah tropis. Karena salah pelaporan yang

serius, beban sebenarnya dari gigitan ular tidak diketahui. Asia Selatan adalah wilayah dunia

yang terkena paling parah, karena kepadatan penduduk yang tinggi, kegiatan pertanian luas,

banyak spesies ular berbisa, dan kurangnya program fungsional pengendalian gigitan ular.

Gigitan ular adalah cedera pekerjaan yang mempengaruhi petani, pekebun, peternak,

dan nelayan. gaya huni terbuka dan praktek tidur di lantai juga mengekspos orang untuk

tergigit dari ular nokturnal.

India memiliki jumlah tertinggi kematian akibat gigitan ular di dunia dengan 35,000-

50,000 orang meninggal per tahun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di

Pakistan, 40.000 gigitan dilaporkan setiap tahun, yang menghasilkan sampai dengan 8.200

korban jiwa. Di Nepal, lebih dari 20.000 kasus envenoming terjadi setiap tahun, dengan

13

Page 14: referat gigitan hewan

1.000 kematian dicatat. Di Sri Lanka, sekitar 33.000 korban gigitan ular berbisa setiap

tahunnya dilaporkan dari rumah sakit pemerintah. Sebuah survei dilakukan di 21 pos dari 65

distrik administratif Bangladesh memperkirakan kejadian tahunan sebesar 4,3 per 100.000

populasi dan 20% kasus kematian. Namun, data epidemiologi yang ada tetap terfragmentasi

dan dampak sebenarnya dari gigitan ular sangat mungkin dianggap remeh.

(7)Keracunan dari gigitan ular adalah masalah seluruh dunia dan mengakibatkan sekitar

30.000 kematian tahunan. Di Amerika Serikat, antara 40.000 dan 50.000 orang digigit ular

setiap tahun, dari 8.000 sampai 10.000 berasal dari ular berbisa, 15 yang yang fatal.

Di Costa Rica, sebuah negara dengan berbagai macam ular berbisa hampir 700 orang digigit

ular setiap tahun, dengan 10 sampai 15 kematian. Bothrops asper menyumbang lebih dari

50% dari gigitan ular dan sebagian besar kematian.

B. POTENSI BAHAYA

(5)Terdapat keyakinan bahwa gigitan ular pasti menghasilkan keracunan. Namun,

gigitan oleh ular yang tidak berbisa yang umum dan gigitan oleh spesies berbisa tidak selalu

disertai dengan suntikan racun (gigitan kering). Selain itu, gejala yang berhubungan dengan

panik atau stres kadang-kadang meniru gejala envenoming awal, dokter mungkin memiliki

kesulitan dalam menentukan apakah envenoming terjadi atau tidak. Ketika envenoming

terjadi, dapat dengan cepat mengancam jiwa. Bisa ular adalah campuran kompleks dari

racun dan enzim, yang masing-masing mungkin bertanggung jawab untuk satu atau lebih

tindakan beracun yang berbeda.

(8)Gigitan ular biasanya dikategorikan menurut tindakan utama dari racun mereka ke

sitotoksik, haemotoksik dan neurotoksik. Namun, banyak ular menyuntikkan berbagai

senyawa beracun yang dapat menyebabkan lebih dari satu jenis sindrom.

(6)Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular

tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat

dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa

terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil,

dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.

14

Page 15: referat gigitan hewan

Gambar 2. Bekas Gigitan Ular.

(A) Ular tidak berbisa tanpa bekas taring, (B) Ular berbisa dengan bekas taring

Sifat Bisa, Gejala, dan Tanda Gigitan Ular

Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi bisa

hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem pembuluh darah; bisa

neurotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu

bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan. Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit

menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang

diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi

kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai

spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan

tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal,

pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi

lokal, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).

(8)Mulut ular dan gigitannya memiliki sangat sedikit mikroorganisme, dan racun

memiliki sifat antibakteri. Ketika infeksi terjadi, organisme yang bertanggung jawab

biasanya Gram-negatif Enterobacteriaceae. Gas gangren dan tetanus belum dijelaskan dalam

penelitian gigitan ular di Afrika selatan.

(7)Dalam penelitian di Costa Rica, infeksi bakteri awal adalah hal biasa. Mulut ular ini

sangat dijajah oleh banyak bakteri, akibatnya jaringan terluka memungkinkan proliferasi

15

Page 16: referat gigitan hewan

bakteri. Arroyo dkk. menemukan kejadian yang tinggi dari kuman anaerob, termasuk

Clostridium spp dan organisme aerobik, seperti vulgaris Proteus, Morganella morganii,

Proteus mirabilis, Providencia spp, Klebsiella spp, Pseudomonas spp, dan Escherichia coli

pada rongga mulut ular berbisa (Bothrops asper, Lachesis mutasi, Crotalus durissus) .

Bolaños dan Brunker melaporkan konsentrasi bakteri anaerobik dan aerobik 3 x 1024 CFU /

ml dalam racun B. asper dan C. durissus durissus. Informasi ini berguna untuk memilih

terapi antibakteri yang sesuai.

Racun ular Viperidae terdiri dari protein beracun termasuk myotoxins, antikoagulan,

clothing toxins, nephrotoxins, dan neurotoksin. Kombinasi dari efek racun dapat membuat

keadaan patofisiologi yang kompleks ditandai dengan efek lokal segera dan berbagai

gangguan sistemik yang mungkin terjadi segera atau ditunda.

(8)Sebagian besar pasien yang mengalami komplikasi berat perlu beberapa bentuk

intervensi medis aktif. Komplikasi yang paling umum dari gigitan ular adalah haemotoxicity

(59%), biasanya melibatkan trombositopenia yang signifikan (didefinisikan sebagai

trombosit < 50 × 109/l), administrasi antivenom diperlukan. Mekanisme trombositopenia

akut tidak sepenuhnya dipahami, tetapi antivenom cepat membalikkan efek dan lebih disukai

untuk penggantian trombosit.

(5)Masalah yang sering dilupakan adalah mengenai spesies nonvenomous atau sedikit

berbisa. Mereka mewakili sebagian besar ular hidup, dan mungkin disalah artikan sebagai

ular berbisa dan / atau terlibat dalam gigitan ular di Asia Selatan

C. GEJALA KLINIS

(9) Terdapat lima sindrom standar klinik:

a) Envenoming Lokal (pembengkakan dll) dengan perdarahan / gangguan pembekuan

(Viperidae)

b) Envenoming Lokal (dll pembengkakan) dengan gangguan perdarahan / pembekuan,

shock atau cedera akut ginjal dan nuroparalysis,

c) Envenoming Lokal (pembengkakan dll) dengan kelumpuhan.

d) Kelumpuhan dengan envenoming lokal minimal atau tidak ada, dan16

Page 17: referat gigitan hewan

e) Kelumpuhan dengan urin berwarna coklat tua dan cedera ginjal akut

(7)Klasifikasi nilai keracunan:

Grade 0. Tidak adanya tanda atau gejala, administrasi antivenom tidak diperlukan;

Grade 1. Ringan - pembengkakan lokal, nyeri, dan eritema, tidak ada manifestasi

sistemik; temuan laboratorium normal; antivenom dosis awal 4 sampai 5 botol;

Grade 2. Sedang - pembengkakan progresif di sekitar lokasi gigitan dan satu atau

lebih manifestasi sistemik; temuan laboratorium abnormal, seperti penurunan

hematokrit atau trombosit; antivenom dosis awal 6 sampai 10 botol;

Grade 3. Parah - manifestasi sistemik Ditandai dan perubahan signifikan dalam

temuan laboratorium; antivenom dosis awal 11 botol atau lebih.

Sebuah gangguan koagulasi diidentifikasi karena kehadiran dari: hematuria, tes guaiac

tinja positif, perdarahan gusi atau situs tertusuk, kelainan koagulasi, atau / dan

trombositopenia. Russell viper dapat menyebabkan gagal ginjal akut dan neurotoksisitas.

Ketika ular Coral menggigit, bisa ini diperkenalkan ke dalam jaringan subkutan dan

disebarluaskan oleh pembuluh limfatik dan darah. Saat mencapai sambungan

neuromuskuler, racun menghasilkan depolarizing blok sinaptik dengan konsekuensi flaccid

paralysis. Salah satu tanda-tanda pertama toksisitas adalah ptosis, diikuti oleh

ophthalmoplegia, diplopia, disarthria, dan kelemahan otot.

(5)Diantara ular Elapidae, gigitan oleh N. naja dan N. kaouthia dapat menyebabkan

pembengkakan lokal yang signifikan dan kadang-kadang nekrosis luas jaringan ekstremitas

yang digigit, sedangkan gigitan oleh kraits atau ular laut biasanya tidak menyebabkan tanda-

tanda envenoming lokal dan dapat hampir tanpa rasa sakit. Racun Cobra terutama berisi

postsynaptic neurotoksin, yang mengikat dan memblok reseptor asetilkolin di sambungan

neuromuskuler, sementara racun Krait mengandung racun presynaptic yang merusak ujung

saraf.

Otot luar mata sangat sensitif terhadap blokade neuromuskuler, yang mengakibatkan

terkulainya kelopak mata atas (ptosis bilateral), merupakan tanda awal dari kelumpuhan

yang sering diamati. Pasien sering tidak dapat menjulurkan lidah mereka di luar gigi seri dan

17

Page 18: referat gigitan hewan

mungkin hadir dengan kesulitan berbicara atau menelan. Kelemahan tungkai, hilangnya

refleks tendon dalam, dan pupil melebar. Setelah mencapai kelumpuhan diafragma dan otot-

otot interkostal, korban biasanya meninggal karena kegagalan pernafasan jika mereka tidak

berventilasi memadai.

Keracunan oleh kobra, kraits dan di beberapa daerah oleh Russell viper sering

menyebabkan kelumpuhan progresif yang bersifat menurun. Mencari tanda patah leher, yang

disebabkan oleh kelumpuhan dari otot-otot fleksor leher, harus menjadi bagian dari penilaian

klinis rutin pasien. Dalam hal ini meskipun pengobatan dengan antivenom, neuroparalysis

berlangsung selama lima hari, tapi tanpa perkembangan menuju kegagalan pernafasan

Gigitan oleh ular-ular berbisa di daerah ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan

lokal, neuroparalysis, pendarahan sistemik, myotoxicity umum, gagal ginjal akut, atau

kombinasi kompleks dari ini.

D. PENANGANAN PERTAMA

(7)Rekomendasi penanganan pertama untuk gigitan ular termasuk membersihkan

daerah gigitan dengan sabun dan air dan memfiksasi anggota tubuh yang terluka supaya

tidak bergerak. Dianjurkan mengangkut korban ke rumah sakit terdekat untuk administrasi

antivenom sesegera mungkin

(5)Korban gigitan harus diyakinkan, anggota tubuh yang digigit difiksasi dengan bidai

darurat atau selempang, dan pasien diangkut. Berjalan merupakan kontraindikasi, karena

kontraksi otot memudahkan penyerapan racun.

(6)Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular

Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:

1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular sebelum

korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain

yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat

penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum

mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang

18

Page 19: referat gigitan hewan

membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis. Metode

pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi

(membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau

menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau

kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah

bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan

terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan

pendarahan lokal.

2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan

senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan

penyerapan bisa.

3. Pengobatan gigitan ular

Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode

penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi

(pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang

digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti

manfaatnya.

4. Terapi yang dianjurkan meliputi:

a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.

b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan

lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang

tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan.

Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan

jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu.

19

Page 20: referat gigitan hewan

Gambar 3. Imobilisasi Bagian Tubuh Menggunakan Perban.

Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan

torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.

c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan

nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan

resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan

shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba

memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot

rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.

d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka

diberikan satu dosis toksoid tetanus.

e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.

f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.

g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka

sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia,

antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular.

20

Page 21: referat gigitan hewan

(9)Literatur menyimpulkan bahwa imobilisasi tekanan efektif dalam kasus gigitan ular

elapid jika dilakukan dengan benar. Jangkauan tekanan yang dianjurkan > 40 mmHg dan

<70 mm Hg untuk tungkai atas,> 55 dan <70 mm Hg di tungkai bawah. Sebuah estimasi

bidang praktis di atas adalah pembalut ketat dan nyaman di mana masih dapat dilalui jari.

Perban tidak boleh diterapkan terlalu ketat untuk menjadi tourniquet karena hal ini akan

menyebabkan nekrosis jaringan. Oleh banyak penulis, penekanan tidak dianjurkan untuk

gigitan nonelapide. Gigitan di mana ada rasa sakit dan pembengkakan lokal mungkin terkait

dengan racun yang terjebak di situs lokal yang mungkin diperburuk oleh imobilisasi

tekanan.

(5)Perawatan tradisional popular meliputi mantra, sayatan, upaya untuk menghisap

racun dari situs gigitan, dan penerapan jamu atau batu ular. Langkah-langkah tradisional

sangat kontraindikasi karena mereka tidak efektif dan dalam kebanyakan kasus merugikan.

Sebagai contoh, torniket tidak dapat dengan aman dibiarkan dalam waktu lama tanpa risiko

kerusakan lokal yang parah termasuk iskemia, nekrosis dan gangren.

Pada tahun 1979, Sutherland dkk. merekomendasikan metode tekanan-imobilisasi

sebagai metode bantuan alternatif pertama yang efektif. Menurut penulis, anggota badan

yang digigit harus terikat kuat dengan balutan krep, mulai distal di sekitar jari-jari kaki atau

ibu jari dan bergerak ke proksimal. Meskipun teknik ini telah banyak dipromosikan di

Australia, kemanjurannya masih kontroversial. Sebagai contoh, sebuah penelitian terbaru di

Australia menunjukkan bahwa perban krep jarang dihasilkan tekanan yang optimal

dibandingkan dengan perban elasticized. Dalam sebuah penelitian di India, tekanan-

imobilisasi ditemukan menjadi sulit diterapkan dengan benar meskipun sebelumnya

dilakukan pelatihan intens oleh penyedia layanan. Dalam penelitian di Australia, pelatihan

itu meningkatkan kemampuan peserta untuk menerapkan perban elasticized, dan dalam

sebuah penelitian di Papua Nugini, peserta yang tinggal di wilayah di mana gigitan ular yang

umum sangat berhasil dalam memperoleh dan mempertahankan kemampuan dengan benar

dalam menerapkan tekanan-imobilisasi (D. Williams, komunikasi pribadi). Metode ini,

bagaimanapun, kontraindikasi untuk gigitan viper dan kobra karena dapat meningkatkan

kerusakan jaringan lokal dan dapat berkontribusi menunda transportasi korban ke pusat

pengobatan.

21

Page 22: referat gigitan hewan

E. TINDAKAN LANJUTAN

(5)Identifikasi spesies ular sangat penting untuk manajemen klinis yang optimal,

karena memungkinkan dokter untuk memilih pengobatan yang tepat, mengantisipasi

komplikasi, dan oleh karena itu untuk memperbaiki prognosis.

(8)Administrasi antivenom merupakan hal terpenting dalam memperlakukan gigitan

ular yang mengancam kehidupan atau cedera tungkai yang berat. Dosis yang diberikan

berkaitan dengan jenis gigitan ular dan jumlah racun yang disuntikkan, dan tidak pada berat

badan pasien. Ini berarti bahwa dosis tidak perlu dikurangi pada anak.

(5)Imunoterapi adalah satu-satunya pengobatan spesifik untuk keracunan gigitan ular.

Antivenom dihasilkan oleh fraksinasi plasma yang diperoleh dari hewan yang diimunisasi,

biasanya kuda. Mereka dapat berupa monovalen atau polivalen, tergantung pada jumlah

spesies (tunggal atau ganda) sesuai dengan venom yang digunakan untuk imunisasi.

Meskipun antivenom monovalen sering dianggap lebih berkhasiat, produksi antivenom

polivalent lebih disukai di banyak negara karena identifikasi spesies ular umumnya tidak

mungkin bagi dokter yang waktu tersebut hadir.

(8)Keputusan menggunakan antivenom tidak boleh dianggap enteng, dan dokter harus

menimbang risiko dan keuntungan. Pemahaman tentang karakteristik dari keduanya, yaitu

racun dan antivenom adalah yang terpenting. Bisa ular dapat menyebabkan reversibel

(koagulopati misalnya, seperti trombositopenia) dan irreversibel (pembengkakan parah

misalnya dengan nekrosis dan kematian jaringan) cedera. Antivenom digunakan secara

berkala dapat mencegah perkembangan cedera dari menjadi parah atau mengancam hidup,

dan dapat menyelamatkan jiwa dalam kasus neurotoksisitas akut. Di sisi lain adalah dampak

negatif dari antivenom tersebut. Dalam semua kasus dimana antivenom yang akan diberikan,

klinisi yang hadir harus memiliki peralatan resusitasi penuh dan obat-obatan di tangan untuk

mengelola anafilaksis. . (5)Efek samping dapat dikelola secara efisien dan murah oleh, obat-

obatan yang banyak tersedia (misalnya antihistaminics, corticoids, adrenalin)

(7)Keparahan dari keracunan bervariasi dan penilaian klinis keparahan adalah alat

penting dalam menentukan pengobatan yang tepat. Keparahan tergantung pada beberapa

faktor

22

Page 23: referat gigitan hewan

1. Jumlah racun yang disuntikkan. Bothrops asper menyuntikkan sejumlah besar

racun dibandingkan dengan spesies lain, sering mengakibatkan kematian;

2. Situs anatomi gigitan. Gigitan ini lebih parah ketika melibatkan kepala atau badan.

3. Berat, tinggi, dan kondisi umum korban. Anak-anak biasanya lebih parah terkena

karena berhubungan dengan volumenya yang lebih kecil dibandingkan dengan

dosis racun.

(9)Dosis yang direkomendasikan untuk keracunan adalah 10 botol (protokol gigitan ular

India dan protokol WHO Asia Tenggara). Jadwal dosis anti-ular polivalen venin (ASV)

didasarkan pada perkiraan teoritis jumlah racun yang disuntikkan dan dosis ASV yang

diperlukan untuk menetralkan dosis ini. Indikasi penggunaan adalah untuk haemotoxicitas

yang signifikan, neurotoksisitas dan tanda-tanda lokal. Adrenaline efektif dalam mencegah

reaksi alergi anti-ular yang disebabkan venin.

(5)Manajemen dari gigitan ular berbisa tidak terbatas pada administrasi antivenom.

Dalam kasus keracunan neurotoksik, ventilasi buatan dan manajemen jalan nafas sangat

penting untuk menghindari sesak napas pada pasien dengan kelumpuhan pernapasan. Kasus

pemulihan sempurna dari kelumpuhan neuromuskuler parah tanpa antivenom telah

dilaporkan setelah ventilasi buatan yang lama

Obat-obat antikolinesterase seperti edrophonium dapat mengatasi sebagian blokade

oleh neurotoksin postsynaptic dan telah menunjukkan keberhasilan baik dalam keracunan

gigitan kobra. Beberapa kasus penggunaan antikolinesterase sukses juga dilaporkan dalam

keracunan gigitan Krait di India, tetapi saat ini belum ada pengobatan untuk menghentikan

penghancuran ujung saraf oleh racun Krait presinaptik bila proses degenerasi telah dimulai.

Infeksi bakteri dapat berkembang di lokasi gigitan, terutama jika luka telah ditoreh

atau dirusak oleh instrumen nonsteril, dan mungkin memerlukan pengobatan antibiotik.

Namun, saat ini tidak ada data pendukung penggunaan sistematis antibiotik. Sebuah dosis

booster tetanus toksoid harus diberikan apabila tidak disapati adanya koagulopati. Nekrosis

pada anggota tubuh yang digigit mungkin memerlukan operasi dan cangkok kulit, terutama

dalam kasus gigitan ular kobra. Jika jaringan nekrotik tidak dihapus, infeksi bakteri sekunder

dapat terjadi. Kulit bengkak, pucat dan dingin tegang dengan nyeri yang parah dapat

menunjukkan tekanan intracompartmental meningkat pada anggota badan yang terkena.

23

Page 24: referat gigitan hewan

Namun, fasciotomi jarang dibenarkan. Secara khusus, dapat menjadi bencana bila dilakukan

sebelum koagulasi telah dipulihkan.

(7)Fasciotomi adalah wajib pada semua pasien dengan sindrom kompartemen. Banyak

penulis melaporkan bahwa perlu kehati-hatian sebelum melakukan intervensi invasif seperti

fasciotomi, yang dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut. Teknik Doppler dianjurkan

untuk mengevaluasi aliran darah di daerah yang terkena dampak dan pengukuran tekanan

kompartemen. Jika tekanan yang lebih dari 30-mmHg, operasi harus dilakukan. Bila puls

oksimetri Lokal dibawah 10 mm O2 dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh juga

indikator operasi. Karena tingkat kontaminasi tinggi bakteri pada gigitan ular, fasciotomi

dini dapat menghindari komplikasi lebih lanjut atau bahkan mencegah kehilangan anggota

tubuh. Dalam penelitian retrospektif, fasciotomi awal secara signifikan mempersingkat

rawat inap. Di sisi lain, infeksi sekunder adalah umum pada pasien yang terlambat dilakukan

fasciotomy atau mereka yang tidak melakukan prosedur ini. Menariknya, tingkat keparahan

dari gigitan ular tidak berkorelasi dengan waktu rawat inap.

Currently proposed treatment and

their likely benifit

Hemotoxic

Likely to be beneficial and

recommended for treatment

Anti snake venom (optimum dosage

unknown)

Adrenaline, First aid and rapid

transport

Likely to be beneficial only in

certain conditions

Corticosteroids (anaphylaxis)

Antibiotics (cellulitis)

Dialysis (renal failure)

Blood/component Transfusion

(coagulopathy)

Hemotoxic

Unlikely to be beneficial

Antihistaminic Drugs

Unknown effectiveness

Routine

24

Page 25: referat gigitan hewan

Likely to be harmful/ineffective

Incisions

Neurotoxic

Likely to be beneficialand

recommended for treatment

Anti snake venom (optimum dosage

unknown), First aid and rapid

transport, pressure immobilization

Likely to be beneficial only in

certainconditions

Mechanical ventilation (respiratory

failure)

Antibiotics (cellulitis)

Likely to be harmful/ineffective

Incisions

Neurotoxic

Unlikely to be beneficial

Unknown

Unknown effectiveness

Neostigmine

transfusion therapy

(9)Tabel 2. Penanganan Efektif Hemotoksik dan Neurotoksik

F. PENCEGAHAN

(5)Banyak gigitan dapat dihindari dengan mendidik penduduk beresiko. Tidur di

ranjang (bukan di lantai) dan di bawah kelambu mengurangi risiko gigitan malam di Nepal.

Sampah, gundukan rayap, dan kayu bakar, yang menarik ular, dapat dihapus dari sekitar

tempat tinggal manusia. Upaya dapat dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan tikus di

wilayah domestik dan peridomestic. Atap jerami, dan lumpur dan dinding jerami disukai

tempat persembunyian ular dan harus sering diperiksa. Gigitan Banyak terjadi ketika orang

berjalan tanpa alas kaki atau hanya memakai sandal tanpa sengaja menginjak ular.

Menggunakan obor / lampu senter sambil berjalan di jalan setapak di malam hari, dan

mengenakan sepatu bot dan celana panjang selama kegiatan pertanian, secara signifikan

dapat mengurangi kejadian gigitan.

25

Page 26: referat gigitan hewan

2.3 GIGITAN HEWAN LAIN

(10)Banyak gigitan dan sengatan yang terselesaikan tanpa diobati atau dikelola dengan

obat dan perawatan diri, dan hanya sedikit disajikan untuk perawat kesehatan profesional

(HCP). Namun banyak perawatan diri memiliki dasar bukti yang miskin dan beberapa

benar-benar dapat membuat keadaan lebih buruk, sementara langkah pragmatis sederhana

lainnya yang bisa meredakan gejala tidak dipraktekkan secara luas.

A. EPIDEMIOLOGI

(11)Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh dunia.

Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun

tidak menutupkemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita. Prevalensinya sama

antara pria dan wanita.Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding

orang dewasa. Salah satufaktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada

tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain.

B. POTENSI BAHAYA

(12)Respon terhadap sengatan dan gigitan yang berpotensi mengancam kehidupan

Anaphylaxis

Ini adalah reaksi alergi terhadap suatu zat yang berkontak

dengan tubuh. Sengatan lebah adalah salah satu penyebab paling

umum. Anafilaksis dapat berkembang dalam beberapa detik dan bisa

berakibat fatal.

Gambar 4. Anafilaksis

Gambar 5. Banyak Gigitan

26

Page 27: referat gigitan hewan

Banyak gigitan

Sementara satu sengatan tidak mungkin menyebabkan masalah pada skala besar untuk

orang dewasa sehat, beberapa sengatan yang sekaligus dapat menimbulkan respon berbahaya.

Efek dari racun

Beberapa racun membunuh sel-sel di sekitar bekas gigitan atau sengatan, menjadi

lambat untuk sembuh, dan meninggalkan bekas yang dalam. Dalam kasus yang jarang

mereka bisa berakibat fatal. Racun lain mempengaruhi sistem saraf dan memerlukan obat

anti-racun atau mereka mungkin berakibat fatal.

C. (13)GEJALA KLINIS

Localized Pain

Swelling

Redness

Itching

Numbness

Burning

Tingling sensation

Breathlessness

Weakness

D. PENANGANAN PERTAMA

(10)Pengobatan Segera Sengatan

Segera setelah sengatan, khususnya sengatan lebah, sengat mungkin tertinggal di situ

dan harus disingkirkan. Naluri alami adalah untuk mencoba untuk memegang sengat, dengan

kuku jari atau pinset, untuk menariknya keluar. Namun mencengkeram sengat bisa menekan

racun lebih ke dalam kulit dan harus dihindari. Menggores kulit, dengan alat bermata tajam

atau kuku adalah teknik penyingkiran terbaik.

27

Page 28: referat gigitan hewan

Obat tradisional untuk sengatan serangga, terutama sengatan lebah dan tawon, sangat

beragam dan setidaknya beberapa memiliki alur logika yang dangkal. Misalnya cuka

dianjurkan untuk sengatan tawon karena racun bersifat basa dan soda bikarbonat telah

digunakan untuk mengobati sengatan lebah karena racun bersifat asam. Namun racun dari

sengatan tawon dan lebah disuntikkan di bawah kulit dan setelah beberapa menit menyebar

jauh ke dalam jaringan, sehingga cairan yang dioleskan sangat tidak mungkin untuk

menetralisirnya.

Untuk membantu mencegah infeksi, memandikan daerah ini bermanfaat dan

menerapkan es akan membantu untuk mematikan rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.

Naluri untuk menggaruk situs harus dilawan karena hal ini akan meningkat gatal dan

pembengkakan dan meningkatkan kemungkinan infeksi.

Jika ada tanda-tanda reaksi alergi terhadap sengatan (kesulitan bernapas misalnya atau

gejala sistemik), maka perhatian medis segera sangat diperlukan

(11)Imobilisasi penekanan untuk gigitan dan sengatan

Metode imobilisasi tekanan berguna untuk beberapa gigitan dan sengatan, tetapi tidak

semua. Ini sangat ideal untuk ular berbisa Australia dan untuk laba-laba jaring corong dan

gurita cincin biru. Hal ini juga dapat membantu jika korban mengalami reaksi alergi yang

parah terhadap racun.

Metode imobilisasi tekanan dirancang untuk memperlambat gerakan racun melalui

sistem limfatik. Sistem limfatik adalah jaringan tabung yang mengalirkan cairan (getah

bening) dari jaringan tubuh dan bermuara kembali ke dalam aliran darah.

Membalut luka dengan kuat cenderung memeras pembuluh getah bening di dekatnya, yang

membantu mencegah racun dari meninggalkan situs tusukan. Jika Anda tidak punya perban

di tangan, penggunaan apa pun yang tersedia, termasuk pakaian, stoking atau handuk.

Perbanlah luka secara tegas namun tidak terlalu ketat hingga dapat menyebabkan mati rasa,

kesemutan atau perubahan warna pada ekstremitas.

28

Page 29: referat gigitan hewan

Imobilisasi anggota badan adalah cara lain untuk memperlambat penyebaran racun,

kadang-kadang hingga selama berjam-jam. Hal ini karena sistem limfatik bergantung pada

gerakan otot untuk memeras getah bening melalui pembuluh. Gunakam bidai jika perlu.

Secara umum, cobalah untuk tetap tenang dan meyakinkan pasien. Selalu mencari bantuan

medis segera.

Jangan menggunakan tourniquet atau menginsisi luka

Di masa lalu, tourniquet ketat direkomendasikan sebagai metode terbaik untuk

memotong aliran darah dan mencegah peredaran racun ke seluruh tubuh. Ini tidak lagi

disarankan. Jangan menginsisi luka untuk melepaskan racun atau mencoba mengisap racun

dari luka. Jangan memberikan alkohol pada orang yang terkena.

Penanganan pertama untuk gigitan dan sengatan makhluk darat

1. Lebah

Hapus sengat dengan menggeser atau menggoreskan kuku jari Anda di atasnya,

daripada menariknya. Cuci daerah tersebut dan terapkan es untuk mengurangi bengkak.

Jika orang tersebut memiliki alergi terhadap gigitan lebah, mereka dapat jatuh ke dalam

keadaan syok anafilaksis yang mengancam jiwa. Satu-satunya pengobatan adalah

suntikan adrenalin. Mengimobilisasikan orang tersebut, menerapkan tekanan untuk

gigitan dan mencari bantuan medis segera.

2. Laba-laba jaring corong

Segera mencari bantuan medis. Perban luka dengan tegas. Gunakan perban kedua

untuk membungkus lengan atau kaki dan bidai anggota badan yang terkena. Antivenom

diperlukan.

3. Laba-laba punggung merah

29

Page 30: referat gigitan hewan

Cuci daerah yang terkena dengan baik dan menenangkan rasa sakit dengan

icepacks atau air es. Jangan perban daerah tersebut.

4. Kutu

Jika kutu telah membenamkan ke dalam kulit, pegang belakang kepalanya

dengan pinset halus, sedekat mungkin dengan kulit. Tarik perlahan langsung keluar

dengan tekanan yang mantap, pastikan anda menarik seluruh tubuh. Setelah

penyingkiran kutu, mencuci situs dengan air sabun yang hangat lalu antiseptik ringan.

Menutup situs dengan perban selama 24 jam. Simpan kutu yang sudah disingkirkan

untuk tujuan identifikasi jika kondisi orang itu semakin memburuk. Jangan gunakan

spirtus, alkohol atau hal lain untuk membunuh kutu sebelum mengeluarkannya karena

dapat menyebabkan kutu untuk menyuntikkan racun lebih lanjut. Dalam kasus kutu

pelumpuh Australia, dibutuhkan antivenom dan mungkin juga suntikan anti tetanus.

Menyingkirkan Kutu

Pengetahuan bahwa kutu dapat menularkan penyakit Lyme sekarang tersebar

luas, dan dengan adanya anggapan yang kurang berdasar yaitu serangga menggali ke

dalam kulit, menyebabkan beberapa upaya ekstrem untuk mengambil kutu tersebut.

Metode tradisional digunakan untuk mendorong kutu untuk 'mundur' dengan

sendirinya (misalnya mentega, petroleum jelli, alkohol, atau memegang api di

dekatnya) tidak efektif, sehingga penghapusan fisik diperlukan.

Kutu harus ditarik dengan pinset halus dengan mencengkeram erat serangga

pada kulit dan menariknya lurus ke atas. Gerakan memutar harus dihindari karena ini

meningkatkan kemungkinan bahwa mulutnya akan tertinggal di kulit. Orang yang

melakukan penarikan kutu harus melindungi kulit mereka dari cairan kutu yang dapat

dilepaskan dalam proses. Setelah menyingkirkan kutu, tempat gigitan kutu harus

dibersihkan dan diobati dengan antiseptik.

Orang dengan gigitan kutu tidak perlu diuji secara rutin untuk penyakit Lyme,

namun jika terdapat demam atau ruam, orang tersebut disarankan untuk mendapatkan

nasihat medis.

30

Page 31: referat gigitan hewan

5. European wasps

Bersihkan daerah yang terkena dengan sabun dan air hangat. Gunakan kantong

es untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. Gunakan obat penghilang rasa

sakit dan krim. Waspada untuk tanda-tanda anafilaksis, yang merupakan reaksi alergi

jenis parah dan mengancam nyawa. Pembengkakan yang berkepanjangan di lokasi

sengatan dapat diredakan dengan antihistamin.

Pertolongan pertama - gigitan dan sengatan dari makhluk laut

1. Gurita cincin biru

Gigitan dapat menyebabkan kelumpuhan, segera cari bantuan medis. Anda

mungkin perlu untuk memulai CPR (resusitasi kardiopulmoner). Bahkan jika usaha

Anda tampaknya sia-sia, lanjutkan CPR sampai bantuan medis tiba.

2. Box jellyfish

Segera mencari bantuan medis. Hentikan sengatan tentakel dengan

menuangkan cuka diatasnya. Immobilisasi anggota tubuh dan perban tegas. Anda

mungkin perlu untuk memulai CPR (resusitasi kardiopulmoner). Antivenom tersedia.

3. Ubur-ubur

Cuci tentakel dengan air. Gunakan icepacks atau krim anestesi untuk

mengurangi rasa sakit.

4. Stonefish

Segera mencari bantuan medis. Mandikan daerah yang tersengat dalam air

hangat. Antivenom tersedia. Suntikan tetanus mungkin dibutuhkan.

(14)Jika orang tersebut memang memiliki gejala alergi parah (anafilaksis):

1. Panggil 911

31

Page 32: referat gigitan hewan

Carilah bantuan darurat jika orang tersebut mengalami gejala-gejala atau

riwayat reaksi alergi parah (anafilaksis), bahkan jika tidak ada gejala:

Kesulitan bernapas atau mengi

Rasa tercekik di tenggorokan atau perasaan bahwa saluran udara tertutup

Suara serak atau kesulitan berbicara

Mual, sakit perut, atau muntah

Takikardia

Kulit yang gatal, membengkak, atau merah

Kecemasan atau pusing

Hilangnya kesadaran

2. Inject Epinefrin Segera

Jika orang tersebut memiliki direncanakan untuk tindakan anafilaksis dari

dokter untuk menyuntikkan epinefrin dan tindakan darurat lainnya, ikutilah intruksi

tersebut. Jika tidak, jika orang tersebut membawa sebuah obat epinefrin atau tersedia

epinefin:

Suntikkan epinefrin jika orang tersebut tidak mampu melakukannya sendiri

Jika orang tersebut memiliki sejarah anafilaksis, jangan menunggu tanda-tanda

reaksi parah untuk menyuntikkan epinefrin.

Membaca dan mematuhi petunjuk pasien dengan hati-hati.

Suntikkan epinefrin ke dalam otot luar paha. Hindari suntik ke pembuluh darah

atau otot pantat.

Jangan menyuntikkan obat ke tangan atau kaki, yang dapat menyebabkan

kerusakan jaringan. Jika ini terjadi, beritahukan staf gawat darurat.

32

Page 33: referat gigitan hewan

Orang tersebut mungkin membutuhkan lebih dari satu injeksi jika tidak ada

perbaikan setelah yang pertama. Untuk orang dewasa, suntikkan lagi setelah 10

sampai 20 menit. Untuk anak, suntikkan lagi setelah 5 sampai 30 menit.

3. Lakukan RJP jika terjadi apneu

4. Pastikan ada orang yang menemani korban, bila sewaktu-waktu terjadi reaksi

anafilaksis

E. TINDAKAN LANJUTAN

(11)Jika anda bisa - dan jika itu aman untuk melakukannya: menangkap binatang atau

serangga untuk tujuan identifikasi, dalam hal antivenom diperlukan. Namun, penting untuk

tidak membuang waktu melakukan hal ini jika tidak perlu.

(10)Tindakan lanjutan Pengobatan Gigitan dan Sengatan

Reaksi Lokal Kecil

Nyeri dan pembengkakan lokal yang terbaik diobati dengan kompres dingin dan, jika

diperlukan, analgetik oral (ibuprofen atau parasetamol). Gatal lokal dapat intens dan bisa

diobati dengan kortikosteroid topikal atau cromatiton potensi rendah (hidrokortison 1%).

Dalam beberapa kasus gatal mungkin cukup parah untuk mengganggu tidur dan dalam kasus

seperti antihistamin sedatif oral dapat membantu untuk malam hari.

Pengobatan dengan antihistamin topikal umumnya tidak dianjurkan karena dapat

menyebabkan sensitisasi lokal dan mereka memiliki khasiat terbatas. Calamine lotion yang

sering digunakan untuk kondisi kulit gatal tetapi tidak efektif dalam sengatan dan lotion

kering pada kulit itu sendiri dapat menyebabkan gatal-gatal meningkat pada beberapa orang.

Reaksi Lokal Besar

Kadang-kadang reaksi lokal terhadap gigitan dan sengatan bisa menyebabkan sakit

parah dan pembengkakan yang meluas di luar lingkungan lesi sekitarnya. Kadang-kadang,

33

Page 34: referat gigitan hewan

reaksi akhir dapat terjadi setelah beberapa jam dengan ruam kulit (urtikaria) dan / atau reaksi

sakit seperti serum dengan pembengkakan dan nyeri sendi.

Dalam kebanyakan kasus reaksi tersebut dapat diobati gejalanya dengan:

Analgesia sederhana untuk rasa sakit (parasetamol atau ibuprofen)

Sebuah antihistamin oral nonsedatif untuk membantu gatal di siang hari

Sebuah antihistamin sedatif pada malam hari jika gatal mengganggu tidur

Reaksi lokal yang parah mungkin memerlukan perhatian medis, terutama jika

pembengkakan lokal berat atau terdapat gejala sistemik yang menonjol dan dalam kasus di

mana gejala progresif dari lokal ke yang lebih parah. Setiap terdapat kesulitan bernapas atau

hipotensi memerlukan perhatian medis yang mendesak untuk mencegah anafilaksis.

Rujukan tidak diperlukan bila reaksi ringan dan lokal. Namun, jika gigitan serangga

atau sengatan telah menyebabkan reaksi lokal yang parah atau gejala umum, maka rujukan ke

klinik alergi harus dipertimbangkan. Beberapa kelompok alergi merekomendasikan rujukan

ke klinik alergi jika ada reaksi kulit lokal yang besar, dengan kemerahan dan pembengkakan

lebih dari 10 cm. Namun kebijakan rujukan lokal mungkin berbeda tergantung pada

ketersediaan sumber daya.

Pemberian antibiotik

Peranan antibiotik sebagai profilaksis pada gigitan hewan masih kontroversi, namun

pendapat ahli menyarankan agar pemberian antibiotik hanya dilakukan pada pasien dengan

luka resiko tinggi saja. Indikasi yang disarankan untuk pemberian antibiotik dapat dilihat

pada tabel 2. Kombinasi amoxicillin dan clavulanic acid merupakan obat pilihan utama oleh

karena efektif melawan P. multicoda, Streptococcus, Staphylococcus, dan bakteri anaerob.

Cephalosporin spektrum luas atau kombinasi trimethorprim dan sulfamethoxazole ditambah

clindamycin merupakan rekomendasi obat alternatif untuk pasien yang alergi terhadap penicillin.

Tabel 3. Indikasi Pemberian Antibiotik

1. Gigitan pada kaki dan tangan

2. Gigitan yang menembus dermis

3. Keterlibatan otot, tendon, atau tulang dan penetrasi pada rongga sendi

34

Page 35: referat gigitan hewan

4. Kecurigaan adanya benda asing yang masih tertinggal

5. Luka tusukan yang dalam dan gigitan dengan crush injury atau edema

6. Tanda infeksi dalam 24 jam

7. Pasien dengan resiko infeksi tinggi seperti pasien immunocompromised,

dan resiko tinggi terhadap endocarditis

F. PENCEGAHAN

(11)Ada berbagai serangga dan hewan yang dapat mentransfer penyakit dengan berbagai

tingkat kontak, sehingga sedapat mungkin, hindari menangani binatang yang mungkin

membawa penyakit, dan melindungi dari sengatan serangga dengan penolak serangga dan

pakaian yang sesuai. Jika Anda digigit atau disengat serangga atau hewan, terapkan

pertolongan pertama dan kemudian mencari pengobatan medis sesegera mungkin.

(2)Dengan akal sehat, anda dapat menurunkan risiko digigit binatang:

Hindari kontak dan interaksi dengan hewan yang tidak dikenal. Bahkan hewan

yang muncul ramah bisa menggigit jika diprovokasi.

Jangan makan atau mencoba untuk menangkap atau bermain dengan hewan liar

seperti tupai, musang, atau tikus.

Jangan mengganggu binatang ketika sedang makan atau merawat anaknya.

Hati-hati ketika "agresif" bermain dengan binatang. Bahkan anjing keluarga bisa

menggigit pemiliknya karena kecelakaan saat bermain.

Jangan menempelkan jari Anda ke dalam kandang untuk hewan, misalnya di toko

hewan peliharaan, kebun binatang, atau pameran anjing.

35

Page 36: referat gigitan hewan

BAB III

KESIMPULAN

Gigitan binatang dapat terjadi hampir pada setiap individu, dan akibatnya dapat

bermanifestasi ringan sampai dengan mematikan. Terdapat cara-cara tradisional ataupun

cara-cara yang dipercaya dapat mengatasi gigitan binatang, namun maah menyebabkan

bertambah parahnya kondisi luka dan individu, sehingga cara tersebut sebaiknya tidak

dilakukan. Pada prinsipnya terdapat tiga hal yang sebaiknya dilakukan: Pencucian luka,

penanganan dengan medikasi (serum, imunoglobulin, vaksin, antibiotik, simptomatik) dan

nonmedikasi, serta mencari pertolongan medis.

Proritas utama yang harus dilakukan pada hampir seluruh kasus gigitan binatang yaitu

pencucian luka dengan air mengalir dan sabun, kemudian dilanjutkan dengan pemberian

antiseptik. Penanganan lanjutan dapat disesuaikan berdasar etiologi dan kondisi korban.

Kasus gigitan binatang dapat dihindarkan apabila masyarakat, khususnya mereka yang

memiliki risiko tinggi menjadi korban, mematuhi anjuran-anjuran yang sudah ada.

36

Page 37: referat gigitan hewan

DAFTAR PUSTAKA

1. Hand & Arm Conditions. American Socciety for Surgery of The Hand. Diunduh dari:

http://www.assh.org/PUBLIC/HANDCONDITIONS/Pages/AnimalBites.aspx. Diakses:

30 April 2012.

2. Garth AP. Animal Bites in Emergency Medicine. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/768875-overview. Diakses: 30 April 2012.

3. National Guidelines for Management of Animal Bites. Diunduh dari:

http://rabies.org.in/rabies-journal/rabies-07/guidelines.htm. Diakses: 30 April 2012.

4. Ticoalu AOJ. Rabies. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/89837383/Referat-

Rabies. Diakses: 30 April 2012.

5. Alirol E, Sharma SK, Bawaskar HS, Kuch U, Chappuis F. Snake Bite in South Asia: A

Review. Diunduh dari: http://www.plosntds.org/article/info%3Adoi

%2F10.1371%2Fjournal.pntd.0000603#s7. Diakses: 30 April 2012.

6. Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM. Penatalaksanaan Keracunan akibat

Gigitan Ular Berbisa. Diunduh dari:

http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunUlarBerbisa.pdf. Diakses: 30 April

2012.

7. AVILA-AGÜERO ML, VALVERDE K, GUTIÉRREZ J, PARÍS MM, FAINGEZICHT

I. VENOMOUS SNAKEBITES IN CHILDREN AND ADOLESCENTS: A 12-YEAR

RETROSPECTIVE REVIEW. J. Venom. Anim. Toxins vol.7 no.1 Botucatu  2001.

Diunduh dari: http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0104-

79302001000100006. Diakses: 30 April 2012.

8. Wood D, Webb C, DeMeyer J. Severe snakebites in northern KwaZulu-Natal: treatment

modalities and outcomes. SAMJ, S. Afr. med. j. vol.99 no.11 Cape Town Nov. 2009.

37

Page 38: referat gigitan hewan

Diunduh dari: http://www.scielo.org.za/scielo.php?pid=S0256-

95742009001100024&script=sci_arttext. Diakses: 30 April 2012.

9. Toxicology Special interest group Department of Vellore Medicine Christian Medical

College. Interventions for snake bites : An overview of current research evidence from

South Asia. Diunduh dari: http://www.cochrane-sacn.org/toxicology/files/Summary

%20of%20evidence-%20Snake%20envenomation.pdf. Diakses: 30 April 2012.

10. Kennedy J. Self Care of Insect Bites and Stings. Self-care of Insect Bites and Stings.

SelfCare 2011;2(4):111-114. Diunduh dari:

http://www.selfcarejournal.com/view.article.php?id=10055. Diakses: 30 April 2012.

11. Bites and stings first aid. Diunduh dari:

http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Bites_and_stings_first_ai

d. Diakses: 30 April 2012.

12. Insect Bites and Stings. Diunduh dari: http://www.firstaid.ph/everyday-first-aid/insect-

bites-and-stings.html. Diakses: 30 April 2012.

13. Insect Bites and Stings - First Aid and Emergency Treatment Guide. Diunduh dari:

http://www.medindia.net/patients/Firstaid_Insectbites.htm. Diakses: 30 April 2012.

14. First Aid & Emergencies. Diunduh dari: http://firstaid.webmd.com/allergy-insect-sting-

treatment. Diakses: 30 April 2012.

15. Blaylock RS. The identification and syndromic management of snakebite in South Africa.

SA Fam Pract 2005;47(9): 48-53. Diunduh dari:

http://www.safampract.co.za/index.php/safpj/article/download/310/310. Diakses: 30 April

2012.

16. SUBDIT PENGENDALIAN ZOONOSIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI. FLOW

CHART PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN

TERSANGKA/RABIES. Diunduh dari:

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Flow_Chart_Rabies.pdf. Diakses: 30

April 2012.

17. DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PPM & PL .

PETUNJUK PERENCANAAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN 38

Page 39: referat gigitan hewan

HEWAN TERSANGKA / RABIES DI INDONESIA. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/Petunjuk%20Rabies.pdf. Diakses: 30 April 2012.

39