gigitan scolopendra

6
Gigitan Scolopendra: laporan kasus mengenai dua kasus dan tinjuan dari literatur Abstrak Latar Belakang – Lipan adalah arthropoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000 spesies telah ditemukan. Lipan ditemukan lebih sering pada Negara tropis dan subtropics. Lipan memiliki taring yang beracun. Scolopendra merupakan genu dari lipan yang paling dikenal. Metode – Kami mendeskripsikan dua kasus dari reaksi kulit yang berat terhadap gigitan Scolopendra subspinipes. Hasil – Kedua pasien mengalami gigitan di tangan. Gambaran klinis yang khas adalah edema dan eritema yang berat. Selain itu, satu pasien terdapat lepuh. Kedua pasien mengeluh nyeri hebat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis dan peningkatan laju endap darah (LED). Remisi total dicapai dalam dua minggu dengan pemberian parasetamol dan prednisone oral. Kesimpulan – Ahli dermatologi dari Barat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya reaksi pada kulit yang berat yang disebabkan oleh gigitan lipan Pengantar Lipan merupakan artrhopoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000 spesies telah ditemukan. Jumlah dan spesies dari lipan lebih banyak ditemukanpada Negara tropis dan subtropics. Lipan memiliki mandibula yang kuat dan taring 1

Upload: ellenjap

Post on 22-Jan-2016

100 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Gigitan Scolopendra

Gigitan Scolopendra: laporan kasus mengenai dua kasus dan tinjuan

dari literatur

Abstrak

Latar Belakang – Lipan adalah arthropoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000

spesies telah ditemukan. Lipan ditemukan lebih sering pada Negara tropis dan subtropics.

Lipan memiliki taring yang beracun. Scolopendra merupakan genu dari lipan yang paling

dikenal.

Metode – Kami mendeskripsikan dua kasus dari reaksi kulit yang berat terhadap gigitan

Scolopendra subspinipes.

Hasil – Kedua pasien mengalami gigitan di tangan. Gambaran klinis yang khas adalah edema

dan eritema yang berat. Selain itu, satu pasien terdapat lepuh. Kedua pasien mengeluh nyeri

hebat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis dan peningkatan laju endap

darah (LED). Remisi total dicapai dalam dua minggu dengan pemberian parasetamol dan

prednisone oral.

Kesimpulan – Ahli dermatologi dari Barat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya

reaksi pada kulit yang berat yang disebabkan oleh gigitan lipan

Pengantar

Lipan merupakan artrhopoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000

spesies telah ditemukan. Jumlah dan spesies dari lipan lebih banyak ditemukanpada Negara

tropis dan subtropics. Lipan memiliki mandibula yang kuat dan taring beracun, yang disebut

dengan forcipules, dimana merupakan akar dari pasangan kaki pertama. Spesies Scolopendra

(Scolopendromorpha: Scolopendriae) merupakan genus dari lipan yang paling dikenal.

Gigitan dari scolopendra dapat menyebabkan reaksi pada kulit. Namun jarang sekali

dilaporkan dalam literature dermatologis. Sejak 1998, kami telah memiliki kesempatan

untuk mengamati gigitan scolopendra pada tiga pasien, yang menunjukkan reaksi kulit lokal

yang berat.

Kami menjelaskan dua dari ketiga kasus ini dan tinjauan dari literature yang telah

dipublikasikan sejak tahun 1950.

1

Page 2: Gigitan Scolopendra

Laporan Kasus

Pasien 1

Laki-laki usia 57 tahun datang dengan pembengkakan akut di tangan kanan. Pasien

mengutarakan bahwa pembengkakan sudah timbul sejak dua hari sebelumnya, saat

perjalanan di Malaysia dimana ia digigit oleh scolopendra, yang langsung ia bunuh. Pasien

membawa potongan dari lipan, yang kemudian setelah diidentifikasi merupakan

Scolopendra subspinipes.

Pemeriksaan dermatologis menujukkan edema eritematosa berat, berbentuk

bundar, berwarna merah terang, dengan diameter kira-kira 5 cm (Gambar.1). Pasien

mengeluh nyeri yang akut.

Pemeriksaan fisik umum tidak menandakan adanya kelainan.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (11.300 sel darah putih/mm4)

dan peningkatan laju endap darah (LED) (jam pertama: 51 mm)

Pasien diterapi dengan parasetamol (2g/hari) dan prednisone oral dengan dosis awal

50 mg/ hari.

Peningkatan dari gambaran klinis dicapai dalam waktu lima hari. Remisi total dicapai

dalam dua minggu sejak pertama terapi dimulai.

Pasien 2

Laki-laki 43 tahun datang dengan pembengkakan akut pada punggung tangan kiri.

Pasien mengaku bahwa ia dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak sedang dalam

pengobatan. Ia juga mengatakan bahwa bengkak muncul sejak tiga hari yang lalu, saat

melakukan perjalanan ke Thailand, dimana ia digigit oleh scolopendra di desa tempat ia

singgah yang kemudian diidentifikasi oleh dokter sebagai lipan Vietnam, S. subspinipes.

(Gambar. 2)

Pemeriksaan dermatologis menunjukan adanya lepuh berbentuk bundar, dengan

diameter 1.5 cm, berisi cairan serosa bening. Veskel dikelilingi halo eritem sebesar 5 cm

(Gambar . 3). Pasien mengeluh rasa terbakar dan nyeri yang hebat.

Pemeriksaan fisik umum tidak menunjukkan adanya kelainan.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (12.600 sel darah putih/mm3)

dan peningkatan LED (jam pertama: 59 mm).

Pemeriksaan bakteriologis dari vesikel didapatkan hasil negatif.

2

Page 3: Gigitan Scolopendra

Pasien diterapi dengan parasetamol (2 g/hari) dan prednisone oral (dosis awal 50

mg/hari).

Perbaikan dari gambaran klinis dicapai dalam waktu lima hari. Remisi total dicapai

dalam waktu dua minggu sejak pertama terapi dimulai.

Pembahasan

Lipan hidup lebih sering di Negara tropis dan subtropis. Namun, setidaknya tujuh

spesies dari scolopendra dapat ditemukan di Italia (Scolopendra canidens, Scolopendra

cingulate, Scolopendra clavipes, Scolopendra cretica, Scolopendra dalmatica, Scolopendra

oraniensis, dan Scolopendra valida). Banyak dari spesies scolopendra dapat menggigit dan

menyebabkan reaksi pada kulit; yaitu Cryptos sp., Ethmostigmus rubripes, Otostigmus sp.,

Scolopendra angulate, Scolopendra gigantean, Scoloendra heros, Scolopendra morsitans, S.

subspinipes, S. subspinipes multidens, S. subspinipes mutilans, dan Scolopendra viridicornis

nigra. Kasus dari gigitan lipan ditemukan juga di Turki, Israel, India, Kepulauan Andaman,

Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Filipina, Hawaii, Australia, Amerika, dan Brazil.

Lipan biasanya menggigit pada malam hari pada tangan atau kaki. Kasus mengenai

tertelannya lipan baik disengaja maupun tidak sengaja juga pernah ditemukan.

Manifestasi pada kulit dapat timbul dalam menit, jam, atau hari setelah gigitan. Satu

pasien menunjukkan tanda dan gejala pada kulit beberapa hari setelah gigitan.

Gigitan lipan diikuti dengan timbulnya eritema dan edema. Vesikel hemoragik,

lepuh, pustul, dan nekrosis juga dapat terbentuk.

Pada beberapa kasus, walaupun jarang, dapat terjadi baal setempat, parestesi di

tempat gigitan, dan superinfeksi bakteri dengan limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, kasus

dengan sindroma Wells yang dicetuskan oleh gigitan lipan pernah dilaporkan.

Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Beberapa pasien juga

mengeluh sensasi terbakar, dan gatal. Meskipun jarang, dapat juga terjadi manifestasi

sistemik berupa perikoronitis, nausea, vomitus, sakit kepala, keringan tingin, cemas, pusing,

pandangan kabur, penurunan kesadaran, neuropati multipel pada ekstermitas atas, demam,

dispneu, hipotensi, bradikardia, denyut nadi irregular, iskemi coroner akut, infark miokard,

rhabdomiolisis, proteinuria, gagal ginjal akut, dan kelainan dalam koagulasi. Pernah

dilaporkan anak perempuan Filipina meninggal akibat gigitan S. subspinipes di kepala.

3

Page 4: Gigitan Scolopendra

Diagnosis banding dari gigitan lipan adalah gigitan dan sengatan artrhopoda

(Paederus sp., hymenoptera dan laba-laba). Herpes simpleks, herpes zoster, impetigo,

erysipelas, dermatitis kontak akut, dan phytophotodermatitis juga dapat dipertimbangkan.

Literatur memiliki data yang terbatas mengenai komposisi biokimia dari racun

scolopendra. Racun telah diteliti pada S. morsitans, S. subspinipes mutilans, dan S.

viridicornis. Racun dari S. morsitans mengandung 14 protein, tiga lipoprotein, dan beberapa

lipid (phospholipid, kolesterol dan kolesterol ester, asam lemak bebas, trigliserida, dan

squalen), dan enzim (esterase, asam dan alkalin fosfatase, naphthylamidase). Racun dari S.

subspinipes mutilans mengandung scolopendrine, alkaloid quinolone yang menunjukkan

aktivitas terhadap bakteria gram positif dan negatif, termasuk jamur. Efek ini mungkin

datang dari aktivitas scolopendrin I, rantai peptide dengan masa molekul 4498 Da. Racun

dari S. viridicornis mengandung 5-hydroxytryptamine. Efek sitotoksik dari racun lipan telah

diteliti menggunakan sel kultur dari satu serangga (Sf9) dan dua mamalia (murine

neuroblastoma dan human osteosarcoma). Telah diketahui bahwa racun dari S. subspinipes

dehaani menginduksi pelepasan histamine. Histologi dari racun Ethmostigmus rubripes telah

diteliti oleh Menez et al.

Penatalaksanaan dari gigitan lipan adalah berdasarkan penggunaan analgesic

intralesi dan/atau sistemik, kortikosteroid topikal dan/atau sistemik, antihistamin, dan

antibiotic sistemik pada pasien dengan superinfeksi bakteri. Penggunaan biscoclaurin

alkaloid juga dapat dipertimbangkan. Karena racun dari lipan sensitive terhadap

temperature tinggi dan rendah, penggunaan kompres es dan merendam dengan air panas

dapat membantu, termasuk dengan melakukan elevasi ekstremitas. Profilaksis dari tetanus

juga dianjurkan. Masih belum ada antivenom untuk racun dari lipan.

Ahli dermatologi dari Barat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya reaksi

pada kulit yang berat yang disebabkan oleh gigitan Scolopendra sp.

4

Page 5: Gigitan Scolopendra

5