referat diare hipertonik meli

45
BAB I PENDAHULUAN Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak di dunia yang menyebakan 1,6 - 2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya. Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare dari 15,5% (2006) menjadi 13,95% (2010). Penurunan angka kematian akibat diare juga didapatkan pada kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu 40% (2004), menjadi 16% (2007) dan 7,5% (2010). Tetapi, penurunan angka mortalitas akibat diare tidak sebanding dengan penurunan angka morbiditasnya. 1 Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa. 1 Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari 1

Upload: melifitriyani

Post on 24-Jul-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Diare Hipertonik Meli

BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak di dunia

yang menyebakan 1,6 - 2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya. Survei Kesehatan Rumah

Tangga di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare dari 15,5%

(2006) menjadi 13,95% (2010). Penurunan angka kematian akibat diare juga didapatkan pada

kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu 40% (2004), menjadi 16% (2007) dan 7,5%

(2010). Tetapi, penurunan angka mortalitas akibat diare tidak sebanding dengan penurunan

angka morbiditasnya.1

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara

berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus

penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit,

akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma

malabsorpsi. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa.1

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat

menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan

menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan berdampak terhadap

pertumbuhan dan kesehatan anak.

1

Page 2: Referat Diare Hipertonik Meli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai

perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung

kurang dari 14 hari. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-

4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.

Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan

intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk

bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi

buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak

seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali per hari,

tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.1

2.1.1 Etiologi diare(1,2)

Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman pathogen telah

dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80% pada kasus yang datang di sarana kesehatan

dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasikan tidak kurang

dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi

utama timbulnya diare umumnya dalah golongan virus, bakteri, dan parasit. Dua tipe dasar diare oleh

karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory.

Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin oleh

bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan atau

translokasi dari bakteri. Sebaliknya, indlammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang

menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitokin.

2

Page 3: Referat Diare Hipertonik Meli

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah:

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT

Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli

Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonis

Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica

Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia

Eschercia colli Norwalk virus Isospora belli

Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralis

Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura

Shigella

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica

2.1.2 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau

barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya,

dapat dikatakan melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field

(lingkungan).

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:

Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi

Gizi buruk

Imunodefisiensi

Berkurangnya asam lambung

menurunnya motilitas usus

Faktor genetic

3

Page 4: Referat Diare Hipertonik Meli

Faktor lainnya:

Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi

terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI.

Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya

kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri.

Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi

atau penyakit yang berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit

pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.

Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat

setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik

yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus,

bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan

penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari

adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah-pindah dari suatu tempat ke

tempat yang lain.

Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah subtropik,

diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus

terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik (termasuk

Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan

peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung

meningkat pada musim hujan.

4

Page 5: Referat Diare Hipertonik Meli

2.1.3 Patogenesis Diare(1,3)

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan diare

pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada

usus halus. Biopsi usus halus menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrasi sel

bundar pada lamina propia. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkorelasi

dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum penyembuhan diare.

Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya digunakan istilah “gastroenteritis”,walaupun

pengosongan lambung tertunda telah didokumentasikan selama infeksi virus Norwalk.

Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus

halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang

rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya

belum baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap atau tercerna akan

meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan

beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare

osmotic dari penyerapan air dan nutrient yang tidak sempurna.

Pada usus halus, enterosit vilus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi, yang

mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakharida dan fungsi penyerapan seperti

transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino.

Enterosit kripta merupakan sel yang tidak terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik

tepi bersilia dan merupakan pansekresi (sekretor) air dan elektrolit. Dengan demikian infeksi

virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan

usus terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.

Pada hospes normal, infeksi ekstra-intestinal sangat jarang, walaupun penderita

terganggu imun dapat mengalami keterlibatan hari dan ginjal. Kenaikan kerentanan bayi

(disbanding dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa) sampai morbiditas berat dan

mortalitas gastroenteritis virus dapat berkaitan dengan sejumlah faktor termasuk penurunan

fungsi cadangan usus, tidak ada imunitas spesifik, dan penurunan mekanisme pertahanan hospes

nonspesifik seperti asam lambung dan mukus. Enteritis virus sangat memperbesar permeabilitas

usus terhadap makromolekul lumen dan telah dirumuskan menaikkan risiko alergi makanan.

5

Page 6: Referat Diare Hipertonik Meli

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E. coli agak berbeda dengan pathogenesis diare oleh

virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa

usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke

dalam serabut otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat

menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

2.1.4 Manifestasi klinis(1,2,3)

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi

komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal berupa

diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,

dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air

juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan

hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen antara lain:

vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,

hepatitis, peritonitis, dan septic trombophlebitis. Gejala neurologic dari infeksi usus bisa berupa

paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat), hipotoni dan kelemahan otot (C.

botulinum).

6

Page 7: Referat Diare Hipertonik Meli

Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72 jam Panas + ++ ++ - ++ - Mual muntah Sering Jarang Sering + - - Nyeri perut Tenesmus Tenesmus

kramp Tenesmus kolik

- Tenesmus kramp

Sering kramp

Nyeri kepala - + + - - - Lamanya sakit

5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 /hari

> 10x/hari Sering sering Sering Terus menerus

Konsistensi Cair Lembek sering

Lembek Cair Lembek Cair

Darah - ± Kadang - + -

Gejala khas diare oleh berbagai penyebab :

2.1.5 Klasifikasi diare(2,4)

Pembagian diare menurut lamanya diare

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu

1. Gangguan absorpsi atau diare osmotik

Secara umum, terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab seperti celiac sprue, atau

karena:

a. Mengkonsumsi magnesium hidroksida

b. Defisiensi sukrase-isomaltase adanya lactase defisien pada anak yang lebih besar

7

Page 8: Referat Diare Hipertonik Meli

c. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian

proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan

osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air

akan mengalir kea rah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus.

Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan

intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi

kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat

diserap seperti Mg, glukose, sukrose, laktose, maltose, di segmen ileum dan melebihi kemampuan

absorpsi kolon sehingga terjadilah diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan

yang mengandung sorbitol dalam jumlah yang berlebihan akan memberikan dampak yang sama.

2. Malabsorpsi umum

Keadaan seperti short bowel syndrome, celiac, protein, peptide, tepung, asam amino, dan

monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotic pada lumen usus. Kerusakan sel (yang

secara normal akan menyerap natrium dan air) dapat disebabkan virus atau kuman, seperti

Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat rusak karena inflammatory

bowel disease idiopatik, akibat toksin atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit

yang menyebabkan malabsorbsi usus halus adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikroorganisme

tertentu (bakteri tumbuh lampau, giardiasis, dan enteroadheren E. coli) menyebabkan

malabsorbsi nutrien dengan meribah faal membran brush border trigliserid diakibatkan

insuffisiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang signifikan dan mengakibatkan

diare osmotic.

Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan

kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorbsi dan

akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda dengan malabsorbsi protein dan

karbohidrat dengan asam lemak rantai panjang intraluminal, tidak hanya menyebabkan diare

osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan sekresi klorida sehingga diare tersebut dapat

disebabkan malabsorpsi karbihidrat oleh karena kerusakan difus mukosa usus, defisiensi sukrosa,

isomaltosa, dan defisiensi congenital lactase, pemberian obat pencahar; laktulose, pemberian Mg

hydroxide (misalnya susu Mg), malabsorpsi karbohidrat yang berlebihan pada hipermotilitas

pada kolon iritabel. Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat, menyebabkan

kekambuhan diare. Pemberian makan/minum yang tinggi KH, setelah mengalami diare,

8

Page 9: Referat Diare Hipertonik Meli

menyebabkan kekambuhan diare. Infeksi virus yang menyebabkan kerusakan mukosa sehingga

menyebabkan gangguan sekresi enzim lactase, menyebabkan gangguan absorpsi nutrisi laktose.

3. Gangguan sekresi atau diare sekretorik

Hiperplasia kripta

Teoritis adanya hyperplasia kripta akibat penyakit apapun, dapat menyebakan sekresi

intestinal dan diare. Pada umumnya, penyakit ini menyebabkan atrofi vili.

Luminal secretagogues

Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan

kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy, serta

asam lemak rantai panjang.

Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi

intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase.

Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosfolirasi membran protein sehingga

mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi

lain terjadi peningkatan pompa natrium dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama

Cl-.

Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa

diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas

intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan

sekresi intestinal. Penyakit malabsorpsi seperti reseksi ileum dan penyakit Crihn dapat

menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam

empedu dan lemak.

Blood-Borne Secretagogues

Diare sekretorik pada anak-anak di negara berkembang, umumnya disebabkan oleh

enterotoksin E. coli atau Cholera. Berbeda dengan negara berkembang, di negara maju,

diare sekretorik jarang ditemukam, apabila ada kemungkinan disebakan oleh obat atau

9

Page 10: Referat Diare Hipertonik Meli

tumor seperti ganglioneuroma atau neuroblastoma yang menghasilkan hormone seperti

VIP. Pada orang dewasa, diare sekretorik berat disebabkan neoplasma pankreas, sel non-

beta yang menghasilkan VIP, Polipeptida pankreas, hormone sekretorik lainnya

(sindroma watery diarrhea hypokalemia achlorhydria (WDHA)). Diare yang disebabkan

tumor ini termasuk jarang. Semua kelainan mukosa usus, berakibat sekresi air dan

mineral berlebihan pada vilus dan kripta serta semua enterosit terlibat dan dapat terjadi

mukosa usus dalam keadaan normal.

4. Diare akibat gangguan peristaltik

Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan

motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan ataupun penurunan

motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri

tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan

meningkatkan absorbs. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan stasis intestinal

berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik

pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon

irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada

thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.

5. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.

Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh

darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein, dan seringkaili sel darah merah

dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan

dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.

Bakteri enteral pathogen akan mempengaruh struktur dan fungsi tight junction, menginduksi

sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bacterial

pada tight junction akan mempengaruhi susunan protein. Penelitian oleh Berkes J. dkk 2003

menunjukkan bahwa peranan bakteri enteral pathogen pada diare terletak pada perubahan barrier

10

Page 11: Referat Diare Hipertonik Meli

tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan

spesifik tight junction. Pengaruh itu bisa pada kedua komponen tersebut atau salah satu

komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi chloride yang akan diikuti natrium dan

air. Sebagai contoh C. difficile akan menginduksi kerusakan cytoskeleton maupun protein,

Bacteroides fragilis menyebabkan degradasi proteolitik protein tight junction, V. cholera

mempengaruhi distribusi protein tight junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi

protein cytoskeleton.

6. Diare terkait imunologi

Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV. Reaksi

tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan allergen makanan. Reaksi tipe III

misalnya pada penyakit gastroenteropatu, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada Coeliac disease

dan protein loss enteropaties. Pada reaksi tipe I, allergen yang masuk tubuh menimbulkan respon

imun dengan dibentuknya IgE yang selanjutnya akan diikat oleh reseptor spesifik pada

permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktivasi akibat pajanan berulang dengan antigen

yang spesifik, sel mast akan melepaskan mediator seperti histamin, ECF-A, PAF, SRA-A, dan

prostaglandin. Pada reaksi tipe III terjadi reaksi komplek antigen-antibodi dalam jaringan atau

pembuluh darah yang mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian

melepaskan Macrophage Chemotactic Factor yang akan merangsang sel mast dan basofil

melepas berbagai mediator. Pada reaksi tipe IV terjadi respon imun seluler, di sini tidak terdapat

peran antibody. Antigen dari luar dipresentasikan sel APC (Antigen Presenting Cell) ke sel Th1

yang MHC-II dependen. Terjadi pelepasan berbagai sitokin seperti MIF, MAF, dan IFN- oleh

Th1. Sitokin tersebut akan mengaktifasi makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan.

Berbagai mediator diatas akan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat

kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.

11

Page 12: Referat Diare Hipertonik Meli

Diare berdasarkan Derajat dehidrasinya:

- Diare dengan tanpa dehidrasi

- Diare dengan dehidrasi ringan sedang dan

- Diare dengan dehidrasi berat.

Diare berdasarkan jenis dehidrasinya :

- Diare isotonik

- Diare hipertonik

- Diare hipotonik

2.2 Dehidrasi(1,2,4)

Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau

terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit.Dehidrasi terjadi karena kehilangan

air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input).Cairan yang keluar biasanya disertai

dengan elektrolit.

Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit bibir dan

lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis,

gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi

dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan

pernapasan kussmaul.

2.2.1. Klasifikasi Dehidrasi 5

1. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang dan berat seperti pada tabel di bawah ini:

12

Page 13: Referat Diare Hipertonik Meli

Gejala/tanda ringan (3-5%) Sedang (6-9%) Berat (10% atau lebih)

Tingkat kesadaran Sadar Letargi Tidak sadar Pengisian kembali kapiler

2 detik 2-4 detik Lebih dari 4 detik

Membrane mukosa Normal Kering Sangat kering Denyut jantung Sedikit meningkat Meningkat Sangat meningkat

Laju pernapasan Normal Meningkat Meningat dan hiperapnea

Tekanan darah Normal Normal; ortostatik Menurun Denyut nadi Normal Cepat dan lemah Sangat lemah/ samar

atau tidak teraba

Turgor kulit Kembali normal Kembali lambat Tidak segera kembali

Fontanella Normal Agak cekung Cekung Mata Normal Cekung Sangat cekung Keluaran urin Menurun Oliguria Anuria

Tabel Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik6

Penilaian A B C

Lihat :

- Keadaan umum

- Mata

- Air mata

- Mulut dan lidah

- Rasa haus

Baik, sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa, tidak haus

*Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin minum banyak

*lesu, lunglai/letargis

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau tidak bisa minum

Periksa : turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain.

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 19956

2. Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :

13

Page 14: Referat Diare Hipertonik Meli

a. Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik

Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relatif lebih besar daripada

air, dengan kadar natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar natrium serum kurang

dari 120 mEq/L, maka akan terjadi edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis,

anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang dan koma. Kehilangan natrium

dapat dihitung dengan rumus :

S Na bearti konsentrasi natrium serum yang terukur, sedangkan 135 adalah nilai normal rendah

natrium serum. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan ekstraseluler relatif hipotonik

terhadap cairan intraseluler, sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler ke

intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal dalam bentuk dehidrasi ini akan

makin diperberat dengan perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Hasil

akhirnya adalah penurunan volume ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi.

Dehidrasi hiponatremik dapat disebabkan oleh penggantian kehilangan cairan dengan cairan

rendah solut.

b. Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik

Dehidrasi isonatremik (isotonik) terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan konsentrasi

natrium dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama jumlahnya/besarnya dalam

kompartemen cairan ekstravaskular maupun intravaskular. Kadar natrium pada dehidrasi

isonatremik 130-150 mEq/L. Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada dehidrasi

isonatremik.

c. Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik

14

Defisit natrium (mEq) = (135 - S Na) air tubuh total (dalam L) (0,6 x berat badan dalam kg)

Page 15: Referat Diare Hipertonik Meli

Dehidrasi hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan yang hilang mengandung lebih

sedikit natrium daripada darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum > 150 mEq/L.

Kehilangan natrium serum lebih sedikit daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di

ekstravaskular pindah ke intravaskular meminimalisir penurunan volume intravascular.Dehidrasi

hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake) elektrolit lebih banyak daripada air. Cairan

rehidrasi oral yang pekat, susu formula pekat, larutan gula garam yang tidak tepat takar

merupakan faktor resiko yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia. Terapi cairan untuk

dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan

kerusakan serebrum dengan perdarahan dan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas

serebri ini dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap.

Seringkali, kejang terjadi selama pengobatan bersamaan dengan kembalinya natrium

serum ke kadar normal. Selama masa dehidrasi, kandungan natrium sel-sel otak meningkat,

osmol idiogenik intraselular, terutama taurine, dihasilkan. Dengan penurunan cepat osmolalitas

cairan ekstraselular akibat perubahan natrium serum dan kadang-kadang disertai penurunan

konsentrasi subtansi lainnya yang serasa osmotik aktif misalnya glukosa, dapat terjadi

perpindahan berlebihan air ke dalam sel otak selama rehidrasi dan menimbulkan udem serebri.

Pada beberapa penderita, udem otak ini dapat ireversibel dan bersifat mematikan. Hal ini dapat

terjadi selama koreksi hipernatremia yang terlalu tergesa-gesa atau dengan penggunaan larutan

hidrasi awal yang tidak isotonis. Terapi disesuaikan untuk mengembalikan kadar natrium serum

ke nilai normal tetapi tidak lebih cepat dari 10 mEq/L/24 jam.

15

Page 16: Referat Diare Hipertonik Meli

Gejala Hipotonik Isotonic Hipertonik

Rasa haus - + +

Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun

Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas

Kulit/selaput lendir Basah Kering Kering sekali

Gejala SSP Apatis Koma Irritabel, apatis, hiperrefleksi

Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relative masih baik

Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras

Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

Terapi NaCl 0,9% disertai Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,225%Atau

Fase I : 20 ml/kg 0,9% NaCl atau RL

Fase II : Tambahkan deficit natrium

NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dalam NaCl 0,225%

20ml/kg NaCl 0,9% atau RL.

Dextrosa 5% dalam NaCl 0,45% atau 5%,atau

Fase I : 20 ml/kg NaCl 0,9 % atau RL

Fase II : Dextrosa 5% dalam NaCl 0,45% diberikan ≥ 48 jam agar tidak terjadi edema otak dan kematian.

Tabel gejala dehidrasi berdasarkan jenis dehidrasinya

2.3 Penatalaksanaan(1,2,4,5)

16

Page 17: Referat Diare Hipertonik Meli

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan diare

pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada

panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit- rumah sakit. Rehidrasi

bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan

menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen

Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita

anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Dukungan nutrisi

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua

Rehidrasi denga oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama

dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena

disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium.

Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih

banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebakan oleh

karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada

disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat

osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma,

sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

17

Page 18: Referat Diare Hipertonik Meli

Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan

oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama.

Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan

mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga

30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare

akut non-kolera pada anak

Tabel Komposisi Oralit Baru

Ketentuan pemberian oralit formula baru

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam

c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan:

o Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB

o Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB

d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus

dibuang.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut

18

Oralit Baru Osmolaritas Rendah

Mmol/liter

Natrium 75 Klorida 65 Glucose, anhydrous

75

Kalium 20 Sitrat 10 Total Osmolaritas

245

Page 19: Referat Diare Hipertonik Meli

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan

anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik evidence

based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan

di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan

mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita

kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan Zinc termasuk

mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam

jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan

sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta

nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator

potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya

terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses

perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan

absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,

meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat

pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara

berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di

dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.

Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat

menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak

Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk

bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau oralit, Untuk anak-anak yang lebih

besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

3. Dukungan nutrisi

19

Page 20: Referat Diare Hipertonik Meli

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak

sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare

berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase

kesembuhan.

4. Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian

antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan megganggu

keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare

sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mempercepat

resistensi kuman terhdao antibiotic, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada

penelitian multiple ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotic yang

sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetoprim sulfametoksazole

dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme berikut inaktivasi

obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target

antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotic.

5. Nasihat kepada orang tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika demam, tinja berdarah,

berulang, makan atau minum sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum membaik

dalam 3 hari.

Infeksi usus pada umumnya self limited, tetapi terapi non spesifik dapat membantu penyembuhan

pada sebagian pasien dan terapi spesifik, dapat memperpendek lamanya sakit dan memberantas

organism penyebabnya. Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa

pertimbangan terapi:

1. Terapi cairan dan elektrolit

20

Page 21: Referat Diare Hipertonik Meli

2. Terapi diet

3. Terapi non spesifik dengan antidiare

4. Terapi spesifik dengan antimikroba

Walaupun demikian, berdasarkan penelitian epidemiologis di Indonesia dan negara berkembang

lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare biasanya masih dalam keadaan dehidrasi

ringan atau belum dehidrasi. Hanya sebagian kecil dengan dehidrasi lebih berat dan memerlukan

perawatan di sarana kesehatan. Perkiraan secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang

ada di masyarakat, 900 dalam keadaan dehidrasi ringan, 90 dalam keadaan dehidrasi sedang dan

10 dalam keadaan dehidrasi berat, 1 diantaranya disertai komplikasi serta penyakit penyerta yang

penatalaksanaannya cukup rumit. Berdasarkan data diatas, sesuai dengan panduan WHO,

pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan

elektrolit per oral serta melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non-spesifik dengan

anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.

Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat.

1. Pengobatan diare tanpa dehidrasi

TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah

dehidrasi, seperti air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dan sebagainya. Pengobatan

dapat dilaukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah

10ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100ml, 1-5 tahun adalah 100-200ml, 5-12

tahun adalah 200-300ml dan dewasa adalah 300-400ml setiap BAB.

Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1

sendok setiap 1-2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar

dapat minum langsung dari cangkir atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah

hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3

menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain cairan rumah

tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-

sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan

21

Page 22: Referat Diare Hipertonik Meli

terutama pisang. Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlaly banyak lemak) jangan

diberikan dulu karena dapat menyebabkan diare bertambah hebat dan keadaan anak bertambah

berat serta jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang, obati dengan cara pengobatan dehidrasi

ringan-sedang.

2. Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang

TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harud dirawat di sarana kesehatan dan

segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama

75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan

kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu untuk umur < 1

tahun adalah 300ml, 1-5 tahun adalah 600ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah

2400ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan

ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-tanda dehidrasi.

Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan

bolume di atas kelopak nata menjadi bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan

diberikan minum air putih atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan

lagi.

Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara per-oral,

oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan

20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap atau

memburuk. Bila keadaan penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan

di rumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare

tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi berat, penderita

tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah pemberian cairan

parenteral.

3. Pengobatan diare dehidrasi berat

TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)

22

Page 23: Referat Diare Hipertonik Meli

Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit.

Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral.

Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infuse

terpasang. Di samping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena (±

5ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-4jam (untuk bayi) atau 1-

2jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk member tambahan basa

dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena.

Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara

pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 5 jam berikutnya

70cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2½ jam berikutnya

70cc/kgBB.

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat dipercepat. Setelah 6

jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya

yang sesuai yaitu pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa

dehidrasi.

Terapi medikamentosa(6,7)

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, seperti antibiotika, antidiare,

adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai

lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan

sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum,,

dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.

Antibiotik

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian besar

diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat dibunuh dengan

antibiotika.

Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V. cholera,

Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella, Campylobacter, dan sebagainya.

Tabel antibiotika pada diare7

23

Page 24: Referat Diare Hipertonik Meli

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif Kolera Tetracycline

12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Shigella dysentery Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20 mg/kgBB 4x sehari selama 5 hari Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)

Giardiasis Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari

Obat antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak

diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya.

Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Adsorben

Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat

dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan

mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti

keuntungan praktid dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.

Antimotilitas

Contoh: loperamide, hydrochloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opii, paregoric,

codein.

Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak

mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat

yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari

organism penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satu pun dari obat-

obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.

24

Page 25: Referat Diare Hipertonik Meli

Bismuth Subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak dengan diare

akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.

Kombinasi Obat

Banyak produk kombinasi adsorben, antimikroba, antimotilitas atau bahan lain. Produsen obat

mengatakan bahwa formulasi ini baik untuk digunakan pada berbagai macam diare. Kombinasi

obat semacam ini tidak rasional, mahal dan lebih banyak efek samping daripada bila obat ini

digunakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, tidak ada tempat untuk menggunakan ibat ini pada

anak dengan diare. Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine.

2.4 Komplikasi(1,2,7)

Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya

membutuhkan pengobatan khusus.

Gangguan Elektrolit

Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang

ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar

natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.

Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline – 5 %

dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairang menggunakan berat badan tanpa koreksi.

Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila

sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium pasma setelah 8 jam. Untuk

rumatan gunakan 0,18% saline – 5 % dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol

KCl pada setiap 500ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet

normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare

berhenti.

25

Page 26: Referat Diare Hipertonik Meli

Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit

garam, dapat terjadi hipontremia (Na < 130 mol/L). Hipontremia sering terjadi pada anak dengan

Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi

dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan

bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau Normal Saline.

Kadar Natrium koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan

dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.

Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L.

Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas

10% 0,5-1 ml/kgBB iv pelan-pelan dalam 5-10 menut dengan monitor detak jantung.

Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika kalium 2,5

– 3,5 mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka

diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5 – kadar

K terukur x BB x 0,4 + 2mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam

berikutnya adalah (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).

Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan

aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan

menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare

berhenti.

2.5 Pencegahan(4,5)

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

26

Page 27: Referat Diare Hipertonik Meli

Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.

Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya

pencegahan diare yang terbukti efektif, meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

c. Penggunaan air bersih yang cukup

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum

makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.

f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat

mengurangi resiko diare, antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah yang

cukup untuk memperbaiki status gizi anak

c. Imunisasi campak

BAB III

27

Page 28: Referat Diare Hipertonik Meli

KESIMPULAN

1. Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan

konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang

dari 14 hari.

2. Pembagian diare menurut lamanya diare yaitu diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari,

diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi, dan diare persisten

yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

3. Diare berdasarkan derajat dehidrasinya: diare dengan tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi

ringan sedang dan diare dengan dehidrasi berat.

4. Diare berdasarkan jenis dehidrasinya : diare isotonic, diare hipertonik, diare hipotonik

5. Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau

terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit.Dehidrasi terjadi karena

kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input).Cairan yang keluar

biasanya disertai dengan elektrolit.

6. Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit bibir dan lidah

kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis, gelisah

kadang-kadang disertai kejang.

7. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang dan berat.

8. Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi : Dehidrasi

Hiponatremik atau Hipotonik, dehidrasi Isonatremi atau Isotonik, dehidrasi Hipernatremik

atau Hipertonik

28

Page 29: Referat Diare Hipertonik Meli

9. Untuk terapi dehidrasi hipotonik dapat diberikan NaCl 0,9% disertai Dekstrosa 5% dalam

NaCl 0,225% atau pada Fase I : 20 ml/kg 0,9% NaCl atau RL dan pada Fase II : Tambahkan

deficit natrium.

10. NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dalam NaCl 0,225% dan 20ml/kg NaCl 0,9% atau RL.

11. Dextrosa 5% dalam NaCl 0,45% atau 5%, atau Fase I : 20 ml/kg NaCl 0,9 % atau RL, Fase II

Dextrosa 5% dalam NaCl 0,45% diberikan ≥ 48 jam agar tidak terjadi edema otak dan

kematian.

12. lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang

dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: Rehidrasi dengan

menggunakan oralit baru, Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, Dukungan nutrisi,

Antibiotik selektif , Nasihat kepada orang tua

DAFTAR PUSTAKA

29

Page 30: Referat Diare Hipertonik Meli

1. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S,

Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK

Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120

2. Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H,

Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta :

UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 121-136

3. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson textbook

of Pediatrics 17ed. Saunders. 2004 : 1272-6

4. WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006

5. WHO. Persistent diarrhea in children in developing countries: memorandum from a WHO

meeting. Bull World Health Organ. 1988; 66: 709-17

6. Bhutta ZA. Persistent diarrhea in developing countries. Ann Nestle. 2006; 64: 39-47

7. Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003;

111(7): 931-943

30