referat barotrauma1.n
DESCRIPTION
mnmnjTRANSCRIPT
REFERAT : PULMONARY BAROTRAUMA
Disusun Oleh :
Agatha Marcelline I.W
Pembimbing :
dr. Agung Kristyono, Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAMRUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANPERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2015
Daftar Isi
BAB I 4
PENDAHULUAN 41. Latar Belakang..................................................................................................................... 4
BAB II 10
ISI 10A. Anatomi Paru-Paru......................................................................................................... 10B. Teori Fisika........................................................................................................................ 17
Tekanan Pada Penyelam.....................................................................................................................17Hukum Boyle........................................................................................................................................... 19Masalah Yang Terjadi Pada Saat Menyelam Kedalam...........................................................20Masalah Yang Terjadi Pada Saat Penyelam Berenang Ke Permukaan...........................20Hukum Charles........................................................................................................................................21Hukum Dalton.........................................................................................................................................22Hukum Henry..........................................................................................................................................22
C. Barotrauma Pulmonal....................................................................................................23i. Pulmonary Barotrauma of Ascent..........................................................................................23a) Kerusakan Jaringan Paru..........................................................................................................24b) Emfisema.........................................................................................................................................25d) Emboli Udara.................................................................................................................................28ii. Pulmonary Barotrauma of Descent......................................................................................31
D. Terapi Hiperbarik........................................................................................................... 31
Daftar Pustaka 34
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi
akibat perbedaan antara tekanan udara (tekanan barometrik) di dalam rongga
udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling
sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman dengan scuba . Barotrauma
dapat menyebabkan berbagai manifestasi mulai dari nyeri telinga, sakit kepala
sampai nyeri persendian, paralisis, koma dan kematian. Tiga manifestasi yang
paling sering dari barotrauma termasuk kerusakan pada sinus paranasalis, paru-
paru, telinga tengah, penyakit dekompresi, luka akibat ledakan (bom) dan
terbentuknya emboli udara dalam arteri. Barotrauma juga bisa diinduksi oleh
pemasangan ventilator mekanik. Barotrauma dapat berpengaruh pada beberapa
area tubuh yang berbeda, termasuk telinga, muka (sinus paranasalis), dan paru-
paru.
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus
per 10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak
diketahui karena banyak penyelam tidak mencari pengobatan. Resiko
Barotrauma ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga
meningkat 2,5 kali pada pasien dengan paten foramen ovale. Kematian akibat
Barotrauma di pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per
juta jam penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata-rata penerbangan
sipil sekitar 35 per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia dapat
ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada barotrauma
akibat menyelam tidak ada informasi yang tersedia di seluruh dunia
Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan.
Beberapa diantaranya larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga
terdapat di dalam saluran pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang
volumenya akan bertambah dengan bertambahnya ketinggian.
Ekspansi gas yang terperangkap di dalam sinus bisa menyebabkan sakit
kepala, ekspansi gas yang terperangkap dalam telinga tengah bisa menyebabkan
nyeri telinga, dan perasaan kembung atau penuh pada perut jika ekspansi terjadi
pada gas di saluran pencernaan.
Ekspansi gas yang terperangkap dalam usus halus bisa menyebabkan
nyeri yang cukup hebat hingga terkadang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri.
Pada ketinggian 8000 kaki gas-gas yang terperangkap dalam rongga tubuh
volumenya bertambah 20% dari volume saat di darat. Semakin cepat kecepatan
pendakian maka semakin besar risiko mengalami ketidaknyamanan atau nyeri.
Barotrauma dapat terjadi misalkan pada telinga tengah dapat terjadi saat
menyelam ataupun saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki
pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000
kaki pertama di atas bumi. Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan
terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang.
Hal ini dapat menjelaskan relative tingginya insiden barotrauma pada
telinga tengah saat menyelam. Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada
penyelaman kompresi udara yaitu dengan menggunakan SCUBA (self contained
Underwater Breathing Apparatus) atau penyelaman dengan menahan napas.
Seringkali terjadi pada kedalaman 10-20 kaki.
Sekalipun insidens relatif lebih tinggi pada saat menyelam, masih lebih
banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan orang menyelam.
Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun hanya sampai 8000 kaki.
Maka barotrauma masih mungkin terjadi, namun insidensnya tidak setinggi yang
diakibatkan menyelam. Hal ini disebabkan karena pada saat menyelam, untuk
mengatasi tekanan yang meningkat, harus dilakukan usaha untuk
menyeimbangkan tekanan misalnya melalui manuver valsava (dilakukan dengan
menutup mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan
di dalam pharynx akan meningkat sehingga muara dapat terbuka.), sedangkan
pada saat naik pesawat komersial, tekanan yang menurun biasanya dapat
diseimbangkan secara pasif.
Faktor resiko terjadinya barotrauma adalah:
– Perubahan ketinggian : misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian
ke daerah pegunungan.
– Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran nafas atas.
Berdasarkan letak anatomisnya, barotrauma dapat dibagi menjadi
barotrauma telinga, barotrauma sinus, dan barotrauma pulmonal, dan
barotrauma odontalgia.
Saat menyelam, individu akan terpajan tekanan yang tinggi dan terjadi
peningkatan tekanan dalam pembuluh darah tertutup. Peningkatan tekanan
berhubungan langsung dengan kedalaman, densiti air dan gravitasi. Tekanan
yang tinggi pada kedalaman berasal dari berat air di atasnya, disebut tekanan
ambient, sama halnya dengan tekanan barometer pada dataran atau permukaan
laut yang berasal dari berat udara di atasnya. Tekanan pada penyelaman sering
diartikan sebagai unit kedalaman atau atmosphere absolute (ATA)
Jaringan tubuh tersusun terutama oleh air, dengan demikian hampir tidak
mengalami kompresi, tetapi gas-gas akan mengalami kompresi mengikuti 6isce
Boyle. Selama menyelam volume gas dalam paru akan berbanding terbalik
dengan kedalaman. Pada tiap kedalaman 10 meter (33 kaki) air laut terjadi
peningkatan tekanan ambient 1 atm (760 mmHg). Tekanan pada kedalaman
tersebut sebesar 2 atm, yaitu 1 atm disebabkan oleh tekanan udara di atas laut
dan 1 atm lagi berasal dari berat air sendiri. Peningkatan tekanan dapat
mengecilkan rongga udara dalam tubuh penyelam termasuk paru karena volume
gas akan berkurang setengah dari semula, gas-gas akan mengalami kompresi
sehingga kerapatan gas akan meningkat.
Peningkatan tekanan juga akan berpengaruh terhadap peningkatan
tekanan parsial gas-gas respirasi (oksigen dan nitrogen) sehingga kelarutan
dalam jaringan tubuh akan meningkat. Peningkatan tekanan akan berpengaruh
pada pembentukan gelembung gas dalam darah dan jaringan tubuh. Penyelam
yang naik ke permukaan secara tiba-tiba menyebabkan perubahan efek fisiologi
ini dengan cepat. Volume gas yang meningkat, keluarnya gelembung gas dan
masuk ke jaringan menyebabkan penyelam mengalami barotrauma paru dan
penyakit dekompresi.
Tekanan di luar dinding dada pada seseorang dengan posisi berdiri atau
duduk dengan leher terendam dalam air lebih besar 20 cmH2O dibandingkan
tekanan atmosfer. Tekanan positif di luar dinding dada akan melawan daya
recoil dinding dada 7iscera luar, terjadi penurunan kapasiti residu fungsional
sekitar 50%. Volume cadangan ekspirasi akan menurun sebanyak 70%. Tekanan
intrapleura menjadi lebih negative menyebabkan udara masuk ke paru lebih
besar karena kerja inspirasi meningkat untuk mengatasi tekanan positif dari luar
dinding dada. Kapasiti vital dan kapasiti vital paksa akan menurun. Volume
residu akan menurun karena terjadi peningkatan volume darah dalam paru.
Selama penyelaman terjadi peningkatan kerja pernapasan sekitar 60%.
Penyelam dengan posisi kepala tegak, tekanan di sekitar tubuh lebih tinggi
dibandingkan dibandingkan tekanan pada saluran napas dengan nilai rata-rata
sebesar 30 cmH2O akan mengalami tekanan pernapasan yang negative.
Penyelam dengan kepala posisi di bawah, tekanan dalam saluran napas lebih
tinggi dibandingkan tekanan di sekitar tubuh, akan mengalami tekanan positif
pada pernapasan. Pengurangan kapasiti residu fungsional sekitar 20-30%,
sehingga pernapasan menjadi lebih mudah dengan posisi kepala di atas.
Semakin dalam menyelam densitas udara semakin meningkat. Tahanan
yang mengalir dalam saluran napas akan meningkat sebanding dengan
peningkatan densitas udara sehingga kerja pernapasan akan meningkat dan
mengakibatkan penurunan kapasiti pernapasan maksimum (jumlah udara yang
dapat dihirup setiap menit).
Pada penyelaman dengan menggunakan SCUBA terjadi peningkatan
densiti gas sedangkan volume tidal hampir tidak berubah sehingga terjadi
peningkatan molekul gas yang direspirasi per menit. Hal ini menyebabkan
asupan udara penyelam berkurang, terjadi peningkatan resistensi aliran gas
dalam saluran napas sehingga kerja pernapasan dan jumlah oksigen yang
diinhalasi akan meningkat.
Tekanan di luar tubuh akan meningkat saat berada dalam kedalaman dan
tekanan parsial gas dalam paru dan saluran napas juga meningkat. Peningkatan
tekanan parsial gas ditentukan oleh konsentrasi gas dan tekanan ambient.
Peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan gas-gas respirasi akan
terkompresi. Tekanan parsial gas yang meningkat akan menyebabkan gas inert
(N2, helium) akan masuk ke dalam darah dan jaringan.
Selama penyelam menahan napas, tekanan total gas dalam paru kira-kira
sama dengan tekanan barometer, dengan demikian volume rongga toraks
menurun dan tekanan parsial gas dalam paru meningkat. Penyelam yang biasa
melakukan hiperventilasi sebelum menahan napas dan menyelam, pO2dan pCO2
alveolar akan menjadi 120 dan 130 Torr. Hiperventilasi yang dilakukan secara
berlebihan akan menyebabkan hipoksemia arteri dan penyelam akan kehilangan
kesadarannya. Selama menahan napas pada kedalaman 33 kaki, volume paru
akan menurun, gas-gas akan mengalami kompresi dan tekanan parsial gas akan
meningkat. Keadaan ini tidak akan mengganggu pengangkutan oksigen dari
alveoli ke darah sampai penyelam naik ke permukaan. Walaupun demikian
transfer CO2 dari darah ke alveoli akan mengalami gangguan saat menyelam
dan terjadi retensi bermakna CO2 dalam darah. Penyelam masih dapat
mentoleransi peningkatan CO2 sampai 80 mmHg, dengan cara meningkatkan
volume pernapasan per menit. Peningkatan CO2 lebih lanjut akan menyebabkan
penekanan pada pusat pernapasan dan penyelam dapat mengalami asidosis
respiratorik yang hebat.
Salah satu penyebab kematian pasa penyelam adalah barotrauma paru.
Penelitian tentang mekanisme terjadinya emboli udara yang disebabkan oleh
barotrauma paru menunjukkan bahwa sebagian trauma berasal dari penyakit
dekompresi dan sebagian lainnya yang lebih fatal berasal dari emboli udara.
Pneumotoraks merupakan komplikasi yang jarang pada barotrauma paru, terjadi
pada sekitar 10% penyelam yang mengalami sindrom overinflasi paru.
Mekanisme yang mendasari terjadinya kecelakaan penyelaman akibat
tekanan yang berlebihan, secara langsung berhubungan dengan 8isce Boyle yaitu
volume gas akan berkurang dengan peningkatan tekanan. Bahaya terbesar
terjadi saat berada pada kedalaman yang mendekati permukaan dengan volume
pengembangan gas terbesar.
Barotraumas yang terjadi saat menyelam ke bawah disebut squeeze,
pada paru akan menyebabkan kongesti, edema dan perdarahan paru.
Barotraumas yang terjadi saat penyelam naik ke atas akibat gas yang terjebak
dalam jaringan tubuh. Gas-gas tersebut akan mulai mengembang saat penyelam
naik. Selama ke atas, penyelam akan merasakan nyeri dada. Jika penyelam
menahan napas dan tidak mengeluarkan gas, gas tersebut akan mengembang
secara eksponensial sehingga perbedaan tekanan gas di alveoli dan air
meningkat 50-100mmHg, gas bebas bergerak menembus membrane alveoli
masuk ke dalam jaringan interstisial, kapiler paru dan pleura 9isceral.
Gas akan masuk ke dalam kapiler paru menyebabkan emboli gas dalam
arteri, gas masuk ke pleura visceral yang mengalami rupture akan menyebabkan
pneumotoraks, serta gas melalui interstisial paru masuk ke mediastinum akan
menyebabkan pneumomediastinum atau emfisema mediastinal. Emfisema
subkutan terjadi akibat gas masuk ke jaringan subkutan. Bahaya terbesar adalah
rupture alveoli pada saat penyelam naik ke atas dari kedalaman 33 kaki, karena
volume gas relative menjadi 2 kali ukuran semula selama masa transisi.
Pencegahan risiko terjadinya kecelakaan akibat tekanan yang berlebihan
pada paru selama penyelaman dimulai dengan pemeriksaan fisik yang baik pada
penyelam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan tidak terdapatnya
riwayat kelainan paru sebelumnya yang mungkin sebagai faktor predisposisi
terjadi gas trapping yaitu terdapat bleb, bula, penyakit paru obstruktif yang tidak
diterapi dengan adekuat termasuk asma. Selain itu perlu penjelasan tentang
tingkah laku penyelam yang tidak tepat yaitu menahan napas selama naik ke
permukaan dengan cepat.
Pemeriksaan spirometri perlu dilakukan untuk menilai derajat obstruksi
saluran napas. Uji faal paru dengan flow volume curve dengan aliran ekspirasi
tengah 80% dari nilai prediksi merupakan batas keamanan untuk menyelam.
Barotrauma pulmoner terbagi menjadi dua yaitu barotrauma pulmoner
yang terjadi saat penyelam naik ke permukaan laut seperti fenomena “ burst
lung” yang dapat mengakibatkan pneumothorax, emfisema, emboli, dan
kerusakan jaringan paru serta barotrauma pulmoner yang terjadi saat penyelam
menyelam kedalam lautan seperti squeeze paru-paru .
BAB II
ISI
A. Anatomi Paru-Paru
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Pada
Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut
Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2 yaitu
esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung
dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan
cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,
sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus
meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Alveoli bertambah besar sesuai dengan
perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru
berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru- paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Masing-masing paru memiliki oblique
fissure yang akan memisahkan bagian superior dan inferior lobus. Pada paru
kanan , bagian superior dari oblique fissure akan memisahkan lobus superior
dan lobus inferior sedangkan bagian inferior dari oblique fissure akan
memisahkan lobus media dan lobus inferior. Lobus media sendiri memiliki batas
superior yaitu horizontal fissure Pada paru kiri, oblique fissure hanya
memisahkan antara dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Paru kanan lebih pendek dibandingkan paru kiri karena tepat dibawah
paru kanan terletak hepar. Sedangkan paru kiri 10% lebih kecil dibandingkan
paru kanan karena di paru kiri terdapat “cardiac notch” yang merupakan tempat
untuk jantung. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian
menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum
Paru-paru terletak diantara diaphragm hingga sepertiga atas klavikula.
Bagian superior dari paru yang terletak di sepertiga atas klavikula disebut
sebagai “apex “. Bagian inferior paru yang terletak tepat diatas diafragma disebut
sebagai “base”. Pada bagian medial paru terdapat suatu bagian yang disebut
hilum. Didalam hilum dapat ditemukan pembuluh limfatik, pembuluh darah , dan
merupakan lokasi keluar dan masuknya persyarafan. Bagian basal paru terletak
hingga ICS 6 pada bagian anterior dan hingga T10 pada bagian posteriornya.
Trakea akan memisah menjadi dua bagian yaitu bronkus primer kanan
dan kiri. Bronkus primer kanan terletak lebih vertical dan lebar sehingga jika
terjadi aspirasi akan lebih mudah masuk ke bronkus primer kanan. Tepat pada
pemisahan trakea menjadi bronkus primer kanan dan kiri terdapat karina yang
merupakan lokasi paling sensitive dan paling mudah memancing refleks batuk.
Dari bronkus primer akan terbagi menjadi bronkus sekunder. Masing – masing
paru mendapatkan satu bronkus sekunder( pada paru kanan terdapat 3 bronkus
sekunder, paru kiri terdapat 2 bronkus sekunder). Lalu bronkus sekunder akan
membelah menjadi bronkus tertier. Dari bronkus tertier akan terbagi menjadi
terminal bronkiol. Dari bronkiol akan menjadi duktus alveolus. Alveolus
merupakan tempat pertukaran gas dan terdiri atas dua tipe sel epithelial. Sel
epitel tipe I merupakan sel epitel yang paling banya ditemukan dan merupakan
lokasi utama pertukaran gas. Sel epitel tipe II terdapat lebih sedikit
dibandingkan tipe I namun merupakan penghasil surfaktan yang berguna untuk
mencegah paru kolaps.
.
Paru diperdarahi oleh arteri pulmonal yang membawa darah
deoksigenisasi melalui pulmonary trunk lalu masuk ke paru kanan dan paru kiri.
Darah dari tubuh akan kembali ke atrium kiri jantung melalui 4 vena pulmonal.
Ventilation-perfusion coupling adalah istilah yang terjadi saat paru mengalami
hipoksia lokal, pembuluh darah paru akan menyempit. Tidak seperti pembuluh
darah lain di seluruh tubuh yang akan melebar saar terjadi hipoksia untuk
memperbanyak aliran darah ke jaringan yang hipoksia. Sehingga banyaknya
darah yang mengalir ke suatu area paru sesuai dengan banyaknya oksigen yang
terdapat didalam alveoli.
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara
atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah
pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke
dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh
(ekspirasi). Untuk melakukan fungsi ventilasi, paru-paru mempunyai beberapa
komponen penting, antara lain:
Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer.
Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh
darah.
Dua lapisan pleura, yakni pleura viseralis yang membungkus erat jaringan
parenkim paru, dan pleura parietalis yang menempel erat ke dinding
toraks bagian dalam. Di antara kedua lapisan pleura terdapat rongga tipis
yang normalnya berisi sedikit cairan lubrikasi dan disebut rongga pleura
(“ pleural cavity “). Fungsi dari cairan pleura ini adalah untuk mengurangi
gesekan yang terjadi antara pleura viseralis dan pleura parietalis saat
proses pernafasan. Cairan pleura juga mengakibatkan pleura parietalis
dan pleura viseralis dapat saling menempel yang disebut sebagai “surface
tension “ . Pleura dapat ditemukan hingga 5cm memanjang kebawah
setelah ICS 6 pada bagian anterior dan kosta 12 pada bagian posterior.
Thoracocentesis biasa dilakukan pada ICS 7 karena pada area ini sudah
tidak ditemukan parenkim paru.
Beberapa reseptor yang berada di pembuluh darah arteri utama
Sistem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas dan
pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus paranasal,
dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus paru
Ventilasi adalah proses bernafas yang terdiri atas dua proses, yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan udara dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan udara dari dalam paru ke atmosfer. Agar
proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot
pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi
dua yaitu
Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, diafragma, dan
otot pernafasan aksesoris yaitu sternokleidomastoideus, skalenus dan
pektoralis minor.
Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus
Inhalasi adalah proses masuknya udara dari atmosfer ke paru. Inhalasi dapat
terjadi jika tekanan didalam paru lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer
sehingga gas dapat bergerak masuk dari atmosfer ke paru. Agar tekanan paru
dapat lebih rendah dibandingkan atmosfer, volume paru harus dinaikan. Hal ini
sesuai dengan Hukum Boyle yaitu tekanan akan berbanding terbalik dengan
volume ruangan. Hal ini berarti jika pada suatu ruangan tertutup, volume
ruangan tersebut dikecilkan, tekanan yang terdapat diruangan tersebut menjadi
lebih besar, dan berlaku juga sebaliknya.
Untuk menaikan tekanan pada proses inspirasi, akan terjadi kontraksi
diafragma ( yang mengakibatkan diafragma mendatar dan volume paru
meningkat) serta kontraksi intercostal eksterna yang akan mengangkat tulang
kosta sehingga diameter antero-posterior dan lateral paru meningkat. Pada
inspirasi penuh akan digunakan otot-otot pernafasan aksesorius seperti otot
sternocleidomastoid, otot skalenius, dan otot pektoralis minor.
Pada proses ekspirasi, yang terjadi adalah relaksasi dari otot-otot inspirasi dan
pengempesan paru serta dinding dada. Akibat dari relaksasi diafragma dan otot
interkostalis eksterna, diameter anteroposterior dan lateral paru menjadi
menyempit. Sesuai dengan Hukum Boyle, volume ruang yang menyempit akan
mengakibatkan tekanan membesar sehingga udara dapat keluar dari paru-paru
ke atmosfer. Pada ekspirasi penuh yang biasa dibutuhkan pada saat memainkan
alat musik tiup, atau saat olahraga, otot abdominus dan interkosta interna akan
berkontraksi dan mengakibatkan peningkatan tekanan di rongga thoraks dan
abdominal.
B. Teori Fisika
Tekanan Pada Penyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu tekanan
atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan yang ada di atas air.
Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di atas
penyelam. Barotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik.
Diver’s depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui tekanan hidrostatik
(kedalaman air) dan berada pada angka nol pada permukaan laut. Diver’s depth
gauges tidak mengikutsertakan 1 atmosfer (1 ATA) diatasnya. Jadi, gauge pressure
selalu 1 atmosfer lebih rendah dari tekanan yang sebenarnya (tekanan absolut).
a) Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer pada permukaan laut adalah 1 atmosfer atau 1 bar. 1
atmosfer (1 ATA) diperkirakan setara dengan 10 meter kedalaman laut, 33 kaki
kedalaman air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar,
101,3 kilopascals, 760 mmHg. Untuk setiap penambahan kedalaman sedalam 10
meter, tekanan akan meningkat 1 ATA.
Tekanan Absolute Tekanan Gauge Kedalaman Laut
1 ATA 0 ATG Permukaan
2 ATA 1 ATG 10 meter (33ft)
3 ATA 2 ATG 20 meter (66 ft)
4 ATA 3 ATG 30 meter (99 ft)
b) Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang penyelam
ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer yang
berada di permukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air di
kedalaman laut (tekanan hidrostatik). Untuk mendapatkan tekanan absolut dapat
dengan cara membagi kedalaman penyelam (dalam meter) dengan 10 untuk
mendapatkan tekanan hidrostatiknya, ditambah 1 ATA (tekanan atmosfer).
Tekanan Atmosfer dan Tekanan Hidrostatik Dan Konversinya Dalam Tekanan Absolut
c) Tekanan Gauge
Tekanan hidrostatik yang di terima penyelam disebut sebagai tekanan
gauge. Tekanan gauge pada batas permukaan laut adalah 0 ATA. Tekanan gauge
tidak memperhitungkan tekanan atmosfer (1 ATA). Sehingga untuk menjadi
tekanan absolut tekanan gauge harus dijumlahkan 1 ATA.
d) Tekanan Parsial
Pada campuran gas, proporsi tekanan total yang dimiliki oleh masing-masing
gas disebut sebagai tekanan parsial (bagian atas tekanan). Tekanan parsial yang
dimiliki oleh masing-masing gas sebanding dengan persentase campuran. Setiap gas
memiliki proporsi yang sama dengan tekanan total campuran, seperti proporsinya
dalam komposisi campuran. Misalnya, udara pada 1 ATA mengandung oksigen 21%,
maka tekanan parsial oksigen adalah 0,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung
nitrogen 78%, maka tekanan parsial nitrogen adalah 0,78 ATA.
Hukum Boyle
Hukum Boyle berbunyi “Volume suatu gas berbanding terbalik dengan
tekanan yang bekerja pada gas tersebut (jika suhu tetap konstan)”. Hal ini berarti,
untuk jumlah gas tertentu, jika tekanan meningkat, volume proporsionalnya menurun
demikian sebaliknya atau dapat diartikan jika tekanan naik dua kali lipat, berarti
volumenya seperdua, demikian sebaliknya.
Secara matematis dapat ditulis : V = 1/P (dimana P: tekanan, dan V: volume).
Oleh karena itu, untuk jumlah gas tertentu, volume dikalikan dengan tekanan selalu
memiliki nilai konstan (PxV bernilai konstan).
Jadi, jika suatu gas memiliki volume awal V1 dan tekanan awal P1, dan
tekanan dan volume tersebut berubah, maka hasil kali volume baru dan tekanan baru
yang dihasilkan bernilai sama dengan keadaan awal apabila dikalikan.
Pada saat menyelam, tekanan di dalam air atau laut meningkat seiring dengan
kedalaman yang ada, konsekuensinya bagi penyelam harus mengurangi volume gas
yang ada karena tubuh memiliki banyak ruang yang terisi volume udara.
Masalah Yang Terjadi Pada Saat Menyelam Kedalam
Pada saat menyelam dan tekanan semakin tinggi, ruang pada tubuh yang
terisi udara seperti telinga dan sinus paranasalis akan mengalami kontraksi
( sesuai dengan Hukum Boyle). Hal ini jika tidak diikuti dengan penambahan
udara pada yang lebih banyak (pemerataan), maka barotraumas pada jaringan
akan terjadi. Sebagai contoh, Jika tas dengan volume 6 liter udara yang ada di
permukaan laut (1 ATA) dan dibawa pada kedalaman 20 meter (3 ATA), maka
volume akan berkurang 3 kali lipat menjadi 2 liter.
P1 x V1 = P2 x V2
1 x 6 = 3 x V2
V2 = 2 liter
Dengan cara yang sama pula ketika seorang penyelam mengambil napas
maksimal di permukaan laut dan menyelam sampai kedalaman 20 meter (3
ATA), maka volume udara di paru-parunya berkurang dari 6 liter menjadi 2 liter.
Masalah Yang Terjadi Pada Saat Penyelam Berenang Ke Permukaan
Penyelam laki-laki biasanya memiliki kapasitas volume udara paru-paru
sekitar 6 liter. Jika seorang penyelam mengambil napas penuh pada kedalaman 20
meter (3 ATA) dari set scuba dan kembali ke permukaan tanpa menghembuskan
napas, maka volume gas di paru-parunya akan meningkat dari volume paru-paru total
6 liter menjadi kapasitas untuk 18 liter udara.
Paru-paru harus memperluas kapasitasnya untuk menampung volume
sebanyak 18 liter dan ini melewati batas kemampuan ekspansi dari paru-paru.
Hal ini dapat menyebabkan barotrauma pada paru-paru atau pulmonary
barotrauma of ascent.
Hal penting yang harus dicatat dari Hukum Boyle adalah perubahan
volume terjadi paling besar di dekat permukaan laut sehingga semakin
mendekati permukaan laut, akan semakin semakin besar resiko mengalami
barotrauma.
Hukum Charles
Sebagian penyelam pasti menyadari bahwa pompa dan kompresor udara yang
digunakan pada saat menyelam menjadi panas saat digunakan. Saat volume gas
dikompresi, panas dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan oleh Hukum Charles.
Hukum ini menyatakan bahwa jika tekanan tetap konstan, maka volume dari
suatu massa gas akan mempengaruhi temperature absolute (suhu absolute diperoleh
dengan menambahkan 273 untuk suhu dalam derajat celcius). Dengan kata lain, pada
tekanan tetap, jika gas dipanaskan volume bertambah, dan jika gas didinginkan
volumenya berkurang.
Hukum Charles dan Hukum Boyle dapat dikombinasikan dalam Hukum Gas
Umum: PV/T adalah konstan. Hal ini berarti untuk jumlah gas tertentu, tekanan
dikalikan volume dibagi oleh suhu, memiliki nilai yang sama, jadi jika salah satu
bervariasi, memiliki efek pada kedua faktor yang lain. Jika gas dikompresi,
volumenya menurun dan semakin panas. Jika gas dipanaskan dan volume dicegah
untuk mengalami penambahan, maka tekanan meningkat.
Hukum Dalton
Dalam suatu campuran gas, tekanan total diberikan oleh campuran gas tersebut, yaitu
jumlah dari tekanan yang akan diberikan oleh masing-masing gas jika menempati
volume total gas tersebut. Artinya, tekanan total adalah jumlah dari tekanan parsial.
Dengan meningkatnya tekanan (sesuai dengan kedalaman air), sehingga tekanan
parsial masing-masing gas meningkat. Misalnya jika udara mengandung sekitar 21%
oksigen (O2) dan 78% nitrogen (N2), kemudian dalam sampel dari udara pada
tekanan tertentu, O2 akan berkontribusi 21% dari tekanan total dan N2 akan
memberikan kontribusi 78%. Untuk mengetahui tekanan parsial dari suatu gas,
kalikan presentase gas tersebut dengan tekanan absolut.
Hukum ini penting untuk mengetahui kemungkinan keracunan gas pada
tekanan tertentu dan penggunaan O2 untuk terapi.
Hukum Henry
Hukum ini menjelaskan tentang kelarutan gas dalam cairan dan menyatakan
bahwa jumlah gas yang akan larut dalam cairan pada suhu tertentu sebanding dengan
tekanan parsial gas dalam kontak dengan cairan tersebut. Ini berarti bahwa jika
tekanan gas dalam cairan meningkat, maka lebih banyak gas akan larut dalam cairan.
Contoh dari hukum ini dapat dilihat setiap kali minuman ringan bersoda
botol dibuka. Selama pembuatan minuman ini, karbondioksida dilarutkan dalam
cairan di bawah tekanan dan tutup botol untuk mempertahankan tekanan. Ketika botol
dibuka dan tekanan dilepaskan cairan akan melepaskan kelebihan gas yang terlarut
tersebut dalam bentuk gelembung – gelembung.
Pada permukaan laut (1ATA) tubuh manusia berisi sekitar 1
liter N2 yang terlarut dalam jaringan. Setiap kali seorang penyelam bernafas
dan terjadi kompresi udara di kedalaman laut, N2 lebih akan larut dalam tubuh
karena tekanan parsial N2 dalam udara pernapasan meningkat. Dalam keadaan
tertentu, ketika penyelam kembali ke permukaan, N2 ini bisa keluar dalam bentuk
gelembung. Gelembung ini menyebabkan cedera jaringan yang merupakan dasar dari
penyakit dekompresi.
C. Barotrauma Pulmonal
Barotrauma pulmonal adalah kerusakan yang terjadi pada paru diakibatkan
oleh perubahan tekanan ( Hukum Boyle) . Pada penyelam barotrauma pulmonal dapat
terjadi pada saat penyelam menyelam ke dalam laut atau saat berenang ke permukaan.
Barotrauma yang terjadi saat berenang menuju permukaan biasa terjadi pada scuba-
diving. Sedangkan barotrauma pada saat menyelam ke bawah biasa terjadi pada free
diving ( breath-hold).
i. Pulmonary Barotrauma of Ascent
“Burst Lung” atau kolaps paru merupakan penyebab kematian terbanyak
kedua setelah tenggelam pada penyelam scuba-diving rekreasional . Paru-paru laki-
laki pada umumnya mengandung 6 liter udara. Jika penyelam menyelam ke
kedalaman 20 meter (3ATA) lalu naik kembali ke permukaan laut dengan tekanan
1ATA, volume udara di paru akan bertambah menjadi 18 liter. Paru tidak dapat
mengembang hingga sebanyak itu sehingga untuk menghindari overdistensi,
penyelam harus melepaskan 12 liter udara selama naik ke permukaan. Jika hal ini
tidak dilakukan, paru akan kolaps seperti balon karena mengembang melebihi
kemampuannya untuk mengembang. Bahkan pada paru normal, distensi sekitar 10%
sudah cukup dapat membuat paru ruptur.
Saat mendekati permukaan air, 10% distensi ini dapat terjadi pada tekanan
80mmHg dan ini setara dengan tekanan yang terdapat antara permukaan air dan
kedalaman 1 meter. Volume gas berubah lebih besar saat semakin mendekati
permukaan air.
Jika terjadi kolaps karena volume didalam paru yang berlebihan, dapat terjadi
4 konsekuensi :
Kerusakan jaringan paru
Emphysema
Pneumothorax
Emboli udara
a) Kerusakan Jaringan Paru Distensi berlebihan pada paru dapat mengakibatkan robeknya jaringan paru
dak kerusakan pada jaringan sekitarnya. Perdarahan, memar, dan kerusakan pada
jaringan paru menyebabkan kesulitan bernapas.
Gejala yang dapat muncul adalah :
Sesak napas
Nyeri saat bernapas
Batuk
Batuk darah
Shok
Kematian yang dapat muncul dengan cepat
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah pertama kali kita harus mengevaluasi
kemungkinan penyelam menderita penyakit barotrauma yang lain, melakukan
resusitasi seperti biasa, diberikan oksigen lalu segera dibawa ke rumah sakit.
b) EmfisemaRobeknya alveoli dapat mengakibatkan gas keluar dari alveoli ke jaringan
paru. Gas yang keluar akan berjalan dari mediastinum lalu bermigrasi ke leher,
pericardiurm, bahkan hingga rongga abdomen.
Jika penyelam sudah menyelam terlalu dalam dan lama, dan masih terdapat
nitrogen di jaringan tubuhnya, nitrogen akan menjadi semakin berdifusi ke rongga-
rongga di tubuh yang berisi udara dan mengakibatkan rongga-rongga tersebut
semakin mengembang dalam beberapa jam, diikuti dengan gejala yang bertambah
berat.
Keberadaan udara pada jaringan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
seperti kompresi pada pembuluh darah, syaraf, laring, esofagus, dan jantung.
Gejala dapat muncul perlahan-lahan seiring dengan migrasi udara perlahan
kejaringan.
Udara di sekitar jantung : nyeri dada, sesak napas
Udara di tenggorokan : perubahan suara, sesak napas, kesulitan menelan
“Crackling sensation” : dibawa kulit didaerah supraklavikula dapat teraba
seperti ada gelembung-gelembung dibawah kulit
Terasa penuh pada tenggorokan
Terapi yang diberikan adalah mula-mula lakukan observasi apakah ada
kemungkinan terdapat penyakit barotrauma yang lain. Emfisema ringan dapat diterapi
hanya dengan 100% oksifen. Terapi ini mengakibatkan terdapat perbedaan gradien
antara rongga yang berisi udara dengan darah yang tidak berisi udara sehingga akan
mengeliminasi udara dari jaringan. Jika tidak diberikan terapi pada emfisema ringan,
kondisi ini akan hilang dan sembuh sendiri dalam beberapa hari.
Pada emfisema berat, terutama yang menyebabkan kompresi pada saluran
napas dan pembuluh darah, dapat dilakukan terapi rekompresi ( hiperbarik). Dengan
menghirup oksigen dengan tekanan tinggi didalam ruang hiperbarik, akan
menimbulkan perbedaan gradien yang lebih besar sehingga nitrogen dapat dieliminasi
dengan lebih cepat.
c) Pneumothoraks
Jika terjadi robek pada paru dilokasi yang dekat dengan permukaan dada,
udara dapat masuk ke rongga pleura diantara paru dan dinding dada sehingga
mengakibatikan timbulnya pnemothorax. Paru akan kempes seperti balon dan rongga
paru akan terisi oleh kantong yang berisi udara. Kantong yang berisi udara ini tidak
dapat keluar dari paru.
Pada ilustrasi diatas, paru-paru kanan kempes dan kantong udara yang terdapat
diparu kanan dapat mendorog organ-organ mediastinum termasuk jantung ke arah
kanan dan menyebabkan “tension pneumothorax”pada sisi kontralateral. Tension
pneumothorax dapat mengganggu kerja jantung dan dapat berakibat fatal.
Jika ditemukan darah pada pneumothorax disebut haemo-pneumothorax
Gejala yang dapat muncul :
Nyeri dada yang diperparah saat bernapas
Laju napas meningkat
Laju nadi meningkat
Tension pneumothorax :
o diskokasi trakea ke arah kontralateral
o sesak napas hebat
o sianosis
o shok
o nadi sukar diraba
o tekanan darah menjadi rendah.
Pada kasus yang lebih berat, pneumothorax dapat langsung muncul saat
penyelam mencapai permukaan. Namun pada kasus yang ringan, gejala dapat muncul
baru pada beberapa jam kedepat. Gejala dapat dipicu oleh batuk dan tekanan yang
tinggi seperti pada pegunungan, bepergian dengan pesawat, kembali menyelam.
Pneumothoraks adalah suatu kegawatan medis. Kolapsnya paru dan tingkat
keparahannya hanya dapat dilihat melalui x-ray. Pneumothorax yang besar dapat
ditatalaksana dengan memasukan chest tube pada interkostal 2 garis midklavikula,
atau interkostal 5-6 pada garis midaksila.
Pada pneumothoraks ringan ( <25% paru kolaps) dapat diobati dengan
menghirup 100% oksigen.
d) Emboli UdaraSaat paru ruptur, dinding alveoli dapat ikut terobeok. Dinding alveoli memiliki
banyak pembulu darah kapiler disekelilingnya. Jika kapiler pada dinding alveoli ikut
terobek, dapat mengakibatkan masuknya udara kedalam peredaran darah. Udara lalu
mengikuti peredaran pembuluh vena, lalu dibawa ke atrium kiri jantung untuk
kemudian diedarkan keseluruh tubuh.
Gelembung udara yang ada di peredaran darah dapat menyumbat pembuluh-
pembuluh darah penting dan merusak organ vital seperti jantung, otak, yang dapat
mengakibatkan gangguan fungsional hingga kerusakan serius yang mengakibatkan
kematian.
Gejala muncul dengan sangat cepat, biasanya dalam 10 menit setelah
penyelam mencapai permukaan air laut.
Cerebral Arterial Gas Embolism (CAGE) adalah kumpulan gejala yang terjadi
jika gelembung udara menyumbat pembuluh darah otak :
o Penurunan kesadaran
o Gangguan sensasi : baal, kesemutan
o Gangguan motorik : paralisis, kelemahan
o Gangguan penglihatan
o Gangguan bicara
o Gangguan keseimbangan dan koordinasi
o Gangguan fungsi intelektual
Gelembung udara yang menyumbat di arteri koronaria :
o Serangan jantung
o Nyeri dada
o Sesak napas
o Palpitasi
Gelembung udara yang menyumbat pembuluh darah pada kulit :
o Marbling
Jika penyelam berenang ke permukaan laut setelah diving pada kedalaman
yang sangat dalam lalu menunjukan adanya gejala gangguan pada otak, hal ini dapat
saja disebabkan oleh cerebral decompression sickness. Tidak mudah untuk
membedakan antara emboli udara dan cerebral decompression sickness sehingga
kedua penyakit ini disebut sebagai acute decompression illness. Tatalaksana yang
diberikan adalah sama bagi kedua penyakit.
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah terapi diruang hiperbarik. Emboli
udara dapat berakibat fatal karena menyebabkan hipoksia dan menyumbat pembuluh-
pembuluh darah yang penting. Dengan terapi hiperbarik, ukuran gelembung udara
dapat dikecilkan sehingga dapat melalui pembuluh darah yang lebih kecil dan tidak
terlalu penting sehingga dapat dieliminasi bersamaan dengan difusi nitrogen .Jika
pasien tidak sadar terlebih dahulu dilakukan bantuan dasar hidup pada umumnya pada
pasien
Faktor resiko yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya penyakit
barotrauma :
Menahan napas saat berusaha berenang ke permukaan
Saat berenang ke permukaan seorang penyelam harus tetap mengeluarkan
udara pernapasan karena menahan napas saat berenang ke permukaan dapat
menyebabkan distensi yang berlebihan pada paru serta ruptur paru.
Udara yang terjebak di paru
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjebaknya udara di paru
seperti obstruksi bronki ( asma, bronkitis, infeksi saluran pernapasan
atas, TB paru, tumor paru, kista paru, emfisema, perokok berat yang
mengakibatkan obstruksi mukus)
Kelainan kemampuan paru untuk mengembang
Terdapat luka, fibrosis, sarcoidosis, TB, abses paru, pneumonia.
Terlalu cepat berenang ke permukaan
Jika kita terlalu cepat berenang ke permukaan, perubahan volume juga
akan terjadi lebih besar. Resiko ini dapat dikurangi dengan berenang ke
permukaan dengan kecepatan 9 meter per menit
Emergency ascents
Berenang ke permukaan diperlukan karena hal-hal emergensi yang terjadi
seperi kekurangan suplai udara.
Riwayat kesehatan dan penyakit barotrauma sebelumnya
Teknik diving yang tepat
Kekurangan atau kehabisan suplai udara saat menyelam
Seluruh penyelam harus memiliki sisa suplai udara 50 ATA saat mencapai
permukaan laut. Namun semakin besar usaha penyelam untuk kembali ke
permukaan saat terjadi kekurangan udara, semakin besar kemungkinan
penyelam menjadi tidak sadar, hipoksia, panik, dan terdapat timbunan
karbondioksida.
ii. Pulmonary Barotrauma of Descent
Hukum Boyle menyatakan bahwa terdapat hubungan antara volume gas dalam
ruangan tertutup dengan tekanan lingkungan sekitar. Penurunan atau peningkatan
pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume dalam ruangan tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat timbul
akibat adanya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar struktur tubuh yang terkait.
Barotrauma yang terjadi pada saat penurunan disebut squeeze.
Saat penyelam menyelam kedalam, sesuai dengan Hukum Boyle, semakin
besar tekanan volume akan semakin mengecil. Volume paru akan semakin mengecil
seiring dengan meningkatnya kedalaman. Hingga pada suatu terkanan tertentu, paru
tidak lagi dapat mengecil . Sebagai kompensasinya, pembuluh darah pada paru yang
akan melebar. Pelebaran pembuluh darah juga memiliki batas tertentu. Saat sudah
melewati batasnya, pembuluh darah akan ruptur dan menyebabkan perdarahan pada
paru.
D. Terapi Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy) merupakan
suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam
suatu hyperbaric chamber/ ruangan hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki
tekanan lebih dari udara atmosfir normal (1 atm atau 760 mmHg). Dalam kondisi
normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang
tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah
meningkat hingga 400%. Berbeda dengan oksigen biasa yang diangkut darah, oksigen
bertekanan udara tinggi mudah larut ke seluruh jaringan tubuh yang ada cairan, dari
darah, sistem getah bening, saraf, hingga tulang. Semakin banyak oksigen terserap,
akan semakin baik bagi kemandirian tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak.
Dua efek penting yang mendasari pemanfaatan HBOT adalah:
1. Efek mekanik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan lingkungan sehingga
menurunkan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita
dekompresiakibat kecelakaan kerja penyelaman;
2. Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan akan
memberikan efek terapeutik seperti bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob,
detoksifikasi pada keracunan karbon monoksida, reoksigenasi pada kasus
iskemia akut, crush injury, compartment syndrome, maupun kasus iskemia
kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation, dan
luka bakar. Bahkan saat ini pemanfaatan HBOT semakin meluas, dan telah
digunakan sebagai terapi kebugaran tubuh serta kecantikan.
Proses HBOT tergolong sederhana. Diawali dengan konsultasi oleh dokter dan
pemeriksaan fisik untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi absolut seperti
pneumotoraks, maupun kontraindikasi relatif seperti asma, klaustrofobia (takut
ruangan sempit), penyakit paru obstruktif kronik, disfungsi tuba eustachius, demam
tinggi, kehamilan, dan infeksi saluran napas atas.
Setelah dipastikan pasien tidak memiliki kontraindikasi HBOT, pasien akan
dibawa masuk dalam suatu ruangan hiperbarik. Ada 2 jenis ruangan yaitu ruangan
multipel yang dapat digunakan bersamaan dengan pasien lainnya, dan ruangan single
yang hanya dapat digunakan oleh 1 pasien saja. Tidak perlu penggunaan masker
maupun sarung tangan dalam ruangan, kecuali pada kasus keracunan
karbonmonoksida. Di dalam ruangan pasien dapat melakukan aktivitas seperti
membaca dan mendengarkan musik. Dosis dan lamanya HBOT disesuaikan dengan
kondisi jaringan dan indikasi dilakukannya HBOT. Sebagai contoh, HBOT untuk
perawatan luka dilakukan sebanyak 10 sesi perawatan, setiap sesi memakan waktu 90
hingga 120 menit.
Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2 – 3 ATA
(Atmosphere Absolute) dengan pemberian O2 intermitten akan mencegah keracunan
O2 dan memberikan efek samping seminimal mungkin. Efek samping yang
ditimbulkan biasanya berupa mual, kedutan pada otot wajah dan perifer, maupun
kejang.
Daftar Pustaka
1. Daniel F. Noltkamper C. Scuba Diving: Barotrauma and Decompression Sickness [Internet]. eMedicineHealth. 2015 [cited 21 September 2015]. Available from: http://www.emedicinehealth.com/barotraumadecompression_sickness/article_em.htm
2. Cfua.org. PULMONARY BAROTRAUMA - Cyprus Federation of Under Water Activities [Internet]. 2015 [cited 21 September 2015]. Available from: http://www.cfua.org/Pulmonary-Barotrauma.htm
3. Introduction of Hyperbaric Oxygen Therapy. 1st ed. 2015.
4. Emedicine.medscape.com. Hyperbaric Oxygen Therapy: Overview, Hyperbaric Physics and Physiology, Contraindications [Internet]. 2015 [cited 21 September 2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview
5. Diversalertnetwork.org. Hyperbaric Oxygen Therapy | Decompression Sickness - DAN Health & Diving [Internet]. 2015 [cited 21 September 2015]. Available from: http://www.diversalertnetwork.org/health/decompression/Hyperbaric-oxygen-therapy