refarat i

39
TORSIO TESTIS 1. Pendahuluan Torsio testis merupakan kegawatdaruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir tidak jarang menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral ataupun bilateral. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan nyeri akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang dapat berujung pada kesalahan terapi. 2 Penyebab dari akut skrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang 1

Upload: felmi-de-lima

Post on 09-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

torsio testis

TRANSCRIPT

TORSIO TESTIS

1. PendahuluanTorsio testis merupakan kegawatdaruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir tidak jarang menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral ataupun bilateral. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan nyeri akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang dapat berujung pada kesalahan terapi.2Penyebab dari akut skrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang tepat. Sekitar 2/3 pasien yang dicurigai menderita torsio testis dengan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Keterlambatan dan kegagalan dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses torsio yang berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian testis dan jaringan disekitarnya.2Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi (13%).22. AnatomiTestis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan ukuran 4x2,5x2,5cm dan berat kurang lebih 20g. Terletak didalam skrotum dengan axis panjang pada sumbu vertikal dan biasanya testis kiri terletak lebih rendah dibanding kanan. Testis memiliki bagian yakni extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), margo posterior (datar). Testis diliputi oleh tunika albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epididymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak disekeliling bagian dorsal dari testis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intra abdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitif selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis(prosesus vaginalis) akan menutup.3 Gambar 1. Struktur Testis

Lapisan testis dari luar ke dalam yakni :

a. Cutis

b. Tunica dartos

c. Fascia Spermatica Externa (Aponeurosis MOAE)

d. M. Cremasterica

e. Fascia Cremasterica (Aponeurosis MOAI)

f. Fascia Spermatica Interna (Aponeurosis MTA)

g. Tunica Vaginalis Propia (Lamina Parietalis dan Lamina Visceralis)

h. Tunica Albuginea

Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di dekat ginjal menuju skrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan intraabdominal. Faktor endokrine dan axis hypothalamus-pituitary-testis juga berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan, testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi didekat cincin inguinal interna.3

Gambar 2. Embriologi Testis

Secara histologis, testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli, sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium pada proses spermatogenesis menjadi sel-sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.3

Gambar 3. Histologi Testis

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens dan vesikula seminalis, serta cairan prostate, membentuk cairan semen atau mani.3Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel. Testis dipersarafioleh serabut saraf dari plexus nervacus tertucularis. Plexus ini dibentuk oleh nervus thoracalis VI-XII.3

3. DefinisiTorsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir yang mengakibatkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah. Terjadi pada pria yang jaringan di sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke skrotum. Testis dapat infark dan mengalami atrophy jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam.1

Gambar 4. Gambaran Testis Normal dan Torsio Testis4. Epidemiologi

Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25 tahun, paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun. Disamping itu, tak jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral maupun bilateral.4Terdapat kecenderungan penurunan insiden sesuai dengan peningkatan usia. Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering terjadi dibanding testis kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonates, 70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.45. Etiologi

Penyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma terhadap skrotum bisa merupakan faktor pencetus, sehingga torsio harus dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan pada trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa spasme dan kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bisa pula menjadi faktor pencetus.5Torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin, terutama pada temperatur di bawah 20 C. Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.6Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:1. Mesorchium yang panjang.

2. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.

3. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain ; perubahan suhu yang mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai skrotum.36. Klasifikasi

Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu vertikal funikulus spermatikus, akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding skrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam skrotum . Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.7

Gambar 5. Klasifikasi Torsio Testis

Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam skrotum. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk bell-clapper deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.77. Patogenesis

Otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Akhirnya testis dapat mengalami nekrosis. Torsio testis lebih sering terjadi pada anak. Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam tunika vaginalis. Akibatnya terjadi gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemia yang menyebabkan nekrosis.38. Manifestasi Klinis

Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari sepertiga pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya.. Nyeri akut pada daerah testis dapat disebabkan oleh torsio testis, epididimitis/orchitis akut atau trauma pada testis. Sedangkan nyeri tumpul disekitar testis dapat disebabkan karena varikokel. Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya serta lamanya kejadian.3Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Jika testis yang mengalami torsio merupakan undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididymitis.5Pembengkakan dan eritema pada skrotum berangsur-angsur muncul. Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada skrotum. Testis yang infark dapat menyebabkan perubahan pada skrotum. Skrotum akan sangat nyeri kemerahan dan bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman. Dapat pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan.5

Gambar 6. Gejala Klinis Torsio Testis9. Diangnosis Diagnosis torsi testis dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil anamnesis mengenai gejala klinis yang dikeluhkan pasien dan pemeriksaan fisik termasuk dengan eksplorasi skrotum. Akan tetapi jika masih meragukan, pemeriksaan penunjang bisa digunakan untuk membantu dalam menegakan diagnosis.1. Anamnesis : Pada anamnesis hal hal yang perlu diperhatikan adalah :

Usia pasien. Torsio testis lebih banyak terjadi pada bayi dan anak laki laki post puberitas. Onset dan durasi nyeri. Torsio testis biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak. Nyeri terus memberat dan pasien terus merasa tidak nyaman. Bila terjadi nyeri yang tidak terlalu berat, tidak terlalu ringan dan terjadi dalam beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis ataupun orcitis. Nyeri disertai dengan mual dan muntah. Nyeri bisa menjalar ke lipat paha dan perut bagian bawah, sehingga sering dikelirukan dengan apendisitis kecuali jika dilakukan pemeriksaan fisik pada genitalia secara teliti. Pada bayi gejalanya tidak khas yaitu gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui Riwayat trauma. Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio testis. Terjadinya trauma pada skrotum saat berolahraga sering menimbulkan nyeri dalam waktu singkat. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri menetap setelah satu jam dari terjadinya trauma untuk mengesampingkan diagnosis ruptur testis dan torsio akut. Adanya gejala pada infeksi pada traktus urinarius lebih mengarah pada diagnosis seperti epididimis dan orcitis.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis denganpenyebab akut skrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada skrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga skrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horizontal, Kadang-kadang pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena.8

Gambar 7. Tipe Torsio TestisTestis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign). Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.6

Gambar 8. Refleks Kremaster

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis torsio testis masih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis yang nyata. Dalam hal ini diperlukan guna menentukan diagnosa banding pada keadaan akut skrotum lainnya. Urinalisis biasanya dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi pada traktus urinarius padapasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu jugadilakukan pemeriksaan darah dan sediment urin.3Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan hasil yang normal atau peningkatan leukosit pada 60% pasien. Namun pemeriksaan ini tidak membantu dan sebaiknya tidak rutin dilakukan. Adanya peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP) dapat membedakan proses inflamasi sebagai penyebab akut skrotum.9Modalitas diagnostik yang paling sering digunakan ialah Doppler ultrasonografi (USG Doppler) digunakan untuk menilai aliran darah ke testis. Ultrasonografi Doppler berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang keakuratannya kurang lebih sebanding dengan pemeriksaan nuclear scanning. Ultrasonografi Doppler berwarna dapat menilai aliran darah, dan dapat membedakan aliran darah intratestikular dan aliran darah dinding skrotum. Alat ini juga dapat digunakan untuk memeriksa kondisi patologis lain pada skrotum. (Saladdin, 2009). Ultrasonografi Doppler merupakan Gold Standaruntuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%. Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis yang echotexture. Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel. Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan adanyaperubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah mulai terjadi.3

Gambar 9. USG Doppler10. Diagnosis Banding

Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagaipenyebab dari akut skrotum, antara lain : 6,101. Epididimitis akut

Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan dengan Prehns sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehns sign positif), sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehns sign negative). Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria2. OrchitisMerupakan suatu inflamasi testis (kongesti testikular), yang biasanya dapat disebabkan oleh faktor faktor piogenik, virus, parasit dan traumatis. Gejalanya ditandai dengan nyeri testis dari ringan hingga berat dan pembengkakan, kulit skrotum lebih eritematous dan lebih hangat. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening inguinal serta gejala gejala prodromal. Salah satu pemeriksaan yang penting adalah Prehn Sign untuk menyingkirkan diagnosis torsio testis. Meskipun bukan merupakan patokan pasti namun dalam praktek klinis pemeriksaan ini dapat membantu untuk dapat menetapkan diagnosis. 3. Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Gambar 10. Hidrocele 4. Hernia incarserata

Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat keluar masuk ke dalam skrotum yang muncul bersamaan dengan keaadaan peningkatan tekanan intraabdominal seperti batuk atau mengejan. Benjolan dapat hilang bila berbaring. Ukuran benjolan dapat bervariasi dari kecil sampai besar, Bila hernia sudah mengalami inkarserta maka gejala yang timbul dapat berupa mual, nyeri kolik abdomen, konstipasi, keerahan pada skrotum, dan bila di auskultasi dapat didengat bunyi bising usus di daerah skrotum.

Gambar 11. Hernia5. Tumor testis

Pembesaran testis yang tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan sering disertai dengan limfadenopati abdomen

Gambar 12. Tumor Testis6. Torsio appendix testis/epididymisApendiks testis adalah sisa embriologi di atas testis yang juga bisa mengalami torsio. Hal ini dapat di deteksi sebagai titik hitam pada transluminasi

Gambar 13. Torsio appendix testis/epididymis11. Penatalaksanaan 1. Terapi Non operatifTorsio testis memerlukan diagnosis yang cepat agar pemulihan aliran darah dapat segera dilakukan. Keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual (detorsi manual) sehingga dapat dilakukan operasi elektif selanjutnya. Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat mengembalikan aliran darah.3 Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke arah lateral. Metode tersebut dikenal dengan metode open book (untuk testis kanan), karena gerakannya seperti membuka buku kemudian jika tidak terjadi perubahan dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil.. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 3600, sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap testis yang mengalami torsio.3Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu tindakan pembedahan. Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam. Dalam literatur disebutkan bahwa tindakan detorsi manual hanya memberikan angka keberhasilan 26,5%. Sedangkan penelitian lain menyebutkan angka keberhasilan pada 30-70% pasien.3Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat, pada anak dengan skrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama manipulasi. Sehingga Analgesik yang adekuat, contohnya pethidine Intra muscular merupakan hal yang sangat essensial. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.32. Terapi Operatif

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.3Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu11:a. Untuk memastikan diagnosis torsio testis

b. Melakukan detorsi testis yang torsio

c. Memeriksa apakah testis masih viable

d. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable

e. Memfiksasi testis kontralateral

Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam). Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral. Hal ini dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.11Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak testis yang mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi viabilitasnya. Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya terjadi bilateral, maka orchidopexy pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan untuk mencegah terjadinya torsio di kemudian hari. Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali. Namun jika testis tidak viabel atau mengalami nekrosis maka dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya komplikasi infeksi serta potensial autoimmune injury pada testis kontralateral dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari.312. Komplikasi

Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinis dari torsio testis adalah kesuburan yang menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki dengan cukup cepat. Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi tingkat iskemia testikular dan kemungkinan penyelamatan.12Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian ini bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan apoptosis testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui mengikuti ketegangan testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan dengan pasien. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder.413. Prognosis

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat. Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan orchidectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut.3Keberhasilan dalam penanganan torsio ditentukan oleh penyelamatan testis yang segera serta insiden terjadinya atrofi testis, dimana hal tesebut berhubungan secara langsung dengan durasi dan derajat dari torsio testis. Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofi testis.7DAFTAR PUSTAKA1. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. 799.2. Cuckow, PM. 2001. Torsion of Testis. BJU International (2000). The Hospital for Sick Children ; Bristol, United Kingdom

3. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.4. Graham; Townell, Nick. 2010. Testicular Torsion. British Medical Journal (Overseas & Retired Doctors Edition;7/31/2010, Vol. 341 Issue 7767, p2495. Wilson, Lorraine M. Hillegas, Kathleen B. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

6. Ringdahl, Erika MD ; Teague, Lynn MD. 2006. Testicular Torsion. American Family Physician. University of MissouriColumbia School of Medicine: Columbia, Missouri 15;74(10):1739-1743.

7. Rupp.T.J. 2006. Testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas Jefferson University, akses di http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm8. Leape.L.L . 1990. Testicular Torsion. In : Ashcraft.K.W (ed), Pediatric Urology,; Philadelphia: W.B. Saunders Company.

9. Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill Livingstone. 1975. 324-325.10. Minevich.E. 2007. Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric urology, akses di http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm11. Clark. P : On the Testicle. In Clark.P (ed), Operation in Urology, Churchill Livingstone, New York 1985 : 123-3412. Greenberg, Michael. 2005. Testicular Torsion page 329. Greenbergs Text Atlas of Emergency Medicine. Lippicott Williams Willkins : Philadelphia

1