refarat menigitis

36
1 BAB I PENDAHULUAN Di negara sedang berkembang maupun di negara maju, penyakit infeksi masih merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka kematiannya masih cukup tinggi. Diantara penyakit infeksi yang amat berbahaya adalah infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) termasuk ke dalamnya meningitis dan ensefalitis. Meningitis sinonim dengan leptomeningitis yang berarti adanya suatu infeksi selaput otak yang melibatkan arakhnoid dan piamater. Sedangkan ensefalitis adalah adanya infeksi pada jaringan parenkim otak (1) . Penyakit infeksi pada sistem saraf diklasifikasikan berdasarkan jaringan yang terkena infeksi; (1) infeksi pada selaput pembungkus otak (meningeal), yang melibatkan lapisan dura secara primer (pachymeningitis) atau lapisan pia- araknoid (leptomenigitis) dan (2) infeksi pada parenkim serebral dan parenkim pada bagaian spine ( ensefalitis atau myelitis). Pada

Upload: yofly-yunandar

Post on 04-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Refarat Meningitis

TRANSCRIPT

Page 1: refarat menigitis

1

BAB IPENDAHULUAN

Di negara sedang berkembang maupun di negara maju, penyakit infeksi

masih merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka

kematiannya masih cukup tinggi. Diantara penyakit infeksi yang amat berbahaya

adalah infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) termasuk ke dalamnya meningitis dan

ensefalitis. Meningitis sinonim dengan leptomeningitis yang berarti adanya suatu

infeksi selaput otak yang melibatkan arakhnoid dan piamater. Sedangkan

ensefalitis adalah adanya infeksi pada jaringan parenkim otak(1).

Penyakit infeksi pada sistem saraf diklasifikasikan berdasarkan jaringan

yang terkena infeksi; (1) infeksi pada selaput pembungkus otak (meningeal), yang

melibatkan lapisan dura secara primer (pachymeningitis) atau lapisan pia-

araknoid (leptomenigitis) dan (2) infeksi pada parenkim serebral dan parenkim

pada bagaian spine ( ensefalitis atau myelitis). Pada kebanyakan kasus didapatkan

kedua dua meninges dan parenkim otak terkena dengan berbagai derajat infeksi.2

Meningitis adalah infeksi cairan otak yang disertai radang selaput otak

dan medula spinalis yang superfisial. penyebab yang paling sering adalah virus

dan bakteri baik yang berasal dari penyebaran penyakit dari organ tubuh yang

lain. Bakteri menyebar secara hematogen ke selaput otak, misalnya pada penyakit

Faringitis, tonsilitis, dan Pneumonia. penyebaran bakteri juga bisa sebagai akibat

langsung dari trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.3

Page 2: refarat menigitis

2

Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti

agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat

berupa bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur.4

Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang

belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan

kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis.(2)

Sampai saat ini penyakit meningitis perlu mendapat perhatian karena

mempunyai prognosa jelek. selain angka kematian yang tinggi, banyak penderita

yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.5

WHO(2005) melaporkan adanya 7.078 kasus meningitis yang disebabkan

oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996 dengan

penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%) , Streptococcus Pneumoniae (13,2%)

dan Haemophilus influenzae (9,5%).5

Data Southeast Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health

Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 di Malaysia terdapat 206

kematian karena meningitis dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per

1000.000 penduduk. Di Thailand pada tahun 2000 terdapat 2.161 kematian

dengan CSDR 35 per 1000.000 penduduk.6

Di Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 terdapat masing-masing 1.937 dan

1.667 kasus kematian dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 penduduk.12 Seamic

Health statistic (2002) melaporkan di indonesia pada tahun 2000 dan 2001

terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian yang disebabkan oleh

Page 3: refarat menigitis

3

meningitis, dimana Case Spesific Death Rate (CSDR) adalah 0,94 dan 0,80

per100.000 penduduk.6

Page 4: refarat menigitis

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh radang selaput

pelindung otak dan saraf tulang belakang yang dikenal sebagai meninges.

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi cairan yang mengelilingi otak dan

sumsum tulang belakang.7

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.8

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang

terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai

cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah

kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri

adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta

bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus

merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.9

Page 5: refarat menigitis

5

2.2 Epidemiologi

Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di

seluruh dunia. Data WHO (1998) menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta

kematian balita akibat pneumonia dan meningitis di seluruh dunia setiap tahun,

lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di Negara kawasan Asia Tenggara dan

Pasifik Barat.5 Menurut WHO, pada tahun 2005 terjadi 111 kasus meningitis di

Delhi-India dengan 15 kematian (CFR=13,5%).10

Di Negara Amerika Serikat (1993) setidaknya 25.000 kasus baru

meningitis bakterial muncul setiap tahunnya. Penyebab meningitis bakterial yang

terutama adalah Haemophilus influenzae dengan proporsi 50%. Sedangkan lebih

dari 30% kasus disebabkan oleh Meningococcus dan Pneumococcus.7 Pada tahun

1998, Insidens Rate meningitis bakterial di Amerika Serikat dan Eropa adalah 3 –

5 per 100.000 penduduk pertahun. Sedangkan Insidens Rate meningitis karena

virus di Amerika Serikat 10 per 100.000 penduduk pertahun.11

Data Southeast Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health

Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 di Malaysia terdapat 206

Page 6: refarat menigitis

6

kematian karena meningitis dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per

1000.000 penduduk. Di Thailand pada tahun 2000 terdapat 2.161 kematian

dengan CSDR 35 per 1000.000 penduduk. Di Indonesia pada tahun 2000 dan

2001 terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian dengan CSDR 9,4

dan 8 per 1000.000 penduduk.6

Meningitis juga sering muncul pada saat pelaksanaan ibadah haji karena

pada saat musim haji daerah tersebut sangat padat sehingga penularan kuman dari

penderita meningitis ke orang yang sehat mudah terjadi. Laporan Pelayanan

Kesehatan Jemaah Haji di Arab Saudi menyebutkan pada tahun 1996 jumlah

kasus meningitis meningokokus pada jemaah haji Indonesia di Arab Saudi tercatat

7 orang dan 5 orang mengalami kematian (CFR= 71,4%). Pada tahun 2000

sebanyak 14 orang dan yang meninggal 8 orang (CFR=57,1%). Pada tahun 2001

sebanyak 18 orang dan yang meninggal 6 orang (CFR=33,3%).13

2.2.1 Distribusi Frekuensi Meningitis

a. Orang/ Manusia

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan

distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi

pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk

sempurna.13

Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di

negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di

Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau

Page 7: refarat menigitis

7

sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat,

kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9

Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun

penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9 Di Uganda (2001-

2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.14

b. Tempat

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan

jemaah haji), dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada

negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. 27 Insidensi

tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang

luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara.

Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per

100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.15

Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang

disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.16

c. Waktu

Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana

kasuskasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika

utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim

semi sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. 10

Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi

selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

Page 8: refarat menigitis

8

pengantar virus.18 Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis

virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada

musim panas.19

2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Meninges terdiri daripada tiga jaringan ikat membran yang terletak di

bagian luar organ sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak ini adalah:

1. Melapisi dan memberikan proteksi kepada struktur organ sistem saraf pusat

(otak dan medula spinalis).

2. Memberikan proteksi pembuluh darah yang terdapat di otak dan menutupi

sinus venosus.

3. Mengandungi likour serebrospinalis

4. Membentuk partisi/ bagian bagian dari otak.20

Struktur meninges dari luar adalah, dura mater, araknoid mater, dan pia mater.

Page 9: refarat menigitis

9

Gambar 2.1 Lapisan Meningea20

Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

a. Piamater

Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang

belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan

menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.

b. Arachnoid

Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan duramater.

c. Duramater

Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan

ikat tebal dan kuat.21

2.4 Etiologi

Meningitis dapat bersumber dari sejumlah penyebab, biasanya bakteri atau

virus, tetapi meningitis juga dapat disebabkan oleh cedera fisik,riwayat bedah

kepala, kanker atau obat-obatan tertentu. Tingkat keparahan penyakit dan

pengobatan untuk meningitis berbeda tergantung pada penyebab. Dengan

demikian, penting untuk mengetahui penyebab spesifik dari meningitis.22

2.4.1. Meningitis Bakteri

Meningitis bakteri biasanya parah. Sementara kebanyakan orang dengan

meningitis bakterial dapat sembuh, tetapi dapat pula menyebabkan komplikasi

Page 10: refarat menigitis

10

serius, seperti kerusakan otak, kehilangan pendengaran atau ketidakmampuan

belajar.

1. Meningitis bakteri:

a. Pneumococcus

b. Meningococcus

c. Haemophilus influenza

d. Staphylococcus

e. Escherichia coli

f. Salmonella

g. Mycobacterium tuberculosis7

Tabel 2.1 Tabel Penyebab Meningitis bakterial berdasarkan Umur7

Usia Bakteri Penyebab

Neonatus Group B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria

monocytogenes

Bayi dan anak Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,

Haemophilus influenzae type b

Dewasa dan dewasa

muda

Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae

Lansia Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,

Listeria monocytogenes

2.4.2 Meningitis Virus7

Page 11: refarat menigitis

11

1. Meningitis virus adalah jenis yang paling umum meningitis.

Meningitis virus sedikit lebih kurang tingkat keparahannya

daripada meningitis bakteri, dan kebanyakan orang biasanya dapat

sembuh sendiri (tanpa perawatan). Namun, pada bayi berusia

kurang dari 1 bulan dan orang-orang dengan sistem kekebalan

yang lemah dapat lebih mungkin untuk memiliki kondisi yang

parah. Virus :

a. Enterovirus

b. Mumps

c. Herpes virus

d. Arbovirus

e. Kasus yang sangat jarang: LMCV (lymphocytic

choriomeningitis virus)

2.4.3 Meningitis fungal

a. Cryptococcus neoformans

b. Coccidioides immitris

c. Candida (jarang)

d. Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)

Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus

seperti AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh kerna obat obatan yang bisa

menurunkan sistem imunitas tubuh. 7

Page 12: refarat menigitis

12

2.5 Patogenesis Meningitis

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen

sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,

Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara

perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput

otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus

dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan

fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.23 Invasi kuman-kuman ke dalam

ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS

(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.23

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami

hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit

polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.

Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu

kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar

mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam

terdapat makrofag.23

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema

otak dan degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada

Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.23

Page 13: refarat menigitis

13

Agen penyebab↓

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah↓

Bermigrasi ke lapisan subarachnoid↓

Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan cerebrospinal, dan ventrikuler↓

Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal↓

Kerusakan neurologist

2.6 Manifestasi Klinis

Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,

letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan

serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.24

Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih

serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang

disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise,

kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjar parotid sebelum invasi kuman ke

susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai

dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan

disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah,

leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis

Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah

dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku

leher, dan nyeri punggung.18

Page 14: refarat menigitis

14

Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat

pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara

akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,

nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan

fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan

penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 %

oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan

dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,

penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat,

malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh

atau purulen.23

Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau

stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti

gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering

tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan

turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan

kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,

nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,

halusinasi, dan sangat gelisah.23

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan gejala

penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan

kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda

rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat

Page 15: refarat menigitis

15

tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih

hebat.

Stadium III

atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran

sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga

minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.23

Gejala meningitis meliputi :

Gejala infeksi akut

Panas

Nafsu makan tidak ada

Anak lesu

Gejala kenaikan tekanan intracranial

Kesadaran menurun

Kejang-kejang

Ubun-ubun besar menonjol

Gejala rangsangan meningeal

kaku kuduk

Kernig

Brudzinky I dan II positif 8

2.7 Diagnosis

Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan

gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,

Page 16: refarat menigitis

16

peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa

tes darah dan cairan sumsum tulang belakang.25

A.Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan

rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan

pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak

dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan

rotasi kepala.

b. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi

panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa

rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut

135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha

biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah

kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala

Page 17: refarat menigitis

17

dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila

pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut

kontralateral.26

B. Pemeriksaan Penunjang Meningitis

a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein

cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan

intrakranial.

a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,

sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,

jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)

beberapa jenis bakteri.

Page 18: refarat menigitis

18

Tabel 2.2 Perbandingan CSS dengan meningitis yang bervariasi27

b. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap

Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.

Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan

LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.28

c. Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin

dilakukan CT Scan.

Page 19: refarat menigitis

19

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

paranasal, gigi geligi) dan foto dada.28

2.8 PENATALAKSANAAN.

Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,

maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik

untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko

komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis agen

penyebab yang ditemukan.28

A.Farmakologis

a. Obat anti inflamasi :

1) Meningitis tuberkulosa :

a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500

gr selama 1 ½ tahun.

b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1

tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 –

2 kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali

sehari.

Page 20: refarat menigitis

20

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.28

Tabel 2.3 Terapi Antibiotik spesifik pada Meningitis Bakterial27

4) Meningitis viral

Terapi untuk meningitis viral kebanyakan suportif. Istirahat, hidrasi,

antipiretik, dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika

diperlukan. Kontrol simptomatik dengan antipiretik, analgetik dan anti

emetic biasanya itu semua yang dibutuhkan dalam management dari

meningitis viral yang tidak komplikasi.7

Page 21: refarat menigitis

21

Agen Antiviral: Terapi anti enteroviral masih dibawah investigasi untuk

meningitis viral dan dapat segera tersedia.

Acyclovir (Zovirax): Untuk diberikan secepatnya ketika diagnosis

herpetic meningoencephalitis dicurigai. Menghambat aktivitas untuk

kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi /8h untuk 10-

14 hari. Pediatrik: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h untuk 10 hari.

b. Pengobatan simtomatis :

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b) Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.(9)

B. Perawatan

a. Pada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2. Hisap lender.

Page 22: refarat menigitis

22

3. Hindari dari mencoba untuk mameasuki sesuatu ke dalam mulut

penderita.

4. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

5. Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh).(9)

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1. Beri makanan melalui sonde.

2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi

penderita sesering mungkin.

3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salep antibiotika.

(9)

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi dan pada inkontinensia alvi

lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat:

1. Tekanan darah

2. Respirasi

3. Nadi

4. Produksi air kemih

5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.(9)

Page 23: refarat menigitis

23

C.Pencegahan

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko

meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

melaksanakan pola hidup sehat.36

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis

pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan

seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine

(PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal

conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib

Conjugate vaccine (Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat

digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan

MMR.20 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena

meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah

direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan

interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu

bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak

dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat

membentuk antibodi.29,30

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak

langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan

perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis

juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci

tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.29

Page 24: refarat menigitis

24

2.9 KOMPLIKASI

a. Efusi subdural.

b. Hidrosefalus.

c. Abses Otak

.d. Epilepsi

f. Cerebral palsy

g. Ensefalitis

h.Renjatan septik.8

2.10 PROGNOSIS

Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik

atau mental atau meninggal tergantung :

a. umur penderita.

b. Jenis kuman penyebab

c. Berat ringan infeksi

d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.

e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan

f. Adanya dan penanganan penyakit.8