refarat anatomi (2)

10
ABSES GINJAL 1. Definisi Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam suatu rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan (Nuswantari, 1998). Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses dibedakan menjadi 2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko- medular (Purnomo, 2011). Abses ginjal terjadi akibat infeksi berat yang mengarah pada adanya abses pada ginjal. Abses ini bisa pecah keluar memasuki ruang perinephric, sehingga akan membentuk abses perinephric. Ketika abses telah memasuki fasia Gerota, maka akan terjadi abses paranephric (Tanagho et al, 2008). 2. Epidemiologi Infeksi saluran kemih termasuk abses ginjal dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami ISK dari pada pria, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dari pada pria.

Upload: arini-indrayani

Post on 25-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Anatomi (2)

ABSES GINJAL

1. Definisi

Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam suatu rongga yang

terbentuk akibat kerusakan jaringan (Nuswantari, 1998).

Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses

kortiko-medular (Purnomo, 2011).

Abses ginjal terjadi akibat infeksi berat yang mengarah pada adanya

abses pada ginjal. Abses ini bisa pecah keluar memasuki ruang

perinephric, sehingga akan membentuk abses perinephric. Ketika abses

telah memasuki fasia Gerota, maka akan terjadi abses paranephric

(Tanagho et al, 2008).

2. Epidemiologi

Infeksi saluran kemih termasuk abses ginjal dapat menyerang pasien dari

segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya

wanita lebih sering mengalami ISK dari pada pria, hal ini karena uretra

wanita lebih pendek dari pada pria. Namun, pada masa neonatus, ISK

lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani

sirkumsisi dari pada bayi perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia

insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan

3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia remaja

anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimptomatik

pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka itu meningkat

menjadi 20% pada wanita usia lanjut (Purnomo, 2011).

Page 2: Refarat Anatomi (2)

3. Etiologi

Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel ginjal umumnya disebabkan

oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus yang menjalar secara

hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain

dari kulit) (Purnomo, 2011).

Abses kortiko-medular disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif

dalam hubungannya dengan beberapa kelainan saluran kemih lain yang

mendasari, seperti batu atau obstruksi (Tanagho et al, 2008).

Abses kortiko-medular merupakan penjalaran secara asending dari

bakteri gram negatif (Purnomo, 2011).

Faktor resiko tinggi terjadinya abses adalah:

Pasien yang menderita diabetes, pasien yang menjalani hemodialisis, atau

penyalahgunaan obat intravena (Tanagho et al, 2008).

Pasien dengan penyakit batu ginjal, obstruksi saluran kemih,

imunosupresi, retensi urin kronis, dan intervensi urologi (Mehrotra et al,

2011).

Pemakaian kateterisasi, penyakit nefropati analgesik, nekrosis papilar, dan

penyakit ginjal polikistik merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi

saluran kemih (Sudoyo et al, 2007).

4. Patogenesis

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara

asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang

berasal dari flora normal usus dan hidup di dalam introitus vagina,

preputium penis, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran

Page 3: Refarat Anatomi (2)

kemih melalui uretra prostat vas deferens testis (pada pria)

buli-buli ureter dan sampai ke ginjal (Purnomo, 2011).

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh suatu glycoprotein mucin layer

yang berfungsi sebagai antibakteri. Robeknya lapisan musin ini akan

menyebabkan bakteri dapat melekat dan membentuk koloni dipermukaan

mukosa, kemudian masuk menembus epitel dan mulai mengadakan

peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai

ke ginjal, melalui suatu lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila

ada refluks vesiko ureter (Alatas et al, 2010).

Infeksi akut/kronik pada vesika urinaria akibat infeksi yang berulang

akan mengakibatkan perubahan pada dinding vesika dan dapat

mengakibatkan inkompetensi dari katup vesiko ureter. Akibat rusaknya

katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada waktu

berkemih (waktu kontraksi kandung kemih), hal ini disebut refluks.

Akibat refluks ini ureter dapat melebar dan urin sampai ke ginjal

sehingga mengakibatkan kerusakan pada pielium (pielonefritis) dan

parenkim ginjal. Bakteri yang sudah berkembang biak dan menginfeksi

parenkim ginjal (dapat menyebabkan terjadinya abses ginjal) akan

mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal (Alatas et al, 2010).

5. Manifestasi klinis

Nyeri pinggang

Demam

Menggigil

Anoreksia

Malas

Lemah (Purnomo, 2011).

Page 4: Refarat Anatomi (2)

6. Pemeriksaan fisik dan lab

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tanda vital, adanya peningkatan suhu tubuh (Purnomo,

2011).

Pada saat palpasi, teraba adanya massa di pinggang (pada abses peri

atau pararenal) (Sjamsuhidajat et al, 2004).

Pemeriksaan lab

Pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hematuria,

kultur urin menunjukkan kuman penyebab infeksi.

Pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan laju endap darah

yang meningkat (Purnomo, 2011).

Nilai normal dari leukosit adalah:

Dewasa : 4.500-10.000 µl

Neonatus : 9.000-30.000 µl

Usia 2 tahun : 6.000-17.000 µl

Usia 10 tahun : 4.500-13.500 µl (Kee, 2007).

Nilai normal dari laju endap darah adalah:

Pria : 0-9 mm/jam

Wanita : 0-15 mm/jam

Neonatus : 0-2 mm/jam

Umur 4-14 tahun : 0-10 mm/jam (Kee, 2007).

Pemeriksaan foto polos abdomen kemungkinan didapatkan

kekaburan pada daerah pinggang, bayangan psoas menjadi kabur,

terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan

opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemeriksaan USG

menunjukkan adanya cairan abses. Pemeriksaan CT scan dapat

Page 5: Refarat Anatomi (2)

menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal,

maupun pararenal (Purnomo, 2011).

7. Manajemen dan prognosis

Manajemen

Pada prinsipnya jika di jumpai suatu abses harus dilakukan drainase,

sedangkan sumber infeksi diberantas dengan pemberian antibiotika

yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi

terbuka. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk mencari

penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya

(Purnomo, 2011).

Prognosis

Prognosis biasanya baik, jika segera diobati dengan adekuat setelah

diagnosis ditegakkan (Behrman et al, 2000).

Bila sumber infeksi terletak di dalam ginjal, biasanya ginjal tidak

dapat diselamatkan lagi sehingga harus dilakukan nefrektomi

(Sjamsuhidajat et al, 2004).

8. Komplikasi

Pada infeksi kronis dapat terjadi gagal ginjal dan hipertensi.

Jika bakteri menginfeksi secara hematogen dapat mengakibatkan

terjadinya sepsis (Mansjoer et al, 2000).

Page 6: Refarat Anatomi (2)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, PP., Pardede, SO., 2010, Buku Ajar Nefrologi

Anak Edisi 2, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Behrman, RE., Kliegman, RM., Arvin, AM., 2000, Nelson: Ilmu Kesehatan Anak

Vol. 3 Edisi 15, EGC, Jakarta.

Kee, JL., 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6, EGC,

Jakarta.

Mansjoer, A., Wardhani, WI., Setiowulan, W., 2009, Kapita Selekta Kedokteran

Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta.

Mehrotra, A., Khanna, P., Kumar, S., Abraham, G., 2011, Renal Abscess After

The Fontan Procedure: A Case Report, Journal of Medical Case Reports 2011,

vol. 5, no. 50, pp. 1-5, viewed on 29 April 2012, from <http://www.ncbi.nlm.

nih.gov/pmc/articles/PMC3048475/pdf/1752-1947-5-50.pdf?tool=pmcentrez>.

Nuswantari, D (ed)., 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25, EGC,

Jakarta.

Purnomo, BP., 2000, Dasar – Dasar Urologi Edisi Ketiga, Sagung Seto, Jakarta.

Sjamsuhidajat, R., de Jong W., 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC,

Jakarta.

Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid I Edisi IV, Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.

Page 7: Refarat Anatomi (2)

Tanagho, EA., McAninch, JW., 2008, Smith’s: General Urology 17th Edition, Mc

Graw Hill, New York.