reaksi bowen, mineral silikat dan non silikat
DESCRIPTION
MineralTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Untuk mempelajari ilmu
Geologi, kita tentunya harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan.
Batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang terbentuk oleh proses
alam. Proses pembentukan mineral digambarkan dalam Bowen reaction series,
dimana mineral terbentuk ketika magma mendingin dan mengkristal. Mineral
dikelompokkan menjadi mineral silikat dan mineral non silikat.
2.1. Maksud dan Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui proses pembentukan mineral dalam Bowen reaction
series.
b. Mahasiswa mengetahui kelompok mineral silikat dan mineral non silikat.
3.1. Ruang Lingkup
Paper ini menjelaskan tentang mineral dalam seri reaksi bowen, kelompok mineral
silikat dan mineral non silikat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Reaksi Bowen
Bowen Reaction Series menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat
pendinginan magma (cairan silika SiO2) dimana ketika magma mendingin, magma tersebut
mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam
pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral-
mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma
mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan
sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan
mineral yang lebih besar dapat terbentuk.
PENJELASAN:
Pada suhu 1300˚C Mineral yang terbentuk adalah: Olivine, sedikit Pyroxene,
Calsium-rich, dan sedikit Plagioclase Feldsper dengan kadar silika (SiO2) <50%
bewarna sangat gelap contoh batuan: Peridotite/Komatite.
Pada suhu 1000˚C Mineral yang terbentuk adalah: sedikit Olivine, Pyroxene, sedikit
Amphibole, sedikit Biotite Mica, dan Plagioclase Feldspar dengan kadar silika (SiO2)
45%-50% bewarna gelap contoh batuan: Gabro/Basalt.
2
Pada suhu 850˚C Mineral yang terbentuk adalah: sedikit Pyroxene, Amphibole,
Biotite Mica, Plagioclase Feldsper dan sodium-rich dengan kadar silika (SiO2) 50%-
60% bewarna menengah contoh batuan: Diorite/Andesite
Pada suhu 600˚C Mineral yang terbentuk adalah: sedikit Amphibole, sedikit Biotite
Mica, sedikit Plagioclase Feldsper, Sodium-rich, Potassium Feldspar, Muscovite Mica
dan Quartz.dengan kadar silika (SiO2) >60% bewarna terang contoh batuan:
Granite/Rhyolite
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan menyerupai huruf “Y”, dimana
lengan bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas
merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri atas adalah
deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang
kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap
dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO)
sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar,
NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu
mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan
reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang
merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur
berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang
mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole
terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk. Bila proses
pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak dapat bereaksi
seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim
(selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan
rim Pyroxene. Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan
magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral.
3
Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium
dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua
unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan
terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang
sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa). Dalam
kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses
pembentukannya yang saling terpisah dan independent.
2.2. Mineral Silikat
Mineral Silikat merupakan bagian terbesar dari mineral pembentuk batuan yaitu
sekitar 90% dari kerak bumi. Mineral ini merupakan kombinasi unsur-unsur utama yang
terdapat di bumi seperti: O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg atau yang lebih di kenal dengan lapisan
SiAl dan SiMa. Dasarnya semua batuan beku, batuan sedimen semua kecuali satu batuan
metamorf, dan banyak terdiri dari hanya mineral silikat.
Mineral silikat adalah mineral yang memiliki unsur pembentuknya yang sebagian
besar merupakan persenyawaan antara Silikon dan Oksigen atau (SiO2) dengan beberapa
unsur metal dan hampir 90% dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, serta hampir
100 % dari mantel Bumi kira-kira kedalaman kurang lebih 2.900 km dari kerak Bumi.
Macam mineral silikat dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya. yaitu:
2.1.1. Mineral Ferromagnesium
Merupakan mineral silikat yang mengandung ion besi dan atau magnesium di dalam
struktur mineralnya. Mineral-mineral silikat feromegnesium dicirikan karena warnanya yang
relatif gelap serta mempunyai berat jenis antara 3,2 sampai 3,6. Beberapa contoh dari Mineral
Ferromagnesium adalah sebagai berikut: Olivine, Piroksin, Hornblende, Augitit, Biotite,
Garnet dan Mineral Ortoklas.
4
Olivin Piroksin
2.1.2. Mineral Non-Ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna terang dan berat jenis yang kecil (berat jenis rata-
ratanya sekitar 2,7). Jenis mineral ini tidak mengandung ion-ion besi dan magnesium. Contoh
mineralnya: Muskovit, Feldspar, Ortoklas dan Kwarsa (mineral silikat terang).
Muskovit Kwarsa
2.3. Mineral Non Silikat
Mineral Non Silikat adalah kelompok mineral yang unsur pembentuknya
bukan dari Silica. Beberapa mineral sebagian besar tidak mengandung kombinasi
Silicon dan Oksigen, seperti yang mineral silikat lakukan. Kelompok mineral, yang
disebut nonsilicates, yang ditemukan hanya 8% dari kerak bumi. Mineral Non Silicate
termasuk sumber daya yang sangat berharga bagi manusia, seperti emas logam mulia,
perak, dan platinum, logam yang berguna seperti besi, aluminium dan timah, dan
permata berlian dan ruby. Secara garis besar hampir semua jenis mineral ini
mempunyai komposisi kimia yang sederhana berupa unsur, sulfida (bila unsur logam
bersenyawa dengan sulfur), atau oksida (bila unsur logam bersenyawa dengan
5
oksigen). Native element seperti tembaga, perak atau emas agak jarang terdapat.
Sulfida kecuali Pyrite, tidak jarang ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif
terkonsentrasi dalam urat (Vein) dengan cukup besar. Mineral Non Silikat dipisahkan
ke dalam 8 golongan:
2.3.1. Mineral Native Element
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain
unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya tenacity golongan mineral ini adalah malleable
yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Dan juga dapat bertenacity ductile yang
jika ditarik akan dapat memanjang namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan.
Kelas mineral ini terdiri dari dua bagian umum :
a). Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak dan tembaga.
b). Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya sulfur, intan dan bismuth.
Sistem Kristal pada NE dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan sifat mineral itu sendiri.
Bila logam seperti emas, perak dan tembaga maka sistem kristalnya adalah isometric. Jika
bersifat semilogam seperti arsenic dan bismuth maka system kristalnya hexagonal. Dan jika
unsur mineral tersebut non logam seperti sulfur maka sistem kristalnya dapat berbeda-beda.
Pada umumnya berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi yaitu berkisar antara 6 gr/cm 3 .
Dalam grup NE ini juga termasuk natural alloys seperti electrum, phosphides, silicides,
nitrides, dan carbides.
Sulfur Intan
2.3.2. Mineral Oksida
6
Mineral oksida adalah kelas mineral yang agak beragam. Terbentuk sebagai akibat
persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Banyak oksida berwarna hitam
tetapi yang lain bisa sangat berwarna-warni. Keragaman oksida diakibatkan oleh kelimpahan
oksigen di kerak bumi. Oksida mengandung ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan patokan
untuk membedakan golongan mineral oksida dengan kelompok mineral lain di alam. Secara
umum mineral oksida selalu berkesinambungan dengan mineral hidroksida. Unsur yang
paling utama dalam golongan oksida adalah besi, mangan, timah dan alumunium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah Hematit (Fe2O3), Kasiterit (SnO2) dan Corundum
(Al2O3).
Hematit
Corundum
2.3.3. Mineral Hidroksida
Mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-
unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait
dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur
utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral
hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
Goethite Limonite
7
2.3.4. Mineral Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen elektronegatif seperti :
F-, Cl-, Br- dan I- . Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah (< 5). Contoh
mineralnya adalah Fluorit (CaF2), Halit (NaCl), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).
FluoriteHalite
2.3.5. Mineral Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi antara logam
dengan anion sulfat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
penguapan yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi
sulfat dan halide berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat dan tangstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral–mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing. Contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah
anhydrite, celestine, barite, alabaster, dan gypsum. Juga termasuk didalamnya mineral
chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
8
Anhydrite Gypsum
2.3.6. Mineral Sulfida
Kelompok sulfida merupakan kombinasi antara logam atau semilogam dengan
belerang (S). Biasanya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki sulfur yang
tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.
Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma kemudian
terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal
sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal. Mineral
kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Oleh karena itu,
mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Beberapa penciri kelas
mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, massa
jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Beberapa contoh
mineral sulfida : Argentite (Ag2S), Kalkosit (Cu2S), Bornite (Cu3FeS4), Pyrite (FeS3),
Chalcocite (Cu2S), Galena (PbS), Sphalerite (ZnS) dan Proustite (Ag3AsS3).
Galena
9
Pyrite
2.3.7. Mineral Phospat
Golongan mineral fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air) yang
mempunyai siklus. Unsur fosfor di alam diserap oleh makhluk hidup, senyawa fosfat pada
jaringan makhluk hidup yang telah mati terurai kemudian terakumulasi dan terendapkan
dilautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada 3 :
1. Fosfat Primer
Terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin, syenit, dan takhit serta
mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit.
2. Fosfat Sedimenter (marin)
Merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada lingkungan
alkali dan suasana tenang. Mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit.
3. Fosfat Guano
Merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan
bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan
tempatnya endapan fosfat guano terdiri dari endapan permukaan, bawah permukaan, dan
gua.
Fosfat merupakan unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai Bone Phospate
of Lime (BPL) atau Triphospate of Lime (TPL) atau berdasarkan kandungan P2O5. Kadang-
kadang endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit
kompleks dan sienit.
10
Monasit Francolite
2.3.8. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat. Seumpama
persenyawaan Ca dinamakan kalsium karbonat CaCO3 dikenal sebagai menirel kalsit.
Merupakan mineral utama pembentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah karst yang membentuk gua, stalaktit
dan stalagmit. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat dan borat.
Karbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan
anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut.
Beberapa contoh mineral yang termasuk dalam kelompok karbonat adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3) dan magnesite (MgCO3).
Dolomite Calcite
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bowen Reaction Series menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat
pendinginan magma (cairan silika SiO2) dimana ketika magma mendingin, magma tersebut
mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam
pembentukan mineral. Dalam skema reaksi bowen mineral terbagi menjadi dua yaitu deret
continuous dan discontinuous. Deret Discontinuous, mineral yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin, mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit.
Deret Continuous, Anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang
tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin
12
terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini tersebar pada
batuan asam seperti Granit dan Riolit. Deret continuos dan discontinuous bertemu pada
mineral Potasium Feldspar (Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral
kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau mineral
felsik.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dikelompokkan menjadi mineral Silikat
dan mineral Non-silikat. Mineral silikat terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non ferromagnesium. Mineral Non-silikat terdapat 8 (delapan)
kelompok, yaitu kelompok Native Elemen, Oksida, Hidroksida, Halida, Sulfat, Sulfida,
Phospat, dan Karbonat.
DAFTAR PUSTAKA
http://rio-rio1210.blogspot.com/2012/11/bowen-reaction-series.html
http://mineralkoe.blogspot.com/
http://yusufprdpt.blogspot.com/2013/11/
13