ravi laporan klt

28
Identifikasi Golongan Kimia Dengan KLT | BAB I PENDAHULUAN I.1Latar Belakang Ada banyak metode untuk mengetahui ataupun mengidentifikasi zat aktif yang terdapat dalam suatu ekstrak. Dari berbagai metode yang ada tersebut, akan dipelajari metode identifikasi (KLT (kromatografi Lapis Tipis) dan KKT (Kromatografi kertas). Secara umum, pengetahuan identifikasi zat aktif sangat penting dalam dunia kefarmasian, karena dengan identifikasi tersebut maka dapat dibedakan fungsi terapi dari tiap bahan ekstrak yang didapat dari alam tersebut. Karena pentingnya identifikasi tersebut maka perlu diketahui cara/metode untuk hal itu, dan metode identifikasi (KLT (kromatografi Lapis Tipis) dan KKT (Kromatografi kertas) dapat digunakan Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt 150 2010 012

Upload: rafsyannarullah-saere

Post on 18-Jan-2016

297 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

KLt

TRANSCRIPT

Page 1: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ada banyak metode untuk mengetahui ataupun mengidentifikasi zat aktif

yang terdapat dalam suatu ekstrak. Dari berbagai metode yang ada tersebut, akan

dipelajari metode identifikasi (KLT (kromatografi Lapis Tipis) dan KKT (Kromatografi

kertas).

Secara umum, pengetahuan identifikasi zat aktif sangat penting dalam dunia

kefarmasian, karena dengan identifikasi tersebut maka dapat dibedakan fungsi

terapi dari tiap bahan ekstrak yang didapat dari alam tersebut.

Karena pentingnya identifikasi tersebut maka perlu diketahui cara/metode

untuk hal itu, dan metode identifikasi (KLT (kromatografi Lapis Tipis) dan KKT

(Kromatografi kertas) dapat digunakan

Kata “Kromatografi” mengandung makna “warna” namun tak ada hubungan

langsung kecuali senyawa pertama yang dipisahkan dengan cara ini adalah pigmen

hijau tumbuhan. Hampir setiap senyawa kimia mulai dari bobot molekul rendah

sampai bobot molekul tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya

dengan beberapa metode kromatografi.

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 2: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

Adapun maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk

mengetahui dan memahami cara pemisahan suatu campuran senyawa

dengan cara KLT dari sampel daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)

I.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk

memisahkan suatu campuran senyawa pada sampel daun jati Belanda

(Guazuma ulmifolia L.)

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 3: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat

berkhasiat dan zat yang lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan

jalan penyarian berfraksi, penyerapan atau penukaran ion pada zat

berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh

dapat digunakan untuk uji identifikasi atau penetapan kadar.(Sudjadi,

1986).

Kata “Kromatografi” mengandung makna “warna” namun tak ada

hubungan langsung kecuali senyawa pertama yang dipisahkan dengan

cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan. Hampir setiap senyawa kimia

mulai dari bobot molekul rendah sampai bobot molekul tinggi, dapat

dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa metode

kromatografi. (Anonim, 2007)

Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip

partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),

komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena

daya serap adsorben (silica gel) terhadap komponen-komponen kimia

tidak sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 4: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan. (Adnan, 1978)

Kromatografi lapis tipis ialah metyode pemisahan fifikokimia.

Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase

diam), ditempetkan pada penyangga berupa pelat gelasd, logam atau

lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan,

ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan

ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisis larutan pengembang

yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler

(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

Kormatografi lapis tipis (KLT) bersama-sama kromatografi kertas

(KKr) dengan berbagai macam variasinya pada umumnya dirujuk

sebagai kromatografi planar. Kromatografi lapis tipis (KLT)

dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. pada

kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam

(uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleg lempeng

kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian,

kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

kromatografi kolom (Rohman, 2009).

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 5: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Lempeng KLT deteksi oleh Sitroborat LP, panaskan lempeng pada

suhu 100C selama 5-10 menit dan UV 366 (Farmakope Herbal Indonesia,

2008):

Keterangan:

S : Simplisia daun jati belanda

P : Pembanding tilirosida

Rf pembanding tilirosida 0,30

Rf 1. 0,30

Rf 2. 0,60

Rf 3. 0,65

S P Rf 4. 0,78

Dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan

kromatografi gas (KG), KLT mempunyai beberapa keuntungan, yaitu

(Rohman, 2009) :

KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase

gerak

Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti

pengembangan 2 dimensi, pengembangan bertingkat dapat dilakukan

pada KLT

Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan

kapan saja

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 6: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

semua komponen dalam sampel dapat dideteksi

Penjerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika

dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi-desopsi (suatu

mekanisme perpindahan solut dari fase diam ke fase gerak atau

sebaliknya) adalah partisi dan adsorbsi. Lapisan tipis yang digunakan

sebagai penjerap juga dapat dibuat dengan silika yang telah dimodifikasi,

resin penukar ion, gel ekslusi, dan siklodekstrin yang telah digunakan

untuk pemisahan kiral. Beberapa penjerap KLT serupa dengan penjerap

yang digunakan pada KCKT. Kebanyakan penjerap dikontrol keajegan

ukuran partikel dan luas permukaannya. Beberapa prosedur kromatografi,

terutama pemisahan yang menggunakan larutan pengembang anhidrat,

mensyaratkan adanya control kandungan air dalam silica. Kandungan air

yang ideal adalah antara 11-12 % b/b (Rohman, 2009).

Penotolan sampel dapat dilakukan sebagai suatu bercak, pita,

atau dalam bentuk zig zag. Sering disarankan bahwa sampel yang akan

ditotolkan berada dalam bentuk yang sesempi mungkin. Sampel dengan

pita yang sempit akan menjamin resolusi yang paling tinggi bahkan ketika

sampel mengandung sejumlah komponen dengan perbedaan nilai-nilai Rf

yang minimal. Penotolan secara zig zag akan menghasilkan suatu bentuk

yang memungkinkan sejumlah sampel dalam juml;ah besar ditotolkan

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 7: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

tanpa dilakukan pencucian lapisan tipis. Metode ini penting untuk sampel-

sampel dalam air (Rohman, 2009).

Bercak pemisahan pada KLT umumny merupakan bercak yang

tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika,

maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan

mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan

sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika dapat digunakan untuk

menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan dengan

fluoresensi di bawah sinar ultraviolet. Fluoresensi dengan sinar ultraviolet,

terutama untuk senyawa yang dap;at berfluoreensi, akan membuat bercak

terlihat lebih jelasd. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi, maka bahan

penyerapnya akan diberi indicator yang berfluoresensi, dengan demikian

bercak akan kelihatan berfluoresensi (Rohman, 2009).

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih

sering dengan mecoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya

sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah dengan menggunakan

campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini

dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi

secara optimal (Rohman, 2009).

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 8: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

BAB III

PROSEDUR KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,

chamber, gunting, lampu UV 254 dab UV 366, lempeng KLT, mistar,

pensil 2B, pinset, pipa kapiler, oven, tangas air

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil,

ammonia encer P, antimony (III) klorida LP, asam asetat P 10%,

aquadest, besi (III) klorida, biru berlin LP, daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia L.), dietil eter P-toluene P (1:1),

difenilburiloksietilemina LP, diklorometana P, dragendroff LP,

etanol (90%) LP, kalium hidroksida 5%, kloroform, kedde LP,

Liebermann burchard LP, mayer, timbale (II) asetat, wagner.

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 9: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

BAB IV

HASIL

IV. 1 Gambar Pengamatan

Gambar Lempeng KLT I

ekstrak n-heksan: ekstrak n-butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rf 5. 0,52

Rf 6. 0,36

ekstrak n-heksan: ekstrak n-butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rf 5. 0,52

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

UV 254 nm

UV 366 nm

Page 10: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Rf 6. 0,36

ekstrak n-heksan: ekstrak n-

butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rf 5. 0,52

Rf 6. 0,36

Gambar Lempeng KLT II

ekstrak metanol: ekstrak n-

heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Pereaksi Spesifik

(H2SO4)

UV 254 nm

Page 11: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Rf 6. 0,32

ekstrak metanol: ekstrak n-heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rf 6. 0,32

ekstrak metanol: ekstrak n-heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rf 6. 0,32

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

UV 366 nm

Pereaksi Spesifik

(H2SO4)

Page 12: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

BAB IV

HASIL

IV. 1 Gambar Pengamatan

Gambar Lempeng KLT I

ekstrak n-heksan: ekstrak n-butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rf 5. 0,52

Rf 6. 0,36

ekstrak n-heksan: ekstrak n-butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

UV 254 nm

UV 366 nm

Page 13: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Rf 5. 0,52

Rf 6. 0,36

ekstrak n-heksan: ekstrak n-

butanol:

Rf 1. 0,96 Rf 1. 0,87

Rf 2. 0,83 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,74

Rf 4. 0,65

Rf 5. 0,52

Rf 6. 0,36

Gambar Lempeng KLT II

ekstrak metanol: ekstrak n-

heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Pereaksi Spesifik

(H2SO4)

UV 254 nm

Page 14: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Rf 6. 0,32

ekstrak metanol: ekstrak n-heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rf 6. 0,32

ekstrak metanol: ekstrak n-heksan:

Rf 1. 0,74 Rf 1. 0,90

Rf 2. 0,65 Rf 2. 0,78

Rf 3. 0,36 Rf 3. 0,70

Rf 4. 0,63

Rf 5. 0,56

Rf 6. 0,32

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

UV 366 nm

Pereaksi Spesifik

(H2SO4)

Page 15: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

IV.2 .Perhitungan

Rf = Jarak yang ditempuholeh komponenjarak yangditempuH oleH pelarut

Pada sinar Tampak

N-Heksan = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH oleH pelarut

Noda pertama = 5,1cm5,5cm

= 0,97 cm

Noda kedua = 4,5cm5,5cm

= 0,818 cm

Noda ketiga = 4cm5,5cm

= 0,727 cm

Noda keempat = 3,5cm5,5cm

= 0,636 cm

Metanol = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH oleH pelarut

Noda pertama = 4,7cm5,5cm

= 0,85 cm

Noda kedua = 2,5cm5,5cm

= 0,45 cm

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 16: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

UV 254

N-Heksan = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH oleH pelarut

Noda pertama = 5,3cm5,5cm

= 0,96 cm

Noda kedua = 4,6cm5,5cm

= 0,836 cm

Noda ketiga = 4,1cm5,5cm

= 0,745 cm

Noda keempat = 3,6cm5,5cm

= 0,654 cm

Noda kelima = 2,9cm5,5cm

= 0,527 cm

Noda keenam = 2cm5,5cm

= 0,363 cm

n- butanol = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH o leH pelarut

Noda pertama = 4,8cm5,5cm

= 0,872 cm

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 17: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Noda kedua = 4,3cm5,5cm

= 0,781 cm

UV 366

N-Heksan = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH oleH pelarut

Noda pertama = 5cm5,5cm

= 0,909 cm

Noda kedua = 4,3cm5,5cm

= 0,781 cm

Noda ketiga = 3,9cm5,5cm

= 0,709 cm

Noda keempat = 3,5cm5,5cm

= 0,636 cm

Noda kelima = 3,1cm5,5cm

= 0,563 cm

Noda keenam = 1,8cm5,5cm

= 0,327 cm

Metanol = Jarak yang ditempuhoelh zat terlarutjarak yangditempuH oleH pelarut

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 18: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Noda pertama = 4,1cm5,5cm

= 0,745 cm

Noda kedua = 3,6cm5,5cm

= 0,65 cm

Noda ketiga = 2cm5,5cm

= 0,363 cm

BAB V

PEMBAHASAN

Kromatografi adalah suatu prosedur yang memungkinkan

pemisahancampuran zat terlarut bergantung pada derajat pada mana berbagai zat

terlarut diadsorpsi dibagi atau ditukar antara larutan asal (“fase bergerak”)dan suatu

fase padat atau fase cair kedua, yang dikenal sebagai “fase diam”.

Pada percobaan pemisahan dan identifikasi asam amino ini digunakan

kromatografi lapis tipis (KLT). Pada percobaan ini dilakukan identifikasiasam amino

pada suatu sampel dengan metode kromatografi lapis tipis(KLT), dimana dilakukan

perhitungan nilai Rf beberapa asam amino yang digunakan dan asam amino

sampel yang akan diidentifikasi

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 19: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya menggunakan lapis tipis silica

atau alumina yag seragam pada sebuah lempengan gelas atau logam atau plastic

yang keras. Gel silica atau alumina mengandung substansi dimana substansi

tersebut dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan

pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa

digunakan adalah alumina ( alumunium oksida ).

Sedangkan fase gerak kromatografi disebut juga dengan eluent. Eluent

adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan

( feed ) untuk melewati fase diam ( adsorbent ). Pemisahan komponen sangat

dipengaruhi oleh adanya interaksi antara adsorbent dan eluen . Dalam kromatografi

lapis tipis, eluen biasanya disebut sebagai larutan pengembang.

Praktikum kali ini akan dilakukan pengujian menggunakan metode

kromatografi lapis tipis terhadap sampel daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L)

kemudian ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:1. Setelah itu ditambahkan

dengan n-heksan

Gambarkan garis- garis pembatas pada lempengan. Panjang lempengan

yang digunakan adalah 7 cm. Beri garis yang berjarak 1,5 cm dari dasar lempengan.

Sedangkan untuk bagian atas lempengan diberi garis yang berjarak 0,5 cm. Setelah

diberi garis, ditetesi/ ditempeli sampel dan larutan standar pada garis bawah

lempengan dimana jarak penetesannya adalah 1 cm. Penetesan atau penempelan

sampel dinamakan dengan pembuatan noda. Pembuatan noda sebaikanya

menggunakan microfilter agar noda yang dibuat memiliki diameter yang sesuai

dengan diameter titik pada garis. Setelah dilakukan pembuatan noda, dimasukkan

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 20: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

lempengan kedalam wadah chamber yang telah berisi larutan standar dimana batas

pencelupannya adalah ketika permukaan larutan sejajar dengan garis bawah

lempengan.

Rf atau Retardation Factor merupakan parameter berapa jauh zat yang akan

dipisahkan bergerak dibandingkan dengan gerakan dari fase mobile pada waktu

yang sama.

Adanya kesalahan dari hasil percobaan yang dilakukan, yaituperbedaan nilai

Rf asam amino yang diperoleh dengan nilai Rf asam aminoberdasarkan tabel,

mungkin disebabkan karena saat melakukan proses elusi,chamber yang digunakan

tidak terlalu rapat, atau dapat pula karenapembuatan eluaen yang tidak terlau tepat

perbandingannya atau ini juga bisaterjadi karena adanya beberapa faktor yaitu pada

saat penotolannyadilakukan berkali-kali pada tempat penotolan yang sama sehingga

hasilpenotolannya melebar, faktor yang lain pada saat proses elusi plat

KLTmengenai larutan eluen sehingga asam aminonya menjadi larut dalam eluen

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 21: RAvi Laporan KLT

I d e n t i f i k a s i G o l o n g a n K i m i a D e n g a n K L T |

\

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2006, JatiBelanda,Artikel,http://www.asiamaya.com/jamu/isi/jatibelanda sterculiaceae.htm, diakses tanggal 26 oktober 2012.

Amin,Ansi. 2012. “Penuntun Praktikum Farmakognosi 2”. UMI : Makassar

Anonim. 2012. “Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I”. Universitas Muslim Indoseia: Makassar

Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta

Stahl, Egon. 1985. “Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi”. Penerbit ITB: Bandung

Untung. O., eat all. 2009. “Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah dan Cara Racik vol. 8”. PT. Trubus Swadaya: Jakarta

Rafsyannarullah Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012