laporan klt

24
I. Judul Percobaan : Kromatografi Lapis Tipis II. Hari / Tanggal Percobaan : Selasa, 30 april 2013 III. Selesai Percobaan : Selasa, 30 april 2013 IV. Tujuan Percobaan : - Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi - Menentukan R f dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT V. Kajian Teori Kromatografi lapis tipis (KLT) atau Thin Layer Chromatography (TLC) dalah salah satu jenis kromatografi cair-cair dan berdasarkan mekanisme pemisahannya termasuk kromatografi adsorpsi serta jika ditinjau dari konfigurasinya termasuk kromatografi planar. Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa diam yang berupa padatan dan fasa gerak yang merupakan campuran solvent (eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. Kromatografi lapis tipis atau KLT pada prinsipnya sama dengan kromatografi kertas, hanya saja sebagai fasa diam digunakan lapisan tipis absorben yang disalutkan pada sebuah pelat dari kaca atau aluminium foil tebal atau plastik. Pelat KLT perlu dipanaskan dalam oven pada suhu 110 o sebelum digunakan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terikat dan mengaktifkan absorben. Karena air yang

Upload: yiyinsetiaranta

Post on 18-Dec-2014

376 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

ANALISIS DASAR-DASAR PEMISAHAN KIMIA DENGAN KLT

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KLT

I. Judul Percobaan : Kromatografi Lapis Tipis

II. Hari / Tanggal Percobaan : Selasa, 30 april 2013

III. Selesai Percobaan : Selasa, 30 april 2013

IV. Tujuan Percobaan :

- Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi

- Menentukan Rf dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT

V. Kajian Teori

Kromatografi lapis tipis (KLT) atau Thin Layer Chromatography (TLC) dalah salah satu

jenis kromatografi cair-cair dan berdasarkan mekanisme pemisahannya termasuk

kromatografi adsorpsi serta jika ditinjau dari konfigurasinya termasuk kromatografi

planar. Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa

diam yang berupa padatan dan fasa gerak yang merupakan campuran solvent (eluen) yang

juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur.

Kromatografi lapis tipis atau KLT pada prinsipnya sama dengan kromatografi

kertas, hanya saja sebagai fasa diam digunakan lapisan tipis absorben yang disalutkan

pada sebuah pelat dari kaca atau aluminium foil tebal atau plastik. Pelat KLT perlu

dipanaskan dalam oven pada suhu 110o sebelum digunakan untuk menghilangkan

molekul-molekul air yang terikat dan mengaktifkan absorben. Karena air yang terikat

kuat pada absorben dapat menghambat terjadinya kesetimbangan dengan molekul-

molekul analit.

Analisis dengan KLT diawali dengan pemilihan pelarut pengembang (eluen)

yang digunakan. Pemilihan pelarut pengembang tergantung pada jenis analit yang akan

dipisahkan. Untuk hidrokarbon digunakan campuran heksana atau petroleum eter dengan

toluena atau eter pada berbagai perbandingan. Campuran pelarut ini memiliki kepolaran

sedang dan untuk sampel polar dapat digunakan campuran pelarut etil asetat, aseton, atau

metanol.

Pelarut yang menyebabkan semua noda merambat naik berarti terlalu polar.

Sebaliknya jika noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak, berarti pelarut tersebut

kurang polar.

Page 2: Laporan KLT

Cara termudah untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan

menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Pada sebuah pelat ditotolkan beberapa noda

dari sampel yang sama. Kemudian untuk setiap noda ditotolkan pelarut yang berbeda.

Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan gambar berikut :

Noda sampel

Lapisan luar pelarut (solvent front)

Kurang Cukup Terlalu

Polar Polar Polar

Analit yang dipisahkan ditotolkan pada pelat yang kemudian digantungkan

pada sebuah bejana gelas berisi pelarut (eluen) sedemikian sehingga bagian bawah pelat

terendam sekitar 0,5 cm. Eluen akan merambat naik sepanjang pelat dengan efek kapiler

dan membawa komponen analit sehingga mencapai batas atas pelat kromatografi tersebut.

Page 3: Laporan KLT

Komponen-komponen analit akan terpisah dan membentuk noda sepanjang

pelat.

Noda-noda tersebut kemudian diukur dan dihitung faktor retardasinya (Rf) dengan rumus

berikut :

Rf =

jarak yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh eluen

Setiap komponen memiliki harga Rf yang tertentu, yang kemudian

dibandingkan dengan Rf senyawa standar. Jika noda tidak tampak, maka dapat disemprot

dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, ammonium

sulfida dan sebagainya. Cara lain adalah dengan menyinari pelat tersebut dengan lampu

ultraviolet atau menjenuhkan kertas tersebut dengan uap iodium.

Page 4: Laporan KLT

VI. Alat dan Bahan

Alat

- Pelat KLT berukuran 5 x 2 cm 2 lembar, 3 x 5 cm 2 lembar

- Pipa kapiler untuk menotolkan noda

- Gelas dengan dasar rata

- 2 buah corong pisah dengan ukuran sesuai

- Kertas saring selebar bagian dalam gelas

- 2 buah gelas ukur 10 mL

- 2 buah gelas kimia 50 mL

- Pelat kaca untuk menutup gelas

- Pinset panjang

Bahan

- Metanol dan etanol

- Khloroform

- Daun pandan yang sudah diblender ± 15 g

- Kunyit yang sudah di parut ± 15 g

Page 5: Laporan KLT

Campuran

Residu

Direndam dalam etanol 10 mL Ditambah kloroform 5mL Diambil filtratnya

15 gram daun pandan suji yang sudah ditumbuk halus

Filtrat

Dimasukkan ke dalam corong pisahDitambah 25mL Diklorometana

Dikocok dengan arah yang samadidiamkan

Terbentuk dua fasa

Diambil lapisan bawahDigunakan sebagai pigmen sampel

Pigmen sampel

VII. Alur Kerja

1. PERSIAPAN SAMPEL

Page 6: Laporan KLT

Campuran

Residu

Direndam dalam etanol 10 mL Ditambah kloroform 5mL Diambil filtratnya

15 gram kunyit yang sudah ditumbuk halus

Filtrat

Dimasukkan ke dalam corong pisahDitambah 10mL Diklorometana

Dikocok dengan arah yang samadidiamkan

Terbentuk dua fasa

Diambil lapisan bawahDigunakan sebagai pigmen sampel

Pigmen sampel

Page 7: Laporan KLT

Pelat memuat 6 titik

Pelat KLT berukuran 3x5 cm

Dimasukkan dalam oven ± 10 menitDibero titik dengan pensil untuk tempat penotolan nodaJarak antara titik ± 1 cm sehingga dapat memuat 6 titik

Pelat KLT berukuran 3x5 cm

Dioven ±10 menitDiberi batas dengan pensil untuk batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm

Pelat memuat 6 titik

Pelat KLT berukuran 2x7 cm

2. PERSIAPAN PELAT

a) Untuk percobaan cincin terkonsentrasi

b) Untuk penentuan Rf

Dimasukkan dalam oven ± 10 menit

Dibero titik dengan pensil untuk tempat penotolan noda

Jarak antara titik ± 1 cm sehingga dapat memuat 6 titik

Page 8: Laporan KLT

Heksan kloroform dan etanol

Dicampurkan dalam vial A-F dengan perbandingan H : K : EA1 : 4,5 : 4,5B3 : 4 : 3C3 : 3 : 4D4 : 3 : 3E4,5 : 4,5 : 1F 4,5 : 1 : 4,5

Pelat memuat 6 titik

Kertas saring yang basah, chamber jenuh dengan eluen

Dimasukkan ke dalam gelas sedemikian sehingga kertas saring menutupi bagian dinding dalam gelas tanpa adanya tekukanDimasukkan 5 mL campuran Heksan, kloroform, ethanol dengan perbandingan paling tepatDitutup dengan pelat kaca sampai kertas saring basah seluruhnya

Kertas Saring

3. PERSIAPAN ELUEN

a) Untuk cincin terkonsentrasi

b) Untuk penentuan Rf

Page 9: Laporan KLT

Ditotolkan pada titik A sampai F pada pelat KLTDitotolkan eluen dari titik A sampai F pada noda Asampai FDiamati perbandingan cincin noda yang telah dibuat

Hasil pengamatan

Pelat 3 x 5 cm

Ditotolkan sampel pada kedua titik A dan BDimasukkan pelat KLT kedalam gelas dengan pelat bagian bawah menyentuh dasar gelasGelas ditutup dengan penutup kacaSaat eluen menyentuh batas atas pelat, pelat KLT diambil dengan pinset secara perlahan-lahanDitutup pelat dengan selotipDihitung harga Rf nya

Pelat 2 x 5 cm

Kertas saring yang basah, chamber jenuh dengan eluen

4. TAHAP PENOTOLAN DAN PENGEMBANGAN SAMPEL

a) Untuk cincin terkonsentrasi

b) Untuk penentuan Rf

Page 10: Laporan KLT

IX. Pembahasan

Percobaan kromatografi lapis tipis ini bertujuan untuk menentukan komposisi eluen

yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi, serta menentukan R f dari zat warna pada

tanaman dengan menggunakan pelat KLT. Sedangkan langkah-langkah percobaan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan sampel

Pertama-tama menyiapkan sampel, yaitu daun pandan suji, dan kunyit,

kemudian daun pandan dan kunyit ditumbuk sampai halus. Daun suji dan kunyit yang

yang sudah ditumbuk atau diparut ditimbang ± 15 gram, kemudian ditambahkan 10

mL metanol untuk daun pandan dan 10 mL etanol untuk kunyit sampai larutan daun

pandan berwarna hijau tua dan larutan kunyit berwarna kuning tua. Fungsi

penambahan metanol pada daun pandan dan etanol pada kunyit adalah untuk

melarutkan pigmen yang terkandung di dalam daun pandan maupun kunyit tersebut.

Setelah itu didiamkan beberapa menit sampai endapan pandan ataupun kunyit

mengendap, kemudian diambil filtratnya, pengambilan filtrat jangan dilakukan

dengan tangan atau diperas karena bisa menyebabkan terkontaminasinya filtrat, selain

alasan itu tidak diperbolehkan menggunakan tangan dikarenakan metanol dan etanol

bersifat karsinogen yang dapat membahayakan tubuh. sehingga didapatkan filtratnya

sebanyak 10 ml. Pengambilan filtrate juga juga tidak menggunakan kertas saring

karena dikawatirkan pigmen warna dari sampel tersebut bisa saja tertinggal pada

kertas saring. Sehingga filtrate yang diperoleh untuk daun pandan suji ±10 mL,

sedangkan untuk kunyit ±7mL.

Filtrat yang dihasilkan kemudian dimasukkan dalam corong pisah dan di

tambahkan 5 ml kloroform. Penambahan kloroform pada filtrat memiliki tujuan yaitu

mempercepat proses pemisahan fasa organik ( larutan sampel kunyit maupun

pandan ). Setelah ditambahkan kloroform kemudian dikocok searah dan sesekali

dibuka tutupnya agar gas yang terbentuk dapat keluar. Selanjutnya campuran tersebut

didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Untuk sampel kunyit, lapisan bawah

berwarna kuning keruh dan lapisan atas berwarna kuning kecoklatan, sedangkan

Page 11: Laporan KLT

sampel daun pandan lapisan bawah berwarna hijau (++) dan lapisan atas berwarna

hijau (+++). Pigmen sampel yang digunakan dalam analisis adalah lapisan bagian

bawah sehingga didapatkan warna pigmen sampel kunyit adalah kuning (+),

sedangkan pigmen sampel untuk daun pandan suji adalah hijau (++).

2. Persiapan pelat dan penotolan pada cincin terkonsentrasi

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penotolan adalah menyiapkan

dulu pelat KLT, setelah pelat disiapkan kemudian pelat dioven selama ± 10 menit,

tujuan pengovenan ini adalah untuk menghilangkan molekul-molekul air atau

emnghilangkan kadar air yang terkandung dalam pelat tersebut. Sebab adanya

kandungan air dalam pelat dapat mempengaruhi pengembangan sampel, jika ada

molekul-molekul air dalam pelat proses pengembangan sampel menjadi lambat

sehingga berpengaruh terhadap nilai Rf.

Pada percobaan cincin terkonsentrasi pelat yang digunakan adalah pelat

dengan ukuran 3x5 cm, yang berjumlah sebanyak dua buah, satu plat untuk daun pandan

dan satu pelat lagi digunakan untuk kunyit. Masing-masing plat kemudian diberi tanda

sebanyak 6 titik dengan menggunakan pensil, dan jarak antara titik yang satu dengan titik

yang lain 1 cm. Tujuan dari pemberian jarak ini adalah untuk memberikan ruang

pengembangan noda setelah penotolan sampel. Sedangkan Pemberian titik dimaksudkan

untuk lebih memperjelas pemisahan dalam cincin terkonsentrasi, pemberian titik pada

pelat tersebut tidak akan mempengaruhi terhadap noda yang dihasilkan, sebab tanda titik

yang dihasilkan pensil tidak akan bercampur dengan sampel ataupun eluen.

Setelah pelat telah siap, titik-titik yang telah dibuat kemudian diberi tanda

A,B,C,D,E,F, kemudian pada titik-titik yang telah ditandai tersebut ditotolkan sampel

kunyit pada pelat 1 dan sampel daun pandan pada pelat 2 dengan menggunakan pipa

kapiler sebanyak 2 totolan(sampai warna terlihat jelas). Setelah sampel ditotolkan

pada masing-masing titik A sampai F, masing-masing noda tersebut kemudian ditotoli

dengan 6 macam eluen dengan komposisi yang berbeda, komposisi eluen tersebut

dapat dilihat sebagai berikut :

Eluen A terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 4,5 : 1,0

Eluen B terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 5,0 : 4,0 : 1,0

Eluen C terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,0 : 5,0 : 1,0

Page 12: Laporan KLT

Eluen D terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 3,5 : 2,0

Eluen E terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 3,5 : 4,5 : 2,0

Eluen F terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 1,0 : 4,5 : 4,5

Berdasarkan hasil percobaan yang telah kelompok kami lakukan, diperoleh

eluen E yang cukup polar untuk sampel kunyit maupun sampel daun pandan suji.

Hasil ini didasarkan dari pengembangan noda, dengan eluen E noda kunyit maupun

noda dari daun pandan yang dihasilkan tidak terlalu melebar dan tidak terlalu kecil

pelebarannya dan dikatakan pelebarannya cukup.

3. Penentuan Rf

Pada langkah percobaan penentuan Rf ini pelat yang digunakan adalah pelat

dengan ukuran 2x7 cm, yang berjumlah sebanyak dua buah, satu plat untuk daun

pandan dan satu pelat lagi digunakan untuk kunyit. Pada bagian bawah pelat di beri

garis batas sebesar 1 cm dari ujung pelat, sedangkan batas atas 0,5 cm dari ujung

pelat.

Dalam penentuan Rf ini langkah pertama adalah menyiapkan gelas

(chamber) yang memiliki tinggi ± 10 cm, dengan permukaan bawah gelas yang datar.

Kemudian melapisi bagian dinding dalam gelas tersebut dengan kertas saring hingga

meyelimuti seluruh permukaan gelas, dan diusahakan kertas saring tidak saling

menumpuk, hal ini dimaksudkan agar penyerapan eluen oleh kertas saring dilakukan

secara maksimal dan merata. Langkah selanjutnya adalah menutup gelas tersebut

dengan pelat kaca sampai kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring yang basah

seluruhnya ini menandakan bahwa di dalam chamber (gelas) benar-benar jenuh

dengan eluen. Tujuan dari chamber ditutup dengan pelat kaca adalah agar kondisi

dalam gelas tersebut benar-benar jenuh oleh uap dari pelarut.

Kemudian, kedua pelat yang telah disiapkan sebelumnya pada masing –

masing pelat diberi 2 tanda titik A dan B hal ini digunakan sebagai perbandingan.

Sampel kemudian ditotolkan pada kedua titik tersebut, masing-masing sampel

sebanyak 2 totolan (warna terlihat jelas), kemudian gelas dibuka pelat dimasukkan ke

dalam gelas (chamber) dengan hati-hati menggunakan pinset sehingga posisi pelat

bagian bawah menyentuh dasar gelas dan segera ditutup dengan pelat kaca. Noda

dibiarkan mengembang sampai eluen mencapai batas atas pelat, kemudian pelat

segera diangkat. Tiap-tiap noda sampel terelusi sehingga terbentuk beberapa noda.

Page 13: Laporan KLT

Lalu noda-noda yang terbentuk tersebut diberi tanda dengan pensil, kemudian

dikeringkan dan ditutup dengan selotip agar noda tidak memudar warnanya. Langkah

selanjutnya adalah mengukur dan menghitung nilai Rf yang didapatkan. Pada sampel

daun pandan didapatkan 7 buah noda, sedangkan pada sampel kunyit didapatkan 4

noda. Dari hasil perhitungan Rf didapatkan Rf untuk :

Kunyit

Rf1 :0,0454

Rf2 :0,0909

Rf3 :0,2182

Rf4 :0,3

Daun Pandan Suji

Rf1 : 0,3

Rf2 :0,4818

Rf3 :0,6091

Rf4 :0,6636

Rf5 :0,7

Rf6 :0,7455

Rf7 :0,8091

Banyaknya jumlah noda yang tidak sama tersebut menandakan bahwa

kandungan pigmen antara sampel kunyit dan daun pandan tersebut tidak sama.

X. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat kami simpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil percobaan kami pada langkah percobaan cincin terkonsentrasi baik

sampel daun pandan suji maupun sampel kunyit eluen yang cocok adalah E yang terdiri

dari heksana : kloroform : etanol dengan perbandingan 4,5 : 4,5 : 1, karena pada eluen E

ini noda yang terbentuk cukup polar.

2. Nilai Rf dari zat warna pada tanaman kunyit, daun pandan betawi dan daun pacar dengan

menggunakan pelat KLT adalah sebagai berikut :

o Kunyit

Rf1 :0,0454

Rf2 :0,0909

Rf3 :0,2182

Page 14: Laporan KLT

Rf4 :0,3

o Daun Pandan Suji

Rf1 : 0,3

Rf2 :0,4818

Rf3 :0,6091

Rf4 :0,6636

Rf5 :0,7

Rf6 :0,7455

Rf7 :0,8091

XI. Jawaban Pertanyaan

1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT

terlalu polar atau kurang polar? Mengapa?

Jawab :

Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar

maka seluruh noda yang ditotolkan pada pelat naik sampai batas atas pelat

(solvent front) tanpa mengalami pemisahan.

Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar

maka noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak.

2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan penentuan Rf?

Jawab :

Fungsi kertas saring pada percobaan penentuan Rf digunakan agar atmosfer dalam gelas

(chamber) terjenuhkan dengan uap pelarut (menjenuhkan chamber).

3. Mengapa permukaan pelat KLT tidak boleh rusak?

Jawab :

Permukaan pelat KLT tidak boleh rusak karena dapat mempengaruhi hasil pemisahan

noda atau pengembangan noda.

Page 15: Laporan KLT

4. Mengapa pelat KLT yang harus digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven?

Jawab :

Pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven pada suhu 110o sebelum

digunakan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terikat dan mengaktifkan

absorben. Karena air yang terikat kuat pada absorben dapat menghambat terjadinya

kesetimbangan dengan molekul-molekul analit.

5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil?

Jawab :

Batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil karena jika

menggunakan bolpoin maka noda bolpoin akan ikut terelusi atau mengembang.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Utiya. 2007. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II: Dasar-Dasar

Pemisahan Kimia. Surabaya: Unipress Unesa.

Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas. (www.chem-is-try.org , diakses 3 Mei 2013)

Day, R. A., Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. New York: Prentice-Hall.

Sianita B, Maria Monica. 2006.Buku Ajar Mahasiswa Kromatografi. Surabaya: Unipress

Unesa.

Page 16: Laporan KLT

LAMPIRAN

Perhitungan

Table hasil perhitungan Rf

Rf1 Rf2 Rf3 Rf4 Rf5 Rf6 Rf7

Sampel

Kunyit

A B A B A B A B A B A B A B

0,0

363

0,0

54

5

0,0909 0,09

09

0,21

82

0,21

82

0,29

09

0,30

91

Rata-

rata

0,0454 0,0909 0,2182 0,3

Sampel

Pandan

Suji

A B A B A B A B A B A B A B

0,2

909

0,3

09

1

0,4727 0,49

09

0,6 0,61

82

0,65

45

0,67

27

0,69

09

0,70

91

0,74

55

0,74

55

0,

8

0,81

82

0,3 0,4818 0,6091 0,6636 0,7 0,7455 0,8091

Perhitungan

Kunyit :

Rf 1 rata−rata=Rf 1 A+Rf 1B2

=0,0363+0,05452

=0,0454

Rf 2 A=r2 A

r eluen=0,5 cm

5,5 cm=0,0909

Rf 1 B=r 1 B

r eluen=0,2 cm

5,5 cm=0,0545

Rf 2 B=r 2 B

r eluen=0,5 cm

5,5 cm=0,0909

Rf 1 A=r1 A

r eluen=0,2cm

5,5 cm=0,0363

Page 17: Laporan KLT

Rf 2 rata−rata=Rf 2 A+Rf 2 B2

=0,0909+0,09092

=0,0909

Rf 3 rata−rata=Rf 3 A+Rf 3 B2

=0,2182+0,21822

=0,2182

Rf 4 rata−rata=Rf 4 A+Rf 4 B2

=0,2909+0,30912

=0,3

Daun Pandan Suji

Rf 4 B=r 4 B

r eluen=1,7 cm

5,5 cm=0,3091

Rf 3 B=r 3 B

r eluen=1,2 cm

5,5 cm=0,2182Rf 3 A=

r3 Ar eluen

=1,2cm5,5 cm

=0,2182

Rf 4 A=r 4 A

r eluen=1,6 cm

5,5 cm=0,2909

Rf 1 A=r1 A

r eluen=1,6 cm

5,5 cm=0,2909 Rf 1 B=

r 1 Br eluen

=1,7 cm5,5 cm

=0,3091

Rf 4 rata−rata=Rf 1 A+ Rf 1 B2

=0,2909+0,30912

=0,3

Rf 2 A=r2 A

r eluen=2,6 cm

5,5 cm=0,4727 Rf 2 B=

r 2 Br eluen

=2,7 cm5,5 cm

=0,4909

Rf 2 rata−rata=Rf 2 A+Rf 2B2

=0,4727+0,49092

=0,4818

Page 18: Laporan KLT

Rf 3 A=r3 A

r eluen=3,3 cm

5,5 cm=0,6 Rf 3 B=

r 3 Br eluen

=3,4 cm5,5 cm

=0,6182

Rf 3 rata−rata=Rf 3 A+Rf 3 B2

=0,6+0,61822

=0,6091

Rf 4 A=r 4 A

r eluen=3,6 cm

5,5 cm=0,6 545 Rf 4 B=

r 4 Br eluen

=3,7 cm5,5 cm

=0,6 727

Rf 4 rata−rata=Rf 4 A+Rf 4 B2

=0,6545+0,67272

=0,6636

Rf 5 A=r5 A

r eluen=3,8 cm

5,5 cm=0,6909

Rf 5 B=r 5 B

r eluen=3,9 cm

5,5 cm=0,7091

Rf 5 rata−rata=Rf 5 A+Rf 5 B2

=0,6909+0,70912

=0,7

Rf 6 A=r6 A

r eluen=4,1 cm

5,5 cm=0,7455 Rf 6 B=

r 6 Br eluen

=4,1 cm5,5 cm

=0,7455

Rf 6 rata−rata= Rf 6 A+Rf 6 B2

=0,7455+0,74552

=0,7455

Rf 7 A=r7 A

r eluen=4,4 cm

5,5 cm=0,8 Rf 7 B=

r 7 Br eluen

=4,5 cm5,5 cm

=0,8182

Rf 7 rata−rata= Rf 7 A+Rf 7 B2

=0,8+0,81822

=0,8091