judul percobaan klt
TRANSCRIPT
I. Judul Percobaan : Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
II. Hari/ Tanggal Percobaan : Senin, 25 April 2016 pukul 10.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Senin, 25 April 2016 pukul 12.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan
1. Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi.
2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT.
V. Dasar Teori
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat – zat
itu menunjukan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase,
satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa
zat terlarut melalui media, hinggga terpisah dengan zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih
awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran
suatu pelarut terbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak
sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel dan resin
penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat pelarut sehingga terjadi partisi antara fase
diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cair pada suatu penyangga yang
inert berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan pemisah yang utama dalam
kromatografi gas – cair, kromatografi kertas, dan bentuk kromatografi kolom yang disebut
kromatografi cair – cair. Dalam praktek, sering kali pemisahan disebabkan oleh suatu
kombinasi efek adsorbsi dan partisi.
Jenis – jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan dalam penetapan kadar adalah kromatografi kolom, kromatografi gas,
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebuh bermanfaat untuk tujuan
identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilihan fase
diam yang lebih luasdan berguna untuk pemisahan masing – masing senyawa secara
kuantitatif dari suatu campuran. Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua
– duanya membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode
dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif
bahan dalam jumlah yang sangat kecil.
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama berdasarkan perbedaan
teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi, partisi dan pendesakan. Kedua berdasarkan
jenis fasa yang dipakai (mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b) kromatografi gas
padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori dasar kromatografi
pertama kali dikembangkan untuk kromatografi cair-cair oleh Martin dan Synge. Metoda
kromatografi planar meliputi kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode
ini memerlukan lapis tipis materi berbentuk bidang datar, yang dapat langsung dipakai untuk
pemisahan atau harus dilapiskan di atas lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil
bergerak melalui fasa stasioner berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu tarikan
gravitasi. Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempeng kaca yang dilapisi dengan selapis
tipis partikel-partikel halus. Lapis tipis ini berfungsi sebagai fasa stasioner
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada
tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam
(uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium,
atau pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik
(ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun
(descending). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan,
dalam kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana. Keuntungan kromatografi
planar adalah kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi
pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan
radiasi menggunakan sinar ultra violet, dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending),
menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi dan ketepatan penentuan kadar
akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak
bergerak.
Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan
pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi
ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis
tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman
dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi.
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik
seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk menentukan eluen pada analisis
kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk
pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis
Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang
dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka
dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi atau kombinasi kedua
efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan.
Kromatografi lapis tipis dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan
senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga
Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku
pembanding pada lempeng yang sama. Pembandingan visual ukuran bercak dapat digunakan
untuk memperkirakan kadar secara semi kuantitatif. Pengukuran kuantitatif dimungkinkan,
bila digunakan densitrometi, fluoresensi atau pemadaman fluoresensi, atau bercak dapat
dikerok dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan diukur secara
spektrofotometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang telah dieluasi
diputar 90o dan dieluasi lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang dijenuhkan
menggunakan sistem pelarut yang berbeda.
a. Fase Diam (Lapisan Penjerap)
Fase diam polar pada umumnya yang digunakan adalah silica gel, alumunium,
oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida dan lain – lain. Fase diam non
polar, misalnya adalah MCL – Gel, CHP20P, C – 18, dan RP – 18.
b. Fase gerak (Pelarut Pengembang)
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut yang
digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut
multi komponen ini harus berupa suatu campuran sederhana mungkin yang terdiri atas
maksimum 3 komponem. Pada kromatografi serap, pelarut pengembang dapat
dikelompokan kedalam deret elutropik berdasarkan efek elusinya. Makin naik efek
elusinya, makin naik kepolaran pelarut.
b. Bejana Kromatografi
Bejana harus dapat menampung pelat 200 x 200 mmdan harus tertutup rapat.
Untuk menjenuhkan bejana dapat digunakan secarik kertas saring bersih yang ditaruh
pada dinding sebelah dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut
pengembang. Tingkat kejenuhan mempunyai pengaruh nyata pada pemisahan dan letak
bercak pada kromatogram.
c. Pengembangan
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut
pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangaan normal, yaitu jarak
antara garis awal dan garis akhir, ialah perambatan satu kali ke atas, pengembangan
ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan yaitu dua kali
merambat ke atas beturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam
keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan
membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit.
e. Deteksi
Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukan penyerapan didaerah
UV gelombang pendek (rardiasi utama pada kira – kira 254 mm) atau jika senyawa itu
dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi gelombang UV pendek dan atau gelombang
panjang (365 mm). Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi harus
dicoba dengan pereaksi kimia, pertama tanpa dipanaskan, kemudian bila perlu dengan
pemanasan. Deteksi secara biologi dapat dilakukan untuk senyawa yang mempunyai
aktivitas fisiologi tertentu. Misalnya dengan menuangkan suspensi darah – gelatin untuk
mendeteksi senyawa yang menghomolisis darah (turunan saponin).
Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat
dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan
menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan
eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau
kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT. Cara
yang umum digunakan untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan menggunakan
metode cincin terkonsentrasi.
Dikatakan eluen terlalu polar jika eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat bergerak
jauh keluar pusat lingkaran. Atau eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat naik sampai
batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Eluen dikatakan kurang polar jika eluen
tersebut ketika ditotolkan pada noda, noda tidak bergerak.
Rangkaian Alat Kromatografi Lapis Tipis
Untuk membuat garis batas pada pelat digunakan pensil, karena jika menggunakan bolpoin
atau alat tulis bertinta, maka tinta akan ikut bergerak jika pelat diberi eluen. Setelah pelat
diberi noda, dimasukkan dalam gelas yang telah berisi eluen dengan kepolaran yang tepat.
Gelas ditutup kembali untuk menjaga kondisi gelas tetap jenuh oleh uap pelarut. Karena
pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran
pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan
bercak warna.
Perhitungan nilai Rf yaitu jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran,
pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang
tempuh oleh bercak warna masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan,
lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis,
sebelum mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut ; Nilai Rf untuk
setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk
memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini didasarkan pada jarak
yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang ditempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika
pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi
pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu; kromatografi lapisan tipis banyak
digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan
pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Kemudian
metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam
menentukan kadar. Serta dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro).
Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini meliputi wilayahAsia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerahIndo-Malaysia,Indonesia,Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orangIndonesia danIndia serta bangsaAsia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga.
Beberapa kandungan kimia rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan, senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, zat besi, dan vitamin C.
Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin.
Daun pandan betawi/suji
Tanaman Suji (Pleomele angustifolia, N. E. Brown) merupakan tanaman perdu atau pohon kecil
tegak dengan tinggi berkisar antara 2 hingga 8 meter. Tanaman suji biasa tumbuh secara liar atau
ditanam disekitar halaman dan untuk pagar-pagar. Tanaman suji dapat tumbuh dengan baik pada
daerah dengan ketinggian sampai 1200 m diatas permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi
botaninya, tanaman suji termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermai, kelas
Monocotiledoneae, ordo Liliflorae, famili Liliaceae, genus Pleomele, dan jenis Pleomele
angustifolia N. E. Brown. Jenis lain dari suji adalah Cordyline Rumphii MIQ dan Dracaena
angustifolia ROXB (Heyne, 1987).
Klorofil (chlorophyll) adalah zat pembawa warna hijau pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berasal
dari bahasa Yunani: khloros (hijau kekuningan) dan phullon (daun). Nama klorofil pada mulanya
diberikan pada pigmen-pigmen hijau yang berperan pada proses fotosintesis tanaman tingkat
tinggi, yang kemudian diperluas kepada semua golongan pigmen porfirin fotosintetik (Francis,
1985).
Secara kimiawi, klorofil adalah porfirin yang mengandung cincin dasar tetrapirol, dimana
keempat cincin berikatan dengan ion Mg2+. Cincin isosiklik yang kelima berada dekat dengan
cincin pirol ketiga. Dalam cincin keempat, subtituen asam propionat diesterifikasi oleh diterpen
alkohol fitol yang bersifat hidrofobik, dan jika dihilangkan menjadi hidrofilik (Gross, 1991).
Molekul klorofil terdiri dari sebuah porfirin sebagai kepala, yang bersifat polar (larut dalam air),
yang terbentuk dari cincin tetrapirol dengan sebuah atom Mg dan sebuah fitol sebagai ekor (Hall
dan Rao, 1986).
Klorofil merupakan ester dan larut pada pelarut organik. Kandungan klorofil pada beberapa
tanaman sekitar 1% basis kering. Pada semua tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada
dalam dua bentuk yaitu klorofil-a dan klorofil-b dengan perbandingan 3:1 (Robinson, 1991).
Klorofil-a terdapat sekitar 75% dari pigmen hijau tanaman. Dengan analisis yang sama, total
klorofil daun suji sebesar 3773 mg/g bahan dengan rasio klorofil a dan klorofil b sebesar 2:1
(Hakim, 2005).
VI.Alat dan Bahan
Alat
Pelat KLT berukuran 7x2 cm 2 lembar , 3x5 cm 2 lembar
Pipa kapiler 2 buah
Corong pemisah 2 buah
Gelas ukur 10 mL 2 buah
Chamber 1 buah
Oven 1 buah
Bahan
Kunyit
Pandan suji
Metanol
Etanol
Kloroform
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2011). Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC. [Online] Tersedia:
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/pdf. Diakses tanggal 27 April 2016.
Azizah, Utiya, dkk. 2016. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II :Dasar-Dasar
Pemisahan Kimia. Surabaya : Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Surabaya
Dediz, cipto. 2013. Kandungan Kunyit dan Pemanfaatan Kunyit. (online).
(http://ciptoidea.blogspot.co.id/2013/11/kandungan-kimia-kunyit-dan-pemanfaatan.html,
diakses pada tanggal 27 April.2016).
Francis, F. J. 1985. Pigments and Other Colorant in Fennema, O.R. (ed.). Food Chemistry. 2nd
Ed. Mercekl Dekker. New York. Garcia, A.L., L. Galindo, and S. Navaro. 1980.
Chlorophyllase in citrus leaves. kinetic aspects of reaction. Biol. Plant. 22(4):255-262.
Gross, J. 1991. Pigments in Vegetables, Chlorophylls and Carotenoids. New York:Van Nostrand
Reinhold
Hakim, Nurlina. 2005. Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Mikrobiologis Ekstrak Daun suji
(Pleomele angustifolia, N.E. Brown) Selama Penyimpana suhu Rendah. Bogor : IPB.
Hall, D. O. and K.K Rao. 1986. Photosynthesis Fourth Edition. London:Edward Arnold.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan.
Jr, Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Lukum, A, P. 2006. Bahan Ajar Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Gorontalo : UNG.
Pakaya W. (2013). Identifikasi Senyawa Kurkumin Pada Kunyit Secara Kromatografi Lapis
Tipis. [Online] http://whilnanoblog.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-
identifikasi-senyawa.html. Diakses tanggal 27 April 2016.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung,
Soebagio, dkk. 1999. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri
Malang.