rasio

107
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar (go public) atau emiten yang efeknya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku. Laporan auditan adalah laporan yang telah di audit oleh auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada pemilik saham dan juga berguna untuk pengambilan keputusan pada pihak yang memerlukan. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), sebagai suatu badan pemerintah yang menangani pasar modal di bentuk guna membantu para investor untuk mendapatkan informasi yang handal tepat waktu untuk membuat keputusan investasi. Untuk itu, Undang-undang No. 15/1952 tentang bursa yang dijabarkan lebih lanjut oleh 1

Upload: dziezee-hutauruk

Post on 08-Aug-2015

66 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dzie

TRANSCRIPT

Page 1: rasio

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar (go

public) atau emiten yang efeknya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk

mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah

berakhirnya tahun buku. Laporan auditan adalah laporan yang telah di audit oleh

auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggung jawaban

manajemen kepada pemilik saham dan juga berguna untuk pengambilan

keputusan pada pihak yang memerlukan.

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), sebagai suatu badan

pemerintah yang menangani pasar modal di bentuk guna membantu para investor

untuk mendapatkan informasi yang handal tepat waktu untuk membuat keputusan

investasi. Untuk itu, Undang-undang No. 15/1952 tentang bursa yang dijabarkan

lebih lanjut oleh Keppres No. 53/1990 tentang pasar modal dan keputusan Menteri

Keuangan No. 1548/1990 tentang pasar modal, mewajibkan perusahaan emiten

yang bermaksud menerbitkan efek-efek ke masyarakat untuk mengajukan

permohonan kepada BAPEPAM untuk memperoleh persetujuan. Emiten juga

diwajibkan menyampaikan laporan tahunan rinci kepada BAPEPAM.

Informasi yang di perlukan dapat disajikan dengan akurat dan tepat pada

saat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, Karena informasi ini sangat

berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Jika saja informasi yang

1

Page 2: rasio

disajikan tidak akurat dan tidak tepat pada waktunya maka akan mengganggu

proses kelangsungan hidup perusahaan.

Audit delay menurut peneliti adalah suatu kebijakan untuk melakukan

penundaan audit, yang di akibatkan oleh terdapatnya permasalahan serius

terhadap laporan keuangan atau usaha perusahaan dan juga di akibatkan karena

kinerja manajemen/auditor yang tidak efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari

2 faktor yaitu factor internal dan factor eksternal dan juga dapat diukur dari

tanggal akhir tutup buku laporan keuangan sampai pada opini auditor independent

ditentukan. Sedangkan menurut (Ashton et al: 1997, Halim: 2000), audit delay

adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan

tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independent.

Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan Bapepam, tentu

berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan

publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan

keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam

penyelesaian audit. Dyer dan McHugh (1975) dalam Sistya Rachmawati (2008)

menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk

mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan penerbitan laporan

keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi

secara ketat oleh para investor, assosiasi perdagangan dan agen regulator.

Disamping itu ukuran perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih

besar untuk membayar biaya audit (audit fee), hal ini menyebabkan perusahaan

yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki Audit

2

Page 3: rasio

Delay dan Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan

yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.

Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan rata-rata

audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang diban-dingkan

hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62.53

hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan

menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.

Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting

bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut (Givoly dan Palmon 1982) dalam

Sistya Rachmawati (2008), di samping ketepatan waktu (timeliness) akan

memperlancar kegiatan investasi dan perdagangan saham di lantai bursa,

ketepatan waktu juga merupakan kewajiban bagi perusahaan yang terdaftar di BEI

untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Novita wening tyas

respati,2001: yang meneliti tentang Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Ketepatan Pelaporan Keuangan di BEJ, kesimpulan penelitian ini menunjukkan

bahwa tingkat ketepatan waktu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

sangat tinggi (70,30%).

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian

laporan keuangan kepada Publik di Indonesia telah diatur dalam UU No.8 Tahun

1995 tentang pasar modal dan keputusan Bapepam No.80/PM/1996 tentang

kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala. Menurut undang-

undang dan peraturan Bapepam, perusahaan yang terlambat menyampaikan

laporan secara tepat waktu akan di kenakan sanksi administrasi dan denda.

3

Page 4: rasio

Pada tahun 2009 paruh pertama trwulan I JAKARTA - PT Bursa Efek

Indonesia (BEI) mengakui sampai saat ini masih terus memeriksa dugaan

penyelewengan dana IPO serta dugaan manipulasi laporan keuangan auditan

tahun 2009 milik PT. NN.

Kabiro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK

mengungkapkan selama ini Bapepam hanya mengenakan sanksi kepada emiten

yang terlambat menyampaikan hasil audit laporan keuangannya berupa denda Rp

1 juta per hari. Namun, karena keterlambatan ini masih terus terjadi, maka otoritas

pasar modal memikirkan penerapan sanksi denda tidak hanya kepada

perusahaannya. Kabiro PKP Sektor Rill menguraikan, emiten yang belum

menyampaikan LKT akan didenda Rp1 juta per hari. Penyampaian LKT itu

berakhir pada hari tercatatnya laporan keuangan itu yang berakhir 31 Maret 2010

tanpa ada perpanjangan waktu. Jadi siap-siap saja didenda.

Perusahaan tercatat wajib menyampaikan ke bursa LKT sesuai dengan

peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Keuangan. Dalam hal

ini perusahaan tercatat telah menyampaikan LKT dalam jangka waktu 3 bulan

setelah tahun buku perusahaan berakhir maka, perusahaan tercatat wajib

menyampaikan LKT Auditan.

Sedangkan peraturan BEI Nomor 1-E-KEP-306/BEJ/07/4002 dimana poin

III.1.6.2 tercatat LKT harus disampaikan dalam bentuk LK Auditan selambat-

lambatnya pada akhir bulan ke-3 setelah tanggal LKT.

Bapepam-LK telah memberikan peringatan kepada seluruh perusahaan

efek. Bapepam-LK pada Rabu (31/3/’10) melayani penerimaan LKT 2009 akhr

bulan maret.

4

Page 5: rasio

Pantauan INILAH.COM Kamis (1/4) dari 397 perusahaan efek yang

tercatat per 5 Januari 2010 sudah ada 321 emiten yang menyampaikan LKT.

Berarti ada 76 emiten lagi yang belum menyampaikan LKT.

Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu ini

telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Hal ini serupa

dengan kesimpulan dari Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita Wening Tyas

Respati (2001) secara serupa yang menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan

keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan. Pernyataan

lain yang menyatakan bahwa ketepatan waktu (timeliness) penyajian laporan

keuangan akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien di pasar saham yaitu

sebagai fungsi evaluasi dan pricing, mengurangi tingkat insider trading dan

kebocoran serta rumor-rumor di pasar saham (Owusu dan Ansah 2000). Proses

dalam mencapai ketepatan waktu (timeliness) terutama dalam penyajian laporan

auditor independen menjadi semakin tidak mudah, mengingat semakin

meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia,

Pelaksanaan audit oleh auditor telah diatur oleh Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001)

khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang

prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Pemenuhan

standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian

laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas hasil

auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar

membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak

sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang

diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi

5

Page 6: rasio

auditor. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat

mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal

opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang

lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor,

(dalam Sejati,Anggit Wasis-2007 : Analisa Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa

Efek Jakarta Tahun 2003-2005,

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta

Mei 2008 menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi audit Delay

adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,

sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh

terhadap Audit Delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap

timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP. Hasil penelitian

secara simultan menunjukkan bahwasanya secara bersama-sama faktor internal

dan eksternal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit

Delay dan Timeliness. Dari hasil pengujian secara statistik dalam penelitian ini

menjelaskann bahwa rata-rata Audit Delay di indonesia pada tahun yang diamati

(2003-2005) 76 hari dengan standar deviasi 16 hari

Menurut Ratnawty dan Toto Sugiharto (PESAT 2005), Faktor Internal

yang mempengaruhi audit delay adalah : Total Aktiva, Total Asset Turnover

Ratio, Debt to Equity Ratio, Laba atau Rugi Usaha, Opini Audit serta Faktor

Eksternal yaitu Katergoti Akuntan Publik. Maka penelitian diatas sebagai salah

satu dasar bagi peneliti untuk meneliti faktor internal dan eksternal perusahaan.

Faktor internal perusahaan dalam penelitian ini adalah (Size perusahaan, Jenis

6

Page 7: rasio

Industri, Debt to Equity Ratio, Jenis Opini, dan Likuiditas) dan Faktor eksternal

adalah (Ukuran KAP).

Karena sangat penting bagi pihak yang membutuhkan laporan keuangan

auditan sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di Pasar

Modal maka, lamanya waktu penyelesaian audit dan tidak tepatnya waktu sangat

merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar,

insider trading dan memunculkan rumor yang membuat pasar menjadi tidak pasti

dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi minat investor berbisnis di

pasar modal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari hasil pemaparan yang peneliti telah jelaskan di atas,

maka indentifkasi masalah yang dapat di jabarkan adalah sebagai berikut :

1. Apakah Size Perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio, jenis opini,

likuiditas dan Ukuran KAP merupakan faktor yang dominan berpengaruh

terhadap audit delay dan timeliness?

2. Seberapa besar pengaruh Size Perusahaan, Jenis industri, Debt to equity

ratio, jenis opini, likuiditas dan Ukuran KAP terhadap audit delay dan

timeliness?

3. Berapa lama rata-rata waktu audit delay sampai kepada timeliness dalam

tahun yang di amati?

7

Page 8: rasio

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari hasil pemaparan latar belakang masalah dan identifikasi

masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

Faktor Internal Perusahaan

1. Apakah Size perusahaan berpengaruh terhadap audit delay

dan timeliness?

2. Apakah Jenis industri bepengaruh terhadap audit delay dan

timeliness?

3. Apakah debt to equity ratio, berpengaruh terhadap audit

delay dan timeliness?

4. Apakah jenis Opini Akuntan Publik berpengaruh terhadap

audit delay dan timeliness?

5. Apakah Likuidtas (Current Assets) berpengaruh terhadap

audit delay dan timeliness?

6. Apakah Faktor Eksternal, Ukuran KAP berpengaruh

signifikan audit delay dan timeliness?

7. Apakah secara Simultan Faktor Internal (Size Perusahaan,

Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan

Likuiditas), dan Faktor Eksternal ( Ukuran KAP) berpengaruh signifikan

terhadap Audit Delay?

8. Apakah secara Simultan Faktor Internal (Size Perusahaan,

Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan

8

Page 9: rasio

Likuiditas), dan Faktor Eksternal ( Ukuran KAP) berpengaruh signifikan

terhadap timeliness?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal yaitu ( Size

Perusahaan, Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan

Likuiditas), dan Faktor Eksternal yaitu (Ukuran KAP) yang paling dominan

berpengaruh terhadap Audit Delay dan Timeliness.

Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang ingin di capai nantinya adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

tentang pasar modal dan kriteria-kriteria yang menentukan kredibilitas

perusahaan yang telah go publik

2. Bagi lembaga yang berwenang penelitian membantu untuk

mengembangkan aturan yang berlaku

3. Bagi Investor

Memberikan masukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan

investasi.

4. Bagi Almamater

9

Page 10: rasio

Hasil penelitian ini merupakan ini hasil karya khasanah yang nantinya

dapat di pakai untuk pengembangan dan menjadi bahan pembanding untuk

penelitian berikutnya

10

Page 11: rasio

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Uraian Teoritis

1. Faktor Internal perusahaan

a. Size perusahaan

Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang

terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen

mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun

pihak internal perusahaan. Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan

keuangan lebih tepat waktu dari pada perusahaan kecil (Rachmaf Saleh, 2004).

Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana Spica Almilia dan

Lucas Setiady (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan

waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki

hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan

keuangan. Hasil penelitian Made Gede (2004) Luciana Spica Almilia dan Lucas

Setiady (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

signifikan, dan memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentang waktu

penyelesaian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan

negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Sedangkan hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto (2002) menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi

memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan

keuangan. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh dan

11

Page 12: rasio

Made Gede. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula

informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah

informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan.

Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik,

maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan

dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat

dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak – pihak yang

berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa

kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan

tidak akan bisa bertahan lama. Karena adanya asumsi going concern, di mana

perusahaan didirikan untuk jangka panjang atau untuk bertahan hidup, maka

perusahaan akan memperoleh tekanan untuk mengolah informasi yang ada untuk

dilaporkan pada pihak – pihak yang berkepentingan.

Semakin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang

terkandung di dalam perusahaan, dan makin besar pula tekanan untuk mengolah

informasi tersebut, sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki

kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi dalam

mempertahankan eksistensi perusahaan.. Semakin tinggi kesadaran manajemen

mengenai pentingnya informasi bagi pihak – pihak yang berkepentingan, maka

akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu. Logika

teori ini juga didukung oleh hasil penelitian Rachmat Saleh (2004) yang

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap

keterlambatan penyajian laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan

12

Page 13: rasio

penyelesaian penyajian laporan keuangan. Setidak-tidaknya ada empat argumen

yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang besar lebih mungkin untuk

mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Pertama, perusahaan besar lebih dimungkinkan mempunyai biaya produksi

informasi atau biaya kerugian persaingan yang lebih rendah dari pada perusahaan

yang lebih kecil. Kedua, perusahaan besar dimungkinkan mempunyai dasar

pemilikan yang lebih luas, sehingga diperlukan lebih banyak pengungkapan

karena tuntutan dari para pemegang saham. Ketiga, perusahaan besar lebih

mungkin untuk merekrut sumber daya manusia dengan kualifikasi yang tinggi,

yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan yang canggih. Keempat,

manejer perusahaan yang lebih kecil tampaknya percaya bahwa semakin banyak

informasi yang diungkapkan dapat membahayakan potensi kompetitif perusahaan.

b. Jenis Industri

Ashton et al (1987) dalam Wiwiek Utami (2006) mengungkapkan bahwa

perusahaan sektor financial mempunyai audit delay lebih pendek dari pada

perusahaan industri lain. Hasil pengujian tersebut juga ditemukan pada penelitian

Ahmad dan Anuar (2001) dalam Wiwiek Utami (2006) di Kuala Lumpur Stock

Exchange yang menunjukkan audit delay pada perusahaan non-financial lebih

besar 15 hari daripada perusahaan financial. Hal ini disebabkan karena perusahaan

financial tidak mempunyai saldo persediaan yang cukup signifikan sehingga audit

yang diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Disamping itu, aktiva

yang dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah dalam pengukurannya

dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik, seperti persediaan, aktiva tetap

13

Page 14: rasio

dan aktiva berwujud (Anthony dan Govindarajan,1998 : 717) dalam Wiwiek

Utami (2006).

c. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang

diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang

diberikan oleh pemilik perusahaan (Husnan 1997:561).

Debt to equty ratio menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas

dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi Debt to equity

ratio maka, semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Oleh

karena itu, perusahaan dengan hutang yang besar cenderung mendesak auditor

untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat dibandingkan perusahaan

yang mempunyai hutang yang kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang

mempunyai hutang besar di monitori oleh kreditor sehingga akan memberi

tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan

lebih cepat untuk meyakinkan para pemilik modal yang pada dasarnya

menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka. Hal

inilah yang menyebabkan Audit Delay menjadi lebih pendek. Penelitian Hossain

dan Taylor (1998) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sebaliknya penelitian

Whittred dan Zimmer (1984) menunjukkan hal yang signifikan. Menurut Hossain

dan Taylor (1998) dalam ratnawaty dan toto sugharto 2005 hubungan antara audit

delay dan DER adalah positif

14

Page 15: rasio

Rasio hutang terhadap ekuitas dapat digunakan sebagai indikator tingkat

kesulitan keuangan perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi

mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Kesulitan keuangan tersebut merupakan berita buruk yang akan

mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen juga

cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita

buruk. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal yang tinggi akan

terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada

digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Hassanudin,

2002:54).

Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Naim (1999), Hossain dan

Taylor (1998) dalam Wiwiek Utami (2006) menunjukkan bahwa debt to equity

ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Tetapi hasil penelitian

Ahmad dan Kamarudin (2001) Wiwiek Utami (2006) di Malaysia menunjukkan

bahwa variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Variabel debt to total equity diukur dengan membandingkan total

kewajiban (total liabilities) dengan total equity.

d. Jenis Opini Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan auditor untuk

menyampaikan pendapatnya tentang hasil pemeriksaanya yang di kaitkan dengan

15

Page 16: rasio

laporan keuangan perusahaan. Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir

dari seluruh proses audit (Arrens & Loebbecke, 1993).

Para pemakai laporan keuangan mendasarkan keputusan-keputusan

mereka atas hasil analisis mereka terhadap informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan. Para investor dan kreditor mempertimbangkan risiko investasi

mereka atas dasar kemampuan tiap-tiap perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal

ini hanya dapat dilakukan hanya dengan membandingkan laporan keuangan yang

di hasilkan oleh berbagai perusahaan. Agar laporan keuangan yang dihasilkan

oleh berbagai perusahaan dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya, maka

laporan keuangan berbagai perusahaan harus disusun atas dasar prinsip akuntansi

berterima umum.

Auditor mempunyai fungsi meningkatkan mutu penyajian laporan

keuangan perusahaan kepada masyarakat, dengan cara melaksanakan audit atas

kewajaran laporan keuangan tersebut yang di tinjau dari kesesusaian dengan

prinsip akuntansi berterima umum. Auditor memberikan sumbangan kepada

masyarakat dalam menjadikan laporan keuangan berbagai perusahaan dapat di

perbandingkan. Dengan cara ini masyarakat (khusunya investor, kreditur, calon

investor dan calon kreditur) dapat mempertimbangkan dengan baik keputusan

yang akan diambilnya dalam menginvestasikan dana mereka berdasarkan

informasi keuangan yang dapat di perbandingkan di antara berbagai perusahaan.

Jenis Opini audit atas kewajaran laporan keuangan yang nantinya di berikan

auditor pada akhir proses audit sangat berpengaruh terhadap keputusan investasi

mereka.

16

Page 17: rasio

Jenis-jenis Opini Audit dan Kesimpulan Auditor

Wajar tanpa pengecualian Auditor Menyimpulkan bahwa

laporan

keuangan di sajikan secara wajar

Wajar dengan pengecualian Auditor menyimpulkan bahwa

laporan keuangan di sajikan secara

wajar, kecuali untuk pos tertentu

Tidak wajar Auditor menyimpulkan bahwa

laporan keuangan tidak disajikan

secara wajar

Tidak memberikan pendapat Auditor tidak memberikan

pendapatnya tentang atas asersi yang

di buat oleh manajemen

Hasil penelitian Ashton, Willingham dan Elliott (1987), Carslaw dan

Kaplan (1991), serta Ahmad dan Kamarudin (2001) dalam wiwiek utami (2006)

membuktikan bahwa audit delay akan lebih panjang jika perusahaan menerima

pendapat qualified atau selain pendapat unqualified. Fenomena ini terjadi karena

proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien,

konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan

perluasan lingkup audit (Elliott,1982:633). Hasil ini juga konsisten dengan

penelitian Simunic (1980) yang menemukan bahwa fee audit akan semakin besar

apabila pemberian pendapat qualified. Untuk kondisi Indonesia, Na’im (1999)

menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan jenis opini akuntan

JENIS OPINI KESIMPULAN

AUDITOR

Unqualified Opinion

Qualified Opinion

Adverse Opinion

Disclaimer Opinion

17

Page 18: rasio

publik terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan. Hasil penelitian Halim (2000)

pada pengujian univariate dan multivariate juga menunjukkan bahwa pendapat

yang diberikan Akuntan Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian

dinyatakan sebagai berikut:

e. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang

lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77).

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk mengubah aktiva menjadi

kas atau kemampuan untuk memperoleh kas, Secara umum utang lancar dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka pendek, hutang dagang, dan

hutang akrual / Accrued Liabilities (White, 2002 : 126). Jangka pendek secara

konvensional di anggap periode hingga satu tahun. Sedangkan aktiva lancar

perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara kas, sekuritas

yang dapat diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka

(White, 2002 : 126). Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio

yang membandingkan sumber – sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang

membandingkan arus kas dengan hutang lancar (White, 2002 : 127).

Untuk pemegang saham perusahaan, kurangnya likuiditas sering kali di

awali dengan kemampuan yang rendah dan berkurangnya kesempatan. Kurangnya

likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian pemilik atau kerugian

investasi modal. Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal

itu menunjukkan kondisi yang baik dari suatu perusahaan . Dye dan Sridhar,

18

Page 19: rasio

dalam penelitian Made Gede, mengungkapkan bahwa jika perusahaan mengalami

good news, maka perusahaan akan cenderung untuk menyajikan laporan keuangan

lebih tepat waktu (Made Gede, 2004). Sehingga dapat dikatakan likuiditas akan

memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian

laporan keuangan.

Tingkat likuiditas yang rendah akan membutuhkan audit yang lama dalam

penyelesaiannya, karena ini merupakan kabar buruk (bad news) yang menjadi

pelemehan investasi,

Tidak hanya bank dan kreditur jangka pendek saja yang tertarik terhadap

angka-angka ratio likuiditas yaitu ratio yang di gunakan untuk menganalisa dan

menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi sangat membantu

manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang di gunakan dalam

perusahaan, tetapi juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham

yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan

pembayaran bunga dimasa yang akan datang. Rasio likuiditas merupakan

suatu indikator mengenai kehidupan perusahaan untuk

membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat

jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia

(Syamsudin 1985:38).

Beberapa alat pembayaran yang harus di jawab dalam hubungannya

dengan ratio likuditas (Amril M. Said, SE, 2008 : Analisa Pembuktian Laporan

Keuangan) adalah :

- Apakah perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya tepat

pada waktunya?

19

Page 20: rasio

- Apakah manajemen menggunakan modal kerja secara efektif ?

- Apakah modal kerja itu cukup, kurang atau berlebihan ?

- Apakah perusahaan mempunyai kredit rating yang menguntungkan

?

- Apakah posisi keuangan jangka pendek berkembang ?

Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi, tingkat

likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.

Dengan kondisi seperti ini, perusahaan cenderung untuk melakukan

pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin

menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke (1989) dalam Fitriani

(2001)). Tetapi dilain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran

kinerja manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan

dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi

kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja

manajemen (Wallace 1994).

Variabel likuiditas diukur dengan current ratio, yaitu membandingkan aktiva

lancar (current asset) dengan hutang lancar (current liabilities).

2. Faktor eksternal perusahaan

f. Ukuran KAP

Audit atas laporan keuangan merupakan bagian dalam tugas auditor untuk

menyatakan pendapatnya. Mahasiswa calon auditor lebih banyak memulai

kariernya dengan bekerja di kantor akuntan public di bandingkan lainnya; kantor

20

Page 21: rasio

akuntan public mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dibandingkan

kegiatan audit lainnya; lebih banyak persyaratan professional yang harus di

penuhi oleh kantor akuntan public dari pada organisasi lainnya karena tanggung

jawab mereka yang besar terhadap pemakai laporan audit.

Sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 400 kantor akuntan public

(KAP). Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan di Amerika Serikat yang

memiliki 45.000 kantor akuntan publik (Arrens & Loebecke) Ukuran kantor

akuntan publik ini berkisar dari yang mempunyai satu orang staf saja sampai

ribuan staf dan partner. Empat kategori ukuran kantor akuntan publik berikut yang

dapat digunakan adalah : kantor akuntan publik internasional, kantor akuntan

publik nasional, lokal dan regional besar dan lokal kecil.

KAP Internasional

Ada enam kantor akuntan publik terbesar diamerika serikat yang disebut

sebaga kantor akuntan publik internasional dan mempunyai julukan ”the big six”,

masing2 memiliki kantor di setiap kota besar di AS dan banyak kota besar di

seluruh dunia, termasuk di indonesia. KAP terkecil dari ”the big six” mempunyai

pendapatan secara internasional lebih dari 3 milyar dollar dan pendapatan secara

nasional mendekati 1 milyar dolar pertahun. Jumlah karyawan dari KAP terbesar

termasuk staf dan partnernya lebih dari 50.000 secara keseluruhan dan sebanyak

2000 di kantor new york saja. Keenam kantor akuntan publik ini

menyelenggarakan audit bagi hampir semua perusahaan raksasa di AS dan seluruh

dunia dan banyak perusahaan lainnya yang lebih kecil

21

Page 22: rasio

Aktivitas Kantor Akuntan Publik

Kantor akuntan publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu :

Atestasi, Perpajakan, Konsultasi Manajemen, serta Akuntansi dan Pembukuan

(Arrens & Loebecke).

Atestasi

Jasa atestasi meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik

mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi

tertulis yang telah dibuat dan ditanggung jawabi pihak lain. Terdapat tiga jenis

jasa atestasi : audit laporan keuangan historis, review laporan keuangan historis

dan jasa atestasi lainnya.

Jasa perpajakan

KAP menyusun Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) pajak penghasilan dari

perusahaan dan perseorangan, PPN dan PPn-BM, perencanaan perpajakan dan

jasa perpajakan lainnya. baik yang merupakan klien audit maupun yang bukan,

Konsultasi Manajemen

Jasa ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi sederhana mengenai

pembenahan system akuntansi sampai keikutsertaan dalam menyusun strategi

pemasaran, pemanfaatan instalasi computer dan konsultasi manfaat aktuaria.

Jasa Akuntansi & Pembukuan

Jasa ini mencakup pembuatan catatan akuntansi bagi kliennya yang

terbatas dengan kemampuan akutansinya. KAP merupakan suatu bentuk

organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan

22

Page 23: rasio

perundang-undangan, yang berusahan di bidang pemberian jasa profesional dalam

prkatek Akuntan Publik.

Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan Soo

(1996) menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang

diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hasil yang sama juga ditemukan Ahmad

dan Kamarudin (2001) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Five akan lebih

pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP kecil. Hal ini diasumsikan

karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit

lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga

memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki

dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga

reputasinya. Dari hasil penelitian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwasanya

ketepatan waktu dapat terjadi jika perusahaan di audit oleh KAP besar, namun

tidak menutup kemungkinan jika KAP besar tidak dapat bekerja secara maksimal

karena faktor kompetensi.

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh

Carslaw dan Kaplan (1991), Hossain dan Taylor (1998) yaitu bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran KAP dengan audit delay.

Pada umumnya sebelumnya kantor akuntan publik (KAP besar ( KAP

yang bekerja sama dengan KAP internasional) memiliki insentif lebih besar

sehingga dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat

mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka dapat kehilangan penugasan

kembali sebagai auditor klien di tahun mendatang. Selain itu, KAP besar

23

Page 24: rasio

mempunyai lebih dapat bekerja secara efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi

penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP.

3. Audit Delay

Seperti yang dikutip dari Guy, Alderman dan Winters (2002)

menurut American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic

Accounting Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu

proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan

tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk

menentukan tingkat hubungan antara pernyataan-pernyataan

tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan

hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Asmara,

1996:5). Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit

yang salah satunya penyusunan anggaran waktu (time budget)

yang secara sederhana menetapkan pedoman mengenai jumlah

waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu apabila

digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Anggaran

tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal

staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit

memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien,

dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan

tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan tepat dapat

merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak

absolut. Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi

24

Page 25: rasio

perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari

anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan

Audit delay menurut peneliti adalah suatu kebijakan untuk melakukan

penundaan audit, yang di akibatkan oleh terdapatnya permasalahan serius

terhadap laporan keuangan atau usaha perusahaan dan juga di akibatkan karena

kinerja manajemen/auditor yang tidak efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari

2 faktor yaitu factor internal dan factor eksternal dan juga dapat diukur dari

tanggal akhir tutup buku laporan keuangan sampai pada opini auditor independent

ditentukan. Sedangkan menurut (Ashton et al: 1997, Halim: 2000), audit delay

adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan

tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independent.

Menurut Raja Ahmad dan Kamaruddin (2000) dalam ratnawaty dan toto

sugiharto, audit delay adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan

tanggal laporan audit. Menurut Knechel dan payne (2000) dalam ratnawaty dan

toto sugiharto, audit delay adalah periode waktu antara tahun tutup buku

perusahaan dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut Varianada Halim

dalam ratnawaty dan toto sugiharto, audit delay adalah lamanya waktu

penyelesaian audit yang di ukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga hingga

tanggal di terbitkannya laporan audit.

Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan

tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit

report lag atau audit delay. Menurut Dyer & McHugh (1975:206), “Auditors’

report lag is the open interval of number of days from the year end to the date

recorded as the opinion signature date in the auditors’ report”. Menurut Ashton,

25

Page 26: rasio

Willingham, & Elliott (1987), Carslaw & Kaplan (1991), Ahmad & Kamarudin

(2001), “Audit delay is the length of time from a company’s fiscal year end to the

date of the auditor’s report”.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-

rata audit delay yang berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat

dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda

antar negara.

Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan rata-rata

audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang diban-dingkan

hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62.53

hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan

menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.

Carslaw & Kaplan (1991) yang menyatakan perusahaan yang mengalami

rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih

lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula

keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik.

Dyer dan Mc Hugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan

besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan

penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar

senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan agen

regulator.

4. Timeliness/ Ketepatan Laporan Keuangan

Scott (2003) mendefinisikan informasi sebagai bukti yang mempunyai

potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun demikian, informasi

26

Page 27: rasio

baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila informasi tersebut tepat waktu.

Tepat waktu diartikan oleh peniliti adalah bahwa segala informasi tentang kondisi

perusahaan harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya

pengambilan keputusan tersebut.

Menurut peneliti ketepatan waktu dapat diukur dari tanggal opini audit

sampai dengan tanggal terpublikasikan laporan keuangan. Sedangkan. Dyer dan

McHugh (1975) Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya penelitian menilai dari

keterlambatan pelaporan (lag) dengan Menggunakan tiga keterlambatan dalam

penelitian: (1). Preleminay lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampat penerimaan laporan akhir plereminari di bursa; (2). Auditor’s

report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai laporan

auditor di tanda tangani. (3). Total lag; interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai pada tanggal penerimaan laporan di publikasikan oleh bursa.

Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi

tidak di mungkinkan tanpa ketepat waktuan informasi mengenai kondisi dan

proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan

keuangan.

Menurut ang (1997), informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai

informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum.

(Baridwa, 1996:5) tepat diartikan bahwa informasi di sampaikan sedini mungkin

untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk dapat membantu dalam keputusan-

keputusan ekonomi/investasi dan mengurangi tertudanya pengambilan keputusan

tersebut.

27

Page 28: rasio

Informasi dapat dikatakan tidak relevan jika tidak tepat waktu, informasi

harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut

kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyelesaian laporan

keuangan dengan penyajian laporan keuangan serta frekuensi pelaporan informasi.

Keterlambatan penyampaian laporan keuangan / pelaporan bisa berakibat buruk

yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kelangsungan

hidup perusahaan. Secara tidak langsung para investor pasti menanggapi sebaga

pertanda (signal) buruk bagi perusahaan. Secara langsung, sebagai contoh di pasar

modal Australia pada tahun 1974 pernah terjadi 38 perusahaan sahamnya dilarang

di perdagangkan hanya karena gagal memberikan laporan tahunan sesuai dengan

persyaratan ketepatan waktu bagi bursa (Dyer dan McHugh, 1975; 205).

Camber dan Panmen (1982: 2) dalam Novita mendefinisikan ketepatan

waktu ke dalam 2 cara : pertama, ketepatan waktu di definisikan sebagai

keterlambatan pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai pada tanggal

melaporkan. Kedua, ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu

pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan.

Dalam penelitian yang dilakukan Ainun Na’im (1998), ketepatan waktu

dilihat dari keterlambatan pelaporan. Keterlambatan waktu pelaporan terjadi

ketika perusahaan mennyampaikan laporan kepada BAPEPAM setelah tanggal 31

Maret, hal sesuai dengan peraturan yang di keluarkan BAPEPAM tahun 1995.

Pengukuran ini sesuai dengan Soo dan Schwartz (1996), dalam penelitiannya, ia

mengukur keterlambatan pelaporan didasarkan pada apakah perusahaan mematuhi

28

Page 29: rasio

pelaporan informasi keuangan yang di tetapkan olen Stock Exchange Commision

(SEC).

B. Penelitian Terdahulu

Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, yang meneliti tentang

pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan

timeliness (kajian empiris pada perusahaan manufakture di BEI), dengan indicator

variable independennya adalah Faktor Internal (Profitabilitas, Solvabilitas,

Internal Auditor, dan Size perusahaan) dan Faktor Eksternal (Ukuran KAP). Hasil

penelitian ini menunjukkan, faktor internal yang mempengaruhi audit Delay

adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,

sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh

terhadap Audit Delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap

timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP. Hasil penelitian

secara simultan menunjukkan bahwasanya secara bersama-sama faktor internal

dan eksternal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit

Delay dan Timeliness

29

Page 30: rasio

Penelitian Aida Noviani 2006, yang menganalisa tentang Pengungkapan

Informasi Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ, dengan

variabel independennya tingkat likuiditas (rasio lancar), solvabilitas (rasio hutang)

dan ukuran perusahaan (kapitalisasi pasar). Sedangkan variabel dependen diwakili

oleh tingkat pengungkapan informasi pada laporan tahunan dengan pemberian

skor atas pengungkapan item-item yang terdaftar pada laporan tahunan. Hasil

pengujian regresi menunjukkan adanya pengaruh positif antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pengujian t-test menunjukkan

hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat pengungkapan.

Ratnawaty dan Toto Sugiharto (PESAT 2005), penelitian ini

mengimplikasikan bahwasanya dari model regresi, audit delay dan faktor yang

mempengaruhinya menunjukkan bahwa pada tahun 2000 dan 2002 model regresi

tidak signifikan dan tidak dapat di gunakan untuk memprediksi audit delay,

namun pada tahun 2001 model regresi signifikan dan dapat memprediksi audit

delay. Penelitian ini menganjurkan untuk penelitian selanjutnya dapat menambah

jumlah sampel dan mengambil sampel dari berbagai jenis usaha.

Dyer dan McHugh (1975), meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan

normalitas keterlambatan di Australia. Hasil penelitian menunjukka bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap keterlambatan pelaporan keuangan dan

tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh terhadap keterlambatan pelaporan

keuangan.

Novita wening tyas respati,2001: yang meneliti tentang Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Ketepatan Pelaporan Keuangan di BEJ, kesimpulan

30

Page 31: rasio

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta sangat tinggi (70,30%). Dalam penelitian ini juga

di temukan bukti empiris bahwa profitabilitas dan kepemilikan pihak luar yang

terkonsentrasi signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu, sedangkan Debt

to Equity Ratio, Ukuran perusahaan, Kepemilikan pihak dalam secara signifikan

tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan

Soo dan Schwarts (1996), dengan menggunakan multivariate analyses di

temukan bukti empiris bahwa, kompetensi auditor ( yang di ukur dengan ukuran

perusahaan klien dan di kotomi Big Six/Non Big Six) secara signifikan

mempengaruhi ketidak patuhan dan keterlambatan pelapora keuangan ukuran

perusahaan di ukur dengan menggunakan natural log of total assets berpengaruh

negatif dengan ketidakpatuhan dan keterlambatan pelaporan keuangan

perusahaan.

Ainun Naim (1998), yang meneliti tentang Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan Di Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ukuran

perusahaan, financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity

ratio tidak signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu sedangkan tingkat

profitabilitas yang di ukur dengan menggunakan ROA dan ROE secara signifikan

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu perusahaan.

C. Kerangka Konseptual

Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai

predictable, feed back value, dan tepat waktu (Smith dan Skousen,

1997 seperti yang dikutip dari Petronila dan Mukhlasin, 2003).

31

Page 32: rasio

Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan

seharusnya disajikan pada suatu interval waktu. Maksudnya, untuk

menjelaskan perubahan didalam perusahaan yang mungkin

mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi

dan keputusan (Hendriksen, 1992 seperti yang dikutip pada

Petronila dan Mukhsin, 2003). Sedangkan ketepatan waktu

pelaporan sendiri dipengaruhi oleh lamanya audit.

Ada dua logika yang mendasari hubungan antara ukuran

perusahaan dengan audit delay. Pertama, perusahaan besar akan

menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

manajeman yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk

mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan besar dimonitor

secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung

menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk

mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar

pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih

baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. \

Kedua, bahwa semakin besar perusahaan maka waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan audit lebih lama. Hal ini berkaitan

dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan

semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Sehingga ukuran

perusahaan dengan indikator total asset memiliki

pengaruh terhadap audit delay dan timeliness.

32

Page 33: rasio

Perusahaan dengan DER yang tinggi bukan sesuatu yang

jelek jika dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya dan

dimanfaatkan dengan efektif serta laba yang didapat cukup

untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER yang

tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi

tetapi juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang

meningkat. DER yang tinggi berdampak pada peningkatan

perubahan laba, berarti memberikan efek keuntungan bagi

perusahaan (Kuswadi 2005:90). Hal ini didukung penelitian

sebelumnya oleh Wibowo (2006:78) yang menyimpulkan bahwa

DER mempengaruhi perubahan laba.

Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, yang meneliti tentang

pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan

timeliness (kajian empiris pada perusahaan manufakture di BEI), Hasil penelitian

ini menyatakan bahwa, faktor internal yang mempengaruhi audit Delay adalah

size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,

sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh

terhadap Audit Delay.

Ratnawaty dan Toto Sugiharto (2005), hasil penelitian ini menunjukkan

secara simultan Total Aktiva, Total Asset Turnover Ratio, Debt to Equity Ratio,

laba atau rugi (PROFT), kategori KAP dan Opini Audit tahun 2000 dan 2002

tidak signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi audit delay.

Sedangkan tahun 2001 signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksi audit

delay.

33

Page 34: rasio

Penelitian Wiwiek Utami Universitas Mercu Buana, 2006, menyimpulkan

Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi

klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan

jenis industri berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan audit

delay meliputi factor (a) lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan

public, (b) emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan (c) laporan

keuangan emiten mendapat opini selain nqualified dari akuntan publik.

Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan

beberapa variabel independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas

perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non keuangan, bulan

penutupan tahun bukum, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas

operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, EDP,

campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan jenis opini, hasilnya

menunjukkan rata-rata interval waktu antara penutupan tahun buku dan tanggal

pelaporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh

memperpanjang audit delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri

di bandingkan perusahaan financial, status perusahaan bukan publik, bulan

penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian

pemeriksaan relatif lebih banyak di lakukan setelah berakhirnya tahun buku.

Na’im (1998) menemukan bahwa ketepatan waktu penyetoran laporan

keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan

sebagai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Dengan mengelompokkan

sampel dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan opini

34

Page 35: rasio

akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan

keuangan tahunan.

Halim (2000) melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia

dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun

1997. variabel independen yang di gunakan total revenue, jenis industri, bulan

penutupan tahun buku, lamanya menjadi klien KAP, rugi/laba, tingkat

profiotabilitas, dan jenis opini. Dari hasil penelitian diperoleh Audit Delay

cenderung panjang apabila perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember,

perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian,

sedangkan hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor

tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap tahun buku pelaporan

kerugian.

Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku ketapatan waktu laporan keuangan dilakukan oleh

dyer & McHugh (1975) yang meneliti faktor-faktor spesifik perusahaan, yaitu

ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan tingkat profitabilitas.

Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan yang signifikan dari ukuran

perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku dengan ketepatan waktu laporan

keuangan, sementara tingkat profitablitas tidak berhubungan signifikan dengan

ketepatan waktu laporan keuangan.

Ainun Naim (1998), yang meneliti tentang Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan Di Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ukuran

perusahaan, financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity

ratio tidak signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu sedangkan tingkat

35

Page 36: rasio

profitabilitas yang di ukur dengan menggunakan ROA dan ROE secara signifikan

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu perusahaan.

Menurut coutis (1976) dan Giling (1977), bahwa mereka tidak

menemukan hubungan yang konsisten antara faktor-faktor spesifik perusahaan

dengan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.

Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu ansah (2000) menemukan

bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan

keuangan dari perusahaan. Sementara itu Givoly & Palmon (1982) menggunakan

ukuran perusahaan dan kompleksitas perusahaan dan kompleksitas operasi untuk

dapat menjelaskan ketepatan waktu (Timeliness), menemukan bahwa penundaan

pelaporan erat kaitannya dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news)

cenderung menyebabkan keterlambatan pengumuman dan ukuran perusahaan

menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatan waktu laporan keuangan tahuan.

Penelitian yang dilakukan Givoly & Palmon (1982) juga menguji

pengaruh karakteristik perusahaan dengan ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan

keterlambatan pelaporan dan kompleksitas audit secara langsung berhubungan

dengan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chambers & Pannman (1984) di Amerika

menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan terbalik antara ukuran perusahaan

dan keterlambatan pelaporan. Dari uraian di atas maka hipotesis yang di ajukan

adalah :

Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, Hasil penelitian ini

menunjukkan secara bersama-sama faktor internal dan eksternal perusahaan

36

Page 37: rasio

memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit Delay dan Timeliness.

Dari hasil pengujian secara statistik dalam penelitian ini menjelaskann bahwa

rata-rata Audit Delay di indonesia pada tahun yang diamati (2003-2005) 76 hari

dengan standar deviasi 16 hari.

Gambar II.1

Paradigma Penelitian

D. Hipotesis

Secara Partial

1 Terdapat pengaruh size perusahaan terhadap Audit delay dan Timeliness

2 Jenis industri berpengaruh terhadap audit delay dan tidak bepengaruh

terhadap ketepatan waktu

3 Debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay dan timeliness

4 Jenis Opini Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap terhadap audit

delay dan timeliness

Faktor Internal Perusahaan 1. Size Perusahaan 2. Jenis Industri3. Debt to Equity Ratio4. Jenis Opini Akuntan

Publik5. Likuiditas

Faktor Eksternal Perusahaan Ukuran Kantor Akuntan Publik

1. Audit Delay2. Timeliness

37

Page 38: rasio

5 Terdapat pengaruh likuiditas perusahaan terhadap Audit Delay dan

Timeliness

6 Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Delay dan Timeliness

Secara Simultan

7 Terdapat Pengaruh Faktor Internal (Size Perusahaan, Jenis industri, Debt

To Equity Ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan Likuiditas), dan Faktor

eksternal perusahaan (Ukuran KAP) terhadap Audit Delay.

8 Terdapat Pengaruh Faktor Internal (Size Perusahaan, Jenis industri, Debt

To Equity Ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan Likuiditas), dan Faktor

eksternal perusahaan (Ukuran KAP) terhadap Timeliness.

38

Page 39: rasio

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini memilih pendekatan asosiatif karena variabel dalam

penelitian menggunakan data laporan tahunan dari perusahaan-perusahaan yang

telah go publik berdasarkan pemilihan sampel dari klasifikasi industri yang

terdapat di BEI.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Variabel Indikator Skala

Sumber Data

InstrumenVariabel Dependen

Audit Delay (AUD)

Audit delay yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang di ukur berdasarkan lamanya hari yang di butuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Tanggal akhir tutup buku akhir tahun sampai tanggal opini audit

Rasio Sekunder Laporan Auditan

Timeliness (Time)adalah rentang waktu

Tepat / Tidak Tepat

Nominal Sekunder Tanggal Pelaporan

39

Page 40: rasio

pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah di audit kepada publik, yaitu lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik, sejak tutup buku akhir tahun (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya)

Waktu Keuangan Perusahaan ke Bapepam

Variabel Independen Size perusahaan

(Asset)Gambaran mengenai informasi atas keselurhan asset yang di cantumkan dalam laporan keuangan.

Total aktiva Rasio Sekunder LK*

Jenis Industri Keuangan =1 dan Non Keuangan =0

Nominal Sekunder Documenter

Debt To Equity Ratio (DER)

Perbandingan antara total aktiva dan modal sendiri

Total hutang di bagi total modal

Rasio Sekunder LK

Jenis Opini Akuntan Publik (JOAP)

Selain unqualified = 1Qualified = 0

Nominal Sekunder Laporan Auditan

Likuiditas (LKDTS)

kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77)

Aktiva lancar di bagi hutang lancar

Rasio Sekunder LK

Ukuran KAP (KAP)

KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP Asing

Affiliasi Asing =1Non Affiliasi = 0

Nominal Sekunder Documenter

C. Tempat dan Waktu Penelitian

40

Page 41: rasio

Tempat dalam penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

website www.idx.co.id. Waktu penelitian ini adalah di mulai dari Mei 2010

sampai dengan selesai.

Tabel 3.2

Waktu Penelitian

No

Kegiatan

2010

Mei Juni July Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Pengajuan

judul                                       

2. Penyusunan Proposal

                                 

3. Seminar Proposal

                                       

4. Pengumpulan Data

                                       

5. Bimbingan Skripsi

                                       

6. Sidang Meja Hijau

                                       

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan (satuan-satuan/individu-individu)

yang karakteristiknya hendak di duga (Drs.djarwanto ps, statistik induktif1985).

Maka populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesis (BEI) yang berjumlah 183 perusahaan. Setelah dilakukan proses

pengambilan sampel maka perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah 179 perusahaan yang memenuhi kriteria. Adapun pemilihan samplingnya

didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan mendapat sampel yang

representatif sesuai kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini Adapun kriteria

populasi yang digunakan adalah a) Perusahaan Menerbtikan laporan keuangan per

31 Desember untuk 2008 & 2009, b) Perusahaan yang sahamnya di perdagangkan

secara aktif di BEI. c). Perusahaan yang mempunyai data yang lengkap.

41

Page 42: rasio

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan ditampilkan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No

KriteriaTidak Sesuai Kriteria

Akumulasi

1

2

Perusahaan yang listing di bursa Efek IndonesiaPerusahaan yang didapat di BEI

-

(220)

403

183

3 Perusahaan Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember 2008-2009

(1) 182

4 Perusahaan sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI

(1) 181

5 Perusahaan mempunyai data

lengkap

(2) 179

Jumlah 179Data diproleh dari www.idx.co.id

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang di peroleh secara tidak langsung melalui media

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan (Nur indriantoro

& Bambang Supomo; 1999: 147)

Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari

eksternal. Dimana data sekunder eksternal umumnya di susun oleh suatu entitas

selain penelitin dari organisasi yang bersangkutan (Nur indriantoro & Bambang

Supomo; 1999: 147), adapun data sekunder eksternal yang di butuhkan dalam

penelitian ini adalah annual report yang mencakup tentang total aktiva, total

42

Page 43: rasio

kewajiban dan modal, tanggal penyelesaian audit, nama auditor independen,

tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan yang telah di audit tahun 2008 dan

2009 ke BAPEPAM. semua kebutuhan sumber data tersebut di peroleh dari Pusat

Referensi Pasar Modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia akses langsung

www. Bapepam.go.id dan www.idx.co.id, serta dari Indonesian Capital Market

Directory (ICMD).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah studi dokumen, dengan mempelajari data dari dokumen-dokumen yang

diperoleh dari perusahaan seperti laporan auditor independen, laporan keuangan

perusahaan.

F. Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

dalam penelitian ini adalah statistik dskriptif, alat analisis yang digunakan adalah

Mean dan Standart Deviasi. Mean dan standart deviasi digunakan untuk

mengetahui rata-rata lamanya audit delay dan timeliness dalam tahun yang

diamati.

Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

43

Page 44: rasio

1) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2001). Uji. Pengujian di lakukan dengan menggunakan program SPSS,

normalitas dapat di deteksi dengan alat analisis grafik berupa P – plot dan uji

kolmorov smirnov dengan melihat nilai signifikan residualnya Jika nilai

signifikan berada diatas nilai signifikan 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variable

independent mempunyai hubungan langsung. Multikolinearitas

terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode

berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variable

independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan

pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel

dependen. Multikolinearitas terjadi ketika Variance Inflation

Factors (VIF) melibihi 10 (Ghozali : 2002) VIF merupakan

indicator yang menunjukkan bahwa variable independent lain

masih dalam standar error dengan koefisien regresi Perumusan

Hipotesis :

Ho : Tidak ada Multikolinearitas

Ha : Ada Multikolinearitas

44

Page 45: rasio

Dasar pengambilan keputusan yaitu : jika VIF < 10 maka

Ho diterima (tidak ada Multikolinearitas) dan sebaliknya.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error

t dengan error periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik

ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi di lakukan dengan

membandingkan nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai d1

dan dU dari table Durbin-Watson. Model regresi yang baik adalah yang

terbebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan

uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut

a. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper

Bound (DU) dan batas bawah atau Lower Bound (DL) maka koefisien

autokorelasi tidak dapat disimpulkan.

b. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih rendah dari batas bawah atau Lower

Bound (DL) berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih besar dari batas atas atau Upper

Bound (DU) berarti tidak ada autokorelasi atau autokorelasi negatif.

perumusan Hipotesis adalah ;

Ho : tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

d. Uji Heteroskedatisitas

45

Page 46: rasio

Heteroskedatisitas menunjukkan bahwa variance dari setiap error bersifat

heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa

variance dari error harus bersifat homogen (Sistya Rachmawati FE UI dalam

jurnal akuntansi dan keuangan Vol. 10, No 1, Mei 2008 1-10) dalam penelitian ini

pengujian heteroskedastisitas di lakukan dengan melihat grafik Plot antara

nilai prediksi variabel terikat (dependen) selain itun uji

heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan

lain. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik

Scatter Plot. Titik – titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah

angka nol pada sumbu Y dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi. Sebaliknya, jika tidak menyebar dikatakan terjadi homokedastisitas pada

model regresi.

2. Analisi Linear Berganda

a. Pengujian variabel Audit Delay sebagai variabel dependen yang di

jelaskan oleh variabel independent (Size perusahaan, jenis industri,

debt to equity ratio, jenis opini akuntan publik dan likuiditas) dan

faktor eksternal (ukuran KAP) Model Regresi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

AUD (Y) = a +b1 X1 (Asset) + b2 X2 (JI) + b3 X3 (DER) + b4 X4 (JOAP)

+ b5 X5 (LKDTS) + b6 X6 (KAP) + ε

Keterangan :

Y = Variabel terikat

46

Page 47: rasio

X1 X2 X3 X4 X5 X6 = Varabel bebas

a = nilai Y, apabila X1 =X2 = X3 = X4 =X5 = X6 = 0

b1 b2 b3 b4 b5 b6 = Besarnya kenaikan/penurunan Y dlam satuan jika

X1

ε = Error

b. Pengujian variabel Timeliness sebagai variabel dependen yang di

jelaskan oleh variabel independent (Size perusahaan, jenis industri,

debt to equity ratio, jenis opini akuntan publik dan likuiditas) dan

faktor eksternal (ukuran KAP) Model Regresi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

TIME (Y) = α0 + α1 (Asset)+ α2 (JI) +α3 (DER) + α4 (JOAP) + α5

(LKDTS) + α6 (KAP) + ε

3. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan mengenai sesuatu hal yang harus di uji

kebenarannya (Drs. Djarwanto Ps dan Drs Pangestu Suagyo, M.B.A (1985: 183)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dan di uji

menggunakan T-Test dan F-Test dengan taraf signifikan α 5%.

a. Secara Partial (uji t)

Uji t (uji individu) adalah pengujian koefisien regresi masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

47

Page 48: rasio

Ha = b1,α1 ≠ 0, aritnya ada pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen dan sebaliknya

Uji t dapat di tentukan dengan rumus :

Dimana : bi = Koefisien regresi

Sbi = Deviasi standart koefeisien regresi

Kriteria Pengambilan Keputusan

Ho diterima jika : tingkat signifikansi t > α

Ho ditolak jika : tingkat signifikansi t < α

b. Secara Simultan

uji f merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan dari variabel-

variabel dependen yang bertujuan apakah secara bersama-sama seluruh variabel

independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha = β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara

simultan

dari variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya

maka uji f dapat di tentukan dengan rumus :

kriteria pengambilan keputusan :

Ho ditolak jika : F hitung < F tabel

Ho diterima jika : F hitung >f tabel

48

Page 49: rasio

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa di perjualbelikan baik dalam

bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan

pemerintah, publik maupun swasta. Perkembangan perusahaan

yang go publik dipasar modal semakin tahun bertambah yang

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan industri

dan bidang.

Berikut ini akan di jelaskan sejarah singkat Bursa Efek di Indonesia :

TAHUN KETERANGAN

14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh

Pemerintah Hindia Belanda

1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939 Karena Isu Politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia

II

1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU

Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri

Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan

(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang

49

Page 50: rasio

diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950)

1956 Program nasionalisasi Perusahaan Belanda, Bursa Efek

semakin aktif

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum

10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana

Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT

Pasar Modal. Pengaktifan kembali Pasar Modal ini juga

ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai

emiten pertama

1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih

instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES

87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk

melakukan penawaran umum dan investor asing

menanamkan modal di Indonesia

1988 – 1990 Paket Regulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas

Bursa terlihat meningkat

2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),

sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi

pertumbuhan Pasar Modal

16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek

Surabaya

13 Juli 1992 Swatanisasi BEJ BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai

50

Page 51: rasio

HUT BEJ

22 Mei 1995 Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading

Systems)

10 November

1995

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai

diberlakukan mulai Januari 1996

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya

2000 Sistem Perdagangan tanpa Waskat (Scripless Trading)

mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh

(Remote Trading)

2007 sampai

sekarang

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53Jakarta Selatan 12190

Sumber : www.idx.co.id (2009)

2. Deskripsi Variabel Penelitian

2.1 Size Perusahaan

Size Perusahaan adalah Gambaran mengenai informasi atas keselurhan

asset yang di cantumkan dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui seberapa

besar ukuran perusahaan tersebut, maka peneliti menggunakan Total Asset

sebagai indikatornya. Berikut deskripsi data ukuran di tampilkan pada tabel 4.2

berikut ini:

Tabel IV. 1

Deskripsi Data Ukuran Perusahaan (Asset) Dalam Jutaan rupiah

N Minimum Maximum Mean Std.

51

Page 52: rasio

Deviasi179

1.542 11.925.683.059.16.831.883

,714.067.222

,84

Tabel Frekuensi Ukuran Perusahaan (Asset)

Interval (dalam jutaan rupiah)

Frekuensi

1.542 – 37.545.573 15437.545.574 – 75.091.147

15

75.091.147 - 112.636.720

0

112.636.720 – 150.180.752

10

Total 179

Bedasarkan tabel deskripsi data dan tabel frekuensi yang

di hasilkan rata-rata total asset (dalam jutaan rupiah) tahun 2008

dan 2009 adalah sebesar 4.831.883,7 dengan nilai minimum

1.542 dan nilai maksimumnya sebesar 11.925.683.059 Rata-rata

total asset yang berada pada interval pertama yaitu 1.542 –

37.545.573 dengan frekuensi 154 perusahaan. Sedangkan 15

perusahaan total assetnya berada pada interval 37.545.573 –

75.091.147 Dan 10 perusahaan total asset berada pada interval

112.636.720 – 150.180.752.

2.2 Jenis Industri

Tabel IV. 2

Tabel Frekuensi Jenis Industri

Jenis Industri Frekuensi Persentase

52

Page 53: rasio

Keuangan 28 15.65 %Non Keuangan 151 84.35 %

Jumlah 179 100 %

Berdasarkan tabel distribusi Frekuensi Jenis Industri diatas

dapat di ketahui bahwa perusahaan Keuangan Tahun 2008 dan

2009 sebesar 28 perusahaan dan perusahan Non Keuangan

Tahun 2008 dan 2009 sebesar 151

2.3 Debt to Equity Ratio

Menurut Kuswadi (2005: 90) menyatakan bahwa DER yang

baik adalah 1:1. Namun ada juga perusahaan yang meyakini

bahwa besarnya kewajiban hanya sekitar 35% dari total struktur

ekuitas. Dengan kata lain minimal DER dikatakan baik adalah

35%.

Tabel IV. 3Distribusi tingkat Debt to equity ratio (DER)

No

Kriteria DER F Persentase

1 < 0.35 (Kurang baik)

14 7.83

2 ≥ 0.35 (Baik) 165

92.17

Jumlah 179

100

Perusahaan yang memiliki DER semakin kecil berarti

bahwa hutang lebih sedikit dari pada modal sendiri, sebaliknya

dengan DER yang semakin besar menunjukkan bahwa hutang

lebih besar dari pada modal sendiri, perusahaan dengan hutang yang

53

Page 54: rasio

besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih

cepat dibandingkan perusahaan yang mempunyai hutang yang kecil. Hal ini

dikarenakan perusahaan yang mempunyai hutang besar di monitori oleh kreditor

sehingga akan memberi tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan

laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan para pemilik modal yang

pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian

modal mereka.

2.4 Jenis Opini Audit

Tabel IV. 4

Distribusi Jenis Opini 2008 dan 2009

No.

Kelompok Opini F Persentase

1 Selain Unqualified 176

98.33

2 Qualified 3 1.67Total 17

9100%

2.5 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang

lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77).

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk mengubah aktiva menjadi

kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Maka, untuk mengetahui seberapa

baik likuiditas perusahaan, maka penelitian ini meggunakan Current Asset sebagai

indikatornya. Berikut deskripsi data likuiditas akan ditampilkan pada tabel 4.6

berikut ini :

Tabel IV. 5

Distribusi Likuiditas (CR)

No Kriteria CR F Persentase1 < 2 (Kurang Baik) 47 26.26

54

Page 55: rasio

2 > 2 (Baik) 132 73.74Jumlah 179 100%

Menurut Syamsuddin (1985:39) tingkat CR ≥ 2,00 sudah dapat dianggap

baik (cinsidered acceptable). Dari data ternyata sebanyak 132 perusahaan

(26.26%) yang memiliki CR dalam kategori baik dan 47 perusahaan (73,74%)

yang memiliki CR kurang baik.

Tabel IV. 6

Gambaran Umum Current Ratio (CR)

Interval CR Frekuensi Persentase0,92 – 2,49 128 71,502,50 – 4,05 24 13,404,06 – 5,61 19 10,625,62 – 7,17 8 4,48

Jumlah 179 100

Terlihat dari Tabel 4.1, terdapat 129 perusahaan (83,2%)

memiliki CR pada daerah 0,92 sampai dengan 2,49, selebihnya

21 perusahaan (13,5%) memiliki CR pada interval 2,50 sampai

dengan 4,05, sebanyak 3 perusahaan (1,9%) dengan CR antara

4,06 sampai dengan 5,61 dan hanya 2 perusahaan (1,2%)

dengan nilai CR antara 5,62 sampai 7,17.

2.6 Ukuran KAP

Pada umumnya sebelumnya kantor akuntan publik (KAP besar ( KAP

yang bekerja sama dengan KAP internasional) memiliki insentif lebih besar

sehingga dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat

mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka dapat kehilangan penugasan

kembali sebagai auditor klien di tahun mendatang. Selain itu, KAP besar

55

Page 56: rasio

mempunyai lebih dapat bekerja secara efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi

penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP kecil.

Berikut ini akan ditampilkan kategori KAP berdasarkan observasi peneliti yang di

temukan pada situs IAI dan BAPEPAM :

Tabel 4.7

Distribusi KAP berdasarkan kategori

Kategori KAP F PersentaseKAP Yang Berafiliasi Asing 45 69,24KAP Yang Tidak Berafiliasi Asing 20 30,76Jumlah 65 100

2.7 Audit Delay

Tabel IV.8

Deskripsi Data Audit Delay Tahun 2008 dan 2009

N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

177

33 Hari 122 Hari 76,43 Hari 16.26 Hari

Bedasarkan Deskripsi data yang dihasilkan lamannya audit

delay yang adalah 91.43 Hari. Dengan nilai minimum 16 Hari

dan nilai maksimumnya 225 Hari, standart deviasi dari

lamanya audit 25.96 Hari.

2.8 Timeliness (Ketepatan Waktu)

Tabel IV. 9

Deskripsi data Timeliness tahun 2008 dan 2009

N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

177

43 Hari 132 Hari .85,63 Hari 16.14 Hari

56

Page 57: rasio

Dari hasil pengujian analisis deskriptif, rata-rata Timeliness

di indonesia dalam tahun yang diamati adalah 85 hari dengan

standar deviasi 16 hari hal ini berarti lebih cepat 5 dari ketentuan

batas waktu pengumuman oleh babepam, yaitu 90 hari terhitung

dari tanggal tutup buku per 31 desember.

B. Pembahasan

1. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berdistribusi

normal. Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel dependen, variabel independent, ataupun keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau

mendekati normal Santoso (2007 : 212).

57

Page 58: rasio

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Ex

pe

cte

d C

um

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IP

Gambar IV. 1Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan, diketahui bahwa asumsi

normalitas terpenuhi. Hal tersebut dapat disimpulkan dilihat dari gambar IV. 1

yang berbentuk lonceng. Semakin tinggi bentuk lonceng (Bell Shaped)

menunjukkan data semakin berdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi.

Begitu juga dengan yang ditunjukkan oleh grafik Normality Probability Plot

berupa penyebaran data (Titik-titik) pada gambar yang berada disekitar sumbu

diagonal yang mengikuti arah garis diagonal menunjukkan data semakin

berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas.

Dasar pengambilan keputusan ini didasari oleh pendapat Imam Ghozali

(2005 :112) yaitu :

Jika data menyebar di sekitar garis normal dan mengikuti arah diagonal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data meyebar jauh dan garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal. Maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

58

Page 59: rasio

Uji Kolmogorov- Smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual

terdistribusi secara normal. Hasil uji Kolmogorov- Smirnov tampak di bawah ini :

Tabel 4.10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

64

,0000000

,05161603

,089

,089

-,089

,714

,688

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.714 dan tidak signifikan pada 0.05

(karena p= 0.688 > 0.05). Jadi hal ini menyimpulkan bahwa residual terdistribusi

secara normal.

Jadi keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model regresi yang memenuhi

syarat uji asumsi klasik adalah dalam bentuk logaritma natural (Ghozali,

2005:127)

2) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel

independen mempunyai hubungan langsung. Multikolinearitas

terjadi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) melibihi 10

(Ghozali, 2002). Variance Inflation factor (VIF) merupakan

indikator yang menunjukkan bahwa variabel independen lain

179

59

Page 60: rasio

masih dalam standart error dengan koefisien regresi Perumusan

Hipotesa adalah :

Ho : Tidak Ada Multikolinearitas

Ha : Ada Multikolinearitas

Dasar pengambilan keputusan, yaitu: jika VIF < 10, Maka

Ho diterima (Tidak Ada Multikolinearitas) dan sebaliknya. Jika VIF

> 10, Maka Ho ditolak (Ada Multikolinearitas).

Dari hasil pengolahan data diperoleh tabel 1 pengujian

multikolinearitas

Tabel IV. 11.

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF KesimpulanSize Perusahaan 1,134 Tidak Ada

Multikolinearitas

Jenis Industri 1,064 Tidak Ada

Multikolinearitas

Tidak Ada

Multikolinearitas

Debt to equity

ratio

1,178

Jenis Opini 1,034 Tidak Ada

Multikolinearitas

Likuiditas 1,321 Tidak Ada

Multikolinearitas

Ukuran KAP 1,155 Tidak Ada

60

Page 61: rasio

Multikolinearitas

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh variabel

independen mempunyai nilai VIF < 10, yang berarti tidak ada

Multikolinearitas sehingga model regresi untuk Audit Delay dan

Timeliness yang digunakan dalam penelitian dapat dilanjutkan.

3) Uji Auto Kolerasi

Autokolerasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error

dengan error periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini

tidak boleh terjadi. Uji autokolerasi dilakukan dengan menggunakan

Durbin Watson. Perumusan Hipotesis adalah :

Ho : Tidak Ada Autokorelasi

Ha : Ada Autokorelasi

Tabel IV. 12

Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesa Nol (Ho) Keputusan KriteriaTidak ada autokorelasi

positif

Ho ditolak 0 < d <dL

Tidak ada autokorelasi

positif

Tidak ada

keputusan

dL ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi

negatif

Ho ditolak 4-dL < d < 4

Tidak ada autokorelasi

negatif

Tidak ada

keputusan

4-du ≤ d ≤ 4-

dL

Tidak ada autokorelasi Ho diterima du < d < 4-

61

Page 62: rasio

positif du

Tidak ada autokorelasi

negatif

Tidak ada

keputusan

4-du ≤ d ≤ 4-

dL

Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut:

uji autokorelasi (n = 177, k’=5)

Model dl du 4-du 4-dl DW Kesimpulan

Audit delay

1,727 1,5 32 2,477 2,573 2,413 Tidak ada keputusan

Timeliness

1,727 1,532 2,477 2,573 2,331 Tidak ada keputusan

Berdasarkan hasil regresi, diketahui pada Audit Delay

memiliki nilai DW=2,413 sedangkan pada Timeliness memiliki

nilai DW=2,331 terletak diantara 4-du dan 4-dl (4-du<DW<4-

dl), sehingga data dalam penelitian berada pada daerah tidak

ada autokorelasi, sehingga model regresi yang digunakan dapat

diteruskan.

4) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variance dari

setipa error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi

klasik yang mensyratkan bahwa variance dan error harus bersifat

62

Page 63: rasio

homogen. Pengujian dilakukan dengan uji Glejser, dengan

meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute

residual sebagai independennya. Perumusan hipotesis adalah

sebagai berikut:

Ho : Tidak ada Heteroskedastisitas,

Ha : Ada Heteroskedatisitas

Jika signifikan < 0.05, maka Ho ditolak (Ada

Heteroskedastisitas) dan sebaliknya, jika signifikan > 0.05, maka

Ho di terima (Tidak ada Heteroskedastisitas).

Tabel IV. 13

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Audit Delay

TimeLiness

Kesimpulan

Size Perusahaan 0,087 0,069 Tidak ada Heteroskedasti

sitasJenis Industri 0,381 0,423 Tidak ada

Heteroskedastisitas

Debt to equity

ratio

0,998 0,096 Tidak ada Heteroskedasti

sitas

Jenis Opini 0,391 0,986 Tidak ada Heteroskedasti

sitasLikuiditas 0,379 0,464 Tidak ada

Heteroskedastisitas

Ukuran KAP 0,549 0,629 Tidak ada Heteroskedasti

sitas

63

Page 64: rasio

Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak terdapat masalah

Heteroskedastisitas baik pada Audit Delay dan Timeliness, karena

semua variabel independennya memiliki signifikan lebih besar dari 0,05.

Dari hasil pengolahan regresi berganda pada Audit Delay diketahui bahwa

koefisien determinasi Adjusted R2 = 123. Artinya seluruh variabel independen

(size perusahaan, jenis industri, debt to equity ratio, jenis opini, likuiditas dan

ukuran KAP) hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel independen (Audit

Delay) adalah sebesar 12,3% sedangkan sisanya (87,7%) dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diikusertakan dalam model. Sedangkan pada Timeliness,

seluruh variabel independen (size perusahaan, jenis industri, debt to equity ratio,

jenis opini, likuiditas dan ukuran KAP) dapat menjelskan variasi pada variabel

independennya (Timeliness) adalah sebesar 7,9%, 92,1% dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Ha1a : Terdapat pengaruh yang signifikan antara size perusahaan, jenis industri,

debt to equity ratio, jenis opini, likuiditas dan ukuran KAP terhadap Audit

Delay.

Ha2b : Terdapat pengaruh yang signifikan antara size perusahaan, jenis industri,

debt to equity ratio, jenis opini likuiditas, dan ukuran KAP terhadap

timeliness

2. Analisis Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk

menentukan seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependennya. Tujuan utama dilakukan analisis

64

Page 65: rasio

regresi berganda adalah untuk mengukur besarnya pengaruh

secara kuantitatif dari perubahan variabel dependen atas dasar

nilai variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah audit delay (AUD) dan Timeliness

(TIME), sedangkan variabel independennya ukuran perusahaan

(Asset) yang dinyatakan dalam total asset yang dimiliki

perusahaan, Jenis industri (INDUS), Debt to equity ratio (DER),

Jenis Opini Akuntan Publik (JOAP), Likuiditas (LKDTS) yang

dinyatakan dalam Current Ratio dan ukuran KAP. Berikut ini

adalah hasil analisis yang dilakukan dengan SPSS :

Tabel IV.14

Ringkasan Perhitungan Estimasi Regresi Linier BergandaTahun 2008-2009

ModelAudit Delay Timeliness

t Sig Ket t Sig Ket

1. Constan -0.13

3

0.894 - 1.775

0.078

-

2. ASSETS 4.018

0.000 S 2.523

0.013

S

3. JI 6.898

.000 S 4.021

0.023

S

4. DER 6.602

.000 S 2.757

0.006

S

5. JOAP 0.203

.093 TS 0.16 0.869

TS

6. LKDTS 2.982

.005 S -0.28

6

0.775

TS

7. KAP 3.065

.003 S 1.730

0.085

TS

Keterangan : S = Signifikan TS= Tidak Signifikan

65

Page 66: rasio

a. Uji Hipotesis

1) Uji t (Parsial)

1.1 Pengaruh Size Perusahaan terhadap Audit Delay

Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil dari

0.05 (atau t-hitung sebesar 4.018 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara size perusahaan terhadap Audit delay. Hal

ini berarti sama dengan hasil penelitian dari dyer & McHugh

(1975). Akan tetapi hasil penelitian dari Givoly dan Palmon

(1982) bertolak belakang yang mengatakan bahwa ukuran

perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

audit delay.

1.2 Pengaruh Jenis Industri terhadap audit delay

Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil

dari 0.05 (atau t-hitung sebesar 6.898 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara jenis industri perusahaan yang terdaftar di

BEI tehadap audit delay.

1.3 Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Audit Delay

Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil dari

0.05 (atau t-hitung sebesar 6.602 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

66

Page 67: rasio

yang signifikan antara Debt to equity ratio terhadap audit dela

besar dari t-tabel = 1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara Debt to equity ratio

terhadap audit delay

1.4 Pengaruh Jenis Opini terhadap Audit Delay

Dari hasil uji t menunjukkan p-value 0.93 lebih besar dari

0.05 (atau t-hitung sebesar 0.203 lebih kecil dari t-tabel =

1.960), maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara jenis opini terhadap audit

delay.

1.5 Pengaruh Likuiditas terhadap Audit Delay

Hasil uji t menunjukkan p-value 0.005 lebih kecil dari 0.05

(atau t-hitung sebesar 2.982 lebih besar dari t-tabel = 1.960),

maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara likuiditas terhadap audit delay

1.6 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay

Dari hasil uji menunjukkan bahwa p-value 0.003 lebih kecil

dari 0.05 (atau t-hitung sebesar 3.065 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara Ukuran KAP terhadap Audit Delay.

67

Page 68: rasio

1.7 Pengaruh Size Perusahaan terhadap Timeliness

Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.013 lebih kecil dari

0.05 (atau t-hitung sebesar 2.523 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara size perusahaan dengan Timeliness. Hasil

ini sama dengan hasil penelitian dari Wirakusuma (2004) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap Timeliness.

1.8 Pengaruh Jenis Industri terhadap Timeliness

Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.023 lebih kecil

dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 4.021 lebih besar dari t-tabel =

1.960) maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara jenis industri terhadap Timeliness

1.9 Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Timeliness

Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.006 lebih kecil dari

0.05 (atau t-hitung sebesar 2.757 lebih besar dari t-tabel =

1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara Debt to equity ratio terhadap Timeliness.

1.10 Pengaruh Jenis Opini terhadap Timeliness

68

Page 69: rasio

Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.869 lebih besar

dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 0.166 lebih besar dari t-tabel =

1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara Jenis Opini terhadap Timeliness.

1.11 Pengaruh Likuiditas terhadap Timeliness

Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.775 lebih besar dari

0.05 (atau t- hitung sebesar -0.286 lebih besar dari t-tabel =

1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara Likuiditas terhadap Timeliness.

1.12 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Timeliness

Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.085 lebih besar

dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 1.730 lebih besar dari t-tabel =

1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara Ukuran KAP terhadap

Timeliness.

2) Uji F (Simultan)

Dari hasil pengujian regresi berganda, didapat hasil uji F

untk Audit Delay adalah sebagai berikut :

Tabel IV.15

Hasil Pengujian Secara Serentak (Uji F) pada Audit Delay dan Timeliness

69

Page 70: rasio

Keterangan t Sig KeteranganAudit Delay 5,955 0,000a SignifikanTimeliness 4,020 0,002a Signifikan

2.1 Pengaruh Size Perusahaan, Jenis Industri, Debt To

Equity Ratio, Jenis Opini, Likuiditas dan Ukuran KAP

terhadap Audit Delay

Dari tabel diatas, di ketahui bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari

0,05 (atau Fhitung sebesar 5,955 lebih besar dari Ftabel = 2,26) maka Ho ditolak, yang

berarti bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara

seluruh variabel independent (Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio,

Jenis opini, Likuiditas dan Ukuran KAP) terhadap variabel dependen (Audit

Delay).

2.2 Pengaruh Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio, Jenis

opini, Likuiditas dan Ukuran KAP Timeliness

Dari tabel diatas, di ketahui bahwa p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari

0,05 (atau Fhitung sebesar 4,020 lebih besar dari Ftabel = 2,26) maka Ho ditolak, yang

berarti bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara

seluruh variabel independent (Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio,

Jenis opini, Likuiditas dan Ukuran KAP) terhadap variabel dependen

(Timeliness).

70

Page 71: rasio

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini

adalah data informasi laporan keuangan tahunan dan laporan

auditor indenpenden pada tahun 2008-2009.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu Audit

Delay dari hasil uji F diperoleh F hitung = 5,955 dengan nilai p value = 0,000 <

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti secara simultan

Asset, JI, DER, JOAP, LKDTS dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap

Audit Delay

Secara parsial, dari hasil uji t diperoleh p-value untuk variabel ASSET

sebesar 0,000, JI sebesar 0,000. DER sebesar 0,000, LKDTS sebesar 0,005 dan

Ukuran KAP sebesar 0,003, Kelima nilai p value tersebut masih di bawah level

signifikansi 0,05, yang berarti variabel ASSET, JI, DER, LKDTS dan Ukuran

KAP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Berbeda dengan variabel

JOAP diperoleh p-value = 0.093 yang melebihi level signifikansi 0,05, yang

berarti variabel JOAP tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Secara parsial, dari hasil uji t diperoleh p-value untuk variabel ASSET

sebesar 0,013, JI sebesar 0,023. DER sebesar 0,006, ketiga nilai p-value tersebut

masih dibawah level signifikan 0,05 yang berarti bahwa variabel ASSET, JI dan

DER berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Berbeda dengan LKDTS

diperoleh p-value sebesar 0,775, JOAP 0,869 sebesar dan Ukuran KAP sebesar

0,085, Ketiga variabel tersebut melibihi level signifikan 0,05. Yang berarti

71

Page 72: rasio

variabel JOAP, LKDTS dan Ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap

Timeliness

Hasil penelitian ini secara umum sesuai dengan temuan beberapa peneliti

sebelumnya, meskipun secara mencolok masih menunjukkan inkonsistensi. Hal

ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dari beberapa variabel serta tataran

prosedural dari peneliti-peneliti tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil

beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Internal (Size

Perusahaan (Asset), Jenis Industri (JI), Debt to euity ratio

(DER), Jenis Opini (JOAP), Likuditas (LKDTS) dan Faktor

Eksternal (Ukuran KAP) secara simultan berpengaruh

signifikan tarhadap Audit Delay dan Timeliness.

2. Faktor internal yang mempengaruhi Audit Delay adalah Size

perusahaan, Jenis Industri, Debt to equity ratio, Likuiditas dan

Faktor eksternal adalah Ukuran KAP. Sedangkan Jenis opini

akuntan publik tidak berpengaruh terhadap Audit Delay

3. Faktor internal yang mempengaruhi Timeliness adalah Size

perusahaan, Jenis Industri, dan Debt to equity ratio.

Sedangkan Jenis Opini, Likuiditas tidak berpengaruh terhadap

Timeliness dan faktor eksternal (Ukuran KAP) juga tidak

berpengaruh terhadap Timeliness

72

Page 73: rasio

2. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa saran

sebagai berikut :

a. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka

sampel yang digunakan hendaknya menggunakan periode lebih dari 2

tahun, misalnya 5 tahun terakhir.

b. Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain yang berperan

dalam mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness.

c. Perlunya pemahaman yang jelas mengenai item-item

variabel tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman.

d. Membuat model regresi yang lebih baik lagi dengan

memakai variabel yang sangat berpengaruh dalam

modelnya sehingga model regresi tersebut dapat dipakai

untuk menganalisa variabel-variabelnya.

73

Page 74: rasio

DAFTAR PUSTAKA

Arrens dan Loebecke (1999). Auditing Pendekatan Terpadu (Jilid I). Jakarta: Salemba Empat

Budi Setiawan (2009). “Pengaruh Ukuran Persusahaan, Debt Equity Ratio, Kualitas Auditor, Jenis Opini dan Komite Audit terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur DI Bursa Efek Indonesia”, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ikatan Akuntan Indonesia (2001). Standar Profesional Akuntan Publik (Per 1 Januari 2001). Jakarta: Salemba Empat

Iqbal Hasan (2001). Pokok-pokok Materi Statisktik I (Edisi II). Jakarta : Bumi Aksara

Luciana Spica Amalia dan Lucas Setiady (2006) “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan kuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ”, Jakarta: Seminar Nasional Good Coorporate Governance. Universitas Trisakti

Novita Wening Tyas Respaty (2006) “Faktor-Faktor Yang Berpngaruh Terhadap Tetapatan Waktu Pelaporan Keuangan Studi Empiris Bursa Efek Jakarta”, Semarang: Magister Akuntansi. Universitas Diponegoro

Ratnawaty dan Toto Sugiharto (2005). “ Audit Delay Pada Industri Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Faktor Yang mempengaruhi”, Jakarta: Procceding Seminar Nasional (Pesat). Universitas Gunadarma

Sejati Anggit Wasit (2007). “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005”, Semarang: Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Sistya Rachmawati (2008) “Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jakarta: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Vol. 10 No. 1 Mei 2008

Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian (Edisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Wiwiek Utami (2006). “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Bursa Efek Indonesia”, Jakarta: Bulletin Penelitian No. 09, Universitas Mercu Buana 2006

74