rasio
DESCRIPTION
dzieTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar (go
public) atau emiten yang efeknya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah
berakhirnya tahun buku. Laporan auditan adalah laporan yang telah di audit oleh
auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggung jawaban
manajemen kepada pemilik saham dan juga berguna untuk pengambilan
keputusan pada pihak yang memerlukan.
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), sebagai suatu badan
pemerintah yang menangani pasar modal di bentuk guna membantu para investor
untuk mendapatkan informasi yang handal tepat waktu untuk membuat keputusan
investasi. Untuk itu, Undang-undang No. 15/1952 tentang bursa yang dijabarkan
lebih lanjut oleh Keppres No. 53/1990 tentang pasar modal dan keputusan Menteri
Keuangan No. 1548/1990 tentang pasar modal, mewajibkan perusahaan emiten
yang bermaksud menerbitkan efek-efek ke masyarakat untuk mengajukan
permohonan kepada BAPEPAM untuk memperoleh persetujuan. Emiten juga
diwajibkan menyampaikan laporan tahunan rinci kepada BAPEPAM.
Informasi yang di perlukan dapat disajikan dengan akurat dan tepat pada
saat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, Karena informasi ini sangat
berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Jika saja informasi yang
1
disajikan tidak akurat dan tidak tepat pada waktunya maka akan mengganggu
proses kelangsungan hidup perusahaan.
Audit delay menurut peneliti adalah suatu kebijakan untuk melakukan
penundaan audit, yang di akibatkan oleh terdapatnya permasalahan serius
terhadap laporan keuangan atau usaha perusahaan dan juga di akibatkan karena
kinerja manajemen/auditor yang tidak efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari
2 faktor yaitu factor internal dan factor eksternal dan juga dapat diukur dari
tanggal akhir tutup buku laporan keuangan sampai pada opini auditor independent
ditentukan. Sedangkan menurut (Ashton et al: 1997, Halim: 2000), audit delay
adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independent.
Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan Bapepam, tentu
berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan
publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan
keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam
penyelesaian audit. Dyer dan McHugh (1975) dalam Sistya Rachmawati (2008)
menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk
mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan penerbitan laporan
keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi
secara ketat oleh para investor, assosiasi perdagangan dan agen regulator.
Disamping itu ukuran perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih
besar untuk membayar biaya audit (audit fee), hal ini menyebabkan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki Audit
2
Delay dan Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan rata-rata
audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang diban-dingkan
hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62.53
hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan
menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.
Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting
bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut (Givoly dan Palmon 1982) dalam
Sistya Rachmawati (2008), di samping ketepatan waktu (timeliness) akan
memperlancar kegiatan investasi dan perdagangan saham di lantai bursa,
ketepatan waktu juga merupakan kewajiban bagi perusahaan yang terdaftar di BEI
untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Novita wening tyas
respati,2001: yang meneliti tentang Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Ketepatan Pelaporan Keuangan di BEJ, kesimpulan penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat ketepatan waktu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
sangat tinggi (70,30%).
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian
laporan keuangan kepada Publik di Indonesia telah diatur dalam UU No.8 Tahun
1995 tentang pasar modal dan keputusan Bapepam No.80/PM/1996 tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala. Menurut undang-
undang dan peraturan Bapepam, perusahaan yang terlambat menyampaikan
laporan secara tepat waktu akan di kenakan sanksi administrasi dan denda.
3
Pada tahun 2009 paruh pertama trwulan I JAKARTA - PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) mengakui sampai saat ini masih terus memeriksa dugaan
penyelewengan dana IPO serta dugaan manipulasi laporan keuangan auditan
tahun 2009 milik PT. NN.
Kabiro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK
mengungkapkan selama ini Bapepam hanya mengenakan sanksi kepada emiten
yang terlambat menyampaikan hasil audit laporan keuangannya berupa denda Rp
1 juta per hari. Namun, karena keterlambatan ini masih terus terjadi, maka otoritas
pasar modal memikirkan penerapan sanksi denda tidak hanya kepada
perusahaannya. Kabiro PKP Sektor Rill menguraikan, emiten yang belum
menyampaikan LKT akan didenda Rp1 juta per hari. Penyampaian LKT itu
berakhir pada hari tercatatnya laporan keuangan itu yang berakhir 31 Maret 2010
tanpa ada perpanjangan waktu. Jadi siap-siap saja didenda.
Perusahaan tercatat wajib menyampaikan ke bursa LKT sesuai dengan
peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Keuangan. Dalam hal
ini perusahaan tercatat telah menyampaikan LKT dalam jangka waktu 3 bulan
setelah tahun buku perusahaan berakhir maka, perusahaan tercatat wajib
menyampaikan LKT Auditan.
Sedangkan peraturan BEI Nomor 1-E-KEP-306/BEJ/07/4002 dimana poin
III.1.6.2 tercatat LKT harus disampaikan dalam bentuk LK Auditan selambat-
lambatnya pada akhir bulan ke-3 setelah tanggal LKT.
Bapepam-LK telah memberikan peringatan kepada seluruh perusahaan
efek. Bapepam-LK pada Rabu (31/3/’10) melayani penerimaan LKT 2009 akhr
bulan maret.
4
Pantauan INILAH.COM Kamis (1/4) dari 397 perusahaan efek yang
tercatat per 5 Januari 2010 sudah ada 321 emiten yang menyampaikan LKT.
Berarti ada 76 emiten lagi yang belum menyampaikan LKT.
Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu ini
telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Hal ini serupa
dengan kesimpulan dari Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita Wening Tyas
Respati (2001) secara serupa yang menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan
keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan. Pernyataan
lain yang menyatakan bahwa ketepatan waktu (timeliness) penyajian laporan
keuangan akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien di pasar saham yaitu
sebagai fungsi evaluasi dan pricing, mengurangi tingkat insider trading dan
kebocoran serta rumor-rumor di pasar saham (Owusu dan Ansah 2000). Proses
dalam mencapai ketepatan waktu (timeliness) terutama dalam penyajian laporan
auditor independen menjadi semakin tidak mudah, mengingat semakin
meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia,
Pelaksanaan audit oleh auditor telah diatur oleh Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001)
khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang
prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Pemenuhan
standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian
laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas hasil
auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar
membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak
sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang
diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi
5
auditor. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat
mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan.
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal
opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang
lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor,
(dalam Sejati,Anggit Wasis-2007 : Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa
Efek Jakarta Tahun 2003-2005,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta
Mei 2008 menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi audit Delay
adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,
sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh
terhadap Audit Delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap
timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP. Hasil penelitian
secara simultan menunjukkan bahwasanya secara bersama-sama faktor internal
dan eksternal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit
Delay dan Timeliness. Dari hasil pengujian secara statistik dalam penelitian ini
menjelaskann bahwa rata-rata Audit Delay di indonesia pada tahun yang diamati
(2003-2005) 76 hari dengan standar deviasi 16 hari
Menurut Ratnawty dan Toto Sugiharto (PESAT 2005), Faktor Internal
yang mempengaruhi audit delay adalah : Total Aktiva, Total Asset Turnover
Ratio, Debt to Equity Ratio, Laba atau Rugi Usaha, Opini Audit serta Faktor
Eksternal yaitu Katergoti Akuntan Publik. Maka penelitian diatas sebagai salah
satu dasar bagi peneliti untuk meneliti faktor internal dan eksternal perusahaan.
Faktor internal perusahaan dalam penelitian ini adalah (Size perusahaan, Jenis
6
Industri, Debt to Equity Ratio, Jenis Opini, dan Likuiditas) dan Faktor eksternal
adalah (Ukuran KAP).
Karena sangat penting bagi pihak yang membutuhkan laporan keuangan
auditan sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di Pasar
Modal maka, lamanya waktu penyelesaian audit dan tidak tepatnya waktu sangat
merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar,
insider trading dan memunculkan rumor yang membuat pasar menjadi tidak pasti
dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi minat investor berbisnis di
pasar modal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil pemaparan yang peneliti telah jelaskan di atas,
maka indentifkasi masalah yang dapat di jabarkan adalah sebagai berikut :
1. Apakah Size Perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio, jenis opini,
likuiditas dan Ukuran KAP merupakan faktor yang dominan berpengaruh
terhadap audit delay dan timeliness?
2. Seberapa besar pengaruh Size Perusahaan, Jenis industri, Debt to equity
ratio, jenis opini, likuiditas dan Ukuran KAP terhadap audit delay dan
timeliness?
3. Berapa lama rata-rata waktu audit delay sampai kepada timeliness dalam
tahun yang di amati?
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari hasil pemaparan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
Faktor Internal Perusahaan
1. Apakah Size perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
dan timeliness?
2. Apakah Jenis industri bepengaruh terhadap audit delay dan
timeliness?
3. Apakah debt to equity ratio, berpengaruh terhadap audit
delay dan timeliness?
4. Apakah jenis Opini Akuntan Publik berpengaruh terhadap
audit delay dan timeliness?
5. Apakah Likuidtas (Current Assets) berpengaruh terhadap
audit delay dan timeliness?
6. Apakah Faktor Eksternal, Ukuran KAP berpengaruh
signifikan audit delay dan timeliness?
7. Apakah secara Simultan Faktor Internal (Size Perusahaan,
Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan
Likuiditas), dan Faktor Eksternal ( Ukuran KAP) berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay?
8. Apakah secara Simultan Faktor Internal (Size Perusahaan,
Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan
8
Likuiditas), dan Faktor Eksternal ( Ukuran KAP) berpengaruh signifikan
terhadap timeliness?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal yaitu ( Size
Perusahaan, Jenis industri, debt to equity ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan
Likuiditas), dan Faktor Eksternal yaitu (Ukuran KAP) yang paling dominan
berpengaruh terhadap Audit Delay dan Timeliness.
Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang ingin di capai nantinya adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang pasar modal dan kriteria-kriteria yang menentukan kredibilitas
perusahaan yang telah go publik
2. Bagi lembaga yang berwenang penelitian membantu untuk
mengembangkan aturan yang berlaku
3. Bagi Investor
Memberikan masukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan
investasi.
4. Bagi Almamater
9
Hasil penelitian ini merupakan ini hasil karya khasanah yang nantinya
dapat di pakai untuk pengembangan dan menjadi bahan pembanding untuk
penelitian berikutnya
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Uraian Teoritis
1. Faktor Internal perusahaan
a. Size perusahaan
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang
terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen
mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun
pihak internal perusahaan. Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan
keuangan lebih tepat waktu dari pada perusahaan kecil (Rachmaf Saleh, 2004).
Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana Spica Almilia dan
Lucas Setiady (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan
waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki
hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan
keuangan. Hasil penelitian Made Gede (2004) Luciana Spica Almilia dan Lucas
Setiady (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan, dan memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentang waktu
penyelesaian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan
negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
Sedangkan hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto (2002) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi
memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan
keuangan. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh dan
11
Made Gede. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula
informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah
informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan.
Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik,
maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan
dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat
dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak – pihak yang
berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa
kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan
tidak akan bisa bertahan lama. Karena adanya asumsi going concern, di mana
perusahaan didirikan untuk jangka panjang atau untuk bertahan hidup, maka
perusahaan akan memperoleh tekanan untuk mengolah informasi yang ada untuk
dilaporkan pada pihak – pihak yang berkepentingan.
Semakin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang
terkandung di dalam perusahaan, dan makin besar pula tekanan untuk mengolah
informasi tersebut, sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki
kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi dalam
mempertahankan eksistensi perusahaan.. Semakin tinggi kesadaran manajemen
mengenai pentingnya informasi bagi pihak – pihak yang berkepentingan, maka
akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu. Logika
teori ini juga didukung oleh hasil penelitian Rachmat Saleh (2004) yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap
keterlambatan penyajian laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan
12
penyelesaian penyajian laporan keuangan. Setidak-tidaknya ada empat argumen
yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang besar lebih mungkin untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Pertama, perusahaan besar lebih dimungkinkan mempunyai biaya produksi
informasi atau biaya kerugian persaingan yang lebih rendah dari pada perusahaan
yang lebih kecil. Kedua, perusahaan besar dimungkinkan mempunyai dasar
pemilikan yang lebih luas, sehingga diperlukan lebih banyak pengungkapan
karena tuntutan dari para pemegang saham. Ketiga, perusahaan besar lebih
mungkin untuk merekrut sumber daya manusia dengan kualifikasi yang tinggi,
yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan yang canggih. Keempat,
manejer perusahaan yang lebih kecil tampaknya percaya bahwa semakin banyak
informasi yang diungkapkan dapat membahayakan potensi kompetitif perusahaan.
b. Jenis Industri
Ashton et al (1987) dalam Wiwiek Utami (2006) mengungkapkan bahwa
perusahaan sektor financial mempunyai audit delay lebih pendek dari pada
perusahaan industri lain. Hasil pengujian tersebut juga ditemukan pada penelitian
Ahmad dan Anuar (2001) dalam Wiwiek Utami (2006) di Kuala Lumpur Stock
Exchange yang menunjukkan audit delay pada perusahaan non-financial lebih
besar 15 hari daripada perusahaan financial. Hal ini disebabkan karena perusahaan
financial tidak mempunyai saldo persediaan yang cukup signifikan sehingga audit
yang diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Disamping itu, aktiva
yang dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah dalam pengukurannya
dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik, seperti persediaan, aktiva tetap
13
dan aktiva berwujud (Anthony dan Govindarajan,1998 : 717) dalam Wiwiek
Utami (2006).
c. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang
diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan (Husnan 1997:561).
Debt to equty ratio menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi Debt to equity
ratio maka, semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Oleh
karena itu, perusahaan dengan hutang yang besar cenderung mendesak auditor
untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat dibandingkan perusahaan
yang mempunyai hutang yang kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang
mempunyai hutang besar di monitori oleh kreditor sehingga akan memberi
tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan
lebih cepat untuk meyakinkan para pemilik modal yang pada dasarnya
menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka. Hal
inilah yang menyebabkan Audit Delay menjadi lebih pendek. Penelitian Hossain
dan Taylor (1998) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sebaliknya penelitian
Whittred dan Zimmer (1984) menunjukkan hal yang signifikan. Menurut Hossain
dan Taylor (1998) dalam ratnawaty dan toto sugharto 2005 hubungan antara audit
delay dan DER adalah positif
14
Rasio hutang terhadap ekuitas dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kesulitan keuangan perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi
mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan
keuangan. Kesulitan keuangan tersebut merupakan berita buruk yang akan
mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen juga
cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita
buruk. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal yang tinggi akan
terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada
digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Hassanudin,
2002:54).
Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Naim (1999), Hossain dan
Taylor (1998) dalam Wiwiek Utami (2006) menunjukkan bahwa debt to equity
ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Tetapi hasil penelitian
Ahmad dan Kamarudin (2001) Wiwiek Utami (2006) di Malaysia menunjukkan
bahwa variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Variabel debt to total equity diukur dengan membandingkan total
kewajiban (total liabilities) dengan total equity.
d. Jenis Opini Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan auditor untuk
menyampaikan pendapatnya tentang hasil pemeriksaanya yang di kaitkan dengan
15
laporan keuangan perusahaan. Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir
dari seluruh proses audit (Arrens & Loebbecke, 1993).
Para pemakai laporan keuangan mendasarkan keputusan-keputusan
mereka atas hasil analisis mereka terhadap informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Para investor dan kreditor mempertimbangkan risiko investasi
mereka atas dasar kemampuan tiap-tiap perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal
ini hanya dapat dilakukan hanya dengan membandingkan laporan keuangan yang
di hasilkan oleh berbagai perusahaan. Agar laporan keuangan yang dihasilkan
oleh berbagai perusahaan dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya, maka
laporan keuangan berbagai perusahaan harus disusun atas dasar prinsip akuntansi
berterima umum.
Auditor mempunyai fungsi meningkatkan mutu penyajian laporan
keuangan perusahaan kepada masyarakat, dengan cara melaksanakan audit atas
kewajaran laporan keuangan tersebut yang di tinjau dari kesesusaian dengan
prinsip akuntansi berterima umum. Auditor memberikan sumbangan kepada
masyarakat dalam menjadikan laporan keuangan berbagai perusahaan dapat di
perbandingkan. Dengan cara ini masyarakat (khusunya investor, kreditur, calon
investor dan calon kreditur) dapat mempertimbangkan dengan baik keputusan
yang akan diambilnya dalam menginvestasikan dana mereka berdasarkan
informasi keuangan yang dapat di perbandingkan di antara berbagai perusahaan.
Jenis Opini audit atas kewajaran laporan keuangan yang nantinya di berikan
auditor pada akhir proses audit sangat berpengaruh terhadap keputusan investasi
mereka.
16
Jenis-jenis Opini Audit dan Kesimpulan Auditor
Wajar tanpa pengecualian Auditor Menyimpulkan bahwa
laporan
keuangan di sajikan secara wajar
Wajar dengan pengecualian Auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan di sajikan secara
wajar, kecuali untuk pos tertentu
Tidak wajar Auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar
Tidak memberikan pendapat Auditor tidak memberikan
pendapatnya tentang atas asersi yang
di buat oleh manajemen
Hasil penelitian Ashton, Willingham dan Elliott (1987), Carslaw dan
Kaplan (1991), serta Ahmad dan Kamarudin (2001) dalam wiwiek utami (2006)
membuktikan bahwa audit delay akan lebih panjang jika perusahaan menerima
pendapat qualified atau selain pendapat unqualified. Fenomena ini terjadi karena
proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien,
konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan
perluasan lingkup audit (Elliott,1982:633). Hasil ini juga konsisten dengan
penelitian Simunic (1980) yang menemukan bahwa fee audit akan semakin besar
apabila pemberian pendapat qualified. Untuk kondisi Indonesia, Na’im (1999)
menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan jenis opini akuntan
JENIS OPINI KESIMPULAN
AUDITOR
Unqualified Opinion
Qualified Opinion
Adverse Opinion
Disclaimer Opinion
17
publik terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan. Hasil penelitian Halim (2000)
pada pengujian univariate dan multivariate juga menunjukkan bahwa pendapat
yang diberikan Akuntan Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian
dinyatakan sebagai berikut:
e. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang
lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77).
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk mengubah aktiva menjadi
kas atau kemampuan untuk memperoleh kas, Secara umum utang lancar dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka pendek, hutang dagang, dan
hutang akrual / Accrued Liabilities (White, 2002 : 126). Jangka pendek secara
konvensional di anggap periode hingga satu tahun. Sedangkan aktiva lancar
perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara kas, sekuritas
yang dapat diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka
(White, 2002 : 126). Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio
yang membandingkan sumber – sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang
membandingkan arus kas dengan hutang lancar (White, 2002 : 127).
Untuk pemegang saham perusahaan, kurangnya likuiditas sering kali di
awali dengan kemampuan yang rendah dan berkurangnya kesempatan. Kurangnya
likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian pemilik atau kerugian
investasi modal. Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal
itu menunjukkan kondisi yang baik dari suatu perusahaan . Dye dan Sridhar,
18
dalam penelitian Made Gede, mengungkapkan bahwa jika perusahaan mengalami
good news, maka perusahaan akan cenderung untuk menyajikan laporan keuangan
lebih tepat waktu (Made Gede, 2004). Sehingga dapat dikatakan likuiditas akan
memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian
laporan keuangan.
Tingkat likuiditas yang rendah akan membutuhkan audit yang lama dalam
penyelesaiannya, karena ini merupakan kabar buruk (bad news) yang menjadi
pelemehan investasi,
Tidak hanya bank dan kreditur jangka pendek saja yang tertarik terhadap
angka-angka ratio likuiditas yaitu ratio yang di gunakan untuk menganalisa dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi sangat membantu
manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang di gunakan dalam
perusahaan, tetapi juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham
yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan
pembayaran bunga dimasa yang akan datang. Rasio likuiditas merupakan
suatu indikator mengenai kehidupan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat
jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia
(Syamsudin 1985:38).
Beberapa alat pembayaran yang harus di jawab dalam hubungannya
dengan ratio likuditas (Amril M. Said, SE, 2008 : Analisa Pembuktian Laporan
Keuangan) adalah :
- Apakah perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya tepat
pada waktunya?
19
- Apakah manajemen menggunakan modal kerja secara efektif ?
- Apakah modal kerja itu cukup, kurang atau berlebihan ?
- Apakah perusahaan mempunyai kredit rating yang menguntungkan
?
- Apakah posisi keuangan jangka pendek berkembang ?
Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi, tingkat
likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.
Dengan kondisi seperti ini, perusahaan cenderung untuk melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin
menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke (1989) dalam Fitriani
(2001)). Tetapi dilain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran
kinerja manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan
dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi
kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja
manajemen (Wallace 1994).
Variabel likuiditas diukur dengan current ratio, yaitu membandingkan aktiva
lancar (current asset) dengan hutang lancar (current liabilities).
2. Faktor eksternal perusahaan
f. Ukuran KAP
Audit atas laporan keuangan merupakan bagian dalam tugas auditor untuk
menyatakan pendapatnya. Mahasiswa calon auditor lebih banyak memulai
kariernya dengan bekerja di kantor akuntan public di bandingkan lainnya; kantor
20
akuntan public mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dibandingkan
kegiatan audit lainnya; lebih banyak persyaratan professional yang harus di
penuhi oleh kantor akuntan public dari pada organisasi lainnya karena tanggung
jawab mereka yang besar terhadap pemakai laporan audit.
Sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 400 kantor akuntan public
(KAP). Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan di Amerika Serikat yang
memiliki 45.000 kantor akuntan publik (Arrens & Loebecke) Ukuran kantor
akuntan publik ini berkisar dari yang mempunyai satu orang staf saja sampai
ribuan staf dan partner. Empat kategori ukuran kantor akuntan publik berikut yang
dapat digunakan adalah : kantor akuntan publik internasional, kantor akuntan
publik nasional, lokal dan regional besar dan lokal kecil.
KAP Internasional
Ada enam kantor akuntan publik terbesar diamerika serikat yang disebut
sebaga kantor akuntan publik internasional dan mempunyai julukan ”the big six”,
masing2 memiliki kantor di setiap kota besar di AS dan banyak kota besar di
seluruh dunia, termasuk di indonesia. KAP terkecil dari ”the big six” mempunyai
pendapatan secara internasional lebih dari 3 milyar dollar dan pendapatan secara
nasional mendekati 1 milyar dolar pertahun. Jumlah karyawan dari KAP terbesar
termasuk staf dan partnernya lebih dari 50.000 secara keseluruhan dan sebanyak
2000 di kantor new york saja. Keenam kantor akuntan publik ini
menyelenggarakan audit bagi hampir semua perusahaan raksasa di AS dan seluruh
dunia dan banyak perusahaan lainnya yang lebih kecil
21
Aktivitas Kantor Akuntan Publik
Kantor akuntan publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu :
Atestasi, Perpajakan, Konsultasi Manajemen, serta Akuntansi dan Pembukuan
(Arrens & Loebecke).
Atestasi
Jasa atestasi meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik
mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan asersi
tertulis yang telah dibuat dan ditanggung jawabi pihak lain. Terdapat tiga jenis
jasa atestasi : audit laporan keuangan historis, review laporan keuangan historis
dan jasa atestasi lainnya.
Jasa perpajakan
KAP menyusun Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) pajak penghasilan dari
perusahaan dan perseorangan, PPN dan PPn-BM, perencanaan perpajakan dan
jasa perpajakan lainnya. baik yang merupakan klien audit maupun yang bukan,
Konsultasi Manajemen
Jasa ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi sederhana mengenai
pembenahan system akuntansi sampai keikutsertaan dalam menyusun strategi
pemasaran, pemanfaatan instalasi computer dan konsultasi manfaat aktuaria.
Jasa Akuntansi & Pembukuan
Jasa ini mencakup pembuatan catatan akuntansi bagi kliennya yang
terbatas dengan kemampuan akutansinya. KAP merupakan suatu bentuk
organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
22
perundang-undangan, yang berusahan di bidang pemberian jasa profesional dalam
prkatek Akuntan Publik.
Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan Soo
(1996) menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hasil yang sama juga ditemukan Ahmad
dan Kamarudin (2001) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Five akan lebih
pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP kecil. Hal ini diasumsikan
karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit
lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga
memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki
dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga
reputasinya. Dari hasil penelitian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwasanya
ketepatan waktu dapat terjadi jika perusahaan di audit oleh KAP besar, namun
tidak menutup kemungkinan jika KAP besar tidak dapat bekerja secara maksimal
karena faktor kompetensi.
Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh
Carslaw dan Kaplan (1991), Hossain dan Taylor (1998) yaitu bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran KAP dengan audit delay.
Pada umumnya sebelumnya kantor akuntan publik (KAP besar ( KAP
yang bekerja sama dengan KAP internasional) memiliki insentif lebih besar
sehingga dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat
mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka dapat kehilangan penugasan
kembali sebagai auditor klien di tahun mendatang. Selain itu, KAP besar
23
mempunyai lebih dapat bekerja secara efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi
penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP.
3. Audit Delay
Seperti yang dikutip dari Guy, Alderman dan Winters (2002)
menurut American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic
Accounting Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu
proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan
tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat hubungan antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan
hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Asmara,
1996:5). Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit
yang salah satunya penyusunan anggaran waktu (time budget)
yang secara sederhana menetapkan pedoman mengenai jumlah
waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu apabila
digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Anggaran
tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal
staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit
memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien,
dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan
tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan tepat dapat
merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak
absolut. Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi
24
perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari
anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan
Audit delay menurut peneliti adalah suatu kebijakan untuk melakukan
penundaan audit, yang di akibatkan oleh terdapatnya permasalahan serius
terhadap laporan keuangan atau usaha perusahaan dan juga di akibatkan karena
kinerja manajemen/auditor yang tidak efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari
2 faktor yaitu factor internal dan factor eksternal dan juga dapat diukur dari
tanggal akhir tutup buku laporan keuangan sampai pada opini auditor independent
ditentukan. Sedangkan menurut (Ashton et al: 1997, Halim: 2000), audit delay
adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independent.
Menurut Raja Ahmad dan Kamaruddin (2000) dalam ratnawaty dan toto
sugiharto, audit delay adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan
tanggal laporan audit. Menurut Knechel dan payne (2000) dalam ratnawaty dan
toto sugiharto, audit delay adalah periode waktu antara tahun tutup buku
perusahaan dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut Varianada Halim
dalam ratnawaty dan toto sugiharto, audit delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit yang di ukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga hingga
tanggal di terbitkannya laporan audit.
Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan
tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit
report lag atau audit delay. Menurut Dyer & McHugh (1975:206), “Auditors’
report lag is the open interval of number of days from the year end to the date
recorded as the opinion signature date in the auditors’ report”. Menurut Ashton,
25
Willingham, & Elliott (1987), Carslaw & Kaplan (1991), Ahmad & Kamarudin
(2001), “Audit delay is the length of time from a company’s fiscal year end to the
date of the auditor’s report”.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-
rata audit delay yang berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat
dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda
antar negara.
Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan rata-rata
audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang diban-dingkan
hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62.53
hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan
menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.
Carslaw & Kaplan (1991) yang menyatakan perusahaan yang mengalami
rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih
lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula
keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik.
Dyer dan Mc Hugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan
besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan
penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar
senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan agen
regulator.
4. Timeliness/ Ketepatan Laporan Keuangan
Scott (2003) mendefinisikan informasi sebagai bukti yang mempunyai
potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun demikian, informasi
26
baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila informasi tersebut tepat waktu.
Tepat waktu diartikan oleh peniliti adalah bahwa segala informasi tentang kondisi
perusahaan harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
pengambilan keputusan tersebut.
Menurut peneliti ketepatan waktu dapat diukur dari tanggal opini audit
sampai dengan tanggal terpublikasikan laporan keuangan. Sedangkan. Dyer dan
McHugh (1975) Untuk melihat ketepatan waktu, biasanya penelitian menilai dari
keterlambatan pelaporan (lag) dengan Menggunakan tiga keterlambatan dalam
penelitian: (1). Preleminay lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampat penerimaan laporan akhir plereminari di bursa; (2). Auditor’s
report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai laporan
auditor di tanda tangani. (3). Total lag; interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai pada tanggal penerimaan laporan di publikasikan oleh bursa.
Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi
tidak di mungkinkan tanpa ketepat waktuan informasi mengenai kondisi dan
proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan
keuangan.
Menurut ang (1997), informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai
informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum.
(Baridwa, 1996:5) tepat diartikan bahwa informasi di sampaikan sedini mungkin
untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk dapat membantu dalam keputusan-
keputusan ekonomi/investasi dan mengurangi tertudanya pengambilan keputusan
tersebut.
27
Informasi dapat dikatakan tidak relevan jika tidak tepat waktu, informasi
harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut
kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan
Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyelesaian laporan
keuangan dengan penyajian laporan keuangan serta frekuensi pelaporan informasi.
Keterlambatan penyampaian laporan keuangan / pelaporan bisa berakibat buruk
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan. Secara tidak langsung para investor pasti menanggapi sebaga
pertanda (signal) buruk bagi perusahaan. Secara langsung, sebagai contoh di pasar
modal Australia pada tahun 1974 pernah terjadi 38 perusahaan sahamnya dilarang
di perdagangkan hanya karena gagal memberikan laporan tahunan sesuai dengan
persyaratan ketepatan waktu bagi bursa (Dyer dan McHugh, 1975; 205).
Camber dan Panmen (1982: 2) dalam Novita mendefinisikan ketepatan
waktu ke dalam 2 cara : pertama, ketepatan waktu di definisikan sebagai
keterlambatan pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai pada tanggal
melaporkan. Kedua, ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu
pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan.
Dalam penelitian yang dilakukan Ainun Na’im (1998), ketepatan waktu
dilihat dari keterlambatan pelaporan. Keterlambatan waktu pelaporan terjadi
ketika perusahaan mennyampaikan laporan kepada BAPEPAM setelah tanggal 31
Maret, hal sesuai dengan peraturan yang di keluarkan BAPEPAM tahun 1995.
Pengukuran ini sesuai dengan Soo dan Schwartz (1996), dalam penelitiannya, ia
mengukur keterlambatan pelaporan didasarkan pada apakah perusahaan mematuhi
28
pelaporan informasi keuangan yang di tetapkan olen Stock Exchange Commision
(SEC).
B. Penelitian Terdahulu
Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, yang meneliti tentang
pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan
timeliness (kajian empiris pada perusahaan manufakture di BEI), dengan indicator
variable independennya adalah Faktor Internal (Profitabilitas, Solvabilitas,
Internal Auditor, dan Size perusahaan) dan Faktor Eksternal (Ukuran KAP). Hasil
penelitian ini menunjukkan, faktor internal yang mempengaruhi audit Delay
adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,
sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh
terhadap Audit Delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap
timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP. Hasil penelitian
secara simultan menunjukkan bahwasanya secara bersama-sama faktor internal
dan eksternal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit
Delay dan Timeliness
29
Penelitian Aida Noviani 2006, yang menganalisa tentang Pengungkapan
Informasi Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ, dengan
variabel independennya tingkat likuiditas (rasio lancar), solvabilitas (rasio hutang)
dan ukuran perusahaan (kapitalisasi pasar). Sedangkan variabel dependen diwakili
oleh tingkat pengungkapan informasi pada laporan tahunan dengan pemberian
skor atas pengungkapan item-item yang terdaftar pada laporan tahunan. Hasil
pengujian regresi menunjukkan adanya pengaruh positif antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pengujian t-test menunjukkan
hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pengungkapan.
Ratnawaty dan Toto Sugiharto (PESAT 2005), penelitian ini
mengimplikasikan bahwasanya dari model regresi, audit delay dan faktor yang
mempengaruhinya menunjukkan bahwa pada tahun 2000 dan 2002 model regresi
tidak signifikan dan tidak dapat di gunakan untuk memprediksi audit delay,
namun pada tahun 2001 model regresi signifikan dan dapat memprediksi audit
delay. Penelitian ini menganjurkan untuk penelitian selanjutnya dapat menambah
jumlah sampel dan mengambil sampel dari berbagai jenis usaha.
Dyer dan McHugh (1975), meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan
normalitas keterlambatan di Australia. Hasil penelitian menunjukka bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap keterlambatan pelaporan keuangan dan
tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh terhadap keterlambatan pelaporan
keuangan.
Novita wening tyas respati,2001: yang meneliti tentang Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Ketepatan Pelaporan Keuangan di BEJ, kesimpulan
30
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sangat tinggi (70,30%). Dalam penelitian ini juga
di temukan bukti empiris bahwa profitabilitas dan kepemilikan pihak luar yang
terkonsentrasi signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu, sedangkan Debt
to Equity Ratio, Ukuran perusahaan, Kepemilikan pihak dalam secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
Soo dan Schwarts (1996), dengan menggunakan multivariate analyses di
temukan bukti empiris bahwa, kompetensi auditor ( yang di ukur dengan ukuran
perusahaan klien dan di kotomi Big Six/Non Big Six) secara signifikan
mempengaruhi ketidak patuhan dan keterlambatan pelapora keuangan ukuran
perusahaan di ukur dengan menggunakan natural log of total assets berpengaruh
negatif dengan ketidakpatuhan dan keterlambatan pelaporan keuangan
perusahaan.
Ainun Naim (1998), yang meneliti tentang Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan Di Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ukuran
perusahaan, financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity
ratio tidak signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu sedangkan tingkat
profitabilitas yang di ukur dengan menggunakan ROA dan ROE secara signifikan
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu perusahaan.
C. Kerangka Konseptual
Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai
predictable, feed back value, dan tepat waktu (Smith dan Skousen,
1997 seperti yang dikutip dari Petronila dan Mukhlasin, 2003).
31
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan
seharusnya disajikan pada suatu interval waktu. Maksudnya, untuk
menjelaskan perubahan didalam perusahaan yang mungkin
mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi
dan keputusan (Hendriksen, 1992 seperti yang dikutip pada
Petronila dan Mukhsin, 2003). Sedangkan ketepatan waktu
pelaporan sendiri dipengaruhi oleh lamanya audit.
Ada dua logika yang mendasari hubungan antara ukuran
perusahaan dengan audit delay. Pertama, perusahaan besar akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
manajeman yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan besar dimonitor
secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar
pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih
baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. \
Kedua, bahwa semakin besar perusahaan maka waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan audit lebih lama. Hal ini berkaitan
dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan
semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Sehingga ukuran
perusahaan dengan indikator total asset memiliki
pengaruh terhadap audit delay dan timeliness.
32
Perusahaan dengan DER yang tinggi bukan sesuatu yang
jelek jika dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya dan
dimanfaatkan dengan efektif serta laba yang didapat cukup
untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER yang
tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi
tetapi juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang
meningkat. DER yang tinggi berdampak pada peningkatan
perubahan laba, berarti memberikan efek keuntungan bagi
perusahaan (Kuswadi 2005:90). Hal ini didukung penelitian
sebelumnya oleh Wibowo (2006:78) yang menyimpulkan bahwa
DER mempengaruhi perubahan laba.
Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, yang meneliti tentang
pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan
timeliness (kajian empiris pada perusahaan manufakture di BEI), Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa, faktor internal yang mempengaruhi audit Delay adalah
size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik,
sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh
terhadap Audit Delay.
Ratnawaty dan Toto Sugiharto (2005), hasil penelitian ini menunjukkan
secara simultan Total Aktiva, Total Asset Turnover Ratio, Debt to Equity Ratio,
laba atau rugi (PROFT), kategori KAP dan Opini Audit tahun 2000 dan 2002
tidak signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi audit delay.
Sedangkan tahun 2001 signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksi audit
delay.
33
Penelitian Wiwiek Utami Universitas Mercu Buana, 2006, menyimpulkan
Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi
klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan
jenis industri berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan audit
delay meliputi factor (a) lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan
public, (b) emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan (c) laporan
keuangan emiten mendapat opini selain nqualified dari akuntan publik.
Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan
beberapa variabel independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas
perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non keuangan, bulan
penutupan tahun bukum, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas
operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, EDP,
campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan jenis opini, hasilnya
menunjukkan rata-rata interval waktu antara penutupan tahun buku dan tanggal
pelaporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh
memperpanjang audit delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri
di bandingkan perusahaan financial, status perusahaan bukan publik, bulan
penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian
pemeriksaan relatif lebih banyak di lakukan setelah berakhirnya tahun buku.
Na’im (1998) menemukan bahwa ketepatan waktu penyetoran laporan
keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan
sebagai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Dengan mengelompokkan
sampel dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan opini
34
akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan
keuangan tahunan.
Halim (2000) melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia
dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
1997. variabel independen yang di gunakan total revenue, jenis industri, bulan
penutupan tahun buku, lamanya menjadi klien KAP, rugi/laba, tingkat
profiotabilitas, dan jenis opini. Dari hasil penelitian diperoleh Audit Delay
cenderung panjang apabila perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember,
perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian,
sedangkan hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor
tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap tahun buku pelaporan
kerugian.
Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ketapatan waktu laporan keuangan dilakukan oleh
dyer & McHugh (1975) yang meneliti faktor-faktor spesifik perusahaan, yaitu
ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan tingkat profitabilitas.
Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan yang signifikan dari ukuran
perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku dengan ketepatan waktu laporan
keuangan, sementara tingkat profitablitas tidak berhubungan signifikan dengan
ketepatan waktu laporan keuangan.
Ainun Naim (1998), yang meneliti tentang Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan Di Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ukuran
perusahaan, financial distress yang diukur dengan menggunakan debt to equity
ratio tidak signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu sedangkan tingkat
35
profitabilitas yang di ukur dengan menggunakan ROA dan ROE secara signifikan
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu perusahaan.
Menurut coutis (1976) dan Giling (1977), bahwa mereka tidak
menemukan hubungan yang konsisten antara faktor-faktor spesifik perusahaan
dengan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.
Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu ansah (2000) menemukan
bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan
keuangan dari perusahaan. Sementara itu Givoly & Palmon (1982) menggunakan
ukuran perusahaan dan kompleksitas perusahaan dan kompleksitas operasi untuk
dapat menjelaskan ketepatan waktu (Timeliness), menemukan bahwa penundaan
pelaporan erat kaitannya dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news)
cenderung menyebabkan keterlambatan pengumuman dan ukuran perusahaan
menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatan waktu laporan keuangan tahuan.
Penelitian yang dilakukan Givoly & Palmon (1982) juga menguji
pengaruh karakteristik perusahaan dengan ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan
keterlambatan pelaporan dan kompleksitas audit secara langsung berhubungan
dengan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chambers & Pannman (1984) di Amerika
menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan terbalik antara ukuran perusahaan
dan keterlambatan pelaporan. Dari uraian di atas maka hipotesis yang di ajukan
adalah :
Sistya Rachmawati FE. UI, Jakarta Mei 2008, Hasil penelitian ini
menunjukkan secara bersama-sama faktor internal dan eksternal perusahaan
36
memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit Delay dan Timeliness.
Dari hasil pengujian secara statistik dalam penelitian ini menjelaskann bahwa
rata-rata Audit Delay di indonesia pada tahun yang diamati (2003-2005) 76 hari
dengan standar deviasi 16 hari.
Gambar II.1
Paradigma Penelitian
D. Hipotesis
Secara Partial
1 Terdapat pengaruh size perusahaan terhadap Audit delay dan Timeliness
2 Jenis industri berpengaruh terhadap audit delay dan tidak bepengaruh
terhadap ketepatan waktu
3 Debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay dan timeliness
4 Jenis Opini Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap terhadap audit
delay dan timeliness
Faktor Internal Perusahaan 1. Size Perusahaan 2. Jenis Industri3. Debt to Equity Ratio4. Jenis Opini Akuntan
Publik5. Likuiditas
Faktor Eksternal Perusahaan Ukuran Kantor Akuntan Publik
1. Audit Delay2. Timeliness
37
5 Terdapat pengaruh likuiditas perusahaan terhadap Audit Delay dan
Timeliness
6 Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Delay dan Timeliness
Secara Simultan
7 Terdapat Pengaruh Faktor Internal (Size Perusahaan, Jenis industri, Debt
To Equity Ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan Likuiditas), dan Faktor
eksternal perusahaan (Ukuran KAP) terhadap Audit Delay.
8 Terdapat Pengaruh Faktor Internal (Size Perusahaan, Jenis industri, Debt
To Equity Ratio, Jenis Opini Akuntan Publik dan Likuiditas), dan Faktor
eksternal perusahaan (Ukuran KAP) terhadap Timeliness.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memilih pendekatan asosiatif karena variabel dalam
penelitian menggunakan data laporan tahunan dari perusahaan-perusahaan yang
telah go publik berdasarkan pemilihan sampel dari klasifikasi industri yang
terdapat di BEI.
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Variabel Indikator Skala
Sumber Data
InstrumenVariabel Dependen
Audit Delay (AUD)
Audit delay yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang di ukur berdasarkan lamanya hari yang di butuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Tanggal akhir tutup buku akhir tahun sampai tanggal opini audit
Rasio Sekunder Laporan Auditan
Timeliness (Time)adalah rentang waktu
Tepat / Tidak Tepat
Nominal Sekunder Tanggal Pelaporan
39
pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah di audit kepada publik, yaitu lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik, sejak tutup buku akhir tahun (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya)
Waktu Keuangan Perusahaan ke Bapepam
Variabel Independen Size perusahaan
(Asset)Gambaran mengenai informasi atas keselurhan asset yang di cantumkan dalam laporan keuangan.
Total aktiva Rasio Sekunder LK*
Jenis Industri Keuangan =1 dan Non Keuangan =0
Nominal Sekunder Documenter
Debt To Equity Ratio (DER)
Perbandingan antara total aktiva dan modal sendiri
Total hutang di bagi total modal
Rasio Sekunder LK
Jenis Opini Akuntan Publik (JOAP)
Selain unqualified = 1Qualified = 0
Nominal Sekunder Laporan Auditan
Likuiditas (LKDTS)
kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77)
Aktiva lancar di bagi hutang lancar
Rasio Sekunder LK
Ukuran KAP (KAP)
KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP Asing
Affiliasi Asing =1Non Affiliasi = 0
Nominal Sekunder Documenter
C. Tempat dan Waktu Penelitian
40
Tempat dalam penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
website www.idx.co.id. Waktu penelitian ini adalah di mulai dari Mei 2010
sampai dengan selesai.
Tabel 3.2
Waktu Penelitian
No
Kegiatan
2010
Mei Juni July Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Pengajuan
judul
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Bimbingan Skripsi
6. Sidang Meja Hijau
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan (satuan-satuan/individu-individu)
yang karakteristiknya hendak di duga (Drs.djarwanto ps, statistik induktif1985).
Maka populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesis (BEI) yang berjumlah 183 perusahaan. Setelah dilakukan proses
pengambilan sampel maka perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah 179 perusahaan yang memenuhi kriteria. Adapun pemilihan samplingnya
didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan mendapat sampel yang
representatif sesuai kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini Adapun kriteria
populasi yang digunakan adalah a) Perusahaan Menerbtikan laporan keuangan per
31 Desember untuk 2008 & 2009, b) Perusahaan yang sahamnya di perdagangkan
secara aktif di BEI. c). Perusahaan yang mempunyai data yang lengkap.
41
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan ditampilkan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No
KriteriaTidak Sesuai Kriteria
Akumulasi
1
2
Perusahaan yang listing di bursa Efek IndonesiaPerusahaan yang didapat di BEI
-
(220)
403
183
3 Perusahaan Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember 2008-2009
(1) 182
4 Perusahaan sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI
(1) 181
5 Perusahaan mempunyai data
lengkap
(2) 179
Jumlah 179Data diproleh dari www.idx.co.id
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang di peroleh secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan (Nur indriantoro
& Bambang Supomo; 1999: 147)
Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari
eksternal. Dimana data sekunder eksternal umumnya di susun oleh suatu entitas
selain penelitin dari organisasi yang bersangkutan (Nur indriantoro & Bambang
Supomo; 1999: 147), adapun data sekunder eksternal yang di butuhkan dalam
penelitian ini adalah annual report yang mencakup tentang total aktiva, total
42
kewajiban dan modal, tanggal penyelesaian audit, nama auditor independen,
tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan yang telah di audit tahun 2008 dan
2009 ke BAPEPAM. semua kebutuhan sumber data tersebut di peroleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia akses langsung
www. Bapepam.go.id dan www.idx.co.id, serta dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah studi dokumen, dengan mempelajari data dari dokumen-dokumen yang
diperoleh dari perusahaan seperti laporan auditor independen, laporan keuangan
perusahaan.
F. Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah statistik dskriptif, alat analisis yang digunakan adalah
Mean dan Standart Deviasi. Mean dan standart deviasi digunakan untuk
mengetahui rata-rata lamanya audit delay dan timeliness dalam tahun yang
diamati.
Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
43
1) Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2001). Uji. Pengujian di lakukan dengan menggunakan program SPSS,
normalitas dapat di deteksi dengan alat analisis grafik berupa P – plot dan uji
kolmorov smirnov dengan melihat nilai signifikan residualnya Jika nilai
signifikan berada diatas nilai signifikan 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variable
independent mempunyai hubungan langsung. Multikolinearitas
terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode
berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variable
independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan
pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel
dependen. Multikolinearitas terjadi ketika Variance Inflation
Factors (VIF) melibihi 10 (Ghozali : 2002) VIF merupakan
indicator yang menunjukkan bahwa variable independent lain
masih dalam standar error dengan koefisien regresi Perumusan
Hipotesis :
Ho : Tidak ada Multikolinearitas
Ha : Ada Multikolinearitas
44
Dasar pengambilan keputusan yaitu : jika VIF < 10 maka
Ho diterima (tidak ada Multikolinearitas) dan sebaliknya.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error
t dengan error periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik
ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi di lakukan dengan
membandingkan nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai d1
dan dU dari table Durbin-Watson. Model regresi yang baik adalah yang
terbebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan
uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut
a. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper
Bound (DU) dan batas bawah atau Lower Bound (DL) maka koefisien
autokorelasi tidak dapat disimpulkan.
b. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih rendah dari batas bawah atau Lower
Bound (DL) berarti ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih besar dari batas atas atau Upper
Bound (DU) berarti tidak ada autokorelasi atau autokorelasi negatif.
perumusan Hipotesis adalah ;
Ho : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
d. Uji Heteroskedatisitas
45
Heteroskedatisitas menunjukkan bahwa variance dari setiap error bersifat
heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa
variance dari error harus bersifat homogen (Sistya Rachmawati FE UI dalam
jurnal akuntansi dan keuangan Vol. 10, No 1, Mei 2008 1-10) dalam penelitian ini
pengujian heteroskedastisitas di lakukan dengan melihat grafik Plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependen) selain itun uji
heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik
Scatter Plot. Titik – titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah
angka nol pada sumbu Y dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi. Sebaliknya, jika tidak menyebar dikatakan terjadi homokedastisitas pada
model regresi.
2. Analisi Linear Berganda
a. Pengujian variabel Audit Delay sebagai variabel dependen yang di
jelaskan oleh variabel independent (Size perusahaan, jenis industri,
debt to equity ratio, jenis opini akuntan publik dan likuiditas) dan
faktor eksternal (ukuran KAP) Model Regresi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
AUD (Y) = a +b1 X1 (Asset) + b2 X2 (JI) + b3 X3 (DER) + b4 X4 (JOAP)
+ b5 X5 (LKDTS) + b6 X6 (KAP) + ε
Keterangan :
Y = Variabel terikat
46
X1 X2 X3 X4 X5 X6 = Varabel bebas
a = nilai Y, apabila X1 =X2 = X3 = X4 =X5 = X6 = 0
b1 b2 b3 b4 b5 b6 = Besarnya kenaikan/penurunan Y dlam satuan jika
X1
ε = Error
b. Pengujian variabel Timeliness sebagai variabel dependen yang di
jelaskan oleh variabel independent (Size perusahaan, jenis industri,
debt to equity ratio, jenis opini akuntan publik dan likuiditas) dan
faktor eksternal (ukuran KAP) Model Regresi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
TIME (Y) = α0 + α1 (Asset)+ α2 (JI) +α3 (DER) + α4 (JOAP) + α5
(LKDTS) + α6 (KAP) + ε
3. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan mengenai sesuatu hal yang harus di uji
kebenarannya (Drs. Djarwanto Ps dan Drs Pangestu Suagyo, M.B.A (1985: 183)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dan di uji
menggunakan T-Test dan F-Test dengan taraf signifikan α 5%.
a. Secara Partial (uji t)
Uji t (uji individu) adalah pengujian koefisien regresi masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
47
Ha = b1,α1 ≠ 0, aritnya ada pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dan sebaliknya
Uji t dapat di tentukan dengan rumus :
Dimana : bi = Koefisien regresi
Sbi = Deviasi standart koefeisien regresi
Kriteria Pengambilan Keputusan
Ho diterima jika : tingkat signifikansi t > α
Ho ditolak jika : tingkat signifikansi t < α
b. Secara Simultan
uji f merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan dari variabel-
variabel dependen yang bertujuan apakah secara bersama-sama seluruh variabel
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha = β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara
simultan
dari variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya
maka uji f dapat di tentukan dengan rumus :
kriteria pengambilan keputusan :
Ho ditolak jika : F hitung < F tabel
Ho diterima jika : F hitung >f tabel
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa di perjualbelikan baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan
pemerintah, publik maupun swasta. Perkembangan perusahaan
yang go publik dipasar modal semakin tahun bertambah yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan industri
dan bidang.
Berikut ini akan di jelaskan sejarah singkat Bursa Efek di Indonesia :
TAHUN KETERANGAN
14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 Karena Isu Politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup
1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan
(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
49
diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 Program nasionalisasi Perusahaan Belanda, Bursa Efek
semakin aktif
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana
Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT
Pasar Modal. Pengaktifan kembali Pasar Modal ini juga
ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai
emiten pertama
1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih
instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES
87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk
melakukan penawaran umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia
1988 – 1990 Paket Regulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas
Bursa terlihat meningkat
2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi
pertumbuhan Pasar Modal
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek
Surabaya
13 Juli 1992 Swatanisasi BEJ BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai
50
HUT BEJ
22 Mei 1995 Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems)
10 November
1995
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996
1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya
2000 Sistem Perdagangan tanpa Waskat (Scripless Trading)
mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(Remote Trading)
2007 sampai
sekarang
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53Jakarta Selatan 12190
Sumber : www.idx.co.id (2009)
2. Deskripsi Variabel Penelitian
2.1 Size Perusahaan
Size Perusahaan adalah Gambaran mengenai informasi atas keselurhan
asset yang di cantumkan dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui seberapa
besar ukuran perusahaan tersebut, maka peneliti menggunakan Total Asset
sebagai indikatornya. Berikut deskripsi data ukuran di tampilkan pada tabel 4.2
berikut ini:
Tabel IV. 1
Deskripsi Data Ukuran Perusahaan (Asset) Dalam Jutaan rupiah
N Minimum Maximum Mean Std.
51
Deviasi179
1.542 11.925.683.059.16.831.883
,714.067.222
,84
Tabel Frekuensi Ukuran Perusahaan (Asset)
Interval (dalam jutaan rupiah)
Frekuensi
1.542 – 37.545.573 15437.545.574 – 75.091.147
15
75.091.147 - 112.636.720
0
112.636.720 – 150.180.752
10
Total 179
Bedasarkan tabel deskripsi data dan tabel frekuensi yang
di hasilkan rata-rata total asset (dalam jutaan rupiah) tahun 2008
dan 2009 adalah sebesar 4.831.883,7 dengan nilai minimum
1.542 dan nilai maksimumnya sebesar 11.925.683.059 Rata-rata
total asset yang berada pada interval pertama yaitu 1.542 –
37.545.573 dengan frekuensi 154 perusahaan. Sedangkan 15
perusahaan total assetnya berada pada interval 37.545.573 –
75.091.147 Dan 10 perusahaan total asset berada pada interval
112.636.720 – 150.180.752.
2.2 Jenis Industri
Tabel IV. 2
Tabel Frekuensi Jenis Industri
Jenis Industri Frekuensi Persentase
52
Keuangan 28 15.65 %Non Keuangan 151 84.35 %
Jumlah 179 100 %
Berdasarkan tabel distribusi Frekuensi Jenis Industri diatas
dapat di ketahui bahwa perusahaan Keuangan Tahun 2008 dan
2009 sebesar 28 perusahaan dan perusahan Non Keuangan
Tahun 2008 dan 2009 sebesar 151
2.3 Debt to Equity Ratio
Menurut Kuswadi (2005: 90) menyatakan bahwa DER yang
baik adalah 1:1. Namun ada juga perusahaan yang meyakini
bahwa besarnya kewajiban hanya sekitar 35% dari total struktur
ekuitas. Dengan kata lain minimal DER dikatakan baik adalah
35%.
Tabel IV. 3Distribusi tingkat Debt to equity ratio (DER)
No
Kriteria DER F Persentase
1 < 0.35 (Kurang baik)
14 7.83
2 ≥ 0.35 (Baik) 165
92.17
Jumlah 179
100
Perusahaan yang memiliki DER semakin kecil berarti
bahwa hutang lebih sedikit dari pada modal sendiri, sebaliknya
dengan DER yang semakin besar menunjukkan bahwa hutang
lebih besar dari pada modal sendiri, perusahaan dengan hutang yang
53
besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih
cepat dibandingkan perusahaan yang mempunyai hutang yang kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang mempunyai hutang besar di monitori oleh kreditor
sehingga akan memberi tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan
laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan para pemilik modal yang
pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam pengembalian
modal mereka.
2.4 Jenis Opini Audit
Tabel IV. 4
Distribusi Jenis Opini 2008 dan 2009
No.
Kelompok Opini F Persentase
1 Selain Unqualified 176
98.33
2 Qualified 3 1.67Total 17
9100%
2.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang
lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Mamduh, 2003 : 77).
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk mengubah aktiva menjadi
kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Maka, untuk mengetahui seberapa
baik likuiditas perusahaan, maka penelitian ini meggunakan Current Asset sebagai
indikatornya. Berikut deskripsi data likuiditas akan ditampilkan pada tabel 4.6
berikut ini :
Tabel IV. 5
Distribusi Likuiditas (CR)
No Kriteria CR F Persentase1 < 2 (Kurang Baik) 47 26.26
54
2 > 2 (Baik) 132 73.74Jumlah 179 100%
Menurut Syamsuddin (1985:39) tingkat CR ≥ 2,00 sudah dapat dianggap
baik (cinsidered acceptable). Dari data ternyata sebanyak 132 perusahaan
(26.26%) yang memiliki CR dalam kategori baik dan 47 perusahaan (73,74%)
yang memiliki CR kurang baik.
Tabel IV. 6
Gambaran Umum Current Ratio (CR)
Interval CR Frekuensi Persentase0,92 – 2,49 128 71,502,50 – 4,05 24 13,404,06 – 5,61 19 10,625,62 – 7,17 8 4,48
Jumlah 179 100
Terlihat dari Tabel 4.1, terdapat 129 perusahaan (83,2%)
memiliki CR pada daerah 0,92 sampai dengan 2,49, selebihnya
21 perusahaan (13,5%) memiliki CR pada interval 2,50 sampai
dengan 4,05, sebanyak 3 perusahaan (1,9%) dengan CR antara
4,06 sampai dengan 5,61 dan hanya 2 perusahaan (1,2%)
dengan nilai CR antara 5,62 sampai 7,17.
2.6 Ukuran KAP
Pada umumnya sebelumnya kantor akuntan publik (KAP besar ( KAP
yang bekerja sama dengan KAP internasional) memiliki insentif lebih besar
sehingga dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat
mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak, mereka dapat kehilangan penugasan
kembali sebagai auditor klien di tahun mendatang. Selain itu, KAP besar
55
mempunyai lebih dapat bekerja secara efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi
penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP kecil.
Berikut ini akan ditampilkan kategori KAP berdasarkan observasi peneliti yang di
temukan pada situs IAI dan BAPEPAM :
Tabel 4.7
Distribusi KAP berdasarkan kategori
Kategori KAP F PersentaseKAP Yang Berafiliasi Asing 45 69,24KAP Yang Tidak Berafiliasi Asing 20 30,76Jumlah 65 100
2.7 Audit Delay
Tabel IV.8
Deskripsi Data Audit Delay Tahun 2008 dan 2009
N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
177
33 Hari 122 Hari 76,43 Hari 16.26 Hari
Bedasarkan Deskripsi data yang dihasilkan lamannya audit
delay yang adalah 91.43 Hari. Dengan nilai minimum 16 Hari
dan nilai maksimumnya 225 Hari, standart deviasi dari
lamanya audit 25.96 Hari.
2.8 Timeliness (Ketepatan Waktu)
Tabel IV. 9
Deskripsi data Timeliness tahun 2008 dan 2009
N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
177
43 Hari 132 Hari .85,63 Hari 16.14 Hari
56
Dari hasil pengujian analisis deskriptif, rata-rata Timeliness
di indonesia dalam tahun yang diamati adalah 85 hari dengan
standar deviasi 16 hari hal ini berarti lebih cepat 5 dari ketentuan
batas waktu pengumuman oleh babepam, yaitu 90 hari terhitung
dari tanggal tutup buku per 31 desember.
B. Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berdistribusi
normal. Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independent, ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau
mendekati normal Santoso (2007 : 212).
57
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Ex
pe
cte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IP
Gambar IV. 1Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan, diketahui bahwa asumsi
normalitas terpenuhi. Hal tersebut dapat disimpulkan dilihat dari gambar IV. 1
yang berbentuk lonceng. Semakin tinggi bentuk lonceng (Bell Shaped)
menunjukkan data semakin berdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi.
Begitu juga dengan yang ditunjukkan oleh grafik Normality Probability Plot
berupa penyebaran data (Titik-titik) pada gambar yang berada disekitar sumbu
diagonal yang mengikuti arah garis diagonal menunjukkan data semakin
berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas.
Dasar pengambilan keputusan ini didasari oleh pendapat Imam Ghozali
(2005 :112) yaitu :
Jika data menyebar di sekitar garis normal dan mengikuti arah diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data meyebar jauh dan garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal. Maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
58
Uji Kolmogorov- Smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual
terdistribusi secara normal. Hasil uji Kolmogorov- Smirnov tampak di bawah ini :
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
64
,0000000
,05161603
,089
,089
-,089
,714
,688
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.714 dan tidak signifikan pada 0.05
(karena p= 0.688 > 0.05). Jadi hal ini menyimpulkan bahwa residual terdistribusi
secara normal.
Jadi keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model regresi yang memenuhi
syarat uji asumsi klasik adalah dalam bentuk logaritma natural (Ghozali,
2005:127)
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel
independen mempunyai hubungan langsung. Multikolinearitas
terjadi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) melibihi 10
(Ghozali, 2002). Variance Inflation factor (VIF) merupakan
indikator yang menunjukkan bahwa variabel independen lain
179
59
masih dalam standart error dengan koefisien regresi Perumusan
Hipotesa adalah :
Ho : Tidak Ada Multikolinearitas
Ha : Ada Multikolinearitas
Dasar pengambilan keputusan, yaitu: jika VIF < 10, Maka
Ho diterima (Tidak Ada Multikolinearitas) dan sebaliknya. Jika VIF
> 10, Maka Ho ditolak (Ada Multikolinearitas).
Dari hasil pengolahan data diperoleh tabel 1 pengujian
multikolinearitas
Tabel IV. 11.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF KesimpulanSize Perusahaan 1,134 Tidak Ada
Multikolinearitas
Jenis Industri 1,064 Tidak Ada
Multikolinearitas
Tidak Ada
Multikolinearitas
Debt to equity
ratio
1,178
Jenis Opini 1,034 Tidak Ada
Multikolinearitas
Likuiditas 1,321 Tidak Ada
Multikolinearitas
Ukuran KAP 1,155 Tidak Ada
60
Multikolinearitas
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh variabel
independen mempunyai nilai VIF < 10, yang berarti tidak ada
Multikolinearitas sehingga model regresi untuk Audit Delay dan
Timeliness yang digunakan dalam penelitian dapat dilanjutkan.
3) Uji Auto Kolerasi
Autokolerasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error
dengan error periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini
tidak boleh terjadi. Uji autokolerasi dilakukan dengan menggunakan
Durbin Watson. Perumusan Hipotesis adalah :
Ho : Tidak Ada Autokorelasi
Ha : Ada Autokorelasi
Tabel IV. 12
Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesa Nol (Ho) Keputusan KriteriaTidak ada autokorelasi
positif
Ho ditolak 0 < d <dL
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada
keputusan
dL ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi
negatif
Ho ditolak 4-dL < d < 4
Tidak ada autokorelasi
negatif
Tidak ada
keputusan
4-du ≤ d ≤ 4-
dL
Tidak ada autokorelasi Ho diterima du < d < 4-
61
positif du
Tidak ada autokorelasi
negatif
Tidak ada
keputusan
4-du ≤ d ≤ 4-
dL
Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut:
uji autokorelasi (n = 177, k’=5)
Model dl du 4-du 4-dl DW Kesimpulan
Audit delay
1,727 1,5 32 2,477 2,573 2,413 Tidak ada keputusan
Timeliness
1,727 1,532 2,477 2,573 2,331 Tidak ada keputusan
Berdasarkan hasil regresi, diketahui pada Audit Delay
memiliki nilai DW=2,413 sedangkan pada Timeliness memiliki
nilai DW=2,331 terletak diantara 4-du dan 4-dl (4-du<DW<4-
dl), sehingga data dalam penelitian berada pada daerah tidak
ada autokorelasi, sehingga model regresi yang digunakan dapat
diteruskan.
4) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variance dari
setipa error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi
klasik yang mensyratkan bahwa variance dan error harus bersifat
62
homogen. Pengujian dilakukan dengan uji Glejser, dengan
meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute
residual sebagai independennya. Perumusan hipotesis adalah
sebagai berikut:
Ho : Tidak ada Heteroskedastisitas,
Ha : Ada Heteroskedatisitas
Jika signifikan < 0.05, maka Ho ditolak (Ada
Heteroskedastisitas) dan sebaliknya, jika signifikan > 0.05, maka
Ho di terima (Tidak ada Heteroskedastisitas).
Tabel IV. 13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Audit Delay
TimeLiness
Kesimpulan
Size Perusahaan 0,087 0,069 Tidak ada Heteroskedasti
sitasJenis Industri 0,381 0,423 Tidak ada
Heteroskedastisitas
Debt to equity
ratio
0,998 0,096 Tidak ada Heteroskedasti
sitas
Jenis Opini 0,391 0,986 Tidak ada Heteroskedasti
sitasLikuiditas 0,379 0,464 Tidak ada
Heteroskedastisitas
Ukuran KAP 0,549 0,629 Tidak ada Heteroskedasti
sitas
63
Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas baik pada Audit Delay dan Timeliness, karena
semua variabel independennya memiliki signifikan lebih besar dari 0,05.
Dari hasil pengolahan regresi berganda pada Audit Delay diketahui bahwa
koefisien determinasi Adjusted R2 = 123. Artinya seluruh variabel independen
(size perusahaan, jenis industri, debt to equity ratio, jenis opini, likuiditas dan
ukuran KAP) hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel independen (Audit
Delay) adalah sebesar 12,3% sedangkan sisanya (87,7%) dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diikusertakan dalam model. Sedangkan pada Timeliness,
seluruh variabel independen (size perusahaan, jenis industri, debt to equity ratio,
jenis opini, likuiditas dan ukuran KAP) dapat menjelskan variasi pada variabel
independennya (Timeliness) adalah sebesar 7,9%, 92,1% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
Ha1a : Terdapat pengaruh yang signifikan antara size perusahaan, jenis industri,
debt to equity ratio, jenis opini, likuiditas dan ukuran KAP terhadap Audit
Delay.
Ha2b : Terdapat pengaruh yang signifikan antara size perusahaan, jenis industri,
debt to equity ratio, jenis opini likuiditas, dan ukuran KAP terhadap
timeliness
2. Analisis Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menentukan seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependennya. Tujuan utama dilakukan analisis
64
regresi berganda adalah untuk mengukur besarnya pengaruh
secara kuantitatif dari perubahan variabel dependen atas dasar
nilai variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen adalah audit delay (AUD) dan Timeliness
(TIME), sedangkan variabel independennya ukuran perusahaan
(Asset) yang dinyatakan dalam total asset yang dimiliki
perusahaan, Jenis industri (INDUS), Debt to equity ratio (DER),
Jenis Opini Akuntan Publik (JOAP), Likuiditas (LKDTS) yang
dinyatakan dalam Current Ratio dan ukuran KAP. Berikut ini
adalah hasil analisis yang dilakukan dengan SPSS :
Tabel IV.14
Ringkasan Perhitungan Estimasi Regresi Linier BergandaTahun 2008-2009
ModelAudit Delay Timeliness
t Sig Ket t Sig Ket
1. Constan -0.13
3
0.894 - 1.775
0.078
-
2. ASSETS 4.018
0.000 S 2.523
0.013
S
3. JI 6.898
.000 S 4.021
0.023
S
4. DER 6.602
.000 S 2.757
0.006
S
5. JOAP 0.203
.093 TS 0.16 0.869
TS
6. LKDTS 2.982
.005 S -0.28
6
0.775
TS
7. KAP 3.065
.003 S 1.730
0.085
TS
Keterangan : S = Signifikan TS= Tidak Signifikan
65
a. Uji Hipotesis
1) Uji t (Parsial)
1.1 Pengaruh Size Perusahaan terhadap Audit Delay
Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil dari
0.05 (atau t-hitung sebesar 4.018 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara size perusahaan terhadap Audit delay. Hal
ini berarti sama dengan hasil penelitian dari dyer & McHugh
(1975). Akan tetapi hasil penelitian dari Givoly dan Palmon
(1982) bertolak belakang yang mengatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
audit delay.
1.2 Pengaruh Jenis Industri terhadap audit delay
Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil
dari 0.05 (atau t-hitung sebesar 6.898 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara jenis industri perusahaan yang terdaftar di
BEI tehadap audit delay.
1.3 Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Audit Delay
Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.000 lebih kecil dari
0.05 (atau t-hitung sebesar 6.602 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
66
yang signifikan antara Debt to equity ratio terhadap audit dela
besar dari t-tabel = 1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Debt to equity ratio
terhadap audit delay
1.4 Pengaruh Jenis Opini terhadap Audit Delay
Dari hasil uji t menunjukkan p-value 0.93 lebih besar dari
0.05 (atau t-hitung sebesar 0.203 lebih kecil dari t-tabel =
1.960), maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara jenis opini terhadap audit
delay.
1.5 Pengaruh Likuiditas terhadap Audit Delay
Hasil uji t menunjukkan p-value 0.005 lebih kecil dari 0.05
(atau t-hitung sebesar 2.982 lebih besar dari t-tabel = 1.960),
maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara likuiditas terhadap audit delay
1.6 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay
Dari hasil uji menunjukkan bahwa p-value 0.003 lebih kecil
dari 0.05 (atau t-hitung sebesar 3.065 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara Ukuran KAP terhadap Audit Delay.
67
1.7 Pengaruh Size Perusahaan terhadap Timeliness
Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.013 lebih kecil dari
0.05 (atau t-hitung sebesar 2.523 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara size perusahaan dengan Timeliness. Hasil
ini sama dengan hasil penelitian dari Wirakusuma (2004) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Timeliness.
1.8 Pengaruh Jenis Industri terhadap Timeliness
Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.023 lebih kecil
dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 4.021 lebih besar dari t-tabel =
1.960) maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara jenis industri terhadap Timeliness
1.9 Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Timeliness
Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.006 lebih kecil dari
0.05 (atau t-hitung sebesar 2.757 lebih besar dari t-tabel =
1.960), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara Debt to equity ratio terhadap Timeliness.
1.10 Pengaruh Jenis Opini terhadap Timeliness
68
Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.869 lebih besar
dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 0.166 lebih besar dari t-tabel =
1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara Jenis Opini terhadap Timeliness.
1.11 Pengaruh Likuiditas terhadap Timeliness
Hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.775 lebih besar dari
0.05 (atau t- hitung sebesar -0.286 lebih besar dari t-tabel =
1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara Likuiditas terhadap Timeliness.
1.12 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Timeliness
Dari hasil uji t menunjukkan bahwa p-value 0.085 lebih besar
dari 0.05 (atau t- hitung sebesar 1.730 lebih besar dari t-tabel =
1.960) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara Ukuran KAP terhadap
Timeliness.
2) Uji F (Simultan)
Dari hasil pengujian regresi berganda, didapat hasil uji F
untk Audit Delay adalah sebagai berikut :
Tabel IV.15
Hasil Pengujian Secara Serentak (Uji F) pada Audit Delay dan Timeliness
69
Keterangan t Sig KeteranganAudit Delay 5,955 0,000a SignifikanTimeliness 4,020 0,002a Signifikan
2.1 Pengaruh Size Perusahaan, Jenis Industri, Debt To
Equity Ratio, Jenis Opini, Likuiditas dan Ukuran KAP
terhadap Audit Delay
Dari tabel diatas, di ketahui bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05 (atau Fhitung sebesar 5,955 lebih besar dari Ftabel = 2,26) maka Ho ditolak, yang
berarti bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara
seluruh variabel independent (Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio,
Jenis opini, Likuiditas dan Ukuran KAP) terhadap variabel dependen (Audit
Delay).
2.2 Pengaruh Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio, Jenis
opini, Likuiditas dan Ukuran KAP Timeliness
Dari tabel diatas, di ketahui bahwa p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari
0,05 (atau Fhitung sebesar 4,020 lebih besar dari Ftabel = 2,26) maka Ho ditolak, yang
berarti bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara
seluruh variabel independent (Size perusahaan, Jenis industri, Debt to equity ratio,
Jenis opini, Likuiditas dan Ukuran KAP) terhadap variabel dependen
(Timeliness).
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini
adalah data informasi laporan keuangan tahunan dan laporan
auditor indenpenden pada tahun 2008-2009.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu Audit
Delay dari hasil uji F diperoleh F hitung = 5,955 dengan nilai p value = 0,000 <
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti secara simultan
Asset, JI, DER, JOAP, LKDTS dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay
Secara parsial, dari hasil uji t diperoleh p-value untuk variabel ASSET
sebesar 0,000, JI sebesar 0,000. DER sebesar 0,000, LKDTS sebesar 0,005 dan
Ukuran KAP sebesar 0,003, Kelima nilai p value tersebut masih di bawah level
signifikansi 0,05, yang berarti variabel ASSET, JI, DER, LKDTS dan Ukuran
KAP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Berbeda dengan variabel
JOAP diperoleh p-value = 0.093 yang melebihi level signifikansi 0,05, yang
berarti variabel JOAP tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.
Secara parsial, dari hasil uji t diperoleh p-value untuk variabel ASSET
sebesar 0,013, JI sebesar 0,023. DER sebesar 0,006, ketiga nilai p-value tersebut
masih dibawah level signifikan 0,05 yang berarti bahwa variabel ASSET, JI dan
DER berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Berbeda dengan LKDTS
diperoleh p-value sebesar 0,775, JOAP 0,869 sebesar dan Ukuran KAP sebesar
0,085, Ketiga variabel tersebut melibihi level signifikan 0,05. Yang berarti
71
variabel JOAP, LKDTS dan Ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap
Timeliness
Hasil penelitian ini secara umum sesuai dengan temuan beberapa peneliti
sebelumnya, meskipun secara mencolok masih menunjukkan inkonsistensi. Hal
ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dari beberapa variabel serta tataran
prosedural dari peneliti-peneliti tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Internal (Size
Perusahaan (Asset), Jenis Industri (JI), Debt to euity ratio
(DER), Jenis Opini (JOAP), Likuditas (LKDTS) dan Faktor
Eksternal (Ukuran KAP) secara simultan berpengaruh
signifikan tarhadap Audit Delay dan Timeliness.
2. Faktor internal yang mempengaruhi Audit Delay adalah Size
perusahaan, Jenis Industri, Debt to equity ratio, Likuiditas dan
Faktor eksternal adalah Ukuran KAP. Sedangkan Jenis opini
akuntan publik tidak berpengaruh terhadap Audit Delay
3. Faktor internal yang mempengaruhi Timeliness adalah Size
perusahaan, Jenis Industri, dan Debt to equity ratio.
Sedangkan Jenis Opini, Likuiditas tidak berpengaruh terhadap
Timeliness dan faktor eksternal (Ukuran KAP) juga tidak
berpengaruh terhadap Timeliness
72
2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa saran
sebagai berikut :
a. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka
sampel yang digunakan hendaknya menggunakan periode lebih dari 2
tahun, misalnya 5 tahun terakhir.
b. Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain yang berperan
dalam mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness.
c. Perlunya pemahaman yang jelas mengenai item-item
variabel tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman.
d. Membuat model regresi yang lebih baik lagi dengan
memakai variabel yang sangat berpengaruh dalam
modelnya sehingga model regresi tersebut dapat dipakai
untuk menganalisa variabel-variabelnya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arrens dan Loebecke (1999). Auditing Pendekatan Terpadu (Jilid I). Jakarta: Salemba Empat
Budi Setiawan (2009). “Pengaruh Ukuran Persusahaan, Debt Equity Ratio, Kualitas Auditor, Jenis Opini dan Komite Audit terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur DI Bursa Efek Indonesia”, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ikatan Akuntan Indonesia (2001). Standar Profesional Akuntan Publik (Per 1 Januari 2001). Jakarta: Salemba Empat
Iqbal Hasan (2001). Pokok-pokok Materi Statisktik I (Edisi II). Jakarta : Bumi Aksara
Luciana Spica Amalia dan Lucas Setiady (2006) “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan kuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ”, Jakarta: Seminar Nasional Good Coorporate Governance. Universitas Trisakti
Novita Wening Tyas Respaty (2006) “Faktor-Faktor Yang Berpngaruh Terhadap Tetapatan Waktu Pelaporan Keuangan Studi Empiris Bursa Efek Jakarta”, Semarang: Magister Akuntansi. Universitas Diponegoro
Ratnawaty dan Toto Sugiharto (2005). “ Audit Delay Pada Industri Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Faktor Yang mempengaruhi”, Jakarta: Procceding Seminar Nasional (Pesat). Universitas Gunadarma
Sejati Anggit Wasit (2007). “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005”, Semarang: Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sistya Rachmawati (2008) “Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jakarta: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Vol. 10 No. 1 Mei 2008
Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian (Edisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.
Wiwiek Utami (2006). “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Bursa Efek Indonesia”, Jakarta: Bulletin Penelitian No. 09, Universitas Mercu Buana 2006
74