rancangan penambangan batubara sistem tambang terbuka.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam itu
dapat berupa mineral, emas, panas bumi, dan batubara. Semua itu karena Letak geografis
Indonesia yang diapit oleh dua Benua dan 3 lempeng yakni lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Di samping itu, lempeng filiphina yang merupakan
lempeng kecil, juga ikut mempengaruhi terbentuknya pulau-pulau di Indonesia. Lempeng-
lempeng ini memiliki arah gerakan yang masing-masing berbeda. Pergerakan lempeng
tersebut mengakibatkan pembentukan lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi seperti
cekungan-cekungan contohnya cekungan tersier dimana di cekungan tersebut merupakan
tempat pengendapan batubara. Di Indonesia banyak terdapat cekungan tersier contohnya di
daerah Kalimantan Timur. Pada makalah ini kita akan membahas salah satu perusahaan
tambang batubara di Kalimantan Timur yang berada di Sangatta Utara. Pemilihan tempat
ini berdasarkan kelimpahan batubara yang ada disana.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan makalah ini adalah untuk memodelkan endapan batubara, menghitung
secara keseluruhan sumber daya dan cadangan dari model endapan batubara, serta
menyusun suatu rancangan teknis penambangan optimal yang akan diterapkan pada
penambangan batubara di daerah Sangatta Utara.
1.3 Metode Penelitian
Adapun metodologi penelitian yang dilakukan adalah :
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengambil data sekunder yaitu laporan penelitian
terdahulu.
b. Pengambilan Data
Data Sekunder : data logbor, data peta topografi dan peta geologi regional
Data Primer : Rancangan Teknis Penambangan
1
c. Perancangan Pemodelan
Pengolahan data akan dilakukan dengan cara manual dan menggunakan
pengabungan program Global Mapper, Autocad dan Mine Scape untuk mendesain
tambang.
d. Analisis Hasil Pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan pada pemodelan cadangan
batubara.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a. Dapat memodelkan model endapan batubara yang terdapat di daerah Sangatta Utara
b. Dapat mengetahui sumberdaya dan cadangan secara keseluruhan dari
modelendapan yang telah dimodelkan
c. Sebuah rancangan penambangan yang optimal sehingga dapat memenuhi
targetproduksi yang diharap.
BAB II2
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Sangatta Utara adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kutai Timur,
provinsi Kalimantan Timur, Indonesia yang merupakan pecahan dari
kecamatan Sangatta terdahulu. Sangatta Utara merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terbanyak di Kutai Timur, hal ini disebabkan karena kecamatan Sangatta Utara
adalah pusat pemerintahan dan perdagangan di Kutai Timur. Berdasarkan hasil sensus
penduduk 2010, penduduk Sangatta Utara berjumlah 72.864 jiwa dengan rincian 40.176
jiwa laki-laki dan 32.688 jiwa perempuan dan rasio jenis kelamin sebesar 123.
Untuk menuju ke Sangata, dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan
mobil, atau melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang. Apabila menggunakan
mobil, diperlukan waktu selama dua jam perjalanan darat dari kota Bontang ke Sangata,
empat jam dari Samarinda atau enam jam dari Balikpapan. Sedangkan kalau ditempuh
melalui perjalanan udara dari bandara Sepinggan, Balikpapan, ke bandara Tanjung Bara,
Sangata, memerlukan waktu satu jam.
2.2 Keadaan Iklim
Lokasi atau daerah Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur memiliki
curah hujan tropis ditandai adanya pergantian dua musim yaitu musim hujan(September -
Februari) dan musim kemarau (Maret - Agustus). Intensitas curah hujan bervariasi dari
rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek (singkat) – sampai panjang (lama)
dengan rata-rata 1700-2000 mm per tahun..
2.3 Keadaan Geologi Pulau Kalimantan
Kondisi geologi regional daerah penyelidikan mengacu pada peta geologi lembar
Sangata no 1916, Kalimantan penyelidikan terletak dibagian tenggara pada posisi lembar
peta.
2.3.1 Stratigrafi dan Struktur Geologi Regional
Berdasarkan data peta geologi lembar Sangatta (S. Supriatna, A. Sudrajat dan
H.Z. Abidin, 1995) kondisi Geologi yang berkembang secara umum dalam daerah
pemetaan dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
Formasi Balikpapan (Tmbp) 3
Pada perselingan batu pasir kuarsa, lempung, dan lanau memperlihatkan
struktur silang siur dan perairan setempat mengandung sisipan batubara dengan
ketebalan antara 20 – 40 cm. Lempung berwarna kelabu, getas, mengandung
muskovit, bitumen, dan oksida besi. Kandungan fosil terdiri dari : Cycloclypeus
annulatus, C.innoratus, C.communis, Cycloclaypeus sp., Lepidocyclina rutteni. L.
Sumatraensis, Miogypsina Irrequasis Operculina, dan Opercllinella yang menunjukan
umur Miosen Miosen Akhir Tebal formasi ± 2000 meter dengan lingkungan
pengendapan muka-dataran Delta Formasi ini tertindih selaras oleh formasi
kampungbaru.
Formasi Kedango (Tok)
Batu gamping dengan sisipan napal dan batulau gampingan. Batu gamping
tersusun oleh bongkah koral, dan batu gamping mikrit. Bagian bawah satuan ini
memperlihatkan struktur perlapisan bersusun Banyak mengandung foram besar:
Nummulities, Borelis pygmeous, dan Globigerinitapera. Menunjukan umur oligosen,
dan diendapkan oleh arus turbidit di lingkungan laut dalam. Formasi ini tertindih
selaras oleh Formasi Pamaluan tebalnya sekitar 570 meter.
Formasi Pulaubalang (Tmpb)
Perselingan batupasir dengan batu lempung dan batulanau, setempat bersisipan
tipis lignit, batu gamping atau batupasir gampingan. Berumur Meiosen Awal bagian
atas-Miosen Tengah bagian bawah (Koesdarsono dan Tahalele, 1975).
Sedimentasinya diperkirakan terjadi di daerah prodelta dengan tebaran temburu di
beberapa tempat.
Formasi Mangkupa (Teom)
Perselingan batupasir, tuff, batu lanau, dan batu lempung. Setempat sisipan
batu bara dan konglomerat. Bagian atas, batu pasir bersisipan batu lanau, tebal sisipan
2-2,5m. Bagian tengah tuf bersisipan batu pasir, batu lanau dan batu lempung.
Struktur sedimen yang dijumpai adalah perlapisan bersusun, perairan sejajar dan
silang siur. Bagian bawah, batu pasir bersisipan batu lanau, batu lempung dan batu
bara, tebal lapisan batu bara ada yang mencapai 3,2 m. Satuan ini mengandung fosil
Globigerina cf., acostaensis, dan G.nitapera. peralihan laut-laut menunjukan umur
Eosen-Oligosen dengan lingkungan pengendapan yang dipengaruhi fluvial.
Formasi Lembak (Teom) 4
Perselingan napal dan batu gamping. Tebal lapisan batu gamping 25-125 cm
dan napal berkisar antara 1-12m. Bagian bawah formasi ini lebih banyak mengandung
lapisan batugamping dan bagian atas terlihat napal makin tebal. Kandungan fosil yang
diselidiki oleh Pertamina (1975), menunjukkan umur Oligosen Akhir-Miosen Awal.
Lingkungan pengendapannya adalah laut dalam. Tebal lebih kurang 800 meter.
Hubungan dengan Formasi Balikpapan adalah menjemari.
2.3.2 Struktur Geologi Regional
Struktur geologi Kalimantan Timur, khususnya dibagian Tengah - Utara,
mempunyai struktur yang rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan, dan kekar-kekar,
sedangkan bagian Selatan-Barat Daya relatif stabil. Sumbu lipatan yang ditemukan
pada daerah survey tinjau umumnya berarah timur laut –barat daya. Pada batuan yang
berumur Tersier, struktur yang terjadi tidak terlalu terpengaruh oleh tektonika yang
kuat. Formasi ini diendapkan secara regresif sangat mungkin dalam lingkungan sungai
atau litoral. Struktur geologi yang terdapat di daerah survey tinjau adalah struktur
lipatan antiklin yang umumnya berarah barat daya-timur laut.
2.3.3 Studi Literatur
Kegiatan pengumpulan informasi geologi awal sebelum penyelidikan lapangan
yang bertujuan untuk mempersempit wilayah penyelidikan. Informasi awal ini di
dapat dari peta geologi regional, peta rupa bumi (Bakosurtanal) dan peta-peta lain
beserta infomasi-informasi tentang suatu daerah yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan peta rencana lintasan pemetaan.
Studi literatur yang dilakukan yaitu dengan melihat data-data geologi regional
daerah peninjauan yang termasuk ke dalam Peta Geologi lembar Sangatta skala 1:
250.000 yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi Bandung tahun 1994. Selain itu
mempelajari juga literatur-literatur sebelumnya yang telah ada, baik itu dari data yang
dikeluarkan oleh instansi pemerintahan maupun dari data-data perusahaan-perusahaan
lain yang pernah melakukan survey di daerah tersebut
Peta rupa bumi memuat informasi topografi, jalan, aliran sungai, penggunaan
lahan serta demografi. Topografi dapat digunakan sebagai informasi morfologi
regional dan dapat diinterpretasi keadaan geologi suatu wilayah (kedudukan lapisan
batuan dan struktur geologi regional) sebagai gambaran awal kondisi geologi. Dari
hasil interpretasi ini, konsesi pemetaan dapat diperkecilk lagi . Aliran sungai dan jalan
perlu di perhatikan karena lintasan pemetaan hanya melewati sungai dan jalan yang 5
memotong arah strike saja. Sedangkan informasi mengenai jalan, penggunaan lahan,
dan demografi dapat digunakan dalam perencanaan pencapaian lokasi pemetaan dan
sebagai faktor penting untuk mempermudah penentuan jalur pengangkutan dan
pengapalan.
Pengamatan Singkapan
Kegiatan pengamatan singkapan yang dilakukan yaitu :
Traversing Melakukan pelintasan (traversing), untuk mencapai titik dimana
singkapan berada dengan menyalakan ”track log GPS” (menyalakan GPS). Perekaman
traversing ini berfungsi untuk membuat peta lintasan pemetaan.
Penentuan Posisi Singkapan
Ketika menemukan singkapan (batubara dan atau struktur geologi), pertama
kali yang dilakukan adalah penentuan posisi singkapan. Mencatat posisi singkapan
dengan marking di GPS dan mencatat koordinat dan elevasi singkapan dalam buku
catatan lapangan.
Pengukuran Kedudukan (Strike/Dip) Bidang Lapisan
Pengukuran arah jurus dan kemiringan lapisan merupakan hal yang sangat
penting dan harus dilakukan dengan seteliti mungkin, karena data tersebut akan sangat
menentukan arah peyebaran secara horisontal dan arah penunjaman secara vertikal
sehingga sebagai masukan awal untuk dapat melakukan perhitungan cadangan
batubara.
BAB III6
PROYEK EKSPLORASI
PERTAMBANGAN
3.1 Desk Study
3.1.1 Pemilihan Lokasi
Di Indonesia banyak terdapat cekungan tersier contohnya di daerah Kalimantan
Timur salah satunya formasi batuan Balikpapan yang mengandung kelimpahan
batubara yang diperoleh dari literatur. Pemilihan lokasi penambangan batubara di
Kalimantan Timur yang berada di Sangatta Utara berdasarkan kelimpahan batubara
yang ada dilokasi tersebut.
3.1.2 Geologi Regional
Pada peta regional di atas, daerah yang berwarna hijau menunjukkan formasi
batuan Balikpapan yang mengandung kelimpahan barubara. Struktur geologi
Kalimantan Timur, khususnya dibagian Tengah - Utara, mempunyai struktur yang
rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan dan kekar-kekar, sedangkan bagian Selatan-
Barat Daya relatif stabil. Sumbu lipatan yang ditemukan pada daerah survey tinjau
umumnya berarah timurlaut –baratdaya.
3.1.3 Inderaja
Berdasarkan survey satelit atau penginderaan jarak jauh (inderaja) yang didapatkan
melalui aplikasi Google Earth dan disesuaikan dengan peta geologi regional maka
didapatkan daerah yang diberi batas blok putih yang menunjukkan wilayah yang akan
dieksplorasi lebih lanjut.
7
3.2 Prospeksi
3.2.1 Survei Udara
Setelah diadakan pemilihan wilayah penambangan, maka dilakukan survey udara
yang didapatkan dari pemotretan langsung melalui helikopter yang memiliki tinjauan
dan kondisi wilayah jika dilihat dari udara sebagai awal untuk memulai eksplorasi
secara langsung ke daerah tersebut.
3.2.2 Pemetaan Regional
Wilayah yang didapat dari literatur, survei udara, dan inderaja pengambilannya
masih terlalu luas. Dengan pemetaan regional wilayah yang luas tadi dipetakan lebih
khusus. Pemetaan dilakukan oleh ahli Tambang Eksplorasi dan ahli Geodesi sehingga
didapatkan peta pemetaan regional yang digambarkan oleh gambar dibawah ini
8
Dari pemetaan tersebut didapatkan daerah yang akan dieksplorasi lebih lanjut dan
diadakan eksplorasi langsung ke daaerah tujuan penambangan.
3.2.3 Sampling Acak
Diadakan ekplorasi pertama, langsung ke tempat yang batasnya telah ditentukan
dengan pengambilan sampling secara acak oleh Geologist dan ahli Tambang
Eksplorasi yang mengadakan eksplorasi ke wilayah penambangan dan mengambil
data secara acak tentang kondisi batuan di wilayah yang telah dibatasi. Daerah yang
diambil datanya secara acak ditandai dan dicari pola singkapan batubara yang terdapat
pada area tersebut. Didapatkan peta sampling acak yang terlihat pada gambar di atas,
daerah bertanda garis hitam menunjukkan singkapan batubara yang mengarah ke barat
daya.
3.2.4 Pemboran acak9
Setelah didapatkan arah singkapan batubara maka dilakukan pemboran acak oleh
ahli pemboran dari Tambang Eksplorasi dan didapatkan 20 sumur yang mengandung
batubara dan 8 yang tidak mengandung batubara yang digambarkan oleh peta
pemboran acak di bawah ini. Daerah yang diberi tanda lingkaran hitam menandakan
sumur yang mengandung batubara dan yang merah menandakan sumur yang tidak
mengandung batubara sehingga diperlukan eksplorasi lebih lanjut.
3.3 Eksplorasi Pendahuluan
3.3.1 Survei Darat
Dari observasi wilayah dan pengggambaran oleh ahli Geodesi berdasarkan
ketinggian dari permukaan laut didapatkan survey darat. Setelah diperoleh data
koordinat topografi, dilakukan interpolasi pada perangkat lunak Minescape membentuk
garis-garis kontur dilanjutkan dengan pemodelan bentuk tiga dimensi, dengan
pembuatan triangle atau bidang-bidang yang menghubungkan garis-garis kontur 10
topografi. Bagian barat lokasi penelitian memiliki bentuk topografi lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelah timur lokasi penelitian. Setelah dilakukan pemodelan
tiga dimensi dari bentuk surface daerah penelitian, maka diperoleh bidang yang
kemudian akan digunakan sebagai pembatas dalam penaksiran cadangan maupun
proyeksi model struktur geologi batubara didaerah telitian.
3.3.2 Pemetaan Lokal
Wilayah yang telah dipetakan dalam survey darat dipersempit berdasarkan
keekonomisan dari ada tidaknya sumber daya dan didapatkan pemetaan lokal untuk
membuang daerah-daerah tidak ekonomis sehingga mengurangi wilayah eksplorasi
dan memangkas pengeluaran yang berlebihan. Dari pemetaan lokal tersebut
didapatkan daerah yang akan dieksplorasi lebih detail lagi. Peta pemetaan regional
digambarkan oleh gambar di atas.
3.3.3 Sampling Sistematis
Diadakan sampling sistematis, langsung ke tempat yang batasnya telah ditentukan
dengan pengambilan sampling secara sistematis oleh Geologist dan ahli Tambang
Eksplorasi yang mengadakan eksplorasi ke wilayah penambangan dan mengambil
data secara sistematis tentang kondisi batuan di wilayah yang telah dibatasi.
3.3.4 Pemboran Spasi Lebar11
Setelah didapatkan arah singkapan batubara maka dilakukan pemboran spasi lebar
oleh ahli pemboran dari Tambang Eksplorasi sebagai gambaran singkapan dan jalur
batubara yang ada di wilayah tersebut sebelum diadakannya eksplorasi lebih lanjut.
Daerah yang diberi tanda persegi hitam penuh menandakan jalur sumur spasi lebar
yang dibor.
3.4 Eksplorasi Detail
3.4.1 Pemboran Spasi Rapat
Setelah didapatkan arah singkapan batubara maka dilakukan pemboran spasi rapat
oleh ahli pemboran dari Tambang Eksplorasi sebagai langkah untuk memulai
eksploitasi batubara di daerah tersebut. Daerah yang diberi tanda lingkaran penuh
menandakan jalur sumur spasi rapat yang dibor.
3.4.2 Sampling Detil12
Dari hasil eksplorasi lanjut dan pengeboran didapatkan kemiringan batubara dari
permukaan tanah dari 6 sampai 20 derajat.
3.4.3 Survei Detil
Berdasarkan eksplorasi pendahuluan yang telah didapatkan dan pemboran yang
telah dilakukan, maka diketahui pola batubara dan pada gambar di atas digambarkan 3
singkapan yang memiliki nilai ekonomis jika dilakukan eksploitasi lebih lanjut.
Ketebalan batubara yang memiliki nilai keekonomisan minimal 1 m.
3.5 Perkiraan Potensi
3.5.1 Pemodelan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada PT. Mane Coal mempunyai
lapisan batubara yang dominan yaitu seam D, E dan seam F dengan kualitas baik.
13
3.5.2 Estimasi SDA
Wilayah telitian pertama kali dibagi menjadi satu Blok besar (hasil dari pembatasan
wilayah penaksiran ). Dengan menggunakan perangkat lunak Minescape, pada daerah
tersebut dilakukan analisis tingkat stripping ratio, untuk mengetahui tingkat kelayakan
penambangan batubara berdasarkan stripping ratio (SR) yang telah ditentukan yaitu
kurang dari atau sama dengan 10 : 1. Blok yang membatasi daerah analisis SR dibagi
lagi menjadi Blok-Blok kecil berukuran 50 m x 50 m, untuk menghasilkan
perhitungan yang lebih detil penamaan Blok-Blok ini diurutkan dari utara ke timur
dan selanjutnya kearah selatan, menyesuaikan dengan arah penyebaran endapan
batubara (strike) dan dip. Penamaan Blok ini, secara otomatis terbentuk pada saat
pembuatan strip, panel dan Blok. Pada daerah penelitian, penamaan strip dimulai dari
S01, dan penamaan panel dimulai dari P01, sedangkan Blok selalu dimulai dengan
huruf “BL”. Blok-Blok terbentuk, berada didalam Blok batas analisis SR. Blok-Blok
dengan ukuran 50 m x 50 m tersebut total berjumlah 137 Blok, pada Blok yang berada
disisi Blok pembatas tidak selalu berbentuk persegi, hal ini dikarenakan berpotongan
dengan Blok pembatas.
14
Analisis SR pada Blok tersebut menggunakan system resgrapich pada perangkat
lunak Minescape, analisis daerah dilakukan dengan menghitung total keseluruhan
endapan batubara yang dibatasi dengan Blok berukuran 50 m x 50 m. seluas Blok
besar yang melingkupi. Batas perhitungan ditentukan oleh model surface sebagai
batas atas, dan pit bottom sementara. Pit untuk analisis dengan menggunakan system
resgrapich dalam perangkat lunak Minescape berupa proyeksi dari garis poligon batas
Blok besar yang melingkupi Blok-Blok berukuran 50 m x 50 m. Pit tersebut dibuat
dengan elevasi yang berbeda-beda untuk mendapatkan perbandingan nilai stripping
ratio (SR). Hasil analisis Stripping Ratio (SR) dengan menggunakan System
Resgrapich dalam perangkat lunak Minescape merupakan daerah-daerah yang
memiliki perbedaan nilai stripping ratio yang dtunjuk dengan perbedaan warna pada
setiap Blok-Blok berukuran 50 m x 50 m. pada Blok yang berwarna lebih terang
(cokelat) merupakan Blok yang memiliki nilai stripping ratio (SR) ≤ 10 : 1. Blok-
Blok tersebut akan membatasi dan menjadi Blok-Blok yang merupakan pit limit atau
batas penambangan dengan nilai stripping ratio (SR) ≤ 10: 1. Penamaan Blok-Blok
hasil resgrapich tersebut berdasarkan pada nama seam batubara yang berada paling
bawah dalam perlapisan, atau disebut dengan bagian low woll. Dari hasil analisis SR
diperoleh Blok-Blok dengan nama sebagai berikut: Blok Seam D, Seam E, Seam E1,
Seam E2 dan Blok Seam F yang memiliki nilai ekonomis.
3.5.3 Cadangan
Cadangan batubara tertambang daerah Sangatta Utara adalah sebesar 2,614,827.48
ton dengan volume lapisan penutup (overburden) sebesar 14,177,360.83 ton, sehingga
total volume 15,786,790.94 ton. Umur tambang ditentukan berdasarkan perhitungan
cadangan tertambang yakni 2,614,827.48 ton dibagi dengan target produksi batubara
pertahun yakni 300.000 ton, sehingga umur tambang Sangatta utara adalah 8,71 atau 9
tahun. Untuk memulai kegiatan penambangan lebih dahulu dilakukan penggalian
tanah penutup (overburden) pada area penambangan, sehingga endapan batubara akan
tersingkap dan akan mudah untuk di tambang. Nilai stripping ratio (SR) yang 15
ditetapkan untuk penambangan batubara PT. Mane Coal adalah 1 : 10. Nilai ini
ditentukan berdasarkan perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR).
NAME
PIT
BOTTOM
ELEVATION
(MDPL)
OVERBURDEN
(BCM)
COAL MASS
(TON)
TOTAL
VOLUME
(BCM)
SR
SEAM_D 30 4,265,922 495,481 4,318,899 9
SEAM_E 20 4,444,186 1,209,926 5,169,836 4
SEAM_E
130 1,606,960 203,698 1,748,985 8
SEAM_E
230 170,025 32,999 149,612 5
SEAM_F 20 3,504,248 965,585 4,178,806 4
TOTAL 13,854,314.71 2,907,690.09 15,566,138.59 5
3.6 Perancangan Lubang Bukaan Tambang (Opencut Design)
3.6.1 Tahapan Penambangan
Perancangan dilakukan sesuai dengan tahapan penambangan, tahapan-tahapan
tersebut ialah :
1) Pembuatan Jalan Tambang. Pembuatan jalan tambang diperlukan untuk
transportasi pengangkutan peralatan maupun hasil penambangan sehingga proses
penambangan dapat berjalan dengan lancar. Merancang ramp atau jalan angkut
didalam tambang dilakukan bersamaan dengan pembuatan rancangan pit.
Penentuan posisi ramp dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi waste dump
dan atau stock pile, sebab penentuan jalan masuk tambang yang salah akan
mengakibatkan bertambah panjangnya jarak tempuh alat angkut (truck) yang akan
berakibat pada bertambahnya waktu edar alat angkut, sehingga pada akhirnya akan
mengurangi produktivitas alat kerja dan menambah cost. Jalan tambang dapat
menggunakan fasilitas jalan pemerintah yang sudah ada atau dengan melakukan
pembuatan jalan baru yang menghubungkan lokasi penambangan dengan
pelabuhan (jetty). Jalan tambang berada disebelah timur blok Sangatta konsensi
16
pertambangan PT. Mane Coal. Pembuatan jalan tambang dibagi dalam dua tahap,
tahap satu jalan tambang yang digunakan untuk pengangkutan batubara ke
stockpile, dan untuk mengangkut overburden kearah waste dump tahapan dua
pembuatan jalan tambang dari stockpile kearah Jetty. Jalan tambang dibuat dengan
menggunakan Bulldozer dimana lebar jalan lurus 20 m, lebar jalan pada tikungan
27 m. pembuatan jalan tambang dilakukan dengan cara gali timbun, membongkar
tata menggali bagian jalan yang menonjol dan menimbun bagian jalan yang
cekung sekaligus meratakannya, sehingga diperoleh jalan tambang yang rata
dengan kemiringan (grade) kurang dari 8 %.
2) Pengupasan lapisan tanah penutup Pengupasan lapisan tanah penutup
dimaksudkan untuk menyingkirkan lapisan tanah (overburden) yang menutupi
endapan batubara yang akan ditambang. Pengupasan tanah penutup (overburden)
selanjutnya dilakukan secara bertahap sesuai dengan urutan penambangan yang
direncanakan. Pengupasan tanah penutup disesuaikan dengan jadwal produksi,
sehingga cost production dan stripping ratio dapat disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
3) Pembuatan jenjang awal
Tahap pembuatan jenjang awal penambangan tahun pertama dimulai dari
PIT_BLS01_PO5 hingga PIT_BLS04_PO7 mengarah ke barat daya, selanjutnya
penggalian sesuai dengan urutan penambangan.
4) Penggalian overburden dan batubara
Pengupasan overburden setiap tahunnya dilakukan sesuai dengan batasan
stripping ratio. Penggalian batubara dilakukan sesuai dengan sasaran produksi
yaitu 300.000 ton/tahun.
5) Pengangkutan
Pengangkutan overburden dan batubara dilakukan dengan menggunakan dump
truck yang kemudian dibawa menuju lokasi penimbunan waste dump untuk
overburden yang nantinya akan dilakukan back filling dan stockpile untuk
batubara.
3.6.2 Perancangan Geometri Penambangan
Pembuatan jenjang penambangan hanya dilakukan pada bagian high wall dan
side wall penambangan. Pada bagian low wall pit penambangan tidak dilakukan
pembuatan jenjang, karena memiliki faktor keamanan yang sesuai dengan 17
rekomendasi geoteknik. Penambangan batubara dilakukan secara tambang terbuka
dengan menggunakan metode Open Pit Mining. Rancangan teknis penambangan
dilakukan untuk mempermudah proses penambangan dan memperoleh perhitungan
cadangan yang sesuai dengan target produksi, sesuai dengan arah penyebaran
batubara. Pembuatan rancangan teknis penambangan memerlukan beberapa parameter
penting, parameter-parametertersebut antaralain :
a. Sasaran produksi pertahun sebesar 300.000 ton
b. Stripping Ratio (SR) ≤ 10:1
c. Nilai kalori batubara minimum sebesar 6.298 Kcal/kg
d. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (10 m)
e. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang akhir (5 m)
f. Rekomendasi geoteknik untuk single slope 60°-70° dan overal slope ≤ 45°
g. Jalan tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)
h. Lebar jalan tambang (20 m)
Rancangan teknis penambangan didasarkan pada topografi awal pada daerah
telitian, langkah pertama yang dikerjakan pada tahap rancangan teknis penambangan
adalah membagi area penambangan dalam Blok-Blok penambangan (gridded seam
model). Rancangan bentuk penambangan yang dibuat yaitu dengan
mempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Daerah yang direncanakan untuk
ditambang harus dapat dijangkau oleh peralatan tambang yang digunakan dan dapat
bekerja secara aman dengan mempertimbangkan adanya jalan masuk ke daerah yang
akan ditambang.
Agar proses penambangan dapat berjalan dengan lancar, khususnya pada proses
penimbunana overburden yang terdiri dari lapisan-lapisan tanah penutup, dan lapisan
batubara antar seam batubara (interburden), maka perlu dibuat suatu rancangan teknis
penimbunan overburden. Pembuatan rancangan teknis penimbunan overburden
memerlukan beberapa parameter penting, parameter tersebut menggunakan antara lain
a. Tujuan daerah timbunan (waste dump)
b. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (5 m)
c. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang (5 m)
d. Angle of repose dari material overburden (25°)
e. Lebar jalan tambang (20 m)
f. Jalan tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)18
Selain area penambangan (pit), perancangan tambang juga meliputi area pendukung
lainnya seperti :
a. Area Perkantoran
b. Area Workstation
c. Area Jetty
Jalan tambang untuk hauling batubara dibuat hingga ke jalan provinsi , untuk
pengangkutan batubara sampai pelabuhan (jetty) menggunakan jalan provinsi.
3.6.3 Perancangan Pit Penambangan
Berdasarkan hasil analisis Stripping Ratio pada daerah telitian, diperoleh batas
elevasi yang layak untuk dilakukan penambangan yakni hingga batas 20 mdpl. Blok
batas penambangan diuraikan lagi menjadi Blok seam D , Blok seam E dan Blok seam
F. Blok-Blok tersebut dijadikan batasan wilayah penambangan yang minerable,
dengan nilai stripping ratio (SR) ≤ 10:1. Parameter lain yang juga digunakan dalam
perancangan pit penambangan ialah daerah isopac kualitas batubara. Pit penambangan
secara keseluruhan dapat dirancang dengan memproyeksikan poligon-poligon yang
membatasi Blok seam E dan Blok seam F. Pada pit akhir penambangan akan diperoleh
interburden yang tidak dilakukan penambangan, dan menjadi batas tiap Blok
penambangan. Interburden tersebut ditinggalkan untuk memenuhi stripping ratio
supaya sesuai dengan target produksi.
3.6.4 Sistem Penyaliran Tambang
Metode yang diterapkan pada penambangan batubara daerah Sangatta adalah
metode tambang terbuka (open pit). Metode tambang ini pada akhirnya akan
menghasilkan sumuran (pit) pada permukaan kerja (front) penambangan, sehingga
selama kegiatan penambangan akan menghadapi kendala air terutama air hujan. Oleh
karena itu perlu dibuat rancangan penyaliran air tambang untuk mengatasi masalah air
yang berasal dari air hujan, air limpasan maupun air tanah. Upaya penyaliran air
menuju sumuran dan mencegah genangan air pada jenjang dilakukan dengan membuat
paritan di dekat kaki jenjang. Penempatan sumuran diusahakan tidak terlalu dekat
dengan daerah kerja peralatan maupun batas kemajuan tambang.
3.6.5 Sistem dan Tatacara Penambangan Batubara
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penambangan batubara adalah
sebagai berikut :
19
a. Kondisi Endapan Batubara
Lapisan (seam) endapan batubara di daerah Sangatta secara umum tersingkap di
permukaan tanah sebagai out-crop. Lapisan batubara yang mendapat prioritas utama
untuk ditambang yaitu lapisan seam D, seam E dan seam F yang mempunyai tebal
lebih dominan dari lapisan yang lain. Lapisan ini relatif dekat dengan permukaan
tanah dengan kemiringan lapisan sebesar 6-15° dengan ketebalan berkisar antara 0,5-
6,80 m.
b. Geometri lereng penambangan
Pada perancangan geometri lereng penambangan didasarkan pada rekomendasi
menurut Robert, Hook dan Fish (1972). Besaran geometri yang digunakan sebagai
batasan perhitungan cadangan tertambang adalah sebagai berikut:
1) Geometri Jenjang
Tinggi lereng keseluruhan (Overall Slope Hight) = 60 - 70 meter
Kemiringan lereng keseluruhan (Overall Slope) = ≤ 40°
Tinggi lereng Tunggal (Bench High) = 10 meter
Kemiringan Lereng Tunggal (Bench Slope) = 60 °
Lebar Jenjang (Berm) = 10 meter
Lereng Lantai Batubara (Lowwall) mengikuti kedudukan lapisan batubara20
2) Jalan Tambang ( Mine Roads)
Lebar total = 20 meter
Lebar permukaan jalan = 18 meter
Lebar selokan = 1 meter
Gradien Maksimum = 8 %
Super elevasi = 4 %
Turning radius = 85,2 meter
Berdasarkan faktor-faktor diatas dan pertimbangan bahwa endapan batubara relatif
dekat permukaan tanah, peningkatan produksi batubara dengan teknolgi tambang
terbuka lebih mudah untuk dilaksanakan, biaya modal dan operasi tambang terbuka
relatif lebih murah dari pada tambang bawah tanah, maka sistem penambangan
batubara akan menerapkan system tambang terbuka (Open Pit Mining)
3) Desain Ramp
Lebar pit ramp operasi = 20 meter
Gradien ramp = 8 %
Lebar selokan = 1 meter
3.6.6 Operasi Penggalian dan Pemindahan Batubara
Operasi penggalian batubara dilakukan dengan menggunakan backhoe PC600LC-7
dengan kapasitas bucket 0,7 m3 dibantu dengan buldozer. Untuk batubara yang
memiliki kekuatan lemah sampai sedang, langsung digali dan dimuat ke dalam dump
truck kapasitas 10 ton. Sedangkan yang keras, diberaikan dahulu dengan bulldozer,
kemudian digali dan dimuat dengan backhoe.
a. Penggalian Batubara Tahun 01
Penggalian batubara tahun kesatu dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai dari
PIT_BLS01 hingga PIT_BLS06 dengan luas 9,73 ha Jumlah batubara yang digali
sebesar 303.928 ton. Backhoe PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump
truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada penggalian batubara tahun pada elevasi
40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar 2.837.941,06
CCM.
b. Penggalian Batubara Tahun 02
21
Overburden yang dihasilkan sebesar 2.637.481 BCM diangkut ke waste dump oleh
karena pengaruh faktor pengembangan maka volume overburden 3.767.830,43
CCM. Penggalian batubara tahun kedua dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl,
dimulai dari PIT_BLS06 hingga PIT_BLS12 dengan luas 6,66 ha. Jumlah
batubara yang digali sebesar 301.299 ton. Alat muat angkut yang digunakan
Backhoe PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG
235 JJ 8 unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana
jumlah material overburden 2.637.481 BCM yang berada di waste dump
3.767.830,43 LCM ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama
backfilling dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material
backfilling sebesar 3.042.523,07 CCM.
c. Penggalian Batubara Tahun 03
Penggalian batubara tahun ketiga dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai dari
PIT_BLS12 hingga PIT_BLS15 dengan luas 20,02 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 304.206 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun ketiga dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 2.741.164 BCM yang berada di waste dump 3.915.948,88 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun kedua backfilling dilakukan
pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar
3.162.128,72 CCM.
d. Penggalian Batubara Tahun 04
Penggalian batubara tahun keempat dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai
dari PIT_BLS015 hingga PIT_BLS018 dengan luas 11,44 ha. Jumlah batubara
yang digali sebesar 315.392 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe
PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8
unit. Pada penggalian batubara tahun keempat dilakukan backfilling dimana
jumlah material overburden 2.460.135 BCM yang berada di waste dump
3.514.478,09 LCM ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama
backfilling dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material
backfilling sebesar 2.837.941,06 CCM.
22
e. Penggalian Batubara Tahun 05
Penggalian batubara tahun kelima dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai dari
PIT_BLS018 hingga PIT_BLS019 dengan luas 28,83 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 314.428 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 1.552.764 BCM yang berada di waste dump 2.218.233,65 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling
dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling
sebesar 1.791.223,67 CCM.
f. Penggalian Batubara Tahun 06
Penggalian batubara tahun keenam dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai
dari PIT_BLS019 hingga PIT_BLS17 dengan luas 4,17 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 313.011 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 1.467.705 BCM yang berada di waste dump 2.096.721,91 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling
dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling
sebesar1.693.102,94 CCM.
g. Penggalian Batubara Tahun 07
Penggalian batubara tahun ketujuh dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai
dari PIT_BLS17 hingga PIT_BLS16 dengan luas 5,15 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 303.122 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 1.135.073 BCM yang berada di waste dump 1.621.532,83 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling
dilakukan pada elevasi 20 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling
sebesar 1.309.387,76 CCM.
h. Penggalian Batubara Tahun 0823
Penggalian batubara tahun kedelapa dilakukan pada elevasi 40-20 mdpl, dimulai
dari PIT_BLS16 hingga PIT_BLS05 dengan luas 11,33 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 307.042 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 776.243 BCM yang berada di waste dump 1.108.918,85 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling
dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling
sebesar 895.451,98 CCM.
i. Penggalian Batubara Tahun 09
Penggalian batubara tahun kesembilan dilakukan pada elevasi 40-20 mdpl, dimulai
dari PIT_BLS05 hingga PIT_BLS01 dengan luas 1,64 ha. Jumlah batubara yang
digali sebesar 152.199 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC
– 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada
penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material
overburden 969.712 BCM yang berada di waste dump 1.385.302,53 LCM
ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling
dilakukan pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling
sebesar 1.118.631,41 CCM.
BAB IV
24
TEKNIS PERTAMBANGAN
4.1 Kewajiban yang dipenuhi
4.1.1 Hukum yang berlaku
Dasar-Dasar Hukum Pertambangan
1. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
2. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
3. PP No 32 Tahun 1969 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967,
berikut perubahannya
4. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /
Kota
Kepmen ESDM 1453K/29/MEM/2000
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan
Umum, mengatur tentang:
1. Persyaratan Permohonan Perijinan
2. Prosedur Permohonan KP, KK dan PKP2B
3. Format Permohonan
4. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL
5. Pedoman Teknis Penyusunan UKL & UPL
6. Pedoman Penyusunan Rencana Tahunan RTKPL & RTPL
7. Jaminan Reklamasi
8. Pedoman Tatacara Pengawasan Lingkungan & K3
9. Pedoman Pengawasan Eksplorasi Mineral & Batubara
10. Pedoman Pengawasan Konservasi Bahan Galian
11. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengawasan Produksi
12. Pedoman Penyusunan Laporan Penyelidikan Umum dan Eksplorasi
13. Pedoman Penyusunan Laporan Studi Kelayakan, Eksploitasi dan Produksi
14. Pedoman Pelaporan K3
15. Pedoman Pelaporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
16. Daftar Isian Penggunaan Lahan untuk Kegiatan Eksploitasi
17. Laporan Penggunaan Tenaga Kerja
25
2a 2b 1 2
MESDM Gubernur
Bupati/Walikota
Pemohon
18. Format Laporan Enambulanan Pelaksanaan Penyelenggaraan Usaha
Pertambangan di Propinsi/Kabupaten/Kota
4.1.2 Instansi pemerintah terkait
Prosedur Permohonan KP pada Wilayah Kewenangan Bupati/Walikota
Keterangan:
1. Permohonan diajukan ke
Bupati/Walikota
2. Bupati/Walikota memproses
permohonan setelah Surat
Keputusan Terbit disampaikan ke
Pemohon
a) Tembusan Surat Keputusan
disampaikan ke Menteri
Energi & Sumber daya Mineral
b) Tembusan Surat Keputusan
disampaikan ke Gubernur
Prosedur Permohonan KP pada Wilayah Kewenangan Gubernur
Keterangan:
1. Permohonan diajukan ke Gubernur
2. Gubernur memproses permohonan
setelah Surat Keputusan Terbit
disampaikan ke Pemohon
a) Tembusan Surat Keputusan
disampaikan ke Menteri
Energi & Sumberdaya
Mineral
b) Tembusan Surat Keputusan
disampaikan ke
Bupati/Walikota
26
Prosedur Permohonan KK/PKP2B (PMA/PMDN) pada Wilayah Kewenangan
Bupati/Walikota
Keterangan:
1. Permohonan diajukan ke Bupati/Walikota
2. Bupati/Walikota memberikan Persetujuan Prinsip
3a. Bupati/Walikota melakukan konsultasi kepada DPRD Kabupaten/Kota
3b. Permohonan rekomendasi ke Dinas Penanaman Modal
4a. DPRD Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi
4b. Dinas Penanaman Modal memberikan rekomendasi
5. Bupati/Walikota dan Pemohon menandatangani kontrak
6. Kontrak ditembuskan kepada Propinsi dan Departemen Energi & Sumberdaya
Mineral
27
Prosedur Permohonan KK/PKP2B pada Wilayah Kewenangan Gubernur
Keterangan:
1. Permohonan diajukan ke Gubernur
2. Gubernur memberikan Persetujuan Prinsip
3a. Gubernur melakukan konsultasi kepada DPRD Propinsi
3b. Permohonan rekomendasi ke Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD)
4a. DPRD Propinsi memberikan rekomendasi
4b. BKPMD memberikan rekomendasi
5. Gubernur dan Pemohon menandatangani kontrak
6. Kontrak ditembuskan kepada Kabupaten/Kota dan Departemen Energi &
Sumberdaya Mineral
4.2 Divisi
Divisi yang bertanggung jawab pada bagian hulu dari pertambangan adalah:
1. Mine Operation Manager : Fungsi manajemen perusahaan yang memimpin
kegiatan operational pit.
2. Mine Monitoring & Inspection : Fungsi manajemen perusahaan tambang sebagai
pengawas kegiatan operasional di pit pertambangan.28
3. Mine Development : Fungsi manajemen perusahaan tambang yang bertanggung
jawab dalam proses pengembangan pit pertambangan.
4. Security Advisor : Sebagai badan penasihat keamanan aktifitas operasional pit.
Divisi yang bertanggung jawab pada bagian hilir dari pertambangan adalah:
1. Marketing & Business Development director : merupakan vice president yang
bertanggung jawab dalam pemasaran dan pengembangan bisnis perusahaan.
2. Marketing manager : manager yang bertanggung jawabatas suatu perpaduan dari
aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan
konsumen serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar
kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan
tertentu.
4.2.1 Pengolahan dan Penjualan
Divisi yang bertanggung jawab pada bagian pengolahan dari pertambangan adalah:
1. Operator Peralatan : bertanggung jawab terhadap alat berat yang digunakan untuk
mengambil, memuat dan mengangkut batu bara.
2. Pengawas Pertambangan : bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya kegiatan
penambangan
3. Pemrosesan Pertambangan : bertanggung jawab untuk pemrosesan hasil tambang
hingga tambang siap untuk dikirim, mencakup pengurusan limbah pertambangan
Divisi yang bertanggung jawab pada bagian penjualan dari pertambangan adalah:
1. Administrasi Perusahaan : batu bara terlibat langsung dalam produksi batubara.
Kelompok administrasi memonitor dan mengelola bisnis sampingan dari industri
pertambangan. Akuntan mengawasi pendapatan dan pengeluaran.
2. Segmen Pemasaran : bertanggung jawab mengidentifikasi pelanggan dan negosiasi
perjanjian penjualan batu bara yang diproduksi oleh perusahaan.
29
4.3 Tingkatan Manajemen
Berdasarkan tingkat manajemen beserta tugasnya, struktur organisasi dapat dibagi
menjadi berikut ini
Board of Comissioner : sekelompok orang yang dipilih atau ditunjuk untuk
mengawasi kegiatan perusahaan.
Internal Auditor : melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan
efektivitas perusahaan, sistem internal control dan kualitas kertas kerja manajemen
dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
President Director : Pemimpin tertinggi suatu perusahaan yang memiliki tanggung
jawab dalam memimpin dan mengarahkan perusahaan.
Vice President : Sebagai wakil dari president director dalam memimpin dan
mengarahkan perusahaan, ada beberapa vice president di perusahaan, karena vice
president membawahi satu departmen tertentu.
30
Secretary : sebuah badan manajerial yang memiliki beberapa tugas utama
o Office of the board : Memastikan ketersediaan informasi dalam
pengambilan keputusan oleh dewan komisaris dan dewan direksi,
memastikan kehadiran rapat peserta rapat.
o Compliance : Menyampaikan semua kebijakan dan peraturan perusahaan
terhadap seluruh staf perusahaan.
o Investor Relations : Memastikan informasi diterima oleh dewan direksi dan
dewan komisaris tepat waktu, serta Menjalin komunikasi yang baik dengan
seluruh pemegang saham.
o Corporate Communications : Membantu pelaksanaan program perusahaan,
Membangun citra positif perusahaan.
Management supports: Sebagai badan penasihat yang mendukung pengambilan
keputusan yang efektif oleh para manajer.
Finance Director : merupakan vice president yang bertanggung jawab untuk
mengontrol keuangan perusahaan.
Finance Manager : Merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi
keuangan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan informasi keuangan
secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan yang mendukung pencapaian target financial perusahaan.
Cost accounting & Budgeting : Badan akuntansi keuangan dan cash flow
perusahaan.
IT & MIS : bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk
menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajement di dalam
kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Marketing & Business Development director : merupakan vice president yang
bertanggung jawab dalam pemasaran dan pengembangan bisnis perusahaan.
Marketing manager : manager yang bertanggung jawabatas suatu perpaduan dari
aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan
konsumen serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar
kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan
tertentu.
31
Business Development & Planning :fungsi manajemen perusahaan dalam upaya
untuk melakukan perencanaan dan pengembangan bisnis yang dimiliki oleh
perusahaan.
Logistic : mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah
yang tepat, kondisi yang tepat, denganbiaya yang terjangkau untuk kebutuhan
perusahaan tambang, baik di office maupun di field.
General Director : Vice president yang bertanggung jawab atas sumber daya
manusia, perizinan pertambangan.
Legal : fungsi manajemen perusahaan yang mengurus segala perizinan yang
dibutuhkan untuk berjalannya aktivitas pertambangan.
External Relation : Fungsi manajemen perusahaan yang berhubungan dengan luar
perusahaan, baik perusahaan luar, pemerintahan, koperasi umum daerah, maupun
masyarakat daerah sekitar area pertambangan.
HR & GS:Fungsi manajemen perusahaan yang bertugas untuk perencanaan dan
pengadaan sumberdaya manusia untuk aktifitas pertambangan, serta mengurus
kegiatan rumah tangga perusahaan baik urusan transportasi perkantoran,
pengawasan dan perawatan asset perusahaan dan lain lain.
Operation Director : Vice president yang bertanggung jawab atas segala yang
berhubungan dengan operasional pertambangan.
Mine Operation Manager : Fungsi manajemen perusahaan yang memimpin
kegiatan operational pit.
Mine Monitoring & Inspection : Fungsi manajemen perusahaan tambang sebagai
pengawas kegiatan operasional di pit pertambangan.
Mine Development : Fungsi manajemen perusahaan tambang yang bertanggung
jawab dalam proses pengembangan pit pertambangan.
Security Advisor : Sebagai badan penasihat keamanan aktifitas operasional pit.
Exploration Manager : Sebagai badan yang bertanggung jawab atas kegiatan
eksplorasi pertambangan
Mine Processing Manager : Badan yang bertangung jawab atas proses hasil
pertambangan hingga pengiriman bahan tambang ke tempat selanjutnya untuk
diproses, mencakup pengolahan limbah, transportasi bahan tambang dan lain lain
4.4 Layout Tambang32
4.4.1 Bukaan tambang dan penempatan OB waste
Rencana lokasi Waste Dump yang dibuat adalah sebagai berikut :
1) Jarak dari permukaan kerja (front penambangan) masih ekonomis ( ±1km)
2) Tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih atau cadangan batubara
di daerah tersebut tidak ekonomis untuk ditambang
3) Tidak mengganggu daerah yang akan ditambang, sungai atau jalan, serta topografi
permukaan diusahakan berupa lembah.
YEAROVERBURDEN SF
(%)(LCM)
FAKTOR
LOOSE
(%)
CF
(%)
WASTE
DUMP
VOL (BCM) VOL (CCM)
01 2.637.481 70 % 3.767.830,43 5 85 % 3.042.523,07
02 2.741.164 70 % 3.915.948,88 5 85 % 3.162.128,72
03 2.460.135 70 % 3.514.478,09 5 85 % 2.837.941,06
04 1.552.764 70 % 2.218.233,65 5 85 % 1.791.223,67
05 1.467.705 70 % 2.096.721,91 5 85 % 1.693.102,94
06 1.135.073 70 % 1.621.532,83 5 85 % 1.309.387,76
07 776.243 70 % 1.108.918,85 5 85 % 895.451,98
08 969.712 70 % 1.385.302,53 5 85 % 1.118.631,79
09 437.083,82 70 % 624.405,46 5 85 % 504.207,41
14.177.360,83 20.253.372,62 15.850.390,98
Pada daerah telitian, bagian sebelah utara lokasi penambangan merupakan wilayah
yang memiliki kontur relatif lebih rendah dan tidak terdapat endapan batubara,
sehingga cocok untuk digunakan sebagai tempat penimbunan overburden. Luas area
waste dump untuk tahun pertama hingga tahun ke dua disesuaikan denganjumlah
overburden yang akan ditimbun, selanjutnya dilakukan metode backfilling.Tinggi
lereng dirancang 5m, dengan lebar bench 5m. kemiringan lereng yang dipengaruhi
oleh angle of repose dari material overburden 20°.
33
4.4.2 Infrasruktur penunjang
Fasilitas yang digunakan untuk mendukung operasi penambangan batubara terdiri
dari kantor administrasi, gudang, bengkel, laboratorium kualitas kontrol, ruang makan
siang, tempat ibadah, stasiun bahan bakar, tangki air, dan stasiun generator. Besar dan
luas masing-masing fasilitas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan operasi kerja
yang akan dilakukan. Ukuran bangunan administrasi dibuat berdasarkan perkiraan
jumlah karyawan dan pengguna lainnya. Ukuran bengkel sesuai dengan fasilitas
pemeliharaan peralatan utama dan ruang untuk mengganti suku cadang. Laboratorium
didesain sesuai dengan peralatan yang dibutuhkan dan personil yang ada. Secara
global luas lantai dari masing-masing bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
4.5 Deskripsi Target Produksi
Berdasarkan perhitungan cadangan tertambang yakni 2,614,827.48 ton dibagi dengan
target produksi batubara pertahun yakni 300.000 ton, sehingga umur tambang daerah
Sangatta adalah 8,71 atau 9 tahun. Untuk memulai kegiatan penambangan lebih dahulu
dilakukan penggalian tanah penutup (overburden) pada areal penambangan, sehingga
endapan batubara akan tersingkap dan akan mudah untuk di tambang. Umur tambang yang
diperkirakan selama sembilan tahun dengan rencana penambangan sebagai berikut :
YEAR BLOCK OVERBURDEN COAL TOTAL SR34
And
INTERBURDEN
MASSVOLUME
VOL(BCM) (TON) (BCM)
1 PIT_BLS01 PIT_BLS06 2.637.481 303.928 2.751.101 9
2 PIT_BLS06 PIT_BLS12 2.741.164 301.299 2.940.533 9
3 PIT_BLS12 PIT_BLS15 2.460.135 304.206 2.652.483 8
4 PIT_BLS15 PIT_BLS18 1.552.764 315.592 1.764.877 5
5 PIT_BLS18 PIT_BLS19 1.467.705 314.428 1.669.666 5
6 PIT_BLS19 PIT_BLS17 1.135.073 313.011 1.333.652 4
7 PIT_BLS17 PIT_BLS16 776.243 303.122 972.374 3
8 PIT_BLS16 PIT_BLS05 969.712 307.042 1.172.493 3
9 PIT_BLS05 PIT_BLS01 437.084 152.199 529.612 3
TOTAL 13.740.277 2.462.628 15.257.179 6
4.5.1 Pemindahan Tanah penutup / OB waste tahunan
Berdasarkan observasi lapangan di daerah studi dan sekitarnya ditambah dengan
hasil uji kekuatan batuan utuh dan massa batuan, kondisi bidang diskuntinu, maka
dapat dinyatakan bahwa penggalian overburden dan batubara di daerah Sangatta bisa
dilakukan dengan penggaruan (ripper) dan tidak memerlukan peledakan (blasting).
Mempertimbangkan kondisi endapan batubara dan lapisan penutup seperti telah
diuraikan diatas, maka rencana penambangan batubara didaerah studi dipilih metode
tambang terbuka (surface mining). Metode penambagan yang di gunakan adalah open
pit. Kegiatan penambangan dengan cara open pit terdiri dari serangkaian kegiatan
meliputi:
Pembersihan lahan sekaligus pengupasan dan pemindahan tanah penutup
Penggalian dan pemindahan lapisan penutup (OB/IB)
Penggalian dan pemindahan batubara
35
4.5.2 Daftar Jumlah Peralatan Tambang Utama
Pemilihan peralatan mekanis sangat tergantung dari sistem penambangan yang
dipilih. Pemilihan peralatan mekanis sangat berpengaruh pada geometri yang akan
dibuat. Tinggi dan lebar jenjang permukaan kerja akan dipengaruhi oleh jangkauan
dan kemampuan alat mekanis yang dipilih. Berbagai aspek yang terlibat dalam
kegiatan penambangan baik memiliki peran signifikan dalam menentukan peralatan
mekanis (sistem penanganan material) yang akan dipakai. Pemilihan sistem
penanganan material berdasarkan sistem penambangan, bentuk endapan yang relatif
seragam dan homogen serta inventaris alat mekanis yang dimiliki. Dalam hal ini lebih
banyak dipengaruhi oleh alat mekanis yang dimiliki karena keterbatasan inventaris
dan teknologi.
Pemilihan peralatan yang digunakan untuk penggalian batubara dan
overburden di daerah Sangattaa adalah Backhoe. Sebab dengan kondisi curah hujan
yang tinggi dan kondisi lantai kerja yang kurang baik, maka pemakaian alat muat jenis
backhoe ini akan lebih efisien. Selain itu backhoe excavator juga dapat digunakan
untuk mengontrol dilusi pada dasar lapisan batubara. Pada penggalian overburden,
backhoe dapat memuat truk dari elevasi jenjang maupun memuat truk pada jenjang
dibawahnya. Backhoe juga direkomendasikan sebagai alat muat truk dengan tinggi
jenjang kurang dari 5m. Alat angkut yang dipilih adalah truk kapasitas 15 ton untuk
batubara dan truk kapasitas 25 ton untuk overburden. Truk 15 ton akan sesuai dengan
backhoe 70 ton (0,7 m3 bucket) dengan pengisian sebanyak 6 Kali. Sedangkan untuk
truk 25 ton akan sesuai dengan backhoe excavator 35 ton ( 3,5 m3 bucket) dengan
pengisian sebanyak 10 Kali. Pertimbangan pemilihan peralatan spesifikasi teknis
peralatan utama adalah :
36
Karakteristik lapisan batubara dan lapisan penutup
Aspek teknis dan ekonomis
Dukungan teknis yang mencakup pelayanan purna jual (after sales service) dari
perusahaan yang menyediakan peralatan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka pada operasi pertambangan batubara ini, akan
digunakan alat-alat sebagai berikut :
JENIS
KEGIATAN
NAMA MATERIAL
TOP SOILOVERBURDEN/
INTERBURDENBATUBARA
Pembersihan Lahan
(Land Clearing)
Bulldozer
Penggalian
(Excavating)
Backhoe-Loader Backhoe-Loader
Bulldozer-Ripper
Untuk material
keras
Backhoe-Loader
Bulldozer-Ripper
Untuk material
keras
Pemuatan
(Loading)
Backhoe-Loader Backhoe-Loader Backhoe-Loader
Pengangkutan
(Hauling)
Dump Truck Dump Truck Dump Truck
Penimbunan
(Dumping)
Dump Truck Dump Truck
Backhoe, Bulldozer
Dump Truck
37
NAMA/
JENIS ALAT
TIPE KAPASITAS MERK FUNGSI
Bulldozer
(Ripper jika
diperluka
Komatsu Pembersihan lahan
Pemberaian OB/IB
Pemberaian Coal
Penimbunan
Backhoe-
Loader
PC160LC-7
PC600LC-7
0,7 m3
3,5 m3
Komatsu
Komatsu
Penggalian dan Pemuatan
Material Lunak (Coal)
Pembuatan Level Jenjang
Penggalian dan pemuatan
Material lunak (OB/IB)
Dump Truck Hino Ranger
FG 235 JJ
HD 255-HD
15 ton
25 ton
Hino
Komatsu
Pengangkutan Batubara
Pengangkutan Material
(OB/IB)
4.5.3 Perkiraan Harga Jual
YEAR BLOCK
COAL
MASSTOTAL
(TON) (US$)
1 PIT_BLS01 PIT_BLS06 303.928 26350557.6
2 PIT_BLS06 PIT_BLS12 301.299 26122623.3
3 PIT_BLS12 PIT_BLS15 304.206 26374660.2
4 PIT_BLS15 PIT_BLS18 315.592 27361826.4
5 PIT_BLS18 PIT_BLS19 314.428 27260907.6
6 PIT_BLS19 PIT_BLS17 313.011 27138053.7
7 PIT_BLS17 PIT_BLS16 303.122 26280677.4
8 PIT_BLS16 PIT_BLS05 307.042 26620541.4
9 PIT_BLS05 PIT_BLS01 152.199 13195653.3
TOTAL 226705500.9
38
Harga batubara US$ 86,70 per ton
4.5.4 Biaya dan Keuntungan (EBITDA)
Biaya dan keuntungan terlampir.
39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemodelan geologi lapisan batu bara, menghasilkan 3 seam batu bara dengan
ketebalan ≥ 0,5m. Subcrop line batu bara dan kontur struktur batu bara, yang
digunakan sebagai batas dalam penaksiran cadangan dan perancangan geometri
penambangan. Perangkat lunak Minescape dapt untuk menganalisis nilai stripping
ratio (SR) ≤ 10:1 pada 3 seam batubara.
2. Rancangan penambangan dimulai dari blok Selatan. Kemiringan lereng tunggal
maksimal adalah 60°, tinggi bench 10 m dan lebar bench penambangan maupun final
bench adalah 5 m.
3. Rancangan produksi penambangan batubara pada tahun pertama sampai kedelapan
adalah sebesar 300.000 ton sedangkan pada tahun kesembilan 150.000 ton. Pada tahun
pertama sampai keenam dilakukan penggalian dari elevasi 70-40 mdpl, sedangkan
pada tahun ketujuh sampai tahun kesembilan dilakukan penggalian dari elevasi 40-20
mdpl.
4. Alat gali yang akan digunakan untuk mengupas material penutup adalah back hoe
(excavator) komatsu PC 600LC-7. Alat angkut yang akan dipakai untuk mengangkut
material overburden adalah dump truck komatsu HD-255.
5. Alat muat yang akan digunakan untuk memuat batu bara adalah back hoe (excavator)
komatsu PC 160LC-7. Alat angkut yang akan dipakai untuk mengangkut batu bara
adalah Hino Dutro 130 HD kapasitas 10 ton.
6. Dimensi jalan angkut dibuat dengan lebar pada jalan lurus 20m, pada tikungan 29m
sedangkan derajat kemiringan jalan (grade) adalah 8 % dan super elevasi 4 %.
7. Sistem penyaliran tambang yang dirancang terdiri dari saluran terbuka, sumuran pada
dasar pit, pompa, dan kolam pengendapan. Letak kolam pengendapan berada dalam
pit, pada elevasi terendah yaitu 20 mdpl.
40
5.2 Saran
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan rancangan tambang yang telah dibuat, maka
perlu dilakukan:
1. Diperlukan pemantauan lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil
perhitungan simulasi dengan kenyataan pelaksanaannya di lapangan pada saat dan
setelah operasi penambangan dilakukan setiap tahunnya.
2. Perlu dilakukan monitoring kestabilan lereng agar faktor keamanan dapat
dipertahankan.
3. Penelitian lebih lanjut mengenai pemilihan alat muat dan alat angkut, baik dari segi
teknis, praktis maupun ekonomi.
4. Perancangan dan perhitungan sistem penyaliran tambang yang tepat guna mengatasi
air limpasan yang masuk ke dalam tambang mengingat tingginya curah hujan pada
area penambangan PT. Mane Coal.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Open Pit Mining. http://library.thinkquest.org/05aug/00461/open.htm.
(diakses tanggal 23 Maret 2014 pukul 17.23)
Anonim. 2014. Macam-Macam Pekerjaan di Perusahaan Tambang Batubara.
http://www.jualbatubara.com/2012/10/macam-macam-pekerjaan-di-
perusahaan.html. (diakses tanggal 25 Maret 2014 pukul 17.58).
Chekel, Van. 2010. Manajemen Tambang. http://lagaevhanchekel.blogspot.com/2010/01/
manajemen-tambang.html (diakses tanggal 24 Maret 2014 pukul 18.30).
Devereux, Steve. 1999. Drilling Technology. New York: PennWell.
Ehrenberger, Vlastimil. 1990. Mining Modelling. Nottingham: Elsevier.
Gomis, Marchellevandra. 2011. Metode Penambangan Terbuka. http://r-jotambang.blogspot.com/
2011/12/tambang-terbuka_31.html. (diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 16.04)
Ikoku, Chi. 1985. Economic Analysis and Investment Decisions. New York: Wiley.
Hartman, Howard. 1987. Introductory Mining Engineering. Singapore: Wiley.
Hustrulid, William. 2006. Open Pit Mine Planning & Design. Singapore: Taylor.
Lottermoser, Bernd. 2007. Mine Wastes. New York: Springer.
42