ptk tk 2

Upload: ana-monica-rufisa

Post on 14-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PTK

TRANSCRIPT

  • UPAYA PENGEMBANGAN MORAL ANAK

    DENGAN METODE RIADLOH

    DI TK ISLAM TARUNA TAMA KALIOSO SALATIGA

    NAMA : SITI BADRIYATUL AHYANI

    NIP : 131 586 211

    GURU : TAMAN KANAK-KANAK

    TANGGAL PENULISAN : 29 Juli 2010

  • UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA

    DENGAN METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

    KALIOSO SALATIGA

    Penulis : Siti Badriyatul Ahyani

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Dalam peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan

    prasekolah pada pasal 1 dinyatakan behwa pendidikan prasekolah adalah

    pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak

    didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.

    Untuk pengembangan kemampuan dasar (jasmani) penjabarannya sudah

    lengkap dan sistematis, tetapi untuk pengembangan moral, yakni moral

    Pancasila menurut penulis perlu penjabaran yang lebih bersifat praktis

    karena pengembangan moral Pancasila lebih ditekankan pada aspek nilai dan

    pembentukan sikap (afektif) dan perbuatan (psikomotorik) walaupun dalam

    prakteknya tidak melupakan aspek pengetahuan (kognitif).

    Di dalam era globalisasi ini secara umum manusia mengalami

    semacam alienasi (keterasingan) yang salah satu penyebabnya adalah

    tumbuhnya sikap-sikap egosentris, mementingkan diri sendiri, tidak peka

    terhadap kondisi sosial yang melingkupinya. Betapa tidak, sekarang ini

    kesenjangan kaya miskin semakin menganga, dari sisi lain kesadaran untuk

    saling membantu, saling tolong-menolong, kepekaan terhadap kondisi orang

    lain semakin memprihatinkan.

    Gejala umum tersebut kalau dikritisi dan ditarik ke belakang akan

    ditemukan salah satu penyebab utama, yaitu gagalnya pendidikan moral kita

    selama ini, terutama yang menyangkut aspek metodologi pembelajaran

    moral. Tampaknya selama ini pendidikan moral hanya ditekankan pada

    aspek teoretis (ilmi) dan menafikan/meniadakan aspek latihan

    (praktis/amali). Kalaupun ada aspek-aspek praktis, belum menyentuh

    kedalaman nurani anak dan hanya pada tataran lingkup kelas yang sempit.

    Contoh yang selama ini dipraktikkan di TK adalah; misalnya untuk

    menjelaskan tentang sikap menyayangi sesama teman dipakai metode

  • dramatisasi di ruang kelas, dari sisi lain ketika benar-benar ada teman lain

    yang jatuh sakit, guru tidak mengajak anak-anak menengoknya. Padahal

    pengalaman langsung di lapangan lebih menyentuh nurani anak.

    Dengan latar belakang di atas, perlu segera adanya terobosan

    metodologi alternatif pembelajaran moral, yakni metodologi pembelajaran

    moral yang lebih menyentuh nurani anak sekaligus mampu membentuk

    perilaku anak terpatri dan menjadi sebuah karakter yang tidak tergoyahkan

    oleh perubahan waktu dan ruang.

    Oleh karena itu, penulis membuat sebuah tawaran metodologi

    alternatif yang dimaksudkan di atas, yakni metode riadloh (praktis/amali).

    Penjabaran kegiatannya penulis sesuaikan dengan daya tangkap,

    kemampuan dan perkembangan anak usia TK.

    Begitu pentingnya sebuah metodologi pembelajaran moral yang tepat,

    namun selama ini metodologi pembelajaran moral yang ditawarkan oleh

    Pemerintah masih belum memenuhi harapan kalau tidak ingin mengatakan

    terlalu statis. Dari sisi lain, sejauh yang penulis lihat, metodologi

    pembelajaran moral yang diterapkan di TK, terutama TK di daerah sekitar

    penulis, sama sekali tidak ada sebuah inovasi dan kretifitas dalam

    metodologi pembelajaran moral ini. Sehingga metodologi pembelajaran

    moral alternatif yang penulis tawarkan di atas benar-benar sebuah terobosan

    yang boleh dibilang cukup orisinal.

    Melalui karya ilmiah ini penulis mencoba untuk menuangkan ide-ide

    tersebut sekaligus laporan hasil kegiatan yang penulis lakukan. Karya tulis

    ini penulis beri judul: UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA

    MELALUI METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

    KALIOSO SALATIGA. Metodologi pembelajaran moral ini telah penulis uji

    cobakan kurang lebih selama 2 tahun dan hasilnya sudah dapat diukur

    walaupun secara kuantitatif belum optimal.

    2. Ruang Lingkup

    Kegiatan yang penulis lakukan antara lain:

    a. Menyusun Landasan Teori

    Sebelum melakukan pembelajaran moral dengan metode

    riadloh, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa landasan

  • teori yang mendukung validitas dan ketetapan metode riadloh untuk

    pembelajaran moral tersebut.

    Yang pertama perlu dijelaskan adalah makna riadloh itu secara

    kebahasaan. Riadloh berasal dari bahasa Arab yang bermakna latihan

    terus-menerus (konsisten dan kontinu). Biasanya riadloh dihubungkan

    dengan nafs atau riadloh an-nafs yang berarti latihan jiwa. Dengan cara

    melatih diri untuk membiasakan sikap hidup dengan situasi yang

    baru dialami, lambat laun akan terbiasa dan menjadi kepribadian

    (karakter yang baik).

    Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah riadloh an-nafs sering

    digunakan dalam dunia tasawuf1 yang secara empirik terbukti bahwa

    metode riadloh an-nafs telah teruji dalam pengembangan moralitas

    (akhlaq karimah/akhlak mulia).

    Menurut ajaran tasawuf, satu-satunya jalan yang dapat

    mengantarkan seseorang ke hadirat Tuhan dan moralitas yang baik

    hanyalah dengan kesucian jiwa. Sebab, menurut mereka, jiwa manusia

    merupakan refleksi atau pancaran dari cahaya Ilahi yang suci, maka

    segala sesuatu itu harus suci dan sempurnaperfection, sekaligus

    tingkat kesucian dan kesempurnaan itu ada variasinya sesuai dengan

    dekat dan jauhnya dari sumber aslinya, yakni Tuhan. Untuk mencapai

    tingkat kesucian dan kesempurnaan jiwa, memerlukan latihan

    pembinaan yang berat dan lama. Oleh karena itu, pada tahap pertama,

    teori dan amalan (praktik) tasawuf diformulasikan pada pengaturan

    sikap mental dan pendisiplinan diri yang keras dan ketat. Dengan kata

    lain, agar dapat berada di hadirat Tuhan, manusia harus terlebih

    dahulu mengidentifikasikan keberadaan dirinya dengan ciri-ciri

    ketuhanan melalui penyucian jiwa raganya sehingga tercipta pribadi

    yang berakhlak mulia (Rivai Siregar 2000: 99) Secara operasional

    proses pentahapan dalam perjuangan untuk menuju akhlak

    (moralitas) yang baik itu disebut riadloh an-nafs.

    Setidaknya ada dua tahapan yang harus dilalui oleh seseorang

    melalui riadloh ini, yaitu:

  • 1. Pendekatan diri kepada Tuhan melalui berbagai latihan seperti

    zikir (mengingat Tuhan terus-menerus), tafakur (berfikir tentang

    kebesaran Tuhan), dan tadabur (penghayatan terhadap kebesaran

    dan keagungan Tuhan). Dekat Tuhan dipandang dari aspek

    moralitas berarti dengan dekat kepada Tuhan seseorang akan

    tumbuh kesadaran batin yang terdalam untuk selalu berjalan pada

    moralitas (akhlak) yang diajarkan oleh Tuhan, tumbuh kesadaran

    untuk meniru sifat-sifat Tuhan yang baik (Asmaul husna), tumbuh

    kesadaran bahwa seluruh tingkah laku yang dilakukannya selalu

    mendapat pengawasan dari Tuhan kapan pun dan di mana pun,

    tumbuh kesadaran bahwa seluruh perilakunya akan

    dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan di akhirat kelak.

    Kesadaran ini oleh Iqbal disebut sebagai religious experience (Moh.

    Iqbal 1966: 158-159). Religious experience yang akan menumbuhkan

    kesadaran moralitas yang baik ini dapat dikembangkan secara

    praktis lewat kegiatan-kegiatan zikir (mengingat dan menyebut

    nama Tuhan), berdoa dalam setiap kesempatan, menghubungkan

    segala bentuk perilaku yang dilakukan dengan pengawasan

    Tuhan.

    2. Pembiasaan langsung (amalan praktis), yaitu dengan melakukan

    amalan-amalan (perbuatan) yang baik secara terus-menerus

    walaupun hati merasa berat. Dengan pembiasaan terus-menerus

    dan konsisten itu akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi

    karakter (kepribadian). Contohnya, ketika ingin menumbuhkan

    karakter penyayang dan peka terhadap kondisi sosial, maka

    seseorang harus selalu melatih dirinya dengan cara dekat dengan

    fakir-miskin yang membutuhkan pertolongan sekaligus berusaha

    untuk membantu mereka dengan pikiran ataupun harta yang

    dimilikinya. Ketika ingin mengembangkan sikap menghargai

    pendapat orang lain, maka seseorang harus selalu berusaha

    melakukan dialog, diskusi terus-menerus dengan orang lain.

  • b. Pelaksanaan Kegiatan

    Berdasarkan landasan teori di atas, penulis berani untuk

    melaksanakan metode riadloh dalam upaya pengembangan moral

    anak. Ada dua macam kegiatan pokok yang penulis lakukan dengan

    melalui metode riadloh tersebut, yaitu:

    1. Penanaman kesadaran ke-Tuhanan (religious experience) pada anak

    yang meliputi:

    a. Perasaan bahwa Tuhan selalu dekat dengan anak.

    b. Mencontoh sifat-sifat Tuhan (Asmaul Husna).

    2. Pembiasaan perilaku baik pada anak yang menacu pada moral

    Pancasila. Yang penulis tekankan pada kegiatan ini adalah :

    a. Kepekaan sosial anak pada lingkungannya.

    b. Kesadaran bermasyarakat anak.

    3. Tujuan dan Manfaat

    a. Tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu dekat, selalu

    melihat, menyayangi, dan melindungi diri anak.

    b. Tumbuh kesadaran pada anak untuk mencontoh sifat-sifat

    Tuhan, seperti Tuhan itu mengasihi hamba-Nya dan Tuhan itu

    Maha Adil.

    c. Tumbuh kepekaan sosial seperti menengok teman yang sakit,

    menengok teman yang mengalami kesusahan, dan

    memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

    d. Tumbuh kesadaran akan kebersamaan dalam bermasyarakat.

    B. Laporan Kegiatan

    1. Penyusunan Program Pembelajaran

    Program pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh yang

    penulis lakukan dalam bentuk:

    a. Kegiatan Terprogram

    Kegiatan terprogram yakni kegiatan yang telah direncanakan

    sejak awal tahun ajaran baru. Program ini dimusyawarahkan dengan

    orang tua karena menyangkut pembiayaan. Kegiatan ini meliputi:

    1. Kegiatan tahunan

  • 2. Kegiatan bulanan

    3. Kegiatan mingguan

    4. Kegiatan harian

    Kegiatan Tahunan dan Bulanan, dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    RENCANA KEGIATAN PROGRAM TAHUNAN DAN BULANAN

    KEGIATAN Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

    Berhikmat ke

    yatim piatu X

    Ke tempat

    kumuh X

    Ke panti jompo X

    Tadabur alam

    (1) X

    Pengumpulan

    zakat X

    Halal bi Halal

    bersama

    masyarakat

    sekitar

    X

    Idul Adha

    bersama fakir

    miskin (anak

    yatim)

    X

    Tadabur alam

    (2) X

    Memberi

    bingkisan akhir

    tahun kepada

    teman yang

    kekurangan

    atau dan tukar

    bingkisan

    X

    Adapun kegiatan mingguan adalah berinfak melalui kotak amal

    yang disediakan oleh TK.

    Untuk kegiatan harian, penanaman kesadaran ketuhanan

    diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar.

  • b. Kegiatan Insidental

    Untuk kegiatan Insidental dilakukan sesuai dengan

    keadaan/kejadian yang baru berlangsung. Contoh, ketika ada teman

    yang mengalami musibah (kecelakaan, kematian, sakit, dsb), anak-

    anak diajak untuk menengok.

    2. Pelaksanaan Program

    Penyajian atau pelaksanaan program-program di atas dapat

    dikemukakan di bawah ini:

    a. Kegiatan Tahunan dan Bulanan

    Meliputi:

    1. Kegiatan Berhikmat ke yatim piatu

    Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih anak untuk

    mencintai sesama, mensyukuri nikmat, dan melatih kepekaan

    sosial. Adapun secara teknis pelaksanaan kegiatan itu adalah

    sebagai berikut:

    1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud kedatangannya ke

    yatim-piatu.

    2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya,

    seperti membawa kue dan baju layak pakai.

    3. Di tempat yatim piatu, anak-anak diajak berkenalan,

    memberikan bingkisan yang telah dibawa.

    4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yatim

    piatu.

    5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya

    tentang kunjungan yang telah dilakukan.

    2. Ke Tempat Kumuh

    Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak memiliki kepekaan

    sosial dengan melihat dari dekat saudara-saudara mereka yang

    mengalami kekurangan secara ekonomi. Di samping itu dapat

    melatih mereka untuk menjadi orang yang sederhana dalam hidup

    dan mensyukuri nikmat. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan

    tersebut adalah:

  • 1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud dan tujuan melakukan

    kunjungan ke tempat kumuh tersebut.

    2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya,

    seperti membawa kue dan baju layak pakai.

    3. Di tempat kumuh itu anak-anak diajak berkenalan dengan

    para penghuni tempat itu, kemudian memberikan bingkisan

    yang telah dibawa.

    4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yang ada

    di tempat kumuh tersebut.

    5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya

    tentang kunjungan yang telah dilakukan.

    3. Tadabur Alam

    Tadabur bermakna melakukan proses penghayatan.

    Tadabur alam berarti menghayati alam ciptaan Tuhan YME.

    Bentuk penyajian seperti karya wisata tetapi lokasi yang dituju

    lebih mudah dijangkau dan biaya ringan. Karena Salatiga dekat

    dengan wisata pegunungan, biasanya anak diajak tadabur alam ke

    gunung. Adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:

    1. Guru menjelaskan anak akan diajak melihat keindahan alam

    ciptaan Tuhan.

    2. Anak disuruh mengamati apa saja yang mereka lihat

    kemudian menceritakannya di kelas.

    Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar anak

    dapat mensyukuri nikmat Tuhan, dan anak dapat mengetahui

    bahwa alam semesta yang indah itu merupakan ciptaan Tuhan

    Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kemudian tumbuh

    kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu Penyayang terhadap

    hambanya, Mahabesar, maka anak-anak dapat meniru sifat Tuhan

    Yang Maha Penyayang tersebut, yaitu menjadi anak yang senang

    menyayangi sesama.

    4. Pengumpulan Zakat

    Guru mengimbau kepada anak untuk mengumpulkan zakat

    fitrahnya di sekolah, kemudian disalurkan kepada yang berhak.

  • Yang menyerahkan tersebut kepada yang berhak adalah anak-

    anak sendiri sehingga anak-anak secara langsung dapat

    mempraktikkan kesadaran sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada

    akhir program pesantren Ramadan. Adapun tujuan pengumpulan

    zakat di sekolah ini adalah:

    1. Agar anak dapat mempraktikkan perintah/kewajiban

    membayar zakat.

    2. Tumbuh kepedulian pada si miskin/kepekaan sosial.

    5. Halal bi Halal Bersama Masyarakat Sekitar Sekolah

    Bentuk penyajian program ini adalah sekolah bersama BP3

    mengundang masyarakat sekitar untuk ber-halal bi halal bersama

    dengan keluarga besar TK, orang tua wali, dan anak-anak.

    Adapun tujuan pelaksanaan program ini adalah:

    1. Anak mempraktikkan pentingnya arti kebersamaan.

    2. Anak mempraktikkan pentingnya saling silaturahmi dan

    memaafkan.

    6. Idul Adha Bersama Fakir Miskin

    Bentuk penyajian program ini adalah:

    1. Idul Adha bersama mengundang fakir miskin.

    2. Idul Adha mengumpulkan dana untuk dibelikan kambing

    kemudian disalurkan kepada yang berhak.

    Adapun tujuan program ini adalah: merangsang kepekaan

    sosial anak untuk mencintai sesama.

    7. Tadabur Alam (2)

    Bentuk penyajian: dilaksanakan menjelang tutup ajaran. Adapun

    tujuannya adalah mensyukuri nikmat Tuhan, menghayati

    Mahakasih-nya Tuhan, kemudian anak diharapkan untuk meniru

    sifat Tuhan yang penyayang kepada hamba-Nya tersebut. Pada

    gilirannya akan tumbuh kesadaran sosial pada anak.

    8. Memberi Bingkisan Akhir Tahun kepada Teman Sebaya.

    Bentuk penyajiannya adalah anak disuruh membawa

    bingkisan seikhlasnya kemudian saling ditukarkan dengan teman

    sebaya (teman sekelas). Adapun tujuan dari pelaksanaan program

  • ini adalah: melatih anak untuk menyayangi teman sebaya dengan

    simbol tanda kasih berupa benda yang tidak seberapa harganya,

    kemudian dengan itu akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa

    hidup bermasyarakat itu harus saling memberi dan menyayangi.

    3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

    Penilaian merupakan suatu usaha mendapatkan berbagai informasi

    cara berkala berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dari

    pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik.

    Demikian juga dengan penilaian dari upaya pengembangan moral melalui

    metode riadloh. Untuk metode riadloh ini titik berat proses penilaian hasil

    belajar yang diharapkan adalah adanya perubahan tingkah laku atau

    pembentukan sikap (afektif) yang lebih positif dan secara nyata. Adapun

    teknik penilaian yang penulis pergunakan adalah teknik penilaian kontinu

    kualitatif. Adapun penilaian kualitatif yang penulis maksud adalah sebagai

    berikut:

    Setelah mengikuti kegiatan pengembangan moral dengan melalui

    metode riadloh anak dengan perubahan tingkah laku atau perilaku yang

    menonjol positif, penulis beri nilai dengan lambang lingkaran berisi

    penuh dengan kategori B (Baik).

    Anak dengan catatan khusus pencapaian perubahan tingkah laku atau

    dengan respons cukup baik diberi tanda cek atau C (Cukup).

    Anak yang berdasarkan catatan penilaian perubahan tingkah laku atau

    perilaku cenderung menonjol negatif diberi tanda lingkaran kosong atau

    K (Kurang).

    4. Laporan Hasil

    Program atau kegiatan pendekatan (metode) ini sudah penulis

    laksanakan kurang lebih 2 tahun. Bentuk pendekatan atau metode riadloh ini

    penulis buat di awal tahun ajaran berdasarkan hasil musyawarah bersama

    antara pihak sekolah dan orang tua. Sebelum membuat program ini penulis

    juga memerhatikan minat, kemampuan, dan perkembangan anak. Dari

    kegiatan pendekatan tersebut dapat penulis laporkan kegiatan pendekatan

    atau pengembangan pada program tahun ajaran 2002/2003.

  • Hasil penilaian upaya pengembangan moral dengan metode riadloh

    dapat dilihat pada tabel (lampiran)

    Keterangan :

    Dilihat dari hasil metode riadloh dari suatu kegiatan yang telah

    dilaksanakan, presentase anak dengan kategori menonjol baik, dari 27 anak,

    ada 24 anak. Respons cukup baik ada 2 anak, yang responsnya kurang ada 1

    anak. Jika dipresentasekan 95% merespons positif upaya pendekatan riadloh

    ini, 4% cukup, 1% kurang merespons positif.

    Dari hasil presentase bimbingan pengembangan moral dengan metode

    riadloh, maka metode ini tepat dilaksanakan di TK umum atau khusus. Modal

    pendekatan ini sebagai upaya pengembangan pendidikan moral yang lebih

    praktis dan mudah dilaksanakan.

    C. Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Bahwa pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh dapat

    dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa aspek penting.

    a. Untuk menentukan bentuk program kegiatan harus disesuaikan

    dengan umat, kemampuan, dan perkembangan anak.

    b. Untuk menentukan bentuk kegiatan dan biaya sebaiknya

    dimusyawarahkan dengan orang tua (wali murid).

    2. Saran

    Untuk sesama teman guru bila akan melaksanakan program

    pengembangan moral anak dengan metode riadloh harus menguasai betul

    bagaimana konsep pembelajaran moral di TK.

  • Daftar Pustaka

    Prof. H. A. Rivay Siregar 2000. Tasauf Dari Sufisme Ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT.

    Raja Grafindo Persada.

    Muh. Iqbal 1966. The Reconstruction of the Religious Thought in Islam. M. Ashraf

    Lahore.

    Departemen P dan K 1992. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pendidikan

    Moral Pancasila di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen P dan K.

    Departemen Agama RI 1996.pedoman Pengembangan Agama Islam dan Moral

    Pancasila Untuk Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depag.