jurnal ptk (2).doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya
didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat
untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga
masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah Sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia,
1998).
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat nasionalisme
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis,
negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Kurikulum pendidikan kewarganegaraan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan kewarganegaraan. Dengan demikian
tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pendidikan kewarganegaraan menjadi suatu
1
keniscayaan sekaligus tuntutan. Pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan
harus mampu merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
teknologi dan tuntutan globalisasi dengan berbagai peluang dan tantangannya serta era
desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan global dan lokal
(kemampuan dan kearifan lokal).
Sementara itu objek studi pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah
warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi,
agama, kebudayaan dan negara. Termasuk dalam objek studi pendidikan kewarganegaraan
(civic education) ialah: (1) tingkah laku; (2) tipe pertumbuhan berpikir; (3) potensi yang ada
dalam setiap diri warga negara; (4) hak dan kewajiban; (5) cita-cita dan aspirasi; (6)
kesadaran (patriotisme, nasionalisme, hubungan internasional, dan moral Pancasila); (7)
usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab (Somantri, 2001). Dengan demikian
pendidikan kewarganegaraan bukan semata-mata hanya mengajarkan pasal-pasal dalam UUD
1945. Hal tersebut memang perlu sekali untuk pelajaran pendidikan kewarganegaraan, tetapi
hendaknya pelajaran pendidikan kewarganegaraan mencerminkan juga hubungan perilaku
warga negara dalam kehidupannya sehari-hari dengan manusia lain dan alam sekitarnya (fisik
dan sosial). Oleh karena itu, materi pendidikan kewarganegaraan hendaknya memasukan
unsur-unsur: (1) lingkungan fisik; (2) sosial, pendidikan, dan kesehatan; (3) ekonomi
keuangan; (4) politik, hukum, dan pemerintahan; (5) agama dan etika; dan (6) ilmu
pengetahuan dan teknologi. (Lokakarya Pendidikan Kewarganegaraan, 1973).
Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek: (1) persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap
2
Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan; (2) norma, hukum
dan peraturan yang meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma
yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional; (3) hak asasi manusia yang meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM; (4) kebutuhan warga negara yang meliputi: hidup
gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara; (5) konstitusi negara yang meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar
negara dengan konstitusi; (6) kekuasan dan politik yang meliputi: pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan,
pers dalam masyarakat demokrasi; (7) Pancasila yang meliputi: kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka; (8) globalisasi yang meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3)
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
3
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, maka seharusnya pembelajarannya di sekolah-sekolah merupakan suatu
kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar
dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004) menyatakan
bahwa “kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya dalam
satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.
Suryosubroto (1997) menyatakan bahwa “kemampuan mengelola proses belajar
mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana
komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif,
dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan
tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran”.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan insan
Indonesia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan
selama ini dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penekatan yang menarik,
menantang, menyenangkan dan bermakna. Para guru sering kali menyampaikan materi
pendidikan kewarganegaraan apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan cenderung menjenuhkan dan kurang menarik minat para siswa yang pada
akhirnya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Di sisi lain juga ada kecenderungan
4
bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih rendah.
Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki
kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum terbiasa
menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
Pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sering dianggap sebagai
suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait
dengan kehidupan keseharian (kontekstual). Akibatnya banyak kritikan yang ditujukan
kepada guru-guru yang mengajarkan pendidikan kewarganegaraan, antara lain rendahnya
daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi
pendidikan kewarganegaraan oleh siswa, dan kurangnya variasi pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan. Di samping hal di atas, juga ada indikasi bahwa motivasi siswa dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan rendah. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan
perilaku siswa sehari-hari dalam proses belajar mengajar, seperti perhatian, minat, dan
semangat yang masih rendah.
Meningkatnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat pelajaran
pendidikan kewarganegaraan lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak. Dikatakan
demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan
proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui
dorongan dan semangat yang dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif
dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) serta dapat memberikan motivasi
kepada siswa, dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan. Salah satu cara dan
pendekatan yang cukup efektif adalah melalui pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber
5
belajar. Hal ini sejalan dengan karakteristik mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
yang menjadikan lingkungan sosial (masyarakat) sebagai laboratorium pembelajaran. Oleh
karena itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
B. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan adalah:
1. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas masih berjalan monoton.
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang tepat dan
bermakna.
3. Metode pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih bersifat konvensional.
4. Rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
5. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan?
2. Apakah pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan?
6
D. Cara Memecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK) ini, yaitu pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
Dengan model pembelajaran ini, diharapkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan motivasi dan
hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Dengan diterapkan pembelajaran mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan pendidikan kewarganegaraan.
2. Dengan diterapkan pembelajaran mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
F. Tujuan Penelitian
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan melalui kegiatan pembelajaran.
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung
jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan secara tuntas.
7
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan tidak lagi monoton.
2. Ditemukan stratregi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang tepat, tidak
konvensional, tetapi bersifat variatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat.
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat.
5. Kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan meningkat.
6. Motivasi diri siswa akan tumbuh, meningkat dan meningkat terkait dengan materi
pendidikan kewarganegaraan tentang prestasi diri.
7. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meningkat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).
Pengertian pendidikan kewarganegaraan (civic education) muncul pertama kali dalam
artikel tertua dalam majalah “Education”yang terbit tahun 1886. Civics diartikan sebagai “the
science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collection, the
individual in his relation to the state”. (Creshore, 1965: 264 dalam Somantri, 2001: 293).
Batasan tersebut menyatakan bahwa civics identik dengan ilmu kewarganegaraan yang
mengatur hubungan orang-orang, warga negara dengan organisasi yang paling kecil sampai
dengan organisasi puncak yaitu negara. Pendidikan kewarganegaraan adalah seleksi dan
adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan
dasar yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai
salah satu tujuan pendidikan IPS (Somantri, 2001: 159). Sedangkan unsur yang membentuk
pendidikan kewarganegaraan menurut Somantri (2001: 158) adalah: pertama, hubungan
pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif
((intraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu; kedua, kebudayaan Indonesia dan
tujuan pendidikan nasional; ketiga, disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan;
keempat, disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu kewarganegaraan; kelima, dokumen
Negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan negara serta perjuangan bangsa;
keenam, kegiatan dasar manusia; dan ketujuh, pengertian pendidikan IPS.
Pendidikan kewaranegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok yang
seimbang, yakni: (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pesera didik tentang etika,
moral dan asas-asas dalam hidup berbangsa dan bernegara; (2) membentuk sikap, perilaku,
dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Sidi, 2003). Kedua sasaran ini
9
hendaknya dapat dicapai secara serentak agar peserta didik tidak hanya mampu memahami
pengetahuan tentang etika dan moral belaka, tetapi jauh lebih penting adalah agar mereka
dapat dan mampu melakukannya dalam pergaulan sehari-hari.
Pendidikan kewarganegaraan membicarakan: (1) hubungan warga negara dengan
organisasi sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan; (2) bagaimana hak-hak asasi manusia itu
dilindungi oleh negara; (3) bagaimana hak-hak politik warga negara itu dijalankan ; dan (4)
bagaimana warga negara mengatur diri sendiri dan mengatur kepentingan umum dalam
bentuk partisipasi dan kerja sama (Somantri, 2001: 295). Dalam proses pembelajarannya,
civic diorganisasikan secara psikologis (psychologically organized), dengan maksud agar
civics bisa dipahami sesuai dengan tingkat umur siswa. Walaupun pengorganisasiannya telah
diusahakan secara psikologis, dalam prakteknya para pendidik merasa tidak puas terhadap
penyelenggaraan civics. Oleh karena itu, mulai tahun 1901 timbul gerakan Civic Education di
Amerika Serikat yang dipelopori oleh Howard Wilson, Dekan Fakultas Pendidikan
Universitas California dan Presiden National Council for the Social Studis (NCSS). Gerakan
ini pada dasarnya ingin memperlus arti civics itu sendiri dan ingin lebih melibatkan aspek-
aspek pendidikan dan psikologi pendidikan serta memperhatikan kebutuhan pribadi dan
masyarakat dalam pelajaran civics. Tanda-tanda gerakan civic education di antaranya: (1)
para siswa harus terlibat dengan bahan pelajaran; (2) kegiatan dasar manusia melandasi bahan
pelajaran; (3) bahan pelajaran kewarganegaraan harus dikorelasikan atau diintegrasikan
dengan bahan-bahan ilmu sosial, sains, teknologi, etika dan agama agar bahan civic education
dapat menumbuhkan berpikir kritis, analitis dan kreatif serta dapat melatih siswa untuk
berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai dengan tingkah laku demokratis. Dengan kata lain,
para siswa akan dilatih dalam menilai berbagai macam masalah sosial, ekonomi dan politik
dengan cerdas dan penuh tanggung jawab agar propaganda dan agitasi politik yang tidak
bernilai dapat dihindarkan. Kehadiran program pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam
10
kurikulum sekolah di Indonesia relatif masih muda bila dibandingkan dengan dengan
pelajaran civics di Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 1790 (Cox, 1970: 105). Sejarah
timbulnya istilah civics di Indonesia dimulai pada tahun 1957 dalam kurikulum SMP/SMA
yang ditempelkan dalam mata pelajaran Tata Negara. Isinya hanya membahas tentang cara-
cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan. Pada tahun 1961 timbul istilah civics
yang diidentikkan dengan indoktrinasi. Kemudian pada tahun 1968 civics di sekolah diberi
nama Pendidikan Kewarganegaraan yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
menumbuhkan warga negara yang baik. Isi bahan pelajarannya mengandung nasionalisme,
patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan (Somantri, 2001: 298).
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan kewargenegaraan yang sangat baik,
dalam pelaksanaannya di lapangan hanya menekankan kepada soal-soal kenegaraan,
sedangkan kebutuhan pribadi siswa kurang diperhatikan, seperti motivasi siswa. Oleh karena
itu bahan pelajaran pendidikan kewarganearaan harus merupakan sintesis dari kebutuhan
warga negara, masyarakat dan pribadi siswa. Lebih jelas dan rinci Somantri (2001: 299)
menyatakan pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan
demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu
diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Dari batasan di atas, maka pelajaran pendidikan kewarganegaraan harus mengenai
sasaran kebutuhan para siswa. Para siswa jangan terlalu banyak diberi hal-hal yang terlalu
abstrak, tetapi hal-hal nyata dan berguna bagi kehidupan sehari-hari, tanpa mengurangi tujuan
dan hakekat pendidikan kewarganegaraan.
Sementara itu pendidikan kewarganegaraan mempunyai visi untuk mendidik warga
Negara yang demokratis dalam konteks pendidikan formal. Sedangkan misi pendidikan
11
warga Negara dapat dirinci menjadi tiga aspek, yakni sosio pedagogis, sosio kultural dan
subtantif akademis (Winataputra, 2003). Misi sosio pedagogis adalah mengembangkan
potensi individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, taat hokum, beradab dan religius. Misi sosial kultural adalah memfasilitasi
perwujudan cita-cita, sistem kepecayaan atau nilai, konsep, prinsip, dan praksis demokrasi
dalam konteks pembangunan masyarakat madani Indonesia melalui pengembangan
partisipasi warga negara secara cerdas dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan
sosial kultural secara kreatif yang beruara pada tumbuh dan berkembangnya komitmen moral
dan sosial kewarganegaraan. Sedangkan misi subtantif akademis adalah mengembangkan
struktur atau tubuh pengetahuan pendidikan kewarganegaraan, termasuk di dalamnya konsep,
prinsip, dan generalisasi mengenai dan yang berkenaan dengan civic virtue atau kebajikan
kewarganegaraan dan civic culture atau budaya kewarganegaraan melalui kegiatan penelitian
dan pengembangan (fungsi epistemologi) dan memfasilitasi praksis sosio pedagogis dan sosio
kultural dengan hasil penelitian dan pengembangan itu (fungsi aksiologi).
B. Hakekat Lingkungan Sosial sebagai Sumber Belajar
Dalam konteks pembaharuan pendidikan kewarganegaraan dan IPS di Indonesia,
perlu dijawab secara kreatif isu-isu sebagai berikut: pertama, bagaimana agar kerja keras dan
motivasi bisa ditumbuhkan dalam pribadi peserta didik agar kualitas pendidikan makin
meningkat; kedua, langkah-langkah pembaharuan kurikulum IPS dan pendidikan
kewarganegaraan yang bagaimanakah yang dapat menjamin tumbuhnya kerja keras dan
motivasi para siswa; dan ketiga, bagaimana pendidikan IPS dan kewarganegaraan yang
berlandaskan Pancasila akan akan menggunakan berpikir integratif menuju pada terciptanya
warga negara yang bermutu (Somantri, 2001: 142).
Dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan dihadapkan pada
masalah perbedaan individual (individual differences) yang dapat diidentifikasikan dalam tiga
12
kelompok, yakni: (1) kelompok yang mempunyai sifat seperti “batu” (stone citizen), yaitu
siswa yang dihinggapi dengan sifat belajar pasif, yang sangat sukar sekali untuk menerima
dan terlibat dalam proses berpikir, apalagi tergerak untuk berkomunikasi; (2) kelompok yang
mempunyai sifat seperti “busa” (sponge citizen), yaitu agak mirip dengan kelompok batu,
tetapi mereka masih mau menerima masukan dari efektor; dan (3) kelompok yang
mempunyai sifat seperti generator (generator citizen), yaitu siswa yang mempunyai sifat mau
menerima bahan pendidikan dan terampil berprakarsa, serta berkeinginan untuk berperan
serta dalam kehidupan sosial. Dia menyenangi hubungan antar pribadi bahkan inter personal
conflict pun dilakukannya, sebab hubungan tersebut bisa menambah terganggunya kesehatan
mental (mental hygiene) siswa dan masyarakat pada umumnya.
Berkaitan dengan hal di atas diperlukan pendekatan dan variasi mengajar dari guru.
Guru harus mampu sebagai motivator, pemandu, demokrat, penasehat, penegak wibawa,
pemberi inspirasi masa depan, pelaksana lapangan, pemersatu berbagai kelompok, pencerita
yang andal dan menarik, perencana, pemelihara, penilai dan penyimpul (Davis, 1981). Oleh
karena itu diperlukan kehadiran guru yang mampu menghidupkan kelas pendidikan
kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi di mana situasi kelas secara
berkesinambungan merupakan tempat latihan berbeda pendapat, berargumentasi dengan akal
sehat dan ilmiah, berlatih mengendalikan emosi, jujur atau sportif, serta berlatih dan
membiasakan diri dalam langkah pemecahan masalah dan proses mengambil keputusan.
Pengembangan kelas pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan lingkungan
sosial sebagai sumber belajar tidak semata-mata mengkaji dan melatih keterampilan
berdiskusi, melainkan muatan kognitif dan afektifnya harus merupakan kesatuan dengan
keterampilan sosial dan keterampilan mengemukakan pendapat (Somantri, 2001: 189).
C. Hakekat Motivasi dan Hasil Belajar
13
Dalam bagian ini diuraikan tentang hakekat motivasi dan hakekat hasil belajar siswa
sebagaimana uraian berikut ini.
1. Hakekat Motivasi Siswa
Setiap yang dilakukan manusia selalu berangkat dari motivasi, termasuk dalam
belajar, motivasi itu sangat penting dan merupakan syarat mutlak (Purwanto, 1987: 69).
Sementara itu menurut Poerwadarminta (1989: 636) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
motivasi berarti: (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar/tidak sadar untuk
melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang/kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya/mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Pemahaman secara etimologis berasal dari kata paham yang berarti tahu benar, pandai dan
mengerti benar. Sedangkan pemahaman memiliki pengertian yang luas yaitu menunjukan
suatu proses, cara memahami atau memahamkan sesuatu.
Sedangkan menurut Usman (2005: 28) motivasi itu adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian maka
motivasi itu dapat diartikan sebagai daya penggerak (motif) yang telah aktif, atau dapat pula
diartikan sebagai hal-hal yang mendorong aktivitas-aktivitas yang merupakan alasan
dilakukannya suatu perbuatan.
Motivasi seseorang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan yang timbul dalam
dirinya. Seseorang yang berbuat atau melakukan sesuatu sedikit banyaknya dikarenakan ada
kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya (Purwanto, 1987: 70).
Misalnya seseorang yang mempunyai cita-cita dalam hidupnya berarti ia mempunyai banyak
kebutuhan-kebutuhan yang ia inginkan. Dan dengan demikian timbul dorongan dalam diri
14
orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, dalam arti timbul motivasi. Dan
andaikata cita-cita tersbut merupakan tumpuan harapannya, maka motivasi yang timbul pada
diri orang tersebut adalah motivasi yang kuat. Dengan demikian motivasi tersebut ia
realisasikan dalam bentuk perbuatan belajar yang sungguh-sungguh. Jadi motivasi itu sangat
berguna bagi perbuatan manusia, yakni untuk: (1) mendorong manusia untuk berbuat, sebagai
penggerak atau motor yang memberikan kekuatan pada seseorang untuk melakukan sesuatu
tugas; (2) menentukan arah perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
dilakukan yang serasi mencapai tujuan itu, dengan mengkesampingkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu (Achmad, 2003: 67.
Motivasi itu dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat pula
timbul akibat pengaruh dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik). Dengan demikian
motivasi itu dapat digolongkan menjadi dua macam, yakni: (1) motivasi instrinsik: motivasi
ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari
orang lain, tetapi atas kemampuan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin
memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan
negara. Karena itu ia rajin belajar tanpa ada unsur suruhan dari orang lain; (2) motivasi
ekstrinsik: motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, karena adanya
ajakan, suruhan dan paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi demikian akhirnya ia
mau melakukan sesuatu. Misalnya seorang mau belajar karena disuruh orang tuanya agar
mendapat peringkat pertama di kelasnya atau karena adanya penghargaan (Usman, 2005: 24).
Dari dua jenis motivasi tersebut, motivasi instrinsik lebih baik dari pada motivasi
ekstrinsik (Purwanto, 1987: 38). Motivasi instrinsik ini dapat timbul akibat rangsangan dari
motivasi ekstrinsik yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga melekat pada diri
seseorang yang kemudian berubah menjadi motivasi instrinsik. Untuk motivasi motivasi
ekstrinsik tidaklah kalah pentingnya dengan motivasi instrinsik bagi setiap orang dalam
15
kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar
mengajar.
Adanya motivasi pada diri seseorang anak anak, baik itu motivasi instrinsik maupun
motivasi ekstrinsik dalam suatu proses belajar mengajar dapat mendorong anak tersebut untuk
mau melakukan perbuatan belajar. Dan inilah yang disebut dengan motivasi belajar, yakni
daya dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan belajar. Hal yang
mendorong (motivasi) untuk belajar itu menurut Arden N. Frandsen dalam Achmad (2003:
68) adalah sebagai berikut (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas; (2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan selalu untuk maju;
(3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman; (4)
adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha baru baik dengan
kooperasi maupun kompetensi; (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran; (6) adanya pengajaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
Dorongan belajar itu dapat timbul disebabkan karena pengaruh dari luar diri anak
didik dan dapat pula timbul dalam diri anak tanpa adanya paksaan atau rangsangan. Tetapi
biasanya seorang anak mau melakukan perbuatan belajar dikarenakan adanya dorongan,
rangsangan atau ajakan tersebut dapat menimbulkan kesadaran dalam diri siswa bahwa
perbuatan belajar itu penting ia lakukan, baik bagi diri dan masa depannya maupun bagi
bangsa dan negaranya. Dengan demikian kesadaran tersebut mendorongnya untuk
melakukan perbuatan belajar tanpa adanya paksakan. Ada yang menyatakan bahwa terdapat
dua faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan, yaitu kecerdasan dan
motivasi. Dari kedua faktor ini, motivasi yang terpenting.
Dalam semua kegiatan belajar, motivasi itu pengendali, yang mengendalikan
jalannya kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi untuk belajar, lebih siap belajar dari
pada siswa yang tidak memilikinya (Hutabarat, 2001: 25). Oleh karena itu seorang pendidik
16
sangat berperan dalam membangkitkan motivasi belajar siswa didiknya. Guru dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi, dan dapat pula mengendorkan keinginan belajar
yang sungguh-sungguh.
Hal ini sesuai dengan pendapat para penganut teori belajar behavioristik, yang
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya (Soemanto, 2001: 116). Lebih lanjut Soemanto
(2001: 116) menyatakan bahwa dorongan aktif belajar misalnya: (1) keinginan hadir dalam
ruang kelas untuk belajar; (2) keaktifan melaksanakan tugas dari guru; (3) keaktifan
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar; (4) keaktifan dalam mencatat bahan pelajaran
yang disampaikan oleh guru; (5) keaktifan dalam mencari dan melengkapi bahan sumber-
sumber bacaan yang dianjurkan oleh guru. Dorongan melakukan kegiatan ini merupakan
respon dalam rangka berusaha mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
2. Hakekat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2003: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik
tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution (2001: 340) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu
yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat
hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui
apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis
yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
17
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (Sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian
tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang
diperoleh siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap
selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian
ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas
terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal
dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul
dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi
para peserta didik
18
C. Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan:
Diskusi Pemecahan Masalah Penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
Evaluasi Efek
19
HasilanPerlakuanKeadaan Sekarang
1. Pembelajaran PKn monoton
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
3. Metode konvensional
4. Rendahnya kualitas pembelajaran PKn
5. Rendahnya hasil pembelajaran PKn
1. Penjelasan pembelajaran
2. Pelatihan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
3. Simulasi pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
1. Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar
2. Kualitas pembelajaran PKn meningkat
3. Hasil pembelajaran PKn meningkat
Evaluasi awal
Evaluasi akhir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan penggunaan penelitian tindakan kelas karena
peneliti bersama kolaborator (guru) SMPN 254 Jakarta ingin meningkatkan mutu
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas IX yang dipandang selama ini
pembelajarannya berlangsung monoton dan membosankan serta motivasi belajar siswa
tergolong rendah. Dengan rancangan tindakan yang kemudian diterapkan dalam
pembelajaran diharapkan terjadi peningkatan mutu pembelajaran PKnn
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
(PKn) tingkat SMP. Pemilihan fokus ini disebabkan ketika penulis melakukan pendampingan
terhadap guru PKn melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), terutama tingkat
SMP kondisi pembelajarannya cukup memprihatinkan. Para guru PKn di lapangan masih
menggunakan pembelajaran konvensional dengan dominasi ceramah. Hal ini disebabkan guru
kesulitan untuk mengemas pembelajaran PKn dengan lebih inovatif dan kreatif. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk mengembangkan pembelajaran PKn yang inovatif dan kreatif
melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkolaborasi dengan guru PKn SMPN 254
Jakarta yang bernama ibu Sri Aisah, S.Pd yang mengajar PKn di kelas IX.
Ketika penulis berdiskusi dengan guru kolaborator pembelajaran PKn memasuki
semester dua (genap) dan akan memasuki Standar Kompetensi yang kedua, yakni:
Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa (semester genap ada
dua SK). Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
20
Tabel 3.1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas IX, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia
3.2 Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era global
3.3 Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3.4 Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi
4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
4.1 Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa
4.2 Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan
4.3 Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
Dalam diskusi penulis dengan guru kolaborator terungkap bahwa selama ini dalam
penyampaian materi untuk standar kompetensi (SK) menampilkan prestasi diri sesuai
kemampuan demi keunggulan bangsa yang terdiri dari tiga kompetensi dasar (KD)
dilaksanakan dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran PKn cenderung berjalan
monoton dan membosankan serta motivasi siswa dalam proses belajar mengajar rendah. Hal
ini terlihat dari kurang antusiasnya siswa mengikuti pembelajaran PKn. Akhirnya setelah
melalui diskusi dan mengkaji literatur penulis dan guru kolaborator memutuskan untuk
pembelajaran dengan SK menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan
bangsa yang terdiri dari tiga KD dikemas dengan inovatif dan kreatif, yakni melalui
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Bentuk nyata
dari pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah
siswa dalam suatu kelompok diberikan tugas oleh guru untuk melakukan investigasi dengan
mewancarai tokoh atau orang yang berada di sekitar tempat tinggal siswa yang mempunyai
prestasi diri, baik dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain sebagainya.
21
Penulis dan guru kolaborator berasumsi bahwa dengan pembelajaran tersebut di atas
akan membuat siswa antusias dan mempunyai motivasi belajar serta pembelajaran PKn tidak
membosankan lagi. Lebih dari itu diharapkan siswa dapat meneladani dan terinspirasi dari
pengalaman tokoh berprestasi yang diwawancarai bagi kehidupan siswa di masa sekarang
maupun masa yang akan datang. Dalam rangka membuktikan asumsi itu penulis
berkolaborasi dengan guru PKn tersebut melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
C. Subyek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IX 8 yang terdiri
dari 37 siswa dengan komposisi perempuan 28 siswa dan laki-laki 9 siswa.
D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 254 Jakarta untuk mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang terletak di jalan Gandaria Jakarta Selatan.
Pemilihan sekolah ini menarik karena terletak di pinggiranan berada di wilayah perbatasan
antara Jakarta Selatan dengan kota administratif Depok Jawa Barat dan peneliti sudah
mempunyai hubungan yang cukup erat dengan warga sekolah tersebut dalam forum-forum
guru.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008,
yaitu bulan Januari sampai dengan Mei 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada
kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
E. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan motivasi dan
hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan melalui
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
22
F. Persiapan PTK
Dalam pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan
untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
akan dijadikan PTK, yaitu standar kompetensi (SK) 4. menampilkan prestasi diri sesuai
kemampuan demi keunggulan bangsa. Sedangkan kompetensi dasar (KD): 4.1 menjelaskan
pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa; 4.2 mengenal potensi diri untuk berprestasi
sesuai kemampuan; 4.3 menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk
mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar pengamatan diskusi; (3) Lembar evaluasi. Dalam persiapan juga akan
disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara heterogen.
G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan wawancara.
a. Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
b. Observasi atau pengamatan: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
motivasi siswa dalam proses belajar mengajar dan implementasi pembelajaran
dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
c. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan
implementasi pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, dan wawancara.
1) Tes: menggunakan butir soal atau instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa
23
2) Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat motivasi siswa
dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan.
3) Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau
sikap siswa tentang pembelajaran dengan pemanfaatan lingkunga sosial sebagai
sumber belajar.
H. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi atau pengamatan dari
pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan.
1) Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
2) Motivasi siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan: dengan
menganalisis tingkat motivasi siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan
kewarganegaraan. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan
rendah.
3) Implementasi pembelajaran dengan pemanfataan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar: dengan menganalisis tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.
I. Keabsahan Data
Suatu penelitian termasuk PTK yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengikuti kaedah-kaedah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan
standar ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan (keabsahan data) suatu
penelitian adalah dengan melihat validitas dan kredibilitas penelitian. Penelitian tindakan
kelas yang tergolong bertradisi kualitatif dengan sifatnya yang deskriptif dan naratif memiliki
cara-cara tersendiri dalam melakukan validasi dan reliabilitas. Validas menunjuk pada derajat
24
keterpercayaan terhadap proses dan hasil PTK, sedangkan reliabilitas menunjuk pada sejauh
mana kajian dapat direplikasi artinya apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode
yang sama akan mendapatkan hasil yang sama seperti kajian terdahulu. Akan tetapi
reliabilitas dalam PTK tidak seketat dalam penelitian jenis lainnya, karena PTK memiliki
karakteristik tersendiri, seperti kontekstual dan situasional.
Penelitian kualitatif termasuk PTK dikatakan akurat dan dapat dipercaya dilihat dari
standar kualitas tertentu. Howe dan Eisenhardt (1990) dalam Ceswell (1998) menyatakan ada
lima standar, yakni:
1. Penilaian kajian terutama diarahkan kepada apakah pertanyaan
penelitian mendorong dilakukannya pengumpulan data dan analisisnya, dan bukan
sebaliknya.
2. Penilaian ditujukan kepada apakah pengumpulan data
analisisnya secara teknis dilakukan dengan kompeten.
3. Penilaian mempertanyakan apakah peneliti menyusun asumsi-
asumsinya secara eksplisit, termasuk subyektivitas peneliti.
4. Penilaian juga perlu diarahkan kepada apakah kajian itu cukup
tegar, dengan menggunakan eksplanasi yang berdasar kepada teori-teori yang
diakui, serta mendiskusikan eksplanasi mengapa teori-teori tertentu ditolak.
5. Penilaian seharusnya memiliki ”nilai”, baik dalam memberikan informasi baru
maupun dalam meningkatkan keterampilan meneliti, baik dalam melindungi hal-hal
yang terkait dengan privasi seseorang maupun dalam memegang kebenaran dari
semua partisipan penelitian (masalah etika penelitian).
Dalam pandangan Borg dan Gal (2003) dalam Rochiati (2005) ada lima tahap kriteria
validitas, yakni:
25
1. Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh mana tindakan dilakukan untuk
memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan kelas atau
dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai. Dalam penelitian yang
dilakukan para praktisi, perhatian tidak hanya tertuju kepada penyelesaian masalah
semata, melainkan juga kepada bagaimana menyusun kerangka pemikiran dalam
menyajikan masalah yang kompleks yang seringkali memicu munculnya masalah
baru dan pertanyaan baru. Jadi kriteria ini mencakup juga sifat mengulang pada
siklus-siklus penelitian tindakan kelas, dan pada dua tahap penting pada bagian
akhirnya yakni pada refleksi dan pada saat menentukan tindakan lanjutan atau
tindakan modifikasi dalam siklus baru. Sebagai contoh oleh Borg dan Gall
dikemukakan penelitian tindakan kelas Dabisch, seorang guru yang tadinya hanya
ingin mengubah posisi bangku belajar siswa dan melihat dampaknya, ternyata
bahwa para siswa menyukai penataan bangku yang baru, akan tetapi memberikan
dampak negatif yaitu siswa lebih banyak berbicara yang bukan bahan pelajaran dan
tidak mendorong mereka melakukan kerja sama. Pengetahuan baru ini
mendorongnya kepada tindakan-tindakan lain dalam rangka penelitian, dengan
mengumpulkan data yang diperlukan. Setiap tindakan memberikan hasil baru dan
informasi untuk tindakan selanjutnya. Pada setiap tindakan Dabisch berbagi refleksi
dengan para mitra penelitinya dan di dalam laporan penelitiannya. Pada langkah
berikutnya, berdasarkan pengalaman ini, ia merencanakan penelitian tindakan baru
mengenai pemberian tugas kepada siswa yang mendorong mereka untuk belajar
lebih kooperatif. Ia menyatakan kepuasannya melakukan penelitian tindakan, yang
dianggapnya telah meningkatkan keterampilan mengajarnya. Inilah contoh dan
bukti validitas hasil, yang menunjukkan keberhasilan kelompok kerja siswa dan
modifikasi yang berkelanjutan yang dilakukan dalam praktek guru.
26
2. Validitas proses, yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam
berbagai fase penelitian tindakan. Misalnya, bagaimana permasalahan disusun
kerangka pemikirannya dan bagaimana penyelesaiannya sedemikian rupa sehingga
peneliti di dalam menghadapinya mendapat kesempatan untuk terus belajar sesuatu
yang baru. Triangulasi data, perspektif yang majemuk dan keragaman sumber data
merupakan sumbangan kepada validitas proses. Laporan naratif merupakan
representasi atau penjelasan dari kenyataan yang dikomunikasikan melalui berbagai
bentuk cerita. Dalam menentukan kredibilitas dan derajat kepercayaan narasi ini,
haruslah setia kepada gambaran yang akurat dari apa yang sebenarnya terjadi, dan
bukan kisah subjektif atau dilebih-lebihkan agar menarik.
3. Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauh mana PTK berlangsung secara
kolaboratif dengan para mitra peneliti, dengan perspektif yang beragam dan
perhatian terhadap bahan yang dikaji. Sebagai contoh kembali pada penelitian
tindakan kelas dari Dabisch, yang selama berlangsungnya penelitian ia melibatkan
para siswanya untuk mendapatkan kerja sama mereka dalam pengumpulan dan
penafsiran data misalnya. Dalam refleksinya, Dabisch mencatat bahwa berbagai apa
yang ia lakukan di kelas dalam rangka penelitiannya menyebabkan mereka merasa
sebagai bagian dari apa yang sedang terjadi, dan mereka mempunyai andil dalam
suara mereka, karena Dabisch selalu bertanya apa pendapat mereka dalam berbagai
aspek penelitian. Itulah upaya untuk memperkuat validitas demokratis dalam
penelitian tindakan kelas.
4. Validitas katalitik (dari kata katalisator), yakni sejauh mana penelitian
berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan dan memberi
semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi
kenyataan kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari. Validitas dalam aspek ini
27
ditunjukkan misalnya oleh catatan dalam jurnal yang dibuat oleh peneliti dan mitra
peneliti, yang dalam tahap refleksi akan menunjukkan proses perubahan dalam
dinamika pembelajaran di kelas yang menjadi latar sosial (social setting) dari
penelitian.
5. Validitas dialog, yaitu merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya mitra
peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.
Dialog ini bisa dilaksanakan secara kolaboratif dalam merefleksi dengan para mitra
peneliti, dengan pakar peneliti di luar penelitian atau dengan teman sejawat yang
kritis berbagai aspek penelitian terutama dalam penjelasan data penelitian. Dabisch,
dalam penelitian tindakan kelasnya, ternyata melakukan banyak dialog dengan
teman-teman kuliahnya di universitas. Ia menyatakan bahwa kawan-kawan
kuliahnya di universitas tempatnya melanjutkan studi keguruan banyak membantu
dalam melahirkan gagasan-gagasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut,
dan menyadarkan dirinya tentang betapa pentingnya menjadi anggota komunitas
guru peneliti.
Sedangkan Hopkins (1993) dalam Rochiati (2005) berpendapat bahwa untuk menguji
derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang
dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yakni:
1. Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali keterangan-
keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara
dari nara sumber yang relevan dengan PTK (Kepala Sekolah, guru, teman sejawat,
siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah
keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah
sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.
28
2. Melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis,
konstruk atau analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra
peneliti. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut
pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra
peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.
3. Dengan melakukan saturasi, yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau
tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan data
baru.
4. Dengan cara menggunakan pembandingan atau dengan eksplanasi saingan atau
kasus negatif. Peneliti tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau
membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan
mendukungnya. Apabila peneliti tidak berhasil menemukannya, maka hal ini
mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori dalam
penelitian.
5. Dengan audit trail, yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau
prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Juga
memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Audit trail
dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu
sendiri.
6. Dengan expert opinion, yakni dengan meminta kepada orang yang dianggap ahli
atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua
tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgements
terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji.
29
7. Dengan key respondents review, yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra
peneliti yang banyak mengetahui tentang penelitian tindakan kelas, untuk membaca
draf awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian, yaitu SMPN 254 Jakarta Selatan, berada di ujung selatan wilayah
kotamadya Jakarta Selatan, tidak jauh dari perbatasan dengan wilayah Depok Jawa
Barat. SMPN 254 Jakarta memiliki NSS 201016308101 dan beralamat di Jl. Gandaria V
Telp. 021-7270842 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan
Propinsi DKI Jakarta. Pada saat penelitian dilaksanakan SMPN 254 Jakarta dipimpin oleh
Dra. Hj. Ernawati, M.Pd., NIP/NRK 131 782 050 yang dilahirkan di Malang, 31 Desember
1960 dengan pendidikan S.2 jurusan Bahasa Inggris. SMPN 254 pada tahun ajaran 2007/2008
sudah mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu
kepada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. SMPN 254 mempunyai 3
lantai, 31 kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium Fisika, laboratorium
Biologi, laboratorium Bahasa, musholla, koperasi, ruang UKS/PMR, ruang guru, kantin,
ruang pertemuan (AULA) dan ruang tata usaha serta sarana olah raga.
Visi, Misi, motto dan Tujuan SMPN 254 Jakarta adalah sebagai berikut:
VISI :
30
“Terbentuknya Sumber Daya Manusia Yang Berakhlaq Mulia, Unggul Dalam
Bidang Akademis dan Non Akademis”.
MISI :
1. Meningkatkan pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang berakhlaq mulia dalam
menciptakan keikhlasan dalam belajar/bekerja
2. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan siswa dalam prestasi akademis.
3. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan siswa dalam prestasi non akademis.
4. Meningkatkan prestasi olah raga sampai tingkat nasional.
5. Melaksanakan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
6. Menguasai dan melaksanakan model pembelajaran CTL dalam proses
pembelajaran.
7. Meingkatkan profesionalisme seluruh tenaga pendidik.
8. Mendayagunakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana.
9. Meningkatkan budaya kekeluargaan dalam menciptakan suasana belajar/bekerja
yang kondusif.
10. Meningkatkan pendekatan pada masyarakat sekitar dalam membantu kelancaran
proses belajar.
11. Mewujudkan sekolah wiyata mandala sehingga menjadi sekolah bagi masyarakat.
Kultur sekolah :
1. Setiap hari jumat 15 menit sebelum belajar ( pkl.06.45 - 07.00 wib ) tadarusan
2. Melaksanakan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun + sun tangan kepada guru
dan orang tua atau tamu)
3. Peduli dan berbudaya lingkungan
4. Hidup bersih ( lingkungan sekolah bebas sampah )
5. Menggunakan WC dan toilet seperti di rumah sendiri (tidak menggunakan alas kaki)
31
6. Sholat dhuhur, sholat jumat, keputrian (setiap jumat, bersamaan dengan keg jumatan),
gebyar jumsih (jum’at bersih) dan senam.
Dalam rencana strategisnya SMPN 254 Jakarta berhasil mengidentifikasi tantangan
nyata yang akan dihadapi, yakni :
1. Perubahan paradigma kegiatan
belajar mengajar guru
2. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.
3. Program sekolah internasional
4. Sistem informasi global.
5. Perubahan iklim investasi bagi orang tua untuk menyekolahkan anak ke sekolah
yang bermutu
6. Munculnya berbagai lembaga atau
sekolah terpadu, unggulan yang terakreditasi internasional.
Oleh karena itu SMPN 254 Jakarta menerapkan strategi sebagai berikut:
a. Penetapan standar kompetensi lulusan yang bertaraf nasional
b. Pembuatan dokumen kurikulum
c. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
d. Peningkatan kualitas PBM yang berbasis ICT dengan berbagai model pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
e. Peningkatan kelengkapan fasilitas sekolah yang mendukung program SSN
f. Peningkatan pengelolaan manajemen berbasis Sekolah yang berbasis ICT
32
g. Peningkatan standar pembiayaan siswa sesuai dengan standar nasional
h. Penetapan sistem penilaian dengan standar nasional
1. Ketenagaan
SMPN 254 Jakarta didukung oleh tenaga pendidik dan tenaga administrasi yang dari
segi jumlah relatif cukup dengan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dan kecakapan
serta keterampilan yang mumpuni. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Guru SMPN 254 Jakarta Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
PendidikanGuru Tetap
Guru Tidak Tetap Jumlah
L P L PS.2.S.1.SM/D.3.
-124
219 9
-3-
-2-
2 (%)36 (%)13 (%)
Jumlah 16 30 3 2 51
Tabel 4.2
Tenaga Administrasi
PendidikanPegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap
JumlahL P L P
D3 dan SarjanaSLTASMPSD
13--
21--
----
-1--
35--
Jumlah 4 3 - 1 8
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana menunjang bagi terlaksanaanya proses pembelajaran yang
efektif. Gedung kantor: ruang kasek, wakasek, guru, dan ruang administrasi pada umumnya
dalam kondisi baik. Demikian pula ruang BP, OSIS, UKS, aula, koperasi, pos keamanan,
mushalah, sampai pada kantin dalam keadaan baik dan cukup nyaman. Ruang kelas 24 buah
dalam kedaan baik dengan dilengkapi sarana pendukung. Setiap kelas mempunyai OHP dan
33
buku-buku mata pelajaran dan penunjang diperpustakaan. Terdapat perpustakaan guru di
ruang guru dan perangkat lunak untuk pembelajaran (CD Pembelajaran) serta peralatan olah
raga. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
a. Sarana Sekolah
Sarana sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Sarana Sekolah
No. Peruntukan Jumlah Kondisi1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Baik3. Ruang Guru 1 Baik4. Ruang Tata Usaha 1 Baik5. Ruang BP/BK 1 Baik6. Ruang Belajar 24 Baik7. Laboratorium IPA 2 Baik8. Laboratorium Komputer 1 Baik9. Laboratorium Bahasa 1 Baik
10. Perpustakaan 1 Baik 11. Ruang Praktek Ketrampilan 1 Baik12. Ruang Praktik Tata Boga 1 Baik13. Ruang UKS / PMR 1 Baik14. Ruang OSIS 1 Baik15. Ruang Koperasi 1 Baik 16. Aula dengan kapasitas 200 kursi 1 Baik17. Musholah 1 Baik18. Gudang 1 Baik 19. Kantin 1 Baik20. Ruang dapur Sekolah 1 Baik21. Rumah Penjaga Sekolah 1 Baik22. Toilet / Kamar Kecil 9 Baik23. Lapangan Basket, Volli, tempat parkir 1 Baik
b. Prasarana Sekolah
(1) OHP untuk mendukung pembelajaran
(2) Buku-buku mata pelajaran dan penunjang diperpustakaan
(3) Terdapat perpustakaan guru di ruang guru
34
(4) Peralatan olah raga
(5) Peralatan laboratorium sains.
(6) Penyediaan perangkat komputer untuk penggunaan adminstrasi guru.
(7) Papan kreasi.
(8) Alat-alat ketrampilan dan kerajian.
B. Penyajian Data dan Pembahasan
Penyajian hasil penelitian tindakan kelas diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-
siklus pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana
pemaparan berikut ini:
1. Siklus Pertama
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
(observasi) dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini:
a. Perencanaan (Planing)
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
2) Menyusun perangkat pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang mengacu pada tindakan (treatment), yakni pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Bentuk dari pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah siswa dalam suatu
kelompok diberikan tugas untuk mewawancarai tokoh berprestasi yang ada dalam
masyarakat di mana siswa tinggal. Dalam menyusun perangkat pembelaaran
kolaborator (guru) mengalami sedikit kesulitan, hal ini guru belum terbiasa menyusun
perangkat pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Oleh karena itu peneliti harus
35
bekerja keras berdiskusi dan memberikan masukan untuk mengahsilkan perangkat
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tindakan (treatment) PTK.
3) Membuat lembar kerja siswa yang dipergunakan sebagai pedoman atau acuan siswa
dalam melaksanakan tugas di lapangan, sehingga para siswa tidak mengalami
kesulitan yang berarti dalam proses investigasi mewawancarai tokoh berprestasi yang
ada dalam lingkungan tempat tinggal siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK. Instrumen tersebut meliputi
instrumen untuk mengukur tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran, dan instrumen
untuk memantau aktivitas guru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Instrumen ini dibuat dengan sebaik
mungkin, karena dalam suatu penelitian termasuk PTK keberadaan instrumen adalah
sesuatu yang penting. Dengan instrumen yang baik, maka akan menghasilkan data
yang akurat sehingga pengambilan kesimpulan penelitian juga tepat dan akurat.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai
hasil belajar. Alat evaluasi harus dirancang dengan sebaik mungkin, sehingga mampu
mengukur dan memberikan informasi yang lengkap dari kemampuan siswa, baik
kognitif, apektif maupun psikomotorik.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Guru memberikan informasi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran standar
kompetensi menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
yang terdiri dari tiga kompetensi dasar melalui pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
36
2) Guru dan siswa membentuk kelompok-
kelompok kecil yang heterogen (kelas dibagi dalam delapan kelompok di mana satu
kelompok terdiri kuran lebih 5 siswa).
3) Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan
siswa dalam kelompok, yakni melakukan investigasi dengan mewancarai tokoh atau
orang yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal siswa yang mempunyai
prestasi diri, baik dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain
sebagainya.
4) Guru menjelaskan bagaimana teknis
pelaksanaan tugas tersebut dan apa yang harus dibuat dan dipersiapkan siswa, seperti
surat pengantar dari Kepala Sekolah, pedoman wawancara, tape recorder, kamera dan
hal-hal lain yang diperlukan dalam wawancara dengan tokoh berprestasi.
5) Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan
menyusun hal-hal yang diperlukan dalam wawancara dan menentukan siapa tokoh
atau orang yang akan diwawancarai.
6) Guru menjelaskan apa yang harus
dipersiapkan untuk pembelajaran minggu depan (pertemuan kedua).
7) Siswa dalam kelompok mempresentasikan
hasil wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal
siswa secara bergiliran dan kelompok yang lain menanggapi.
c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
1). Hasil observasi motivasi siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) pendidikan
kewarganegaraan selama siklus pertama skornya rata-rata 69%. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4Perolehan Skor Motivasi Siswa dalam PBM Siklus I
37
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase (%) KeteranganI 15 20 75
II 16 20 80 Tertinggi
III 14 20 70
IV 13 20 65
V 14 20 70
VI 12 20 60 Terendah
VII 13 20 65
VII 14 20 70
Rerata 14 20 69
Keterangan:
Motivasi terdiri dari lima sub aspek dengan empat kriteria sangat tinggi (4), tinggi (3), sedang
(2) dan 1 (kurang):
1. Perhatian
2. Hasrat ingin tahu
3. Minat
4. Tanggung jawab
5. Presentasi
38
Hasil pengamatan atau observasi terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar yang dipaparkan di atas
melalui tabel dan grafik berbentuk data kuantitatif dengan membedah dimensi motivasi
menjadi lima sub, yakni perhatian, hasrat ingin tahu, minat tanggung jawab dan presentasi.
Selain data kuantitatif juga dilakukan pengumpulan data motivasi siswa secara kualitatif,
yakni hasil catatan lapangan sebagai berkut.
“Kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) dimulai jam pertama dan kedua dari jam 07.00-09.20. hari itu adalah hari Selasa, tanggal 18 Maret 2008. Hari itu adalah presentasi hasil wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa. Selama kurang lebih satu minggu siswa dalam kelompok masing-masing telah bersusah payah menemui dan mewawancarai tokoh berprestasi. Kini saatnya mereka mempresentasikan hasil wawancara tersebut di hadapan teman-teman dan guru. Seperti biasanya para siswa memberikan salam dan duduk dengan tertib. Guru mengabsen dan menanyakan tugas yang diberikan guru. Guru menginstruksikan para siswa untuk menata meja dan kursi untuk keperluan diskusi. Dalam waktu singkat meja dan kursi tertata dengan rapi dan siap dipergunakan untuk diskusi. Secara bergantian satu persatu kelompok mempresentasikan tugasnya dengan semangat, meskipun masih terlihat sedikit gugup. Satu siswa menjadi moderator dengan tugas membuka dan menutup diskusi serta mengatur jalannya diskusi dengan sesekali membantu memberikan jawaban kepada
39
peserta diskusi. Guru dengan seksama memantau jalannya diskusi meskipun terkadang masih banyak duduk di meja. Tanpa terasa dua jam berlangsung dan guru menutup kegiatan hari itu” (Hasil catatan lapangan, Selasa, 18 Maret 2008).
Hasil pengamatan atau observasi dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif relatif sama, yakni motivasi siswa sudah mulai meningkat tetapi belum maksimal.
Hal ini bisa dilihat dari skor kuantitatif, yakni baru 69% maupun dengan pengamatan
kualitatif di mana motivasi siswa belum maksimal. Namun jika dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya (tanpa menggunakan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar) telah mengalami kemajuan yang cukup berarti.
2). Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM pada siklus 1.
Observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan lembar
observasi yang terdiri dari delapan aspek dan dinilai secara kuantitatif dengan empat kategori,
yakni sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K). Hasil obeservasi terhadap
aktivitas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar pada siklus pertama masih tergolong
rendah dengan perolehan skor 20 atau 63% sedangkan skor idealnya adalah 32. Hal ini terjadi
karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada
siswa bagaimana melakukan presentasi yang baik dan menarik. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.5Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I
NO. KEGIATAN NILAI
SB B C K
1. Apersepsi 2
2. Penjelasan materi 3
3. Penjelasan metode pembelajaran 2
4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3
5. Kemampuan melakukan evaluasi 3
6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 2
40
7. Menarik kesimpulan 2
8. Menutup pembelajaran 3
Skor 20
Keterangan:
SB = Sangat Baik (4)
B = Baik (3)
C = Cukup (2)
K = Kurang (1)
3). Hasil evaluasi siklus 1. penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran (post test).
Selain aktivitas guru dalam PBM dan motivasi siswa, penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran mulai meningkat. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata baru
mencapai 64 atau 64%.
4). Pada siklus pertama (dua pertemuan) selesai dilakukan pembelajaran diadakan ulangan
formatif (harian) kedua untuk standar kompetensi (SK) 4 Menampilkan prestasi diri sesuai
kemampuan demi keunggulan bangsa dengan kompetensi dasar (KD) 4.2 mengenal potensi
diri untuk berprestasi sesuai kemampuan. Hasil ulangan formatif (harian) kedua dengan
menggunakan pembelajaran memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah
6,60. Hal ini naik dari ulangan formatif pertama dengan kompetensi dasar (KD) 4.1
menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa nilai rata-ratanya adalah 6,10.
Nilai formatif pertama di bawah nilai kriteria ketuntasan minima (KKM) yang besarnya 6,50.
Terjadi peningkatan dari nilai ulangan formatif pertama sebesar 6,10 menjadi 6,60 pada
ulangan formatif kedua. Ini berarti naik 0,50.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah:
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, yakni bagaimana melakukan
41
wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat di mana
siswa tinggal.
2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar secara utuh dan menyeluruh.
3) Hasil wawancara belum secara komprehansif menggambarkan kondisi tokoh
berprestasi yang diwawancarai, sehingga informasi yang dipaparkan dalam presentasi
kelompok belum maksimal.
4) Masing-masing kelompok masih gugup dalam mempresentasikan hasil wawacara
dengan tokoh berprestasi.
5) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini, diperoleh dari hasil observasi
terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 63 %.
6) Sebagian siswa ada yang belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini
bisa dilihat dari hasil observasi terhadap motivasi siswa dalam PBM belum mencapai
maksimal, yakni hanya mencapai 69%.
7) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 6,40
8) Sebagian besar kelompok belum bisa menyelesaikan tugas dengan baik sesuai yang
ditentukan.
9) Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai hasil belajar.
2. Siklus Kedua
Seperti pada siklus pertama, pada siklus kedua ini terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replaning
a. Perencanaan (Planing)
42
Perencanaan (planing) pada siklus kedua berdasarkan replaning siklus pertama yaitu:
(1) Guru dengan intensif memberi pengertian dan
pemahaman kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok,
keikutsertaan siswa dalam kelompok dan bagaimana cara mendekati nara sumber
(tokoh masyarakat) yang akan diwawancarai sehingga mendapatkan informasi yang
komprehensif.
(2) Berkaitan dengan hal yang terjadi pada nomor 2 maka siswa dalam kelompok
(delapan kelompok) melakukan wawancara ulang dengan tokoh berprestasi yang
berada di lingkungan tempat tinggal untuk mendapatkan informasi yang belum
sempat diperoleh pada wawancara tahap pertama.
(3) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
(4) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
(5) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(6) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(7) Guru memberikan penjelasan bagaimana presentasi yang baik dan menarik.
b. Pelaksanaan (Acting)
1) Kelompok mempresentasikan kembali hasil wawancara dengan tokoh berprestasi di
lingkungan tempat tinggal siswa. Hal ini disebabkan pada hasil wawancara tahap
pertama ada hal penting yang belum terungkap. Siswa dalam kelompok
memungkinkan menemui dan mewawancarai kembali tokoh tersebut, karena tempat
tinggal tokoh tersebut sekitar tempat tinggal siswa.
2) Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hasil wawancara tahap kedua dengan tokoh
43
berprestasi sudah mampu menjaring informasi secara komprehensif, sehingga
menggambarkan kehidupan tokoh tersebut secara utuh dari awal sampai mendapatkan
prestasi seperti sekarang ini.
3) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu
presentasi yang dipaparkan dari kelompok lain. Para siswa terlihat antusias dan
termotivasi dengan cerita keberhasilan tokoh berprestasi tersebut.
4) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
1). Hasil observasi motivasi siswa dalam proses belajar mengaja (PBM) selama siklus kedua
terdapat peningkatan yang sangat signifikan, yakni dari 69% pada siklus pertama menjadi
79% pada siklu kedua (naik 1,0%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6Perolehan Skor Motivasi Siswa dalam PBM Siklus II
KelompokSkor
PerolehanSkor Ideal
Persentase (%)
Keterangan
I 16 20 80
II 17 20 85 Tertinggi
III 15 20 75
IV 15 20 80
V 16 20 80
VI 14 20 70 Terendah
VII 16 20 80
VII 16 20 80
44
Rerata 14 20 79
Keterangan:
Motivasi terdiri dari lima sub aspek dengan empat kriteria sangat tinggi (4), tinggi (3), sedang
(2) dan 1 (kurang):
1. Perhatian
2. Hasrat ingin tahu
3. Minat
4. Tanggung jawab
5. Presentasi
2). Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus kedua terjadi peningkatan yang
cukup signifikan. Dari skor ideal 32 nilai yang diperoleh adalah 27 atau 84%. Hal ini berarti
45
mengalami perbaikan dari siklus pertama. Pada siklus pertama aktivitas guru dalam
pembelajaran skornya sebesar 20 atau 63% meningkat menjadi 27 atau 84% pada siklus
kedua.
Tabel 4.7Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus 2
NO. KEGIATAN NILAISB B C K
1. Apersepsi 3
2. Penjelasan materi 4
3. Penjelasan metode pembelajaran 3
4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3
5. Kemampuan melakukan evaluasi 4
6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 3
7. Menarik kesimpulan 3
8. Menutup pembelajaran 4
Skor 27
Keterangan:
SB = Sangat Baik (4)
B = Baik (3)
C = Cukup (2)
K = Kurang (1)
3). Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran (post test) pada siklus
kedua juga terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni dari nilai skor ideal 100 nilai
rerata skor perolehan adalah 75 atau 75 %. Hal ini berarti naik dari siklus pertama 64 atau
64% menjadi 75 atau 75% (naik 11 angka atau 11%).
46
4). Hasil ulangan formatif atau harian ketiga (setelah menggunakan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar) juga mengalami peningkatan yang signifikan dari 6,20 sebelum pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar menjadi 6,60 pada siklus
pertama (setelah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar) menjadi 7,20 pada siklus kedua (setelah pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar). Ini berarti naik 0,60 dari ulangan harian kedua dan
naik 1,00 dari ulangan harian pertama.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)
(1) Sebagian kelompok sudah terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, yakni bagaimana melakukan wawancara
dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat di mana siswa tinggal
dengan lebih baik lagi.
(2) Sebagian kelompok sudah memahami langkah-langkah pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar secara utuh dan menyeluruh.
(3) Hasil wawancara sudah secara
komprehansif menggambarkan kondisi tokoh berprestasi yang diwawancarai, sehingga
informasi yang dipaparkan dalam presentasi kelompok sudah maksimal.
(4) Masing-masing kelompok sudah
kelihatan percaya diri dan lancar dalam mempresentasikan hasil wawacara dengan tokoh
berprestasi.
(5) Guru sudah terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini, diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas guru dalam PBM sudah mencapai 84% dari sebelumnya 63%.
47
(6) Sebagian siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil
observasi terhadap motivasi siswa dalam PBM sudah mencapai 79% dari sebelumnya
69%.
(7) Hasil evaluasi pada siklus kedua sudah mencapai rata-rata 75 atau 75% dari sebelumnya
pada siklus pertama 64 atau 64%.
(8) Sebagian besar kelompok sudah bisa menyelesaikan tugas dengan baik sesuai yang
ditentukan oleh guru, yakni pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar.
(9) Hampir semua kelompok mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai hasil belajar.
(10) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan
harian dari 6,20 (ulangan harian pertama) sebelum pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar menjadi 6,60 (ulangan harian kedua) dan 7,20
(ulangan harian ketiga) setelah pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar.
Dari pemaparan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas di atas membuktikan
bahwa melalui tindakan (treatment) pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar dengan bentuk siswa diberikan tugas mewawancarai tokoh berprestasi
yang ada dalam masyarakat di mana siswa tinggal sangat efektif untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama
standar kompetensi (SK) menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan
bangsa.
Selama ini SK tersebut diajarkan secara konvensional dengan dominasi metode
ceramah, sehingga pembelajaran berlangsung secara monoton dan siswa kurang antusias
48
mengikuti pembelajaran tersebut. Motivasi siswa rendah dan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan khususnya untuk SK tersebut kehilangan makna. Melalui pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar, pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan lebih bermakna dan kontekstual. Melalui pembelajaran tersebut siswa
mendapatkan pengalaman riil yang ada di dalam masyarakat, yang pada akhirnya nanti dapat
dijadikan bekal siswa dalam kehidupan sebagai kecakapan hidup (life skill). Dan itulah
hakekat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang harus di kemas sedemikian rupa,
sehingga menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.
2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan motivasi siswa yang
pada siklus I hanya rata-rata 70% menjadi 78% pada siklus kedua.
3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti.
Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam kelompok dan
sikap percaya diri dalam mempresentasikan hasil wawancara dengan tokoh
berprestasi di hadapan kelompok lain .
4. Motivasi siswa dalam kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus II. Ini dapat
dilihat dari peningkatan motivasi siswa dari 60% (sebelum menerapkan pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar) menjadi 69% pada
49
siklus pertama dan 79% pada siklus kedua (sesudah menerapkan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar).
5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan
harian (rata-rata ulangan harian I (tanpa menerapkan pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar) sebesar 6,20 menjadi 6,60
(ulangan harian II) dan 7,20 (ulangan harian III) setelah menerapkan pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.
6. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar relevan
dengan pembelajaran kontekstual.
7. Melalui pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar,
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih menyenangkan dan kontekstual
dengan menjadikan masyarakat sebagai laboratorium pembelajaran pendidika
kewarganegaraan.
B. Saran
Telah terbuktinya pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan, maka kami sarankan :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar sebagai salah satu alternatif
dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran
pendidikan kewarganegaraan maupun mata pelajaran lain yang relevan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Barr, Robert. Barth, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social studies.
California: ETC Publication.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon
Davis, I.K. 1981. Instructional Techniques. New York: McGraw Hill.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat Pengembangan Penataran
Guru IPS dan PMP Malang.
Dewey.J. 1959. Moral Principles in Uducation. New York: Philosophical Library.
Djahiri, A.K. 1993. “Membina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok”.
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 1 (1) : 142.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. What it is and why it’s here to
stay. California: Corwin PRESS
Kunandar. 2007. Guru Prefesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: PT. Rajawali Pers.
________. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Natawidjaja, Rochman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapaannya Dalam Metode
Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen, Depdiknas.
__________. 1997 Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung.
Nasution, S. 1989. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jermnas.
51
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: Rineka
Sudjana, Nana. 1991. Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.
____________. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Sukarnyana. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: PPPG IPS dan PMP
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi
tidak diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Rosda Karya
Winataputra, U.S. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik
Pendidikan Demokrasi. PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENGAMATAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR
RESPONDEN SISWA
Nama Sekolah : SMPN 254 JakartaTahun Pelajaran : 2007/2008Kelas/Semester : IX 8/2
KL
NAMA A B C D E
1 Puji L 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1Mita NRosmaZakiFauzan
2 Puji RDian FLinaYuwita
3 DeskiFebriZaini ABendi
52
Edi4 Abdil
AjengNisiaSorayaAri A
5 VinaIndahRiznaAnggiAli N
6 InesClaraRahma RikaBudi
7 MariskaNunungNurul JRani
8 AyuDianNandaNandi
KETERANGAN
A. Perhatian 4 = Sangat Baik
B. Hasrat ingin tahu 3 = Baik
C. Minat 2 = Cukup
D. Tanggung jawab 1 = Kurang
E. Presentasi
53
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
RESPONDEN GURU
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun Pelajaran : 2007/2008
Kelas/Semester : IX/2
Siklus 1
NO. KEGIATAN NILAI
SB B C K
1. Apersepsi 2
2. Penjelasan materi 3
3. Penjelasan metode pembelajaran 2
4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3
5. Kemampuan melakukan evaluasi 3
6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 2
7. Menarik kesimpulan 2
8. Menutup pembelajaran 3
Skor Perolehan 20
Keterangan:
SB = Sangat Baik (4)
B = Baik (3)
C = Cukup (2)
54
K = Kurang (1)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
RESPONDEN GURU
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun Pelajaran : 2007/2008
Kelas/Semester : IX/2
Siklus 2
NO. KEGIATAN NILAI
SB B C K
1. Apersepsi 3
2. Penjelasan materi 4
3. Penjelasan metode pembelajaran 3
4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3
5. Kemampuan melakukan evaluasi 4
6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 3
7. Menarik kesimpulan 3
8. Menutup pembelajaran 4
Skor Perolehan 27
Keterangan:
SB = Sangat Baik (4)
B = Baik (3)
C = Cukup (2)
55
K = Kurang (1)
LAMPIRAN 4
PANDUAN WAWANCARARESPONDEN SISWA
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun Pelajaran : 2007/2008
Kelas/Semester : IX/2
1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran yang baru kalian ikuti!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
............................................................
2. Apakah kalian senang dengan pembelajaran yang baru kalian ikuti? Mengapa?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
............................................................
3. Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan
materi pelajaran? Jelaskan!
56
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Bagaimana tes atau evaluasi yang dilakukan guru? Jelaskan!
..........................................................................................................................................
..................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................
5. Apakah kalian dapat memahami materi pelajaran yang baru kalian ikuti? Jelaskan!
..........................................................................................................................................
................................................................................................................................
LAMPIRAN 5
PANDUAN WAWANCARARESPONDEN TEMAN SEJAWAT
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun Pelajaran : 2007/2008
Kelas/Semester : IX/2
1. Bagaimana pendapat anda tentang PBM yang dilakukan oleh guru?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
............................
2. Bagian mana yang sudah baik?
…………………………………………………………………………………………
………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
………………………………………….
3. Bagian mana yang masih perlu diperbaiki?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………
57
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………
4. Apakah anda yakin bahwa pembelajatan dengan memanfaatkan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa? Berikan
alasannya!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………..
…………………………………………………………………………………………
5. Apa saran untuk perbaikan PBM selanjutnya!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
LAMPIRAN 6
PEROLEHAN HASIL BELAJAR SISWA TANPA DAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI
SUMBER BELAJAR
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta Tahun Pelajaran: 2007/2008Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : IX/2
NO. NAMA SISWA
NH 1 Sebelum Tindakan
NH 2 DenganTindakan
NH 3 denganTindakan
Rata-Rata NH 2 dan NH 3
1. Ari A 6 6 7 6,52. Abdil 6 7 7 73. Ajeng 7 7 8 7,54. Ayu 6 7 8 7,55. Anggi 7 7 7 76. Ali N 6 7 7 77. Budi 8 7 8 7,58. Deski 6 6 7 79. Dian F 5 6 7 710. Dian 6 7 8 7,511. Edi 7 7 7 712. Febri 7 7 8 7,513. Lina 5 6 7 6,514. Bendi 6 7 7 715. Nanda 6 7 8 7,516. Mita N 6 6 7 6,517. Rosma 6 6 7 6,518. Nisia 6 7 7 719. Soraya 6 7 8 7,520. Puji L 6 7 7 721. Vina 6 6 7 6,5
58
22. Indah 7 7 7 723. Rizna 6 6 7 6,524. Puji R 6 6 7 6,525. Nandi 6 7 7 726. Ines 7 7 7 727. Clara 5 6 7 6,528. Rahma 6 7 7 729. Rika 6 6 7 6,530. Fauzan 7 7 7 731. Mariska 6 7 8 7,532. Nunung 6 7 8 7,533. Nurul J 7 6 7 6,534. Rani 6 7 8 7,535. Yuwita 6 7 8 7,536. Zaki 7 6 7 6,537. Zaini A 6 6 7 6,5Rata-Rata 6,20 6,60 7,30
LAMPIRAN 7
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA TANPA DAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SOSIAL
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta Tahun Pelajaran: 2007/2008Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : IX/2
NO. NAMA SISWA Sebelum Tindakan
DenganTindakan
(Rata-rata)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
1. Ari A 6 6,5 0,52. Abdil 6 7 0,53. Ajeng 7 7,5 0,54. Ayu 6 7,5 1,55. Anggi 7 7 06. Ali N 6 7 17. Budi 8 7,5 - 0,58. Deski 6 7 19. Dian F 5 7 210. Dian 6 7,5 1,511. Edi 7 7 012. Febri 7 7,5 0,513. Lina 5 6,5 1,514. Bendi 6 7 115. Nanda 6 7,5 1,516. Mita N 6 6,5 0,517. Rosma 6 6,5 0,518. Nisia 6 7 119. Soraya 6 7,5 1,520. Puji L 6 7 1
59
21. Vina 6 6,5 0,522. Indah 7 7 023. Rizna 6 6,5 0,524. Puji R 6 6,5 0,525. Nandi 6 7 126. Ines 7 7 027. Clara 5 6,5 1,528. Rahma 6 7 129. Rika 6 6,5 0,530. Fauzan 7 7 031. Mariska 6 7,5 1,532. Nunung 6 7,5 1,533. Nurul J 7 6,5 - 0,534. Rani 6 7,5 1,535. Yuwita 6 7,5 1,536. Zaki 7 6,5 - 0,537. Zaini A 6 6,5 0,5
LAMPIRAN 8
PROGRAM TAHUNAN
MATA PELAJARAN : Pendidikan KewarganegaraanSATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 254 JAKARTAKELAS : IXTAHUN PELAJARAN : 2007/2008
SEMESTER STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR
ALOKASI WAKTU
1
1. Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara
1.1. Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan
Negara4 JP
1.2. Mengeidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan Negara 4 JP
1.3. Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan Negara
6 JP
2. Memahami pelaksanaan otonom daerah
2.1. Mendeskripsikan pengertian otonomi daerah
6 JP
2.2. Menjelaskan pentingnya partisipasi 4 JP
60
masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
2
3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia
4 JP
3.2. Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era globalisasi
4 JP
3.3. Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4 JP
3.4. Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi
2 JP
4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa
2 JP
4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan
2 JP
4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
4 JP
Jakarta, Januari 2008Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran
DRA. HJ. ERNAWATI, M.P.d. SRI AISAH, S.Pd.
61
NIP. 131 872 050 NIP. 132 232 705
LAMPIRAN 9
PROGRAM SEMESTERMATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMSESTER : IX/GENAPTAHUN PELAJARAN : 2007/2008
A. HITUNGAN ALOKASI WAKTU1. BANYAKNYA MINGGU DALAM SATU SEMESTER
NO. BULAN JUMLAH MINGGU1. JANUARI 5 2. FEBRUARI 43. MARET 44. APRIL 4 5. MEI 46. JUNI 4
JUMLAH 25
2. MINGGU TIDAK EFEKIFNO. BULAN JUMLAH MINGGU1. JANUARI 12. FEBRUARI 03. MARET 04. APRIL 05. MEI 26. JUNI 4JUMLAH 7
3. MINGGU EFEKTIFa. Perhitungan minggu efektif : 25 mg - 7 mg = 18 minggub. Jumlah jam pelajaran :
62
2 jam x 18 jam = 36 jam
B. DISTRIBUSI ALOKASI WAKTUSTANDAR KOMPENTENSI/KOMPETENSI DASAR
ALOKASI WAKTU
3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia 4 JP3.2. Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di
era globalisasi4 JP
3.3. Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4 JP
3.4. Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi 2 JP4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa 2 JP4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan 2 JP4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan
prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa4 JP
Ulangan Harian 6 JPUUB 2 JPUAN/UAS 4 JPCadangan 2 JPJUMLAH 36 JP
Jakarta, Januari 2008Mengetahui,Kepala SMP Negeri Jakarta Guru Mata Pelajaran
DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705
63
LAMPIRAN 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 4 X 40 MENIT
A. STANDAR KOMPETENS4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
B. KOMPETENSI DASAR4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa
C. INDIKATOR1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri
D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri
64
5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri
E. MATERI POKOK 1. Menjelaskan pengertian prestasi diri
2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri2. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri3. Menyebutkan macam-macam prestasi diri
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX2. Media : OHP
G. METODE 1. Ceramah
2. Tanya Jawab
H. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
1. Pendahuluan1. Apersepsi
Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)2. Motivasi
- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Intia. Penjelasan materib. Tanya jawab.c. Klarifikasi guru tentang materi yang diajarkan.
3. Kegiatan Penutup a. Siswa dibimbing guru menyimpulkam materi untuk
pemahaman siswa b. Post Test c. Tindak lanjut dengan memberikan tugas di rumah guna mempersiapkan materi yang akan datang.
I. PENILAIAN Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran.
Penilaian tertulis diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan
65
pertama penilaian lebih ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi materi diskusi kelompok dan presentasi.
Bagian I
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar!
1. Hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dinamakan………….a. prestasib. potensic. kepandaiand. kecerdasan
2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi prestasi seseorang adalah……a. bakatb. minatc. gizid. motivasi
3. Ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah………..a. menghargai orang lainb. pantang menyerahc. memerintah orang laind. berani mengambil resiko
4. Pentingnya prestasi diri bagi kehidupan adalah bahwa dengan memiliki prestasi diri yang tinggi maka seseorang akan dapat……..a. mencukupi kebutuhan hidupb. membahagiakan orang tuac. mudah meraih cita-citad. menghasilkan banyak uang
5. Prestasi dapat dicapai melalui perjuangan yang disertai…….a. modal yang kuatb. dorongan orang tuac. motivasi yang tinggid. biaya yang tinggi
Bagian 2Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri
66
Jakarta, Januari 2008
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran
DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 2 X 40 MENIT
A. STANDAR KOMPETENSI4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
B. KOMPETENSI DASAR4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan
C. INDIKATOR1. Menjelaskan pengertian potensi diri2. Menyebutkan factor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan
potensi diri3. Menjelaskan pentingnya mengali potensi diri4. Mengidentifikasi potensi diri masing-masing
D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menjelaskan pengertian potensi diri2. Menyebutkan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan
potensi diri3. Menjelaskan pentingnya mengali potensi diri4. Mengidentifikasi potensi diri masing-masing
E. MATERI POKOK1. Pengertian potensi diri
67
2. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan potensi diri3. Pentingnya mengali potensi diri4. Potensi diri masing-masing
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX
Tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat
2. Media : OHP
G. METODE 1. Ceramah bervariasi
2. Penugasan investigasi dengan mewawancarai tokoh berprestasi di lingkungan di mana siswa tinggal 3. Diskusi4. Presentasi
H. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)
b. Motivasi
- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a.Penjelasan secara umum tentang pengertian potensi diri.
b. Guru memberikan informasi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran
melalui pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar.
c. Guru dan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kelas
dibagi dalam delapan kelompok di mana satu kelompok terdiri kuran lebih 5
siswa).
d. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa dalam kelompok, yakni
melakukan investigasi dengan mewancarai tokoh atau orang yang berada di
sekitar lingkungan tempat tinggal siswa yang mempunyai prestasi diri, baik
dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain sebagainya.
68
e. Guru menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan tugas tersebut dan apa yang
harus dibuat dan dipersiapkan siswa, seperti surat pengantar dari Kepala
Sekolah, pedoman wawancara, tape recorder, kamera dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam wawancara dengan tokoh berprestasi.
f. Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan menyusun hal-hal yang diperlukan
dalam wawancara dan menentukan siapa tokoh atau orang yang akan
diwawancarai.
g. Guru menjelaskan apa yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran minggu
depan (pertemuan kedua).
h. Siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil wawancara dengan tokoh
berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa secara bergiliran dan
kelompok yang lain menanggapi.
3. Kegiatan Penutup
a. Siswa dibimbing guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
b. Post Test
I. PENILAIAN
Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian
tertulis diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan pertama penilaian lebih
ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi materi
diskusi kelompok dan presentasi.
Bagian I
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar!
6. Potensi diri dapat kita lihat pada sistem pendidikan nasional yaitu…..a. UU No. 20 tahun 2004b. UU No. 30 tahun 2004c. UU No. 20 tahun 2004d. UU No 30 tahun 2004
2. Kata potensi yaitu “to potant” berasal dari bahasa………….….a. melayub. Inggrisc. Latind. Yunani
3. Ambisi yang berlebihan akan mendorong kepada……..…..a. Kesewenangan
69
b. Kegagalanc. Kekuasaand. kemunafikan
4. Potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia terutama otak sebelah kiri disebut……… a. potensi fisikb. potensi mental intelektualc. potensi emosionald. potensi mental spiritual
5. Di antara faktor-faktor keberhasilan seseorang dapat meraih prestasi secara maksimal yaitu…a. mampu menemukan potensi yang dimilikib. mampu mengetahui kelebihan orang lainc. menemukan kelemahan orang laind. bekerja keras diiringi doa
Bagian 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!
1. Jelaskan pengertian potensi diri!
2. Sebutkan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan potensi
diri!
3. Jelaskan pentingnya mengali potensi diri!
4. Bagaimana perasaan kalian ketika mewawancarai tokoh berprestasi yang ada di
lingkungan tempat tinmggalmu!
5. Manfaat apa yang dapat kalian petik dari kegiatan mewawancarai tokoh berprestasi
yang ada di lingkungan tempat tinggalmu!
Jakarta, Februari 2008
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran
DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705
70
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 4 X 40 MENIT
A. STANDAR KOMPETENSI4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
B. KOMPETENSI DASAR4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi
diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
C. INDIKATOR1. Menunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri
2. Menunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri 3. Menunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa
4. Menunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa
D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri2. Menunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri3. Menunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa4. Menunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa
E. MATERI POKOK1. Contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri2. Upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri3. Contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa4. Upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa
71
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX
Tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat
2. Media : OHP
G. METODE 1. Ceramah bervariasi
2. Penugasan investigasi dengan mewawancarai tokoh berprestasi di lingkungan di mana siswa tinggal 3. Diskusi4. Presentasi
H. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)
b. Motivasi
- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Masing-masing kelompok berkonsultasi dengan guru tentang tugas minggu
lalu yakni menelaah dan menelusuri kehidupan tokoh berprestasi untuk
mendapatkan informasi langsung dari kehidupan nyata tentang contoh-contoh
aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri; upaya-upaya untuk mencapai
prestasi diri; contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan
bangsa dan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa.
b. Masing-masing kelompok membahas/berdiskusi dengan anggota kelompok
masing-masing tentang masukan yang diberikan guru.
c. Memperbaikan laporan hasil telaah dan penelusuran kehidupan berprestasi.
d. Mempersiapkan presentasi.
3. Kegiatan Penutup
a. Refleksi
b. Post Test
72
Pertemuan 2
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)
b. Motivasi
- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Masing-masing kelompok diwakili juru bicara masing-masing
mempresentasikan hasil laporan penelaahan dan penelusuran kehidupan tokoh
berprestasi di depan kelas
b. Kelompok lain siap untuk menanggapi presentasi hasil laporan.
c. Klarifikasi dari guru tentang hasil laporan penelaahan dan penelusuran tokoh
berprestasi yang dikaitkan dengan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan
prestasi diri; upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri; contoh-contoh pestasi
diri yang dapat menunjang keunggulan bangsa dan upaya-upaya agar prestasi
dapat menunjang keunggulan bangsa.
3. Kegiatan Penutup
a. Refleksi.
b. Post Test
I. PENILAIAN
Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis
diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan pertama penilaian lebih
ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi
materi diskusi kelompok dan presentasi.
Bagian I
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada
jawaban yang paling benar!
1. Contoh prestasi tinggi yang berorientasi ke masa depan yang lebih baik yaitu………
73
a. kemauan belajar yang tinggi
b. bekerja dengan giat, teliti dan hemat
c. mempelajari ilmu dan teknologi yang canggih
d. selalu memanfaatkan fasilitas yang ada
2. Peran siswa dalam pembangunan nasional dapat diwujudkan dalam bentuk……
a. menuntut ilmu untuk masa depannya
b. mengingatkan peraturan perundangan yang berlaku
c. bekerja keras dan giat belajar dengan tekun
d. bekerja dan berusaha untuk kepentingan sendiri
3. Di bawah ini merupakan cirri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi,
kecuali……
a. merasa bersedih
b. mempunyai perencanaan yang matang
c. mempunyai tanggung jawab yang tinggi
d. mempunyai semangat yang tinggi
4. Apabila gagal memperoleh nilai yang tinggi, saya akan…..
a. tidak menghiraukannya
b. merasa bersalah
c. bersedih lalu belajar lagi
d. bersedih lalu tidak masuk
5. Agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan, saya bermaksud untuk…..
a. meminjam materi pelajaran dari teman
b. mendengarkan pelajaran sambil belajar
c. membeli buku materi pelajaran
d. menyisihkan uang saku untuk memfotocopy materi pelajaran
Bagian 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!
1. Tunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri!
2. Tunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri!
3. Tunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan
bangsa!
4. Tunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa!
74
Jakarta, Februari 2008
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran
DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.
NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705
LAMPIRAN 11
75