jurnal ptk (2).doc

116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998). Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 perlu ditingkatkan secara terus 1

Upload: mega-hijriawati

Post on 29-Nov-2015

172 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal ptk (2).doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara

kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya

didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat

untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga

masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah Sidang

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia,

1998).

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat nasionalisme

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan

pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis,

negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Kurikulum pendidikan kewarganegaraan

disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan kewarganegaraan. Dengan demikian

tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pendidikan kewarganegaraan menjadi suatu

1

Page 2: jurnal ptk (2).doc

keniscayaan sekaligus tuntutan. Pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan

harus mampu merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,

teknologi dan tuntutan globalisasi dengan berbagai peluang dan tantangannya serta era

desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan global dan lokal

(kemampuan dan kearifan lokal).

Sementara itu objek studi pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah

warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi,

agama, kebudayaan dan negara. Termasuk dalam objek studi pendidikan kewarganegaraan

(civic education) ialah: (1) tingkah laku; (2) tipe pertumbuhan berpikir; (3) potensi yang ada

dalam setiap diri warga negara; (4) hak dan kewajiban; (5) cita-cita dan aspirasi; (6)

kesadaran (patriotisme, nasionalisme, hubungan internasional, dan moral Pancasila); (7)

usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab (Somantri, 2001). Dengan demikian

pendidikan kewarganegaraan bukan semata-mata hanya mengajarkan pasal-pasal dalam UUD

1945. Hal tersebut memang perlu sekali untuk pelajaran pendidikan kewarganegaraan, tetapi

hendaknya pelajaran pendidikan kewarganegaraan mencerminkan juga hubungan perilaku

warga negara dalam kehidupannya sehari-hari dengan manusia lain dan alam sekitarnya (fisik

dan sosial). Oleh karena itu, materi pendidikan kewarganegaraan hendaknya memasukan

unsur-unsur: (1) lingkungan fisik; (2) sosial, pendidikan, dan kesehatan; (3) ekonomi

keuangan; (4) politik, hukum, dan pemerintahan; (5) agama dan etika; dan (6) ilmu

pengetahuan dan teknologi. (Lokakarya Pendidikan Kewarganegaraan, 1973).

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek: (1) persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap

2

Page 3: jurnal ptk (2).doc

Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan; (2) norma, hukum

dan peraturan yang meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma

yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan

internasional; (3) hak asasi manusia yang meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM; (4) kebutuhan warga negara yang meliputi: hidup

gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan

warga negara; (5) konstitusi negara yang meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar

negara dengan konstitusi; (6) kekuasan dan politik yang meliputi: pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan,

pers dalam masyarakat demokrasi; (7) Pancasila yang meliputi: kedudukan Pancasila sebagai

dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka; (8) globalisasi yang meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi

internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3)

berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-

3

Page 4: jurnal ptk (2).doc

karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4)

berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan, maka seharusnya pembelajarannya di sekolah-sekolah merupakan suatu

kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar

mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar

dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004) menyatakan

bahwa “kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan

siswa dan antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya dalam

satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.

Suryosubroto (1997) menyatakan bahwa “kemampuan mengelola proses belajar

mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana

komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif,

dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan

tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran”.

Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan insan

Indonesia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan

selama ini dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah disebabkan kurang

dikemasnya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penekatan yang menarik,

menantang, menyenangkan dan bermakna. Para guru sering kali menyampaikan materi

pendidikan kewarganegaraan apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan cenderung menjenuhkan dan kurang menarik minat para siswa yang pada

akhirnya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Di sisi lain juga ada kecenderungan

4

Page 5: jurnal ptk (2).doc

bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih rendah.

Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki

keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki

kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum terbiasa

menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

Pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sering dianggap sebagai

suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait

dengan kehidupan keseharian (kontekstual). Akibatnya banyak kritikan yang ditujukan

kepada guru-guru yang mengajarkan pendidikan kewarganegaraan, antara lain rendahnya

daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi

pendidikan kewarganegaraan oleh siswa, dan kurangnya variasi pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan. Di samping hal di atas, juga ada indikasi bahwa motivasi siswa dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan rendah. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan

perilaku siswa sehari-hari dalam proses belajar mengajar, seperti perhatian, minat, dan

semangat yang masih rendah.

Meningkatnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat pelajaran

pendidikan kewarganegaraan lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak. Dikatakan

demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan

proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui

dorongan dan semangat yang dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif

dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.

Agar pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) serta dapat memberikan motivasi

kepada siswa, dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan. Salah satu cara dan

pendekatan yang cukup efektif adalah melalui pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber

5

Page 6: jurnal ptk (2).doc

belajar. Hal ini sejalan dengan karakteristik mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

yang menjadikan lingkungan sosial (masyarakat) sebagai laboratorium pembelajaran. Oleh

karena itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui

penerapan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

B. Identifikasi Masalah

Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan adalah:

1. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas masih berjalan monoton.

2. Belum ditemukan strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang tepat dan

bermakna.

3. Metode pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih bersifat konvensional.

4. Rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

5. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai

sumber belajar agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan?

2. Apakah pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan?

6

Page 7: jurnal ptk (2).doc

D. Cara Memecahkan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas

(PTK) ini, yaitu pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

Dengan model pembelajaran ini, diharapkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan

mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan motivasi dan

hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Dengan diterapkan pembelajaran mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber

belajar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan pendidikan kewarganegaraan.

2. Dengan diterapkan pembelajaran mengunakan lingkungan sosial sebagai sumber

belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

F. Tujuan Penelitian

1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan melalui kegiatan pembelajaran.

3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung

jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan secara tuntas.

7

Page 8: jurnal ptk (2).doc

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan tidak lagi monoton.

2. Ditemukan stratregi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang tepat, tidak

konvensional, tetapi bersifat variatif.

3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat.

4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat.

5. Kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan meningkat.

6. Motivasi diri siswa akan tumbuh, meningkat dan meningkat terkait dengan materi

pendidikan kewarganegaraan tentang prestasi diri.

7. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meningkat.

8

Page 9: jurnal ptk (2).doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).

Pengertian pendidikan kewarganegaraan (civic education) muncul pertama kali dalam

artikel tertua dalam majalah “Education”yang terbit tahun 1886. Civics diartikan sebagai “the

science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collection, the

individual in his relation to the state”. (Creshore, 1965: 264 dalam Somantri, 2001: 293).

Batasan tersebut menyatakan bahwa civics identik dengan ilmu kewarganegaraan yang

mengatur hubungan orang-orang, warga negara dengan organisasi yang paling kecil sampai

dengan organisasi puncak yaitu negara. Pendidikan kewarganegaraan adalah seleksi dan

adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan

dasar yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai

salah satu tujuan pendidikan IPS (Somantri, 2001: 159). Sedangkan unsur yang membentuk

pendidikan kewarganegaraan menurut Somantri (2001: 158) adalah: pertama, hubungan

pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif

((intraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu; kedua, kebudayaan Indonesia dan

tujuan pendidikan nasional; ketiga, disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan;

keempat, disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu kewarganegaraan; kelima, dokumen

Negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan negara serta perjuangan bangsa;

keenam, kegiatan dasar manusia; dan ketujuh, pengertian pendidikan IPS.

Pendidikan kewaranegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok yang

seimbang, yakni: (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pesera didik tentang etika,

moral dan asas-asas dalam hidup berbangsa dan bernegara; (2) membentuk sikap, perilaku,

dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Sidi, 2003). Kedua sasaran ini

9

Page 10: jurnal ptk (2).doc

hendaknya dapat dicapai secara serentak agar peserta didik tidak hanya mampu memahami

pengetahuan tentang etika dan moral belaka, tetapi jauh lebih penting adalah agar mereka

dapat dan mampu melakukannya dalam pergaulan sehari-hari.

Pendidikan kewarganegaraan membicarakan: (1) hubungan warga negara dengan

organisasi sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan; (2) bagaimana hak-hak asasi manusia itu

dilindungi oleh negara; (3) bagaimana hak-hak politik warga negara itu dijalankan ; dan (4)

bagaimana warga negara mengatur diri sendiri dan mengatur kepentingan umum dalam

bentuk partisipasi dan kerja sama (Somantri, 2001: 295). Dalam proses pembelajarannya,

civic diorganisasikan secara psikologis (psychologically organized), dengan maksud agar

civics bisa dipahami sesuai dengan tingkat umur siswa. Walaupun pengorganisasiannya telah

diusahakan secara psikologis, dalam prakteknya para pendidik merasa tidak puas terhadap

penyelenggaraan civics. Oleh karena itu, mulai tahun 1901 timbul gerakan Civic Education di

Amerika Serikat yang dipelopori oleh Howard Wilson, Dekan Fakultas Pendidikan

Universitas California dan Presiden National Council for the Social Studis (NCSS). Gerakan

ini pada dasarnya ingin memperlus arti civics itu sendiri dan ingin lebih melibatkan aspek-

aspek pendidikan dan psikologi pendidikan serta memperhatikan kebutuhan pribadi dan

masyarakat dalam pelajaran civics. Tanda-tanda gerakan civic education di antaranya: (1)

para siswa harus terlibat dengan bahan pelajaran; (2) kegiatan dasar manusia melandasi bahan

pelajaran; (3) bahan pelajaran kewarganegaraan harus dikorelasikan atau diintegrasikan

dengan bahan-bahan ilmu sosial, sains, teknologi, etika dan agama agar bahan civic education

dapat menumbuhkan berpikir kritis, analitis dan kreatif serta dapat melatih siswa untuk

berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai dengan tingkah laku demokratis. Dengan kata lain,

para siswa akan dilatih dalam menilai berbagai macam masalah sosial, ekonomi dan politik

dengan cerdas dan penuh tanggung jawab agar propaganda dan agitasi politik yang tidak

bernilai dapat dihindarkan. Kehadiran program pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam

10

Page 11: jurnal ptk (2).doc

kurikulum sekolah di Indonesia relatif masih muda bila dibandingkan dengan dengan

pelajaran civics di Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 1790 (Cox, 1970: 105). Sejarah

timbulnya istilah civics di Indonesia dimulai pada tahun 1957 dalam kurikulum SMP/SMA

yang ditempelkan dalam mata pelajaran Tata Negara. Isinya hanya membahas tentang cara-

cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan. Pada tahun 1961 timbul istilah civics

yang diidentikkan dengan indoktrinasi. Kemudian pada tahun 1968 civics di sekolah diberi

nama Pendidikan Kewarganegaraan yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan

menumbuhkan warga negara yang baik. Isi bahan pelajarannya mengandung nasionalisme,

patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan (Somantri, 2001: 298).

Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan kewargenegaraan yang sangat baik,

dalam pelaksanaannya di lapangan hanya menekankan kepada soal-soal kenegaraan,

sedangkan kebutuhan pribadi siswa kurang diperhatikan, seperti motivasi siswa. Oleh karena

itu bahan pelajaran pendidikan kewarganearaan harus merupakan sintesis dari kebutuhan

warga negara, masyarakat dan pribadi siswa. Lebih jelas dan rinci Somantri (2001: 299)

menyatakan pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan

demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-

pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu

diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak

demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Dari batasan di atas, maka pelajaran pendidikan kewarganegaraan harus mengenai

sasaran kebutuhan para siswa. Para siswa jangan terlalu banyak diberi hal-hal yang terlalu

abstrak, tetapi hal-hal nyata dan berguna bagi kehidupan sehari-hari, tanpa mengurangi tujuan

dan hakekat pendidikan kewarganegaraan.

Sementara itu pendidikan kewarganegaraan mempunyai visi untuk mendidik warga

Negara yang demokratis dalam konteks pendidikan formal. Sedangkan misi pendidikan

11

Page 12: jurnal ptk (2).doc

warga Negara dapat dirinci menjadi tiga aspek, yakni sosio pedagogis, sosio kultural dan

subtantif akademis (Winataputra, 2003). Misi sosio pedagogis adalah mengembangkan

potensi individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial menjadi warga negara yang cerdas,

demokratis, taat hokum, beradab dan religius. Misi sosial kultural adalah memfasilitasi

perwujudan cita-cita, sistem kepecayaan atau nilai, konsep, prinsip, dan praksis demokrasi

dalam konteks pembangunan masyarakat madani Indonesia melalui pengembangan

partisipasi warga negara secara cerdas dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan

sosial kultural secara kreatif yang beruara pada tumbuh dan berkembangnya komitmen moral

dan sosial kewarganegaraan. Sedangkan misi subtantif akademis adalah mengembangkan

struktur atau tubuh pengetahuan pendidikan kewarganegaraan, termasuk di dalamnya konsep,

prinsip, dan generalisasi mengenai dan yang berkenaan dengan civic virtue atau kebajikan

kewarganegaraan dan civic culture atau budaya kewarganegaraan melalui kegiatan penelitian

dan pengembangan (fungsi epistemologi) dan memfasilitasi praksis sosio pedagogis dan sosio

kultural dengan hasil penelitian dan pengembangan itu (fungsi aksiologi).

B. Hakekat Lingkungan Sosial sebagai Sumber Belajar

Dalam konteks pembaharuan pendidikan kewarganegaraan dan IPS di Indonesia,

perlu dijawab secara kreatif isu-isu sebagai berikut: pertama, bagaimana agar kerja keras dan

motivasi bisa ditumbuhkan dalam pribadi peserta didik agar kualitas pendidikan makin

meningkat; kedua, langkah-langkah pembaharuan kurikulum IPS dan pendidikan

kewarganegaraan yang bagaimanakah yang dapat menjamin tumbuhnya kerja keras dan

motivasi para siswa; dan ketiga, bagaimana pendidikan IPS dan kewarganegaraan yang

berlandaskan Pancasila akan akan menggunakan berpikir integratif menuju pada terciptanya

warga negara yang bermutu (Somantri, 2001: 142).

Dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan dihadapkan pada

masalah perbedaan individual (individual differences) yang dapat diidentifikasikan dalam tiga

12

Page 13: jurnal ptk (2).doc

kelompok, yakni: (1) kelompok yang mempunyai sifat seperti “batu” (stone citizen), yaitu

siswa yang dihinggapi dengan sifat belajar pasif, yang sangat sukar sekali untuk menerima

dan terlibat dalam proses berpikir, apalagi tergerak untuk berkomunikasi; (2) kelompok yang

mempunyai sifat seperti “busa” (sponge citizen), yaitu agak mirip dengan kelompok batu,

tetapi mereka masih mau menerima masukan dari efektor; dan (3) kelompok yang

mempunyai sifat seperti generator (generator citizen), yaitu siswa yang mempunyai sifat mau

menerima bahan pendidikan dan terampil berprakarsa, serta berkeinginan untuk berperan

serta dalam kehidupan sosial. Dia menyenangi hubungan antar pribadi bahkan inter personal

conflict pun dilakukannya, sebab hubungan tersebut bisa menambah terganggunya kesehatan

mental (mental hygiene) siswa dan masyarakat pada umumnya.

Berkaitan dengan hal di atas diperlukan pendekatan dan variasi mengajar dari guru.

Guru harus mampu sebagai motivator, pemandu, demokrat, penasehat, penegak wibawa,

pemberi inspirasi masa depan, pelaksana lapangan, pemersatu berbagai kelompok, pencerita

yang andal dan menarik, perencana, pemelihara, penilai dan penyimpul (Davis, 1981). Oleh

karena itu diperlukan kehadiran guru yang mampu menghidupkan kelas pendidikan

kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi di mana situasi kelas secara

berkesinambungan merupakan tempat latihan berbeda pendapat, berargumentasi dengan akal

sehat dan ilmiah, berlatih mengendalikan emosi, jujur atau sportif, serta berlatih dan

membiasakan diri dalam langkah pemecahan masalah dan proses mengambil keputusan.

Pengembangan kelas pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan lingkungan

sosial sebagai sumber belajar tidak semata-mata mengkaji dan melatih keterampilan

berdiskusi, melainkan muatan kognitif dan afektifnya harus merupakan kesatuan dengan

keterampilan sosial dan keterampilan mengemukakan pendapat (Somantri, 2001: 189).

C. Hakekat Motivasi dan Hasil Belajar

13

Page 14: jurnal ptk (2).doc

Dalam bagian ini diuraikan tentang hakekat motivasi dan hakekat hasil belajar siswa

sebagaimana uraian berikut ini.

1. Hakekat Motivasi Siswa

Setiap yang dilakukan manusia selalu berangkat dari motivasi, termasuk dalam

belajar, motivasi itu sangat penting dan merupakan syarat mutlak (Purwanto, 1987: 69).

Sementara itu menurut Poerwadarminta (1989: 636) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

motivasi berarti: (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar/tidak sadar untuk

melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang/kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya/mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Pemahaman secara etimologis berasal dari kata paham yang berarti tahu benar, pandai dan

mengerti benar. Sedangkan pemahaman memiliki pengertian yang luas yaitu menunjukan

suatu proses, cara memahami atau memahamkan sesuatu.

Sedangkan menurut Usman (2005: 28) motivasi itu adalah suatu proses untuk

menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan

dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah

lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian maka

motivasi itu dapat diartikan sebagai daya penggerak (motif) yang telah aktif, atau dapat pula

diartikan sebagai hal-hal yang mendorong aktivitas-aktivitas yang merupakan alasan

dilakukannya suatu perbuatan.

Motivasi seseorang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan yang timbul dalam

dirinya. Seseorang yang berbuat atau melakukan sesuatu sedikit banyaknya dikarenakan ada

kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya (Purwanto, 1987: 70).

Misalnya seseorang yang mempunyai cita-cita dalam hidupnya berarti ia mempunyai banyak

kebutuhan-kebutuhan yang ia inginkan. Dan dengan demikian timbul dorongan dalam diri

14

Page 15: jurnal ptk (2).doc

orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, dalam arti timbul motivasi. Dan

andaikata cita-cita tersbut merupakan tumpuan harapannya, maka motivasi yang timbul pada

diri orang tersebut adalah motivasi yang kuat. Dengan demikian motivasi tersebut ia

realisasikan dalam bentuk perbuatan belajar yang sungguh-sungguh. Jadi motivasi itu sangat

berguna bagi perbuatan manusia, yakni untuk: (1) mendorong manusia untuk berbuat, sebagai

penggerak atau motor yang memberikan kekuatan pada seseorang untuk melakukan sesuatu

tugas; (2) menentukan arah perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

dilakukan yang serasi mencapai tujuan itu, dengan mengkesampingkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu (Achmad, 2003: 67.

Motivasi itu dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat pula

timbul akibat pengaruh dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik). Dengan demikian

motivasi itu dapat digolongkan menjadi dua macam, yakni: (1) motivasi instrinsik: motivasi

ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari

orang lain, tetapi atas kemampuan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin

memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan

negara. Karena itu ia rajin belajar tanpa ada unsur suruhan dari orang lain; (2) motivasi

ekstrinsik: motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, karena adanya

ajakan, suruhan dan paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi demikian akhirnya ia

mau melakukan sesuatu. Misalnya seorang mau belajar karena disuruh orang tuanya agar

mendapat peringkat pertama di kelasnya atau karena adanya penghargaan (Usman, 2005: 24).

Dari dua jenis motivasi tersebut, motivasi instrinsik lebih baik dari pada motivasi

ekstrinsik (Purwanto, 1987: 38). Motivasi instrinsik ini dapat timbul akibat rangsangan dari

motivasi ekstrinsik yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga melekat pada diri

seseorang yang kemudian berubah menjadi motivasi instrinsik. Untuk motivasi motivasi

ekstrinsik tidaklah kalah pentingnya dengan motivasi instrinsik bagi setiap orang dalam

15

Page 16: jurnal ptk (2).doc

kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar

mengajar.

Adanya motivasi pada diri seseorang anak anak, baik itu motivasi instrinsik maupun

motivasi ekstrinsik dalam suatu proses belajar mengajar dapat mendorong anak tersebut untuk

mau melakukan perbuatan belajar. Dan inilah yang disebut dengan motivasi belajar, yakni

daya dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan belajar. Hal yang

mendorong (motivasi) untuk belajar itu menurut Arden N. Frandsen dalam Achmad (2003:

68) adalah sebagai berikut (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas; (2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan selalu untuk maju;

(3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman; (4)

adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha baru baik dengan

kooperasi maupun kompetensi; (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

menguasai pelajaran; (6) adanya pengajaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

Dorongan belajar itu dapat timbul disebabkan karena pengaruh dari luar diri anak

didik dan dapat pula timbul dalam diri anak tanpa adanya paksaan atau rangsangan. Tetapi

biasanya seorang anak mau melakukan perbuatan belajar dikarenakan adanya dorongan,

rangsangan atau ajakan tersebut dapat menimbulkan kesadaran dalam diri siswa bahwa

perbuatan belajar itu penting ia lakukan, baik bagi diri dan masa depannya maupun bagi

bangsa dan negaranya. Dengan demikian kesadaran tersebut mendorongnya untuk

melakukan perbuatan belajar tanpa adanya paksakan. Ada yang menyatakan bahwa terdapat

dua faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan, yaitu kecerdasan dan

motivasi. Dari kedua faktor ini, motivasi yang terpenting.

Dalam semua kegiatan belajar, motivasi itu pengendali, yang mengendalikan

jalannya kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi untuk belajar, lebih siap belajar dari

pada siswa yang tidak memilikinya (Hutabarat, 2001: 25). Oleh karena itu seorang pendidik

16

Page 17: jurnal ptk (2).doc

sangat berperan dalam membangkitkan motivasi belajar siswa didiknya. Guru dapat

menimbulkan semangat belajar yang tinggi, dan dapat pula mengendorkan keinginan belajar

yang sungguh-sungguh.

Hal ini sesuai dengan pendapat para penganut teori belajar behavioristik, yang

berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari

lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara

reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya (Soemanto, 2001: 116). Lebih lanjut Soemanto

(2001: 116) menyatakan bahwa dorongan aktif belajar misalnya: (1) keinginan hadir dalam

ruang kelas untuk belajar; (2) keaktifan melaksanakan tugas dari guru; (3) keaktifan

berpartisipasi dalam proses belajar mengajar; (4) keaktifan dalam mencatat bahan pelajaran

yang disampaikan oleh guru; (5) keaktifan dalam mencari dan melengkapi bahan sumber-

sumber bacaan yang dianjurkan oleh guru. Dorongan melakukan kegiatan ini merupakan

respon dalam rangka berusaha mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

2. Hakekat Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2003: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik

tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution (2001: 340) berpendapat

bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu

yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi

tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat

hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui

apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis

yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin

17

Page 18: jurnal ptk (2).doc

tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam, 2004).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan

tengah semester (Sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian

tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang

diperoleh siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap

selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian

ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas

terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal

dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul

dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi

para peserta didik

18

Page 19: jurnal ptk (2).doc

C. Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan:

Diskusi Pemecahan Masalah Penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

Evaluasi Efek

19

HasilanPerlakuanKeadaan Sekarang

1. Pembelajaran PKn monoton

2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat

3. Metode konvensional

4. Rendahnya kualitas pembelajaran PKn

5. Rendahnya hasil pembelajaran PKn

1. Penjelasan pembelajaran

2. Pelatihan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

3. Simulasi pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

1. Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar

2. Kualitas pembelajaran PKn meningkat

3. Hasil pembelajaran PKn meningkat

Evaluasi awal

Evaluasi akhir

Page 20: jurnal ptk (2).doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan penggunaan penelitian tindakan kelas karena

peneliti bersama kolaborator (guru) SMPN 254 Jakarta ingin meningkatkan mutu

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas IX yang dipandang selama ini

pembelajarannya berlangsung monoton dan membosankan serta motivasi belajar siswa

tergolong rendah. Dengan rancangan tindakan yang kemudian diterapkan dalam

pembelajaran diharapkan terjadi peningkatan mutu pembelajaran PKnn

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(PKn) tingkat SMP. Pemilihan fokus ini disebabkan ketika penulis melakukan pendampingan

terhadap guru PKn melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), terutama tingkat

SMP kondisi pembelajarannya cukup memprihatinkan. Para guru PKn di lapangan masih

menggunakan pembelajaran konvensional dengan dominasi ceramah. Hal ini disebabkan guru

kesulitan untuk mengemas pembelajaran PKn dengan lebih inovatif dan kreatif. Oleh karena

itu penulis tertarik untuk mengembangkan pembelajaran PKn yang inovatif dan kreatif

melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkolaborasi dengan guru PKn SMPN 254

Jakarta yang bernama ibu Sri Aisah, S.Pd yang mengajar PKn di kelas IX.

Ketika penulis berdiskusi dengan guru kolaborator pembelajaran PKn memasuki

semester dua (genap) dan akan memasuki Standar Kompetensi yang kedua, yakni:

Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa (semester genap ada

dua SK). Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

20

Page 21: jurnal ptk (2).doc

Tabel 3.1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas IX, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

3.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia

3.2 Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era global

3.3 Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

3.4 Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi

4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

4.1 Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa

4.2 Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan

4.3 Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

Dalam diskusi penulis dengan guru kolaborator terungkap bahwa selama ini dalam

penyampaian materi untuk standar kompetensi (SK) menampilkan prestasi diri sesuai

kemampuan demi keunggulan bangsa yang terdiri dari tiga kompetensi dasar (KD)

dilaksanakan dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran PKn cenderung berjalan

monoton dan membosankan serta motivasi siswa dalam proses belajar mengajar rendah. Hal

ini terlihat dari kurang antusiasnya siswa mengikuti pembelajaran PKn. Akhirnya setelah

melalui diskusi dan mengkaji literatur penulis dan guru kolaborator memutuskan untuk

pembelajaran dengan SK menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan

bangsa yang terdiri dari tiga KD dikemas dengan inovatif dan kreatif, yakni melalui

pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Bentuk nyata

dari pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah

siswa dalam suatu kelompok diberikan tugas oleh guru untuk melakukan investigasi dengan

mewancarai tokoh atau orang yang berada di sekitar tempat tinggal siswa yang mempunyai

prestasi diri, baik dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain sebagainya.

21

Page 22: jurnal ptk (2).doc

Penulis dan guru kolaborator berasumsi bahwa dengan pembelajaran tersebut di atas

akan membuat siswa antusias dan mempunyai motivasi belajar serta pembelajaran PKn tidak

membosankan lagi. Lebih dari itu diharapkan siswa dapat meneladani dan terinspirasi dari

pengalaman tokoh berprestasi yang diwawancarai bagi kehidupan siswa di masa sekarang

maupun masa yang akan datang. Dalam rangka membuktikan asumsi itu penulis

berkolaborasi dengan guru PKn tersebut melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).

C. Subyek Penelitian

Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IX 8 yang terdiri

dari 37 siswa dengan komposisi perempuan 28 siswa dan laki-laki 9 siswa.

D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 254 Jakarta untuk mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang terletak di jalan Gandaria Jakarta Selatan.

Pemilihan sekolah ini menarik karena terletak di pinggiranan berada di wilayah perbatasan

antara Jakarta Selatan dengan kota administratif Depok Jawa Barat dan peneliti sudah

mempunyai hubungan yang cukup erat dengan warga sekolah tersebut dalam forum-forum

guru.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008,

yaitu bulan Januari sampai dengan Mei 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada

kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan

proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

E. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan motivasi dan

hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan melalui

pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

22

Page 23: jurnal ptk (2).doc

F. Persiapan PTK

Dalam pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan

untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

akan dijadikan PTK, yaitu standar kompetensi (SK) 4. menampilkan prestasi diri sesuai

kemampuan demi keunggulan bangsa. Sedangkan kompetensi dasar (KD): 4.1 menjelaskan

pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa; 4.2 mengenal potensi diri untuk berprestasi

sesuai kemampuan; 4.3 menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk

mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.

Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja

Siswa; (2) Lembar pengamatan diskusi; (3) Lembar evaluasi. Dalam persiapan juga akan

disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara heterogen.

G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan wawancara.

a. Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

b. Observasi atau pengamatan: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang

motivasi siswa dalam proses belajar mengajar dan implementasi pembelajaran

dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

c. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan

implementasi pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai

sumber belajar.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, dan wawancara.

1) Tes: menggunakan butir soal atau instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa

23

Page 24: jurnal ptk (2).doc

2) Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat motivasi siswa

dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan.

3) Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau

sikap siswa tentang pembelajaran dengan pemanfaatan lingkunga sosial sebagai

sumber belajar.

H. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi atau pengamatan dari

pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik

persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan.

1) Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian

dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

2) Motivasi siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan: dengan

menganalisis tingkat motivasi siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan

kewarganegaraan. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan

rendah.

3) Implementasi pembelajaran dengan pemanfataan lingkungan sosial sebagai sumber

belajar: dengan menganalisis tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan dalam

klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

I. Keabsahan Data

Suatu penelitian termasuk PTK yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengikuti kaedah-kaedah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan

standar ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan (keabsahan data) suatu

penelitian adalah dengan melihat validitas dan kredibilitas penelitian. Penelitian tindakan

kelas yang tergolong bertradisi kualitatif dengan sifatnya yang deskriptif dan naratif memiliki

cara-cara tersendiri dalam melakukan validasi dan reliabilitas. Validas menunjuk pada derajat

24

Page 25: jurnal ptk (2).doc

keterpercayaan terhadap proses dan hasil PTK, sedangkan reliabilitas menunjuk pada sejauh

mana kajian dapat direplikasi artinya apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode

yang sama akan mendapatkan hasil yang sama seperti kajian terdahulu. Akan tetapi

reliabilitas dalam PTK tidak seketat dalam penelitian jenis lainnya, karena PTK memiliki

karakteristik tersendiri, seperti kontekstual dan situasional.

Penelitian kualitatif termasuk PTK dikatakan akurat dan dapat dipercaya dilihat dari

standar kualitas tertentu. Howe dan Eisenhardt (1990) dalam Ceswell (1998) menyatakan ada

lima standar, yakni:

1. Penilaian kajian terutama diarahkan kepada apakah pertanyaan

penelitian mendorong dilakukannya pengumpulan data dan analisisnya, dan bukan

sebaliknya.

2. Penilaian ditujukan kepada apakah pengumpulan data

analisisnya secara teknis dilakukan dengan kompeten.

3. Penilaian mempertanyakan apakah peneliti menyusun asumsi-

asumsinya secara eksplisit, termasuk subyektivitas peneliti.

4. Penilaian juga perlu diarahkan kepada apakah kajian itu cukup

tegar, dengan menggunakan eksplanasi yang berdasar kepada teori-teori yang

diakui, serta mendiskusikan eksplanasi mengapa teori-teori tertentu ditolak.

5. Penilaian seharusnya memiliki ”nilai”, baik dalam memberikan informasi baru

maupun dalam meningkatkan keterampilan meneliti, baik dalam melindungi hal-hal

yang terkait dengan privasi seseorang maupun dalam memegang kebenaran dari

semua partisipan penelitian (masalah etika penelitian).

Dalam pandangan Borg dan Gal (2003) dalam Rochiati (2005) ada lima tahap kriteria

validitas, yakni:

25

Page 26: jurnal ptk (2).doc

1. Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh mana tindakan dilakukan untuk

memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan kelas atau

dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai. Dalam penelitian yang

dilakukan para praktisi, perhatian tidak hanya tertuju kepada penyelesaian masalah

semata, melainkan juga kepada bagaimana menyusun kerangka pemikiran dalam

menyajikan masalah yang kompleks yang seringkali memicu munculnya masalah

baru dan pertanyaan baru. Jadi kriteria ini mencakup juga sifat mengulang pada

siklus-siklus penelitian tindakan kelas, dan pada dua tahap penting pada bagian

akhirnya yakni pada refleksi dan pada saat menentukan tindakan lanjutan atau

tindakan modifikasi dalam siklus baru. Sebagai contoh oleh Borg dan Gall

dikemukakan penelitian tindakan kelas Dabisch, seorang guru yang tadinya hanya

ingin mengubah posisi bangku belajar siswa dan melihat dampaknya, ternyata

bahwa para siswa menyukai penataan bangku yang baru, akan tetapi memberikan

dampak negatif yaitu siswa lebih banyak berbicara yang bukan bahan pelajaran dan

tidak mendorong mereka melakukan kerja sama. Pengetahuan baru ini

mendorongnya kepada tindakan-tindakan lain dalam rangka penelitian, dengan

mengumpulkan data yang diperlukan. Setiap tindakan memberikan hasil baru dan

informasi untuk tindakan selanjutnya. Pada setiap tindakan Dabisch berbagi refleksi

dengan para mitra penelitinya dan di dalam laporan penelitiannya. Pada langkah

berikutnya, berdasarkan pengalaman ini, ia merencanakan penelitian tindakan baru

mengenai pemberian tugas kepada siswa yang mendorong mereka untuk belajar

lebih kooperatif. Ia menyatakan kepuasannya melakukan penelitian tindakan, yang

dianggapnya telah meningkatkan keterampilan mengajarnya. Inilah contoh dan

bukti validitas hasil, yang menunjukkan keberhasilan kelompok kerja siswa dan

modifikasi yang berkelanjutan yang dilakukan dalam praktek guru.

26

Page 27: jurnal ptk (2).doc

2. Validitas proses, yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam

berbagai fase penelitian tindakan. Misalnya, bagaimana permasalahan disusun

kerangka pemikirannya dan bagaimana penyelesaiannya sedemikian rupa sehingga

peneliti di dalam menghadapinya mendapat kesempatan untuk terus belajar sesuatu

yang baru. Triangulasi data, perspektif yang majemuk dan keragaman sumber data

merupakan sumbangan kepada validitas proses. Laporan naratif merupakan

representasi atau penjelasan dari kenyataan yang dikomunikasikan melalui berbagai

bentuk cerita. Dalam menentukan kredibilitas dan derajat kepercayaan narasi ini,

haruslah setia kepada gambaran yang akurat dari apa yang sebenarnya terjadi, dan

bukan kisah subjektif atau dilebih-lebihkan agar menarik.

3. Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauh mana PTK berlangsung secara

kolaboratif dengan para mitra peneliti, dengan perspektif yang beragam dan

perhatian terhadap bahan yang dikaji. Sebagai contoh kembali pada penelitian

tindakan kelas dari Dabisch, yang selama berlangsungnya penelitian ia melibatkan

para siswanya untuk mendapatkan kerja sama mereka dalam pengumpulan dan

penafsiran data misalnya. Dalam refleksinya, Dabisch mencatat bahwa berbagai apa

yang ia lakukan di kelas dalam rangka penelitiannya menyebabkan mereka merasa

sebagai bagian dari apa yang sedang terjadi, dan mereka mempunyai andil dalam

suara mereka, karena Dabisch selalu bertanya apa pendapat mereka dalam berbagai

aspek penelitian. Itulah upaya untuk memperkuat validitas demokratis dalam

penelitian tindakan kelas.

4. Validitas katalitik (dari kata katalisator), yakni sejauh mana penelitian

berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan dan memberi

semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi

kenyataan kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari. Validitas dalam aspek ini

27

Page 28: jurnal ptk (2).doc

ditunjukkan misalnya oleh catatan dalam jurnal yang dibuat oleh peneliti dan mitra

peneliti, yang dalam tahap refleksi akan menunjukkan proses perubahan dalam

dinamika pembelajaran di kelas yang menjadi latar sosial (social setting) dari

penelitian.

5. Validitas dialog, yaitu merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya mitra

peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.

Dialog ini bisa dilaksanakan secara kolaboratif dalam merefleksi dengan para mitra

peneliti, dengan pakar peneliti di luar penelitian atau dengan teman sejawat yang

kritis berbagai aspek penelitian terutama dalam penjelasan data penelitian. Dabisch,

dalam penelitian tindakan kelasnya, ternyata melakukan banyak dialog dengan

teman-teman kuliahnya di universitas. Ia menyatakan bahwa kawan-kawan

kuliahnya di universitas tempatnya melanjutkan studi keguruan banyak membantu

dalam melahirkan gagasan-gagasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut,

dan menyadarkan dirinya tentang betapa pentingnya menjadi anggota komunitas

guru peneliti.

Sedangkan Hopkins (1993) dalam Rochiati (2005) berpendapat bahwa untuk menguji

derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang

dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yakni:

1. Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali keterangan-

keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara

dari nara sumber yang relevan dengan PTK (Kepala Sekolah, guru, teman sejawat,

siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah

keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah

sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

28

Page 29: jurnal ptk (2).doc

2. Melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis,

konstruk atau analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra

peneliti. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut

pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra

peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.

3. Dengan melakukan saturasi, yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau

tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan data

baru.

4. Dengan cara menggunakan pembandingan atau dengan eksplanasi saingan atau

kasus negatif. Peneliti tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau

membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan

mendukungnya. Apabila peneliti tidak berhasil menemukannya, maka hal ini

mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori dalam

penelitian.

5. Dengan audit trail, yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau

prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Juga

memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Audit trail

dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu

sendiri.

6. Dengan expert opinion, yakni dengan meminta kepada orang yang dianggap ahli

atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua

tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgements

terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji.

29

Page 30: jurnal ptk (2).doc

7. Dengan key respondents review, yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra

peneliti yang banyak mengetahui tentang penelitian tindakan kelas, untuk membaca

draf awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian, yaitu SMPN 254 Jakarta Selatan, berada di ujung selatan wilayah

kotamadya Jakarta Selatan, tidak jauh dari perbatasan dengan wilayah Depok Jawa

Barat.  SMPN 254 Jakarta memiliki NSS 201016308101 dan beralamat di Jl. Gandaria V

Telp. 021-7270842 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan

Propinsi DKI Jakarta. Pada saat penelitian dilaksanakan SMPN 254 Jakarta dipimpin oleh

Dra. Hj. Ernawati, M.Pd., NIP/NRK 131 782 050 yang dilahirkan di Malang, 31 Desember

1960 dengan pendidikan S.2 jurusan Bahasa Inggris. SMPN 254 pada tahun ajaran 2007/2008

sudah mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu

kepada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. SMPN 254 mempunyai 3

lantai, 31 kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium Fisika, laboratorium

Biologi, laboratorium Bahasa, musholla, koperasi, ruang UKS/PMR, ruang guru, kantin,

ruang pertemuan (AULA) dan ruang tata usaha serta sarana olah raga.

Visi, Misi, motto dan Tujuan SMPN 254 Jakarta adalah sebagai berikut:

VISI :

30

Page 31: jurnal ptk (2).doc

“Terbentuknya Sumber Daya Manusia Yang Berakhlaq Mulia, Unggul Dalam

Bidang Akademis dan Non Akademis”.

MISI :

1. Meningkatkan pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang berakhlaq mulia dalam

menciptakan keikhlasan dalam belajar/bekerja

2. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan siswa dalam prestasi akademis.

3. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan siswa dalam prestasi non akademis.

4. Meningkatkan prestasi olah raga sampai tingkat nasional.

5. Melaksanakan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

6. Menguasai dan melaksanakan model pembelajaran CTL dalam proses

pembelajaran.

7. Meingkatkan profesionalisme seluruh tenaga pendidik.

8. Mendayagunakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana.

9. Meningkatkan budaya kekeluargaan dalam menciptakan suasana belajar/bekerja

yang kondusif.

10. Meningkatkan pendekatan pada masyarakat sekitar dalam membantu kelancaran

proses belajar.

11. Mewujudkan sekolah wiyata mandala sehingga menjadi sekolah bagi masyarakat.

Kultur sekolah :

1. Setiap hari jumat 15 menit sebelum belajar ( pkl.06.45 - 07.00 wib ) tadarusan

2. Melaksanakan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun + sun tangan kepada guru

dan orang tua atau tamu)

3. Peduli dan berbudaya lingkungan

4. Hidup bersih ( lingkungan sekolah bebas sampah )

5. Menggunakan WC dan toilet seperti di rumah sendiri (tidak menggunakan alas kaki)

31

Page 32: jurnal ptk (2).doc

6. Sholat dhuhur, sholat jumat, keputrian (setiap jumat, bersamaan dengan keg jumatan),

gebyar jumsih (jum’at bersih) dan senam.

Dalam rencana strategisnya SMPN 254 Jakarta berhasil mengidentifikasi tantangan

nyata yang akan dihadapi, yakni :

1. Perubahan paradigma kegiatan

belajar mengajar guru

2. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.

3. Program sekolah internasional

4. Sistem informasi global.

5. Perubahan iklim investasi bagi orang tua untuk menyekolahkan anak ke sekolah

yang bermutu

6. Munculnya berbagai lembaga atau

sekolah terpadu, unggulan yang terakreditasi internasional.

Oleh karena itu SMPN 254 Jakarta menerapkan strategi sebagai berikut:

a. Penetapan standar kompetensi lulusan yang bertaraf nasional

b. Pembuatan dokumen kurikulum

c. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

d. Peningkatan kualitas PBM yang berbasis ICT dengan berbagai model pembelajaran

yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

e. Peningkatan kelengkapan fasilitas sekolah yang mendukung program SSN

f. Peningkatan pengelolaan manajemen berbasis Sekolah yang berbasis ICT

32

Page 33: jurnal ptk (2).doc

g. Peningkatan standar pembiayaan siswa sesuai dengan standar nasional

h. Penetapan sistem penilaian dengan standar nasional

1. Ketenagaan

SMPN 254 Jakarta didukung oleh tenaga pendidik dan tenaga administrasi yang dari

segi jumlah relatif cukup dengan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dan kecakapan

serta keterampilan yang mumpuni. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Jumlah Guru SMPN 254 Jakarta Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

PendidikanGuru Tetap

Guru Tidak Tetap Jumlah

L P L PS.2.S.1.SM/D.3.

-124

219 9

-3-

-2-

2 (%)36 (%)13 (%)

Jumlah 16 30 3 2 51

Tabel 4.2

Tenaga Administrasi

PendidikanPegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap

JumlahL P L P

D3 dan SarjanaSLTASMPSD

13--

21--

----

-1--

35--

Jumlah 4 3 - 1 8

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana menunjang bagi terlaksanaanya proses pembelajaran yang

efektif. Gedung kantor: ruang kasek, wakasek, guru, dan ruang administrasi pada umumnya

dalam kondisi baik. Demikian pula ruang BP, OSIS, UKS, aula, koperasi, pos keamanan,

mushalah, sampai pada kantin dalam keadaan baik dan cukup nyaman. Ruang kelas 24 buah

dalam kedaan baik dengan dilengkapi sarana pendukung. Setiap kelas mempunyai OHP dan

33

Page 34: jurnal ptk (2).doc

buku-buku mata pelajaran dan penunjang diperpustakaan. Terdapat perpustakaan guru di

ruang guru dan perangkat lunak untuk pembelajaran (CD Pembelajaran) serta peralatan olah

raga. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

a. Sarana Sekolah

Sarana sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Sarana Sekolah

No. Peruntukan Jumlah Kondisi1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Baik3. Ruang Guru 1 Baik4. Ruang Tata Usaha 1 Baik5. Ruang BP/BK 1 Baik6. Ruang Belajar 24 Baik7. Laboratorium IPA 2 Baik8. Laboratorium Komputer 1 Baik9. Laboratorium Bahasa 1 Baik

10. Perpustakaan 1 Baik 11. Ruang Praktek Ketrampilan 1 Baik12. Ruang Praktik Tata Boga 1 Baik13. Ruang UKS / PMR 1 Baik14. Ruang OSIS 1 Baik15. Ruang Koperasi 1 Baik 16. Aula dengan kapasitas 200 kursi 1 Baik17. Musholah 1 Baik18. Gudang 1 Baik 19. Kantin 1 Baik20. Ruang dapur Sekolah 1 Baik21. Rumah Penjaga Sekolah 1 Baik22. Toilet / Kamar Kecil 9 Baik23. Lapangan Basket, Volli, tempat parkir 1 Baik

b. Prasarana Sekolah

(1) OHP untuk mendukung pembelajaran

(2) Buku-buku mata pelajaran dan penunjang diperpustakaan

(3) Terdapat perpustakaan guru di ruang guru

34

Page 35: jurnal ptk (2).doc

(4) Peralatan olah raga

(5) Peralatan laboratorium sains.

(6) Penyediaan perangkat komputer untuk penggunaan adminstrasi guru.

(7) Papan kreasi.

(8) Alat-alat ketrampilan dan kerajian.

B. Penyajian Data dan Pembahasan

Penyajian hasil penelitian tindakan kelas diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-

siklus pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan dalam proses belajar

mengajar. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana

pemaparan berikut ini:

1. Siklus Pertama

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

(observasi) dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini:

a. Perencanaan (Planing)

1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi

(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan disampaikan kepada siswa dengan

menggunakan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

2) Menyusun perangkat pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang mengacu pada tindakan (treatment), yakni pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Bentuk dari pembelajaran dengan

memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah siswa dalam suatu

kelompok diberikan tugas untuk mewawancarai tokoh berprestasi yang ada dalam

masyarakat di mana siswa tinggal. Dalam menyusun perangkat pembelaaran

kolaborator (guru) mengalami sedikit kesulitan, hal ini guru belum terbiasa menyusun

perangkat pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Oleh karena itu peneliti harus

35

Page 36: jurnal ptk (2).doc

bekerja keras berdiskusi dan memberikan masukan untuk mengahsilkan perangkat

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tindakan (treatment) PTK.

3) Membuat lembar kerja siswa yang dipergunakan sebagai pedoman atau acuan siswa

dalam melaksanakan tugas di lapangan, sehingga para siswa tidak mengalami

kesulitan yang berarti dalam proses investigasi mewawancarai tokoh berprestasi yang

ada dalam lingkungan tempat tinggal siswa.

4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK. Instrumen tersebut meliputi

instrumen untuk mengukur tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran, dan instrumen

untuk memantau aktivitas guru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Instrumen ini dibuat dengan sebaik

mungkin, karena dalam suatu penelitian termasuk PTK keberadaan instrumen adalah

sesuatu yang penting. Dengan instrumen yang baik, maka akan menghasilkan data

yang akurat sehingga pengambilan kesimpulan penelitian juga tepat dan akurat.

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai

hasil belajar. Alat evaluasi harus dirancang dengan sebaik mungkin, sehingga mampu

mengukur dan memberikan informasi yang lengkap dari kemampuan siswa, baik

kognitif, apektif maupun psikomotorik.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Guru memberikan informasi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran standar

kompetensi menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

yang terdiri dari tiga kompetensi dasar melalui pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

36

Page 37: jurnal ptk (2).doc

2) Guru dan siswa membentuk kelompok-

kelompok kecil yang heterogen (kelas dibagi dalam delapan kelompok di mana satu

kelompok terdiri kuran lebih 5 siswa).

3) Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan

siswa dalam kelompok, yakni melakukan investigasi dengan mewancarai tokoh atau

orang yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal siswa yang mempunyai

prestasi diri, baik dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain

sebagainya.

4) Guru menjelaskan bagaimana teknis

pelaksanaan tugas tersebut dan apa yang harus dibuat dan dipersiapkan siswa, seperti

surat pengantar dari Kepala Sekolah, pedoman wawancara, tape recorder, kamera dan

hal-hal lain yang diperlukan dalam wawancara dengan tokoh berprestasi.

5) Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan

menyusun hal-hal yang diperlukan dalam wawancara dan menentukan siapa tokoh

atau orang yang akan diwawancarai.

6) Guru menjelaskan apa yang harus

dipersiapkan untuk pembelajaran minggu depan (pertemuan kedua).

7) Siswa dalam kelompok mempresentasikan

hasil wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal

siswa secara bergiliran dan kelompok yang lain menanggapi.

c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

1). Hasil observasi motivasi siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) pendidikan

kewarganegaraan selama siklus pertama skornya rata-rata 69%. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4Perolehan Skor Motivasi Siswa dalam PBM Siklus I

37

Page 38: jurnal ptk (2).doc

Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase (%) KeteranganI 15 20 75

II 16 20 80 Tertinggi

III 14 20 70

IV 13 20 65

V 14 20 70

VI 12 20 60 Terendah

VII 13 20 65

VII 14 20 70

Rerata 14 20 69

Keterangan:

Motivasi terdiri dari lima sub aspek dengan empat kriteria sangat tinggi (4), tinggi (3), sedang

(2) dan 1 (kurang):

1. Perhatian

2. Hasrat ingin tahu

3. Minat

4. Tanggung jawab

5. Presentasi

38

Page 39: jurnal ptk (2).doc

Hasil pengamatan atau observasi terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar yang dipaparkan di atas

melalui tabel dan grafik berbentuk data kuantitatif dengan membedah dimensi motivasi

menjadi lima sub, yakni perhatian, hasrat ingin tahu, minat tanggung jawab dan presentasi.

Selain data kuantitatif juga dilakukan pengumpulan data motivasi siswa secara kualitatif,

yakni hasil catatan lapangan sebagai berkut.

“Kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) dimulai jam pertama dan kedua dari jam 07.00-09.20. hari itu adalah hari Selasa, tanggal 18 Maret 2008. Hari itu adalah presentasi hasil wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa. Selama kurang lebih satu minggu siswa dalam kelompok masing-masing telah bersusah payah menemui dan mewawancarai tokoh berprestasi. Kini saatnya mereka mempresentasikan hasil wawancara tersebut di hadapan teman-teman dan guru. Seperti biasanya para siswa memberikan salam dan duduk dengan tertib. Guru mengabsen dan menanyakan tugas yang diberikan guru. Guru menginstruksikan para siswa untuk menata meja dan kursi untuk keperluan diskusi. Dalam waktu singkat meja dan kursi tertata dengan rapi dan siap dipergunakan untuk diskusi. Secara bergantian satu persatu kelompok mempresentasikan tugasnya dengan semangat, meskipun masih terlihat sedikit gugup. Satu siswa menjadi moderator dengan tugas membuka dan menutup diskusi serta mengatur jalannya diskusi dengan sesekali membantu memberikan jawaban kepada

39

Page 40: jurnal ptk (2).doc

peserta diskusi. Guru dengan seksama memantau jalannya diskusi meskipun terkadang masih banyak duduk di meja. Tanpa terasa dua jam berlangsung dan guru menutup kegiatan hari itu” (Hasil catatan lapangan, Selasa, 18 Maret 2008).

Hasil pengamatan atau observasi dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan

kualitatif relatif sama, yakni motivasi siswa sudah mulai meningkat tetapi belum maksimal.

Hal ini bisa dilihat dari skor kuantitatif, yakni baru 69% maupun dengan pengamatan

kualitatif di mana motivasi siswa belum maksimal. Namun jika dibandingkan dengan

pembelajaran sebelumnya (tanpa menggunakan pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar) telah mengalami kemajuan yang cukup berarti.

2). Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM pada siklus 1.

Observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan lembar

observasi yang terdiri dari delapan aspek dan dinilai secara kuantitatif dengan empat kategori,

yakni sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K). Hasil obeservasi terhadap

aktivitas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar pada siklus pertama masih tergolong

rendah dengan perolehan skor 20 atau 63% sedangkan skor idealnya adalah 32. Hal ini terjadi

karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada

siswa bagaimana melakukan presentasi yang baik dan menarik. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.5Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I

NO. KEGIATAN NILAI

SB B C K

1. Apersepsi 2

2. Penjelasan materi 3

3. Penjelasan metode pembelajaran 2

4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3

5. Kemampuan melakukan evaluasi 3

6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 2

40

Page 41: jurnal ptk (2).doc

7. Menarik kesimpulan 2

8. Menutup pembelajaran 3

Skor 20

Keterangan:

SB = Sangat Baik (4)

B = Baik (3)

C = Cukup (2)

K = Kurang (1)

3). Hasil evaluasi siklus 1. penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran (post test).

Selain aktivitas guru dalam PBM dan motivasi siswa, penguasaan siswa terhadap

materi pembelajaran mulai meningkat. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata baru

mencapai 64 atau 64%.

4). Pada siklus pertama (dua pertemuan) selesai dilakukan pembelajaran diadakan ulangan

formatif (harian) kedua untuk standar kompetensi (SK) 4 Menampilkan prestasi diri sesuai

kemampuan demi keunggulan bangsa dengan kompetensi dasar (KD) 4.2 mengenal potensi

diri untuk berprestasi sesuai kemampuan. Hasil ulangan formatif (harian) kedua dengan

menggunakan pembelajaran memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar adalah

6,60. Hal ini naik dari ulangan formatif pertama dengan kompetensi dasar (KD) 4.1

menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa nilai rata-ratanya adalah 6,10.

Nilai formatif pertama di bawah nilai kriteria ketuntasan minima (KKM) yang besarnya 6,50.

Terjadi peningkatan dari nilai ulangan formatif pertama sebesar 6,10 menjadi 6,60 pada

ulangan formatif kedua. Ini berarti naik 0,50.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah:

1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok dan

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, yakni bagaimana melakukan

41

Page 42: jurnal ptk (2).doc

wawancara dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat di mana

siswa tinggal.

2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan

pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar secara utuh dan menyeluruh.

3) Hasil wawancara belum secara komprehansif menggambarkan kondisi tokoh

berprestasi yang diwawancarai, sehingga informasi yang dipaparkan dalam presentasi

kelompok belum maksimal.

4) Masing-masing kelompok masih gugup dalam mempresentasikan hasil wawacara

dengan tokoh berprestasi.

5) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini, diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 63 %.

6) Sebagian siswa ada yang belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan

pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini

bisa dilihat dari hasil observasi terhadap motivasi siswa dalam PBM belum mencapai

maksimal, yakni hanya mencapai 69%.

7) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 6,40

8) Sebagian besar kelompok belum bisa menyelesaikan tugas dengan baik sesuai yang

ditentukan.

9) Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai hasil belajar.

2. Siklus Kedua

Seperti pada siklus pertama, pada siklus kedua ini terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replaning

a. Perencanaan (Planing)

42

Page 43: jurnal ptk (2).doc

Perencanaan (planing) pada siklus kedua berdasarkan replaning siklus pertama yaitu:

(1) Guru dengan intensif memberi pengertian dan

pemahaman kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok,

keikutsertaan siswa dalam kelompok dan bagaimana cara mendekati nara sumber

(tokoh masyarakat) yang akan diwawancarai sehingga mendapatkan informasi yang

komprehensif.

(2) Berkaitan dengan hal yang terjadi pada nomor 2 maka siswa dalam kelompok

(delapan kelompok) melakukan wawancara ulang dengan tokoh berprestasi yang

berada di lingkungan tempat tinggal untuk mendapatkan informasi yang belum

sempat diperoleh pada wawancara tahap pertama.

(3) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

(4) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

(5) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

(6) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

(7) Guru memberikan penjelasan bagaimana presentasi yang baik dan menarik.

b. Pelaksanaan (Acting)

1) Kelompok mempresentasikan kembali hasil wawancara dengan tokoh berprestasi di

lingkungan tempat tinggal siswa. Hal ini disebabkan pada hasil wawancara tahap

pertama ada hal penting yang belum terungkap. Siswa dalam kelompok

memungkinkan menemui dan mewawancarai kembali tokoh tersebut, karena tempat

tinggal tokoh tersebut sekitar tempat tinggal siswa.

2) Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran dengan menggunakan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hasil wawancara tahap kedua dengan tokoh

43

Page 44: jurnal ptk (2).doc

berprestasi sudah mampu menjaring informasi secara komprehensif, sehingga

menggambarkan kehidupan tokoh tersebut secara utuh dari awal sampai mendapatkan

prestasi seperti sekarang ini.

3) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu

presentasi yang dipaparkan dari kelompok lain. Para siswa terlihat antusias dan

termotivasi dengan cerita keberhasilan tokoh berprestasi tersebut.

4) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

1). Hasil observasi motivasi siswa dalam proses belajar mengaja (PBM) selama siklus kedua

terdapat peningkatan yang sangat signifikan, yakni dari 69% pada siklus pertama menjadi

79% pada siklu kedua (naik 1,0%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6Perolehan Skor Motivasi Siswa dalam PBM Siklus II

KelompokSkor

PerolehanSkor Ideal

Persentase (%)

Keterangan

I 16 20 80

II 17 20 85 Tertinggi

III 15 20 75

IV 15 20 80

V 16 20 80

VI 14 20 70 Terendah

VII 16 20 80

VII 16 20 80

44

Page 45: jurnal ptk (2).doc

Rerata 14 20 79

Keterangan:

Motivasi terdiri dari lima sub aspek dengan empat kriteria sangat tinggi (4), tinggi (3), sedang

(2) dan 1 (kurang):

1. Perhatian

2. Hasrat ingin tahu

3. Minat

4. Tanggung jawab

5. Presentasi

2). Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus kedua terjadi peningkatan yang

cukup signifikan. Dari skor ideal 32 nilai yang diperoleh adalah 27 atau 84%. Hal ini berarti

45

Page 46: jurnal ptk (2).doc

mengalami perbaikan dari siklus pertama. Pada siklus pertama aktivitas guru dalam

pembelajaran skornya sebesar 20 atau 63% meningkat menjadi 27 atau 84% pada siklus

kedua.

Tabel 4.7Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus 2

NO. KEGIATAN NILAISB B C K

1. Apersepsi 3

2. Penjelasan materi 4

3. Penjelasan metode pembelajaran 3

4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3

5. Kemampuan melakukan evaluasi 4

6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 3

7. Menarik kesimpulan 3

8. Menutup pembelajaran 4

Skor 27

Keterangan:

SB = Sangat Baik (4)

B = Baik (3)

C = Cukup (2)

K = Kurang (1)

3). Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran (post test) pada siklus

kedua juga terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni dari nilai skor ideal 100 nilai

rerata skor perolehan adalah 75 atau 75 %. Hal ini berarti naik dari siklus pertama 64 atau

64% menjadi 75 atau 75% (naik 11 angka atau 11%).

46

Page 47: jurnal ptk (2).doc

4). Hasil ulangan formatif atau harian ketiga (setelah menggunakan lingkungan sosial sebagai

sumber belajar) juga mengalami peningkatan yang signifikan dari 6,20 sebelum pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar menjadi 6,60 pada siklus

pertama (setelah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber

belajar) menjadi 7,20 pada siklus kedua (setelah pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar). Ini berarti naik 0,60 dari ulangan harian kedua dan

naik 1,00 dari ulangan harian pertama.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)

(1) Sebagian kelompok sudah terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok dan

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, yakni bagaimana melakukan wawancara

dengan tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat di mana siswa tinggal

dengan lebih baik lagi.

(2) Sebagian kelompok sudah memahami langkah-langkah pembelajaran dengan

pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar secara utuh dan menyeluruh.

(3) Hasil wawancara sudah secara

komprehansif menggambarkan kondisi tokoh berprestasi yang diwawancarai, sehingga

informasi yang dipaparkan dalam presentasi kelompok sudah maksimal.

(4) Masing-masing kelompok sudah

kelihatan percaya diri dan lancar dalam mempresentasikan hasil wawacara dengan tokoh

berprestasi.

(5) Guru sudah terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan memanfaatkan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini, diperoleh dari hasil observasi terhadap

aktivitas guru dalam PBM sudah mencapai 84% dari sebelumnya 63%.

47

Page 48: jurnal ptk (2).doc

(6) Sebagian siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan pembelajaran dengan

memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil

observasi terhadap motivasi siswa dalam PBM sudah mencapai 79% dari sebelumnya

69%.

(7) Hasil evaluasi pada siklus kedua sudah mencapai rata-rata 75 atau 75% dari sebelumnya

pada siklus pertama 64 atau 64%.

(8) Sebagian besar kelompok sudah bisa menyelesaikan tugas dengan baik sesuai yang

ditentukan oleh guru, yakni pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial

sebagai sumber belajar.

(9) Hampir semua kelompok mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai hasil belajar.

(10) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan

harian dari 6,20 (ulangan harian pertama) sebelum pembelajaran dengan menggunakan

lingkungan sosial sebagai sumber belajar menjadi 6,60 (ulangan harian kedua) dan 7,20

(ulangan harian ketiga) setelah pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial

sebagai sumber belajar.

Dari pemaparan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas di atas membuktikan

bahwa melalui tindakan (treatment) pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial

sebagai sumber belajar dengan bentuk siswa diberikan tugas mewawancarai tokoh berprestasi

yang ada dalam masyarakat di mana siswa tinggal sangat efektif untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama

standar kompetensi (SK) menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan

bangsa.

Selama ini SK tersebut diajarkan secara konvensional dengan dominasi metode

ceramah, sehingga pembelajaran berlangsung secara monoton dan siswa kurang antusias

48

Page 49: jurnal ptk (2).doc

mengikuti pembelajaran tersebut. Motivasi siswa rendah dan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan khususnya untuk SK tersebut kehilangan makna. Melalui pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar, pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan lebih bermakna dan kontekstual. Melalui pembelajaran tersebut siswa

mendapatkan pengalaman riil yang ada di dalam masyarakat, yang pada akhirnya nanti dapat

dijadikan bekal siswa dalam kehidupan sebagai kecakapan hidup (life skill). Dan itulah

hakekat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang harus di kemas sedemikian rupa,

sehingga menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber

belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan motivasi siswa yang

pada siklus I hanya rata-rata 70% menjadi 78% pada siklus kedua.

3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti.

Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam kelompok dan

sikap percaya diri dalam mempresentasikan hasil wawancara dengan tokoh

berprestasi di hadapan kelompok lain .

4. Motivasi siswa dalam kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus II. Ini dapat

dilihat dari peningkatan motivasi siswa dari 60% (sebelum menerapkan pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar) menjadi 69% pada

49

Page 50: jurnal ptk (2).doc

siklus pertama dan 79% pada siklus kedua (sesudah menerapkan pembelajaran dengan

memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar).

5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan

harian (rata-rata ulangan harian I (tanpa menerapkan pembelajaran dengan

pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar) sebesar 6,20 menjadi 6,60

(ulangan harian II) dan 7,20 (ulangan harian III) setelah menerapkan pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar.

6. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar relevan

dengan pembelajaran kontekstual.

7. Melalui pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar,

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih menyenangkan dan kontekstual

dengan menjadikan masyarakat sebagai laboratorium pembelajaran pendidika

kewarganegaraan.

B. Saran

Telah terbuktinya pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai

sumber belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan, maka kami sarankan :

1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran dengan

memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar sebagai salah satu alternatif

dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa.

2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka

diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran

pendidikan kewarganegaraan maupun mata pelajaran lain yang relevan.

50

Page 51: jurnal ptk (2).doc

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Barr, Robert. Barth, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social studies.

California: ETC Publication.

Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon

Davis, I.K. 1981. Instructional Techniques. New York: McGraw Hill.

Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat Pengembangan Penataran

Guru IPS dan PMP Malang.

Dewey.J. 1959. Moral Principles in Uducation. New York: Philosophical Library.

Djahiri, A.K. 1993. “Membina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok”.

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 1 (1) : 142.

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. What it is and why it’s here to

stay. California: Corwin PRESS

Kunandar. 2007. Guru Prefesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.

Jakarta: PT. Rajawali Pers.

________. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Natawidjaja, Rochman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapaannya Dalam Metode

Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen, Depdiknas.

__________. 1997 Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung.

Nasution, S. 1989. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jermnas.

51

Page 52: jurnal ptk (2).doc

Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: Rineka

Sudjana, Nana. 1991. Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.

____________. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.

Sukarnyana. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: PPPG IPS dan PMP

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi

tidak diterbitkan: PPS UPI Bandung.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Rosda Karya

Winataputra, U.S. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik

Pendidikan Demokrasi. PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENGAMATAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR

RESPONDEN SISWA

Nama Sekolah : SMPN 254 JakartaTahun Pelajaran : 2007/2008Kelas/Semester : IX 8/2

KL

NAMA A B C D E

1 Puji L 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1Mita NRosmaZakiFauzan

2 Puji RDian FLinaYuwita

3 DeskiFebriZaini ABendi

52

Page 53: jurnal ptk (2).doc

Edi4 Abdil

AjengNisiaSorayaAri A

5 VinaIndahRiznaAnggiAli N

6 InesClaraRahma RikaBudi

7 MariskaNunungNurul JRani

8 AyuDianNandaNandi

KETERANGAN

A. Perhatian 4 = Sangat Baik

B. Hasrat ingin tahu 3 = Baik

C. Minat 2 = Cukup

D. Tanggung jawab 1 = Kurang

E. Presentasi

53

Page 54: jurnal ptk (2).doc

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

RESPONDEN GURU

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun Pelajaran : 2007/2008

Kelas/Semester : IX/2

Siklus 1

NO. KEGIATAN NILAI

SB B C K

1. Apersepsi 2

2. Penjelasan materi 3

3. Penjelasan metode pembelajaran 2

4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3

5. Kemampuan melakukan evaluasi 3

6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 2

7. Menarik kesimpulan 2

8. Menutup pembelajaran 3

Skor Perolehan 20

Keterangan:

SB = Sangat Baik (4)

B = Baik (3)

C = Cukup (2)

54

Page 55: jurnal ptk (2).doc

K = Kurang (1)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

RESPONDEN GURU

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun Pelajaran : 2007/2008

Kelas/Semester : IX/2

Siklus 2

NO. KEGIATAN NILAI

SB B C K

1. Apersepsi 3

2. Penjelasan materi 4

3. Penjelasan metode pembelajaran 3

4. Pengelolaan kegiatan diskusi 3

5. Kemampuan melakukan evaluasi 4

6. Memberikan pengargaan individu dan kelompok 3

7. Menarik kesimpulan 3

8. Menutup pembelajaran 4

Skor Perolehan 27

Keterangan:

SB = Sangat Baik (4)

B = Baik (3)

C = Cukup (2)

55

Page 56: jurnal ptk (2).doc

K = Kurang (1)

LAMPIRAN 4

PANDUAN WAWANCARARESPONDEN SISWA

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun Pelajaran : 2007/2008

Kelas/Semester : IX/2

1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran yang baru kalian ikuti!

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

............................................................

2. Apakah kalian senang dengan pembelajaran yang baru kalian ikuti? Mengapa?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

............................................................

3. Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan

materi pelajaran? Jelaskan!

56

Page 57: jurnal ptk (2).doc

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

....................................................................................................................................

4. Bagaimana tes atau evaluasi yang dilakukan guru? Jelaskan!

..........................................................................................................................................

..................................................................

..........................................................................................................................................

..................................................................

5. Apakah kalian dapat memahami materi pelajaran yang baru kalian ikuti? Jelaskan!

..........................................................................................................................................

................................................................................................................................

LAMPIRAN 5

PANDUAN WAWANCARARESPONDEN TEMAN SEJAWAT

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Tahun Pelajaran : 2007/2008

Kelas/Semester : IX/2

1. Bagaimana pendapat anda tentang PBM yang dilakukan oleh guru?

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

............................

2. Bagian mana yang sudah baik?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………….

…………………………………………………………………………………………

………………………………………….

3. Bagian mana yang masih perlu diperbaiki?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………

57

Page 58: jurnal ptk (2).doc

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………

4. Apakah anda yakin bahwa pembelajatan dengan memanfaatkan lingkungan sosial

sebagai sumber belajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa? Berikan

alasannya!

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………..

…………………………………………………………………………………………

5. Apa saran untuk perbaikan PBM selanjutnya!

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

LAMPIRAN 6

PEROLEHAN HASIL BELAJAR SISWA TANPA DAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI

SUMBER BELAJAR

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta Tahun Pelajaran: 2007/2008Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : IX/2

NO. NAMA SISWA

NH 1 Sebelum Tindakan

NH 2 DenganTindakan

NH 3 denganTindakan

Rata-Rata NH 2 dan NH 3

1. Ari A 6 6 7 6,52. Abdil 6 7 7 73. Ajeng 7 7 8 7,54. Ayu 6 7 8 7,55. Anggi 7 7 7 76. Ali N 6 7 7 77. Budi 8 7 8 7,58. Deski 6 6 7 79. Dian F 5 6 7 710. Dian 6 7 8 7,511. Edi 7 7 7 712. Febri 7 7 8 7,513. Lina 5 6 7 6,514. Bendi 6 7 7 715. Nanda 6 7 8 7,516. Mita N 6 6 7 6,517. Rosma 6 6 7 6,518. Nisia 6 7 7 719. Soraya 6 7 8 7,520. Puji L 6 7 7 721. Vina 6 6 7 6,5

58

Page 59: jurnal ptk (2).doc

22. Indah 7 7 7 723. Rizna 6 6 7 6,524. Puji R 6 6 7 6,525. Nandi 6 7 7 726. Ines 7 7 7 727. Clara 5 6 7 6,528. Rahma 6 7 7 729. Rika 6 6 7 6,530. Fauzan 7 7 7 731. Mariska 6 7 8 7,532. Nunung 6 7 8 7,533. Nurul J 7 6 7 6,534. Rani 6 7 8 7,535. Yuwita 6 7 8 7,536. Zaki 7 6 7 6,537. Zaini A 6 6 7 6,5Rata-Rata 6,20 6,60 7,30

LAMPIRAN 7

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA TANPA DAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SOSIAL

SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Nama Sekolah : SMPN 254 DKI Jakarta Tahun Pelajaran: 2007/2008Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : IX/2

NO. NAMA SISWA Sebelum Tindakan

DenganTindakan

(Rata-rata)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

1. Ari A 6 6,5 0,52. Abdil 6 7 0,53. Ajeng 7 7,5 0,54. Ayu 6 7,5 1,55. Anggi 7 7 06. Ali N 6 7 17. Budi 8 7,5 - 0,58. Deski 6 7 19. Dian F 5 7 210. Dian 6 7,5 1,511. Edi 7 7 012. Febri 7 7,5 0,513. Lina 5 6,5 1,514. Bendi 6 7 115. Nanda 6 7,5 1,516. Mita N 6 6,5 0,517. Rosma 6 6,5 0,518. Nisia 6 7 119. Soraya 6 7,5 1,520. Puji L 6 7 1

59

Page 60: jurnal ptk (2).doc

21. Vina 6 6,5 0,522. Indah 7 7 023. Rizna 6 6,5 0,524. Puji R 6 6,5 0,525. Nandi 6 7 126. Ines 7 7 027. Clara 5 6,5 1,528. Rahma 6 7 129. Rika 6 6,5 0,530. Fauzan 7 7 031. Mariska 6 7,5 1,532. Nunung 6 7,5 1,533. Nurul J 7 6,5 - 0,534. Rani 6 7,5 1,535. Yuwita 6 7,5 1,536. Zaki 7 6,5 - 0,537. Zaini A 6 6,5 0,5

LAMPIRAN 8

PROGRAM TAHUNAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan KewarganegaraanSATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 254 JAKARTAKELAS : IXTAHUN PELAJARAN : 2007/2008

SEMESTER STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR

ALOKASI WAKTU

1

1. Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara

1.1. Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan

Negara4 JP

1.2. Mengeidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan Negara 4 JP

1.3. Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan Negara

6 JP

2. Memahami pelaksanaan otonom daerah

2.1. Mendeskripsikan pengertian otonomi daerah

6 JP

2.2. Menjelaskan pentingnya partisipasi 4 JP

60

Page 61: jurnal ptk (2).doc

masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah

2

3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia

4 JP

3.2. Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era globalisasi

4 JP

3.3. Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

4 JP

3.4. Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi

2 JP

4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa

2 JP

4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan

2 JP

4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

4 JP

Jakarta, Januari 2008Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran

DRA. HJ. ERNAWATI, M.P.d. SRI AISAH, S.Pd.

61

Page 62: jurnal ptk (2).doc

NIP. 131 872 050 NIP. 132 232 705

LAMPIRAN 9

PROGRAM SEMESTERMATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMSESTER : IX/GENAPTAHUN PELAJARAN : 2007/2008

A. HITUNGAN ALOKASI WAKTU1. BANYAKNYA MINGGU DALAM SATU SEMESTER

NO. BULAN JUMLAH MINGGU1. JANUARI 5 2. FEBRUARI 43. MARET 44. APRIL 4 5. MEI 46. JUNI 4

JUMLAH 25

2. MINGGU TIDAK EFEKIFNO. BULAN JUMLAH MINGGU1. JANUARI 12. FEBRUARI 03. MARET 04. APRIL 05. MEI 26. JUNI 4JUMLAH 7

3. MINGGU EFEKTIFa. Perhitungan minggu efektif : 25 mg - 7 mg = 18 minggub. Jumlah jam pelajaran :

62

Page 63: jurnal ptk (2).doc

2 jam x 18 jam = 36 jam

B. DISTRIBUSI ALOKASI WAKTUSTANDAR KOMPENTENSI/KOMPETENSI DASAR

ALOKASI WAKTU

3. Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia 4 JP3.2. Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di

era globalisasi4 JP

3.3. Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

4 JP

3.4. Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi 2 JP4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa 2 JP4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan 2 JP4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan

prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa4 JP

Ulangan Harian 6 JPUUB 2 JPUAN/UAS 4 JPCadangan 2 JPJUMLAH 36 JP

Jakarta, Januari 2008Mengetahui,Kepala SMP Negeri Jakarta Guru Mata Pelajaran

DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705

63

Page 64: jurnal ptk (2).doc

LAMPIRAN 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 4 X 40 MENIT

A. STANDAR KOMPETENS4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

B. KOMPETENSI DASAR4.1. Menjelaskan pentingnya prestasi diri bagi keunggulan bangsa

C. INDIKATOR1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri

D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri

64

Page 65: jurnal ptk (2).doc

5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri

E. MATERI POKOK 1. Menjelaskan pengertian prestasi diri

2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri2. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri3. Menyebutkan macam-macam prestasi diri

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX2. Media : OHP

G. METODE 1. Ceramah

2. Tanya Jawab

H. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

1. Pendahuluan1. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)2. Motivasi

- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.

2. Kegiatan Intia. Penjelasan materib. Tanya jawab.c. Klarifikasi guru tentang materi yang diajarkan.

3. Kegiatan Penutup a. Siswa dibimbing guru menyimpulkam materi untuk

pemahaman siswa b. Post Test c. Tindak lanjut dengan memberikan tugas di rumah guna mempersiapkan materi yang akan datang.

I. PENILAIAN Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran.

Penilaian tertulis diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan

65

Page 66: jurnal ptk (2).doc

pertama penilaian lebih ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi materi diskusi kelompok dan presentasi.

Bagian I

Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar!

1. Hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dinamakan………….a. prestasib. potensic. kepandaiand. kecerdasan

2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi prestasi seseorang adalah……a. bakatb. minatc. gizid. motivasi

3. Ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah………..a. menghargai orang lainb. pantang menyerahc. memerintah orang laind. berani mengambil resiko

4. Pentingnya prestasi diri bagi kehidupan adalah bahwa dengan memiliki prestasi diri yang tinggi maka seseorang akan dapat……..a. mencukupi kebutuhan hidupb. membahagiakan orang tuac. mudah meraih cita-citad. menghasilkan banyak uang

5. Prestasi dapat dicapai melalui perjuangan yang disertai…….a. modal yang kuatb. dorongan orang tuac. motivasi yang tinggid. biaya yang tinggi

Bagian 2Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!1. Menjelaskan pengertian prestasi diri2. Menjelaskan pentingnya prestasi diri3. Menguraikan ciri-ciri yang memiliki motivasi prestasi diri4. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri5. Menyebutkan macam-macam prestasi diri

66

Page 67: jurnal ptk (2).doc

Jakarta, Januari 2008

Mengetahui, Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran

DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 2 X 40 MENIT

A. STANDAR KOMPETENSI4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

B. KOMPETENSI DASAR4.2. Mengenal potensi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan

C. INDIKATOR1. Menjelaskan pengertian potensi diri2. Menyebutkan factor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan

potensi diri3. Menjelaskan pentingnya mengali potensi diri4. Mengidentifikasi potensi diri masing-masing

D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menjelaskan pengertian potensi diri2. Menyebutkan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan

potensi diri3. Menjelaskan pentingnya mengali potensi diri4. Mengidentifikasi potensi diri masing-masing

E. MATERI POKOK1. Pengertian potensi diri

67

Page 68: jurnal ptk (2).doc

2. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan potensi diri3. Pentingnya mengali potensi diri4. Potensi diri masing-masing

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX

Tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat

2. Media : OHP

G. METODE 1. Ceramah bervariasi

2. Penugasan investigasi dengan mewawancarai tokoh berprestasi di lingkungan di mana siswa tinggal 3. Diskusi4. Presentasi

H. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

1. Pendahuluan

a. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)

b. Motivasi

- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan

pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.

- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.

2. Kegiatan Inti

a.Penjelasan secara umum tentang pengertian potensi diri.

b. Guru memberikan informasi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran

melalui pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sosial sebagai

sumber belajar.

c. Guru dan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kelas

dibagi dalam delapan kelompok di mana satu kelompok terdiri kuran lebih 5

siswa).

d. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa dalam kelompok, yakni

melakukan investigasi dengan mewancarai tokoh atau orang yang berada di

sekitar lingkungan tempat tinggal siswa yang mempunyai prestasi diri, baik

dalam bidang pemerintahan, olah raga, bisnis, agama dan lain sebagainya.

68

Page 69: jurnal ptk (2).doc

e. Guru menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan tugas tersebut dan apa yang

harus dibuat dan dipersiapkan siswa, seperti surat pengantar dari Kepala

Sekolah, pedoman wawancara, tape recorder, kamera dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam wawancara dengan tokoh berprestasi.

f. Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan menyusun hal-hal yang diperlukan

dalam wawancara dan menentukan siapa tokoh atau orang yang akan

diwawancarai.

g. Guru menjelaskan apa yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran minggu

depan (pertemuan kedua).

h. Siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil wawancara dengan tokoh

berprestasi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa secara bergiliran dan

kelompok yang lain menanggapi.

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa dibimbing guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

b. Post Test

I. PENILAIAN

Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian

tertulis diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan pertama penilaian lebih

ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi materi

diskusi kelompok dan presentasi.

Bagian I

Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar!

6. Potensi diri dapat kita lihat pada sistem pendidikan nasional yaitu…..a. UU No. 20 tahun 2004b. UU No. 30 tahun 2004c. UU No. 20 tahun 2004d. UU No 30 tahun 2004

2. Kata potensi yaitu “to potant” berasal dari bahasa………….….a. melayub. Inggrisc. Latind. Yunani

3. Ambisi yang berlebihan akan mendorong kepada……..…..a. Kesewenangan

69

Page 70: jurnal ptk (2).doc

b. Kegagalanc. Kekuasaand. kemunafikan

4. Potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia terutama otak sebelah kiri disebut……… a. potensi fisikb. potensi mental intelektualc. potensi emosionald. potensi mental spiritual

5. Di antara faktor-faktor keberhasilan seseorang dapat meraih prestasi secara maksimal yaitu…a. mampu menemukan potensi yang dimilikib. mampu mengetahui kelebihan orang lainc. menemukan kelemahan orang laind. bekerja keras diiringi doa

Bagian 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!

1. Jelaskan pengertian potensi diri!

2. Sebutkan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pengembangan potensi

diri!

3. Jelaskan pentingnya mengali potensi diri!

4. Bagaimana perasaan kalian ketika mewawancarai tokoh berprestasi yang ada di

lingkungan tempat tinmggalmu!

5. Manfaat apa yang dapat kalian petik dari kegiatan mewawancarai tokoh berprestasi

yang ada di lingkungan tempat tinggalmu!

Jakarta, Februari 2008

Mengetahui, Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran

DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705

70

Page 71: jurnal ptk (2).doc

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH : SMP NEGERI 254MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKELAS/SEMESTER : IX/IIALOKASI WAKTU : 4 X 40 MENIT

A. STANDAR KOMPETENSI4. Menampilkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

B. KOMPETENSI DASAR4.3. Menampilkan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi

diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa

C. INDIKATOR1. Menunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri

2. Menunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri 3. Menunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa

4. Menunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa

D. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:1. Menunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri2. Menunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri3. Menunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa4. Menunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa

E. MATERI POKOK1. Contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri2. Upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri3. Contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan bangsa4. Upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa

71

Page 72: jurnal ptk (2).doc

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN1. Sumber : Buku PKN kelas IX

Tokoh berprestasi yang ada di lingkungan masyarakat

2. Media : OHP

G. METODE 1. Ceramah bervariasi

2. Penugasan investigasi dengan mewawancarai tokoh berprestasi di lingkungan di mana siswa tinggal 3. Diskusi4. Presentasi

H. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

1. Pendahuluan

a. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)

b. Motivasi

- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan

pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.

- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.

2. Kegiatan Inti

a. Masing-masing kelompok berkonsultasi dengan guru tentang tugas minggu

lalu yakni menelaah dan menelusuri kehidupan tokoh berprestasi untuk

mendapatkan informasi langsung dari kehidupan nyata tentang contoh-contoh

aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri; upaya-upaya untuk mencapai

prestasi diri; contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan

bangsa dan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa.

b. Masing-masing kelompok membahas/berdiskusi dengan anggota kelompok

masing-masing tentang masukan yang diberikan guru.

c. Memperbaikan laporan hasil telaah dan penelusuran kehidupan berprestasi.

d. Mempersiapkan presentasi.

3. Kegiatan Penutup

a. Refleksi

b. Post Test

72

Page 73: jurnal ptk (2).doc

Pertemuan 2

1. Pendahuluan

a. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas)

b. Motivasi

- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan

pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.

- Informasi kompetensi yang akan diajarkan.

2. Kegiatan Inti

a. Masing-masing kelompok diwakili juru bicara masing-masing

mempresentasikan hasil laporan penelaahan dan penelusuran kehidupan tokoh

berprestasi di depan kelas

b. Kelompok lain siap untuk menanggapi presentasi hasil laporan.

c. Klarifikasi dari guru tentang hasil laporan penelaahan dan penelusuran tokoh

berprestasi yang dikaitkan dengan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan

prestasi diri; upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri; contoh-contoh pestasi

diri yang dapat menunjang keunggulan bangsa dan upaya-upaya agar prestasi

dapat menunjang keunggulan bangsa.

3. Kegiatan Penutup

a. Refleksi.

b. Post Test

I. PENILAIAN

Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis

diberikan setelah pertemuan ke 2. Sedangkan pertemuan pertama penilaian lebih

ditekankan melalui kegiatan tanya jawab, aktivitas saat diskusi kelompok, substansi isi

materi diskusi kelompok dan presentasi.

Bagian I

Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada

jawaban yang paling benar!

1. Contoh prestasi tinggi yang berorientasi ke masa depan yang lebih baik yaitu………

73

Page 74: jurnal ptk (2).doc

a. kemauan belajar yang tinggi

b. bekerja dengan giat, teliti dan hemat

c. mempelajari ilmu dan teknologi yang canggih

d. selalu memanfaatkan fasilitas yang ada

2. Peran siswa dalam pembangunan nasional dapat diwujudkan dalam bentuk……

a. menuntut ilmu untuk masa depannya

b. mengingatkan peraturan perundangan yang berlaku

c. bekerja keras dan giat belajar dengan tekun

d. bekerja dan berusaha untuk kepentingan sendiri

3. Di bawah ini merupakan cirri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi,

kecuali……

a. merasa bersedih

b. mempunyai perencanaan yang matang

c. mempunyai tanggung jawab yang tinggi

d. mempunyai semangat yang tinggi

4. Apabila gagal memperoleh nilai yang tinggi, saya akan…..

a. tidak menghiraukannya

b. merasa bersalah

c. bersedih lalu belajar lagi

d. bersedih lalu tidak masuk

5. Agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan, saya bermaksud untuk…..

a. meminjam materi pelajaran dari teman

b. mendengarkan pelajaran sambil belajar

c. membeli buku materi pelajaran

d. menyisihkan uang saku untuk memfotocopy materi pelajaran

Bagian 2

Jawablah pertanyaan di bawah ini denganjelas dan tepat!

1. Tunjukkan contoh-contoh aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri!

2. Tunjukkan upaya-upaya untuk mencapai prestasi diri!

3. Tunjukkan contoh-contoh pestasi diri yang dapat menunjang keungulan

bangsa!

4. Tunjukkan upaya-upaya agar prestasi dapat menunjang keunggulan bangsa!

74

Page 75: jurnal ptk (2).doc

Jakarta, Februari 2008

Mengetahui,

Kepala SMP Negeri 254 Jakarta Guru Mata Pelajaran

DRA. HJ. ERNAWATI, M.Pd. SRI AISAH, S.Pd.

NIP. 131 782 050 NIP. 132 232 705

LAMPIRAN 11

75