contoh ptk mangmang 2

31
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLAORASI QUANTUM TEACHING DAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII E SEMESTER I SMP NEGERI 2 SELAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016 LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS DISUSUN OLEH: NAMA : LUH CANIARI, S, Pd NIP : 19700511 199703 2 004 JABATAN : GURU

Upload: ananta-wijaya

Post on 12-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASDADAS

TRANSCRIPT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOLAORASI QUANTUM TEACHING DAN SNOWBALL THROWING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS VIII E SEMESTER I

SMP NEGERI 2 SELAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH:

NAMA : LUH CANIARI, S, Pd

NIP : 19700511 199703 2 004

JABATAN : GURU

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

KABUPATAN KARANGASEM

SMP NEGERI 2 SELAT

2015

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

SMP NEGERI 2 SELAT

Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Kode Pos: 0862

Laman: http://www.smpn-2-2selat-karangasem.blogspot.com

E-mail: [email protected]

==============================================================================

PENGESAHAN NO. 045/ /SMPN 2 Selat/2015

Kepala SMP Negeri 2 Selat dengan ini mengesahkan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Kolaorasi Quantum Teaching

Dan Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Viii E

Semester I Smp Negeri 2 Selat Tahun Pelajaran 2015/2016” dibuat oleh:

Nama : Luh Caniari S, Pd

NIP :19700511 199703 2 004

Jabatan : Guru

Demikian pengesahan yang bisa diberikan semoga penelitian ini dapat dipergunakan

sebagimana mestinya.

Selat, ................. 2012 Kepala SMP Negeri 2 Selat

I NENGAH SIKIARTA,S.Pd.M.Psi NIP. 19670421 199002 1 001

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman

terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran

(pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses

menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa

berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat

yang sama.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang

mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses

pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri.

Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang

berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep.

Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran

tersebut.

Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan,

maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu

kreatif dan berkembang.

Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna.

Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan

kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna

masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru

sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah

pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP N 2 Selat

diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh

potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual

yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai

pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori,

dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan

menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan proses

pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya

dikuasai guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga

siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.

Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VII SMP N 2 Selat dalam

pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi

kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain

pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS

pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 belum begitu memuaskan. Hal

tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 71,29 berada pada urutan ke-4

setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan

Matematika (rata-rata 74,12).

Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP N 2 Selat maka penulis

berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan

kelas dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model Quantum

Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas VII SMP N 2 Selat".

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi siswa kelas VII

SMP N 2 Selat?

C. Tujuan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam

meningkatkan hasil belajar IPS materi melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VII SMP N 2 Selat.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional

sebagai berikut :

1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang

wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan

yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan

negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan

TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang

diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju".

Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan

proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada

siswa kelas VII SMP N 2 Selat.

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

1. Hasil Belajar IPS

a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SMP

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus

memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan

pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses

belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau

metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat,

bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan

mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki

pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

b. Ranah Hasil Belajar IPS

Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus

dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap

dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)

keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris.

Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah

efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi. Ranah

efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau

reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil

belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris, 

a. gerakan refleks 

b. keterampilan gerakan dasar 

c. kemampuan perseptual 

d. keharmonisan atau ketepataan 

e. gerakan keterampilan

f. gerakan ekspresif dan interpretatif

Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar

IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa

diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

a. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan model

pembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka pengembangan

kurikulum berbasis sekolah menyimpulkan bahwa model pembelajaran quantum dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan

hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat mendorong perkembangan psikologis siswa

untuk lebih percaya diri dan menghargai setiap keberhasilan sekecil apapun

(http://pps.upi.edu/org/abstrak thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa

penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi melalui kolaborasi

model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing belum pernah dilakukan

oleh peneliti lain sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin

membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya.

b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching

dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di

sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu

menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (Bobby De Porter,

2002:89). pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR.

Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget.

Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar

Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa

belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon.

Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka

koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak

memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM

MKDK IKIP Semarang, 1990:110).

Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan

rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja

(learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri

sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).

Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball

Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju.

Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:

1. guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2. guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, masing-masing siswa

diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang

menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,

4. kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama

kurang lebih 5 menit.

5. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa

tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

tersebut secara bergiliran

6. evaluasi

7. penutup (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

B. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPS.

Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan

secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.

Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching

dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan

(memberikan apersepsi), Alami (memasangkan kartu kata dan mengomentari salah satu

negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan (melakukan Snowball Throwing),

Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan Rayakan (memberi reward). Selengkapnya dapat

disimak dalam kerangka berpikir di bawah ini:

C. Hipotesis

Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian

teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang

dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

ada peningkatan hasil belajar IPS materi pada siswa kelas VII SMP N 2 Selat. Adapun

indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model

pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .

2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang

ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.

3. 85% siswa kelas VII SMP Selat mengalami ketuntasan belajar dalam materi negara-

negara Asia Tenggara.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri

atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni: 

1. perencanaan (planning), 

2. tindakan (acting), 

3. pengamatan (observing),

4. refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),

Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi dengan indikator: 

a. Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations), 

b. Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan siklus 1

direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya

penulis melakukan beberapa hal antara lain:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan cerita

guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan dengan

pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.

b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal negaranya,

kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh

sebelumnya dengan bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap kelompok

menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut

dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk

melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh

guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir

memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.

e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu tersebut

diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian dinyanyikan

berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam

pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu

"Kamu Anak Cerdas".

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

1. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah

untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang

menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping

itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

2. Refleksi

Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta

menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada

siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.

B. Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi dengan indikator: 

a. mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga, 

b. Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya negara-

negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang anggota negara-

negara Asean yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung

meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta

negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan

kelompok dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara.

b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah

satu negara di Asia Tenggara.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh

sebelumnya dengan bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok

menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut

digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan

isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke

kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain

berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat

kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.

e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru

kemudian dinyanyikan berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak

mendapatkan reward berupa tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru maple

serumpun untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS

yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di

samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi

Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka

peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai.

Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan seterusnya sampai

mencapai indikator kinerja.

C. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan

kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara

kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis

mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif presentase.

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase, yang

dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang

sebagai berikut:

Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase

Kriteria Nilai Penafsiran

Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali 

Baik 71 - 85 Hasil belajar baik 

Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup 

Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang 

Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

(Depdiknas, 2002:4) 

Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan

dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 31 siswa. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada tanggal 20 dan 27

Agustus 2014) dan siklus II (pada tanggal 3 dan 10 September 2014). Berikut disajikan

paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar IPS melalui kolaborasi model

pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dan hasil observasi terhadap proses

pembelajaran.

A. Hasil Penelitian

Siklus I

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi melalui

kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data

untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-

rata hasil belajar IPS sebesar 81,90. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi

bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I

Interval Frekuensi Persentase Kategori 

86-100 18 43% Baik Sekali 

71-85 14 33% Baik 

56-70 7 17% Cukup 

41-45 3 7% Kurang 

< 40 0 0% Sangat Kurang 

Jumlah 42 100%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi

model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa berada pada

kategori baik sekali, 33% baik, 17% cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya dapat dilihat

dalam grafik batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual baru

mencapai 76,19%. Potret pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang diharapkan guru

yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai

ketuntasan belajar individual, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa

perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walauupun belum

maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS mulai meningkat.

Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum model Quantum

Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.

Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan

pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan

siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi menjawab

pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan benar tanpa malu-

malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus tampil di depan kelas, mereka

berani tampil memimpin lagu atau pun menyanyi rangkuman materi di depan kelas.

Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang

diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya dapat

diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa dalam menjawab

pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu membuat pertanyaan sesuai

materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu

yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan cepat.

Namun kemampuan menjawab pertanyaan ada peningkatan. Siswa dapat menjawab

pertanyaan secara cepat dan tepat.

Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum

signifikan. Guru sudah mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan siswa, dan

evaluasi dengan baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum dapat terlaksana dengan

efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran secara kolaborasi.

Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit kaku, kurang luwes dan belum terlalu peka

terhadap kondisi siswa.

Siklus II

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi melalui

kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data

untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 65.

selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori

hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II

Interval Frekuensi Persentase Kategori

86-100 23 55% Baik Sekali 

71-85 15 36% Baik 

56-70 4 9% Cukup 

41-45 0 0% Kurang 

< 40 0 0% Sangat Kurang 

Jumlah 42 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi

model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa berada pada

kategori baik sekali, 36% baik, dan 9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik

batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual

mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang tertuang dalam

indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan

belajar individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil, dan tidak perlu

mengadakan siklus berikutnya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian yang

menyatakan : "Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara

pada siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang", berarti diterima kebenarannya.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa secara

penuh tertuju pada materi pelajaran IPS. Semangat siswa lebih meningkat, semua siswa

mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas atau kurang bersemangat

dalam mengikuti pelajaran IPS.

Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah

berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun mengungkapkan ide-

idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberaniannya menjawab

pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawabnya.

Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa

berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di

kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu menyelesaikan tugas

tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus yang mudah

dipahami dan sesuai dengan materi.

Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan

tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa dapat

menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Sehinga pelajaran dapat berlangsung dengan

lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator

pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus

sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif,

terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan model

pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan lagi guru terkesan

lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas menjadi menjadi segar.

Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami materi

pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar juga meningkat.

Sehingga tidak aneh lagi jika anatara guru dan siswa terjalin hubungan yang dinamis,

harmonis, dan menyenangkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS

materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching dan

Snowball Thorwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I (81,90) dan

siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar

76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini

seleai pada siklus II.

Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan

kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut

juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni

kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat dilihat dari kecepatan dan

ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.

Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran

terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah

kognitif, ranah efektif,dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan

kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan

menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya dalam hal inovasi

pembelajaran.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan

bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball

Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi pada siswa kelas VII SMP N

2 Selat. Hal tersebut ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas

dan adanya peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus

II. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19% dan

siklus II sebesar 90,48%.

Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari

rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin

meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki komitmen yang tinggi dalam

menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional,

mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai

upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

2. Para kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hendaknya lebih mengintensifikiasikan

perannya sebagai supervisor agar guru sekolah dasar memiliki motivasi dalam

menerapkan model-model pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian

kesmpatan untuk mengikuti penataran, bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru

perlu mendapat perhatian

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.

Jakarta: Depdiknas.

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif.

Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi

Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran

Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil

Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update

28 Agustus 2007.

Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Oleh :  Trimo, S.Pd.,M.Pd. dan Rusantiningsih