psikoterapi suportif

14
MAKALAH MODUL KESEHATAN JIWA PSIKOTERAPI SUPORTIF Oleh : Suharyadi Sasmanto I 111 06 012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 1

Upload: suharyadi-sasmanto

Post on 18-Jun-2015

3.827 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: psikoterapi suportif

MAKALAH

MODUL KESEHATAN JIWA

PSIKOTERAPI SUPORTIF

Oleh :

Suharyadi Sasmanto

I 111 06 012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2010

1

Page 2: psikoterapi suportif

Tinjauan Pustaka

Seorang anak yang menangsis ditenangkan oleh ibunya. Seorang murid

yang menjadi malas, dibangkitkan semangatnya oleh gurunya. Semua hal ini

boleh dianggap sebagai psikoterapi dalam arti kata yang luas, akan tetapi biasanya

tidak dinamakan psikoterapi.

Apakah bedanya dengan psikoterapi yang dilakukan oleh seorang dokter

atau seoarng professional yang lain? Definisi psikoterapi professional dapat

diberikan sebagai berikut:

Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang

pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional

secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau

menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang terganggu dan

mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Dalam psikoterapi,

hubungan dokter pasien serta pengenalan pemindahan dan hambatan adalah

sangat penting.( Maramis, 2005)

1. Pembagian psikoterapi

Cara-cara psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu

psikoterapi suportif dan psikoterapi genetic-dinamik.

Psikoterapi suportif (atau supresif atau non spesifik)

Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:

- Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya

- Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik

untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005)

- Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)

- Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta

kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan perubahan

2

Page 3: psikoterapi suportif

realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb,

2004)

Kriteria Pemilihan:

Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan krisis yang melanda pasien dengan

defisit ego. ( Kaplan dan Sadock, 2010)

Lama Terapi

Beberapa hari, bulan, atau tahun-sesuai kebutuhan. ( Kaplan dan Sadock, 2010)

Mekanisme

Pasien dianjurkan untuk datang sekali (atau lebih) seminggu, untuk beberapa minggu

atau bulan (kadang ada pula yang mencapai tahunan). Termasuk pula disini intevensi

krisis yang singkat (untuk 1-3 pertemuan).

Terapis berurusan dengan gejala pasien, tetapi hanya sedikit mengolah proses

alam nirsadarnya dan tidak berupaya mengubah kepribadian. Pertahanan psikologik

diperkuat dan teknik yang digunakan antara lain menenangkan, sugesti,

mengeluarkan semua masalah, abreaction, dan manipulasi lingkungan. Terapis

bersikap aktif, menunjukkan minat, berempati dan hangat (dengarkan pasien),

mengerti hal-hal yang menjadi perhatian pasien, dan menolong pasien untuk

menetukkan arah. Medikasi juga dapat diberikan. (Tomb, 2004)

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

Ventilasi atau (psiko-) kataris

Persuasi atau bujukan (persuasion)

Sugesti

Penjaminan kembali ( reassurance)

Bimbingan dan penyuluhan

Terapi kerja

Hipno-terapi dan narkoterapi

Psikoterapi kelompok

Terapi prilaku

3

Page 4: psikoterapi suportif

Psikoterapi wawasan (atau genetic-dinamik, atau insight psychotherapy)

dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psikoterapi rekonstruktif.

Psikoterapi reedukatif:

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya

lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri

kembali, memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan

potensi kreatif yang ada.

Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain:

- Terapi hubungan antar-manusia (relationship-therapy)

- Terapi sikap (attitude therapy)

- Terapi wawancara (interview therapy)

- Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf

meyer)

- Konseling terapetik

- Terapi case-work

- Reconditioning

- Terapi kelompok yang reedukatif

- Terapi somatic

Psikoterapi rekonstruktif

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya di

alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas

daripada struktur kepribadian dan pengluasan daripada pertumbuhan

kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain:

- Psikoanalisa Freud

- Psikoanalisa non-freud

- Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa

4

Page 5: psikoterapi suportif

Cara : asosiasi bebas, analisa mimpi, hipoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi

main, terapi seni, terapi kelompok analitik.

2. Beberapa jenis psikoterapi suportif

Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis

katarsis, persuasi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan

(konseling).

Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati

sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang

penyakitnya) berkurang, karena ia kemudian dapat melihat masalahnya dalam

proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh

pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong

bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls,

kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.

Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta

baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien

penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu

dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau

dikurangi , serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat mengganggu.

Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.

Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien

atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang.

Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional

serta menunjukan empati. Pasien percaya pada doketr sehingga kritiknya

berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia

mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan

kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi

konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada nerosa cemas

sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi

kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak

5

Page 6: psikoterapi suportif

menjadi tetap karena pasien menganggap pengobatan itu dari luar dirinya. Jadi

sugesti harus diikuti dengan reedukasi.

Anak-anak dan orang-orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien

yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti.

Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter

menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan mengganggu rasa harga diri

pasien.

Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak

terdapat kerusakan organic sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus

diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri

mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.

Penjaminan Kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus

atau sambil lalu dan pertanyaan yang berhati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi

secara adekuat., dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan

menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.

Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus yang

berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup

mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia,

cara berkomunikasi, bekerja dan belajar dan sebagainya.

Penyuluhan atau konseling ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu

pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu maaslah

lingkungan atau Dapat menyesuaikan diri.

Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan

dan pribadi.

Kerja kasus social (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu

proses bantuan oleh seorang yang terlatih kepada seorang pasien yang

memerlukan satu atau lebih pelayanan social khusus. Fokusnya ialah pada

masalah luar atau keadaan social dan tidak pada gangguan dalam individu itu

6

Page 7: psikoterapi suportif

sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian pasien,

karena tujuannya ialah hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistic.

Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun

berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan berguna baginya

untuk mencari nafkah kelak.

Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai dengan

hipnosa dalam psikoterapi dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa hipnosa.

Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi. Hal yang penting dalam

hipnosa adalah sugesti (bukan kekuatan kemauan terapis hipnotisir). Kesadaran

pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari

hipnotisir, ia masuk dalam keadaan trance mulai dari ringan sampai trance yang

dalam dengan kekakuan otot diseluruh badan. Dalam hipnosa dapat dilakukan

analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar

kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa

dapat dipakai.

Narkoterapi secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang

pendek (umpamanya pentothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah

tidur, pasien diwawancarai, konflik dianalisa lalu disintesa. Bahan yang timbul

sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar

kembali. Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu

psikoterapi.

Psikoterapi kelompok

Pembagian kerja psikoterapi berdasarkan prosesnya dibagi manjadi psikoterapi

suportif, reedukatif, dan psikoterapi rekonstruksi. Bila dilihat dari lamanya, maka

ada psikoterapi jangka pendek dan psikoterapi jangka panjang. Bila dilihat dari

jumlah pasien maka ada psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok.

Bila kelompok ini terdiri dari para anggota satu keluarga, maka disebut terapi

keluarga. Bila hanya suami istri disebut konseling pernikahan (marriage

counseling).

7

Page 8: psikoterapi suportif

Terapi keluarga (family therapy) dan konseling pernikahan dilakukan bila keadaan

keluarga atau pernikahan itu sendiri yang menjadi sumber stress atau penyebab

gangguan jiwa. Sukar untuk mengobati satu orang saja bila interaksi atau pola

komunikasi itu yang patologis, karena semua anggota keluarga merupakan

kesatuan dan mereka terus menerus saling mempengaruhi.

Khusus untuk suami isteri, ataupun pasangan lain (kedua-duanya pria atau wanita)

yang sering bekerja sama dan masih dapat berfungsi secara normal maka latihan-

latihan (encounter) sangat berguna untuk mengembangkan komunikasi dan saling

pengertian yang lebih dalam. Jumpa nikah atau marriage encounter sudah tersebar

diseluruh dunia sebagai cara yang efektif untuk memperkokoh pernikahan melalui

pengembangan komunikasi antara suami isteri. Akan tetapi bila pola komunikasi

sudah patologis, maka sebaiknya dilakukan terapi keluarga, konseling pernikahan

atau terapi kelompok.

Terapi kelompok berguna untuk pasien yang:

Segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tak percaya kepada

terapis, bersaing keras dengan terapis, melawan figure orang tua.

Tidak atau kurang berpengalaman dengan saudara-saudara mempunyai

sikap bertentangan dengan saudara-saudara; kurang berpartisipasi dalam

lingkunagn, mempunyai pengalaman keluarga yang merusak; tidak atau

suka menyesuaikan diri dalam kelompok.

Mempunyai intelegensi yang rendah

Agar proses kelompok dapat berjalan lebih lancar maka:

Individu harus diterima sebaik-baiknya, sebagaimana dia adanya.

Pembatasan yang tidak perlu dihindarkan.

Pernyataan verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar.

Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai.

Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan para

anggota secara perorangan.

8

Page 9: psikoterapi suportif

Fase-fase terapi kelompok secara singkat pada umumnya ialah:

Penyatuan kelompok dengan terbentuknya identifikasi kelompok

Interaksi dalam kelompok dengan melihat pada dinamika kelompok

Pengertian dan penyelesaian dinamika dengan timbulnya wawasan.

Tujuan terapi kelompok ialah membebaskan individu dari stress, membantu para

anggota kelomp[ok agar dapat mengerti lebih jelas sebab kesukaran mereka,

terbentunya mekanisme pembelaan yang lebih baik yang dapat diterima dan yang

lebih memuaskan.

Terapi Perilaku

Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-

cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar pasien. Ada tiga cara untuk

menguasai atau mengubah perilaku manusia, yaitu:

1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang

mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk prilaku khusus itu.

Umpamanya seoaranga anak yang tidak berprestasi disekolah dan nakal

dikelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin

bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh guru yang lain.

2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat

diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seoarang anak dapat diajar untuk

melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif

dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.

3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan demikian perilaku itu

dapat dimodifikasi.

Pendekatan perilaku memang makin lama makin banyak diterapkan, bukan hanya

untuk meringankan atau menghilangkan gejala psikiatri, akan tetapi dipakai juga

dalam bidang pendidikan, social dan keadaan lain diluar klinik.

9

Page 10: psikoterapi suportif

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura.

Maramis.2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya

Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri edisi 6. EGC : Jakarta

10