psikoterapi

17
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN PSIKOTERAPI OLEH : Indah Triayu Irianti 110 207 018 SUPERVISOR dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 REFERAT NOVEMBER 2011

Upload: indah-triayu-irianti

Post on 25-Oct-2015

761 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOTERAPI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

PSIKOTERAPI

OLEH :

Indah Triayu Irianti110 207 018

SUPERVISOR

dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

REFERATNOVEMBER 2011

Page 2: PSIKOTERAPI

PSIKOTERAPI

I. PENDAHULUAN

Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata psyche berarti

jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan psikoterapi mempunyai arti

penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam

tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam

kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata

juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran. 1,2

Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan

dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam,

dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat

berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat

menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani

percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul

pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi

perubahan tersebut. Pada hakekatnya yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya

dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan

pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.

Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh

orang yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang. 2,3

Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan hal yang

penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara

mereka. Komunikasi berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum

ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun

tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun

dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-

pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan

membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui

prinsip-prinsip psikoterapi. 2,3

Page 3: PSIKOTERAPI

II. DEFENISI

Psikoterapi merupakan sarana untuk memeriksa pikiran yang bersifat disfungsional,

perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mengubah pikirian dengan interaksi yang sistematis

antara klien dan terapis dengan menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu

menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan klien dan membantu klien

mengatasi tingkah laku yang abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya

sehingga klien dapat berkembang sebagai seorang individu. 4

III. PRINSIP PRINSIP UMUM PSIKOTERAPI

Psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatu

wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya,

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk

mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi

data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih

mengutamakan aspek terapeutiknya, data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian

membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga

berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut. 2,3

Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh

dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai

participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“the

here and now”). Yang kita amati yaitu : apa yang terjadi pada pasien, apa yang terjadi pada

pewawancara atau terapis sendiri, serta apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam

berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan

perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya

bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat

atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan,dan

bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut.

Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang,

lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa

selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali,

Page 4: PSIKOTERAPI

karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-

beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu. 2,3,5

Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan

pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang

dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin

dalam sikap, perasaan dan perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien

terhadapnya (ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat

menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang,

dll. Perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya kepada pasien (atau

tidak dikatakannya) dan bagaimana ia mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang

dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar

ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit

mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektifnya

sendiri. Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat

menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana

dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya :

pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak

nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.2,3,6

IV.  JENIS JENIS PSIKOTERAPI

Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan

menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila

deviasi perilaku telah dikoreksi), psikoterapi kognitif, psikoterapi analitik,

dinamik,intrapersonal,dan humanistik . Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada

teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud

dan pasca-Freud.2,3

1. Psikodinamik (psikoanalitik) psikoterapi adalah di mana seorang terapis psikoanalisis

akan mendorong klien untuk mengatakan apa pun yang terjadi melalui pikirannya. Hal

Ini akan membantu klien untuk menyadari makna tersembunyi atau pola dalam apa yang

Page 5: PSIKOTERAPI

klien lakukan atau katakan yang mungkin berkontribusi terhadap masalahnya. Klien akan

diberikan waktu untuk berpikir dan berbicara tentang perasaannya tentang diri sendiri

dan orang lain (terutama keluarga dan orang-orang terdekat). Biasanya klien akan

membahas apa yang terjadi dalam hidup klien saat ini, apa yang telah terjadi di masa lalu,

bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana Anda merasa, berpikir dan

berperilaku sekarang.7

2. Terapi perilaku kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi dengan cara membantu klien

dalam mengatasi masalah yaitu dengan mengubah cara klien berperilaku. Sebagai contoh,

klien mungkin perlu untuk mengatasi rasa takut, atau fobia. Terapis akan membantu klien

secara bertahap, dengan menggunakan lebih banyak waktu untuk situasi yang sedang

klien rasakan, seperti rasa takut, penggunaan waktu yang lebih lama akan membantu

klien merasa lebih nyaman dan santai dalam terapi ini.4,7

3. Terapi kognitif analitis adalah suatu bentuk pengobatan di mana seorang terapis

membantu pasien untuk memahami hal-hal yang tidak beres di masa lalunya dan

mengeksplorasi bagaimana untuk memastikan bahwa mereka tidak bersalah pada waktu

yang akan datang.8

4. Terapi interpersonal adalah suatu bentuk psikoterapi untuk pengobatan untuk depresi.

Hal ini bertujuan untuk membantu klien untuk memahami bagaimana masalah yang

dihadapinya, dan membantu klien untuk mengetahui bagaimana memperkuat hubungan

antar sesama dan menemukan bagaimana cara yang lebih baik untuk mengatasi

masalah.7,9

5. Terapi humanistik  adalah suatu bentuk psikoterapi yang berfokus untuk mengenali

kemampuan manusia dalam bidang-bidang seperti kreativitas, pertumbuhan pribadi, dan

pilihan. Tujuan utamanya adalah untuk mencari tahu bagaimana individu memandang

diri mereka sendiri dan untuk mengenali pertumbuhan, pengarahan diri sendiri, dan

tanggung jawab. Metode ini membantu klien dalam upaya untuk mengenali kekuatan

mereka dengan pengalaman dan pemahaman. 10

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi terbagi atas : psikoterapi suportif,

psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rekonstruktif.2

Page 6: PSIKOTERAPI

1. Psikoterapi Suportif. Psikoterapi suportif berfokus pada penggunaan langkah-langkah

langsung untuk memperbaiki gejala, mengembangkan, dan meningkatkan harga diri, dan

dukungan fungsi ego dan mekanisme pertahanan adaptif. Bentuk terapi ini bertujuan

untuk membantu pasien supaya lebih baik dalam mengatasi gejala dan memecahkan

masalah, bukan untuk mencapai perubahan perilaku yang mendasar. Sementara teknik

yang mendukung dapat digunakan sebagai bagian dari modalitas lainnya, faktor-faktor

pasien seperti krisis yang parah, kecemasan miskin dan toleransi frustrasi, kurangnya

pikiran psikologis dan kapasitas untuk pengamatan-diri, pikiran dan perilaku tidak

teratur, kecerdasan terbatas, gangguan realitas, afektif miskin dan kontrol impuls, dan

gangguan kemampuan relasional menghalangi terapi lebih ekspresif. Psikoterapi suportif

adalah bentuk yang paling banyak dipraktekkan dari psikoterapi individu. Cara atau

pendekatan: bimbingan, reassurance, terapi kelompok. 2,4,11

2. Psikoterapi Reedukatif. Bertujuan untuk mengubah pola perilaku dengan meniadakan

kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.

Prinsipnya adalah dengan belajar. Cara atau pendekatan yaitu dengan terapi perilaku,

terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama. Pasien yang diterapi dengan cara ini

memiliki gangguan jiwa yang dianggap berasal dari pengalaman belajar yang salah (ex:

tempat tinggi menakutkan, kucing berbahaya, dll), sehingga perlu diajarkan kembali

bahwa semua itu tidak berbahaya.2,12

3. Psikoterapi Rekonstruktif. Bertujuan untuk tercapainya tilikan (insight) akan konflik-

konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian

seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik, psikoterapi berorientasi

psikoanalitik atau dinamik. Terapis menggunakan pendekatan psikoanalitik (cara Freud

dan non-Freud) sehingga memerlukan waktu yang panjang. Terapis akan membantu

pasien untuk mengenal proses nirsdar yang mendasari gejalanya, melalui analisis yang

sistematik terhadap kata-kata pasien, mekanisme defensifnya, analisis mimpi, serta

simbolisasi dari suatu hal yang buruk di masa lalu. Contoh: pada pasien dengan gejala

takut gelap, terapis membantu pasien untuk berpikir, merenung dan menggali apa

sebenarnya yang ia takutkan (bisa jadi gelap tersebut adalah simbolisasi dari suatu hal

buruk di masa lalu).2,12

Page 7: PSIKOTERAPI

Berdasarkan dalamnya, psikoterapi terbagi atas psikoterapi yang bersifat superficial dan

mendalam. 2

1. Superficial, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada permukaan, yang

tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.2

2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam

nirsadar atau materi yang direpresi.2

Berdasarkan teknik yang digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang

digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, persuasi, reassurance,bimbingan,

penyuluhan,dan penerapan. 2,4

1. Ventilasi

Psikoterapi ini memebrikan kebebasan kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya.

Dengan demikian pasien merasa lega dan keluhannya berkurang. Sikap terapis yaitu

menjadi pendengar yang baik dan penuh perhatian. 2,4

2. Persuasi

Dilakukan dengan cara menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakit

klien yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang

dihadapinya. Terapis berusaha membangun,mengubah, dan menguatkan impuls tertentu

serta membebaskannya dari impuls yang menganggu secara masuk akal dan sesuai isi

nurani, serta berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa

gejalanya akan hilang.2,4

3. Psikoterapi reassurance

Psikoterapi jenis ini berusaha meyakinkan kembali kemapuan pasien untuk menghadapi

masalahnya. Sikap terapis ialah meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil

yang telah dicapai oleh pasien. Topik pembicaraan ialah pengalaman pasien yang berhasil

nyata.2,4

4. Psikoterapi sugestif

Psikoterapi ini menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gangguannya akan hilang.

Sikap terapis adalah meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien akan hilang. Topik

pembicaraan, gejala gejala bukan karena kerusakan oraganik/fisik dan timbulnya gejala

gejala tersebut tidak logis.2,4

Page 8: PSIKOTERAPI

5. Bimbingan

Psikoterapi ini diberikan dengan penuh wibawa dan pengertian. Caranya dengan

memberikan nasehat kepada pasien.2,4

6. Penyuluhan

Penyuluhan akan membantu pasien untuk memahami dirinya secara lebih baik. Sikap

terapis menyampaikan secara halus dan penuh kearifan.2,4

7. Penerapan

Psikoterapi dapat diterapkan pada gangguan psikotik, gangguan somatis, dan gangguan

penyesuaian.2,4

Berdasarkan setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok

(terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok).2,7

1. Terapi individual.

2. Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan,

misalnya komunikasi, persepsi.2,7

3. Terapi keluarga,dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan

mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga

akan mempengaruhi gangguan serta prognosis.2,7

V. PROSES PSIKOTERAPI

Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat kehilangan

arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter

maupun sifat hubungan antara dokter-pasien. 2

Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya motivasi,

fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb. Transferensi adalah suatu distorsi

persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap seorang terapis sebagai figur yang

bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan

sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi

menurut ilmu kedokteran umum - yang berarti daya tahan organisme terhadap penyakit) yaitu

perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola perilakunya, memberikan suatu

Page 9: PSIKOTERAPI

tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar

untuk mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal

itu.2,3,4

Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-

transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan

ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis

besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga

seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang

bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat

mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut :2,4,5

1. Fase Awal:2

Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : 1. Memotivasi

pasien untuk menerima terapi, 2. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai

terapi (bila ada), 3. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa

terapis mampu membantunya, 4. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Tidak ada motivasi terapi dan tidak

dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu, 2.Penolakan terhadap arti dan situasi terapi, 3.

Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam, dan 4.

Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: 1. Tidak mampu bersimpati,

berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,2. Timbul iritabilitas terhadap penolakan

pasien untuk terapi dan terhadap terapis, 3. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien,

dan 4. Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.

2. Fase Pertengahan:2

Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien,

menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas

terapeutik: 1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal

yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi

karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor

Page 10: PSIKOTERAPI

yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. 2. Membantu pasien dalam

mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan

pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan, 2.

Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang

berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: 1.Terapis mengelak dari problem

pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis; 2. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan

cepat pada fase permulaan, 3. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.

3. Fase akhir: 2

Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: 1. Menganalisis elemen-

elemen dependensi hubungan terapis – pasien; 2. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk

mendorong pasien membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. 3. Membantu

pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.

Resistensi pada pasien dapat berupa: 1. Penolakan untuk melepaskan dependensi; 2.

Ketakutan untuk mandiri dan asertif

Masalah kontratransferensi pada terapis: 1. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu

melindungi pasien; 2. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai terapis.

VI. EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI

Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak

bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain.

Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:2

- tujuan yang ingin dicapai

- motivasi pasien

- kepribadian dan ketrampilan terapis

- teknik yang digunakan

VII. KESIMPULAN

Page 11: PSIKOTERAPI

Psikoterapi adalah cara cara atau pendekatan yang menggunakan teknik teknik psikologik

untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi menggarap hal hal yang

dasar dan rasional, serta nirsadar dan irasional. Gejala gejala yang tampak secara klinis pada

pasien, menggambarkan perilakunya menghadapi hidup. Apabila ingin menyembuhkan jiwa atau

mencari jalan untuk kesembuhan jiwa, kita harus memahami hal-hal yang mempengaruhi

seseorang sejak masa dini hingga kini.

Dalam melakukan psikoterapi, hendaknya kita mengoptimalkan fungsi mendengar

dengan seksama (theraupeutic or empathic listening) dan mengoptimalkan hubungan terapeutik

(theraupetic alliance). Kita jangan berpreokupasi pada tujuan yang ingin dicapai (misanya harus

memberikan saran apa bagi pasien). Semakin kita mendengar, kian jelas apa yang harus kita

lakukan.