psikoterapi
DESCRIPTION
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaranTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
PSIKOTERAPI
OLEH :
Indah Triayu Irianti110 207 018
SUPERVISOR
dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011
REFERATNOVEMBER 2011
PSIKOTERAPI
I. PENDAHULUAN
Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata psyche berarti
jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan psikoterapi mempunyai arti
penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam
kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata
juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran. 1,2
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan
dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam,
dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat
berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat
menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani
percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul
pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi
perubahan tersebut. Pada hakekatnya yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya
dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan
pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.
Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh
orang yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang. 2,3
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan hal yang
penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara
mereka. Komunikasi berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum
ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun
tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun
dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-
pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan
membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui
prinsip-prinsip psikoterapi. 2,3
II. DEFENISI
Psikoterapi merupakan sarana untuk memeriksa pikiran yang bersifat disfungsional,
perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mengubah pikirian dengan interaksi yang sistematis
antara klien dan terapis dengan menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu
menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan klien dan membantu klien
mengatasi tingkah laku yang abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya
sehingga klien dapat berkembang sebagai seorang individu. 4
III. PRINSIP PRINSIP UMUM PSIKOTERAPI
Psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatu
wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk
mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi
data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih
mengutamakan aspek terapeutiknya, data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian
membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga
berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut. 2,3
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh
dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai
participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“the
here and now”). Yang kita amati yaitu : apa yang terjadi pada pasien, apa yang terjadi pada
pewawancara atau terapis sendiri, serta apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam
berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan
perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya
bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat
atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan,dan
bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut.
Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang,
lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali,
karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-
beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu. 2,3,5
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan
pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang
dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin
dalam sikap, perasaan dan perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien
terhadapnya (ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat
menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang,
dll. Perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya kepada pasien (atau
tidak dikatakannya) dan bagaimana ia mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang
dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar
ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit
mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektifnya
sendiri. Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana
dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya :
pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak
nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.2,3,6
IV. JENIS JENIS PSIKOTERAPI
Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan
menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila
deviasi perilaku telah dikoreksi), psikoterapi kognitif, psikoterapi analitik,
dinamik,intrapersonal,dan humanistik . Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada
teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud
dan pasca-Freud.2,3
1. Psikodinamik (psikoanalitik) psikoterapi adalah di mana seorang terapis psikoanalisis
akan mendorong klien untuk mengatakan apa pun yang terjadi melalui pikirannya. Hal
Ini akan membantu klien untuk menyadari makna tersembunyi atau pola dalam apa yang
klien lakukan atau katakan yang mungkin berkontribusi terhadap masalahnya. Klien akan
diberikan waktu untuk berpikir dan berbicara tentang perasaannya tentang diri sendiri
dan orang lain (terutama keluarga dan orang-orang terdekat). Biasanya klien akan
membahas apa yang terjadi dalam hidup klien saat ini, apa yang telah terjadi di masa lalu,
bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana Anda merasa, berpikir dan
berperilaku sekarang.7
2. Terapi perilaku kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi dengan cara membantu klien
dalam mengatasi masalah yaitu dengan mengubah cara klien berperilaku. Sebagai contoh,
klien mungkin perlu untuk mengatasi rasa takut, atau fobia. Terapis akan membantu klien
secara bertahap, dengan menggunakan lebih banyak waktu untuk situasi yang sedang
klien rasakan, seperti rasa takut, penggunaan waktu yang lebih lama akan membantu
klien merasa lebih nyaman dan santai dalam terapi ini.4,7
3. Terapi kognitif analitis adalah suatu bentuk pengobatan di mana seorang terapis
membantu pasien untuk memahami hal-hal yang tidak beres di masa lalunya dan
mengeksplorasi bagaimana untuk memastikan bahwa mereka tidak bersalah pada waktu
yang akan datang.8
4. Terapi interpersonal adalah suatu bentuk psikoterapi untuk pengobatan untuk depresi.
Hal ini bertujuan untuk membantu klien untuk memahami bagaimana masalah yang
dihadapinya, dan membantu klien untuk mengetahui bagaimana memperkuat hubungan
antar sesama dan menemukan bagaimana cara yang lebih baik untuk mengatasi
masalah.7,9
5. Terapi humanistik adalah suatu bentuk psikoterapi yang berfokus untuk mengenali
kemampuan manusia dalam bidang-bidang seperti kreativitas, pertumbuhan pribadi, dan
pilihan. Tujuan utamanya adalah untuk mencari tahu bagaimana individu memandang
diri mereka sendiri dan untuk mengenali pertumbuhan, pengarahan diri sendiri, dan
tanggung jawab. Metode ini membantu klien dalam upaya untuk mengenali kekuatan
mereka dengan pengalaman dan pemahaman. 10
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi terbagi atas : psikoterapi suportif,
psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rekonstruktif.2
1. Psikoterapi Suportif. Psikoterapi suportif berfokus pada penggunaan langkah-langkah
langsung untuk memperbaiki gejala, mengembangkan, dan meningkatkan harga diri, dan
dukungan fungsi ego dan mekanisme pertahanan adaptif. Bentuk terapi ini bertujuan
untuk membantu pasien supaya lebih baik dalam mengatasi gejala dan memecahkan
masalah, bukan untuk mencapai perubahan perilaku yang mendasar. Sementara teknik
yang mendukung dapat digunakan sebagai bagian dari modalitas lainnya, faktor-faktor
pasien seperti krisis yang parah, kecemasan miskin dan toleransi frustrasi, kurangnya
pikiran psikologis dan kapasitas untuk pengamatan-diri, pikiran dan perilaku tidak
teratur, kecerdasan terbatas, gangguan realitas, afektif miskin dan kontrol impuls, dan
gangguan kemampuan relasional menghalangi terapi lebih ekspresif. Psikoterapi suportif
adalah bentuk yang paling banyak dipraktekkan dari psikoterapi individu. Cara atau
pendekatan: bimbingan, reassurance, terapi kelompok. 2,4,11
2. Psikoterapi Reedukatif. Bertujuan untuk mengubah pola perilaku dengan meniadakan
kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Prinsipnya adalah dengan belajar. Cara atau pendekatan yaitu dengan terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama. Pasien yang diterapi dengan cara ini
memiliki gangguan jiwa yang dianggap berasal dari pengalaman belajar yang salah (ex:
tempat tinggi menakutkan, kucing berbahaya, dll), sehingga perlu diajarkan kembali
bahwa semua itu tidak berbahaya.2,12
3. Psikoterapi Rekonstruktif. Bertujuan untuk tercapainya tilikan (insight) akan konflik-
konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian
seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik, psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik. Terapis menggunakan pendekatan psikoanalitik (cara Freud
dan non-Freud) sehingga memerlukan waktu yang panjang. Terapis akan membantu
pasien untuk mengenal proses nirsdar yang mendasari gejalanya, melalui analisis yang
sistematik terhadap kata-kata pasien, mekanisme defensifnya, analisis mimpi, serta
simbolisasi dari suatu hal yang buruk di masa lalu. Contoh: pada pasien dengan gejala
takut gelap, terapis membantu pasien untuk berpikir, merenung dan menggali apa
sebenarnya yang ia takutkan (bisa jadi gelap tersebut adalah simbolisasi dari suatu hal
buruk di masa lalu).2,12
Berdasarkan dalamnya, psikoterapi terbagi atas psikoterapi yang bersifat superficial dan
mendalam. 2
1. Superficial, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada permukaan, yang
tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.2
2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam
nirsadar atau materi yang direpresi.2
Berdasarkan teknik yang digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang
digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, persuasi, reassurance,bimbingan,
penyuluhan,dan penerapan. 2,4
1. Ventilasi
Psikoterapi ini memebrikan kebebasan kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya.
Dengan demikian pasien merasa lega dan keluhannya berkurang. Sikap terapis yaitu
menjadi pendengar yang baik dan penuh perhatian. 2,4
2. Persuasi
Dilakukan dengan cara menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakit
klien yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang
dihadapinya. Terapis berusaha membangun,mengubah, dan menguatkan impuls tertentu
serta membebaskannya dari impuls yang menganggu secara masuk akal dan sesuai isi
nurani, serta berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa
gejalanya akan hilang.2,4
3. Psikoterapi reassurance
Psikoterapi jenis ini berusaha meyakinkan kembali kemapuan pasien untuk menghadapi
masalahnya. Sikap terapis ialah meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh pasien. Topik pembicaraan ialah pengalaman pasien yang berhasil
nyata.2,4
4. Psikoterapi sugestif
Psikoterapi ini menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gangguannya akan hilang.
Sikap terapis adalah meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien akan hilang. Topik
pembicaraan, gejala gejala bukan karena kerusakan oraganik/fisik dan timbulnya gejala
gejala tersebut tidak logis.2,4
5. Bimbingan
Psikoterapi ini diberikan dengan penuh wibawa dan pengertian. Caranya dengan
memberikan nasehat kepada pasien.2,4
6. Penyuluhan
Penyuluhan akan membantu pasien untuk memahami dirinya secara lebih baik. Sikap
terapis menyampaikan secara halus dan penuh kearifan.2,4
7. Penerapan
Psikoterapi dapat diterapkan pada gangguan psikotik, gangguan somatis, dan gangguan
penyesuaian.2,4
Berdasarkan setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok
(terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok).2,7
1. Terapi individual.
2. Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan,
misalnya komunikasi, persepsi.2,7
3. Terapi keluarga,dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga
akan mempengaruhi gangguan serta prognosis.2,7
V. PROSES PSIKOTERAPI
Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat kehilangan
arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter
maupun sifat hubungan antara dokter-pasien. 2
Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya motivasi,
fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb. Transferensi adalah suatu distorsi
persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap seorang terapis sebagai figur yang
bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan
sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi
menurut ilmu kedokteran umum - yang berarti daya tahan organisme terhadap penyakit) yaitu
perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola perilakunya, memberikan suatu
tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar
untuk mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal
itu.2,3,4
Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-
transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan
ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis
besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga
seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang
bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat
mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut :2,4,5
1. Fase Awal:2
Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : 1. Memotivasi
pasien untuk menerima terapi, 2. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai
terapi (bila ada), 3. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa
terapis mampu membantunya, 4. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Tidak ada motivasi terapi dan tidak
dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu, 2.Penolakan terhadap arti dan situasi terapi, 3.
Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam, dan 4.
Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: 1. Tidak mampu bersimpati,
berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,2. Timbul iritabilitas terhadap penolakan
pasien untuk terapi dan terhadap terapis, 3. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien,
dan 4. Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.
2. Fase Pertengahan:2
Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien,
menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas
terapeutik: 1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal
yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi
karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor
yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. 2. Membantu pasien dalam
mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan
pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan, 2.
Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: 1.Terapis mengelak dari problem
pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis; 2. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan
cepat pada fase permulaan, 3. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.
3. Fase akhir: 2
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: 1. Menganalisis elemen-
elemen dependensi hubungan terapis – pasien; 2. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk
mendorong pasien membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. 3. Membantu
pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa: 1. Penolakan untuk melepaskan dependensi; 2.
Ketakutan untuk mandiri dan asertif
Masalah kontratransferensi pada terapis: 1. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu
melindungi pasien; 2. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai terapis.
VI. EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI
Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak
bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:2
- tujuan yang ingin dicapai
- motivasi pasien
- kepribadian dan ketrampilan terapis
- teknik yang digunakan
VII. KESIMPULAN
Psikoterapi adalah cara cara atau pendekatan yang menggunakan teknik teknik psikologik
untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi menggarap hal hal yang
dasar dan rasional, serta nirsadar dan irasional. Gejala gejala yang tampak secara klinis pada
pasien, menggambarkan perilakunya menghadapi hidup. Apabila ingin menyembuhkan jiwa atau
mencari jalan untuk kesembuhan jiwa, kita harus memahami hal-hal yang mempengaruhi
seseorang sejak masa dini hingga kini.
Dalam melakukan psikoterapi, hendaknya kita mengoptimalkan fungsi mendengar
dengan seksama (theraupeutic or empathic listening) dan mengoptimalkan hubungan terapeutik
(theraupetic alliance). Kita jangan berpreokupasi pada tujuan yang ingin dicapai (misanya harus
memberikan saran apa bagi pasien). Semakin kita mendengar, kian jelas apa yang harus kita
lakukan.