proposal scm industri
DESCRIPTION
proposal SCM...............................................................................................................................................................................TRANSCRIPT
Metode Vendor Managed Inventory (VMI)
Vendor Managed Inventory (VMI) adalah sebuah strategi dalam rantai pasok dimana
pemasok melakukan penanganan persediaan dengan menggunakan media komunikasi
terkini seperti online messaging atau data retrieval system. Pengelolaan VMI yang baik
dapat meningkatkan performansi rantai pasok dengan mengurangi tingkat persediaan
dan meningkatkan frekuensi pengisian barang (Mahamani dan Rao 2010). Berdasarkan
Achabal et al (2000) dan Waller et al (1999), Yao et al (2005) menyatakan bahwa
keuntungan penerapan VMI adalah pengurangan biaya simpan baik pada pemasok
maupun retailer, peningkatan customer service level, seperti dengan pengurangan waktu
siklus pemesanan barang dan peningkatan frekuensi penggantian atau pengisian
persediaan.
Penerapan VMI membutuhkan keterbukaan informasi mengenai level persediaan dan
jumlah permintaan konsumen dari pihak retailer terhadap pemasok. Berdasarkan hal
tersebut pihak pemasok dapat melakukan perencanaan perencanaan produksi,
penjadwalan pengiriman barang, pemenuhan persediaan retailer, perencanaan
pembelian, serta proses logistik lainnya dengan lebih baik. Strategi VMI pada rantai
pasok melibatkan suatu kesepakatan antarpihak terkait. GUNEg (2010) membahas
beberapa penelitian mengenai kondisi-kondisi yang terjadi dalam kesepakatan
penerapan strategi VMI. Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui beberapa
parameter yang perlu diperhatikan dalam suatu kesepakatan yang akan mempengaruhi
performansi penerapan strategi VMI, yaitu harga beli barang dari pemasok, batas-batas
persediaan yang diinginkan oleh retailer, jumlah barang yang dapat dipenuhi oleh
pemasok, variasi permintaan dan sistem pembayaran. Selain itu, terdapat juga
parameter-parameter lain yang diuji yaitu kapasitas produksi pemasok, harga jual
barang oleh retailer, proporsi ongkos pemesanan.
Manfaat dari VMI adalah keuntungan bagi supplier tersebut dalam mengelola inventory
dengan cara memperkirakan kapan suatu barang harus diproduksi dan/ atau disiapkan.
Dengan adanya perkiraan ini, supplier tidak perlu mengelola inventory barang tersebut
terlalu lama. Dalam sistem VMI ini, supplier dan perusahaan menggunakan suatu
sistem informasi yang memuat segala jenis informasi baik yang dibutuhkan supplier
maupun perusahaan, selain itu VMI mempunyai manfaat lainnya yaitu:
1. Mengurangi Cost atau biaya, dan
2. Meningkatkan Pelayanan.
Dalam VMI dibutuhkan suatu teknologi informasi yang dijelaskan pada gambar di
bawah ini :
Dari gambar di atas, perancangan Sistem Informasi Vendor Managed Inventory dapat
disimpulkan bahwa antara perusahaan dan supplier mempunyai otoritas masing-masing
dalam mengakses data dan informasi yang terdapat di dalam Sistem Informasi ini.
Bagian pengadaan barang hanya mempunyai otoritas untuk memasukkan hasil
peramalan untuk suatu jenis produk serta dapat mengecek ketersediaan barang di
gudang. Bagian gudang mempunyai otoritas untuk memasukan data jumlah barang
tersedia serta memasukan data kedatangan barang pesanan ke dalam gudang. Pihak
supplier mempunyai otoritas untuk melihat data peramalan, data inventory, serta
memberikan respon terhadap pemesanan barang yang di masukkan ke dalam sistem
oleh pihak pengadaan barang. Pada metode VMI ini, diperlukan data-data yang
dibutuhkan meliputi:
1. Data historis pemesanan produk dari distributor,
2. Data historis penjualan produk ke konsumen dari distributor,
3. Biaya Pengiriman dari perusahaan ke distributor,
4. Biaya Order kedua belah pihak,
5. Biaya Penyimpanan kedua belah pihak,
6. Kapasitas kendaraan dan jumlah sarana pengangkut,
7. Kapasitas produksi pabrik,
8. Lokasi para pelanggan (distributor center),
9. Kondisi stok gudang distributor.
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa tahap di antaranya:
1. Perhitungan LRP-VMI Setiap Distributor
Salah satu konsep dan supply chain yang banyak dipakai adalah Vendor Managed
Inventory, sebenarnya VMI ini merupakan model inventory dimana tanggung jawab
inventory sepenuhnya dipegang oleh supplier, mulai dari volume pengiriman,
rentang pengiriman dan manajemen penyimpanan di gudang. Supplier memonitor
gudang persediaan dari distributor dan bertanggung jawab untuk penetapkan kapan
akan mengirim barang yang dibutuhkan oleh distributor dan menetapkan berapa
kuantitas atau jumlah dari barang yang akan dikirimkan berdasarkan data inisial
mengenai kebutuhan produksi (dari distributor) atau permintaan konsumen yang
disediakan oleh distributor.
Saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep VMI, hal ini
dipandang karena secara jangka panjang model ini akan menguntungkan kedua belah
pihak. Di satu sisi supplier secara finansial keuntungannya akan bertambah dan
dengan cepat mengetahui kebutuhan akan bahan baku, dapat menentukan sendiri
kapan akan mengirim, sedangkan di sisi lain pihak perusahaan sebagai distributor
tidak akan mengalami keterlambatan dan selalu memiliki barang di gudang,
perusahaan tidak pusing lagi memikirkan bahan baku yang dibutuhkannya. Banyak
sekali kondisi yang akan mempengaruhi model VMI nantinya, untuk itu diperlukan
suatu tool untuk memunculkan beberapa alternatif keputusan dengan
mempertimbangkan beberapa kondisi yang ada dan membantu para decision maker
mengambil suatu keputusan.
Pada tahap ini akan dilakukan suatu perhitungan dalam TOP Grid Display atau LRP
Display di bawah kondisi penggunaan kebijakan VMI. Setelah data demand harian
didapatkan perhitungan selanjutnya adalah perhitungan availability inventory dalam
TOP Grid Display untuk masing-masing kebijakan pengisian atau pengiriman dari
perusahaan ke distributor. TOP Grid Display yang digunakan adalah dalam bentuk
harian. Karena dalam pengontrolan VMI sangat memungkinkan untuk dilakukan
q* = ((A1 + nA2)
Dn
h1 (D
+(P–D)n
+h2–h1
P 2P 2
setiap hari, selain pengguna web yang memungkinkan komunikasi antar partai ini
lebih cepat, pengguna grid dalam bentuk harian dilakukan agar lebih responsif
terhadap permintaan dan kondisi persediaan.
Untuk penentuan kebijakan berap lot pengiriman yang dilakukan setiap pengiriman
ke tiap distributor, formulasi untuk menetukan ukuran lot yang harus dikirimkan oleh
produsen ke distributor adalah sebagai berikut:
2. Perhitungan LRP-VMI untuk Supplier
Berbeda dengan LRP VMI untuk distributor, penggunaan LRP-VMI untuk supplier
untuk menentukan waktu dan jumlah persediaan harus berada di gudang. Pada LRP-
VMI, perhitungan pengisian persediaan di gudang supplier, lead time yang
dipertimbangkan adalah lead time produksi dan lead time pengiriman maksimum
distributor. Sedangkan LRP-VMI untuk pengiriman produk ke distributor
mempertimbangkan lead time pengiriman masingmasing distributor. Untuk input
gross requirement LRP-VMI memakai penjumlahan gross requirement tiap-tiap
distributor. Untuk ukuran lot pengisianpun menggunakan jumlah lot-lot pengiriman
tiap-tiap distributor.
3. Perhitungan Parameter Sistem dalam Spreadsheet Template
Setelah perhitungan ketersediaan persediaan maka dilakukan perhitungan parameter.
Berikut ini merupakan template yang digunakan untuk kesimpulan sistem untuk
mengetahui garis besar kondisi sistem. Template ini adalah ukuran parameter sistem
yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton dalam Balanced Scorecard [Gand03]. Tiap
sistem parameter dihitung dengan menggabungkan baik variabel independen maupun
variabel dependen Parameter sistem yang diperhitungkan adalah Total Jumlah
Pengiriman (Shipment), Total kuantitas pengiriman (Total unit Shipped), Laju
pengisian (Total unit shipped/total annual demand), rata-rata jumlah
unit/pengiriman, Inventory turns, Inventory days of supply dan service efficiency
level.
Perhitungan parameter di atas dengan manual yaitu dengan menggunakan Microsoft
Excel. Dalam kasus ini yang menjadi performance measurement yang digunakan
adalah Service Efficiency Level dan Service Level per Unit Demand. Parameter
tersebut merupakan kemampuan DC memenuhi permintaan dari konsumen dengan
menggunakan VMI. Namun service level juga dapat ditentukan oleh distributor
sehingga akan berdampak pada berapa safety stock yang harus disediakan untuk
mencapai service level tersebut.
Metodologi Penelitian
1. Metodologi
Pada penelitian kali ini akan diberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan penelitian
yang sistematik, tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :
Studi Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Tah
ap P
ersi
apan
Rumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Identifikasi Variabel Pelayanan
Penentuan Sampel
Pengumpulan Data
Data Primer
(Observasi Lapangan &
Data Sekunder
(Profil Perusahaan & Data Pendukung Lain)
Penyusunan Kuisioner
Penentuan Kelayakan Kuisioner
Tidak
A
A
Tah
apP
engu
mpu
lan
Dat
a
Gambar 7.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Penyebaran Kuisioner
Perhitungan Skor Harapan & Persepsi
Perhitungan Gap Servqual Variabel Pelayanan
Pemetaan Variabel dalam Customer Windows
Penentuan Prioritas Peningkatan Kualitas
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Tah
apP
engo
laha
n D
ata
Tah
apA
nali
saT
ahap
Pen
utu
p
Uji Validitas
&
Ya
Pengelompokan Variabel Pelayanan
Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah metodologi penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Studi Pendahuluan. Penelitian ini akan mengetahui tingkat kepuasan pelanggan
berdasarkan harapan dan persepsi yang telah pelanggan rasakan, dengan alat ukurnya
adalah kuisioner. Adapun lokasi penelitian akan dilakukan di Pulau Kumala
Tenggarong.
2. Tinjauan Pustaka. Untuk mendukung penelitian tentunya diperlukan tinjauan
pustaka, agar penelitian bisa berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Tinjauan pustaka ini berisi tentang penjelasan-penjelasan tentang konsep jasa,
servqual dan lainnya.
3. Rumusan Masalah & Penetapan Tujuan. Pada tahap ini dilakukan perumusan
masalah yang dihadapi pihak Pulau Kumala di Tenggarong, dan memaparkan tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan.
4. Identifikasi Variabel Pelayanan. Yakni mengidentifikasi variabel-variabel pelayanan
yang telah diberikan oleh pihak Pulau Kumala dan yang dirasakan para pelanggan,
yang mana variabel tersebut bisa didapatkan dari pihak Pulau Kumala ataupun dari
pelanggan. Variabel-variabel ini kemudian akan dijadikan dasar dalam penyusunan
kuisioner.
5. Penentuan sampel, yang akan diambil menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh
Rakhmat, yang hasil perhitungannya sebanyak 100 sampel.
6. Pengumpulan Data. Tahap ini meliputi 2 data yakni data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diambi langsung dari sumbernya, dalam penelitian
ini, wawancara langsung dan pembagian kuisioner ke pelanggan yang menjadi
sumber data primer. Yang kedua adalah data sekunder, yang mana data ini adalah
data yang telah tersedia milik manajemen Pulau Kumala, sehingga peneliti tidak
mengusahakan sendiri pengumupulan datanya.
7. Penyusunan Kuisioner. Tahap pengumpulan data berikutnya adalah menyusun
kuisioner, yang mana kuisioner tersebut berisi variabel-variabel pelayanan yang
sebelumnya telah diidentifikasi dan ditentukan baik oleh peneliti maupun dari pihak
Pulau Kumala.
8. Penentuan Kelayakan Kuisioner. Kuisioner yang telah dibuat tidak langsung
disebarkan pada pelanggan, melainkan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pihak
Pulau Kumala untuk menentukan apakah kuisioner tersebut layak untuk disebarkan
atau masih ada variabel yang belum layak.
9. Penyebaran Kuisioner. Setelah kuisioner layak untuk dibagikan, maka langkah
selanjutnya adalah penyebaran kuisioner kepada pelanggan Pulau Kumala yang
berkunjung ke Pulau Kumala, jumlah kuisioner yang disebarkan sesuai dengan
jumlah sampel yang akan diambil yang sebelumnya telah ditentukan.
10. Uji Validitas & Reliabilitas. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data, yang
pertama kali dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas adalah uji
yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dengan variabel
yang akan diukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur akurasi dan
konsistensi responden dalam mengisi kuisioner. Jika belum valid atau belum reliabel,
maka dilakukan penyusunan ulang kuisioner, sedangkan jika sudah valid dan
reliabel, maka dapat lanjut ke tahap berikutnya.
11. Perhitungan Skor Harapan & Persepsi. Langkah berikutnya adalah menghitung nilai
harapan dan persepsi pelanggan untuk masing-masing variabel pelayanan, yang
mana nilai ini didapat dari rata-rata (mean) skor harapan dan persepsi pelanggan
maupun manajemen terhadap variabel pelayanan dari seluruh sampel yang diambil.
12. Perhitungan Gap Servqual Variabel Pelayanan. Setelah skor harapan & persepsi
pelanggan dan manajemen Pulau Kumala telah diketahui, maka selanjutnya
dilakukan perhitungan gap (kesenjangan) untuk masing-masing variabel layanan.
Nilai gap servqual didapat dari selisih antara skor persepsi dan skor harapan
pelanggan serta manajemen Pulau Kumala di Tenggarong.
13. Pengelompokan Variabel Pelayanan. Semua variabel-variabel pelayanan
dikelompokkan berdasarkan 5 dimensi kualitas jasa yang telah dijelaskan
sebelumnya, pengelompokan ini untuk mengidentifikasi masing-masing variabel
yang termasuk ke dalam dimensi kualitas jasa.
14. Pemetaan Variabel Dalam Customer Windows. Variabel-variabel pelayanan
kemudian digambarkan dalam diagram customer windows untuk mengetahui variabel
apa saja yang termasuk ke dalam masing-masing kuadran yang terdapat 4 kuadran
untuk gap 1 dan gap 5.
15. Penentuan Peningkatan Kualitas Layanan. Tahap ini merupakan tahap yang akan
menentukan variabel apa saja yang akan menjadi prioritas bagi Pulau Kumala untuk
meningkatkan kualitas layanannya berdasarkan gambaran yang didapat dari customer
windows.
16. Analisa dan Pembahasan. Tahap ini akan menganalisa data-data yang telah dapat dan
diolah serta perhitungan yang telah dilakukan untuk kemudian dilakukan
pembahasan.
17. Kesimpulan dan Saran. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan, dimana kesimpulan ini merupakan jawaban dari
tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah itu memberikan saran
kepada perusahaan yang bersifat membangun.
2. Relevansi (Manfaat)
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Bagi Perusahaan
a. Mengurangi biaya simpan (holding cost),
b. Meningkatkan performansi rantai pasok dengan mengurangi tingkat persediaan,
serta meningkatkan pelayanan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan metode Vendor Managed Inventory, untuk mengetahui
performansi dari rantai pasok UD As-Salam,
b. Memberikan alternatif solusi pada UD As-Salam, mengenai ketidakpastian
permintaan dari konsumen sehingga terjadi kelebihan maupun kekurangan stok,
dan
c. Sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.
3. Jadwal Kegiatan
Penelitian dilaksanakan pada perusahaan Kripik Singkong UD As-Salam. Jadwal
pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.1 sebagai berikut:
Tabel 9.1 Jadwal kegiatan penelitian
No. KegiatanBulan
Desember Januari Februari1 Penyusunan Proposal3 Pengumpulan Data4 Pengolahan Data5 Asistensi Tugas Akhir7 Seminar Hasil8 Pendadaran (Sidang)
4. Daftar Pustaka
1. Pujawan, I Nyoman., 2010, Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya.
2. Wijayanti, Tri., 2011, Vendor Managed Inventory, http:-//-yantibudiyanti.blogspot.com-/-2011-/-01-/-vendor-managed-inventory-vmi.-html, diakses tanggal 4 Desember 2014.
3. Alfian, Carles Sitompul., 2012, Pengembangan Model Persediaan Yang Dikelola Pemasok, http:-//-journal.unpar.ac.id-/-index.php-/-rekayasa-/-article-/-view/-174, diakses tanggal 4 Desember 2014.
4. Hartini, Sri., 2011, Penentuan Kebijakan Pemenuhan Pesanan Dengan Model Vendor Managed Inventory, http:-//-citation.itb.ac.id/pdf-/-JURNAL--/JURNAL%20TEKNIK%-20INDUSTRI%-20UMM--/VOL%2011%20No.2-%202010/-592-_umm_scientific_journal.pdf-, diakses tanggal 4 Desember 2014.