proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

22
Analisis pelaksanan BPJS ketenaga kerjaan Di PT. AA (AGRI ANDALAS) SELUMA 1. LATAR BELAKANG Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap warga Negara yang dilindungi oleh undang undang”. Namun kenyataannya belum seluruh warga Negara mendapatkan akses jaminan sosial nasional tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea kelima, dinyatakan bahwa keadilan sosial diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia dan Sistem jaminan sosial tercantumdalam Pasal 34 UUD Amandemen keempat Tahun 2002. Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,termasuk semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait dengan program jaminan sosial tentang pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun Undang-Undang Sistem Jaminan nasional telah diundangkan dalam UU Nomor 40 Tahun 2004, akan tetapi belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU, karena masih terkendala dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal ini terjadi karena dalam Undang- Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (6) menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial”. Dan pelaksanaan ini diperkirakan hingga pada tahun 2014. UU NO 24 tahun 2011 tentang badan penyelanggaran jaminan sosial(BPJS) .penyelanggaran jaminan sosial dilakukan oleh 2 badan penyelenggara yaitu BPJS kesehatan yang menyelengarakan kesehatan nasional (JKN), jaminan kecelakaan

Upload: indra-wijaya

Post on 18-Jan-2016

821 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

Analisis pelaksanan BPJS ketenaga kerjaan Di

PT. AA (AGRI ANDALAS) SELUMA

1. LATAR BELAKANG

Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap warga

Negara yang dilindungi oleh undang undang”. Namun kenyataannya belum seluruh warga

Negara mendapatkan akses jaminan sosial nasional tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar

1945, pada alinea kelima, dinyatakan bahwa keadilan sosial diperuntukkan bagi seluruh

rakyat Indonesia dan Sistem jaminan sosial tercantumdalam Pasal 34 UUD Amandemen

keempat Tahun 2002.

Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,termasuk

semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait dengan program jaminan

sosial tentang pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun

Undang-Undang Sistem Jaminan nasional telah diundangkan dalam UU Nomor 40 Tahun

2004, akan tetapi belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU,

karena masih terkendala dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Hal ini terjadi karena dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (6)

menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan sosial”. Dan pelaksanaan ini diperkirakan hingga pada tahun 2014.

UU NO 24 tahun 2011 tentang badan penyelanggaran jaminan

sosial(BPJS) .penyelanggaran jaminan sosial dilakukan oleh 2 badan penyelenggara yaitu

BPJS kesehatan yang menyelengarakan kesehatan nasional (JKN), jaminan kecelakaan

kerja(JKK),jaminan kematian(JKM),jaminan hari tua(JHT) dan jaminan pensiun.

Sejak tanggal 1 januari 2014 BPJS kesehatan mulai beroperasi dengan

menyelengarakan program jaminan kesehatan nasional dan program pemeliharaan yang

semula diselengarakan oleh PT.JAMSOSTEK dialihkan ke BPJS kesehatan yang

berpedoman pada UU NO. 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional dan UU no

24 tahun 2011 badan penyelengara jaminan sosial.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992,

maka semua tenaga kerja harus diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Di

dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja sudah

dijelaskan bahwa setiap badan usaha yang mempekerjakan 10 (sepuluh) orang atau lebih atau

Page 2: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

membayar total upah Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan, wajib mengikutsertakan

pekerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Program jaminan sosial tenaga kerja

adalah perlindungan dasar bagi pekerja yang sifatnya saling membantu.

Masalah jaminan sosial tenaga kerja merupakan hal yang paling prinsipil bagi setiap

tenaga kerja dan sekaligus merupakan beban yang harus dipikul oleh setiap pengusaha. Oleh

karena itu, tidak mustahil timbul kerawanan-kerawanan pada perusahaan-perusahaan tertentu

yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut. Mengingat bahwa di setiap perusahaan

memiliki pekerja tetap dan pekerja tidak tetap, maka dalam kenyataannya tidak setiap

pekerja mendapatkan pelayanan jaminan sosial tenaga kerja.

Setelah saya survei keperusahaan ini banyak sekali masalah yang saya temukan salah

satunya masalah BPJS ketenaga kerjaan pihak PT AA ( AGRI ANDALAS) tidak seluruhnya

didaftarkan BPJS ketenagakerjaan hanya pekerja yang formal saja informal tidak diikut

sertakan.pekerja banyak mengeluh kenapa pihak perusahaan tidak ikut sertakan seluruh

kariyawannya sedangkan bpjs ketengakerjaan.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan diatas yang menjadi dasar penulis

untuk membahas permasalahan sebatas kemampuan daya pikir penulis, maka penulis

memilih judul “analisis pelaksanaan BPJS KETENAGAKERJAAN PT.AA (AGRI

ANDALAS) ”

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan

permasalahan yaitu:

a. Bagaimana pelaksanaan bpjs ketenagakerjaan di PT AA (AGRI ANDALAS)

b. Mengapa PT AA (AGRI ANDALAS ) tidak mengikutsertakan semua tenaga

kerjanya pada program BPJS ketenagakerjaan ?

c. Bagaiman upaya yang dapat dilakukan jika pekerja yang tidak mendapatkan

BPJS KETENAGAKERJAAN pada program pemeliharaan kesehatan dan

kecelakaan kerja di tempat kerja.

Page 3: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

3. TUJUAN

3.1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui pelaksanaan program BPJS KETENAGA KERJAAN PT.

AA(AGRI ANDALAS) SELUMA dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

melaksanakan program jaminan sosial tenaga kerja serta untuk mengetahui upaya-

upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

3.2. TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui pelaksanaan BPJS ketenaga kerjaan bagi tenaga kerja

yang bekerja di PT. AA(AGRI ANDALAS)SELUMA.

4. METODE PENELITIAN

. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Metode Kualitatif

adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan BPJS ketenagakerjaan yang di berikan pada

karyawan informal dan formal di PT . AA(AGRI ANDALAS )SELUMA yaitu berdasarkan

data dan fakta.

5. KERANGKA PIKIR

INPUT PROSES OUTPUT

Ket :

1. MAN : SDM (pekerja formal,informal dan pihak perusahaaan)

2. MONEY : Uang (pembiayann) penghasilan yang didapat perusahaan untuk

memberikan jaminaan BPJS ketenagakerjaan kepada pekerja formal dan informal.

3. METODE : Di wajibkan seluruh karyawan mendapatkan bpjs ketenaga kerjaan,

dari pomotongan upah

4. MICHINE : Alat-alat pelaksanaan untuk bpjs ketenaga kerjaan diperusahaan

5. MATERIAL : Landasan hukum, materi tentang bpjs ketenagakerjaan,

jaminan BPJS ketenagakerjaansistem pelayanan

bpjs ketenagakerjaan kepada pekerja

formal dan informal

bpjs ketenagakerjaan terhadap seluruh pekerja di PT AA (AGRI ANDALAS)

Page 4: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN BPJS KETENAGAKERJAAN

BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu program dari pemerintah Indonesia yang

menggantikan peran ASKES sebagai badan penyelenggara Jaminan Kesehatan pada

masyarakat dan diharapkan mampu lebih baik lagi dari Jamsostek yang dulunya belum

mampu menjadi penyelenggara jaminan kesehatan yang memberikan pelayanan yang

paripurna kepada masyarakat.

 Program yang di-cover oleh BPJS Ketenagakerjaan sendiri sekarang menyusut

menjadi tiga area dibandingkan saat ia masih bernama Jamsostek, yaitu Jaminan Kecelakaan

Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kematian. Jika dalam Jamsostek juga diberi Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) selain tiga program yang dicakup tadi, maka dalam BPJS

Ketenagakerjaan JPK JKK ,JHTdialihkan ke dalam BPJS Kesehatan.

Perusahaan wajib mengikutsertakan pegawainya dalam program BPJS

Ketenagakerjaan, sebagai bentuk realisasi kemauan perusahaan untuk peduli terhadap

pekerjanya. Dari ketiga program yang di-cover BPJS Ketenagakerjaan, pekerja hanya

dipungut iyuran 2%, yaitu dalam program Jaminan Hari Tua. “Itupun untuk mereka juga

nantinya. Sama dengan tabungan juga. Mereka bisa menarik minimal setelah lima tahun

dengan masa tunggu sebulan. Intinya, pekerja tidak menanggung apa-apa untuk masuk dalam

program BPJS Ketenagakerjaan

2.1. PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak dari setiap pekerja, untuk mendapatkan

perlindungan baik dalam bentuk jaminan sosial maupun penggantian kerugian dalam rangka

pelaksanaan tugas yang merupakan kewajiban setiap pekerja. Jaminan sosial tenaga kerja

adalah salah satu kebutuhan dasar bagi tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih produktif dan

hidup lebih sejahtera. Sebaliknya bagi perusahaan juga akan dapat lebih bersungguh-sungguh

dalam melakukan usahanya, karena tenaga kerja yang bekerja di perusahaannya terlindung

dan terjamin oleh program jaminan sosial tenaga kerja.

Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja pada dasarnya berusaha ingin

memberikan rasa aman dan tenteram bagi setiap tenaga kerja dalam melaksanakan

Page 5: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

pekerjaannya, dan tidak perlu memikirkan semua biaya yang harus dikeluarkan untuk

mengatasi masalah yang terjadi baik si pekerja itu sendiri maupun keluarganya.

Jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu bentuk asuransi sosial dan bantuan

sosial. Asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib

berdasarkan undang-undang. Jaminan sosial tenaga kerja dikatakan sebagai jenis asuransi

sosial karena :

1. Biaya yang diperoleh dari iuran pengusaha dan tenaga kerja.

2. Partisipasi diwajibkan, dengan beberapa pengecualian.

3. Tingkat iuran dan tunjangan sering dikaitkan dengan posisi seseorang atau

penghasilannya.

4. Hak seseorang akan tunjangan dijamin oleh bukti catatan iurannya.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan diselenggarakan

dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha

bersama, kekeluargaan, dan gotong royong, sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang

Dasar Negara RI 1945. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak dari setiap pekerja untuk

mendapatkan santunan berupa uang sebagai pengganti dari pengahsilan yang telah

dikeluarkan apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang membawa kerugian terhadap pekerja itu

sendiri. Selain itu, jaminan sosial tenaga kerja juga diberikan kepada pekerja atau

keluarganya yang menderita suatu penyakit atau meninggal dunia dan pekerja yang sudah

tidak mampu lagi untuk melakukan pekerjaan karena telah lanjut usia.

2.2. DASAR HUKUM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Dasar hukum pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai

berikut :

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

3. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena

Hubungan Kerja

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1993 Tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Page 6: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1993 Tentang Jaminan

Kecelakaan Kerja

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1998 tentang Perubahan PP No. 14 Tahun

1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

7. Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2002 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaran Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

9. Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005 Tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaran Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

2.3. KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

a. Persyaratan Kepesertaan

Menurut Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 disebutkan bahwa

persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah, maka berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 disebutkan mengenai persyaratan kepesertaan sebagai

berikut :“Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau

lebih atau membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan, wajib

mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja”.

Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan

bagi tenaga kerjanya dengan manfaat lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Dasar menurut peraturan pemerintah, maka tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.

Pengusaha dan tenaga kerja yang telah ikut program asuransi sosial tenaga kerja

(ASTEK) sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, dapat tetap

melanjutkan kepesertaannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Selanjutnya

pengusaha yang belum mengikutsertakan tenaga kerjanya, maka wajib memberikan jaminan

sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan tersebut.

Page 7: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

b. Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan

Pengusaha yang memenuhi syarat penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja dalam

hal kepesertaan wajib mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai peserta program

jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara dengan mengisi formulir yang

disediakan badan penyelenggara. Pengusaha harus menyampaikan formulir jaminan sosial

tenaga kerja kepada badan penyelenggara selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya formulir dari badan penyelenggara.

Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari sejak formulir pendaftaran dan pembayaran

iuran pertama diterima, badan penyelenggara menerbitkan dan menyampaikan kepada

pengusaha hal-hal sebagai berikut:

- Sertifikat kepesertaan untuk masing-masing perusahaan sebagai tanda kepesertaan

perusahaan.

- Kartu peserta untuk masing-masing tenaga kerja sebagai tanda kepesertaan dalam

jaminan sosial tenaga kerja.

- Kartu Pemeliharaan Kesehatan untuk masing-masing tenaga kerja bagi yang

mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan.

Selanjutnya pengusaha menyampaikan kartu peserta program jaminan sosial tenaga

kerja kepada masing-masing tenaga kerja dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

diterimanya dari badan penyelenggara. Kartu peserta berlaku sampai berakhirnya masa

kepesertaan tenaga kerja yang bersangkutan dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

Apabila tenaga kerja pindah tempat kerja dan masih menjadi peserta program jaminan sosial

tenaga kerja, maka harus memberitahukan kepesertaannya kepada pengusaha tempat kerja

yang baru dan menunjukkan kartu peserta.

Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja dalam program jaminan sosial tenaga kerja

berlaku sejak pendaftaran dan pembayaran iuran pertama dilakukan oleh pengusaha.

Pengusaha diwajibkan untuk melaporkan kepada PT. Jamsostek apabila tejadi perubahan

mengenai :

a. Alamat perusahaanb. Kepemilikan perusahaanc. Jenis dan bidang usahad. Jumlah tenaga kerja dan keluarganyae. Besarnya upah setiap tenaga kerja

Page 8: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

Laporan tersebut disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya perubahan.

Tenaga kerja peserta jaminan sosial tenaga kerja wajib menyampaikan daftar susunan

keluarga kepada pengusaha, termasuk segala perubahannya. Apabila terjadi perubahan

mengenai jumlah tenaga kerja dan keluarganya dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

sejak laporan diterima, PT. Jamsostek wajib menerbitkan :

a. Kartu peserta tenaga kerja baru, kecuali tenaga kerja yang bersangkutan

telah memiliki kartu peserta

b. Kartu pemeliharaan kesehatan yang baru

Bagi perusahaan atau pengusaha yang telah mendaftarkan pekerjanya dalam program

jaminan sosial tenaga kerja, berarti pengusaha itu telah melakukan suatu tindakan yang

bijaksana yaitu melindungi para pekerja dalam menghadapi setiap kecelakaan yang mungkin

terjadi, mendidik para pekerjanya untuk menghemat atau menabung yang nantinya dapat

dinikmati apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian, melindungi perusahaannya dari

keharusan memberikan tunjangan kecelakaan yang kemungkinan jumlahnya sangat besar dan

memberikan ketenangan kepada pekerja beserta keluarganya karena dengan terjadinya

kecelakaan yang tidak diharapkan, mereka telah berhak memperoleh jaminan yang memadai.

c. RUANG LINGKUP BPJS KETENAGAKERJAAN

Ruang lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menurut Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1992 meliputi :

a) Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja termasuk

sakit akibat hubungan kerja. Demikian pula terhadap kecelakaan kerja yang terjadi dalam

pejalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui jalan yang

wajar atau biasa dilalui.

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kecelakaan kerja merupakan risiko yang

dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya

sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kematian atau cacat atau kecelakaan

kerja baik fisik maupun mental maka perlu adanya Jaminan Kecelakaan Kerja.

Jaminan kecelakaan kerja pada hakikatnya memberikan kompensasi berupa

penggantian biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam menanggung risiko korban

Page 9: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

kecelakaan kerja pada pekerjanya, dan yang paling utama adalah membayar ganti rugi atas

menurunnya atau hilangnya kemampuan bekerja serta kemampuan berpenghasilan.

b) Jaminan Kematian

Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada keluarga dan ahli waris

pekerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja untuk meringankan beban

keluarga. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan sebagai akibat kecelakaan kerja akan

mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial

ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian

dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun

santunan berupa uang.

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, menyebutkan :

Ayat (1) : Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,

keluarganya berhak atas jaminan kematian.

Ayat (2) : Jaminan kematian sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

- biaya pemakaman

- santunan berupa uang

Santunan jaminan kematian tersebut diberikan sekaligus kepada ahli waris dengan

urutan sebagai berikut:

1. janda atau duda

2. anak

3. orang tua

4. cucu

5. kakek atau nenek

6. saudara kandung

7. mertua

Apabila tenaga kerja tersebut tidak mempunyai keturunan sedarah menurut garis lurus

ke bawah dan garis lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua, maka jaminan kematian

dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam surat wasiatnya.

Jika tidak ada wasiat, maka biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain

guna pengurusan pemakaman. Sedangkan bagi magang atau murid dan mereka yang

Page 10: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

memborong pekerjaan serta narapidana yang meninggal dunia bukan karena akibat

kecelakaan kerja, maka bagi keluarga yang ditinggalkan tidak berhak atas jaminan kematian.

Pihak yang berhak mengajukan pembayaran jaminan kematian kepada badan

penyelenggara dengan disertai bukti-bukti berupa :

a. Kartu peserta

b. Surat keterangan kematian

Berdasarkan pengajuan pembayaran tersebut, badan penyelenggara membayarkan

santunan kematian dan biaya pemakaman kepada yang berhak.

c) Jaminan Hari Tua

Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak mampu bekerja. Akibat

terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi

ketenangan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang berpenghasilan

rendah. Jaminan hari tua merupakan jaminan yang memberikan kepastian penerimaan

penghasilan yang dibayarkan sekaligus atau berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55

(lima puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tertentu, sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yaitu :

Ayat (1) : Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus atau berkala, atau sebagian dan

berkala, kepada tenaga kerja karena :

a. telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau

b. cacat tetap total setelah ditetapkan oleh dokter

Ayat (2) : Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan

kepada janda atau duda atau anak yatim

d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja

sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di

bidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan

memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya di upayakan

penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Di

samping itu, pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja

Page 11: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),

dan pemulihan (rehabilitasi). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan

tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan

pemeliharaan kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

bahwa, jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan kepada pihak-pihak yang berhak

menerimanya yaitu :

1. tenaga kerja,

2. suami atau istri yang sah, dan

3. anak sebanyak-banyaknya 2 orang dan usianya di bawah 21 tahun

Penyelenggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan yang berupa pelayanan

medis pelaksanaannya diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Peaturan Pemerintah Nomor 14 tahun

1993 dan Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 yaitu meliputi :

1. Rawat jalan tingkat pertama

Pelayanan rawat jalan tingkat pertama meliputi :

a. Bimbingan dan konsultasi kesehatan

b. Pemeriksaan kehamilan, nifas dan ibu menyusui

c. Keluarga berencana

d. Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil

e. Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum

2. Rawat jalan tingkat lanjutan

Pelayanan pada tingakat ini dilakukan dengan rujukan pada pelaksana pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan.

3. Rawat inap

Pelaksanaan pelayanan rawat inap dilaksanakan dengan memberi surat rujukan pada

rumah sakit yang dipilih dalam waktu tujuh hari, denga menggunakan standar biaya yang

telah ditetapkan dan ditanggung oleh badan penyelenggara.

4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

Pelaksanaan pelayanannya sesuai dengan rumah sakit yang ditunjuk.

Page 12: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

5. Penunjang diagnostik

Pelayanan ini dilakukan dengan penggunaan hasil seperti : laboratorium, rontgen, tes

darah dan lain-lain berupa resep obat yang diambil pada apotik yang ditunjuk dengan

menggunakan obat standar, dan bila harganya melebihi yang ditetapkan, maka harus

ditebus biaya tambahannya.

6. Pelayanan khusus

Pelayanannya berupa : penggantian kaca mata, alat bantu dengar, prothese anggota gerak

dan lainnya.

7. Gawat darurat

Pelayanannya dilakukan pada rumah sakit terdekat, dengan tingkat pelayanan penunjang

diagnostik.

Dalam menyelenggarakan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar, badan

penyelenggara wajib :

a. Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta.

b. Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai jaminan pemeliharaan

kesehatan yang diselenggarakan.

Pelaksanaan pemberian pelayanan dilakukan oleh pelaksana pelayanan kesehatan

berdasarkan perjanjian tertulis dengan badan penyelenggara. Badan penyelenggara

melakukan pembayaran kepada pelaksana pelayanan kesehatan secara praupaya dengan

sistem kapitasi. Pemberian pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan dilakukan sesuai

dengan kebutuhan medis yang nyata dan standar pelayanan medis yang berlaku dengan tetap

memperhatikan mutu pelayanan.1

Pelaksanaan pelayanan jaminan dapat dilakukan oleh semua peserta dan anggota

keluarganya di tempat-tempat yang telah disediakan oleh PT. Jamsostek, dan apabila perlu

dapat dimintakan rujukan untuk pengobatan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit

pemerintah kelas II atau swasta kelas III.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005 untuk perawatan Rumah

Sakit yang semula pada kelas II ditingkatkan menjadi Rumah Sakit kelas 1.

1

Page 13: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

.

c. IURAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, besarnya iuran jaminan

sosial tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Pengertian kecelakaan kerja menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1992 yaitu kecelakaan yang terjadi sehubungan dengan hubungan kerja, demikian

pula kecelakaan yang terjadi di dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat

kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja

yang berupa penggantian biaya dan pemberian santunan yang berupa uang. Besarnya

iuran jaminan sosial tenaga kerja di bagi dalam 5 (lima) kelompok jenis usaha

sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 9 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun

1993 yaitu :

1. Kelompok I : 0,24% dari upah sebulan

2. Kelompok II : 0,54% dari upah sebulan

3. Kelompok III : 0,89% dari upah sebulan

4. Kelompok IV : 1,27% dari upah sebulan

5. Kelompok V : 1,75% dari upah sebulan

2. Jaminan Kematian

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan

mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial

ekonomi tenaga kerja yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian

dalam upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun

santunan berupa uang. Kematian yang mendapatkan santunan adalah kematian bagi

tenaga kerja pada sat menjadi peserta jaminan sosial tenaga kerja. Besarnya iuran jaminan

kematian adalah 0,30 % x upah sebulan yang ditanggung oleh perusahaan.

3. Jaminan Hari Tua

Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak mampu bekerja.

Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi tenaga kerja dan

Page 14: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu masih bekerja, terutama bagi yang

berpenghasilan rendah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun

2002, maka pembayaran iuran jaminan hari tua menjadi tanggung jawab bersama antara

pekerja dan pengusaha, dengan besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,70 % x upah

sebulan, dengan perincian 2 % x upah sebulan dibayar oleh pekerja, dan 3,70 % x upah

sebulan dibayar oleh pengusaha.

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan apabila pekerja atau keluarganya

menderita sakit yaitu sakit yang biasa atau pada umumya diderita dan bukan disebabkan

oleh kecelakaan kerja. Jaminan pemeliharaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan

produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian, tenaga kerja dapat melaksanakan tugas

sebaik-baiknya dan mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk penyembuhan

(kuratif).

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993,

jaminan pemeliharaan kesehatan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Tenaga kerja yang sudah berkeluarga : 6 % x upah tenaga kerja sebulan

2. Tenaga kerja yang belum berkeluarga : 3 % x upah tenaga kerja sebulan

d. MANFAAT JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Manfaat penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja adalah :

1. Dalam pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja akan timbul keterangan kerja terhadap

pekerja dan keluarganya dimana arus pendapatan bagi keluarganya tidak akan terputus

bila ada risiko sosial yang timbul di luar dugaan yang dapat menghilangkan sebagian atau

seluruh pendapatan.

2. Menumbuhkan dedikasi dan loyalitas serta semangat kerja yang tinggi secara full

enployment sehingga dapat diharapkan adanya produktifitas dan hasil produksi yang

semakin meningkat.

3. Dengan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja nasional dapat menciptakan

kegotong-royongan antar pengusaha yang kuat dengan pengusaha yang lemah yaitu bila

Page 15: proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx

pengusaha yang besar membayar iuran lebih banyak dari nilai klaim yang diperoleh,

mereka menganggapnya sebagai zakat terhadap perusahaan yang kurang mampu dan juga

sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial.

4. Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja melalui Jamsostek akan menaikkan efisiensi

dan kegiatan perusahaan, karena perusahaan dapat bebas mencurahkan perhatiannya pada

persoalan lain yang lebih mendesak bagi kegiatan usahanya, sehingga akan merangsang

orang lain untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.