proposal ebn selvi

21
HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP PERAWATAN KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TAHUN 2015 Diajukan untuk ujian tengah semester DisusunOleh kelompok 2 Arson kardela Ihdatul ilyan Selvi febrina PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2015

Upload: rezy-arina-putri

Post on 19-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

contoh proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ebn Selvi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP

PERAWATAN KAKI PADA PASIEN

DIABETES MELITUS

TAHUN 2015

Diajukan untuk ujian tengah semester

DisusunOleh kelompok 2

Arson kardela

Ihdatul ilyan

Selvi febrina

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2015

Page 2: Proposal Ebn Selvi

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglikemia karena gangguan

metabolisme hidrat arang, di samping adanya faktor genetik dan lingkungannya

yang berlangsung lama.Penyakit diabetes mellitus saat ini telah menjadi

penyakit epidemic. Hasil laporan dari World Health Organization (WHO) 2006,

menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes

mellitus didunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.

Diabetes adalah penyakit yang mengganggu kamampuan tubuh anda

untuk menggunakan sari-sari makanan secara efisiensi. Hormon insulin yang di

produksi di pangkreas membantu tubuh anda untuk mengubah makanan menjadi

insulin. Diabetes terjadi bila satu dari dua kondisi berikut terjadi pangkreas yang

gagal memproduksi insulin, atau tubuh andda tidak dapat menggunakan insulin

yang telah di produksi pangkreas. Saat ini komplikasi sering terjadi pada kaki

diabetes melitus karena masih kurang mendapat perhatian hingga masih muncul

konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan penyakit ini

Kaki diabetik yaitu kelainan pada tungkai bawah yang merupakan

komplikasi kronik kaki Diabetes Mellitus.Merupakan salah satu gangguan

kesehatan komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering terjadi dimana

perubahan patologis pada anggota gerak bawah (kaki diabetik / diabetic foot)

Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan persarafan

(neuropati), perubahan struktural, tonjolan kulit (kalus), perubahan kulit dan

kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Keadaan kaki

diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi

suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki.

Neuropati merupakan salah satu komplikasi jangka panjang dari DM

pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati). Neuropati terdiri dari neuropati

perifer, otonom, proksimal, dan fokal. Neuropati dapat bersifat polineuropati dan

mononeuropati. Gejala umum neuropati perifer meliputi distal arastesia, nyeri

seperti kesakitan / terbakar, atau seperti tertusuk, dan kaki terasa dingin.

Page 3: Proposal Ebn Selvi

Manifestasi lain meliputi berkurangya sensasi proteksi (nyeri, suhu, sentuhan

getaran). Gejala ini akan lebih dirasakan pasien pada malam hari (Kohnle,

2008). Dampak dari kehilangan sensasi proteksi pada kaki meliputi stress yang

berulang, injuri yang tidak diketahui, deformitas struktur kaki. Terjadinya

neuropati perifer menyebabkan pasien DM beresiko mengalami injuri pada

daerah perifer khususnya kaki. Akibat yang paling sering terjadi adalah

terjadinya ulkus gangrene pada kaki akibat trauma karena proses neuropati

perifer. Jika kondisi terjadi maka pasien DM akan mengalami perawatan luka

dalam jangka waktu yang lama dan dengan biaya yg relative menambah beban

keuangan pasien. Jika sudah sampai tahap terjadi infeksi ke tulang

(osteomielitis) maka pasien beresiko dilakukan amputasi kaki. Jika hal ini

terjadi, maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, sehingga

pengurangan gejala neuropati perifer sebagai pencegahannya penting dilakukan.

Perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus penting dilakukan karena

seseorang dengan diabetes mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku akibat

suplai darah perifer kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga berkurang

sehingga trauma pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya kerusakan

kulit maka infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi yang buruk.

Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah infeksi,

bau kaki, dan cidera jaringan lunak.

Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang

keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan

kadar Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang

keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan

kadar gula secara mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif

seperti perawatan kaki untuk menghindari komplikasi jangka panjang. Pelajaran

tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting dibicarakan pada

pasien yang berisiko mengalami infeksi pada kaki .

Page 4: Proposal Ebn Selvi

2 rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

kelompok tertarik untuk membahas apakah ada“ hubungan pengetahuan

dengan perawatan kaki pada pasien diabetes melitus Di Bukittingg Tahun 2015”.

3 tujuan

3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perawatan

kaki pada pasien diabetes melitus di Bukittinggi Tahun 2015.

3.2 Tujuan Khusus

Diketahui ada hubungan pengetahuan terhadap perawatan kaki

pada pasien diabtes melitus di Bukittinggi Tahun 2015.

4 Manfaat

4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi

masyarakat dan diterapkan sebagai upaya pencegahan terjadinya komplikasi

kaki pada pasien diabetes melitus

4.2 Bagi penderita diabetes melitus

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi

penderita diabetes melitus dan diterapkan sebagai upaya pencegahan

terjadinya komplikasi dengan perawatan kaki.

Page 5: Proposal Ebn Selvi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep diabetes melitus

1.1 Definisi

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan

Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial.

Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme

karbohidrat, protein serta lemak. (michael dkk, 2009)

1.2 Klasifikasi DM yaitu:

Tipe 1

ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total β

pangkreas. Faktor penyebab yang masih belum dimengerti dengan jelas

tetapi beberapa virus tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik

mungkin turut berperan. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi

diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik

ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor-faktor

imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan

asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin

endogen. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

Tipe 2

Page 6: Proposal Ebn Selvi

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi

dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif.

Ada korelasi genetik yang kuat pada daibetes ini dan proses terjadi nya

berkaitan erat dengan obesitas. Ketoasidosis jarang ditemukan dan jika

terlihat keadaan ini berhubungan dengan stres atau penyakit lain yang

menjangkiti DM.

Diabetes gestasional

Merupakan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglekemia

dengan keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada

saat hamil. Definisi ini berlaku berupa memandang apakah hormon insulin

digunakan atau tidak dalam penangananya ataukah keadaan tersebut tetap

bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa dapat mendahuli

kehamilan tetapi keadaan ini tidak diketahui sebelumnya. (michael

dkk,2009)

1.3 Penyebab Diabetes Mellitus

Orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus

adalah :

a. Usia diatas 45 tahun

Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun,

hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin

menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak

menerima insulin.

b. Obesitas atau kegemukan

Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga

dapat

memicu munculnya Diabetes Mellitus.

c. Pola makan

Page 7: Proposal Ebn Selvi

Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian

masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan

gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.

d. Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga

Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes

Mellitus)

mempunyai riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM (Insulin

Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57 % berasal dari keluarga Diabetes

Mellitus.

e. Kurangnya berolahraga atau beraktivitas

Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat

menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat

mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan

diabetes melitus

1.4 Patofisiologi

Pengelolaan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian kelambung

dan selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan makanan dipecah

menjadi bahan

dasar makanan karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino

dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh

usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh

tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ dalam tubuh sebagai bahan

bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk

dulu kedalam sel supaya dapat diolah yang akhirnya adalah timbulnya energi

yang disebut dengan proses metabolisme.

Dalam proses metabolism itu insulin memegang peran yang sangat

penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya

dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau

hormon yang dikeluarkan oleh sel beta dipankreas. Insulin yang dikeluarkan

oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka

Page 8: Proposal Ebn Selvi

pintu masuknya glukosa kedalam sel, kemudian didalam sel glukosa itu

dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat

masuk kedalam dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam pembuluh

darah yang artinya kadarnya didalam meneingkat. Dalam keadaan seperti itu

badan akan menjadi lemah tidak ada sumber energi didalam sel. Pada

keadaan tadi jumlah kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya

(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka

glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga akan kekurangn bahan bakar

(glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat.

1.5 Komplikasi

a. Impoten atau disfungsi ereksi dan kesemutan dikaki penderita, mampu

merusak jaringan saraf dan pembuluh darah baik pada kemaluan maupun

kaki, sehingga dapat menyebabkan impoten dan kesemutan.

b. Kerusakan ginjal.

c. Ganggren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk).

d. Kebutaan.

e. Serangan stroke.

f. Serangan jantung koroner.

g. Kematian mendadak.

1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa

terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan,

pemantauan, terapi (jika dibutuhkan), Pendidikan. Penanganan di sepanjang

perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena terjadinya perubahan

pada gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderitanya di samping Karena

bberbagai kemajuan dalam metode terapi yang di hasilkan dari riset. Karena

itu, penatalaksanaan diabetes meliputi pengkajian yang konstan dan

Page 9: Proposal Ebn Selvi

modifikasi rencana penanganan oleh professional kesehatan disamping

penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap hari. Meskipun tim kesehatan

akan mengarahkan penanganan tersebut, namun pasien sendirilah yang harus

bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi yang kompleks itu setiap

harinya. Karena alas an ini, pendidikan pasien dan keluarganya dipandang

sebagai komponen yang pentin g dalam menangani penyakit diabetes, sama

pentingnya dengan komponen lain pada terapi diabetes.

Penatalaksanaan diet

Prnsip Umum. Diet dan pengendalian berat badan merupakan

dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada

penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:

1. Memberikan semua unsure makanan esensial (misalnya vitamin,

mineral)

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi.

4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara

yang aman dan praktis.

5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu

mengendalikan kadar glukosa, upaya mempertahankan konsistensi

jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam –jam makan

yang berbeda merupakan hal penting.Di samping itu, konsistensi interval

waktu di antara jam makan dengan mengkonsumsi camilan (jika

diperlukan), akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan

pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah.

Bagi pasien-pasien obesitas (khususnya pasien diabetes tipe II),

penurunan berat badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes.

Secara umum penurunan berat badan bagi individu obesitas menjadi

factor utama untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes. Obesitas

akan disertai peningkatan resistensi terhadap insulin dan merupakan

salah satu factor etiologi utama yang menyertai diabetes tipe II.

Page 10: Proposal Ebn Selvi

2. Konsep perawatan kaki diabetes

2.1 Pengertian Perawatan

Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan

sistematis terhadap sesuatu sehingga mencapai hasil/kondisi yang dapat

diterima atau di inginkan.

Perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus penting dilakukan karena

seseorang dengan diabetes mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku

akibat suplai darah perifer kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga

berkurang sehingga trauma pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya

kerusakan kulit maka infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi

yang buruk. Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk

mencegah infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan lunak. Pasien harus patuh

dalam melakukan perawatan kaki untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus

pada kaki

Kaki diabetik yaitu kelainan pada tungkai bawah yang merupakan

komplikasi kronik kaki Diabetes Mellitus.Merupakan salah satu gangguan

kesehatan komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering terjadi dimana

perubahan patologis pada anggota gerak bawah (kaki diabetik / diabetic foot)

Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan

persarafan (neuropati), perubahan struktural, tonjolan kulit (kalus),

perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh

darah. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat

berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki.

Ulkus kaki pada diabetes dapat melebar dan cenderung lama sembuh

akibat adanya infeksi. Kadar gula dalam darah yang tinggi merupakan

makanan bagi kuman untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi

bertambah buruk. Infeksi yang semakin memburuk dan tidak segera

ditangani dapat menimbulkan gangren. Amputasi diperlukan untuk

mencegah gangren tidak meluas (Smeltzer & Bare, 2001). Prevalensi

penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,

Page 11: Proposal Ebn Selvi

angka mortalitas 32%, dan ulkus diabetik merupakan sebab perawatan rumah

sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus (Hastuti, 2008).

Amputasi dapat dicegah sebesar 50%, dengan pasien diajarkan merawat kaki

dan mempraktikkannya setiap hari.

perawatan kaki yang terus-menerus dapat mencegah terjadinya ulkus dan

amputasi jari, namun penelitian menunjukkan bahwa pasien tidak

mempelajari perawatan kaki dengan tepat. Penelitian yang dilakukan Dewi

(2007) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan adanya

hubungan aspek-aspek perawatan kaki dengan kejadian ulkus kaki diabetes

pada pasien diabetes.

Lima aspek perawatan kaki yang meliputi pemeriksaan visual kaki,

membersihkan kaki, memotong kuku, pemilihan alas kaki dan senam kaki

berhubungan dengan kejadian ulkus kaki diabetes. Kejadian ulkus kaki

diabetes banyak terjadi pada pasien dengan penerapan aspek-aspek

perawatan kaki yang buruk, dan sebaliknya kejadian ulkus kaki diabetik

kecil pada pasien diabetes mellitus dengan penerapan aspek-aspek perawatan

kaki yang baik. Pasien sarankan untuk melakukan perawatan kaki secara

teratur untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus kaki diabetes. (dwi anis

2013 p.4)

Penyulit-penyulit kaki diabetes termasuk gabungan dari berbagai

penyulit yaitu:

a. penyulit akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik,

hipoglikemia

b. penyulit menahun: makrongiopati (pembuluh darah jantung,

pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak/stroke) mikroangiotopi

(retinopati diabetik) neuropati, rentan infeksi saluran kemih) kaki

diabetik gabungan 1 sampai 4)

gejala kaki diabetes melitus dimulai dengan adanya perubahan kalus (

pengerasan pada telapak kai akibat perubahan titik simpan berat badan).

Perubahan ini penting dilihat apakah penebalan kalu atau infeksi pada

jaringan bawah.

Page 12: Proposal Ebn Selvi

Menurut wagner kaki DM dibagi menjadi 6 yaitu:

kulit utuh tetapi ada kelainan benda kaki akibat neuropatik

draft 1: terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit

draft 2: ulkus dalam menembus tendon

draft 3: ulkus dengan atau tanpa osteomilitus

draft 4: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan tanpa

selulitis (infeksi jaringan)

draft 5: ganggren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah. (

misnadiary 2006, p.40)

2.2 Faktor resiko terjadinya kaki diabetik

1. Penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia (usia pasien lebih dari 40

tahun) karena semakin tua usia penderita Diabetes Mellitus semakin mudah

untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya.

2. Lamanya menderita Diabetes Mellitus (menderita Diabetes Mellitus lebih

dari 10 tahun).

3. Riwayat merokok.

4. Penurunan denyut nadi perifer.

5. Penurunan sensibilitas.

6. Deformitas Anatomis (bagian yang menonjol).

7. Riwayat ulkus kaki / amputasi.

2.3 Gambaran klinis kaki diabetik

Adapun gambaran klinis kaki diabetik yang disebut 5P, yaitu :

a. Pain (nyeri).

b. Paleness (kepucatan)

c. Parestesia (parestesia dan kesemutan).

d. Pulselessness (denyut nadi hilang).

e. Paralisis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari

Fontaine, yaitu :

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau

Page 13: Proposal Ebn Selvi

gringgingan).

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten.

c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat.

d. Stadium IV : berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia

(ulkus).

2.4 Klasifikasi kaki diabetik

Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam

derajat menurut Wagner,klasifikasi kaki diabetik yaitu ;

0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati

1 Tukak superfisial

2 Tukak lebih dalam

3 Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan atau

osteomielitis

4 Gangren jari

5 Gangren kaki

2.5 Upaya pencegahan kaki diabetik

Upaya pencegahan meliputi upaya pada penderita diabetes yang belum

mengalami komplikasi kaki diabetik,

1. Penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki.

2. Status gizi yang baik dan pengendalian DM (mengubah pola makan).

3. Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya (pengontrolan gula darah).

4. Pemeriksaan berkala kaki penderita.

5. Pencegahan / perlindungan terhadap trauma – sepatu khusus.

6. Higiene personal termasuk kaki.

7. Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus.

8. Mengubah gaya hidup.

9. Minum obat secara teratur

Page 14: Proposal Ebn Selvi

Sedangkan upaya pencegahan pada penderita diabetes dengan komplikasi

kaki diabetik sama dengan yang belum mengalami komplikasi, hanya

ditambah dengan perawatan kaki yang baik. Perawatan kaki pada pasien

diabetes mellitus penting dilakukan karena seseorang dengan diabetes

mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku akibat suplai darah perifer

kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga berkurang sehingga trauma

pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya kerusakan kulit maka

infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi yang buruk.

Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah

infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan lunak.

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh manusia. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pada pasien diabetes melitus Pasien harus patuh dalam melakukan

perawatan kaki untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus pada kaki.

Kepatuhan pasien adalah kunci dari konsep perawatan kesehatan

mempengaruhi semua bidang perawatan kesehatan termasuk diabetes Salah

satu bentuk kepatuhan pasien diabetes mellitus adalah melalukan

pemeliharaan kesehatan dengan perawatan kaki yang terus-menerus

(Uniformed Services University of the Health Science, 2012). Kepatuhan

mengacu pada kemampuan mempertahankan program-progam yang

berakaitan dengan kesehatan.

Upaya mengubah suatu perilaku pemeliharaan kesehatan yang

terusmenerus yang merupakan komponen dari kepatuhan diperlukan suatu

pendidikan kesehatan. Edukasi dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan

untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku menguraikan bahwa

pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis.

Perubahan perilaku bukan sekedar proses transfer materi akan tetapi

perubahan terjadi adanya kesadaraan dari individu, kelompok atau

Page 15: Proposal Ebn Selvi

masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku

secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk lebih

mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang

keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan

kadar Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang

keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan

kadar gula secara mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif

seperti perawatan kaki untuk menghindari komplikasi jangka panjang.

Pelajaran tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting

dibicarakan pada pasien yang berisiko mengalami infeksi pada kaki .

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting

dari pengelolaan diabetes mellitus ( dwi anis 2013 p. 6)

Page 16: Proposal Ebn Selvi

BAB III

ANALISA PENERAPAN EBN

1. Tinjauan Evidence Based Nursing Practice

1.1 Masalah klinik

P: Problem dan Population

1. Pada jurnal pertama sampel nya yaitu tujuh pasien dengan diabetes

mellitus yang mengalami cidera kaki yang di ambil dari rumah sakit

besar ditambah dengan rumah sakit umum yang terletak di Amman

ibukota yordania

2. Pada jurnal kedua populasinya semua pasien yang datang berobat ke

klinik 550 orang tapi dibagi menjadi dua kelompok pasien di klinik

perawatan kaki diabetes kami ; intensif dididik dan dilatih kelompok

A ( tersedia disesuaikan alas kaki juga ) dan pasien kelompok B.

3. Pada jurnal ketiga Survei ini dilakukan di tiga dari enam zona

geopolitik yang dapat dianggap sampel yang representatif dari pasien

diabetes . terdaftar total 352 pasien diabetes .

I: Intervensi

1. Pada jurnal pertama dilakukan pendekatan kualitatif dengan

terstruktur, tatap muka atau wawancara. Ini dilakukan untuk

mengetahui pandangan pasien tentang perawatan kaki diabetes

mellitus diyordania.

2. Pada jurnal kedua Pasien dibagi menjadi dua kelompok , kelompok A

pendidikan dan pelatihan dan B dilakukan pemeriksaan lisan dan

tertulis untuk mengetahui informasi dari pasien tentang perawatan

kaki.

3. Pada jurnal ketiga dilakukan cross-sectional, kuesioner diberikan

Diposkan Medis, dilakukan wawancara untuk mengetahui tingkat

pengetahuan pasien tehadap komplikasi diabetes melitus pada kaki

Page 17: Proposal Ebn Selvi

C : Comparisson

1. Pada jurnal pertama didapatkan perbandingan setelah dilakukan

wawancara pasien belum menyadari pentinng nya pencegahan luka

kaki pada diabetes mellitus

2. Pada jurnal kedua stetelah dilakukan intervensi ternyata kelompok A

siap datang ke klinik dan lebih baik diuntungkan oleh pendidikan dan

pelatihan. tetapi didapatkan hasil dikelompok B bahwa mereka masih

ragu akan datang atau tidak ke klinik

3. Pada jurnal ketiga setalah dilakukan intervensi Mayoritas pasien

dengan praktek yang buruk memiliki pengetahuan rendah tentang

perawatan kaki diabetes melitus.

O : Outcome

1. Hasil jurnal pertama didapatkan didapatkan Pasien tidak berlatih

dalam perawatan kaki diabetes melitus karena keyakinan pribadi

peserta studi ini percaya tidak perlu pemeriksaan kaki secara teratur

ketika tidak ada bisul, luka aktif di kaki mereka.

2. Hasil jurnal kedua didapatkan tidak semua pasien melihat hasil yang

menguntngkan dari pendidikan kesehatan diabetes mellitus.

kelompok A siap datang ke klinik dan lebih diuntungkan oleh

pendidikan dan pelatihan. tetapi didapatkan hasil dikelompok B

bahwa mereka masih ragu akan datang atau tidak ke klinik.

3. Hasil jurnal ketiga banyak masyarakat yang menderita diabetes

mellitus memiliki pengetahuan rendah tentang pentingnya perawatan

kaki diabetes mellitus dikarnakan factor ekonomi, pendidikan yang

rendah

1.2 penulusan literatul

https://www.ecu.edu.au/__data/assets/pdf_file/0005/653747/ma-en-zaid-

abu-qamar-full-publications-list.pdf

http://www.ajol.info/index.php/gmj/article/view/68930

Page 18: Proposal Ebn Selvi

http://www.omicsonline.org/open-access/intervention-of-diabetes-foot-

care-practices-on-the-prevention-of-new-diabetic-foot-ulcers-in-patients-

with-type-diabetes-mellitus-2155-6156.1000494.php?aid=40012

1.3 validitas

wawancara dan dengan menggunakan kuesioner.

1.4 Reabilitas

Wawancara dan kuesioner valid dilakukan untuk perawatan kaki diabetes

melitus

1.5 important

Penelitian ini penting untuk diterapkan ke masyarakat, karena dari ke

tiga jurnal yang ada, terlihat bahwa pengetahuan sangat penting dalam

perawatan kaki diabetes melitus untuk mencegah terjadinya komplikasi.

1.6 Aplicability

Penelitian ini bisa diaplikasikan di Bukittinggi karena berguna bagi

penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetik.

2. Penelitian-penelitian terkait

2.1 Judul jurnal

2.1.1 Foot care within the Jordanian healthcare system: a qualitative

inquiry of patient’s perspectives

2.1.1.1. Penelitian oleh

Ma’en Zaid Abu-Qamar, Anne Wilson

2.1.1.2. Tujuan

Untuk menguraikan pandangan pasien perawatan kaki

diabetes mellitus dalam kesehatan yordania

2.1.1.3. Metode

pendekatan kualitatif dengan terstruktur tatap muka

wawancara digunakan dalam penelitian ini

2.1.1.4. Hasil yang diukur

Pengetahuan pasien

Page 19: Proposal Ebn Selvi

2.1.1.5. Sampel

7 0rang

2.1.1.6. Hasil penelitian

didapatkan Pasien tidak berlatih dalam perawatan kaki

diabetes melitus karena keyakinan pribadi peserta studi ini

percaya tidak perlu pemeriksaan kaki secara teratur

ketika tidak ada bisul, luka aktif di kaki mereka.

2.1.1.7. Kesimpulan

Harus dilakukan upaya pendidikan kesehatan

tentang perawatan pencegahan kaki diabetik dalam

konteks sistem kesehatan Yordania. Dengan demikian,

insiden dan keparahan diabetes ulserasi kaki dan

komplikasi lain nya dapat dikurangi.

2.1.2 Intervention Of Diabetes Foot Care Practices On The Prevention

Of New Diabetic Foot Ulcers In Patients With Type 2 Diabetes

Mellitus

2.1.2.1. Penelitian oleh

Sushil Kotru, Bharat Kotru* and Kumud Joshi

2.1.2.2. Tujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan pasien

tentang perawatan kaki diabetes mellitus

2.1.2.3. Metode

wawancara

2.1.2.4. Hasil yang diukur

Pengetahuan pasien

2.1.2.5. Sampel

550 pasien

2.1.2.6. Hasil penelitian

kelompok A siap datang ke klinik dan lebih diuntungkan

oleh pendidikan dan pelatihan. tetapi didapatkan hasil

Page 20: Proposal Ebn Selvi

dikelompok B bahwa mereka masih ragu akan datang atau

tidak ke klinik

2.1.2.7 kesimpulan

Diperkirakan 1 tahun kejadian ulkus kaki baru dalam

kelompok Pasien A adalah 18 % setelah pendidikan dan

pelatihan kaki dibandingkan dengan pasien dari kelompok

B di mana kejadian ulkus 31 % informasi standar yang

standar tanpa pelatihan.

2.1.3 Diabetic Foot Care: Self Reported Knowledge And Practice

Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria

2.1.3.1. Penelitian oleh

O. Desalu f. K. Salawu2

2.1.3.2. Tujuan

untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang diabetes

mellitus yang datang di tiga rumah sakit dinegeria

2.1.3.3. Metode

cross-sectional, wawancara

2.1.3.4. Hasil

Pengetahuan pasien

2.1.3.5. Sampel

352 pasien

2.1.3.6. Hasil penelitian

Dari pasien diabetes 352, pasien yang memiliki

pengetahuan yang baik 30,1 % dan 10,2 % memiliki

praktik yang baik dari DM kaki . Mayoritas 68% pasien

dengan praktek yang buruk memiliki pengetahuan rendah

tentang perawatan kaki diabetes melitus.

2.1.3.7. Kesimpulan

dari penelitian ini pengetahuan masyarakat kurang, karena

pendidikan yang rendah sehingga ada msyarakat yang

buta huruf, serta ekonomi yang rendah

Page 21: Proposal Ebn Selvi

BAB IV

RENCANA PELAKSANAAN EVIDENCE BASE NURSING PRACTICE

1. Pasien

Penderita pasien diabetes melitus

2. Tempat dan waktu

Tempat untuk menilai pengetahuan ibu adalah dipuskesmas 2

november 2015

3. Persiapan

Quesioner

4. Pelaksanaan

Wawancara dan dengan memberikan kuesioner kepada pasien

diabetes melitus

5. Anggaran dana

Quesioner (1 rangkap) :Rp.1000,-

Sampel : 100 orang

Jumlah :100.000