bab ii.docx literatur review ebn

26
BAB II LITERATUR REVIEW A. HOME HEALTH SERVICE 1. Pengertian Home health Service atau lebih dikenal dengan Home care, menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang. 2. Sejarah Perkembangan Home Care a. Luar Negeri Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan

Upload: dimas-agung-setyo-nugroho

Post on 23-Jul-2015

174 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II.docx Literatur Review EBN

BAB II

LITERATUR REVIEW

A. HOME HEALTH SERVICE

1. Pengertian

Home health Service atau lebih dikenal dengan Home care, menurut Habbs dan

Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien

(Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan

merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang

panjang.

2. Sejarah Perkembangan Home Care

a. Luar Negeri

Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak

sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit

infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah

banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat

rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.

Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900

terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ;

memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public

Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi

kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan

asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric

B.L, 1993).

Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care

terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh

organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan

pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit

(Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies)

Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan

Home Care (dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan

spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home

Page 2: BAB II.docx Literatur Review EBN

Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari Community Health

Nursing (Allender & Spradley, 2001)

Di UK, Home Care berkembang secara professional selama

pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang

pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang

sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan menengah

ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan

Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,

2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan

peran District Nurse (DN) adalah :

1) merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri

2) merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman

dan damai

3) mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga,

agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV)

yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :

1) melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun

masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

2) memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

b. Dalam Negeri

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan

hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh

anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui

kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu

kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana

RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua

di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan

program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam

layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan

melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti

dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat)

sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang

Page 3: BAB II.docx Literatur Review EBN

melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat

laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang

telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan

Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

3. JENIS INSTITUSI PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC),

antara lain:

a. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung

dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik

ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh

puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini

dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

b. Institusi Sosial

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan

tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi

keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala

Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang

membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

c. Institusi Swasta

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik

mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan

pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien

maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya

layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”

d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)

Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit,

karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan

dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah

dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :

1) Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga

kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang

(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk

Page 4: BAB II.docx Literatur Review EBN

mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat

bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum,

dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih

kurang.

2) Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang

dirawat dirumah sakit.

3) Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu

memerlukan biaya yang besar

4) Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah,

sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil

penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ.

Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen

RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan

alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta

lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)

4. POPULASI, JENIS DAN PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

a. Populasi layanan

Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh wanita

(66,8%).Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua

umur, tetapi mayoritas klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley,

2001).

Pengalaman Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen

keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RS Al-Islam

Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga menunjukkan kondisi yang sama,

dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita lebih banyak dari pria dan

kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di RS Al-Islam

Bandung (Maya H, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena populasi wanita

lebih banyak dan umur harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para

lansia yang cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.

b. Jenis layanan

Mengingat HC dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari keperawatan

komunitas (Blackie, 1998), maka jenis layanan yang diberikan meliputi

layanan keperawatan (diagnosa dan perlakuan terhadap respon manusia yang

Page 5: BAB II.docx Literatur Review EBN

menghadapi masalah kesehatan baik potensial maupun actual dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya) dan layanan kesehatan masyarakat (prevensi

primer, sekunder dan tersier). Di Amerika jenis kasus yang dirawat di rumah

menurut Allender & Spradley 2001 adalah :

1) Penyakit jantung

2) Penyakit/gangguan system muskuloskeletal dan jaringan pengikat

3) Penyakit Diabetes Mellitus

4) Penyakit system pernafasan

5) Luka

6) Keracunan

7) Kanker (hanya sebagian kecil), karena kebanyakan kasus palliative dirawat

di Hospice

Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-Islam Bandung dalam

triwuln I tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah :

1) Pasca stroke

2) Pasca bedah

3) Diabetes Mellitus

4) Terminal ill

c. Pemberi layanan

Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :

1) Tenaga informal

Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan

layanan kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di

Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)

2) Tenaga formal

Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk

menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua

aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut

untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus

seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan

layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

Page 6: BAB II.docx Literatur Review EBN

5. HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN ATAU KELUARGA DALAM HOME CARE

Klien mempunyai hak untuk diberi informasi secara tertulis sebelum

pengobatan diberikan. Klien dan petugas mempunyai hak dan kewajiban untuk

saling menghargai dan menghormati. Petugas dilarang menerima pemberian

pribadi maupun meminjam sesuatu dari klien.

Klien mempunyai hak untuk :

a. Membina hubungan dengan petugas sesuai dengan standar etik

b. Memperoleh informasi tentang prosedur-prosedur yang harus diikuti

c. Mengekspresikan kesedihan dan ketakutannya

d. Klien mempunyai hak dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini klien

mempunyai hak untuk diberi tahu secara tertulis tentang pengaturan,

jenis pelayanan yang diberikan, dan jumlah kunjungan rumah yang akan

dilakukan

e. Klien mempunyai hak untuk memperoleh nasehat-nasehat tentang

rencana-rencana perubahan yang akan dilakukan

f. Mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam perencanaan pelayanan

keperawatan, perencanaan perubahan pelayanan serta nasehat-nasehat

lainnya

g. Klien mempunyai hak untuk menolak rencana perubahan tersebut

h. Dalam hal “privacy”, klien mempunyai hak untuk dijaga kerahasiaan

kondisi kesehatannya, hal-hal yang berhubungan dengan sosial

ekonomi, serta hal-hal yang dilakukan di rumahnya

i. Perawat atau petugas hanya akan memberikan informasi bila diperlukan

secara hukum atau bila diperlukan oleh klien atau keluarganya

j. Dalam hal finansial, klien mempunyai hak untuk diberi informasi tentang

biaya yang harus dikeluarkan, memberikan informasi pembiayaan

dengan jelas.

k. Klien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dengan kualitas

yang tinggi, serta berhak mendapat informasi tentang hal-hal yang

berhubungan dengan keadaan emergensi.

Kewajiban Klien :

a. Mematuhi segala perjanjian pelayanan yang telah disepakati

b. Bekerja sama seluas mungkin dengan perawat pelaksana perawatan di

rumah, ahli terapi, asisten dan pemberian perawatan lain.

Page 7: BAB II.docx Literatur Review EBN

c. Mengikuti rencana perawatan yang disusun berdasarkan pemahaman,

persetujuan dan kerja sama sendiri.

d. Membayar biaya perawatan yang telah dilaksanakan

B. TELEMEDICINE

1. Pengertian

Telemedicine adalah layanan kesehatan yang dilaksanakan dari jarak jauh

Telemedicine adalah transfer data medik elektronik dari suatu lokasi ke lokasi

lain.

Dengan kata lain, Telemedicine didefinisikan sebagai penggunaan

telekomunikasi untuk menyediakan informasi medis maupun layanan medis.

Aplikasi ini bisa sangat sederhana misalnya dalam bentuk 2 profesional kesehatan

berdiskusi tentang suatu kasus melalui telepon atau menggunakan teleconference,

atau sangat canggih menggunakan teknologi satelit untuk mengirimkan konsultasi

antar provider pada fasilitas yang berbeda negara menggunakan teleconference

atau teknologi robotik. Keadaan yang pertama dilakukan setiap hari oleh

kebanyakan tenaga kesehatan dan yang terakhir digunakan oleh militer dan

beberapa pusat kesehatan.

Jika dibandingkan dengan telehealth, telehealth diartikan sebagai integrasi

sistem telekomunikasi ke dalam praktek proteksi dan promosi kesehatan, maka

telemedicine adalah inkorporasi sistem ini ke dalam kedokteran kuratif (WHO,

1997).

Telehealth mencakup pendidikan kesehatan , kesehatan masyarakat dan

komunitas , pengembangan sistem , dan epidemiologi sedangkan telemedicine

lebih berorientasi pada aspek klinik.

2. Tipe-tipe teknologi yang digunakan

Dua jenis teknologi yang berbeda paling banyak digunakan dalam aplikasi

telemedicine sekarang ini. Yang pertama dikenal dengan istilah store dan forward

digunakan untuk mentransfer image digital dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

Sebuah citra digital diambil menggunakan kamera digital (disimpan) dan

kemudian di kirim (forward) oleh komputer ke lokasi lainnya. Hal ini biasanya

dilakukan untuk kondisi yang tidak darurat, ketika sebuah diagnosis atau

konsultasi dibuat dalam kurun waktu 24-48 jam dan dikirim kembali.

Page 8: BAB II.docx Literatur Review EBN

Gambar mungkin dikirimkan dalam 1 gedung, antar gedung dalam 1 kota

atau dari beberapa lokasi ditempat yang berbeda negara. Teleradiology,

pengiriman gambar X-ray, CT scan atau MRI adalah aplikasi yang paling sering

digunakan dalam dunia telemedicine saat ini. Ada ratusan pusat kesehatan, klinik

dan dokter pribadi yang menggunakan beberapa bentuk teleradiologi. Beberapa

radiologis menginstall teknologi komputer di rumah mereka, sehinggga mereka

bisa menerima gambar yang dikirim ke mereka dan melakukan diagnosis,

daripada harus menempuh perjalanan ke klinik atau rumah sakit tertentu.

Telepathology adalah contoh lain dari penggunaan teknologi telemedicine.

Citra pathologi dikirim dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk konsultasi

diagnosis. Dermatologi juga cocok untuk pengaplikasian telemedicine (meskipun

praktisi lebih banyak mencoba menggunakan teknologi interaktif untuk

pengamatan kulit). Citra digital dari kondisi suatu kulit diambil dan dikirim ke

dermatologist untuk diagnosis.

Teknologi lain yang paling sering digunakan adalah IATV (Inter Active

TV) dua arah. Teknologi ini digunakan ketika konsultasi face to face diperlukan.

Pasien dan kadang-kadang provider atau seorang perawat atau koordinator

telemedicine berada di satu sisi, disisi lain adalah seorang spesialis biasanya di

tempat pusat kesehatan yang lebih maju. Peralatan video conference untuk dua sisi

memungkinkan konsultasi ”real-time” bisa dilakukan. Teknologi ini telah

mengalami banyak penurunan harga dan kompleksitas dalam waktu 5 tahun

terakhir, dan banyak program sekarang menggunakan aplikasi teleconference

desktop. Ada banyak konfigurasi untuk untuk konsultasi interaktif, tapi yang

paling umum adalah konfigurasi antara kota dan desa. Ini berarti pasien tidak

harus menempuh perjalanan dari desa ke kota untuk menjumpai seorang spesialis,

dan dibeberapa kasus seorang spesialis bisa disediakan untuk daerah-daerah yang

jauh tanpa kehadiran secara fisik spesialis tadi di daerah-daerah tersebut.

3. Program dan Aplikasi Telemedicine

Aplikasi dari telemedicine ini bisa ditinjau dari skala mikro dan makro. Dari skala

mikro, telemedicine dilaksanakan oleh salah satu instansi layanan kesehatan

dalam skala terbatas. Sedangkan untuk skala makro, terdiri dari tiga bagin, yaitu

sektoral yang terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran / bidang layanan

kesehatan, regional yang mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan,

Page 9: BAB II.docx Literatur Review EBN

terbatas pada wilayah tertentu dalam satu negara, dan yang terakhir yaitu wilayah

nasional, yang mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan di seluruh

wilayah suatu negara.

Salah satu aplikasi yang telah dikembangkan berbasis pada konsep

telemedicine salah satu contohnya adalah WebcamMD. WebcamMD adalah situs

yang menyediakan layanan konsultasi untuk diagnosis penyakit melalui layanan

website. Ada beberapa fasilitas yang diawarkan oleh webcamMD, khusus untuk

pasien maupun profesional kesehatan.

Layanan utama dari situs ini adalah layanan videoconference yang berbasis web.

Pasien atau penggguna login terlebih dahulu kemudian tinggal melakukan

teleconference dengan petugas yang online dan menyebutkan kesulitan yang terjadi

untuk masalah-masalah misalnya bayi rewel atau pertolongan pertama pada kecelakan

yang terjadi pada salahsatu anggota keluarga. Dukungan bandwidth yang lebar dan

akses internet yang cepat dan murah tentunya menjadi kendala dari

pengimplementasian teknologi ini di Indonesia.

Page 10: BAB II.docx Literatur Review EBN

Format data

Format Data dalam telemedicine sama seperti format data dalam pertukaran data

teknologi informasi. Umumnya ada beberapa format data yang dipakai

a. Data teks dan numerik:

Transmisi dlm bentuk ‘hanya-untuk-dibaca’ (read-only)

Contoh: Laporan, korespondensi, catatan ttg pasien dlm rekam medik

b. Data audio

Transmisi dlm btk analog / digital . Contoh: Suara pembicaraan,

sinyal audio dari stetoskop elektronik

c. Citra diam (still image):

Transmisi dlm btk terkompresi (standar kompresi lossy: the Joint Photography

Expert Group; JPEG) Contoh: Foto Rontgen, citra mikroskopik patologi, citra

dermatologi, hasil CT-scan

d. Data video (citra sekuensial).

Standar kompresi: the Moving Picture Expert Group; MPEG Contoh: Sinyal

biologi ultrasound gerakan fetus

Salah satu teknologi yang bisa dilirik untuk pengemasan paket data telemedicine

adalah pengiriman data melalui jaringan 3G. Aplikasi 3G memungkinkan

integrasi video call, pengiriman data medis yang kompleks (gambar radiologi,

hasil pemeriksaan patologi anatomi) sampai ke rekaman biosignal (EKG, EEG)

dapat dilakukan menggunakan teknologi ini.

4. Data Telemedicine

a. Data teks dan Numerik

Data ini bentuknya ‘hanya-untuk-dibaca’ (read-only). Contohnya yaitu

laporan, korespondensi, catatan pasien dalam rekam medik

b. Data Audio

Transmisi dalam bentuk analog/ digital. Contohnya yaitu suara pembicaraan,

sinyal audio dari stetoskop elektronik.

c. Citra Diam

Transmisi dalam bentuk terkompresi (standar kompresi lossy: the Joint Expert

Group. Contoh: Foto rontgen, citra mikroskopik patologi, citra dermatologi,

hasil CT-Scan.

Page 11: BAB II.docx Literatur Review EBN

d. Data video (citra sekuensial)

Standar kompresi: the moving Picture Expert Group (MPEG). Contohnya

yaitu sinyal biologi ultrasound gerakan fetus.

5. Tipe Praktek Telemedicine

Telemedicine dalam prakteknya bisa dilakukan dengan telekonsultasi, tele-

edukasi, telemonitoring, dan telesurgery. Tipe yang paling banyak digunakan

adalah telekonsultasi, dan telekonsultasi yang paling sering dilakukan dalam

waktu-nyata adalah telekonferensi.

Komponen Sistem telekonsultasi

a. Sistem Telekonsultasi

b. Terdiri atas lima komponen komponen:

Codec: mengkompresi dan mendekompresi citradiam dan citra video

Monitor: menampilkan citra video

Kamera : menangkap informasi dari seluruh ruang konsultasi

Sistem audio: mengkoreksi dan mengontrol data audio agar akseptabel

bagi percakapan normal

Antar-muka pengguna: : membuat sistem mudah dioperasikan bagi

seluruh pengguna

b. Sistem titik-ganda

Memungkinkan lebih daripada dua stasiun transmisi/ penerima dalam kontak

videokonferensi

c. Sistem tampilan citra

Merupakan subtitusi utama pemeriksaan visual oleh dokter pada konsultasi

konvensional, menegnadalikan ukuran fisik citra fitur diagnostik yang penting

C. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGGUNAAN TELEMEDICINE

1. Layanan Kesehatan Jarak Jauh pada Pra-era Teknologi Informasi

Penderita lepra wajib memakai bel

Kapal membawa penderita pes memasang bendera kuning

Page 12: BAB II.docx Literatur Review EBN

Desa terkena wabah penyakit pes memasang tanda dan penjagaan untuk

menolak pengunjung sampai wabah berlalu

2. Fase Perkembangan Telemedicine

Fase Perkembangan Rentang Waktu

Telegram dan telepon

Radio

Televisi/ teknologi ruang

angkasa

Teknologi Digital

1840an-1920an

Sejak 1920an (teknologi utama

s.d. 1950-an)

Sejak 1950-an (teknologi utama

s.d. 1980-an)

Sejak 1990-an

3. Telekonsultasi tatap-muka: Norwegia, 1990-an

Berhasil karena:

Kebutuhan klinik terdefinisi dengan jelas

Dukungan keuangan cukup

Kesiapan mitra telekomunikasi (Norwegian Telcom)

Teknologi relevan

Biaya layanan rendah: subsidi pemerintah untuk peralatan

4. Inggris, Selandia Baru, dan Australia (1990-an)

Gagal karena pemerintah ingin terlebih dahulu memertanyakan:

Siapa yang akan menanggung biaya

Apa manfaat telemedicine (vs layanan kesehatan konvensional)

Tidak ada data yang mendukung telemedicine sebagai model baru layanan

kesehatan yang aksepatbel dan efektif biayanya

D. PENERAPAN TELEMEDICINE DI INDONESIA

Pelaksanaan telemedicine di Indonesia sampai saat ini terus dikaji dan

dikembangkan, karena dalam implementasinya dijumpai beberapa kendala utama.

Kendala pertama berasal dari aspek instalasi sistem/infra struktur telemedicine. Biaya

perangkat keras untuk melakukan teleconference (untuk telediagnosis maupun tele

konsultasi) belum banyak dimiliki di fasilitas kesehatan yang ada di daerah terpencil.

Biaya pengadaan perangkat lunak penunjang (kalau memang teknologinya sudah ada)

juga tidak murah, belum lagi biaya instalasi yang memerlukan dukungan tenaga

terlatih. Masalah lain juga timbul pada aspek integrasi konsep telemedicineke dalam

Page 13: BAB II.docx Literatur Review EBN

praktek kedokteran di Indonesia. Tenaga Medis dengan dukungan kemampuan

telemedicine masih terbatas. Penerimaan komunitas terhadap hasil dari telemedicine

dibidang tenaga kesehatan maupun tenaga non-medis juga beragam, belum lagi aspek

legal dan etik praktik telemedicine ini. Dan terakhir adalah aspek pemeliharaan

sistem. Beberapa isu yang mengemuka adalah besarnya Biaya pemeliharaan,

Efektivitas-biaya secara komersial, Pengawasan kualitas layanan, dan terakhir adalah

Penyesuaian dgn perkembangan teknologi informasi & ilmu kedokteran.

Dalam perkembangannya, Indonesia sudah menggunakan telemedicine sejak

tahun 1999 bulan Mei. Dimulai dengan bergabungnya Indonesia ke dalam proyek

percobaan telemedicine yang dikeluarkan oleh MEDIFA, Indonesian NPO (Non

Profit Organization) yang mendukung pelatihan dokter muda, dan Japan International

Co-operation Agency (JICA), penasihat pemerintah dalam hal kebijakan

telekomunikasi. Proyek ini menggunakan dana yang rendah dengan menggunakan

perlengkapan videophone untuk menghubungkan dokter lokal yang akan

berkonsultasi kepada dokter spesialist di beberapa rumah sakit besar melalui kabel

telephone konvensional.

Percobaan ini bertujuan untuk menemukan cara praktis dan murah untuk

dokter lokal di daerah terpencil untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dan

mengambil bagian dalam pendidikan medis. Ini memberikan layanan yang lebih baik

bagi pasien, sambil membantu untuk melatih para dokter.

Proyek percobaan ini dilaksanakan di lima klinik dalam 100 km dari Jakarta,

menghubungkan mereka dengan rumah sakit Mangunkusmo Chipto di Jakarta.

Pelaksanaan proyek percobaan:

1. Pada bulan Mei 1999, para ahli JICA memberikan Videophone dan TV, dan

"MEDIFA" memulai sidang.   

2. Dari bulan Mei sampai awal Juni 1999, fase 1 dari sidang Telemedicine

dilaksanakan, tanpa biaya dibuat untuk konsultasi spesialis di rumah sakit pusat.

3. Dari pertengahan Juni sampai pertengahan bulan Oktober 1999, tahap 2

dilaksanakan, kali ini dengan dikenakan biaya yang dibuat untuk konsultasi

spesialis.

4. Pada bulan Maret 2000, MEDIFA memperluas jaringan Telemedika untuk 80

klinik, menggunakan bantuan hibah skala kecil dari Kedutaan Besar Jepang di

Indonesia.

Page 14: BAB II.docx Literatur Review EBN

Konfigurasi dan perlengkapan:

Dalam perkembangannya kemudian, beberapa universitas di Indonesia mengadakan

seminar mengenai telemedicine. Sejak tahun 2003, tercatat sudah 3 kali seminar

Telemedicine diadakan. Yang pertama, dikoordinir oleh Panita Lulusan Dokter FK UI

pada tanggal 9 Agustus 2003. Yang kedua, Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan acara sejenis pada tahun

2004. Dan yang ketiga tahun 2006 kembali diadakan oleh FKUI. Beberapa Institusi

yang telah menjalankan telemedicine yaitu Pelayanan Jantung Terpadu RSCM, PJN

Harapan Kita, serta Departemen Radiologi RSCM.

Menurut Onno W. Purbo, Computer Network Research Group Institut

Teknologi Bandung, tentang papernya mengenai Telemedicine, disebutkan beberapa

teknologi informasi yang dapat digunakan untuk mendukung operasi telemedicine

dalam sebuah rumah sakit / masyarakat kesehatan & kedokteran. Ada beberapa

operasi yang secara umum dapat dikembangkan, seperti:

Management Information System / Hospital (MIS / MIH). Kita dapat

mulai sistem ini menggunakan sistem yang berbasis text.

Diskusi & koordinasi antar para-medis (baik berbasis text & video).

Transfer data-data (dapat berawal data yang bersifat low density misalnya

denyut jantung untuk kemudian dikembangkan ke yang sifatnya high

density misalnya gambar / video).

Page 15: BAB II.docx Literatur Review EBN

Beberapa tahapan penggunaan teknologi informasi yang mungkin digunakan di rumah

sakit / medis. Penjelasan akan dilakukan dari sudut teknologi informasi & aplikasinya

bukan dari sudut medis.

1. Management Information System / Hospital

Bentuk paling sederhana teknologi informasi yang mungkin kita gunakan

dalam rumah sakit adalah MIS / MIH. Sebagian besar rumah sakit di

Indonesia telah menggunakan teknologi ini untuk mengatur operasi rumah

sakit secara baik & effisien. Pada dasarnya teknologi yang digunakan adalah:

Database Software.

Accounting & Finance Software.

Jaringan Komputer (LAN).

Jika dimungkinkan nantinya kerjasama antara rumah-rumah sakit &

PUSKESMAS di sekitarnya, perangkat yang perlu dikembangkan nantinya

adalah:

Electronic Data Interchange (EDI).

Standarisasi Informasi Medis (rumah sakit & PUSKESMAS) supaya

transfer pasien dapat dilakukan dengan smooth & cepat.

Wide Area Network WAN connection & Internet sebagai basis hubungan

jarak jauh.

2. Diskusi & Koordinasi Antara Para-Medis

Sebetulnya teknologi informasi & Internet menarik karena memudahkan untuk

melakukan koordinasi & diskusi. Akan ada beberapa tahapan diskusi / koordinasi

yang dapat kita kembangkan tergantung pada teknologi informasi yang digunakan,

tahapan tersebut adalah:

a. Diskusi / Koordinasi melalui E-mail.

Cara yang paling sederhana adalah mengintegrasikan jaringan yang ada

dengan teknologi TCP/IP & Internet. Server E-mail dapat dibangun

dengan menggunakan server Novell / Microsoft / UNIX FreeBSD.

Setup mailing list internal / external rumah sakit / puskesmas.

Ada baiknya para dokter / para-medis ikut dalam diskusi Internet tentang

kedokteran yang saat ini sudah cukup aktif

b. Video Conference

Page 16: BAB II.docx Literatur Review EBN

jika dirasakan perlu untuk melihat gambar ada baiknya dilanjutkan

perkembangan tempat diskusi tersebut menggunakan fasilitas video

conference.

Teknologi CU-SeeMe & Microsoft NetMeeting dapat digunakan untuk

keperluan tersebut. Basis teknologi jaringan komputer yang digunakan

adalah tetap TCP/IP & Internet hanya akan membutuhkan reflector video

conference & bandwidth yang lebar.

3. Transfer Data

Operasi yang lebih kompleks dari telemedicine jika telah melibatkan pengirim

data-data medis & hasil pengukuran kesehatan pasien yang mungkin akan

mengambil bandwidth yang sangat lebar terutama jika informasi gambar yang

akan dikirim.

Page 17: BAB II.docx Literatur Review EBN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=18433

http://christianty.wordpress.com/2008/12/31/indonesia-and-telemedicine/

http://www.slideshare.net/sibermedik/dasar-dasar-implementasi-telemedicine

www.amikom.ac.id/research/index.php/JD/article/download/467/97

http://stikeskabmalang.files.wordpress.com/2009/11/pelayanan-homecare-cva.doc

http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/11/06/perawatan-home-care-pada-pasien-

hipertensi-3/

http://stikeskabmalang.files.wordpress.com/2009/11/home-care.doc