tugas ebn susi, ratna

23
PROPOSAL EBN KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR OLEH: SUSI KOMALA SARI RATNA FITRI YENTI VII. A KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2015

Upload: hime

Post on 29-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fghkssllsl

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ebn Susi, Ratna

PROPOSAL EBN

KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR

OLEH:

SUSI KOMALA SARI

RATNA FITRI YENTI

VII. A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2015

Page 2: Tugas Ebn Susi, Ratna

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penelitian ini direncankan untuk mengevaluasi kualitas hidup pasien luka bakar dan

factor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan jangka panjang dan jangka pendek.Kualitas

hidup pasien yang berhubungan dengan kesehatan berkurang setelah mengalami luka bakar.

Kualitas hidup pasien luka bakar dipengaruhi oleh cedera luka bakar, tingkat keparahan

lokasi luka bakar dan komplikasi lanjut dari kulitas hidup pasien luka bakar.

1.1 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah

ada hubungan antara cedera luka bakar, tingkat keparahan lokasi luka bakar dan komplikasi

lanjut dengan kulitas hidup pasien luka bakar.

1.2 TUJUAN EBN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara cedera luka bakar, tingkat keparahan lokasi

luka bakar dan komplikasi lanjut dengan kulitas hidup pasien luka bakar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi cedera luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat keparahan lokasi luka bakar di Rumah Sakit

Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

c. Diketahui distribusi frekuensi komplikasi lanjut luka bakar di Rumah Sakit Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

d. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien luka bakar di Rumah Sakit

Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

e. Diketahui hubungan cedera luka bakar dengan kualitas hidup pasien luka bakar di

Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

Page 3: Tugas Ebn Susi, Ratna

f. Diketahui hubungan tingkat keparahan lokasi luka bakar dengan kualitas hidup

pasien luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

g. Diketahui hubungan komplikasi lanjut luka bakar dengan kualitas hidup pasien

luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.

1.3 MANFAAT

Penelitian bermanfaat untuk mengetahui kualitas hiduppasien luka bakar dan bias

diaplikasikan

Page 4: Tugas Ebn Susi, Ratna

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR

Kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam

situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien.Cedera luka bakar

sagat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang mengalami cedera luka bakar karena bekas luka

bakar dapat mengganggu pasien dalam karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi

pasien (Brooker.2008)

Kualitas hidup pasien luka bakar adalah konsep dimana menekankan sejauh mana dampak

penyakit pada penderita luka bakar dengan suatu tindakan rehabilitasi medik meningkatkan

kualitas hidup pasien luka bakar untuk menilai hasil dari sebuah perawatan dan manfaat dari

sebuah pilijan pemgobatan.

2.1.1 Meningkatkan Kualitas Hidup Pasein Luka Bakar Dengan Cara: Rehabilitasi

Rehabilitasi berasal dari bahasa Inggris, re- berarti kembali dan abilitation artinya

kemampuan.Jadi rehabilitasi medik merupakan usaha medis yang dilakukan untuk

mengembalikan atau menjaga kemampuan atau fungsi organ tubuh.Dikatakan rehabilitasi

merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka bakar karena

rehabilitasi berguna untuk mencegah terjadinya skar atau gangguan fungsi alat tubuh setelah

penanganan luka bakar selesai.

Rehabilitasi merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka

bakar, di mana tujuan utama rehabilitasi adalah mencegah terjadinya skar atau gangguan fungsi

alat tubuh setelah penanganan luka bakar selesai.

2.2 CEDERA LUKA BAKAR

Cedera luka bakar sagat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang mengalami cedera luka

bakar,karena pasien yang dengan cedera luka bakar akan mengalami seperti

Page 5: Tugas Ebn Susi, Ratna

turunnya kepercayaan diri karena bekas luka bakar sehingga dapat mengganggu

pasien dalam karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi pasien.Cedera luka

bakar dapat menyebabkan banyak kerugian,luka bakar yang tidak di tangani dengan

benar akan menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan.

Jika Anda mengalami luka bakar, ada beberapa cara menanganinya. Langkah

pertama, mendeteksi sumber cedera dan lokasi rawan kecelakaan luka bakar itu.

Tidak jarang seseorang yang menderita luka bakar, menjadi kehilangan kepercayaan

diri karena memiliki bekas luka bakar yang terlihat jelas di tubuh. "Turunnya

kepercayaan diri karena bekas luka bakar tentu dapat mengganggu pasien dalam

karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi pasien," kata Irena.

perawatan luka bakar kini semakin holistik. Para ahli mulai memikirkan, mulai dari

pencegahan, pengobatan, hingga ke perawatan bekas luka bakar. "Semua dilakukan

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Saat ini, perawatan bekas luka bakar yang dianggap efektif oleh para ahli kesehatan

menggunakan silikon gel. "Terapi tersebut dianggap reltif aman, tepat sasaran, mudah

diperoleh dan digunakan, serta lebih ekonomis dibanding terapi lainnya seperti laser,

operasi atau injeksi.

2.3 TINGKAT KEPARAHAN LOKASI LUKA BAKAR

Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan kedalamannya.Semakin berat suatu

luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya kontraktur, sehingga lebih menyulitkan

rehabilitasi.

2.3.1 Kedalaman Luka Bakar

a. Derajat I (luka bakar superficial)

Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai

dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7

hari.

b. Derajat II (luka bakar dermis)

Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada lapisan epitel

yang tersisa.Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri

Page 6: Tugas Ebn Susi, Ratna

dalam 10-12 hari.Kerusakan kapiler dan iritasi ujung saraf sensorik yang terjadi di

dermis menyebabkan luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri

dibandingkan luka bakar superficial.Timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar

dari pembuluh karena permeabilitas dinding meningkat. Luka bakar derajat II

dibedakan menjadi :

Derajat II dangkal (IIA), hanya mengenai epidermis dan lapisan atas corium,

elemen-elemen epitel sebanyak. Karenanya penyembuhan akan mudah dalam

1-2 minggu tanpa terbentuk sikatri

Derajat II dalam (IIB), sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit, penyembuhan

lebih lama 3-4 minggu dan disertai pembentukkan parut hipertrofi

c. Derajat III

Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis atau

organ yang lebih dalam.Tidak ada lagi elemen epitel yang hidup sehingga untuk

mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit (skin graft).Koagulasi

protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada

bula dan tidak nyeri.Ini dapat menimbulkan kontraktur dan skar hipertropik.

d. Derajat IV

Mengenai jaringan lemak,otot, tendon, dan tulang

2.4 KOMPLIKASI LANJUT LUKA BAKAR

a. Infeksi

Infeksi merupakan masalah utama.Bila infeksi berat, maka penderita dapat

mengalami sepsis.Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk

kombinasi.Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya

tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi

kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

b. Curling’s ulcer (ulkus Curling)

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.Terjadi

ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida

harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat.Pada

endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

Page 7: Tugas Ebn Susi, Ratna

c. Gangguan Jalan nafas

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari

pertama.Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.Penanganan dengan

jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian

kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

d. Konvulsi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini

disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,

aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.

e. Kontraktur

Merupakan gangguan fungsi pergerakan

f. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

2.5 PENGERTIAN LUKA BAKAR

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber

panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),

tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,

serta sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat, 2001).

Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau terjadinya

luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia,

llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.

Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air

panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini

bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun

estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).

Luka bakar merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika Serikat.Pasien

luka bakar biasanya memerlukan pengawasan yang lama dalam rehabilitasi, rekonstruksi dan

dukungan psikologis.Kualitas penanganan luka bakar tidak lagi diukur hanya dari kelangsungan

hidup, tetapi juga penampilan dan fungsi organ kedepannya dan diharapkan penanganan luka

Page 8: Tugas Ebn Susi, Ratna

bakar dapat menjadi lebih baik dengan mengembalikan pasien kedalam lingkungan rumah dan

masyarakat seperti keadaan sebelum sakit. Tujuan ini dapat tercapai dengan adanya kerjasama

tim penanganan luka bakar.

Luka bakar parah terkadang membuat si penderita atau pasien memerlukan dukungan sosial,

emosional, hingga rehabilitasi.Misalnya luka bakar yang menyebabkan keterbelakangan mental,

kecacatan, atau disebabkan kekerasan pada anak.Luka bakar bahkan bisa berujung trauma,

seperti patah tulang dan hilang kesadaran.

2.6 ETIOLOGI LUKA BAKAR

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit

terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas

pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).

2.7 FASE LUKA BAKAR

Perjalanan penyakit pada luka bakar terbagi dalam tiga fase

1. Fase awal (fase akut atau fase syok)

Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada

saluran nafas (misalnya cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena

adanya eskar melingkar dada atau trauma multiple di rongga thoraks dan gangguan

sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit, syok hipovolemia). Selain itu dapat juga terjadi

nekrosis extremitas yang mengalami compartement syndrome

2. Fase setelah syok berakhir (fase sub akut)

Masalah utama fase ini adalah SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)

dan MODS (Multy-system Organ Dysfunction Syndrome) dan sepsis. Ketiganya

merupakan dampak atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama (cedera

inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jarin

3. Fase Lanjut atau fase penyembuhan

Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari maturasi jaringan dan penyulit dari luka

Page 9: Tugas Ebn Susi, Ratna

bakar, berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena

kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan

berlangsung lama.

Tujuan utama dalam penilaian kulit yang terkena luka bakar adalah menentukan

beratnya luka bakar. Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan

kedalamannya.Semakin berat suatu luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya

kontraktur, sehingga lebih menyulitkan rehabilitasi.

2.8 FAKTOR YANG BISA MEMPENGARUHI BEKAS LUKA BAKAR

1) usia yang menentukan kecepatan kulit untuk regenerasi dan sembuh. Semakin tua usia

seseorang, proses penyembuhan bekas lukanya semakin lama.

2) jenis kulit. Orang Afrika dan Asia dengan pigmen kulit cenderung gelap biasanya lebih

sensitif terhadap terbentuknya bekas luka, misalnya keloid.

3) lokasi luka. Jika luka terjadi pada jaringan otot aktif, misalnya punggung, kaki, pundak,

dan persendian tubuh lain, maka bekas luka yang ditinggalkan lebih nyata ketimbang

luka terjadi pada jaringan otot kurang aktif.

4) infeksi dan komplikasi. Infeksi pada luka membuat peluang terbentuknya bekas luka

menjadi abnormal.

2.9 REHABILITASI MEDIK DENGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PASIEN

LUKA BAKAR

2.9.1 Tujuan Rehabilitasi

a. Mencegah kecacatan

b. Meringankan derajat disabilitas

c. Memaksimalkan fungsi-fungsi yang masih ada

d. Mencapai kapasitas fungsional yang berdiri sendiri

Kelangsungan hidup pasien merupakan satu-satunya alat ukur keberhasilan dari

penanganan pasien luka bakar.Akhir-akhir ini inti obyektif perawatan terhadap semua spek

pasien luka bakar berintegrasi pada kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat pasien.Inti

obyektif ini telah menjadi dasar penanganan luka bakar setelah penutupan luka bakar akut.

Page 10: Tugas Ebn Susi, Ratna

Rehabilitasi medik memiliki peranan yang penting sekali untuk mendapatkan fungsi

organ tubuh yang optimal.Banyak pasien menjadi waspada pada penampilannya selama tahap

rehabilitasi dan mungkin membutuhkan konsultasi psikiatrik atau pengobatan anti

depresan.Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat

berkembang menjadi cacat berat.

Perhatian harus diberikan pada ekstremitas yang menggunakan bidai agar tetap pada

posisi yang tepat dan memaksimalkan area pergerakan (Range Of Movement).Kontraktur kulit

dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat yang berat

terutama bila parut tersebut berupa keloid.Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang

intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.

Pada cacat yang berat mungkin diperlukan ahli jiwa untuk mengembalikan rasa percaya

diri penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat mengenai

wajah dan tangan.

2.9.2 Latihan Terapi (Therapeutic Exercise)

Latihan sebaiknya dimulai pada hari terjadinya trauma bakar dan seharusnya dilanjutkan

sampai semua luka menutup dan hingga melewati masa aktif pembentukan skar. Fibroblast, yang

merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kontraktur, berperan pada luka bakar dalam 24

jam pertama dan aktif hingga 2 tahun setelah terjadinya trauma bakar. Latihan rutin setiap

harinya dapat mencegah berkurangnya kelenturan dan berkurangnya ROM sendi yang dapat

ditimbulkan oleh kontraktur.

Adapun latihan terapi yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut:

a. Stretching (peregangan)

Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau penarikan

anggota gerak.Latihan peregangan ini biasa sangat efektif jika dilakukan secara

perlahan-lahan sampai skar memutih atau memucat. Jika luka bakar mengenai

lebih dari satu persendian, skar akan terihat lebih memanjang apabila latihan ini

berjalan baik.

Page 11: Tugas Ebn Susi, Ratna

b. Strengthening (penguatan)

Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat gerak

akibat immobilisasi yang lama. Latihan ini diakukan dengan memberikan latihan

gerakan aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas,

misalnya jalan biasa, jalan cepat, sit up ringan dan mengangkat beban. Jika pasien

kurang melakukan latihan ini maka akan menyebabkan otot-otot pada sendi bahu

dan proksimal paha akan melemah. Latihan ini sebaiknya dilakukan segera

mungkin pada masa penyembuhan luka bakar untuk mengurangi rasa sakit dan

tidak nyaman pada pasien.

c. Endurance (ketahanan)

Latihan ketahanan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi dan

penurunan daya tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di RS. Latihan

ketahanan dilakukan dengan latihan bersepeda, sit up dan latihan naik turun

tangga. Selain mencegah terjadinya atrofi, latihan ini juga dapat melancarkan

sistem sirkulasi.

d. Latihan Gerak Kordinasi

Latihan kerja dalam kehidupan sehari-hari .Dilakukan dengan melatih

kemampuan mandiri pasien luka bakar seperti mandi, makan, minum, dan bangun

tidur. Semua harus dilatih sesegera mungkin karena ahli terapi dan pasien luka

bakar tidak dapat selalu bersama 24 jam sehari untuk melakukan terapi. Aktivitas

harian sangat membantu untuk mencegah kontraktur jika pasien dapat

menerapkannya di rumah.

e. Latihan Peningkatan Keterampilan

Latihan Peningkatan Keterampilan dilakukan untuk mencegah terjadinya

atrofi pada otot-otot kecil pada tangan.Latihan ini dilakukan dengan melatih

kemampuan menulis, menggambar, dan mengetik.Latihan ini biasa juga

dilakukan dengan menggunakan terapi bola.Pasien dilatih untuk megenggam

secara berulang-ulang sebuah bola yang terbuat dari spon/gabus dengan kedua

tangannya.

Page 12: Tugas Ebn Susi, Ratna

2.9.3 Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Kritis (Fase Akut dan Sub Akut)

Untuk mencapai tujuan jangka panjang,upaya rehabilitasi harus dimulai dari awal

terjadinya trauma bakar. Latihan fisik dan terapi memiliki peranan penting pada penanganan akut

pasien luka bakar, walaupun telah diberikan resusitasi pada pasien luka bakar yang luas dan

kritis.Jika rehabilitasi terlambat dilakukan pada masa tertentu, maka dapat terjadi kontraksi

kapsul sendi serta pemendekan tendon dan otot.Ini semua dapat terjadi dengan cepat. Beberapa

tindakan rehabilitasi akut pada pasien luka bakar yaitu:

Ranging (full ROM) pasif

Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat mencegah

terjadinya kontraktur.Latihan dan posisi ini berupa penggerakan anggota

gerak secara penuh, dengan kata lain full range of motion.Ini sebaiknya

dilakukan dua kali dalam sehari.Beriringan dengan latihan ini, perlu

diperhatikan luka, rasa sakit, tingkat kecemasan, jalan nafas dan sirkulasi

pasien.Pemberian obat perlu dilakukan sebelum sesi latihan untuk membantu

meningkatkan kualitas hasil latihan dan mengurangi ketidaknyamanan

pasien.Latihan posisi ini sangat penting tapi tidak efektif dan tidak manusiawi

jika pasien merasa cemas dan nyeri.Latihan ranging ini dapat dilakukan

bersamaan dengan pada saat baju pasien diganti dan saat pembersihan luka

untuk mengurangi pemberian obat pada pasien.

Pencegahan deformitas

Antideformity position jika dilakukan dengan benar maka dapat

meminimalkan terjadinya pemendekan tendon, lig.collateral dan kapsul sendi

serta mengurangi edema pada ekstremitas. Walaupun splint mulai jarang

diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu, tapi beberapa ahli berpendapat

bahwa splint yang diakukan dengan benar dapat mencegah kontraktur.

Deformitas flexi pada leher dapat diminimalkan dengan thermoplastic neck

splint.Ekstensi cervikal bisa diterapkan pada hampir semua pasien yang kritis

akibat luka bakar.

Pencegahan kontraktur

Page 13: Tugas Ebn Susi, Ratna

Pencegahan kontraktur dapat dilakukan dengan memposisikan pasien

dengan prinsip melawan arah sendi yang dapat menyebabkan

kontraktur.Kontraktur adduksi pada daerah axilla dapat dicegah dengan

memasang splint axilla dengan posisi pasien abduksi pada sendi bahu.

Kontraktur flexi pada elbow joint dapat diminimalisir dengan menggunakan

splint statis pada elbow joint dengan posisi ekstensi. Splint dapat diganti

dengan menggunakan alat-alat yang dapat mempertahankan posisi pasien

dalam keadaan ROM penuh.

Menjalin hubungan dengan pasien dan keluarga pasien

Perawatan serius terhadap pasien luka bakar merupakan awal dari

pembinaan hubungan jangka panjang dengan pasien dan keluarganya. Oleh

karena itu pasien dan keluarganya harus mengetahui siapa ahli terapinya dan

mengerti dasar-dasar terapi yang akan dijalani oleh pasien agar pasien dapat

menjalani terapi dengan baik.

2.9.4 Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Penyembuhan

Rehabilitasi pada pasien luka bakar menjadi lebih sulit pada fase penyembuhan. Ini

disebabkan karena pasien menjadi lebih peduli dan hati-hati terhadap apa yang akan terjadi

terhadap dirinya dan sering timbul rasa segan terhadap ahli terapinya. Ini dapat mengakibatkan

timbulnya rasa tidak nyaman pada pasien dalam menjalani terapi. Prinsip utama yang dijalankan

pada rehabilitasi fase penyembuhan ini adalah:

1) Melanjutkan ranging pasif

2) Meningkatkan ranging aktif dan strengthening (penguatan)

Perbedaan ranging aktif dan pasif adalah kuantitas gerakan.Ranging aktif

lebih sering dilakukan full ROM dibandingkan dengan ranging pasif.Pada fase

kritis (akut dan subakut), yang dilakukan adalah ranging pasif untuk mencegah

timbulnya rasa nyeri yang berlebihan pada pasien.Sedangkan pada fase

penyembuhan dilakukan ranging aktif karena rasa nyeri sudah mulai berkurang

dan pada fase ini potensi terjadinya kontraktur sangat besar.

3) Melatih aktivitas harian (makan, minum, jalan, duduk, tidur dan mandi)

Page 14: Tugas Ebn Susi, Ratna

4) Mulai melatih kegiatan bekerja, bermain dan belajar

Penanganan Skar (Scar Management) Pembentukan skar merupakan dari

luka bakar. Skar bersifat dinamis dan terus tumbuh seiring dengan proses

maturasinya. komplikasiJika hal ini terus terjadi, maka dapat mengakibatkan

timbulnya kontraktur yang dapat mengurangi pergerakan. Baik pasien maupun

petugas kesehatan berkewajiban bekerja sama untuk menangani pembentukan

skar ini dan mengurangi potensi untuk terjadinya kontraktur.

2.10 TATALAKSANA ATAU PENGOBATAN YANG DI LAKUKAN UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR

a. Melakukan pencegahan agar tidak terjadi cedera luka bakar

b. Memberikan pengobatan pasien yang mengalami cedera luka bakar

c. Memberikan layanan perawatan pada pasien yang sudah mengalami cedera luka

bakar.

d. Melakukan terapi Dermatix Ultra adalah silikon gel yang teruji klinis dapat

menyamarkan bekas luka bakar.

Dermatix, silikon gel yang dapat menghilangkan bekas luka bakar, dapat

diaplikasikan dengan mudah pada luka bakar yang mulai mengering.Penggunaan

Dermatix relatif mudah, aman, dan murah bila dibandingkan dengan jenis terapi

lainnya dengan hasil yang memuaskan.

Namun, Dermatix hanya digunakan pada luka bakar yang mulai

mengering.Semakin cepat bekas luka bakar mendapatkan perawatan dengan

Dermatix, semakin maksimal hasil yang dapat diperoleh,” hal ini juga

dapatmeningkatkan kualitas hidup pasien luka bakar.

2.11 PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti

dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang

menyala

Page 15: Tugas Ebn Susi, Ratna

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena

jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem ·

c. Langkah pertama yang paling benar saat menangani luka bakar adalah dengan

mendinginkan luka menggunakan air mengalir bersuhu ruang

d. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya

dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi

protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api

dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan

mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam

pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat

dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi.

e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma

yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan

pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.

2.12 PERAWATAN LUKA BAKAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP

PASIEN

Perawatan luka bakar yang tepat sangatlah penting, karena tindakan yang salah dapat

menimbulkan dampak negatif pada kondisi fisik, emosional, dan finansial pasien.Selain rasa

sakit yang berkepanjangan, perawatan luka bakar yang tidak tepat dapat menimbulkan bekas

luka yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Tidak jarang pasien mengalami penurunan kepercayaan diri karena bekas luka bakar

mengganggu penampilan.Selain itu, perawatan luka bakar yang tidak tepat dapat memperpanjang

masa perawatan serta penurunan fungsi organ tubuh, selain tentunya menghabiskan biaya yang

lebih besarSetelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan

perawatan luka.Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.

Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang

minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki

beberapa fungsi:

1. pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan

meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.

Page 16: Tugas Ebn Susi, Ratna

2. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi

3. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan

meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka

bakar.

4. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan

kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk

mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,

Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

5. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama

luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut

lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara

yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver

skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

6. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok

kulit (early exicision and grafting

Page 17: Tugas Ebn Susi, Ratna

BAB 3

ANALISA PENERAPAN EBN

3.1 TINJAUAN EBN

3.1.1 Masalah Klinik

A. Judul

1. Hasil Prediksi Dan Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar Yang Dirawat Di Unit

Perawatan Intensif.

2. Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar.

3. Kualitas Kesehatan Yang Berhubungan Kehidupan Jangka Panjang Setelah Luka

Bakar Sangat Tergantung Pada Pra Penyakit Dan Masalah Psikososial Dan

Kehilangan Karena Luka Bakar Itu Sendiri.

B. PICO

P(Population)

1. Selama jangka waktu lima tahun pada luka bakar, pasien yang berpartisipasi dalam

penelitian ini adalah sebanyak 50 orang.

2. melibatkan 70 pasien luka bakar rawat inap di departemen bedah

3. Sebanyak 156 pasien berpartisipasi pada penilaian luka bakar ini selama 12 bulan ( 40

perempuan dan 116 laki-laki )

I (Intervensi)

1. Melakukan penilaian kualitas hidup pada pasien luka bakar dengan melihat tingkat

keparahan fisik pasien.

2. Melakukan penilaian pada pasien luka bakar dengan melihat tingkat keparahan luka

bakar,fisik individu,motivasi pasien.

3. Melakukan penilaian pada pasien luka bakar dengan cara membandingkan pasien yang

sehat dengan pasien yang mengalami luka bakar,dengan menilai demensi fisik,fungsi fisik

dan peran fisik

C (comparation)

1. Dari jurnal yang pertama didapatkan kualitas hidup dipengaruhi oleh konsekuensi dari

cedera,kesehatan psikologis dan fisik

Page 18: Tugas Ebn Susi, Ratna

2. Dari jurnal yang kedua didapatkaan Kualitas hidup pada pasien luka bakar di pengaruhi

oleh tingkat keparahan luka bakar dan keadaan fisik pasien

3. Dari jurnal yang keempat didapatkan hasil kualitas hidup pasien luka bakar dipengaruhi

oleh demensi fisik dan peran fisik

O (Outcome)

1. Di dapatkan hubungan yang singnifikan antara kualitas hidup pasien luka bakar dengan

konsekuensi cedera,kesehatan psikologis dan fisik pasien

2. Di dapatkan hubungan antara kualitas hidup pasien luka bakar dengan tingkat keparahan

luka bakar itu sendiri

3. Di dapatkan hubungan yang signifikan antar kualitas hidup pasien luka bakr dengan

demensi fisik dan peran fisik pasien

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulakan bahwa ke tiga jurnal ini saling berkaitan dalam hal penilaian kualitas

hidup pasien luka bakar,dengan menilai tingkat keparahan luka bakar,dan keadaan fisik pasien.

3.1.2 Penelusuran literature

www.quqlity of life patien of bourn pdf.journal

3.1.3 Fadilitas

Menggunakan koisoner,wawancara dan observasi

3.1.4 Reabilitas

Menggunakan koisoner,wawancara dan observasi

3.1.5 Inportant

3.1.5.1 Kualitas hidup

3.1.5.2 cedera luka bakar

luka bakar sehingga dapat mengganggu pasien dalam karier, kehidupan sosial,

bahkan kehidupan pribadi pasien.Cedera luka bakar dapat menyebabkan banyak

kerugian,luka bakar yang tidak di tangani dengan benar akan menurunkan kualitas

hidup seseorang secara signifikan.

3.1.5.3 Tingkat Keparahan Lokasi Luka Bakar

Page 19: Tugas Ebn Susi, Ratna

Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan kedalamannya.Semakin

berat suatu luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya kontraktur, sehingga

lebih menyulitkan rehabilitasi.

3.1.5.4 Komplikasi Lanjut

Komplikasi lanjut yang dapat muncul pada pasien luka bakar adalah infeksi,ulkus

curling,gangguan jalan nafas,konfulsi,kontraktur,Ganguan Kosmetik akibat jaringan

parut

3.1.6 Aplicability

Berdasalakan hasil dari ke tiga jurnal dapat diaplikasikan

a. Kualitas hidup pasien luka bakar dapat diketahui dengan cara pemberian koisoner

dan wawancara.

b. Cedera luka bakar pada pasien dapat diketahui dengan cara melakukan observasi

pada pasien luka bakar.

c. Tingkat keparahan lokasi luka bakar dapat diketahui dengan cara melakukan

observasi pada pasien luka bakar.

d. Komplikasi lanjut dapat ketahui dengan cara melakukan observasi dan wawancara

3.2 PENELITIAN PENELITIAN TERKAIT

HASIL PREDIKSI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR YANG

DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF

3.2.1 judul : Hasil Prediksi Dan Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar Yang Dirawat Di Unit

Perawatan Intensif.

3.2.2 Peneliti: Vittorio Pavoni, Lara Gianesello*, Laura Paparella, Laura Tadini

Buoninsegni and Elisabetta Barboni

3.2.3 Tujuan: Ditujukan untuk Mengevaluasi kualitas hidup pasien luka bakar jangka Pendek

dan jangka panjang

3.2.4 Metode:Sebuah studi prospektif observasional-dilakukan dalam ICU sebuah rumah

sakit Universitas berafiliasi. Logistik analisis regresi digunakan untuk

mengidentifikasi faktor memprediksi di rumah sakit mortality. EQ-5D kuesioner

digunakan untuk menilai jangka panjang peserta dilaporkan sendiri kesehatan umum.

Page 20: Tugas Ebn Susi, Ratna

3.2.5 Hasul ukur: pasien yang mengalami luka bakar 54,5 ± 18,1. 44% dan 10% Meninggal

di ruang ICU dan di bangsal

3.2.6 Sampel : 50 Pasien Berpartisipasi dalam penelitian ini

3.2.7 Hasil:

Selama jangka waktu lima tahun, 50 Pasien Berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia rata-

rata mereka adalah 53,8 ± 19,8; mereka memiliki dari% TBSA terbakar rata-rata 54,5 ±

18,1. 44% dan 10% dari Rawatts Meninggal di ICU dan di bangsal setelah ICU debit,

masing-masing. Indeks Baux, SAPS II dan SOFA pada masuk ke ICU, komplikasi

infeksi dan pernapasan, dan waktu luka bakar pertama eksisi luka yang ditemukan

memiliki signifikannilai prediktif untuk rumah sakit mortality. Tingkat kesehatandari

semua yang selamat adalah lebih buruk daripada sebelum cedera. Masalah dalam lima

dimensi studied hadir sebagai berikut: mobilitas (moderat 68,5%; ekstrim 0%), perawatan

diri (moderat 21%; ekstrim 36,9%), Kegiatan Biasa (moderat 68,5%;Ekstrim 21%), nyeri

/ ketidaknyamanan (moderat 68,5%; ekstrim10,5%), kecemasan / depresi (36,9% sedang;

ekstrim42,1%).

3.2.8 Kesimpulan:

Pasien di bakar parah, indeks Baux, keparahan illness pada masuk ke ICU, komplikasi,

dan waktu pertama eksisi luka bakar adalah kontributor utama kematian di rumah sakit.

Kualitas hidup dipengaruhi oleh Konsekuensi dari cedera kedua di kesehatan psikologis

dan fisik.

KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR.

3.2.1 Judul: Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar

3.2.2 Peneliti: 1Prerna Malik, 2Rajinder Garg, 3Kuldip C. Sharma, 4Purushotam Jangid,

5Anil Gulia 1,4,5Department of Psychiatry, PGIMS, Rohtak, Haryana2Department of

Psychiatry, Gian Sagar Medical College & Hospital, Banur.3Department of

Psychiatry, Government Medical College, Patiala.

3.2.3 Tujuan:Penelitian ini direncanakan untuk menilai kualitas hidup dan faktor yang

mempengaruhi itu pada pasien dengan luka bakar.

3.2.4 Metode:Ini studi rumah sakit berdasarkan cross sectional

Page 21: Tugas Ebn Susi, Ratna

3.2.5 Hasil ukur: Semua pasien menjalani penilaian kejiwaan rinci menggunakan

Klasifikasi Internasional Penyakit-10 (ICD-10) dan dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok A berisi membakar pasien dengan morbiditas psikiatri dan sisanya pasien

luka bakar tanpa morbiditas psikiatri termasuk dalam Grup B. Selanjutnya, kedua

kelompok sasaran Kualitas Skala Hidup (QOL) untuk menilai kualitas hidup.

3.2.6 Sampel:yang melibatkan 70 burn pasien rawat inap

3.2.7 Hasil:Kualitas hidup miskin di bakar luka pasien dan dipengaruhi oleh tingkat

keparahan luka bakar. Morbiditas psikiatri ditemukan faktor penting yang

mempengaruhi kualitas hidup pada pasien luka bakar.

3.2.8 Kesimpulan:Kualitas kehidupan luka bakar berikut ini harus dinilai pada setiap tahap

pengobatan mereka untuk penyesuaian yang lebih baik.

KUALITAS KESEHATAN YANG BERHUBUNGAN KEHIDUPAN JANGKA

PANJANG SETELAH LUKA BAKAR SANGAT TERGANTUNG PADA PRA

PENYAKIT DAN MASALAH PSIKOSOSIAL DAN KEHILANGAN KARENA

LUKA BAKAR ITU SENDIRI.

3.3.1 judul: kualitas kesehatan yang berhubungan kehidupan jangka panjang setelah luka

bakar sangat tergantung pada pra penyakit dan masalah psikososial dan kehilangan

karena luka bakar itu sendiri.

3.3.2 Peneliti:Lotti Orwelius, M Willebrand, B Gerdin, L Ekselius, Mats Fredrikson and

Folke Sjöberg

3.3.3 Tujuan:Untuk mengatahui kualitas hidup pasien luka bakar

3.3.4 Metode: Sebuah metode penelitian nasional yang meliputi 9 tahun dan diperiksa

HRQOL 12 dan 24 bulan setelah luka bakar dengan SF-36 kuesioner. Kelompok

referensi adalah dari daerah rujukan dari salah satu rumah sakit.

3.3.5 Hasil ukur : Faktor yang signifikan mempengaruhi sebagian besar dimensi HRQOL

(n = 6) setelah luka bakar adalah pengangguran, sedangkan efek hanya lebih kecil

dapat dikaitkan langsung ke luka bakar.

3.3.6 Sampel:pasien lukabakar

3.3.7 Hasil: Hasil HRQOL pasien terbakar di bawah bahwa dari kelompok referensi

terutama dalam dimensi mental, dan hanya pasien tunggal terpengaruh dalam dimensi

fisik. Faktor yang signifikan mempengaruhi sebagian besar dimensi HRQOL (n = 6)

Page 22: Tugas Ebn Susi, Ratna

setelah luka bakar adalah pengangguran, sedangkan efek hanya lebih kecil dapat

dikaitkan langsung ke luka bakar.

3.3.8 Kesimpulan:

Miskin HRQOL tercatat hanya sejumlah kecil pasien, dan ini adalah sebagian besar

dalam dimensi jiwa jika dibandingkan dengan kelompok disesuaikan dengan usia jenis

kelamin, dan kondisi hidup bersama. Faktor selain membakar sendiri, seperti terutama

pengangguran dan penyakit yang sudah ada, yang paling penting untuk pengalaman

HRQOL jangka panjang pada pasien ini.

Page 23: Tugas Ebn Susi, Ratna

BAB 4

RENCANA PELAKSANAAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTIVE

4.1 Ditujukan pada pasien yang menjalani perawatan luka bakard diRS

4.2 Di lakukan di ruangan hemodialisa RSUD achmad mukhtar bukittinggi

4.3 Kusioner

4.4 Observasi pasien serta wawancara

4.5 Membuat lembar persetujuan menjadi responden

Rincian dana

Lembar proposal 23 lembar x 400 = 10000

Lembar kuesioner = 5000

Dana warnet 1 jam = 4000

Dana ongkos = 50.000

Bingkisan untuk pasien yang diteliti = 100.000 +

Total = Rp,169,000