konduktometri ii.docx

26
KONDUKTOMETRI II I. Tujuan Percobaan Menentukan ekivalen titrasi dengan titrasi konduktometri. II. Dasar Teori Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi. Di dalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan menggunkan titrasi volumetric ini. Titrasi kondukto metri ini lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang

Upload: rando

Post on 09-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

KONDUKTOMETRI II

I. Tujuan Percobaan Menentukan ekivalen titrasi dengan titrasi konduktometri.

II. Dasar TeoriTitrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi. Di dalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan menggunkan titrasi volumetric ini. Titrasi kondukto metri ini lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya.Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan potensiograph / titro processor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi kondukto metri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih member titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan potensi ometri titik akhir tidak jelas lagi.Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkankonduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakanuntuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentras ilarutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi.Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara dan tergantung pada frekuensi arus yang digunakan, jika arus frekuensinya bertambah besar, maka kapasitas dan induktif akan semakin besar. Titrasi yang dilakukan yaitu: Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300 Hz). Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus tinggi yang disebut titrasi frekuensi tinggi.Titrasi Konduktometri Frekuensi RendahPenambahan suatu elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volume yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan karena akan terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadi penurunan konduktivitas karena terjadinya penggantian ion yang mempunyai konduktivitas rendah.Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan 2 alur garis yang saling berpotongan, titik potong ini disebut titik ekivalen.Secara praktek, konsentrasi penitran 20 100 kali lebih pekat dari larutan yang dititrasi, kelebihan titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah yang secara potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara konduktometri dapat dilakukan, selain itu secara konduktometri kontrol suhu tidak perlu dilakukan.Titrasi Konduktometri Frekuensi TinggiTitrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilator berionisasi pada frekuensi beberapa MHz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain, sedangkan kerugiannya respon tidak spesifik karena tidak bergantung pada hantaran dan tetapan dielektrik dari sistem, selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen komponen sistem. Kelebihan titrasi konduktometri dibandingkan titrasi lainnya, yaitu :1. Karena titrasi konduktometri lebih efisien dan lebeh efeketif dalam pengguanaan zat, selain itu juga, kita tidak perlu menggunakan indikator untuk mengethaui titik ekivalen dari titrasi.2. Karena titik ekivalen dapat diketahui dari daya hantar larutan yang terukur pada konduktometer , yaitu dengan konstannya nilai daya hantar.3. Karena didalam titrasi kondukto meteri ini yang berperan penting yaitu konsentrasi dari suatu larutan.

III. Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan Konduktometer 6601 Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,781 Magnetic stirrer1 Hot plate1 Gelas kimia 250 ml, 50 ml1/1 Pipet ukur 5 ml1 Pipet tetes1 Labu ukur 50 ml2 Kaca arloji1 Corong1 Spatula1 Pengaduk1 Bahan yang Digunakan KCl 1 M Larutan NaOH 0,1 N Larutan HCl 0,1 N

IV. Titrasi Konduktometri1. Larutan NaOH 0,1 N dibuat sebanyak 50 ml.2. Larutan HCl 0,1 N dibuat sebanyak 50 ml.3. 10 ml larutan NaOH dipipet, dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml dan aquadest ditambahkan hingga volume 200 ml (elektroda temggelam).4. Larutan NaOH diletakkan diatas hot plate. Pemanas tidak dihidupkan.5. Larutan NaOH diaduk dengan magnetic stirrer.6. Penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml sampai 20 ml dilakukan (dengan kenaikan 1 ml), pada saat HCl ditambahkan posisi tombol pada posisi kond dan baca konduktivitas pada display setiap penambahan HCl.7. Grafik titrasi secara praktikum dan teoritis dibuat.8. Setelah didapat kurva yang diinginkan, titik ekivalen dihitung secara praktikum dan secara teoritis.V. Data PengamatanTabel nilai konduktivitas secara praktikumPenambahanHCl (ml)Konduktivitas (mS/cm)

00.1101

10.0976

20.0904

30.0851

40.0785

50.0725

60.0685

70.0664

80.0642

90.0641

100.0667

110.0805

120.0947

130.1137

140.1318

150.1570

160.1723

170.1940

180.2150

190.2310

200.2530

Tabel nilai konduktivitas secara teoritisPenambahanHCl (ml)Konduktivitas (mS/cm)

01,242

11,1178

20,96876

30,84456

40,72036

50,59616

60,47196

70,34776

80,22356

90,09936

100

110,17044

PenambahanHCl (ml)Konduktivitas (mS/cm)

120,38349

130,59654

140,76698

150,98003

161,19308

171,34371

181,53396

191,74701

201,91745

Grafik Titrasi secara Praktikum dan Teori Praktikum

Teori

VI. Data Perhitungan Pengenceran larutan KCL 1 M menjadi 0,1 M 50 mLV1 x M1= V2X M2V1 x 1M = 0,1 M x 50 mLV1= 5 mL Pembuatan larutan NaOH 0,1 N 100 mL

Pembuatan larutan HCl 0,1 N 50 mLV1 x M1= V2X M2V1 x 2M = 0,1 N x 50 mLV1= 2,5 mLNilai Konduktivitas NaOH dan HCl secara teoritismolHCl= M x VmolNaOH = M x V= 0,1 M x 1 ml = 0,1 mmol = 0,1 M x 10 mL = 1 mL Penambahan 0 ml HCl 0,1 NMNaOH= = 0,005 ML Na+ = S. Cm2. Mol-1). Conc (mol/liter) /1000 (cm3/liter)L Na+ = L Na+ = 0,0002505 S.cm-1 = 0,2505 mS.cm-1L OH- = L OH- = 0,0009915 S.cm-1 = 0,9915 mS.cm-1L NaOH = 0,2505 mS.cm-1 + 0,9915 mS.cm-1L NaOH = 1,242 mS.cm-1

Penambahan 1 ml HCl 0,1 N.MolHCl= M x V= 0,1 M x 1 ml = 0,1 mmolMNaOH= = 0,0045 M

L Na+= L Na+= L Na+= 0,00022545 S.cm-1 = 0,22545 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00089235 S.cm-1 = 0,89235 mS.cm-1L NaOH = 0,22545 mS.cm-1 + 0,89235 mS.cm-1 = 1,1178 mS.cm-1

Penambahan 2 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 2 ml = 0,2 mmolMNaOH= = 0,0039 ML Na+= L Na+= 0,00019539 S.cm-1 = 0,19539 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00077337 S.cm-1 = 0,77337 mS.cm-1L NaOH= 0,19539 mS.cm-1 + 0,77337 mS.cm-1 = 0,96876 mS.cm-1

Penambahan 3 ml HCl 0,1 NMolHCl = M x V= 0,1 M x 3 ml = 0,3 mmolMNaOH= = 0,0034 ML Na+= L Na+= 0,00017034 S.cm-1 = 0,17034 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00067422 S.cm-1 = 0,67422 mS.cm-1L NaOH= 0,17034 mS.cm-1 + 0,67422 mS.cm-1 = 0,84456 mS.cm-1

Penambahan 4 ml HCl 0,1 NmolHCl= M x V= 0,1 M x 4ml = 0,4 mmolMNaOH= = 0,0029 ML Na+= L Na+= 0,00014529 S.cm-1 = 0,14529 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00057507 S.cm-1 = 0,57507 mS.cm-1L NaOH = 0,14529 mS.cm-1 + 0,57507 mS.cm-1 = 0,72036 mS.cm-1

Penambahan 5 ml HCl 0,1 NMolHCl= M xV= 0,1 M x 5 ml = 0,5 mmolMNaOH= = 0,0024 ML Na+ = L Na+= 0,00012024 S.cm-1 = 0,12024 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00047592 S.cm-1 = 0,47592 mS.cm-1L NaOH= 0,12024 mS.cm-1 + 0,47592 mS.cm-1 = 0,59616 mS.cm-1

Penambahan 6 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 6 ml = 0,6 mmolMNaOH = = 0,0019 ML Na+ = L Na+= 0,00009519 S.cm-1 = 0,09519 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00037677 S.cm-1 = 0,37677 mS.cm-1L NaOH = 0,09519 mS.cm-1 + 0,37677 mS.cm-1 = 0,47196 mS.cm-1

Penambahan 7 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 7 ml = 0,7 mmolMNaOH= = 0,0014 ML Na+= L Na+= 0,00007014 S.cm-1 = 0,07014 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00027762 S.cm-1 = 0,27762 mS.cm-1L NaOH = 0,07014 mS.cm-1 + 0,227762 mS.cm-1 = 0,34776 mS.cm-1

Penambahan 8 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 8 ml = 0,8 mmolMNaOH= = 0,0009 ML Na+= L Na+ = 0,00004509 S.cm-1 = 0,04509 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00017847 S.cm-1 = 0,17847 mS.cm-1L NaOH = 0,04509 mS.cm-1 + 0,17847 mS.cm-1 = 0,22356 mS.cm-1

Penambahan 9 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 9 ml = 0,9 mmolMNaOH = = 0,0004 ML Na+ = L Na+ = 0,00002004 S.cm-1 = 0,02004 mS.cm-1L OH-= L OH-= 0,00007932 S.cm-1 = 0,07932 mS.cm-1L NaOH = 0,02004 mS.cm-1 + 0,07932 mS.cm-1 = 0,09936 mS.cm-1

Penambahan 10 ml HCl 0,1 NMolHCl = M x V= 0,1 M x 10 ml = 1 mmolMNaOH= = 0 ML Na+= L Na+= 0 mS.cm-1L OH-= = 0 mS.cm-1L NaOH = 0 mS.cm-1

Penambahan 11 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 11 ml = 1,1 mmolMHCl= = 0,0004 ML H+ = L H+= 0,00013992 S.cm-1 = 0,13992 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00003052 S.cm-1 = 0,03052 mS.cm-1L HCl = 0,13992 mS.cm-1 + 0,03052 mS.cm-1 = 0,17044 mS.cm-1

Penambahan 12 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 12 ml = 1,2 mmolMHCL= = 0,0009 ML H+= L H+= 0,00031482 S.cm-1 = 0,31482 mS.cm-1L Cl-= L Cl -= 0,00006867 S.cm-1 = 0,06867 mS.cm-1L HCl = 0,31482 mS.cm-1 + 0,06867 mS.cm-1 = 0,38349 mS.cm-1

Penambahan 13 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 13 ml = 1,3 mmolMHCl= = 0,0014 ML H+= L H+= 0,00048972 S.cm-1 = 0,48972 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00010682 S.cm-1 = 0,10682 mS.cm-1L HCl = 0,48972 mS.cm-1 + 0,10682 mS.cm-1

Penambahan 14 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 14 ml = 1,4 mmolMHCl= = 0,0018 ML H+= L H+= 0,00062964 S.cm-1 = 0,62964 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00013734 S.cm-1 = 0,13734 mS.cm-1L HCl = 0,62964 mS.cm-1 + 0,13734 mS.cm-1 = 0,76698 mS.cm-1

Penambahan 15 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 15 ml = 1,5 mmolMHCl= = 0,0023 ML H+= = 0,00080454 S.cm-1 = 0,80454 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00017549 S.cm-1 = 0,17549 mS.cm-1L HCl = 0,80454 mS.cm-1 + 0,17549 mS.cm-1 = 0,98003 mS.cm-1

Penambahan 16 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 16 ml = 1,6 mmolMHCl= = 0,0028 ML H+= = 0,00097944 S.cm-1 = 0,97944 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00021364 S.cm-1 = 0,21364 mS.cm-1L HCl = 0,97944 mS.cm-1 + 0,21364 mS.cm-1 = 1,19308 mS.cm-1

Penambahan 17 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 17 ml = 1,7 mmolMHCl= = 0,0032 ML H+= = 0,0011193 S.cm-1 = 1,1193 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00022441 S.cm-1 = 0,22441 mS.cm-1L HCl = 1,1193 mS.cm-1 + 0,22441 mS.cm-1 = 1,34371 mS.cm-1

Penambahan 18 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 18 ml = 1,8 mmolMHCl= = 0,0036 ML H+= = 0,00125928 S.cm-1 = 1,25928 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00027468 S.cm-1 = 0,27468 mS.cm-1L HCl = 1,25928 mS.cm-1 + 0,27468 mS.cm-1 = 1,53396 mS.cm-1

Penambahan 19 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 19 ml = 1,9 mmolMHCl= = 0,0041 ML H+= = 0,00143418 S.cm-1 = 1,43418 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00031283 S.cm-1 = 0,31283 mS.cm-1L HCl = 1,43418 mS.cm-1 + 0,31283 mS.cm-1 = 1,74701 mS.cm-1

Penambahan 20 ml HCl 0,1 NMolHCl= M x V= 0,1 M x 20 ml = 2 mmolMHCl= = 0,0045 ML H+= = 0,0015741 S.cm-1 = 1,5741 mS.cm-1L Cl-= L Cl-= 0,00034335 S.cm-1 = 0,34335 mS.cm-1L HCl = 1,5741 mS.cm-1 + 0,34335 mS.cm-1 = 1,91745 mS.cm-1

VII. Analisis PengamatanPada percobaan kali ini, sebelum melakukan titrasi, kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan KCl 1 M untuk mengetahui apakah konduktometer berfungsi dengan baik atau tidak. Setelah melakukan kalibrasi barulah titrasi dilakukan. Zat yang dititrasi dengan cara konduktometri adalah NaOH dan HCl. Sebelum titrasi larutan NaOH dan HCl 0,1 N dibuat terlebih dahulu. Setelah itu 10 ml larutan NaOH 0,1 N dicampurkan dengan aquadest hingga volume larutan menjadi 200 ml dengan menggunakan gelas kimia 250 ml. Saat penambahan HCl setiap 1 ml, larutan diaduk dengan menggunakan magnetic strirrer agar larutan menjadi homogen sehingga didapatkan nilai konduktivitas yang stabil. Pada saat penambahan 0 ml 9 ml nilai konduktivitas mengalami penurunan, sedangkan pada penambahan 10 ml 20 ml nilai konduktivitas mengalami kenaikan. Berdasarkan nilai konduktivitas yang didapatkan dan dari grafik titrasi secara praktikum yang ada pada data pengamatan, dapat dilihat bahwa titik ekivalen dari titrasi yang dilakukan terjadi saat penambahan 9 ml HCl, walaupun nilai konduktivitasnya tidak sama dengan 0. Sedangkan secara teoritis, titik ekivalen terjadi saat penambahan 10 ml HCl. Hal ini dapat terjadi karena pada saat praktikum ada zat pengotor yang terdapat pada larutan NaOH dan HCl, serta pembuatan larutan yang kurang teliti. VIII. Kesimpulan Titik ekivalen saat praktikum terjadi saat penambahan 13 ml penambahan larutan HCl. Titik ekivalen secara teori terjadi saat penambahan 10 ml larutan HCl. Titik ekivalen secara praktikum dan teoritis berbeda dikarenakan kurang teliti dalam membuat larutan dan adanya zat pengotor dalam larutan.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, Sutini Puji dan M. Firdaus Fajriansyah. 2015. Penuntun Praktikum Instrument dan Pengukuran. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya. http://nafaly.blogspot.com/2012/10/laporan-titrasi-konduktometri.html http://refika-andrea.blogspot.com/