program pro rakyat di 2012

16
Kinerja Pemerintah Aceh Era Irwandi Yusuf 04 Pemberdayaan Ekonomi Prioritas 2012 05 7 Tahun Tsunami Dipusatkan di Lhoknga 14 KERJA keras Gubernur Irwandi Yusuf bersama wakilnya selama 5 tahun telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Aceh. Diantaranya program JKA, beasiswa anak yatim, dan BKPG. Dalam melayani rakyatnya, Gubernur Irwandi memastikan program-program prorakyat seperti ini akan tetap berlanjut pada tahun 2012. PEMBANGUNAN Aceh pada tahun 2012 akan menitikberatkan pada 4 prioritas utama yaitu ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Pemerintah Aceh menargetkan beberapa capaian secara makro yaitu ekonomi Aceh bisa tumbuh 6-6,5 %, angka kemiskinan bisa ditekan menjadi 17-18 %, tingkat pengangguran bisa direduksi menjadi 7-7,5 %, IPM bisa ditingkatkan menjadi 73,50 dan umur harapan hidup juga bertambah yaitu 68,8 tahun. Edisi 20 TAHUN II DESEMBER 2011 PROGRAM PRORAKYAT TETAP BERLANJUT DI 2012 PERINGATAN tujuh tahun musibah tsunami yang jatuh pada hari Senin 26 Desember 2011 dipusatkan di Lapangan Golf Lhoknga, akan dibingkai dalam bentuk tausiah dan khanduri rayeuk yang akan dihadiri sekitar 5.000 peserta, termasuk delegasi dari Malaysia dan Jepang. Masyarakat luas dipersilahkan untuk menghadiri peringatan tahunan itu.

Upload: marthunis-muhammad

Post on 23-Mar-2016

228 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Edisi 20 Tahun II Pemberdayaan Ekonomi Prioritas 2012 7 Tahun Tsunami Dipusatkan di Lhoknga Kinerja Pemerintah Aceh Era Irwandi Yusuf DESEMBER 2011 Kerja keras Gubernur Irwandi Yusuf bersama wakilnya selama 5 tahun telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Aceh. Diantaranya program JKA, beasiswa anak yatim, dan BKPG. Dalam melayani rakyatnya, Gubernur Irwandi memastikan program-program prorakyat seperti ini akan tetap berlanjut pada tahun 2012.

TRANSCRIPT

Page 1: Program Pro Rakyat di 2012

Kinerja Pemerintah Aceh Era Irwandi Yusuf04

Pemberdayaan Ekonomi Prioritas 201205

7 Tahun Tsunami Dipusatkan di Lhoknga14

Kerja keras Gubernur Irwandi Yusuf bersama wakilnya selama 5 tahun telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Aceh. Diantaranya program JKA, beasiswa anak yatim, dan BKPG. Dalam melayani rakyatnya, Gubernur Irwandi memastikan program-program prorakyat seperti ini akan tetap berlanjut pada tahun 2012.

Pembangunan Aceh pada tahun 2012 akan menitikberatkan pada 4 prioritas utama yaitu ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Pemerintah Aceh menargetkan beberapa capaian secara makro yaitu ekonomi Aceh bisa tumbuh 6-6,5 %, angka kemiskinan bisa ditekan menjadi 17-18 %, tingkat pengangguran bisa direduksi menjadi 7-7,5 %, IPM bisa ditingkatkan menjadi 73,50 dan umur harapan hidup juga bertambah yaitu 68,8 tahun.

Edisi 20 Tahun IIDESEMBER 2011

program prorakyattEtap bErlanjut di 2012

Peringatan tujuh tahun musibah tsunami yang jatuh pada hari Senin 26 Desember 2011 dipusatkan di Lapangan Golf Lhoknga, akan dibingkai dalam bentuk tausiah dan khanduri rayeuk yang akan dihadiri sekitar 5.000 peserta, termasuk delegasi dari Malaysia dan Jepang. Masyarakat luas dipersilahkan untuk menghadiri peringatan tahunan itu.

Page 2: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 20112

yaitu pertumbuhan ekonomi tumbuh pada kisaran angka 6-6,5 persen, angka kemiskinan dapat ditekan hingga 17-18 persen, tingkat pengangguran bisa direduksi menjadi 7-7,5 persen, IPM bisa ditingkatkan menjadi 73,50 dan umur harapan juga bertambah yaitu 68,8 tahun. Prioritas pembangunan Pemerintah Aceh tahun 2012 telah dirumuskan melalui 7 prioritas untuk menyelesaikan secara bertahap permasalahan daerah dan masyarakat dengan sasaran dan target pembangunan yang terukur sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) dan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA).

Ke-7 prioritas pembangunan tersebut adalah: 1).Pemberdayaan ekonomi masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, 2).Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan sumber daya energi pendukung investasi, 3).Peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar, 4).Peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, 5).Pembangunan Syariat Islam, sosial dan budaya, 6).Penciptaan pemerintahan yang baik, bersih serta penyehatan birokrasi pemerintahan, dan 7).Penanganan dan

tahun 2011 segera berlalu. Pemerintah Aceh sedang bersiap menutup buku anggaran pembangunan 2011 dan membuka lembaran pembangunan baru. Pemerintah Aceh melakukan evaluasi atas setiap proyek yang telah dijanlankan untuk disempurnakan pada tahun mendatang dengan mengintegrasi perencanaan dan anggaran pembangunan 2012. Pemerintah Aceh berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh rakyat pada tahun 2012.

Program-program berpihak rakyat kecil yang telah digulirkan sejak tahun 2008 akan tetap dilanjutkan pada tahun 2012, seperti Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), Program Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong (BKPG) dan Program Bantuan Beasiswa untuk anak yatim dan mahasiswa. Program-program ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat Aceh yang mandiri dan memenuhi standar IPM (Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index). Ini sudah menjadi komitmen Gubernur Irwandi Yusuf dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Sesuai perencanaan, Pemerintah Aceh menargetkan beberapa capaian pembangunan 2012 secara makro,

pengurangan resiko bencana.Dari tujuh program prioritas di atas akan diitikberatkan

pada 4 prioritas utama, yaitu ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Dengan memfokuskan pembangunan pada 4 prioritas ini, maka target terwujudnya masyarakat Aceh yang sejahtera yang ditandai adanya pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah penduduk miskin akan mudah tercapai. Oleh sebab itu, anggaran pembangunan 2012 akan dialokasikan untuk pemberdayaan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan dengan alokasi tertinggi (sekitar 36,37%), disusul infrastruktur sebesar 23,97% dari total APBA 2012 yang direncanakan berjumlah Rp.8.668.550.260.124,-.

Selanjutnya, untuk mempercepat realisasi program 2012, maka sepatutnya semua pihak, baik dari unsur eksekutif maupun legislatif secepatnya melakukan pembahasan/pengesahan anggaran dengan data dukung yang kongkrit sehingga pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan sejak permulaan tahun dan tidak akan mengalami kendala waktu dalam merealisasikannya. Semoga!

n ir iskandar msc

OPINI

Alamat Redaksi Bappeda Aceh Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: [email protected], [email protected]

Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan Aceh dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail

Redaksi

Salam Redaksi

Dewan Pengarah Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Sekretaris Daerah, Asisten I, II dan III Setda Aceh | Penanggung Jawab Kepala Bappeda Aceh | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris Bappeda Aceh | Pemimpin umum Michel OC | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Fauzi Umar | Dewan Redaksi Hasrati, Ridwan, Emma, |Sekretaris Redaksi Farid Khalikul Reza, Ahmad Rozi | Bendahara Zulliani | Konsultan Hasan Basri M. Nur | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail | Fotografer Suvie Hendra | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Bulqaini Ilyas, Rizki Ratih Emelia, Sarini.

Salah satu isi kado istimewa dari pem-berlakukaan UUPA No.11 tahun 2006 adalah adanya insentif fiskal yang di-

berikan Pemerintah Pusat kepada Pemer-intah Aceh dalam bentuk Dana Otonomi Khusus (Otsus) selama 20 tahun yang be-sarannya setara 2 persen dari plafon Dana Alokasi Umum (DAU) Nasional dari tahun 2008 sampai dengan 2022 dan 1 persen dari tahun 2023 sampai dengan tahun 2027. Pen-dapatan dari sumber dana Otsus dari tahun ke tahun terus meningkat karena imbas dari meningkatnya pendapatan DAU Nasional.

Dalam rentang waktu empat tahun, Aceh telah mendapatkan dana Otsus Rp 15,678,888,234,500, dengan rincian ta-hun 2008 Rp 3.590.142.898.000, tahun 2009 Rp 3.728.282.000.000, tahun 2010 Rp 3.849.806.840.000, dan tahun 2011 Rp 4.510.656.496.500 (Qanun tentang APBA ta-hun 2008 sampai dengan tahun 2011). Selain Aceh, Papua juga mendapat perlakuan is-timewa dari Pemerintah Pusat dengan insen-tif fiskal dalam balutan Otonomi Khusus.

Penggunaan dana Otsus Aceh secara jelas diatur dalam Qanun Nomor 2 ta-hun 2008 tentang Tata Cara Pengaloka-sian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus, yaitu: Dana Otonomi Khusus digunakan untuk membiayai program dan kegiatan pembangunan, terutama pembangunan dan pemeli-haraan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiski-nan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Selain hal tersebut juga dapat membiayai program dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksan-aan keistimewaan Aceh. Program pem-bangunan dituangkan dalam program pembangunan Aceh dan kabupaten/kota, yang disepakati bersama antara

Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pemicu keterlambatan APBA Meningkatnya pendapatan Aceh

secara signifikan dari sumber dana Otsus tersebut telah berdampak kepada mening-katnya program pembangunan yang akan dilaksanakan, apalagi Aceh yang baru sele-sai bencana gempa dan tsunami dan konflik serta masuk dalam katagori daerah tertinggal tentu banyak hal yang harus diperbaiki demi mengejar ketertinggalan. Kondisi ini juga di-manfatkan oleh sebagian oknum yang punya kepentingan, baik di level provinsi maupun kabupaten, apalagi dalam pengusulan pro-gram kegiatan dari kabupaten/kota harus mendapat pengesahan dari eksekutif dan legeslatif (DPRK) setempat.

Simak saja kasus Nagan Raya, ketua DPRKnya meminta DPRA untuk menunda membahas Rancangan Dana Ot-sus tahun 2012 sebesar Rp 134 miliar yang diajukan eksekutif Nagan Raya ke Bappeda Aceh, karena belum mencapai kesepakatan dengan DPRK. Program yang diajukan dalam rancangan tersebut dinilai belum sesuai dengan aspirasi rakyat dan sama sekali tidak ada manfaat untuk kemajuan pem-bangunan (Serambi Indonesia, 7/12/2011). Padahal dalam Qanun No.2/2008 pasal 12 (9) disebutkan, apabila pemerintah kabu-paten/kota dalam tahun anggaran tertentu tidak dapat menyampaikan usulan program dan kegiatan yang memenuhi kriteria dan persyaratan seleksi, maka Pemerintah Aceh wajib membantu Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menyusun program dan kegia-tan untuk dilaksanakan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Fenomena di atas menjadi salah satu pemicu keterlambatan pengesahan APBA, karena terjadi pembahasan yang panjang dan perdebatan yang alot antara eksekutif dan

legeslatif. Ditambah lagi dengan banyaknya revisi usulan program kegiatan secara men-dadak akibat berubah kebijakan dan imbas dari pergantian pejabat di berbagai level pemerintah. Maka, Aceh menjadi langganan di Indonesia dalam pengesahan APBAnya yang belum tepat waktu semenjak diter-imanya dana otsus sebagai salah satu sumber pendapatan Aceh.

Pembelajaran dari PapuaMenurut Ekonom UGM Sri Adianing-

sih, pemberlakuan sepuluh tahun Otonomi Khusus di Papua belum ada perubahan signifikan melihat pembangunan ekonom-inya, tingkat kemiskinan masih tinggi yaitu 30 persen pada tahun 2010. Puluhan triliun anggaran yang telah digelontorkan di daerah tersebut tak setimpal dengan hasil yang dida-pat. Secara umum Papua belum bisa meman-faatkan Otsus untuk bisa memajukan dae-rah. Ada beberapa kemungkinan penyebab, menurut dia, salah satunya permasalahan sumberdaya manusia.

Kualitas SDM yang kurang bagus mem-buat anggaran yang cukup besar tidak bisa digunakan dengan baik. Anggaran yang se-harusnya dipakai untuk membangun infras-truktur, pada kenyataannya dipergunakan untuk hal-hal yang konsumstif, sebut saja untuk membangun rumah atau kantor dinas pemerintah. “Seharusnya infrastruktur ini yang perlu didorong,” ungkap Sri Adianing-sih (www.replubika.co.id, 13/2011). BPK juga menemukan indikasi penyimpangan dana Otsus Papua sebesar Rp 4,2 triliun dengan nilai kerugian keuangan negara Rp 319,7 miliar.(okezone.com, 21/10/2011). Hal terse-but adalah secuil kasus yang mengemuka ke permukaan di tanah Papua dalam mengelola Dana Otsus.

Kiranya apa yang terjadi di Papua dalam pengelolaan dana otsus tidak terjadi di Aceh. Sebab, Aceh berbeda dengan Papua. Aceh

punya SDM bagus. Berbagai kebijakan mau-pun aturan tentang pengelolaan dana Otsus telah dibuat secara jelas untuk dilaksanakan, tinggal bagaimana komitmen para pengam-bil keputusan untuk menjalankannya.

Perencanaan matangPemberian dana Otsus selama 20 tahun

merupakan rahmat yang diberikan Allah kepada rakyat Aceh untuk meraih kemak-muran. Pemerintah Aceh harus benar-be-nar mengoptimalkan dana tersebut dengan melahirkan berbagai program pembangu-nan yang punya output, dampak, manfaat dan daya ungkit besar bagi perekonomian masyarakat yang berkesinambungan dalam waktu jangka panjang, serta harus mampu mengantisipasi sampai dengan tahun 2028 di saat dana otsus tidak ada lagi. Untuk men-uju ke tahapan tersebut tentu perlu berbagai produk perencanaan matang seperti RPJP, RTRW, Buku Induk Penggunaan Dana Ot-sus dan Migas, RPJM dan lain-lain.

Berbicara perencanaan adalah berbic-ara dari hulu ke hilir, untuk itu diperlukan keseriusan, waktu, tenaga, ketulusan dan pemikiran yang cerdas. Jangan sampai kita lebih senang berbicara hilir tetapi mengabai-kan hulu, inilah pangkal yang menyebabkan produk dari sebuah pembangunan jauh dari sasaran yang diharapkan. Dokumen peren-canaan harus dijadikan acuan dalam penggu-naan anggaran yang terukur, efektif, efisien, transparan, akuntabilitas dan berkeadilan. Tidak boleh terjebak oleh kepentingan sesaat dan jangka pendek, karena apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak bagi anak cucu kita sebagai pewaris generasi men-datang dan kita tidak ingin digugat oleh anak cucu kita sendiri akibat perbuatan kita seka-rang. Semoga!

n Penulis adalah Pegawai Bappeda ACEH

Dana Otsus, Tabungan untuk Generasi Mendatang

Oleh : Aswar Liam

integrasi perencanaan dan anggaran dalam pembangunan aceh 2012

Page 3: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 3CERMIN

Pergantian tahun tidak sekedar perubahan angka dari 1432 H menjadi 1433 H atau 2011 menjadi 2012. Pergantian tahun sesungguhnya berisi pesan-pesan Allah kepada manusia untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya. Paling tidak ada dua hal yang dapat kita renungkan dari pergantian tahun:

Pertama: Pergantian tahun mengingatkan kita akan saat pertemuan dan perjumpaan dengan Allah. Sebelum

lahir ke dunia sewaktu di alam ruh kita telah berhadapan dengan Allah dan menyatakan kesaksian, serta mengakui Allah tuhan kita. Hal ini diungkapkan Allah dalam Al-Quran surah Al-Araf 172: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Benar (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi”. Kemudian kita lahir dan hidup di dunia dengan perjanjian akan batas kehidupan kita. Kapan, dimana dan bagaimana cara kematian kita semua itu ada dalam RAHASIA Allah. Yang jelas dengan pergantian tahun mengingatkan kita bahwa saat-saat perjumpaan dengan Allah semakin dekat. Oleh karena itu marilah kita sadari hal ini jangan sampai kita lupa bahwa kehidupan sesungguhnya adalah alam akhirat, kehidupan dunia hanya sementara. Marilah kita persiapkan bekal untuk kehidupan kampung kita sesungguhnya yaitu Kampung Akhirat, sebagaimana pesan Allah dalam surah Al-Hasyr ayat 18-19: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri mempersiapkan bekal apa yang akan ia bawa untuk hari esok/akhirat.

Kedua: Pergantian tahun mengingatkan kita akan kebesaran Allah sebagai Rabbul alamin. Alam dan segala isinya hanya tunduk dan patuh pada Allah sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan Pemelihara seluruh Alam. Oleh karena itu mustahil segala kejadian di alam ini berjalan dengan sendirinya tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya. Bumi sejak diciptakan dengan seluruh alam jagat raya ini patuh dan taat pada aturan Allah. Pergantian tahun adalah bukti betapa Allah mengendalikan seluruh alam ini. Seandainya alam ini tidak tunduk dan patuh pada aturan Allah tentu kita tidak akan ketemu malam dan siang, kita tidak akan berjumpa dengan pergantian hari, minggu, bulan dan pergantian tahun tahun yang silih berganti.

Marilah momentum tahun baru ini kita jadikan kesadaran untuk kembali kepada Allah, khususnya pergantian tahun Hijriah dimana Rasulullah berpesan: “Orang yang berhijrah adalah siapa saja yang meninggalkan yang dilarang oleh Allah”.(HR Buchari)

BeBerAPA program Pemerin-tah Aceh sangat menyentuh ke-butuhan dasar masyarakat arus bawah. Selain Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dan sub-sidi biaya pendidikan untuk fakir miskin, tersebutlah Program Keuangan Peumakmu Gampong (BKPG) yang manfaatnya san-gat dirasakan oleh masyarakat pedesaan.

Dalam Program BKPG, masyarakat pedesaan diberikan kebebasan untuk menentukan program yang akan dijalankan dalam memakmurkan gam-pongnya. Masyarakat yang bertanggung jawab dalam men-jalankan pembangunan melalui BKPG. Tidak hanya itu, dalam menjalankan Program BKPG pemerintah juga membuat pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dari setiap desa direkrut pemuda/pemudi, per desa 3 orang. Pelati-han KPMD ini tentu sangat

membantu dalam meningkatkan SDM desa.

Melihat banyaknya dampak positif dari Program BKPG, maka sepantasnya program ini dilanjutkan pada tahun 2012 demi: 1). Kelanjutan pembangu-nan di pedesaan. Dengan adanya BKPG wajah desa-desa di Aceh semakin membaik karena diban-gun sesuai kebutuhan. Ada yang membangun saluran air, jalan desa, program ekonomi, ada pula (seperti di kampung saya) diban-gun beronjong sungai; 2).Kes-inambungan pemberdayaan SDM desa melalui pelatihan KPMD; dan 3).Demi tetap berputarnya uang dalam masyarakat karena telah dipekerjakannya penduduk desa dalam menjalankan pem-bangunan.

Bukhari M.AliWarga Tanjong Reubee, Kecama-

tan Delima, Kabupaten Pidieemail: [email protected]

mEmaknai pErgantian taHunTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si

www.acehimage.com

BKPG Harus Berlanjut

Page 4: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 20114 LAPORAN UTAMA

Kurang dari dua bulan lagi, atau tepatnya pada tanggal 9 Februari 2012 mendatang, masa Pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Wakilnya, Muhammad Nazar genap berumur lima tahun. Ini artinya, dua bulan ini merupakan masa-masa akhir dari pemerintahan keduanya.

Maka selayaknyalah, di edisi terakhir ini tahun ini, Tabangun Aceh mengajak pembaca untuk

mengulangkaji kembali visi misi dan capaian kinerja duet yang memenangkan pemilihan langsung dalam satu putaran pada tahun 2006 lalu ini. Guna memudahkan pembaca, Redaksi Tabangun Aceh akan menurunkannya dalam bentuk table, dimulai dari visi dan misi, strategi, hingga pencapaian kinerja per bidang. Selamat membaca:

ViSi pEmErintaH aCEHTerwujudnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam se-gala sektor kehidupan masyarakat Aceh dan Pemerintahan, yang menjunjung tinggi azas transparan si dan akuntabilitas bagi terben-tuknya suatu Pemerintahan Aceh yang bebas dari praktik korupsi dan penya lahgunaan kekuasaan sehingga pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi Negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran

misi pemerintah aceh, 2007 -2011• Kepemimpinan yang aspiratif, inovatif, dan intuitif• Aparatur pemerintah yang bersih, kompeten dan berwibawa,

bebas dari korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan• Penegakan hukum• Pengembangan sumberdaya manusia• Perekonomian• Politik• Sumber Daya Alam• Adat Istiadat, Kebudayaan, dan Olahraga

Strategi dan arah kebijakan aceh, 2007-2011• Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan

Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan• Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber

Daya Energi Pendukung Investasi • Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan

Belajar• Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan• Pembangunan Syariat Islam, Sosial dan Budaya• Penciptaan Pemerintah Yang Baik dan Bersih Serta Penyehatan

Birokrasi Pemerintahan • Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana

kondiSi gEoraFiS aCEH• Secara geografis, Aceh terletak di ujung barat Pulau

Sumatera, yaitu pada posisi 20-60 Lintang Utara dan 950-980 Bujur Timur. Posisi tersebut sangat strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan dan kebudayaan yang menghubungkan belahan dunia timur dan barat. Provinsi Aceh memiliki luas wilayah 57.948,94 Km2 (12,26% dari luas Pulau Sumatera)

• Aceh terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, dengan perincian 276 kecamatan, 754 kemukiman dan 6.423 gampong. Kabupaten/Kota yang memiliki kecamatan dan gampong terbanyak adalah Kabupaten Aceh Utara dengan 27 kecamatan dan 852 gampong. Sedangkan kemukiman terbanyak berada di Kabupaten Pidie yaitu 94 kemukiman

indeks pembangunan manusia• Indeks Pembangunan Manusia dicapai pada tahun 2007

sebesar 70,68 sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 71,70.

• Angka melek huruf tahun 2007 sebesar 96,20% dan tahun 2010 sebesar 96,88%, usia harapan hidup 68,8 tahun pada tahun 2007, sementara tahun 2010 sebesar 68,9 tahun.

• Pengeluaran ril perkapita pada tahun 2007 sebesar Rp 600.950,-/bulan sedangkan tahun 2010 menjadi Rp 611.420,-/bulan.

• Pendidikan: rata-rata lama sekolah tahun 2007 adalah 8,50 tahun, pada tahun 2010 menjadi 8,81 tahun atau rata-rata pendidikan masyarakat Aceh telah lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

penduduk miskin• Angka kemiskinan di Aceh, dari tahun 2006 sampai dengan

2010 terus menunjukkan grafik menurun setiap tahunnya. Tahun 2006, penduduk miskin sebanyak 1.112.061 jiwa atau 26,66%, tahun 2010 turun menjadi 1.088.368 jiwa atau 21,98%, dan menurut BPS, pada tahun 2011 diprediksi turun menjadi 969.353 jiwa atau 19,57%.

• Jumlah pengangguran terbuka, setiap tahunnya mengalami penurunan. Tahun 2006 sebesar 9,84% turun menjadi 8,37% pada tahun 2010 dan tahun 2011 diperkirakan turun lagi menjadi 8,27%.

kesehatan• kesehatan pada tahun 2007 angka kematian ibu turun secara

signifikan dari 237/100.000 lahir hidup menjadi 184/100.000 lahir hidup pada tahun 2010. Angka Kematian Bayi dari 35/1000 lahir hidup pada tahun 2007 turun menjadi 25/1000 lahir hidup pada tahun 2010

• Status gizi masyarakat yang diindikasikan melalui prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita menurun dari 48,6% tahun 2007 menjadi 21,9% tahun 2010.

pendidikan• Angka Partisipasi anak usia 0-6 tahun pada Pendidikan Anak

Usia Dini meningkat dari 79,00% tahun 2007 menjadi 83,02% tahun 2010 dan meraih peringkat ketiga nasional.

• Anak usia 7-12 tahun di SD/MI atau yang sederajat dari 116,40% pada 2007 menjadi 113,27% pada tahun 2010, sedangkan APM meningkat dari 94,18% pada tahun 2007 menjadi 94,67% pada tahun 2010. Penurunan APK ini sejalan dengan meningkatnya pelayananan pendidikan di lembaga PAUD khususnya TK/RA sehingga anak usia 4-6 tahun berkesempatan memasuki TK/RA sebelum memasuki SD/MI.

• Capaian APK/GER bagi anak usia 13-15 tahun di SMP/MTs atau yang sederajat meningkat dari 95,67% tahun 2007 menjadi 102,83% tahun 2010, sedangkan APM/NER meningkat dari 73,29% menjadi 79,53%.

• Capaianjenjang pendidikan menengah, APK bagi anak usia 16-18 tahun di SMA/MA/SMK atau yang sederajat meningkat dari 73,84% tahun 2007 menjadi 81,89% tahun 2010, demikian juga dengan capaian APM anak usia 16-18 tahun meningkat dari 57,63% menjadi 62,93%.

infrastruktur• Tahun 2007 jalan dalam kondisi baik di Aceh sepanjang 442,47

km atau 27,63%, tahun 2010 meningkat menjadi 839,91 km atau 45,45% dari total 1.847,91 km jalan Provinsi Aceh.

• Tingkat pelayanan air bersih, tahun 2008 mencapai 524.778 jiwa, tahun 2010 meningkat 762.584 jiwa.

Kinerja Pemerintah Aceh Era Irwandi Yusuf

DOK. BAPPEDA ACEH

Page 5: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 5LAPORAN UTAMA

Tahun 2012 merupakan tahun bera-khirnya periode kepemimpinan Gu-bernur Irwandi dan Wakil Gubernur

Muhammad Nazar, banyak hal yang telah dicapai namun banyak hal pula yang perlu terus dibenahi, pembangunan terus berlan-jut dan tidak boleh berhenti walaupun pem-impin terkadang harus berganti.

Kepala Bappeda Aceh Iskandar menga-takan, prioritas pembangunan Pemerintah Aceh tahun 2012 telah dirumuskan dalam agenda pembangunan melalui 7 Prioritas Pembangunan untuk menyelesaikan secara bertahap atau sekaligus permasalahan dae-rah dan masyarakat dengan sasaran dan target pembangunan yang terukur sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Aceh (RPJMA) dan Rencana Kerja Pemerin-tah Aceh (RKPA).

Adapun ke 7 prioritas pembangunan terse-but adalah: • Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Per-

luasan Kesempatan Kerja dan Penanggu-langan Kemiskinan.

• Pembangunan dan Pemeliharaan Infras-truktur dan Sumber Daya Energi Pen-dukung Investasi.

• Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemer-ataan Kesempatan Belajar

• Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelay-anan Kesehatan

• Pembangunan Syariat Islam, Sosial dan Budaya

• Penciptaan Pemerintahan yang Baik dan

Bersih serta Penyehatan Birokrasi Pemer-intahan

• Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana

Dari tujuh program/kegiatan prioritas pembangunan di atas, pada tahun 2012 akan lebih menitik beratkan pada 4 prioritas utama yaitu ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan, tentu dengan tidak mengabaikan 3 prioratias lainnya sebagai pendukung agar tercapai sasaran yang diharapkan. “Dari 7 progam prioritas yang akan dilaksanakan itu, Pemerintah Aceh menargetkan beberapa ca-paian secara makro yaitu ekonomi Aceh bisa tumbuh 6-6,5 %, angka kemiskinan bisa dite-kan menjadi 17-18 %, tingkat pengangguran bisa direduksi menjadi 7-7,5 %, IPM bisa dit-

ingkatkan menjadi 73,50 dan umur harapan juga bertambah yaitu 68,8 tahun,” kata Kepala Bappeda Aceh Ir.Iskandar M.Sc

Alokasi AnggaranDisinggung mengenai pengalokasi ang-

garan pada tahun 2012 untuk masing –mas-ing prioritas tersebut, Iskandar menyebutkan bahwa prioritas pertama yaitu Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempa-tan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan mendapatkan alokasi tertinggi yaitu sekitar 36,37 %, kemudian disusul perioritas kedua yaitu sebesar 23,97 % dari total APBA (se-lengkapnya lihat grafik). Sedangkan jum-lah APBA untuk tahun 2012 direncanakan Rp.8.668.550.260.124,- (rinciannya lihat ta-ble).[aswar liam]

“Pemerintah Aceh menargetkan beberapa capaian secara makro pada tahun 2012 yaitu Ekonomi Aceh bisa tumbuh 6-6,5 %, angka

kemiskinan bisa ditekan menjadi 17-18 %, tingkat pengangguran bisa direduksi menjadi 7-7,5 %, IPM bisa ditingkatkan menjadi 73,50 dan

umur harapan juga bertambah yaitu 68,8 tahun,”

-- ir.isKandar, m.sc --Kepala Bappeda Aceh

Pemberdayaan Ekonomi Prioritas Pembangunan 2012

targEt pEndapatan dan pEmbiayaan nEtto aCEH (rapba)taHun 2012

nO PendaPatan dan Penerimaan PembiaYaan acehtarget tahun

anggaran berKenaan

1 2 31 PendaPatan aceh

1.1 Pendapatan asli aceh 804.284.999.424

1.1.1 Pajak Aceh 525,284,999,424

1.1.2 Retribusi Aceh 9.000.000.000

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan 101.000.000.000

1.1.4 Zakat/Infaq 7.000.000.000

1.1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang sah 162.000.000.000

1.2 dana Perimbangan 1,759,765,460,700

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak 217.900.529.946

1.2.2 Dana Bagi hasil Hidrokarbon dan SDA Lainnya 65,729,827,754

1.2.3 Dana Alokasi Umum 750.000.000.000

1.2.4 Dana Alokasi khusus 0

1.2.5 Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak Bumi dan Gas Bumi 726,135,103,000

1.3 dana Otonomi Khusus 5.400.000.000.000

1.3.1 Dana Otonomi Khusus 5.400.000.000.000

1.4 Lain-lain Pendapatan aceh yang sah

1.4.1 Hibah 0

1.4.2 Dana Darurat 0

1.4.3 Dana Penyesuaian 0

1.4.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

0

jumLah PendaPatan aceh 7.964.050.460.124

2 PembiaYaan aceh 711.499.800.000

2.1 Penerimaan PembiayaanPenerimaan Pembiayaan

711.499.800.000

2.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

711.499.800.000

2.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0

2.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Aceh Yang Dipisahkan 0

2.1.4 Penerimaan Pinjaman Aceh 0

2.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0

2.1.6 Penerimaan Piutang Aceh 0

2.1.7 Penerimaan Obligasi Aceh 0

2.2 Pengeluaran Pembiayaan 7.000.000.000

2.2.1 Penyertaan Modal (investasi) 7.000.000.000

2.2.2 Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Pembiayaan netto 704.499.800.000

jumLah dana Yang tersediajumLah dana tersedia

8.668.550.260.1248.668.550.260.124

Sumber: Bappeda Aceh

FOTO: IRFAN M NUR

Para nelayan bersiap pergi ke laut untuk mencari nafkah. Pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi prioritas Pemerintah Aceh dalam pembangunan di tahun 2012.

pErSEntaSE alokaSi rapba 2012SESuai prioritaS pEmbangunan aCEH

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan (36,37%) Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya Energi Pendukung Investasi (23,97%) Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar (15,36 %) Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan (10,13 %) Pembangunan Syariat Islam, Sosial dan Budaya (4,79 %) Penciptaan Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Penyehatan Birokrasi Pemerintahan (8,77 %) Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana (0.62 %)

Page 6: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 20116 WAWANCARA

Kiat dan program apa saja yang Anda lakukan untuk mewujudkan visi dan misi pemerintahan selama lima tahun me-mimpin Aceh?

Pertama benahi organisasi Pemerintah Aceh dengan menempatkan orang yang te-pat pada bidang kerjanya. Lalu memperbaiki kesejahteraan PNS/pejabat negara melalui pebaikan pendapatan dan gaji yang layak. Kedua memberikan reward (penghargaan) bagi PNS/pejabat negara yang berprestasi, dan panishment (hukuman/sanksi) bagi yang melalaikan tugasnya. Program lain, memperbaiki sistim penerimaan PNS yang berkualitas, yang tidak mengandung unsur KKN, tapi profesional dalam bidangnya.

Selama Anda memimpin, jumlah pen-duduk miskin dan angka pengangguran terbuka terus menunjukkan penurunan, apa saja kiatnya?

Pertama menyusun program pember-dayaan ekonomi rakyat yang berkelanju-tan dan terintegrasi, antara satu bidang dengan bidang lainnya melalui pembuatan perencanaan pembangunan lima tahunan. Mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan program dengan kontinyu.

(Catatan redaksi: jumlah penduduk miskin Aceh pada 2010 telah menurun 7,07 persen men-jadi 19,57 persen, dari sebelum Irwandi menjabat mencapai 26,66 persen (data tahun 2007). Selain itu, angka pengangguran terbuka juga telah menu-

run menjadi 8,27 persen dari sebelumnya 9,84 persen dari jumlah penduduk Aceh saat ini sekitar 4,9 juta jiwa).

Program spesifik apa yang dilakukan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin dan pengangguran yang sangat besar itu ?

Banyak. Antara lain, membuat program Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong atau yang disingkat dengan BKPG. Setiap gampong diberi dana bantuan Rp 50-Rp 75 juta/tahun. Dana ini untuk pembiay-aan pembangunan infrstruktur dasar yang mendesak, seperti pembangunan sumber air minum maupun jaringannya, listrik desa, jalan, jembatan, irigasi desa dan pem-berdayaan modal usaha kepada kelompok ekonomi rentan, seperti para janda dan pen-duduk miskin di desa untuk ia bisa berusaha mandiri.

Dalam bidang kesehatan banyak prestasi yang telah diraih, antara lain an-gka gizi buruk anak balita, kematian ibu melahirkan dan bayi menurun drastis. Apa rahasianya?

Angka kematian ibu melahirkan di Aceh telah menurun drastis dari 237/100.000 menjadi 184/100.000 lahir hidup dan an-gka kematian bayi dari 35/1.000 menjadi 25/1.000 lahir hidup. Hal ini disamping ada program berobat gratis melalui program Jamkesmas dan Jampersal dari Kementerian Kesehatan, Pemerintah Aceh juga membuat program yang sama tapi dengan kualitas pelayanan yang lebih baik dengan alokasi anggaran yang lebih besar dari Rp 240 mil-iar sampai Rp 400 miliar. Program itu kita beri nama Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Program JKA sudah menjadi program idola dan unggulannya kesehatan rakyat Aceh di pedesaan maupun perkotaan.

Terkait dengan tiga program kesehatan itu, balita gizi buruk juga telah menurun drastis dari 48,6 persen menurun drastis menjadi 21,9 persen. Begitu juga dengan usia harapan hidup orang Aceh juga sudah meningkat dari 68,8 tahun menjadi 68,9 tahun.

Bagaimana dengan bidang pendi-dikan yang juga mengalami perubahan yang cukup signifikan?

Untuk masalah itu, Pemerintah Aceh sudah empat tahun membuat program pem-berian bantuan dana pendidikan bagi anak yatim, yatim piatu, terlantar dan putus seko-lah, serta fakir miskin. Setiap anak diberikan bantuan pendidikan Rp 1,8 juta/orang/ta-hun. Jumlah yang dibantu terus bertambah dari 80.000 orang menjadi 115.750 orang,

mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD/MIN, SMP/MTsN, SMA/SMK dan MA.

Untuk bea siswa mahasiswa S1, S2 dan S3 juga ada, baik untuk lokal, nasional, mau-pun luar negeri. Jumlahnya terus bertambah setiap tahun dari 138 orang mahasiswa pada tahun 2007, tahun 2011 ini sudah menjadi 1.304 orang mahasiswa. Ini membuktikan, perhatian Pemerintah Aceh yang sekarang terhadap peningkatan Sumber Daya Ma-nusia (SDM) Aceh jauh lebih besar dari pemerintah sebelumnya. Program untuk pendidikan dayah dan psantren serta ban-tuan untuk guru TPA dan guru ngaji, juga masih dilaksanakan sampai tahun 2011 ini.

(Catatan redaksi: Angka melek huruf orang Aceh telah naik menjadi 96,88 persen dari sebel-umnya 96,20persen dan lulusan SLTP naik men-jadi 8,81 persen dari sebelumnya 8,50 persen)

Bagaimana dengan pembangunan bi-dang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, serta perdagangan dan industri ?

Untuk bidang itu juga berkembang. Bidang pertanian, khusus untuk komoditi padi, produksi terus bertambah dengan per-tumbuhan 3,20 persen dari 1,5 juta jon, kini telah meningkat menjadi 1,7 juta ton/tahun. Jagung lebih tinggi lagi pertumbuhannya mencapai 33, 51 persen.

Perkebunanan juga berkembang pesat, terutama kelapa sawit dan kakau. Kelapa sawit tumbuh 72,73 persen dari 112.075 hektare menjadi 187.118 hektare. Coklat lebih besar lagi pertumbuhannya mencapai 209,82 persen, dari 17.705 hektare menjadi 89.889 hektare. Perikanan juga tumbuh 2 persen, dari 165.395 ton naik menjadi 191.040 ton.

Dampak positi dari kenaikan sektor tadi, pendapatan perkapita masyarakat Aceh bertambah dari Rp 600.950 menjadi Rp 611.4290/bulan, Indek Pembangunan Ma-nusia (IPM) orang Aceh juga ikut naik dari 70,68, kini sudah menjadi 71,70.

Begitu juga halnya dengan pertum-buhan ekonomi. Angka pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas Aceh tahun 2011 ini menurut data sementara BPS sudah mencapai 6,51 persen dari tahun 2008 lalu 1,92 persen. Dan dengan migas 5,59 persen, dari sebelumnya minus 5,24 persen. Prestasi ini bisa terjadi, karena ada kemauan keras dari kita semua untuk berubah. Karenanya Saya berharap agar semua pihak, terutama DPRA untuk terus berkomitmen melanjutkan semua program prorakyat ini, agar Aceh tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran. [***]

seLama lima tahun (2007-2012) menjalankan roda Pemerintahan Aceh, pasangan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar, telah banyak mengukir prestasi dan terobosan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Aceh. Meski belum semuanya berhasil, namun mereka telah bekerja keras untuk mewujudkan visi dan misinya, seperti yang dijanjikan saat kampanye dulu.

Sejumlah hasil kerja keras Irwandi Yusuf bersama wakilnya selama lima tahun telah dirasakan masyarakat Aceh saat ini. Salah satunya bisa dilihat dari membludaknya warga yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, di semua daerah dan ibukota provinsi.

Warga Aceh, terutama di pedesaan, yang dulunya tidak berani ke rumah sakit karena tak punya biaya yang cukup, kini bisa menikmati fasilitas berobat gratis di semua rumah sakit milik pemerintah. Modalnya, hanya kartu Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Tak dipungkiri, fasilitas JKA ini telah dinikmati oleh semua lapisan masyarakat Aceh, mulai dari kota hingga pelosok kampung.

Di luar masalah kesehatan, para anak yatim piatu di Aceh juga telah punya kesempatan untuk menikmati bangku sekolah. Mereka diberikan beasiswa yang dianggarkan setiap tahunnya dalam APBA. Untuk jenjang lebih tinggi, para mahasiswa juga mendapat kesempatan luas untuk melanjutkan pendidikannya ke berbagai perguruan ternama di berbagai negara.

Selain itu, para janda dan rakyat miskin juga dikucurkan modal usaha secara berkala, serta banyak program lainnya yang berpihak kepada rakyat.

Guna mengetahui kiat dan program apa saja yang dilakukan Irwandi Yusuf bersama wakilnya Muhammad Nazar guna mewujudkan visi pemerintahannya yaitu terwujudkan perubahan yang fundamental di Aceh, dengan misi kepemimpinannya yang aspiratif, inovatif, dan intuitif itu, reporter Tabangun Aceh melakukan wawancara Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Berikut petikannya:

Tabloid TabaTabloid TabaTabloid T NGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 20116

Page 7: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 7LAPORAN UTAMA

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah ke-

adaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d:11). Kiranya tidaklah berlebihan jika Firman Allah SWT tersebut yang men-ginspirasiPemerintah Aceh untuk mengubah masa depan Aceh melalui peningkatan sum-ber daya manusianya. Pendidikan merupak-an modal utama masa depan yang lebih maju dan lebih baik. Dengan pendidikan pula “build back Aceh better” bisa terwujud.

Manurut Kabid. Perencanaan Pemban-gunan Keistimewaan Aceh dan Sumberdaya Manusia (P2KSDM) Bappeda Aceh, Mahru-zal, SE, salah satu ukuran sejahtera atau tida-knya suatu negara adalah tingkat pendidikan bangsa/warganya. Pendidikan menyumbang porsi yang besar dalam perhitungan Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), dimana 2 indikatornya yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Melek Huruf, menjadi faktor penting dalam perhi-

tungan IPM.“Sehubungan dengan itu, maka sejak

tahun 2008, Pemerintah Aceh telah melak-sanakan upaya–upaya santunan kepada ya-tim/piatu/yatim piatu dengan memberikan bantuan beasiswa pendidikan setiap tahun-nya. Beasiswa ini dimaksudkan untuk mem-bantu anak-anak yang telah ditinggalkan orang tuanya agar dapat terus melanjutnya sekolahnya dan tidak mengalami putus seko-lah (drop out) dikarenakan kekurangan bi-aya,” ungkap Mahruzal.

Penyediaan beasiswa sebesar Rp 1,8 juta perorang/tahun ini tidak hanya diperuntuk-kan bagi siswa sekolah formal, namun juga bagi santri yang berstatus yatim/piatu/yatim piatu dan berusia di bawah 18 tahun yang sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Jumlah siswa yang telah disantuni pada tahun 2008 mencapai 80.000 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 100.000 orang, tahun 2010 dan 2011 jumlah penerima beasiswa diperkirakan mencapai

115.750 orang dengan total anggaran men-capai Rp.208.350.000.000.

Selain itu, sebagai upaya mewujudkan komitmen untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan untuk meningkatkan kuali-tas sumberdaya manusia Aceh, Pemerintah Aceh melalui Peraturan Gubernur No. 40 Tahun 2008 telah membentuk Komisi Bea-siswa Aceh (KBA) yang salah satu fungsinya adalah memberikan bantuan pendidikan kepada pelajar Aceh yang akan menempuh pendidikan S1/S2/S3 baik di dalam maupun luar begeri.

Lebih dari 2.000 putra-putri Aceh dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dari program beasiswa yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di 30 negara ini. Pemerintah Aceh telah mengalo-kasikan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) seki-tar Rp.300 milyar dengan target mengirim-kan sebanyak 1000 orang untuk mengikuti program beasiswa ini setiap tahunnya.

Penerima beasiswa S1/S2/S3 di tahun 2008 mencapai 882 orang, dan semakin me-ningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2009

sebanyak 972 orang, dan tahun 2010-2011 diperkirakan mencapai 1.570 orang. Banyak dari putra-putri Aceh ini dapat menyele-saikan pendidikannya dengan predikat cum-laude. Hal ini tentu saja sangat membang-gakan dan diharapkan kepada mereka untuk dapat bersama-sama pemerintah memban-gun Aceh ke arah yang lebih baik.

Pemerintah Aceh memberikan kesem-patan yang sama kepada putra-putri Aceh, tanpa adanya diskriminasi. Merupakan tekad Pemerintah Aceh agar perempuan dan laki-laki mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan. Bahkan untuk memastikan ad-anya keadilan bagi putra-putri Aceh yang berada di daerah-daerah tertinggal, Pemerin-tah Aceh juga menyediakan beasiswa untuk program-program khusus sesuai dengan ke-butuhan daerah tersebut.

“Kita semua berharap investasi ini dapat meningkatkan kualitas dan daya saing putera-puteri Aceh di tingkat nasional dan global serta menjadi investasi sumberdaya manusia Aceh dalam jangka panjang,” harap Kabid P2KSDM Bappeda Mahruzal. [cut triana dewi]

Laivi, bocah yang kini sudah berusia 1 tahun itu terlihat riang, bermain den-gan sang bunda dan pakciknya. Tak

terlihat kalau sebelumnya dia pernah ter-golek tak berdaya disebuah ruang ICU anak Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh, sekitar 4 bulan lalu. Gangguan perna-fasan dan paru-paru, membuat Laivi harus menahan banyak jarum di tubuhnya.

“Alhamdulillah sekarang sudah sembuh, dan dia dirawat dengan layanan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), sehingga kami tidak perlu memikirkan biayanya, apalagi kami dari keluarga tidak mampu,” jelas sang ibu.

Laivi bukan satu-satunya cerita dari kisah pasien-pasien yang dirawat dengan pelayanan JKA. Zuriyati (64) warga Banda Aceh, juga mendapatkan layanan yang sama. Bahkan, dengan fasilitas ini, Zuriyati yang bermasalah dengan 4 penyumbatan jantung, harus men-jalani operasi besar di RS Ciptomangunku-sumo Jakarta, untuk pemasangan stent.

“Kini Alhamdulillah ibu sudah sembuh dan tidak ada masalah dengan layanan yang diberi-kan JKA, semua biaya ditanggung oleh JKA, termasuk biaya di RSCM, dan di RSCM me-mang tersedia satu loket layanan untuk pasien JKA yang dirujuk ke sana,” sebut Oki sang anak.

Namun, tak bisa dipungkiri jika dalam pelaksanaan JKA tetap saja ada yang tidak me-

nyenangkan. Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Dr M Yani melalui Humasnya Saifullah Ab-dulgani mengaku sejak program layanan JKA diluncurkan oleh pemerintahan Aceh pada Juni 2009 lalu, setiap hari pihaknya menerima komplain dari masyarakat yang mengaku tidak mendapat layanan baik di rumah sakit.

“Bahkan sering juga terjadi pertengkaran yang menjurus ke perkelahian antara keluar-ga pasien dan petugas medis,” kata Saifullah Abdulgani.

Disebutkan Saifullah kondisi ini terjadi karena boomingnya pasien yang ingin menda-patkan layanan kesehatan, di mana mereka sebelumnya nyaris tak tersentuh dengan pe-layanan medis, akibat mahalnya biaya bero-ba. “Sejak adanya JKA, semua orang ingin mendapat pelayanan kesehatan yang opti-mal,” katanya.

Diakui Saifullah Abdulgani, dalam 2 ta-hun perjalanan program JKA ini, masih ban-yak hal yang menjadi kekurangan. Umumnya, diawali dari sosialisasi yang kurang dipahami oleh petugas kesehatan dan masyarakat.

Misalnya, sebut laki-laki berkulit gelap ini, di masyarakat ada pemahaman mereka mendapat pelayanan kesehatan gratis, pa-dahal ini bukan gratis. Hanya saja, semua pembiayaan dibayarkan oleh Pemerintah Aceh melalui JKA. “Bahasa sederhananya

adalah bahwa JKA ini adalah juru bayar bagi masyarakat,” sebutnya.

Berikutnya, ada yang kurang sempurna dalam penanganan pasien di tempat layanan-layanan kesehatan, misalnya puskesmas dan rumah sakit umum daerah. “Setiap pasien yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit umum daerah, waktu itu semua di rujuk ke rumah sakit umum Zainoel Abidin, karena disini terdapat dokter ahli yang relatif leng-kap. Padahal tidak semua penyakit harus di-tangani oleh dokter ahli, tapi bisa ditangani oleh dokter yang ada di puskesmas dan ru-mah sakit umum daerah,” ujarnya.

Pemahaman seperti ini, membuat dok-ter banyak mengeluarkan rujukan karena desakan dari keluarga pasien. “Maka mem-bludaklah orang-orang di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin,” ujar Saifullah.

Konsekuensi dari kondisi ini adalah wak-tu layanan menjadi lebih singkat dan keny-amanan layanan menjadi berkurang. Dan yang sebenarnya adalah, upaya peningkatan sumberdaya manusia tenaga kesehatan dan pemberian layanan adalah menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit dan puskesmas yang ada, bukan menjadi tanggung jawab pengelola JKA.

“Namun demikian, jika komplain terse-but dilayangkan kepada pengelola JKA, kita tetap menerima dan memberi masukan serta solusi kepada rumah sakit untuk bisa memi-nimalisir buruknya pelayanan,” jelasnya.

DiperketatUntuk mengatasi hal ini, sebut Saifullah,

upaya pemanfaatan puskesmas sebagai front-line layanan kesehatan, kini mulai diperketat. Puskesmas dilarang mengeluarkan surat rujukan jika memang tidak diperlukan, dan jika hal ini dilarang, sebut Saifullah, maka puskesmas tersebut akan mendapat sanksi.

“Hasilnya saat ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat, sejak Maret 2011, jumlah antrian di RSU Zainoel Abidin Banda Aceh sudah mulai berkurang, karena pengobatan mulai difokuskan ke puskesmas-puskesmas atau rumah sakit umum daerah,” katanya.

Pemerintah Aceh bisa berbangga, dengan adanya program layanan JKA ini, masyarakat bisa mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan memadai.

Dalam perjalanannya ke depan, tambah Saifullah Abdulgani, JKA diharapkan akan bisa menjadi program layanan kesehatan sub-sidi silang antara masyarakat kurang mampu dan masyarakat yang mampu. “Kami sangat berharap sesuai rencana pada tahun 2015 yang akan datang upaya subsidi silang akan bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Selain memberi layanan kesehatan bagi orang sakit, pemerintah juga akan mem-fokuskan layanan kesehatan bagi orang se-hat dengan meningkatkan upaya preventif dan promotif. “Sebenarnya ini yang pal-ing dibutuhkan, bagaimana upaya kita agar masyarakat tidak sakit, dengan kualitas kes-ehatan yang baik, maka akan tercipta kondi-si masyarakat yang berkualitas dan tentu saja ini akan meningkatkan produktifitas masyarakat,” jelasnya.

Saat ini, sebut Saifullah, program JKA akan bertahan sebagai program Pemerintah Aceh, karena program ini merupakan aturan layanan kesehatan, yang sudah diatur dalam Qanun Kesehatan yang sudah disahkan oleh DPRA.

“Kendati sudah dicantumkan dalam qa-nun, namun komitmen untuk menjalankan program ini juga sangat tergantung kepada pemerintahan, sehingga harapan masyarakat untuk bisa terus mendapat layanan keseha-tan yang baik dan murah, bisa terwujud,” kata Saifullah. [yayan zamzami]

Beasiswa untuk Pembangunan SDM Aceh

JKA, Layanan Kesehatan Universal di Aceh

“Pemerintah Aceh telah melaksanakan upaya–upaya

santunan kepada yatim/piatu/dengan memberikan bantuan beasiswa

pendidikan setiap tahunnya, untuk membantu anak-anak yang telah

ditinggalkan orang tuanya agar dapat terus melanjutnya sekolahnya dan

tidak mengalami DO”

-- mahruzaL, se --Kabid. P2KSDM Bappeda Aceh

no tempat

Lembaga pendidikan

jenjang

2009 2010 2011*

jlh Penerima

realisasi anggaran

jlh Penerima

realisasi anggaran

jumlah direnca-nakan

alokasi anggaran

A Luar Negeri S1 180 10.800.000.000 180 13.500.000.000 180S2 379 66.325.000.000 575 47.725.000.000 575S3 70 18.982.768.000 150 15.000.000.000 150

total a s1,s2,s3 629 96.107.768.000 905 76.225.000.000 905 0B Dalam Negeri S1 343 5.222.350.000 665 19.950.000.000 665

S2 0 0 0 0 0S3 0 0 0 0 0

total b s1,s2,s3 343 5.222.350.000 665 19.950.000.000 665 0C Dalam dan

Luar Negeri S1 523 16.022.350.000 845 33.450.000.000 845S2 379 66.325.000.000 575 47.725.000.000 575

S3 70 18.982.768.000 150 15.000.000.000 150total a + b s1,s2,s3 972 101.330.118.000 1.570 96.175.000.000 1570 0

Program JKA akan bertahan sebagai program Pemerintah Aceh, karena program ini merupakan aturan layanan kesehatan,

yang sudah diatur dalam Qanun Kesehatan yang sudah disahkan oleh DPRA

Page 8: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 20118

1

DOK. BAPPEDA ACEH

FOTO: IRFAN M NUR

Page 9: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 9

2

3

5

4

6

FOTO: IRFAN M NUR

FOTO: HERI HAMZAH

FOTO: IRFAN M NUR

FOTO: IRFAN M NUR

FOTO: IRFAN M NUR

KETERANGAN:Kondisi aman dan damai telah memperlancar pembangunan Aceh.1. Bandara Lasikin, Simeulue. 2. Jembatan fly over Pango (18/12/2011). 3. Gubernur Irawandi Yusuf meninjau Proyek APBA 2011 4. Suasana Jalan USAID di Lhoknga, Aceh Besar (18/12). 5. Suasana Jalan di Simpang Beurawe, Banda Aceh (18/12) 6. Salah satu jembatan USAID di lintasan Calang (18/12). 7. Suasana di lokasi permainan Kid Rock, Taman Sari Banda Aceh (18/12).

FOTO: IRFAN M NUR

7

Page 10: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 201110 LAPORAN UTAMA

Pembangunan infrastruktur di Aceh selama lima tahun terakhir ini men-galami kemajuan sangat pesat. Jalan

lintas barat misalnya, hingga dua tahun lalu, sejumlah titik di ruas jalan yang hancur dan putus akibat bencana tsunami 26 Desember 2004 lalu, masih harus dilewati dengan rakit.

Namun kini, atau semenjak 1 Juli 2011 lalu, sepanjang 150 kilometer lintas Banda Aceh-Calang, yang telah dibangun kembali oleh USAID dengan anggaran Rp 1,8 triliun, sudah bebas rakit. Para pengguna jalan tidak lagi harus khawatir dengan insiden terbal-iknya rakit, seperti sebelumnya.

Masih di lintas ini, saat ini Pemerintah Aceh dengan bantuan dari MDF sedang melanjutkan perbaikan dan peningkatan kualitas pembangunan jembatan dan ruas jalan Teunom (Aceh Jaya) hingga ke Meu-laboh (Aceh Barat) sepanjang 47 kilometer dengan anggaran Rp 330 miliar. Badan jalan ini sebelumnya juga sudah pernah diperbaiki melalui sumber dana APBN.

Keberhasilan pemerintah dan donator menyelesaikan pembangunan di lintas utama pantai barat ini, langsung membawa dampak positif bagi masyarat. Para pengusaha mini bus L300 telah menurunkan ongkos bagi penumpang di sepanjang lintas pantai barat ini. Misalnya, dari Banda Aceh-Meulaboh yang sebelumnya mencapai Rp 100.000-Rp 120.000/orang, kini telah turun menjadi Rp 80.000-Rp 70.000/orang.

“Kembali lancarnya arus transportasi lintas pantai barat itu memberi makna ke-majuan pembangunan infrastruktur Aceh meleset sangat cepat,” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Ir Rizal Aswandi, kepada wartawan Taban-gun Aceh, Jumat (9/12/2011) lalu.

Setelah lintas barat ini tertangani, kata Rizal, program lima tahun ke depan adalah menangani pembangunan di lintas tengah. Di wilayah ini, lembaga donor dari Jepang (JICS) telah bersedia membiayai pembangu-nan ruas Tengah Aceh pedalaman dari Aceh Tengah, Gayo Lues sampai Aceh Tenggara sepanjang 200 Km dengan anggaran sekitar Rp 660 miliar. “Pembangunan fisiknya akan dimulai pada awal Januari 2012 mendatang,” ungkap Rizal.

Kadis BMCK Aceh menyebutkan, pro-gram pelebaran dan peningkatan kualitas badan jalan lintas tengah (dari 5-6 meter men-jadi 7-9 meter) merupakan ide dari Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Dalam programnya, kata Rizal, Gubernur Irwandi menginginkan kualitas dan lebar jalan ruas tengah ini sama seperti di lintas pantai timur-utara Aceh.

“Kenapa ini harus dilakukan, alasannya, pertama untuk menghapus kesenjangan pem-bangunan antarwilayah. Kedua untuk per-cepatan pembangunan ekonomi di wilayah tengah dan pegunungan,” tukas Rizal.

Setelah ruas jalan lintas tengah lebar badannya jalannya mencapai 7-9 meter dan

bisa dilintasi truk-truk tronton dan interkuler berbobot 35-45 ton, ekonomi daerah itu akan bergerak dengan cepat. Hal ini karena untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah ekonomi lintas tengah sudah tidak ada lagi hambatan-nya. “Jalan sudah lebar, jembatannya sudah beton dan baja seluruhnya, seperti lintas pan-tai barat dan timur utara Aceh,” kata dia.

Rizal Aswandi juga mengatakan, pi-haknya berkomitmen penuh untuk menerus-kan program pembangunan jalan dan jem-batan yang dibuat oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh yang lama, Muhyan Yunan. Menurut Rizal, program pembangunan yang diusung Muhyan itu menyentuh sampai ke daerah-daerah yang wilayahnya sangat berpotensi untuk dijadi-kan menjadi kawasan ekonomi baru, karena menembus antarwilayah.

Beberapa ruas jalan dimaksud, sebut Rizal, adalah ruas jalan Krueng Geukueh-batas Ben-er Meriah, Simpang Kebayakan-batas Aceh Utara, Trangon-Tonggra dan Tonggra-Batas Abdya, Babahrot-batas Gayo Lues, Peunaron-Lokop dan Lokop-Pinding, Blangkejeren-Pin-ding-Pasir Putih, Simpang Tritit-Pondok Baru

dan Pondok Baru-Samar Kilang, Lamno-Jan-tho, dan beberapa lintas lainnya.

Menurut Rizal, semua pekerjaan di ruas jalan tembus itu telah dikerjakan. Beberapa di antaranya bahkan sudah tembus, tapi masih ada yang belum. “Ini (menyelesaikan semua pembangunan jalan tembus-red) men-jadi program pokok dan utama bagi Dinas BMCK Aceh untuk lima tahun ke depan. Kenapa demikian, karena jalan memegang peran yang sangat penting untuk memajukan suatu daerah. Tanpa jalan yang bagus dan baik, perkembangan ekonomi satu daerah akan berjalan lamban,” ujarnya.

Secara garis besar, kata Rizal, dalam lima tahun terakhir (masa pemerintahan Irwandi Yusuf-Muhammad Nazar) memerintah, ruas jalan provinsi dalam kondisi baik terus me-ningkat. Pada tahun 2007 ruas jalan provinsi yang baik, baru sepanjang sekitar 442,47 km (dari 1.847,9 km ruas seluruh jalan provinsi). “Tahun 2011 ini telah bertambah 432,7 km menjadi 875,17 km. Lima tahun ke depan, secara bertahap sisanya akan kita selesaikan,” demikian Kadis BMCK Aceh Rizal Aswan-di. [heri hamzah]

“Setelah lintas barat ini tertangani, kata Rizal, program lima tahun ke depan adalah menangani

pembangunan di lintas tengah.”

-- rizal aswandi – Kadis BMCK Aceh

Infrastruktur Aceh telah Berkembang Pesat

Membangun bagi suatu daerah bukan hanya melengkapi infrastruktur besar dan massif, seperti jalan raya peng-

hubung antar satu daerah, atau jembatan bah-kan gedung pencakar langit. Membangun tidak lain adalah menciptakan suatu masyarakat yang kreatif dan proaktif dalam meningkatkan kemampuan perekonomian rakyat.

Pembangunan infrastruktur pedesaan yang masih belum memadai atau belum tersentuh oleh sektoral serta upaya pember-dayaan ekonomi yang masih belum merata, merupakan salah satu akar kemiskinan dan keterbelakangan.

Untuk mempercepat upaya penanggu-langan kemiskinan secara terpadu, pemerin-tah pusat kemudian melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) yang mulai diimple-mentasikan pada tahun 2007.

Program ini merupakan “generasi penerus” Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang bergulir paska reformasi di tahun 1998. PPK sendiri merupakan pengembangan dari Program Inpres Desa Tertinggal yang mulai diimplementasikan pada tahun 1996. Imple-mentasi PNPM-MP berada di bawah kendali Di-rektorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Departemen Dalam Negeri selaku executing

agency dengan dukungan dana dari APBN dan pinjaman Bank Dunia.

Menyahuti program nasional ini, Pemer-intah Aceh di bawah komando Irwandi Yusuf, menjalankan program senada yang men-dukung program PNPM MP, yakni dengan menggelontorkan program bertajuk Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong (BKPG).

BKPG adalah bantuan yang diberikan Pemerintah Aceh dalam rangka percepatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan pemerintahan gampong.

“Melalui program ini kami ingin mem-perkuat perencanaan pembangunan Aceh di masa mendatang agar betul-betul melibatkan masyarakat pedesaan (gampong),” kata Gu-bernur Aceh, Irwandi Yusuf, di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Tidak bisa dipisahkan pemahaman im-plementasi program PNPM-MP dan BKPG, ka-rena keduanya adalah program yang terinte-grasi, sebut Plt Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), Aulia Sofyan. Harus diakui, bahwa BKPG menjadi salah satu program ke-giatan APBA basiskan masyarakat yang terbi-lang suskes, selain dari JKA tentunya.

Plt Kepala Badan Pemberdayaan Masyarak (BPM) Aceh Aulia Sofyan mengatakan BKPG

diberikan dalam rangka meningkatkan kes-ejahteraan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan pembangunan yang direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dipelihara oleh masyarakat gampong.

Untuk tahun anggaran 2009 sebanyak 6379 gampong mendapat dana ini dengan to-tal anggaran rp.318.950.000.000. Masing-masing gampong mendapat dana bantuan sebesar Rp.50.000.000. sementara untuk anggaran tahun 2010 dikucurkan dana sebe-sar rp.318.900.000.000, untuk 6378 gam-pong dengan

“Makin lama jumlah gampong yang me-nerima memang makin sedikit, karena ada gampong yang berada di perkotaan dan tidak lagi mendapat bantuan dana ini,” jelas Aulia.

Ada pembaruan dan perubahan yang dira-sakan di dalam masyarakat yang paling utama dari implementasi program BKPG ini, yaitu tumbuhnya kesadaran masyarakat dan men-ingkatnya kenginan untuk mandiri, kreatif, dan proaktif terhadap potensi alam di sekitar masyarakat.

Dengan adanya BKPG telah tumbuh swa-daya dan semangat gotong royong dalam masyarakat untuk membangun gampong se-cara mandiri sesuai kebutuhan serta berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di perdesaan.

“Kami akui tantangan terberat dari pelak-sanaan program ini adalah bagaimana meru-bah kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang sebelumnya hanya menunggu dan menerima saja, menjadi masyarakat yang kreatif, proak-tif dan mandiri,” katanya.

Disebutkan Aulia, BPM ataupun lembaga lain memang belum mengeluarkan angka pas-ti persentase perubahan kebiasaan dan pola

pikir masyarakat ke arah yang lebih positif dengan adanya program BKPG-PNPM-MP ini.

“Namun, dari kasat mata terlihat hampir 50 persen warga kini sudah mulai menga-rahkan pemikiran mereka ke arah yang lebih positif dan mandiri,” jelasnya.

Ke depan, sebut Aulia, diharapkan pola-pola kerja BKPG di masyarakat, dimana mere-ka merencanakan dan membangun gampong sesuai dengan kebutuhan mereka, bisa pula diadopsi dalam perencanaan daerah di tingkat yang lebih tinggi dalam hal ini APBK atau APBA.

“Sehingga jika ada program-program yang direncanakan oleh pihak manapun tidak akan tumpang tindih pelaksanaannya di masyarakat, karena hal ini juga akan merugi-kan masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, untuk pemerintahan di waktu yang akan datang, tentunya dukungan dari pihak eksekutif dan legislative akan sangat di-harapkan demi kelanjutan program ini. (yay-an zamzami)

BKPG, Membangun Fisik juga Mental

• Tahun 2009: Semua Gampong di Aceh mendapatkan dana BKPG

• Tahun 2010: Anggaran pertama dialokasikan untuk semua gampong, dan kemudian anggaran tambahan disalurkan untuk gampong diseluruh kabupaten.

• Tahun 2011:Dana disalurkan untuk gampong-gampong di 18 kabupaten.

• Tahun 2012:Sudah dianggarkan dana untuk seluruh gampong di 18 kabupaten dan gampong-gampong yang dinilai masih tertinggal saja di beberapa Kota.

proses penyaluran dana bkpg

FOTO: HERI HAMZAH

PeKerja sedang mengerjakan Jembatan Kuala Daya Aceh Jaya yang didanai APBA 2011.

“BKPG telah tumbuhkan swadaya dan semangat gotong royong dalam

masyarakat untuk membangun gampong secara mandiri,”

-- dr. auLia sOfYan, m.si --Plt Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat (BPM)

Page 11: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 11

PeMer-iNTAH Aceh akan segera melaksanakan proyek 2012. Se-laku rakyat, kami berharap agar program 2012 di-laksanakan tepat wakt, dimulai sejak awal tahun anggaran. Pem-

bahasan dan pengesahan anggaran dengan DPRA harus segera dilaksanakan, kemudian segera dieksekusi agar dana pembangunan segera mengalir dalam masyarakat. Jika proyek-proyek besar harus menunggu se-lesai tender disusul teken kontrak dengan rekanan, tapi untuk anggaran bantuan sosial dapat mulai dicairkan sejak awal tahun, seh-ingga tidak menumpuk di akhir tahun.

SAlMAN VAriSyWarga Lambaro, Aceh Besar__________________________________

SAyA se-lalu berharap usaha-usaha kecil di Aceh bisa terus berkembang, sehingga bisa me-nyediakan banyak lapangan kerja. Semoga di tahun 2012 pemerintah bisa terus mem-beri dukungan untuk perkembangan usaha rumah tangga, misalnya dengan memberikan kemudahan untuk mendapatkan modal, memberi ban-tuan pengetahuan dan pelatihan bagi pen-gusahanya, agar mereka lebih berkembang. Saat ini kondisi perekonomian di Aceh agak membaik, terutama bagi usaha kue tradis-ional Aceh. Kalau dulu usaha ini sangat sulit berkembang, namun dengan bantuan smua pihak yang ikut memperkenalkan kue ini, usaha ini sudah berkembang jauh lebih baik.

rOSNAH Pengusaha Kue Ade Kak Nah Meureudu

KeADAAN perekonomian Aceh di tahun 2011 sudah mulai positif dan mem-baik. Ini tentu sangat dipengaruhi oleh kondisi keamanan Aceh yang kian stabil serta kesediaan infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan yang mulai membaik. Di tahun 2012 dan tahun-tahun seterusnya kami selaku rakyat kecil berharap agar kestabilan keamanan dan kesinambungan pembangunan itu tetap berlanjut, bahkan

bisa lebih baik dari tahun sebe-lumnya. Semoga saja stabilitas keamanan dan pembangunan terus berlanjut agar rakyat ke-cil dapat bekerja mencari nafkah dengan aman, tenang dan tanpa gangguan.

TArMiZi MPedagang nasi di Leupueng, Aceh Besar__________________________________

BerBiSNiS di bidang pertanian sebenarnya merupakan prospek besar di Aceh, karena memang daerah kita sangat mendukung untuk menghasilkan banyak hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Tapi sayang, sebagian besar petani kita tidak bisa menggantungkan hidupnya pada dunia pertanian, karena kurangnya pembinaan kepada petani, pengembangan hasil produk, pemasaran, hingga ke masalah permoda-lan. Untuk hasil tani kopi, prospeknya sangat bagus, baik untuk level lokal, na-sional bahkan internasional. Produk kopi Aceh sangat digemari pasar luar negeri. Tapi sayang,

pemasaran kopi Aceh masih dilakukan se-cara personal, belum massal, sehingga tak bergaung, fasilitas ekspor seperti pelabuhan lokal belum dimanfaatkan, karena belum berimbang antara jumlah produk ekspor, kontinuitas dan kapal pengangkut. Semoga di tahun 2012 akan terwujud cita-cita ekspor produk pertanian Aceh melalui dermaga-dermaga di Aceh.

NiNi Pengusaha Kopi Mutiara Gayo,

Bener Meriah__________________________________

UNTUK usaha kecil di Aceh saat ini masih belum terlalu berkem-bang. Salah satu akibatnya memang in-flasi yang tinggi. Kredit konsumtif di masyarakat terlalu tinggi. Pengusaha kecil dan home industry terkena imbasnya juga. Di tahun 2012 Pemerintah Aceh diminta untuk lebih proaktif, misalnya bisa mengupayakan menstabilkan ekonomi, dalam hal ini harga dan inflasi. Bisa juga melakukan pertemuan rutin dengan pengu-saha kecil menengah, untuk mencari solusi dan mengetahui permasalahan ekonomi yang ada. Roda perekonomian yang sangat perlu digerakkan sebenarnya adalah pengu-saha kecil dan menegah, bukan pengusaha besar. Kalau ada krisis, maka pengusaha besar bisa langsung collaps, tapi pengusaha kecil dan menegah bisa bertahan. Pengusaha kecil menegah juga mampu memberi lahan pekerjaan, sehingga bisa menekan angka pengangguran.

TeUKU FiZA,Se Pelaku Ekonomi di Banda Aceh__________________________________

TeriMA kasih buat Tabloid Taban-gun Aceh dan Bank BRI Aceh telah mem-

berikan hadiah bagi saya mela-lui lomba TTS edisi bulan lalu. Muda-mudahan ke depan masih ada kesempatan buat kami un-tuk ikut lomba lagi, dan kami harap pada BRI semoga hadi-ahnya disedikan lebih banyak lagi. Hadiah itu sangat ber-harga bagi kami, dan kami memanfaatkan dan menjaganya.

CUT SiTi AZOlA SyiVASiswa Kelas III

MIN Mesjid Raya Banda Aceh__________________________________

DiBANDiNG sebelum tsunami in-frastruktur Aceh sudah kian baik. Meski begitu, Pemerintah Aceh perlu terus mem-bangun infrastuktur dasar terutama di bidang transportasi. Jalan ke arah selatan Aceh hingga Singkil perlu ditingkatkan, ja-lan lintas timur yang sudah kalah dibanding jalan USAID di Calang perlu diperlebar. Sementara di bidang pelayaran perlu dis-iapkan armada yang dapat menghubung-kan antara Aceh dengan negara tetangga, misalnya ada kapal cepat dari Sabang ke Penang, ke Kuala Lumpur, atau ke Thai-land. Pada tahun 2012 BPKS perlu menunjuk-kan kinerjanya agar menjadi lembaga yang memberi kontri-busi nyata dalam menyejahterakan rakyat Aceh.

MUSTAFA lUTHFiPemuda Jakarta asal Aceh, mustafa_lu-

[email protected], pin bbm: 25DCA05C

apa kata mErEka

Harapan di 2012

Page 12: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 201112 LAPORAN KHUSUS

Setelah berakhirnya masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, lembaga-lem-baga donor dan mitra donor seperti

“kehilangan arah” dengan program kerja yang kurang efektif dan sering tumpang tin-dih. Ini diakibatkan dari kurangnya respons dari lembaga-lembaga pemerintah sendiri untuk memberikan arah yang jelas dalam menyalurkan bantuan bagi masyarakat.

Padahal begitu banyak permasalahan pe-lik yang terjadi di masyarakat dan banyak pula agenda kerja pemerintah dalam upaya pen-anganan masalah-masalah tersebut, namun seringkali terbentur dengan ketersediaan dana.

Dana konvensional yang berasal dari alokasi anggaran pusat, bagi hasil pajak, dana bagi hasil minyak dan gas bumi, dan bah-kan pendapatan asli daerah dirasakan tidak cukup kuat untuk mendanai dan menyelesai-kan berbagai permasalahan yang dihadapi.

Keluarnya Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan, di mana salah satu poin pentingnya adalah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangu-nan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs), menjadi suatu momen penting bagi Pemerintah Aceh untuk menggalang kekua-tan dalam pencapaian target-target MDGs.

Jika kita melihat kembali alasan kuat yang menyebabkan lahirnya serangkaian tujuan yang konkrit dalam pembangunan global, yang kemudian dikenal dengan MDGs, ada-lah bahwa bantuan-bantuan yang diberikan oleh lembaga-lembaga internasional sering kali tidak memenuhi sasaran untuk mem-bantu perbaikan kondisi kehidupan.

Oleh karenanya diperlukan sebuah kes-epakatan untuk mengukur pencapaian pem-

bangunan yang dirumuskan secara kuanti-tatif dalam tenggat waktu tertentu sehingga pembangunan lebih fokus dan terintegrasi.

Pada umumnya lembaga-lembaga inter-nasional dalam kerangka kerjanya berpe-doman pada Kerangka MDGs dan target-target global lainnya. Oleh karenanya, ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan dana-dana internasional untuk membantu Pemerintah Aceh dalam melaksanakan ber-bagai strategi dalam penanganan masalah-masalah besar dan kompleks yang terkait dengan pencapaian MDGs tersebut.

Bappeda Aceh sebagai “brain-ware” per-encanaan perlu take lead untuk memberi arah bagi tercapainya tujuan-tujuan pembangu-nan baik lokal maupun global serta memas-tikan bahwa program/kegiatan yang dilaku-kan harus sesuai dengan agenda pemerintah.

Untuk itu pula Bappeda Aceh telah menginisiasi terbentuknya wadah koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan Aceh melalui yang dinamakan “Aceh Devel-opment Coordination Forum (ADCF)”.

Forum ini diharapkan dapat memainkan peran penting untuk memberikan objektif yang jelas dan mengefektifkan bantuan-bantuan luar negeri, baik yang dikelola oleh Pemerintah Aceh, maupun yang dilaksana-kan oleh UN Agencies, NGO (nasional/in-ternasional), maupun private sector.

Sejak terbentuknya forum ini, pemetaan kembali terhadap lembaga-lembaga donor dan mitra donor telah dilakukan. Beberapa lembaga donor melalui mitra pelaksananya masih mendanai program-program yang langsung memberi dampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat.

Mengefektifkan Kembali Peran NGO di Acehn Laporan: Hasrati, SE, MM

nO nama PrOgram dOnOr mitra PeLaKsana

1 Logica2 Ausaid Coffey

2 SEDIA Ausaid Coffey3 PSLP-Putting PKPR into Practice AusAID and Nossal

Institute for Global Health- Melbourne University

AYOMI

4 GRR-PTD (A Gender-Responsive Approach to Reintegration and Peace Stabilization: A Pilot Project in Aceh Selatan)

BCPR GENEVA UNDP

5 Community-based Participatory Development CAMA (Compassion and Mercy Associates

Yayasan Tangan Peduli

6 Sustainable Tambak Development: BMPT Caritas Scotland/ Caritas Spain

Caritas Czech Republic

7 READ (Rural Economic Activity Development) Cordaid Swisscontact8 PEKA EDFF Swisscontact9 ADRF EU GIZ10 Community Ranger Programme EU Fauna & Flora

International11 AJP (Aceh Justice Project) EU UNDP12 Promotion of Human Rights and Democratic Reform in Aceh EU Cafod13 Sustaining Peace through Improved Access to Quality Basic

Education (SPACE) for Children in AcehEU World Vision

14 Orphan Kafala Program (OKP) IDB OIC Alliance for Children Victims of Tsunami

15 JFPR (Japan Fund for Poverty Reduction) 9072/ 9073 Japan & ADB ADB/ OISCA International

16 Technical Assistance(TA): Improving Access to Finance in Aceh and North Sumatra

Japan (Japan Fund for Poverty Reduction)

Asian Development Bank

17 AEDFF MDF Muslim Aid18 PESAT (Proyek Ekonomi Sosial Aceh Terpadu) (Integrated

Economic - Sosial in Aceh ProjectMDF Canadian Cooperative

Association19 TERAPAN (Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri

Proses Perikanan)MDF ADF (Aceh

Development Fund)20 EDFF - Improving competitiveness of Aceh cocoa value

chain to increase farmers’ income, create jobs and alleviate poverty.

MDF ActionAid Australia (Partner - Keumang Foundation)

21 TRWMP (Tsunami Recovery Waste Management Program) MDF UNDP22 ILO-UNDP Project: Creating Jobs-Capacity Building for Local

Resource-based Road Works in Selected District in NAD and Nias Aceh Cluster

MDF ILO

23 DRRA (Disaster Risk Reduction for Aceh) MDF UNDP24 Sea Delivery and Logistics Programme MDF WFP25 TIM-SWM (Training for Improved Municipal Solid Waste

Management)MDF/ UNDP UN-HABITAT

26 Sustainable Sea Fisheries for Simeulue and Singkil MDF/WB Islamic Relief27 Empowering Nilam Growers in Aceh MDF-EDFF Caritas Czech Republic 28 Economic Empowerment, Healthcare program, Water &

sanitation, dan Rainbow FamilyMuslim Aid Muslim Aid

29 Supporting tsunami and conflict affected communties to transistion to sustainable livelihoods and reduce risks of potential disasters

Private Donors Yayasan Lamjabat

30 STEP Swiss Solidarity Swisscontact31 IDB-SCC Relief operations in Aceh Province The Saudi Charity

Campaign (SCC)Islamic Development Bank (IDB)

32 Safe Community Un Women Women 33 Health , Nutrition, WATSAN, Education, Child Protection,

Gender, Communication for Development, dan Governance/Planning

UNICEF UNICEF

34 AGTP UNDP 35 Kinerja USAID RTI36 TAPP (The Aceh Polytechnic Program) USAID Swisscontact37 Chance International Various European

foundations and trustsCI with AMA

38 CPDA WB 39 Community Ranger Programme World Bank Fauna & Flora

International40 Aceh Development Program (ADP) World Vision Germany World Vision

Pada umumnya lembaga-lembaga internasional dalam kerangka kerjanya berpedoman pada kerangka MDGs dan target-target global lainnya. Oleh karenanya, ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan dana-

dana internasional untuk membantu Pemerintah Aceh dalam melaksanakan berbagai strategi dalam penanganan masalah-masalah besar dan kompleks

yang terkait dengan pencapaian MDGs tersebut.

Untuk mencapai kejayaan dan kemak-muran masyarakat Aceh di masa akan datang, maka pembangunan

Aceh harus berorientasi ekspor dengan pengembangan komoditi-komoditi strat-egis yang laku di pasar dunia. Aceh harus mengembangkan komoditi berdasarkan zo-nasi dan skala ekonomi (scale of econom-ic) yang menguntungkan. Aceh juga harus mengembangkan industri prosesing yang mengolah hasil-hasil pertaniannya sehingga bisa memberikan nilai tambah (added value). Demikian dikatakan Dr. Sofyan Syahnur, SE, M.Si, pakar analisis kebijakan dan pengem-

bangan ekonomi, kepada Tabangun Aceh, Rabu (7/11/2011) di Banda Aceh.

Menurut Sofyan yang juga dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah, pada hakikatnya pemban-gunan tidak bisa terlepas dari dua aspek, yaitu aspek ekonomi dan non-ekonomi (multi-disci-plinary aspect). Merujuk pada aspek pemban-gunan ekonomi, Aceh selama kurun waktu 2006-2009 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi masih dijadikan sebagai indikator penilaian kemajuan ekonomi suatu wilayah.

“Pertumbuhan ekonomi real Provinsi Aceh selama tahun 2006-2009 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun

2006, pertumbuhan ekonomi bertumbuh 7,70 % dan mengalami penurunan di tahun 2007 mencapai 7,23 %. Tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan ekonomi Aceh mengala-mi penurunan drastis masing-masing 1,9 % dan 3,9 %,“ ungkap Sofyan.

Secara rata-rata, sambung Sofyan, per-tumbuhan real ekonomi Aceh mencapai 5,18 % (PDRB Harga Konstan 2000 tanpa Migas, BPS Aceh, 2010), sedangkan -2,91 persen (PDRB Harga Konstan 2000 dengan Migas) selama tahun 2006-2009. Tiga sektor ekonomi yang memberikan kontribusi ter-besar terhadap pertumbuhan ekonomi Pro-vinsi Aceh tahun 2006-2009 adalah sektor pertanian dengan rata-rata 31.4 %, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 22.13 %, dan sektor jasa-jasa sebesar 20.72 % pertahunnya.

Ditambahkannya, dilihat dari aspek non-ekonomi, indikator kemiskinan Provinsi Aceh masih memperlihatkan persentase yang masih tinggi dengan rata-rata 21.39 % per tahun (2009-2010). Persentase kemiskinan terbesar berada pada daerah pedesaan dengan rata-rata 24 % dan perkotaan dengan rata-rata 15.1 %. Dipihak lain, persentase pengangguran 8,6 % pada kondisi Februari 2010 mengalami pen-urunan dibandingkan dengan persentase pen-

gangguran pada kondisi Februari tahun 2009, yaitu sebesar 9,33 %. Hal ini mengakibatkan tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 62,83 % dibandingkan dengan tahun Februari 2009 sebesar 61,92 %.

Berlandaskan pada kedua aspek tersebut, Sofyan mengungkapkan bahwa sektor per-tanian memegang peranan yang dominan, namun belum dikelola dengan baik dan tidak ada keterkaitan antar sektor (suplay chain), aki-batnya tidak memberikan nilai tambah (added value) dari komoditi tersebut. “Rendahnya added value ini karena belum adanya indu-stri yang mengolah hasil pertanian. Alhasil, ekspor Provinsi Aceh masih terbatas pada bahan baku mentah (raw commodities) semen-tara dipihak lain masyarakat butuh pekerjaan untuk meningkatkan kesejahterannya,” ung-kap alumnus University of Bonn Jerman ini.

Menghadapi persoalan itu, Sofyan mengharapkan agar Pemerintah Aceh dapat membuat formulasi dan memprioritaskan pembangunan pada sektor pertanian den-gan keunggulan masing-masing wilayah di-dukung dengan sektor lain yang berorien-tasi ekspor. “Apabila ini bisa diwujudkan Aceh akan maju dan makmur di masa akan datang,” pungkas Sofyan. [fzu]

Aceh Harus Berorientasi Ekspor“Rendahnya added value ini karena belum

adanya industri yang mengolah hasil pertanian. Alhasil, ekspor Provinsi Aceh

masih terbatas pada bahan baku mentah (raw commodities) sementara dipihak

lain masyarakat butuh pekerjaan untuk meningkatkan kesejahterannya,”

-- dr. sOfYan sYahnur, m.si --

Page 13: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 13

Menjelang berakhirnya tahun 2011 ini, Badan Perencanaan Pemban-gunan Daerah (Bappeda) Aceh,

kembali mencatat prestasi di bidang ket-erbukaan informasi. Tepatnya pada Sabtu (10/12/2011), Kepala Bappeda Aceh, Ir Iskandar MSc, meresmikan pusat data dan informasi (Pusdatin) Bappeda Aceh.

Pusdatin menjadi produk informasi kedua yang dilahirkan Bappeda Aceh dalam tahun 2011 ini. Sebelumnya, Bappeda Aceh telah memasukkan AGDC (Aceh Geospa-sial Data Center) dalam struktur di Bappeda dengan nama UPTB PDGA (Unit Pelaksana Tugas Badan Pusat Data Geospasial Aceh).

Iskandar yang membacakan teks pidato sambutan Sekda Aceh T Setia Budi mengata-kan, Pusdatin merupakan wujud penciptaan data dan informasi yang dinamis dan kreatif dalam menghadapi globalisasi dan kompetisi teknologi informasi. “Hal ini akan menam-bah citra Aceh dalam era keterbukaan infor-masi publik,” kata Sekda seperti dibacakan Kepala Bappeda Aceh.

Kepala Bappeda menyebutkan, ada enam tujuan utama pembentukan Pusdatin ini, (lihat Tujuan Pembentukan Pusdatin), termasuk menyediakan “kios informasi” yang memberikan akses dan pelayanan ke-pada publik untuk mengambil dan mencari data secara mandiri

Dalam sambutan tertulis Sekda Aceh disebutkan, Pusdatin Bappeda Aceh meru-pakan wujud penciptaan data dan informasi

yang dinamis dan kreatif dalam menghadapi globalisasi dan kompetisi teknologi infor-masi.

“Access to government records and informa-tion” merupakan fenomena global dalam era keterbukaan informasi yang telah dikenal di hampir seluruh negara, dan pemerintah harus mulai membuka diri terhadap infor-masi-informasi yang sangat diperlukan oleh publik untuk dapat diakses,” kata Sekda.

Menurut laporan yang dikeluarkan “free-dom of information center” yang berpusat di London Inggris, sudah ada 50 negara yang telah mempunyai undang-undang kebebasan atas informasi termasuk Indonesia. Seban-yak 30 negara lainnya sedang dalam proses penyusunan.

Negara-negara di Asia yang telah memi-liki undang-undang ini adalah Jepang, Korea Selatan, Pakistan, Philipina, India, Thailand, dan Indonesia dengan Undang-undang No-mor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan In-formasi Publik.

Sedangkan negara Asia lainnya seperti Singapura, Cina, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam belum memiliki undang-undang kebebasan informasi.

Dikatakan juga, transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol se-tiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Sehingga penyelenggaraan kekua-saan dalam negara demokrasi dapat dipertang-gungjawabkan kembali kepada rakyat.

HABA BAPPEDA

“Akuntabilitas membawa pemerintahan yang baik, bermuara pada jaminan terhadap hak azasi manusia,” ungkap Sekda Setia Budi.

Karenanya, Sekda Aceh mengharapkan agar para pegawai Bappeda dapat mengelola Pusdatin ini secara profesional, sehingga tidak layu sebelum berkembang. “Antisipasi ke arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera dilakukan,” ujarnya.

Disebutkan, pengaruh konvergensi dan modernisasi teknologi informasi dan komu-nikasi dengan penggunaan internet telah me-mungkinkan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan dengan cara yang mudah dan cepat. “Fenomena ini mem-buat masyarakat menuntut hak untuk men-dapatkan informasi secara mudah dan cepat dari penyelenggara negara sebagaimana ter-cantum dalam ‘contitutional rights’ pada setiap negara demokrasi,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Sekda, perlu penguatan terhadap seluruh aspek dalam pengelolaan pusat data dan informasi di Bappeda Aceh ini. Antara lain, penguatan kapasitas sumber daya manusia, pemeliharaan sistem jaringan

intranet dan internet, serta penguatan sistem manajemen dan regulasi data dan informasi.

“Semua itu dilakukan untuk pengelo-laan informasi yang berkualitas, terciptanya pelayanan informasi secara mudah, cepat dan biaya ringan. Dan untuk mewujudkan kinerja badan publik yang transparan, efek-tif, efisien dan akuntabel,” demikian Sekda Aceh, T Setia Budi.[zamnur usman]

Pusdatin Bappeda, Kios Informasi untuk Publik

“Akuntabilitas membawa pemerintahan yang baik, bermuara pada jaminan

terhadap hak azasi manusia.”

-- t setia budi –sekretaris daerah aceh

DOK. BAPPEDA

KePaLa Bappeda Aceh, Ir Iskandar, M.Sc (tengah) dan para tamu pada peluncuran pusdatin menyaksikan layar monitor data di ruang pusdatin Bappeda Aceh.

1. Terciptanya mekanisme sistem penyimpanan data terpadu dan terintegrasi

2. Meminimalisir ketergantungan kepada perseorangan

3. Mengoptimalkan pertukaran informasi/data di semua bidang di Bappeda

4. Terciptanya sistem pengeluaran informasi/data satu pintu

5. Menyediakan “kios informasi” yang memberikan akses dan pelayanan kepada publik untuk mengambil dan mencari data secara mandiri

6. Terciptanya sumber data dan informasi yang optimal di website Bappeda berdasarkan produk yang diciptakan oleh bidang-bidang secara berkala.

tujuan pembentukan pusat data dan informasi

Terbentuknya UPTB–Pusat Data Geo-spasial Aceh Bappeda Aceh merupakan jawaban atas pentingnya pemanfaatan

dan pengelolaan data spasial yang profesion-al dan dapat diandalkan. Sebelumnya Pemer-intah Aceh pernah mendapatkan Proyek Land Reform Evaluastion Project (L-REP), proyek tersebut yang ditempatkan di Bappeda Aceh dari tahun 1994 - 2004 sudah tidak berfungsi lagi. Sebelumnya proyek ini menjadi tulang punggung Gubernur dalam memberikan izin suatu HPH, HGU dan lain sebagainya yang dikaitkan dengan fungsi lahan dan hutan konservasi serta lindung, sehingga izin yang diberikan tidak bertentangan dengan tata ruang dan fungsi lahan. Demikian dikatakan Kepala UPTB Data Geospasial Bappeda Aceh, Ir. Safri Gani kepada Tabangun Aceh bebera-

pa waktu lalu.Tanggal 26 Desember 2004, Aceh digun-

cang gempa dengan 8,9 skala righter dan diikuti dengan gelombang tsunami sehingga menelan korban ± 250.000 orang dan wilayah pesisir pantai rusak, apalagi untuk kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi 2/3 bagian han-cur dan banyak data yang hilang sehingga ban-yak pihak yang akan membantu Aceh harus memulai dari nol akibat sebagian data hilang.

“Dengan terbentuknya UPTB Pusat Data Geospasial Aceh hal seperti itu diharap-kan tidak akan terulang lagi. Apabila terjadi musibah kembali kita masih mempunyai data yang tersimpan di UPTB PDGA sehingga apa-bila diperlukan untuk rehabilitasi dan rekon-truksi tidak membutuhkan waktu yang yang lama karena masih mempunyai data yang

tersimpan dan terawat di UPTB PDGA,” ujar Safri Gani.

Untuk menginput data-data yang telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reha-bilitasi dan rekonstruksi, sehingga Aceh ke depan akan mempunyai data yang banyak dan data tersebut masih perlu diverifikasi ulang mana yang penting dan tidak penting sehingga akan masuk ke dalam bank data.

Dalam proses perencanaan pembangu-nan, data yang baik dan benar tentang objek yang menjadi tujuan pembangunan mutlak diperlukan. Keberadaan data yang akurat den-gan tingkat kebaruan dan validitas yang tinggi akan sangat membantu dalam mendapatkan hasil proses perencanaan pembangunan yang tepat. Selama proses rehabilitasi dan rekon-struksi pascatsunami, keberadaan data, baik yang diproduksi oleh pemerintah, lembaga donor maupun NGO, belum dikelola secara terpadu pada satu atap. Maka sering dijumpai berbagai versi data dengan sistem yang ber-beda untuk data dengan tema yang sama.

Terbentuknya UPTB PDGA ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Pemerintah Aceh untuk menjadi pionir dalam program im-plementasi Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) yang sekaligus menempatkan Pemer-intah Aceh sebagai propinsi pertama dengan dukungan teknologi dan data yang lengkap. Menjadi focal poin di Pemerintah Aceh un-tuk informasi spasial dan mendukung dalam perencanaan dan pengambilan keputusan ke

seluruh Pemerintah Aceh dan seluruh kabu-paten/kota di dalam jajaran Pemerintah Aceh.

Bila data yang ada di pemerintah Aceh dan kabupaten/kota dapat singkron, maka data tersebut dapat menjadi acuan utama dalam koordinasi dan perencanaan pemban-gunan bagi semua pihak terkait. Lembaga Pusat data Geospasial sekarang sepenuhnya sudah menjadi milik Pemerintah Aceh hasil dari binaan BRR, semua personil dan sistem yang disiapkan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tupoksi yang telah disusun. “UPTB PDGA akan menjadi lembaga yang berpartisipasi dalam Proses Perencanaan Pembangunan Daerah (P3D),” Safri Gani me-nambahkan.

Pusat Data Geospasial Aceh memberi-kan pelayanan berupa pemberian informasi geospasial yang telah diolah oleh anggota forum kepada masyarakat yang membutu-han. Pusat Data Geospasial Aceh akan mel-akukan kerjasama dengan semua pihak, bagi terciptanya sebuah kerjasama yang saling menguntungkan, untuk saat ini kami telah bekerjasama dengan GIS yang ada di Kabu-paten Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Tidak menutup kemungkinan akan bekerja sama dengan dengan Depate-men atau lembagapusat seperti Bakorsurta-nal, BPPT, Ristek dll. Informasi lebih lengkap tentang data geospasial dapat diakses mela-lui http//www. gdc.acehprov.go.id, email: [email protected]. [chandra irani]

“Keberadaan data yang akurat dengan tingkat kebaruan dan validitas yang tinggi akan sangat membantu dalam

mendapatkan hasil proses perencanaan pembangunan yang tepat.”

-- ir. safri gani --Kepala UPTB Data Geospasial Bappeda Aceh

Data Spasial dalam Perencanaan

Page 14: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 201114

Peringatan 7 tahun musibah gempa dan tsunami Aceh akan dipusatkan di Lapangan Golf Lhoknga, Kabupat-

en Aceh. Panitia berencana menghadirkan 5.000 peserta dari Banda Aceh dan Aceh Be-sar. Sementara itu, delegasi dari Jepang dan Malaysia telah menawarkan diri agar dilibat-kan pada acara renungan tahunan yang kali ini menghadirkan Ustaz Arifin Ilham dari Jakarta. Demikian dikatakan Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Prof Dr Jasman J Ma’ruf, saat ditemui Tabangun Aceh, Jumat (16/12/2011) sore di sebuah warung di Banda Aceh.

“Peringatan tujuh tahun tsunami yang jatuh pada hari Senin 26 Desember 2011 nanti akan dibingkai dalam bentuk tausiah dan khanduri rayeuk yang akan dihadiri seki-tar 5.000 peserta, termasuk delegasi dari Malaysia dan Jepang yang meminta dilibat-

Sebuah mobil Toyota Rush dari arah Meulaboh berjalan perlahan dan ke-mudian berhenti di halaman Warung

Nasi Khas Aceh Rayeuk di bibir jalan Na-sional Banda Aceh–Meulaboh, tepatnya di Gampong Mesjid Leupueng, Aceh Besar. Dua perempuan paruh baya dan seorang gadis cilik turun dari mobil warna hitam itu dan perlahan masuk ke Warung Nasi Kak Naimah.

Hari itu, Minggu (18/12/2011), jar-um jam masih menunjukkan angka 17.10 WIB yang bermakna belum jadwal makan malam, tidak pula waktu makan siang. Na-mun kedua perempuan itu langsung meme-san nasi kepada pemiliknya yang sedang duduk di depan warung. Kedua perempuan itu agaknya sengaja memilih makan nasi di warung Kak Naimah karena menyediakan aneka masakan khas Aceh Rayeuk serta be-ragam ikan segar.

Menurut Kak Naimah (45), kondisi perekonomian di jalur Banda Aceh–Meu-laboh semakin membaik seiring selesainya pembangunan jalan lintas barat yang didanai oleh USAID. “Selain penduduk kampung sini, banyak pengendara yang singgah untuk makan di warung kami, baik siang maupun malam,” tutur Kak Naimah diiyakan suamin-ya, Tarmizi M (48).

Pasangan suami-isteri ini adalah pen-duduk Gampong Mesjid Leupueng. Saat musibah tsunami meluluhlantakkan bumi Aceh, mereka sedang tidak berada di rumah

sehingga terbebas dari terjangan tsunami. “Tapi seorang putra kami, Mahyudiansyah, yang saat itu masih berusia 15 tahun serta rumah dan harta benda kami hilang ber-sama gelombang raksasa tsunami,” kenang Naimah.

“Saya bersyukur, hanya kehilangan satu orang anak dan masih memiliki keluarga yang utuh, masih ada seorang putri, seorang putra dan masih memiliki suami. Sementara orang-orang lain di Leupueng ini ada yang kehilangan semuanya. Ada pula yang ke-hilangan seluruh anak, suami dan tinggal seorang diri. Musibah yang menimpa Leupu-eng 7 tahun silam sangat dahsyat, seluruh ru-mah hancur dan sekitar 90 persen penduduk hilang,”kenang perempuan gesit itu.

Kini, kerusakan akibat tsunami telah ter-bangun setelah pemerintah Indonesia bersa-ma lembaga-lembaga dunia melakukan reha-bilitasi dan rekonstruksi Aceh. Rumah milik Naimah telah dibangun oleh UN Habitat. Begitu juga rumah-rumah milik warga lain-nya. Masyarakat korban tsunami kembali da-pat menempati rumah-rumah yang dibangun oleh BRR, NGO dan lembaga donor. Begitu juga pada fasilitas publik, seperti jalan, se-kolah, rumah ibadah, perkantoran, pasar, pelabuhan dan sebagainya.

Diakui Naimah, saat ini kondisi Aceh sudah pulih dan masyarakat dapat kembali bekerja dalam mencari nafkah dengan lelu-asa. “Kondisi keamanan yang saat ini mem-baik harus dipertahankan agar masyarakat

tidak lagi hidup dalam penderitaan. Semoga negeri ini tetap aman dan semua orang da-pat mencari rezeki dengan leluasa, bahkan hingga larut malam seperti sekarang ini,” harap Naimah di sela-sela kesibukannya melayani tamu.

Naimah mengaku memiliki pengalaman hidup yang panjang dalam mencari nafkah. Dia juga mengaku tidak pernah berputus asa dalam mencari nafkah guna menghidupi ke-luarga. “Sebelum tsunami, saya sudah terbia-sa bertani padi di sawah, mencari kayu ke gu-nung hingga bikin kue untuk ditempatkan di warung-warung kopi. Semua itu kami laku-kan untuk menghidupi diri dan menyekolah-kan anak-anak agar menjadi orang pintar dan berguna,” papar ibunda dari Mardiana yang baru menyelesaikan pendidikan di LP3I, dan Juliandi Saputra yang masih bersekolah di SMA 2 Peunayong Banda Aceh.

Usaha jualan baru dijalani Naimah dan suaminya sejak awal tahun 2006. “Membuka warung ini semata-mata agar kami mandiri dan tidak bekerja pada orang lain, walau-pun tempatnya masih berstatus sewa. Al-

hamdulillah, lakunya lumayan, cukup untuk membayar harga sewa warung, memenuhi kebutuhan keluarga dan mampu membiayai sekolah anak-anak,” ujar Naimah. [hasan basri m.nur]

kan dalam momen penting itu. Delegasi dari Jepang berjumlah 20 orang terdiri dari guru dan profesor,” kata Jasman.

Meski Jepang baru saja dilanda musibah gempa dan tsunami hebat pada Maret 2011, tapi mereka tetap menganggap musibah tsu-nami yang terjadi di Aceh adalah musibah dunia, dan karenanya mereka ingin dilibat-kan. “Jauh sebelum peringatan tsunami di-gelar, delegasi dari Jepang sudah menyatakan diri akan ikut dalam peringatan ini. Sebagai rasa penghormatan kepada mereka, kita akan melakukan upacara penyambutan di Bandara Blang Bintang saat mereka tiba,” sambung Jasman.

Jasman yang juga dosen Fakultas Ekono-mi itu menambahkan, peringatan tahunan ini diharapkan menjadi ajang introspeksi diri, mengenang para syuhada sekaligus menjadi even ungkapan rasa terima kasih kepada negara-negara/lembaga donor yang telah bahu-membahu membantu rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Ia berharap agar momen musibah tsunami selalu diingat dan ia harus menjadi pemberi spirit bagi Aceh dalam me-raih masa depan yang lebih baik.

Disbudpar, kata Jasman, akan berupaya

mengaitkan even tahunan tsunami ini guna membantu menghidupkan industri pari-wisata Aceh. Manusia dari berbagai penjuru dunia dikampanyekan agar hadir ke Aceh untuk mengahadiri peringatan musibah tsu-nami dan menyaksikan situs-situs tsunami. “Dalam hal ini, pengusaha perhotelan di Aceh didorong agar memberi dukungan, misalnya memberikan discount khusus ke-pada para tamu pada hari-hari peringatan tahunan tsunami,” kata Jasman.

Ditanya apakah masyarakat Aceh yang tidak mendapat undangan dapat menghadiri upacara peringatan 7 tahun tsunami yang di-pusatkan di Lhoknga itu, Jasman mengatakan even itu terbuka untuk umum. “Masyarakat umum dipesilahkan menghadiri tausiah 7 tahun musibah tsunami yang dipusatkan di lapangan golf Lhoknga dan diakhiri dengan khanduri raya pada siang harinya,” katanya.

Selain digelar di Lhoknga, peringatan 7 tahun tsunami juga diselenggarakan di kabupaten/kota yang terkena dampak tsu-nami. “Peringatan di Lhoknga adalah untuk level provinsi, sementara di tingkat dua di-gelar masing-masing daerah,” kata Jasman. [hasan basri m.nur/aswar liam]

7 tahun tsunami dipusatkan di lhokngan Dihadiri Delegasi Jepang dan Malaysia

“Masyarakat umum dipersilahkan menghadiri tausiah 7 tahun

musibah tsunami yang dipusatkan di Lapangan Golf Lhoknga dan

diakhiri dengan khanduri raya pada siang harinya,”

-- PrOf dr jasman j ma’ruf --Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Aceh

MEMORIAL

Kian Membaik setelah 7 Tahun“Kondisi keamanan yang saat ini

membaik harus dipertahankan agar masyarakat tidak lagi hidup dalam

penderitaan. Semoga negeri ini tetap aman dan semua orang dapat mencari rezeki dengan leluasa, bahkan hingga

larut malam seperti sekarang ini,”

-- naimah --Pengusaha warung nasi di Leupung

DOK. IRFAN M NUR

naimah (kanan) sedang melayani pembeli di warung nasi “Kak Naimah” di jalan raya Banda Aceh-Meulaboh, Leupung Aceh Besar.

kemajuan pemulihan aceh-niasRumah permanen dibangun 133.903 unitPengungsi yang masih tinggal di barak

768 KK

Fasilitas kesehatan dibangun 1.047 unitGedung sekolah dibangun 1.488 unitGuru dilatih 39.438 orang Jalan dibangun (semua tipe) 3.585 KmJembatan dibangun 273 unitBandar udara dibangun 12 unitPelabuhan laut dibangun 20 unitUsaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dibantu

194.947 unit

Rumah ibadah dibangun/direhab 3.193 UnitKapal Nelayan disediakan 7.107 unitTenaga Kerja dilatih 154.488 orang

Lahan pertanian direhab 101.240 HaGedung pemerintahan dibangun 987 unit

Per 31 januari 2009Sumber: Pusdatin-RAN Database-Sektor BRR

Page 15: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 2011 15

Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan PasteL/KraYOn. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a Bappeda Aceh Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan 6 bingkisan sekolah kepada 6 karya terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.

Nam

a Sis

wa

: ..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

..

Nam

a Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Ala

mat

Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Kela

s

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Alamat Rumah : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sekolah / Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a Bappeda Aceh, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi)bri (bank rakyat indonesia) menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang:

mendatar :1.Sampai, datang 3.Jenis alat angkutan di air 6.Alat untuk memancing 8.Binatang kecil 10.Mangrove, jenis pohon yang banyak dijumpai di pinggir pantai 12.Lenyap, habis semuanya 15.Negara di Afrika 17.Musibah 19.Beras, nasi (Bhs. Inggris) 21.Monyet 23.Agar 25.Senantiasa 28.Nama pulau kecil sebelah utara Aceh 29.Tingkah laku yang berkenaan dengan sifat dan kebiasaan seseorang 32.Ibukota kabupaten Simeulu 35.Jika 38.Memotong kecil-kecil dan tipis-tipis 40.Kerja paksa pada zaman penjajahan Jepang 42.Makna, maksud 44.Garam (Bhs. Aceh) 45.Daya tahan tubuh 47.Jaminan 50.Rasa iba 54.Saya (Bhs. Arab) 56.Satuan banyaknya kertas 500 lembar 57.Nama burung 58.Pesanteren, Madrasah 60.Makhluk halus 61.Yang ditangkap oleh indera penciuman 62.Salah satu kata tanya 63.Uni Emirat Arab (singkat) 64.Kata ganti milik 65.Waktu sebanyak 12 bulan 66.Nama bulan 67.Nama buah yang tumbuh dalam tanah.

menurun :1.Jumpa, sua 2.Rasa garam 3.Kartu Tanda Penduduk (singkat) 4.Perguruan Tinggi Negeri (singkat) 5.Lembaga Bantuan Hukum (singkat) 6.Bertenaga besar 7.Panjang waktunya 9.Kuala, tempat pertemuan sungai dan laut 11.Salah satu bahan dasar pembuat pakaian 13.Menggunakan (Bhs. Inggris) 14.Bertanya (Bhs. Inggris) 16.Akademi Keperawatan (singkat) 18.Ajaran tentang kebenaran dan patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa 20.Gembira ria 22.Tanah yang digerus air 23.Lengan (Bhs. Aceh) 24.Mata uang Jepang 26.Membaca huruf demi huruf 27.Pindah ke tempat yang lebih aman 30.Huruf 31.Rajin 33.Beras yang sudah dimasak 34.Jiwa yang tidak gentar dan tidak takut 36.Pulau 37.Tidak palsu 39.Tubuh 41.Ganjaran terhadap perbuatan buruk 43.Yang ada di dalam 44.Satuan ukuran satu karung semen 46.Madrasah Aliyah Negeri (singkat) 47.Padang pasir 48.Hutan belantara 49.Diulang : perbuatan yang tidak ada gunanya 51.Harapan 52.Salah satu warna 53.Tidak sekarang 54.Tenteram, tidak ada gangguan 55.Manusia pertama 57.Tetapi (Bhs. Inggris) 59.Hari Ulang Tahun (singkat).

Edisi 20

Edisi 20

nama-nama pemenang mewarnai tabloid tabangun aceh edisi 19:1.Melyssa Zhafira, Kelas III,b, SDN 62 Cot Mesjid Lungbata, Banda Aceh, 2.firza sarwono, Kelas VI,A, MIN Geudong, Kec.Samudera, Aceh Utara, 3.rania Putroe nabila, Kelas VI-1, SDN 20, Jln.Pocut Baren, Banda Aceh, 4.syibral malasyi, Kelas VI,B, SD Cot Meuraja, Blang Bintang, Aceh Besar, 5.maisarah, Kelas V, SDN 49, Lamjabat Banda Aceh, 6.muhammad abral, Kelas I,b, MIS Lamgugob, Banda Aceh.

Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara atas dukungan dan kerjasama dengan

nama-nama pemenang tts tabloid tabangun aceh edisi 171.farid ilham, Kelas III, SDN 3 Banda Aceh, 2.nurhidayati nazni, Kelas V-A, SD Percontohan Komp, Pel Tijue, Kab.Pidie, 3.thariq faiz, Kelas III,a, SD IT Al-Azhar Lamgugop Banda Aceh, 4.miti rizki, Kelas VI, SDN 6 Baktya Long Nibong, Aceh Timur, 5.annisa nurkhairi, Kelas IV, SDN Garot Ketapang, Banda Aceh, 6.Attaikah Qudri Al Yusufi, Kelas V,a, MIN Pereulak, Aceh Timur.

jaWaban tts edisi 19 :mendatar : 1.Karet, 4.Kain, 6.Pari, 8.Kekal, 11.Ide, 12.Sepeda, 13.Nangka, 14.Iptek, 15.Siapa, 16.Antariksa, 17.Sakinah, 20.Ranting, 24.Wangi, 26.Muka, 28.Turi, 29.Tang, 30.Lain, 32.Turki, 34.Perkasa, 37.Kerabat, 40.LSI, 42.ATM, 44.Segenap, 45.Sempurna, 48.Tingkungan, 52.Highway, 55.Duta, 56.Koridor, 59.Bisa, 60.Kande, 61.Ronde, 62.Lusa, 63.Ekonomi, 64.Rata.menurun : 1.Kuli, 2.Rintik, 3.Tesk, 4.Kopiah, 5.Niagara, 6.Penting, 7.Ingkar, 8.Kuas, 9.Keladi, 10.Laba, 17.Sambil, 18.Iba, 19.Antik, 21.Angka, 22.TOL, 23.Gandum, 24.Wita, 25.Itik, 27.Kopi, 31.Anta, 33.Rice, 35.Rabu, 36.Susah, 38.Empty, 39.Baru, 41.See, 43.TPA, 45.Sandal, 46.Pusaka, 47.Rajin, 49.Kuman, 50.Number, 51.Neraka, 53.ILO, 54.Ayo, 56.Kee, 57.IDN, 58.RRI.

Page 16: Program Pro Rakyat di 2012

Tabloid TabaNGUN aCEH - Edisi 20 | dEsEMbER 201116

Seribu jemari tangan bergerak gesit dan serempak tak henti-hentinya memben-tuk konfigurasi tertentu. Seakan tiada

cela, belasan anak muda yang dibalut baju kerawang gayo dengan warna-warna men-colok, terus menggerakkan tangan, kepala, dan tubuh secara selaras.

Mulut anak-anak muda itu juga tidak henti-hentinya mengucapkan kata-kata yang seakan menghipnotis seisi ruangan di Nusa Dua, Bali, Jumat malam, 25 November 2011. Di situ berkumpul 400 peserta dari 137 ne-gara yang sedang mengikuti Sidang Ke-6 Komite Antar-Pemerintah Unesco untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda.

Para peserta sidang tahunan itu kemu-dian sepakat menetapkan Tari Saman Gayo sebagai warisan budaya dunia yang harus mendapat perhatian dan perlindungan.

Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar SAg, dalam sambutannya pada acara tersebut mengatakan, atas nama pemerintah daerah dan rakyat Aceh, menyampaikan penghar-gaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak kepada seluruh unsur pemerintah dan Unesco yang telah menyepakati Tari Sa-man sebagai warisan budaya dunia tak benda. “Semoga seni budaya dan tari saman ikut pula mendorong pertumbuhan perekonomian Aceh dan nasional, khususnya ekonomi pari-wisata, selain untuk tujuan pelestarian perada-ban, pendidikan, dan perdamaian,” ujarnya.

Keseriusan dan ketangguhanDi depan peserta Sidang Tahunan Un-

esco, Wagub Muhammad Nazar menga-takan, Tari Saman, sebuah seni tari yang amat sangat berkearifan. Karena Tari Saman merepresentasikan keseriusan, ketangguhan, ketangkasan, dan kerja keras dalam kebersa-maan dan segala urusan.

Seni tari yang berasal dari komunitas masyarakat yang mendiami kaki Gunung

Leuser Tanah Gayo, Alas, dan sekitarnya itu, kata Muhammad Nazar, merefleksikan tatanan yang diharapkan selalu harus har-monis dalam kehidupan bangsa-bangsa yang berbeda dengan wajah artistik yang bijak.

Meski berasal dari pedalaman negeri seribu bukit, Gayo Lues, di kaki Leuser, namun Tari Saman telah banyak ditarikan oleh berbagai komunitas lainnya di Indonesia dan dunia in-ternasional. “Karena itu sudah sangat layak dari segala sisi apabila tari saman dimasukkan dan diakui secara resmi sebagai warisan du-nia tak benda melalui Unesco,” ujar Wagub. Sejak 2008, kata Nazar, pihaknya selaku pemer-intah daerah telah berupaya meningkatkan ber-bagai pembinaan terhadap berbagai seni tari, termasuk tari saman melalui berbagai sanggar seni yang dikelola langsung pemerintah daerah maupun oleh para seniman/ budayawan secara umum di berbagai daerah di Aceh. “Kami men-yadari tari saman bukan hanya milik tanah Gayo dan sekitarnya tetap milik Aceh dan Indonesia dan kini telah menjadi milik dunia,” ujarnya. Tentu saja kenyataan yang begitu sersejarah bagi Aceh dan Indonesia ini bukanlah sekedar kebanggaan belaka, tetapi berbagai langkah pelestarian dan pengembangannya haruslah menjadi program khusus di tingkat pemerin-tah/kementerian terkait, pemerintah daerah di Aceh dan masyarakat Aceh sendiri.

“Tari Saman harus menjadi simbol dan spirit kebersamaan pergaulan an-tarbangsa di dunia untuk membangun lebih dinamis, partisipatif, demokratis, dan progresif tetapi harmonis, arif dan tanpa benturan. Karena Tari Saman juga memesankan kepada siapa saja untuk se-lalu damai dan toleran,” ujar Wagub Nazar. Nazar sangat berharap, setelah tari saman ini masuk dalam warisan budaya dunia tak benda, maka akan segera lahir kurikulum atau pelatihan tari saman di lembaga-lemba-

ga pendidikan formal maupun nonformal, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi (khususnya fakutas seni budaya).

“Pemerintah Aceh dan pemerintah kabu-paten/kota di Aceh juga kami harapkan dapat membuat program pembinaan lebih serius, termasuk meningkatkan pelatihan instruktur tari saman yang kemudian dapat kita kirim untuk melatih Tari Saman di berbagai negara. Dalam hal ini tentunya kami juga selalu mem-butuhkan perhatian dan asistensi dari kemente-rian terkait untuk gerak pembinaan yang lebih

terpadu, cepat, dan progresif,” kata Nazar. Wagub menambahkan, Tari Saman, telah memperlihatkan kepada masyarakat dunia, bahwa Aceh memiliki peradaban. Sebenarnya, kata Nazar, masih banyak karya seni tari lain-nya di Aceh yang punya nilai sejarah panjang, seperti seudati, rapai geleng, dan lain-lain.

“Kita semua bercita-cita dan harus terus berupaya agar seluruh bangsa dan dunia men-jadi lebih baik di masa akan datang dengan peran seni budaya seperti Tari Saman,” de-mikian Muhammad Nazar.[zamnur usman]

Tari Saman juga memesankan kepada siapa saja untuk selalu

damai dan toleran,”

-- muhammad nazar --Wakil Gubernur Aceh

Dari Gayo untuk Dunia

seteLah sukses mematenkan hak intelektual Kopi Gayo yang sempat sekian lama dipegang oleh Belanda, serta kesuk-sesan menjadikan Tari Saman sebagai wa -risan dunia nonbenda, kini Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar kembali merintis dan memperjuangkan produk nilam Aceh untuk mendapatkan hak paten atau hak intelektual. Kali ini, Wagub menggandeng MDF, World Bank, Caritas, Kemenkumham dan lain-lain, untuk tujuan tersebut.

“Tetapi tujuan substansialnya bukan sekedar memiliki hak paten karena specialty atau kekhususannya yang lebih dari sisi kualitas atau cita rasa misalnya. Namun juga untuk tujuan mendorong spirit produktifitas yang tinggi bagi para petani serta dunia us-aha, meningkatkan nilai tambah, pengenda-lian hulu hilir hingga pasar atau harga yang tidak dipermainkan,” kata Nazar.

Pernyataan tersebut disampaikan Wa-

gub Nazar dalam arahan pembukaannya di acara Pembentukan Forum Perlindungan Nilam Aceh dan Rencana Sertifikasi Indi-kasi Geografis yang ikut dihadiri oleh pihak MDF, World Bank, Caritas, Kemenkumham dan Kementerian Daerah Tertinggal, di aula serbaguna Kantor Gubernur Aceh, Senin (21/11/2011).

“Saatnya sekarang kita ciptakan masyarakat yang mau berfikir dan bertin-dak ekonomi serta memiliki mental indus-trial. Sehingga mereka akan menghargai produktifitas, kualitas, cita rasa atau taste, pelayanan, kedisiplinan, kepercayaan dan tanggung jawab dalam kegiatan ekonomi. Jangan sampai lahan luas tetapi hasilnya sedikit, kualitas rendah, produksi tidak berkelanjutan dan akhirnya uang daerah selalu sia-sia,” ujar Wagub di depan para narasumber dan peserta pertemuan.[zam-nur usman]

Saatnya menguatkan nilam

FOTO: AHMAD ARISKAsaman, Gayonese Tradisional Dance