profil kesehatan kota makassar 2012
DESCRIPTION
Profil Kesehatan Kota MakassarTRANSCRIPT
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
1/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20121
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara
Indonesia menjadi bangsa yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan
makmur dengan sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia
Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Global Competitiveness Index dan
semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. Pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat luas dan dilaksanakan dengan
semangat kemitraan dengan lintas sektor, antara pemerintah dan swasta,
serta antara pusat dan daerah.
Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan
kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai
upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk
sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin
tersedianya
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau
oleh setiap individu, keluarga serta masyarakat , dan membangun kemitraan
antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 ini disusun dalam rangka
evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2012 dengan
mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium
Development Goals (MDGs). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2012
ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Penyediaan data
terpilah dibutuhkan untuk memperoleh informasi pembuka wawasan yang
dapat menggambarkan kondisi, kebutuhan, persoalan yang dihadapi
perempuan dan laki-laki terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat
dalam pembangunan kesehatan. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif.
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
2/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20122
Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai
data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/
angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data
pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti
: Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-
lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam
bentuk tabel, grafik dan data kualitatif.
2.Dasar Penyusunan
Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang
diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya
beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan
antara lain :
- Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
- Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah.
- Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025
- Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota.
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Kab/Kota.
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
3.Sistematika Penyusunan
Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun
2012 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut :
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
3/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20123
Bab I : Pendahuluan
Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012.
Bab II : Gambaran Umum
Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari
Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya
meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, persebaran
penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassar tahun 2012.
Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama dengan
kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)atau Human Development Index (HDI), antara lain faktor-faktor
kependudukan, kondisi ekonomi, serta tingkat pendidikan di Kota
Makassar.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan,
yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan
manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan dan
status gizi masyarakat.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian
penyakit, , pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan dalam kesehatan
yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya
pelayanan kesehatan lainnya.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang
kesehatan sampai tahun 2012. Gambaran tentang keadaan sumberdaya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan,
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
4/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20124
saranan produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan,
tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI : Penutup
Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan
dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2012
yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2012, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta
harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota
Makassar dalam mewujudkan Visi Makassar Sehat Menuju Kota
Duniaserta Misi Mewujudkan Warga Kota Yang Sehat
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
5/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20125
BAB II
GAMBARAN UMUM
Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga
merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia.
Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan
Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119241738 Bujur Timur dan
58619 Lintang Selatan.
Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah
yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota
Makassar berkisar 0,5 10 meter dari permukaan laut.
Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2yang terbagi kedalam
14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota
Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis
pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian
dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang danUjung Tanah. Pulau-
pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian
dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring
atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut
adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone
Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi,
Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan
Pulau Kayangan (terdekat).
A.KEADAAN PENDUDUK
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga
hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yangkurang
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
6/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20126
merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana
proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada
Rasio Beban Tanggungan (RBT).
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2012 tercatat sebesar
1.352.136 jiwa (BPS Kota Makassar). Tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi
karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan, disamping karena daerah ini
merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kawasan Timur
Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2010 2012
dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar
Tahun 2010-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Gambar II.1Jumlah Penduduk Kota Makassar
Tahun 2010-2012
1,330,000 1,335,000 1,340,000 1,345,000 1,350,000 1,355,000
2010
2011
2012
1,339,374
1,352,136
1,352,136
PENDUDUK KOTA MAKASSAR TAHUN 2010-
2012
JUMLAH PENDUDUK
Tahun
Jumlah PendudukKota Makassar
Laju Pertumbuhan
2010
2011
2012
1.339.374
1.352.136
1.352.136
1,65
1,65
1,65
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
7/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20127
2.Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran Penduduk
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2012 sebesar 1.352.136 jiwa yangtersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal
tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap
kecamatan, serta kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasi
pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan
kawasan industri. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut
kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah
kecamatan Tamalate yaitu sebanyak 172.506 atau sekitar 12,76 % dai totalpenduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 169.340 jiwa (12,52%).
Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatandapat dilihat pada tabel II.2 berikut :
Tabel II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan
Tahun 2010 - 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
No. Kecamatan JUMLAH PENDUDUKTahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1 Ujung Tanah 46.688 47.133 47.1332 Tallo 134.294 135.574 135.5743 Bontoala 54.197 54.714 54.7144 Wajo 29.359 29.639 29.6395 Ujung Pandang 26.904 27.160 27.1606 Makassar 81.700 82.478 82.478
7 Mamajang 58.998 59.560 59.5608 Mariso 55.875 56.408 56.4089 Tamalate 170.878 172.504 172.504
10 Rappocini 151.091 152.531 152.531
11 Panakkukang 141.382 142.729 142.72912 Manggala 117.075 118.191 118.19113 Biringkanaya 167.741 169.340 169.34014 Tamalanrea 103.192 104.175 104.175
J u m l a h 1,339,374 1.352.136 1.352.136
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
8/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20128
Gambar II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2012
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.Dengan jumlah penduduk sebesar 1.352.136 jiwa dan luas wilayah 175,77 kmdidapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar7.693 jiwa/km2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassaradalah terpadat yaitu 32.370 jiwa per km persegi, sedangkan kecamatanTamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendahyaitu sekitar 3.272 jiwa per km persegi. Kepadatan penduduk Kota Makassarper kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan
Tahun 2012
NO KECAMATAN PERSENTASEPENDUDUK
JUMLAH
KELURAHAN
LUAS WIL.(km)
KEPADATANPENDUDUK /km
1 Ujung Tanah 3.49 12 5.94 7.9342 Tallo 10.03 15 5.83 23.254
3 Bontoala 3.49 12 2.1 26.504
4 Wajo 2.19 8 1.99 14.893
5 Ujung Pandang 2.01 10 2.63 10.327
6 Makassar 6.10 14 2.52 32.7297 Mamajang 4.40 13 2.25 26.4718 Mariso 4.17 9 1.82 30.9939 Tamalate 12.78 10 20.21 8.535
10 Rappocini 11.28 10 9.23 16.52511 Panakkukang 10.56 11 17.05 8.37112 Manggala 8.74 6 24.14 4.89613 Biringkanaya 12.52 7 48.22 3.51114 Tamalanrea 7.70 6 31.84 3.271
M A K A S S A R 100,00 143 175.77 7.693
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
0 50,000 100,000 150,000 200,000
Ujung Tanah
Bontoala
Ujung
Mamajang
Tamalate
Panakkukang
Biringkanaya
47,133135,574
54,71429,639
27,16082,478
59,56056,408
172,504152,531
142,729118,191 169,340
104,175
JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2012
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
9/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20129
Gambar II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan
Tahun 2012
3.Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan
tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga
mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu
perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur 0 14 tahun +
umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur 15 64 tahun).
Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan
pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.
Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2012 sebesar
45,68 %, dengan penduduk sebesar 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 928.143
jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 378.619 jiwa penduduk anak-
anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 45.373 jiwa penduduk lanjut usia (> 65
Tahun) Dependency Ratio 97,55 %. Hal ini memberi gambaran terhadap
besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat.
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
7,917
23,202
25,995
14,860
10,304
32,656
26,412
30,923
8,517
16,448
8,352
4,8853,5043,264
Ujung Tanah
Tallo
Bontoala
Wajo
Ujung Pandang
Makassar
Mamajang
Mariso
Tamalate
Rappocini
Panakkukang
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
10/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20121
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis
kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 97,5%. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun 2012.
Tabel II. 4Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
NOKELOMPOK UMUR
(Tahun)JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-4 67.025 62.530 129.554
2 5-9 66.656 62.383 129.0393 10-14 61.758 58.268 120.026
4 15-19 69.163 74.190 143.353
5 20-24 83.367 87.312 170.679
6 25-29 65.534 66.304 131.838
7 30-34 54.546 56.512 111.057
8 35-39 48.290 50.024 98.315
9 40-44 41.969 45.410 87.379
10 45-49 33.220 35.181 68.40111 50-54 25.760 25.486 51.246
12 55-59 18.580 18.873 37.453
13 60-64 12.999 15.423 28.42214 >=65 18.814 26.559 45.373
J U M L A H 667.681 684.455 1.352.136
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
11/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201211
Gambar II. 4Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2012
B.KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto)
Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi
dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan
untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telahdilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian
daerah ini.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah
dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu dari
ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB
) atau biasa disebut Pendapatan Regional.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satupencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai
67,025
66,656
61,758
69,163
83,367
65,534
54,546
48,290
41,969
33,220
25,760
18,580
12,999
18,814
62,530
62,383
58,268
74,190
87,312
66,304
56,512
50,024
45,410
35,181
25,486
18,873
15,423
26,559
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000
0-4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65+
Perempuan
Laki-Laki
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
12/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201212
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di
wilayah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil
perhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesar
Rp. 37.007,452 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5
berikut :
Tabel II. 5Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-SelAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 2010
TAHUNPDRB SUL-SEL
( Juta Rp )PDRB MAKASSAR
( Juta Rp )% PDRB MAKASSARTHDP PDRB SUL-SEL
2006
2007
2008
2009
2010
60.902.828,80
69.271.924,56
85.143.191,27
99.904.658,31
117.767.611,22
18.165.876,32
20.794.721,30
26.068.221,49
31,263.651,65
37.007.451,94
29,83
30,02
30,62
31,29
31,42
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Tabel II.6Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar
Tahun 2006 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
C.TINGKAT PENDIDIKAN
Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota
Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh
TahunPDRB adh
Berlaku(Milyar Rp)
Perkembangan(persen)
PDRB adhKonstan(Juta Rp)
PertumbuhanEkonomi(Persen)
2006
2007
2008
2009
2010
18.165.876,32
20.794.721,30
26.068.221,49
31.263.651,65
37.007.451,94
15,38
14,47
25,06
19,93
18,37
11.341.848,21
12.261.538,92
13.561.827,18
14.798.187,68
16.252.451,43
8,09
8,11
10,52
9,20
9,83
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
13/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201213
pendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar 67.428 laki-laki dan
sebesar 63.019 perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlah
penduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di Kota
Makassar.
Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek
kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan
kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan
maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990
adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68.
Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada
tahun 1999 turun menjadi 64. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesiapada peringkat ke-109 diantara 180 negara di dunia. Hal ini berarti Indonesia
berada di bawah peringkat Malaysia dan Thailand apalagi Singapura.
Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5
dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar dan terendah di Kabupaten
Jeneponto.
Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatas
berdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkanmenurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut :
Tabel II. 7Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin &
Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkandi Kota Makassar Tahun 2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar
P E N D I D I K A NLaki-laki Perempuan
Jml % Jml %
Tidak/Belum Pernah SekolahBelum/Tidak Tamat SDSDSLTPSMU/SMKAK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III)UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3)
11.92561.48288.09477.203
163.06710.26767.428
2,4912,8218,3716,1034,01
2,1414,06
23.91677.130
108.37985.389
163.07418.70563.019
4,4314,2920,0815,8230,22
3,4711,68
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
14/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201214
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa
indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan
dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian
Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks
Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ;
angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa.
Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -
indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu :
1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup
Waktu Lahir.
2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per
1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 anak
balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup.
3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malaria
per 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase
Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid
Paralysis"(AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.
4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi
buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.
A.ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya.
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
15/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201215
lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-
penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan
diuraikan di bawah ini.
a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh
melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan
pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data),
sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya
memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua
kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah (facilitate based data). Angka
kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,
Surkesnas/Susenas danSurvei Demografi danKesehatan Indonesia (SDKI) yang
kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence
Based).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinkes Kota
Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadi pada
tahun 2012 sebanyak 3034 kematian dari 1.352.136 jiwa, tahun 2011 jumlah
kematian sebanyak 3.136 kematian dari 1.352.136 jiwa penduduk, menurundari jumlah kematian yang terjadi sepanjang tahun 2010 untuk semua
golongan umur sebanyak 2.932 dari total 1.339.374 jumlah penduduk kota
Makassar. Ini berarti pada tahun 2012 dari 1.000 penduduk Kota Makassar
terjadi 2 kematian (AKK = 2,2 per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di
Kota Makassar tahun 2010 s/d 2012 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar III. 1Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
0
2,000
4,000
20102010
2012
2,932 3,1363,034
2.22.3
2.2
Jumlah Kematian AKK (Angka Kematian Kasar)
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
16/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201216
Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di
Kota Makassar tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III. 110 Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian
Di Kota Makassar Tahun 2012
No. JENIS PENYAKIT J U M L A H
1 Asthma 7452 Hipertensi 5743 Jantung 4544 Ginjal 1955 Diabetes Mellitus 191
6 Maag 1657 Broncho Pneumonia 1408 Lahir Mati 1339 Lever 91
10 Prematur 88Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
b. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR)
Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0
tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat
dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia
satu tahun. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk
mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi
yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua
si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi.
Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan
berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan
menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan
tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh
pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia telah turun sebesar 44 persen
selama 18 tahun terakhir, dari 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup di
periode 1990-1994 ke 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup di periode 2008-
2012.
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
17/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201217
Angka kematian menurut hasil survei demografi dan kesehatan 2012
menjelaskan mengalami penurunan meski tak berbeda jauh dengan hasil SDKI
2007, yaitu masing-masing 32 dan 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Kota Makassar mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sebesar 6,78 per 1000 kelahiran hidup
dengan jumlah kematian bayi sebanyak 163 kematian bayi dari 24.034 jumlah
kelahiran hidup (AKB = 6,78 /1000 KH). Tahun 2011sebesar 6,9 per 1.000
kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 179 kematian bayi
dari 26.129 jumlah kelahiran hidup (AKB = 6,9/1000 KH). Pada tahun 2010
terdapat 283 kasus kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup 25.830 (sumber
: Bidang Bina P2PL Dinkes Makassar), sehingga diperoleh AKB sebesar 11,4
per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,9 / 1000 KH).
Gambar III. 2Angka Kematian Bayi
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakan indikasi
terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Hal tersebut merupakan
respon positif dari upaya pemerintah untuk mendekatkan masyarakat dengan
sarana dan tenaga kesehatan.
c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR)
Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur
1 - 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
10.9
6.9
6.78
0
2
4
6
8
10
12
2010 2011 2012
TAHUN
A
K
B
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
18/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201218
terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular
dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk.
Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan
kesehatan yang dihadapi masyarakat .
Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balita yang
disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya
proporsi penyebab utama kematian Balita, yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel III. 2
Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia
Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001
Sumber : Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1995 dan Surkesnas2001 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2003
Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian
Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak
mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian
terbanyak. Pada tahun 2001, kematian Balita yang tertinggi adalah kematian
akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul oleh kematian akibat Diare
(2,3 per 1.000 Balita).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas
Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar pada tahun
2010 sebesar 1,86 per 1.000 kelahiran hidup dimana tercatat 48 kematian
balita dari 25.830 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 jumlah kematian balita
sebanyak 71 balita dari 26.129 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka
SKRT 1995 SURKESNAS 2001
Jenis penyakit % Jenis penyakit %
1. Gangguan sistem pernafasan
2. Gangguan perinatal
3. Diare
4. Infeksi dan parasit lain
5. Saraf6. Tetanus
30,8 %
21,6 %
15,3 %
6,3 %
5,5 %3,6 %
1. Sistem Pernafasan
(Pneumonia)
2. Diare
3. Saraf
4. Tifus
5. Sistem pencernaan6. Infeksi lain
22,8 %
13,2 %
11,8 %
11,0 %
5,9 %5,1 %
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
19/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201219
Kematian Balita sebesar 2,7 per 1.000 kelahiran hidup dan mengalami
penurunan pada tahun 2012didapatkan jumlah kematian balita sebanyak 43
balita dari 24.034 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita
sebesar 1,79per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar III. 3Angka Kematian Balita
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
d.
Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang meninggal mulai
dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan.
Angka kematian ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan
kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk
mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan antara lain
peningkatan kemitraan antara Bidan dan Dukun. Harapan kita agar Bidan di
Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR)
dan AKI (MMR).
Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2012 menurun dr tahun
sebelumnya yaitu sebesar 8,32 per 100.000 kelahiran hidup
(AKI : 8,32/100.000 KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang
dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap
dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
1.86
2.7
1.79
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2010 2011 2012
A
K
A
BA
TAHUN
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
20/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20122
Makassar dimana tercatat 2 kasus kematian Ibu Maternal dari 24.034
kelahiran hidup yang disebabkan perdarahan yaitu perdarahan karena
placenta previa (placenta tertanam pada segmen bawah rahim) dan
perdarahan karena atonia uteri. Jumlah kematian ibu melahirkan sepanjang
tahun 2011 sebanyak 3 kasus kematian ibu dari 26.129 jumlah kelahiran
hidup sehingga didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 11,6 per
100.000 kelahiran hidup, (AKI = 11,4/100.000 KH) sama dengan tahun 2010
dimana tercatat 3 kasus kematian ibu dari 25.830 kelahiran hidup dengan
AKI : 11,6/100.000 KH. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadi di
wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel III. 3Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas
Kota Makassar Tahun 2012
PUSKESMASJUMLAH KEMATIAN
IBU
Batua
Pampang
J u m l a h
1
1
2
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun ke tahun
menggambarkan semakin membaiknya tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatan lingkungan dan
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan
waktu ibu melahirkan dan masa nifas.
Beberapa program dan kegiatan yang mendukung menurunnya AKI
antara lain melalui Gerakan Sayang Ibu, pencatatan dan pelaporan K1 dan K4
Bumil, pemantauan status kesehatan ibu hamil yang beresiko, pemberian
tablet FE untuk ibu hamil, peningkatan cakupan Antenatal Care serta upaya
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi Wanita Usia Subur/ dan
remaja siswi sekolah. Berikut ini dapat dilihat grafik Angka Kematian Ibu di
Kota Makassar selama 3 tahun terakhir.
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
21/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201221
Gambar III. 4Angka Kematian Ibu
Di Kota Makassar Tahun 20102012
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur
pencapaian keseluruhan suatu negara yang direpresentasikan tiga dimensi
pembangunan manusia yaitu indeks kesehatan ; panjang umur dan menjalani
hidup sehat yang diukur dari angka harpan hidup waktu lahir, indekspendidikan; diukur dari tingkat kemampuan baca tulis seseorang dan rata-rata
lama sekolah, serta indeks daya beli; memiliki standar hidup yang layak diukur
dengan pengeluaran riil per kapita.
UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY
Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir, sekaligus memberikan
gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah karenameningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Penurunan Angka
Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH)
waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat
kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup
pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung
juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup danderajat kesehatan masyarakat.
11.6 11.4
8.32
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012
A
K
I
TAHUN
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
22/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201222
Angka harapan hidup Sulawesi Selatan meningkat lebih cepat dibanding
angka Nasional, namun masih lebih rendah dari angka Nasional. Angka
harapan hidup Sulawesi Selatan meningkat cukup signifikan, yaitu dari 70,2
tahun pada tahun 2007 menjadi 70,8 tahun pada tahun 2010. Meskipun
demikian, angka ini masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka
harapan hidup rata-rata nasional yang sudah mencapai 70,9 tahun pada tahun
2010. Jika diamati pergerakannya dari tahun ke tahun, angka harapan hidup di
Sulawesi Selatan bergerak relatif lebih cepat dibandingkan dengan angka
nasional. Selama periode 2007-2010, angka harapan hidup Sulawesi Selatan
meningkat sebesar 0,6point, sedangkan Nasional hanya meningkat 0,5point.
Implikasinya, dalam beberapa tahun yang akan datang, angka harapan hidup diSulawesi Selatan diperkirakan akan mampu menyamai angka nasional.
Kecenderungan ini akan memperbaiki IPM Sulawesi Selatan, baik secara
absolut maupun relatif.
Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar juga terus
meningkat dari 73,43 pada tahun 2009 meningkat menjadi 73,58 pada tahun
2010. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2011 adalah 73,86, sedangkan tahun
2012 menjadi 74,05 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup memberikangambaran tentang adanya keberhasilan program kesehatan dan pembangunan
program sosial ekonomi . Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori,
mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia
harapan hidupnya.
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
23/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201223
Gambar III. 5Umur Harapan Hidup
di Kota Makassar Tahun 2012
Sumber : BPS Kota Makassar
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara
lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status
gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khusus untuk GAKY di Kota
Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukan tetapi jumlahnya tidak
berarti, terbukti dengan cakupan kelurahan dengan garam beryodium baik
mencapai angka 100%.
Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status
gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakan salahsatu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik
kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu
: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR
karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR
dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit
menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
73.43 73.58
73.8674.05
70.5
71
71.5
72
72.5
73
73.5
74
74.5
2009 2010 2011 2012
U
H
H
Capaian
Target
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
24/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201224
Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2012
jumlah bayi BBLR sebanyak 473 dari 24.034 bayi lahir hidup atau sekitar 2 %,
meningkat dibandingkan tahun 2011 jumlah bayi BBLR sebanyak 186 dari
26.129 bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 %. Tahun 2010 persentase bayi lahir
hidup dengan BBLR di Kota Makassar adalah 0,71 % dimana terdapat 184 bayi
lahir dengan BBLR dari 25.830 bayi lahir hidup. Persentase Bayi BBLR selama
tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut :
Gambar III. 6Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar
Tahun 2010 2012
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal
dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalampenilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan
pengukuran tubuh(BB, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan
umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah
indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang
diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2
SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD
sampai 3 SD); dan gizi buruk(z-score < -3SD).
0.71 0.71
2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2010 2011 2012
TAHUN
B
B
L
R
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
25/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201225
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan
Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2012 berjumlah
2.251 (2,77 % dari jumlah balita) meningkat namun tidak signifikan dari segi
jumlah namun menurun dari segi persentase dibandingkan tahun 2011
dengan jumlah 1.966 (2,82 % dari jumlah balita) dan pada tahun 2010
berjumlah 2.034 (3,07 % dari jumlah balita).
Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir
yakni pada tahun 2010 jumlah balita yang menderita gizi kurang adalah 9.629
balita (14,54%), tahun 2011 berjumlah 9.408 balita (13,5 %) dan mengalami
penurunan di tahun 2012 berjumlah 9.413 balita (11,59 %).
Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihat pada
gambar berikut :
Gambar III. 7Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar
Tahun 2010 2012
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Keberhasilan Dinas Kesehatan Kota Makassar menurunkan
Prevalensi Gizi Kurang pada anak balita mencerminkan keberhasilan
pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat antara lain :
- Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan dan Pemulihan (PMT
Penyuluhan dan PMT Pemulihan) bagi Balita dan Sosialisasi pertum buhan dan
penggunaan KMS baru
- Pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS)
0
5
10
15
20102011
2012
3.07 2.822.77
14.5413.52
11.59
GIZI BURUK GIZI KURANG
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
26/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201226
- Bimbingan teknis program gizi masyarakat
- Pendataan gizi buruk
- Penyediaan makanan tambahan untuk penanggulangan 200 status gizi buruk
- Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan
dalam mengatasi gangguan kesehatan yang terjadi pada masyarakat (didukung
38 Puskesmas,43 pustu,972 posyandu dan 2 puskel laut)
Sasaran ini didukung oleh kebijakan Perbaikan Gizi Masyarakat dengan
program perbaikan gizi masyarakat. Indikator sasarannya adalah persentase
cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan,
persentase cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, prevalensi gizi
buruk dan prevalensi gizi kurang.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di Kota Makassar, PemerintahKota Makassar melalui program perbaikan gizi tahun 2012 melakukan
kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan dan Pemulihan (PMT
Penyuluhan dan PMT Pemulihan). Program Pemberian Makanan Tambahan
Penyuluhan (PMT Penyuluhan) berupa pemberian kacang hijau , santan serta
gula merah di 972 posyandu se-Kota Makassar.
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT Pemulihan) terdiri atas
PMT Gizi Kurang dan PMT Gizi Buruk. PMT Gizi Kurang diberikan untuk 4.500anak berupa pemberian telur selama 100 hari. PMT Gizi Buruk diberikan untuk
200 anak rawan gizi buruk berupa pemberian paket makanan selama 100 hari.
Program perbaikan gizi di Kota Makassar dilakukan melalui upaya
penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat.
Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya
antara lain Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), penanggulangan Kurang
Energi Protein (KEP), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulanganAnemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui
gerakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition
Improvement Throught Community Empowerment (NICE). Sementara upaya
peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi
(JIPG).
Program NICE adalah suatu upaya terobosan untuk mengatasi masalahgizi. Upaya yang dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
27/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201227
pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan diantaranya : kegiatan Paket Gizi
Masyarakat (PGM) yang dilaksanakan oleh kelompok gizi masyarakat (KGM) di
64 kelurahan NICE berdasarkan hasil MMD ( Musyawarah Masyarakat Desa)
antara lain : kelas ibu hamil, kelas Ibu Menyusui, kelas ibu balita, kelas BGM
(Bawah Garis Merah), kelas 2T ( 2 bulan berturut-turut tidak naik badannya
atau tetap), kelas gizi kurang dan gizi buruk, penyuluhan dan pembinaan
keluarga sadar gizi (Kadarzi), demo masak, pos gizi, penyuluhan gizi seimbang,
pembinaan sanitasi dan hygiene di sekolah serta penyuluhan dan pembinaan
warung sekolah.
Adapun status gizi pada bayi/balita tampak pada cakupan pemberian
ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : 34,99 % pada tahun 2010meningkat pada tahun 2011 (8.996 bayi ASI ekslusif dari 12.778 bayi 0-6
bulan ) atau 70,40 % dan tahun 2012 sebanyak 8.469 atau sekitar 63,7% dari
13.300 bayi berumur 0-6 bulan.
Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun
2012 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini
Tabel III. 4Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per Kecamatan
Di Kota Makassar Tahun 2012
KecamatanGizi Buruk Gizi Kurang
Jumlah % Jumlah %
Mariso 136 10,73 747 59,27
Mamajang 37 1,81 298 13,54
Tamalate 384 13,40 1.230 44,40
Rappocini 169 5,98 735 29,24
Makassar 91 4,24 625 29,33Ujung Pandang 9 0,57 67 4,24
Wajo 16 2,04 115 16,36
Bontoala 120 5,15 362 17,57
Ujung Tanah 100 7,52 388 29,43
T a l l o 430 10,41 1.115 30,44
Panakukang 132 5,86 844 37,14
Manggala 85 6,26 383 30,26
Biringkanaya 479 6,47 2.063 35,50
Tamalanrea 63 6,65 441 38,51
TOTAL 2.251 2,77 9.413 11.59
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
28/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201228
Tabel III. 5Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
STATUS GIZI
BALITA
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
GIZI BURUK 2.034 3,07 1.966 2,82 2.251 2,77
GIZI KURANG 9.629 14,54 9.408 13,52 9.413 11,59
Sumber: Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
D. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dlam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang
berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi
morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan
Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based
data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat
Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk
semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2012 seperti yang tertera pada
tabel berikut :
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
29/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201229
Tabel III. 6Pola 10 Penyakit Utama
Di Kota Makassar Tahun 2012
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH %
1 Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA) 130.939 19,64
2 Dermatitis dan Eksim 97.318 14,60
3 Batuk 85.436 12,82
4 Infeksi Saluran Nafas atas akut lainnya 79.072 11,86
5 Hipertensi Esensial (Primer) 57.463 8,62
6 Demam yang tidak diketahui sebabnya 53.782 8,07
7 Gastritis 44.457 6,67
8 Infeksi Kulit & Jaringan Subkutan 44.214 6,63
9 Sakit kepala 38.880 5,83
10 Penyakit pulpa jaringan 34.993 5,25
Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Makassar
1. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria
dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya
menjadi komitmen global dalam MDGS
Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang
Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Makassar, jumlah kasus TB Paru klinis di Puskesmas dan RS sebanyak 900
kasus dan kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak
1.819 kasus (puskesmas dan rumah sakit) meningkat dibandingkan tahun
2011 dimana dilaporkan jumlah penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
30/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20123
Rumah Sakit sebanyak 511 Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB BTA+
sebanyak 1608 penderita (Puskesmas dan Rumah Sakit).
Tabel III. 7
Penderita TB Paru Klinis dan yang diobatiMenurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2012
NOSARANA
KESEHATANJUMLAH PENDERITA
KLINIS + Diobati1 Puskesmas 286 1070 11562 Rumah sakit 614 749 716
JUMLAH 900 1.819 1.932Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
b. HIV & AIDS
HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh yang menghancurkan
sistem kekebalan dan kalau terus memburuk akan menyebabkan kondisi AIDS,
yakni hilangnya sistem pertahanan tubuh sehingga semua jenis penyakit bisa
dengan mudah masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian. HIV menyebar
pada cairan tubuh manusia, dan hanya ada tiga cairan tubuh yang rawan
membawa HIV yaitu darah, ASI, dan cairan kelamin. Di seluruh dunia termasuk
di Indonesia saat ini, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV
terbesar akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua
terbesar penyebaran HIV diantara pengguna narkoba.
Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan
merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah
menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai
upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya
mobilitas penduduk antarwilayah, semakin mudahnya komunikasi
antarwilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di
Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah
memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.
Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatan dari tahun
ke tahun cenderung meningkat.Di Sulawesi Selatan ditemukan jumlah kasus
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
31/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201231
baru penderita AIDS Tahun 2012 sebanyak 206 kasus. Di Kota Makassar tahun
2010 dilaporkan 371 penderita HIV dan 87 penderita AIDS dan meningkat di
tahun 2011 yaitu 516 penderita HIV yang ditemukan di Puskesmas dan Rumah
Sakit dan 448 penderita AIDS di Rumah Sakit. Pada tahun 2012 kasus
HIV/AIDS menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 493 kasus yang
ditemukan di Puskesmas dan Rumah Sakit dan kasus AIDS menurun menjadi
407 kasus yang ditemukan di Rumah Sakit.
Kota Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain
merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestylemasyarakat perkotaan telah
bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya
luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA,
kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat.Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber
penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Bidang
P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2011 antara lain :
Pelaksanaan Sosialisasi HIV/AIDS bagi masyarakat.
Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi KPA Kota Makassar.
Pelaksanaan Pertemuan Pokja HIV tingkat Kecamatan. Dukungan Pemeriksaan Laboratorium Bagi ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS).
Dukungan untuk layanan pengurangan dampak buruk penggunaan
narkotika di Puskesmas
Dukungan sekretariat KPA
Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia (HAS)
Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCT rata-rata
500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkan agar dukungan
untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapat terus dilanjutkan karena
memberi dampak terhadap peningkatan ODHA yang akan memulai pengobatan
ARV.
Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisanmasyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS. Komitmen Pemerintah
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
32/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201232
Kota Makassar yang sangat tinggi terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS, menjadi stimulan terhadap sektor lain untuk
bergerak bersama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AID
Gambar III. 8Kasus HIV-AIDS Kota Makassar
Tahun 2010-2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
c. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang
rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia
lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi). Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare
(17,2%). Data penemuan penderita pneumonia pada balita dan ditangani dapat
dilihat pada gambar berikut.
0
100
200
300
400
500
600
2010 2011 2012
371
516493
87
448
407
HIV
AIDS
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
33/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201233
Gambar III. 9Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita
Di Kota MakassarTahun 2010-2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
d. Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit yang menular menahun dan disebabkan
oleh kuman Kusta (Mycobacterium lepra) yang menyerang kulit, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta, yaitu : kusta kering (Pausi
basiler) dan kusta basah (Multi basiler). Anggapan bahwa kusta disebabkan
oleh kutukan, keturunan, dosa, guna-guna maupun makanan adalah anggapan
yang salah. Kondisi inilah yang menyebabkan sehingga seseorang yang terkena
kusta terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan
kecacatan.
Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai
status eliminasi. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita
terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikina, sejak
tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi
masalah kesehatan bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang Bina P2PL
Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta tipe PB (kusta kering)
pada tahun 2012 berjumlah 16 kasus baru. Adapun menurut kelompok umur
penderita PB 0-14 tahun sebanyak 4 kasus dan umur 15 TAHUNsebanyak 12
800
820
840
860
880
900
920
2010 2011 2012
843
894
913
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
34/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201234
kasus sedangkan untuk penderita kusta tipe MB (kusta basah) sebanyak 110
kasus . Adapun menurut kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 7 kasus dan
umur 15 tahunsebanyak 103 kasus. Untuk cacat tingkat 2 meningkat menjadi
8,73%, ini dikarenakan pemeriksaan kontak (penderita baru dan sembuh)
secara selektif dilakukan oleh petugas hingga ditemukan penderita anak.
Angka prevalensi penyakit kusta yaitu 0,9 per 100.000 penduduk. Penemuan
kasus baru kusta selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut :
Gambar III. 10Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB+MB)
Di Kota Makassar Tahun 2010-2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
e. Diare
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan
kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan
mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan
KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Laporan Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab
kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita ( 25,2%), sedangkan
pada semua golongan umur merupakan penyebab kematian yang ke empat
(13,2%).
0
50
100
150
200184
144126
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
35/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201235
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2012, jumlah kasus diare sebanyak 29.265 orang atau
sebesar 52,7% menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu 37.940 kasus.
Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota
Makassar selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III. 8Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan
Di Kota Makassar tahun 2009-2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secara
kontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar bersama sama
dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing terbukti berhasil
dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di Kota Makassar khususnya
selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yang secara kontinyu
dilaksanakan antara lain :
NO
KECAMATANT A H U N
2009 2010 2011 2012
1 MARISO 2.157 1936 2368 1677
2 MAMAJANG 3.223 2106 1840 1796
3 MAKASSAR 3.458 3339 3383 2087
4 U.PANDANG 1.268 920 926 726
5 WAJO 1.982 1028 1135 994
6 BONTOALA 3.972 2060 2402 1508
7 TALLO 5.014 4357 3392 1876
8 UJUNG TANAH 2.370 2749 2792 2787
9 PANAKUKANG 4.476 4359 4226 3555
10 MANGGALA 3.293 3491 2960 3111
11 RAPPOCINI 2.633 3426 3382 2244
12 TAMALATE 3.936 2795 2049 1695
13 TAMALANREA 4.273 3374 3591 2547
14 BIRINGKANAYA 2.959 3800 3494 2662
J U M L A H 45.014 39.740 37.940 29.265
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
36/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201236
1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga
2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojok oralit
di sarana pelayanan kesehatan.
3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi pada
sumber-sumber air bersih.
Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota
Makassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibat Diare
dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar III. 11Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
2.
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telah
membuahkan hasil antara lain :
- Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit
tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas
Imunisasi di 38 Puskesmas se-Kota Makassar
- Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah danswasta melakukan pelayanan imunisasi.
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
2010 2011 2012
39,74037,940
29,265
Penderita
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
37/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201237
- Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara
mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data
cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009
sebesar 99,30 % , tahun 2010 sampai tahun 2012 sebesar 100%.
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang
salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang
khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir tidak ditemukan kasustetanus neonatorum.
b. Campak
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang
ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem
spesifik (Kopliks Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi
campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dankematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi
terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak,
maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur
hidupnya.
Pada tahun 2012, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota
Makassar menyebutkan bahwa terdapat 207 kasus campak klinis , dan tidak
ditemukan korban meninggal. Adapun cakupan pemberian imunisasi campakselama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2010 sebanyak 31.232 bayi, tahun 2011
sebanyak 30.328 bayi yang diimunisasi dari 29.339 bayi yang ada dan di tahun
2012 sebanyak 28.182 bayi yang diimunisasi dari 24.338 bayi yang ada.
Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 3 tahun terakhir dapat
dilihat pada gambar berikut :
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
38/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201238
Gambar III. 12Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
c. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil,
faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah
Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan
dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita
Difteri pada tahun 2010 sebanyak 3 orang penderita yang tersebar di tiga
kecamatan dan tiga kelurahan dan tidak ditemukan adanya kematian akibat
Difteri. Di tahun 2011 mengalami penurunan kasus dimana terdapat 2 kasusdifteri yang tersebar di dua kecamatan dan tidak ditemukan adanya kematian
dan mengalami peningkatan kasus di tahun 2012 sebanyak 7 kasus
diantaranya terdapat 1 kematian.
d. Polio dan AFP
Penyakit polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan
26,000
27,000
28,000
29,000
30,000
31,000
32,000
2010 2011 2012
31,23230,328
28,182
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
39/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201239
yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3
tahun . AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnyaflaccid yang bersifat lunglai,
lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan
terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus
lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan
melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan
surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu
tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang
berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP
yang dijumpai.
Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan
pada tahun 2010 tersebar di 4 (empat) kecamatan dan 5 (lima) kelurahan
dengan jumlah kasus sebanyak 5 . Sedangkan pada tahun 2011 tersebar di 7
(tujuh) kecamatan dengan jumlah kasus (suspect) sebanyak 8. Tahun 2012
ditemukan 1 kasus (suspect) AFP . Adapun hasil penemuan kasus AFP di Kota
Makassar pada tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada gambar berikut :
Gambar III. 13Kasus AFP (non polio) di Kota Makassar
Tahun 2010 2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2010 2011 2012
5
8
1
0 0 0
kasus
kematian
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
40/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20124
3. Penyakit Bersumber Binatang
Penyakit bersumber binatang diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah
Dengue (DBD), Chikungunya, Filariasis, Flu Burung, Rabies, dan Antrax.
a. Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk
malaria (Anopheles) betina melalui gigitan. Terjadinya biasanya pada petang
dan malam hari, dengan gejala yang muncul 9-14 hari setelah terinfeksi.
Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 juta penderita
malaria dan 30.000 orang diantaranya meninggal dunia (Survei KesehatanRumah Tangga/SKRT, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara yang
masih terjadi transmisi malaria (Berisiko Malaria/risk-Malaria). Terjadinya
peningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya perubahan lingkungan
seperti penambangan pasir yang memperluas genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk penular malaria, penebangan hutan bakau, mobilitas
penduduk dari P. Jawa ke luar Jawa yang sebagian besar masih merupakan
daerah endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas.Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belum ditemukan
adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL Dinkes
Kota Makassar sudah tidak ada lagi penderita tanpa pemeriksaan darah,
semuanya dengan pemeriksaan darah positif . Tahun 2012 sebanyak 160 kasus
(73 kasus di Puskesmas dan 87 kasus di 7 RS), dengan angka kesakitan (API)
0,054 per 1000 penduduk.
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk
genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes
aegyptiadalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit
ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang
yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalamnyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
41/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201241
virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga
dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui
telur (transovarial). WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100
juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Tahun 2012 jumlah penderita DBD di seluruh wilayah Puskesmas di
Kota Makassar sebanyak 86 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 6,4 per
100.000 penduduk diantaranya terdapat 2 kasus kematian karena DBD yaitu
di Puskesmas Kapasa dan Puskesmas Cendrawasih . (Lihat Gambar III.14)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar
dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus, pelaksananaan PSN/3M,
survei jentik dan abatesasi, serta fogging massal/kasus. Jumlah kasus DBDdan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar III.14Jumlah Kasus dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Penanggulangan fokus
Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2010 2011 2012
38
83 86
0 2 2
Kasus
Kematian
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
42/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201242
penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survey
epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja masing-masing
Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai
tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasil survey
ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk dilakukan
Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokus yang
ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka Bebas Jentik dan
menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar.
Pelaksanaan PSN/3M
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan tindaklanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan oleh petugas
kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ; Menguras
tempat penyimpanan air, Menutup tempat penampungan air serta
mengubur barang-barang bekas yang mungkin dapat digenangi air
dan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD. Pelaksanaan
PSN/3M dilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari
Jumat dan Sabtu.
Survei Jentik & Abatesasi
Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk Aedes
Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya memberantas
vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan
bersama-sama dengan masyarakat dengan membentuk Kader
Jumantik yang pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 1000 kader.
Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan
abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis.
Adapun Angka Bebas Jentik selama 3 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2010 sebesar 79,96%, tahun 2011 sebesar 87% dan meningkat
di tahun 2012 sebesar 90%.
Pelaksanaan Fogging Fokus
Selain pemberantasan jentik, upaya lain yang dilakukan adalahmemberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (Fogging Focus)
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
43/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201243
terutama di wilayah yang terdapat penderita DBD yang mempunyai
Sentral Opname (SO) dari Puskesmas maupun Rumah Sakit.
c. Flu Burung
Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular di
kalangan hewan (unggas dan babi) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
(H5N1). Virus ini ternyata juga dapat menyerang manusia. Flu burung dapat
menular dari unggas ke unggas dan dari unggas ke manusia melalui air liur,
lendir dan kotoran unggas yang sakit. Flu burung juga dapat menular melalui
udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang
sakit. Sedangkan penularan dari unggas ke manusia terutama bila terjadi
persinggungan langsung dengan unggas yang sakit (terinfeksi flu burung).
Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar,
pada tahun 2012 terdapat 1 penderita suspect Flu Burung , suspect adalah
anak-anak yang di pekarangan belakang rumahnya memang terdapat
peternakan ayam namun berdasarkan pemeriksaan suspect, hasilnya negatif.
Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang terus digalakkan
antara lain :
i. Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang suspect AI
serta warga di sekitarnya
ii. Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat Pengelola Makanan
iii. Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif
mengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yang
mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasus-
kasus yang mirip dengan AI.
iv. Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita suspect AI,
serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo &
mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin
Sudirohusodo).
Adapun suspect flu burung selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
gambar berikut
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
44/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201244
Gambar III.15Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung
di Kota MakassarTahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
0
1
2
3
4
5
2010 2011 2012
0
5
10 0 0
Kasus
Kematian
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
45/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201245
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan merupakan pelaksanaan program pembangunan di
bidang kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama tahun 2012.
A. Upaya Kesehatan Ibu dan anak
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka
kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak
adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Terkait dengan
pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil Riskesdas 2013menunjukkan cakupan
pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan
semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan antenatal oleh
petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali tanpa
memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun
2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini juga sejalan
dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada
trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun
2010 menjadi 81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan
selanjutnya, cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali
kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0%
pada tahun 2013.
Komitmen global dalam MDGS menetapkan target terkait kematian ibu
dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak
hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
46/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201246
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1
kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Kegiatan pelayanan antenatal
meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada
ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif
dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk
mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkanpelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan
masyarakat. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali
kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di
trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk
menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan padaibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 selama 3 tahun terakhir nampak pada
gambar berikut
Gambar IV.1Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4
Di Kota MakassarTahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
85
90
95
100
105
2010 2011 2012
104.4
96
104.2
94.89
94.53 95.43
K1
K4
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
47/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201247
Pada gambar IV.1 diatas nampak adanya fluktuasi cakupan K1 dan peningkatan
cakupan K4, dimana cakupan K4 telah melampaui target Standar Pelayanan
Minimal yaitu 95% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan semakin
membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
Dalam upaya meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak telah dilakukan berbagai
program dan kegiatan diantaranya kerjasama pendampingan kegiatan USAID
terkait peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, bayi baru lahir dan anak.
Disamping itu juga pembinaan di posyandu, program perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (PK4), kemitraan bidan dan kader terutama pada
lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM serta masyarakat pada
umumnya, dan dikembangkannya kelas ibu hamil dengan meningkatkanpengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh
pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 juga
berkontribusi terhadap peningkatan cakupan K4.
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besarterjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya
kompetensi kebidanan. Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan (linakes) dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kematian Ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat /fasilitas
persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terbuktiberkontribusi terhadap turunnya risiko kematian Ibu.Demikian pula dengan
tempat/fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat pada
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas yaitu mengusahakan tenaga
kesehatan dalam jumlah yang memadai dengan kualitas yang sebaik-baiknya
terutama bidan, menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai
dengan standar terutama penyediaan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
48/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201248
(PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED
dan PONEK, menggerakkan seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk
pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi
(P4K).
Gambar IV.2Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan
yang Memiliki Kompetensi kebidananDi Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau
pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3
bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu memperoleh pelayanan
kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, pemeriksaan tinggi
puncak rahim (fundus uteri), pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam
lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif, pelayanan
keluarga berencana pasca persalinan, dll. Karena dengan perawatan nifas
yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Pada tahun 2012, cakupan pelayanan ibu nifas yaitu sebesar 87,30%.
Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu sebesar
90% pada tahun 2015.
90
92
94
96
98
2010 2011 2012
92.81
96.27
94.05
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
49/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 201249
4. Penanganan Komplikasi Maternal dan Neonatal
Pada dasarnya kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses
yang alami ketika berlangsung secara normal, namun telah diperkirakan
bahwa sekitar 20% dari ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.
Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung
termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa
ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Adapun
penanganan komplikasi itu sendiri adalah penanganan terhadap
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai
selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayananlebih lanjut).
Adapun yang dimaksud dengan neonatal komplikasi adalah yaitu
bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma
lahir, BBLR (berat badan kurang dari 2.500 gram), sindroma gangguan
pernafasan dan kelainan neonatal. Sedangkan yang dimaksud dengan
penanganan neonatal komplikasi adalah neonatal sakit atau neonataldengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter,bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan
kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2012 cakupan bumil risti/komplikasi
yang ditangani yaitu 67% dan cakupan neonatal risti/komplikasi yang
ditangani yaitu 95,3%.
5.Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita
Pelayanan kesehatan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,
selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatandasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga
-
5/19/2018 Profil Kesehatan Kota Makassar 2012
50/70
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20125
cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian
hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Program ini terdiri
dari pemberian imunisasi dasar (BCG,DPT/HB1-3,Polio 1-4 dan Campak).
Pada tahun 2012 , cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota
Makassar yaitu sebesar 90,18 % dimana telah mencapai target SPM nasional
yaitu 90% pada tahun 2015.
Pelayanan Kesehatan Balita
Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran
umur 12-29 bulan. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan
pada anak b