profil apbd ta 2012

16
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT EVALUASI PENDANAAN DAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH SUBDIT DATA KEUANGAN DAERAH

Upload: truonganh

Post on 28-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil APBD TA 2012

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

DIREKTORAT EVALUASI PENDANAAN DAN

INFORMASI KEUANGAN DAERAH

SUBDIT DATA KEUANGAN DAERAH

Page 2: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 1

Profil APBD TA 2012

Pendahuluan

Dalam kerangka desentralisasi fiskal, pengelolaan keuangan daerah memiliki peran vital

dalam mengimplementasikan rencana kerja pembangunan daerah dan juga secara tak

langsung mendukung rencana pembangunan nasional. Dalam hal ini, Pemerintah pusat

memiliki kepentingan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi keuangan daerah guna

penyelarasan dengan kebijakan fiskal nasional. Oleh sebab itu, data yang terpercaya (TRUST –

compleTe, Reliable, Up to date, Secure dan accuraTe) mengenai keuangan daerah sangat

penting keberadaannya. Terkait hal tersebut Direktorat EPIKD, Ditjen Perimbangan Keuangan

dalam hal ini Subdit Data Keuangan Daerah memiliki tugas untuk melakukan penyiapan

perumusan kebijakan dan standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi serta

pengolahan data keuangan daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya terkait

penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) Nasional. Data yang terkumpul

selanjutnya diolah sedemikian rupa hingga mendapatkan gambaran umum mengenai keuangan

daerah. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk memaparkan kondisi APBD TA 2012 dan

sebagai awal dalam melakukan tinjauan keuangan daerah yang lebih mendalam.

Data dan Teknik Penyajian

Data yang disajikan dalam review ini meliputi sebanyak 510 Pemda yang terdiri dari 33

Provinsi, 384 Kabupaten dan 93 Kota yang berupa data ringkasan APBD TA 2012 (lampiran 1

Perda APBD). Data disajikan dalam bentuk chart dan perhitungan statistik sederhana. Pada

penyajian data ini tidak dilakukan konsolidasi data mengingat keterbatasan informasi dan detil

data untuk melakukan konsolidasi. Sehingga untuk menghindari perhitungan ganda atas

beberapa akun resiprokal (akibat belum dilakukan konsolidasi) maka penyajian data dibedakan

antara Provinsi dengan Kabupaten dan Kota.

Selain itu juga dilakukan modifikasi dalam format pelaporan yang pada awalnya sesuai

dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan dimodifikasi menjadi format yang digunakan untuk

penyajian data ini dengan maksud untuk penyeragaman dan penyerdehanaan analisis. Dalam

tulisan ini, pos pendapatan terdiri dari pendapatan asli daerah, transfer dari pusat dan lain-lain

pendapatan yang sah sedangkan belanja diklasifikasikan menjadi belanja pegawai, belanja

barang dan jasa, belanja modal, belanja hibah, belanja lainnya dan transfer antar pemda (lihat

lampiran).

Page 3: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 2

Gambaran Umum APBD TA 2012

Secara umum Struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan

Pembiayaan Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan sedangkan Belanja terdiri dari belanja langsung dan

tidak langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Namun untuk alasan penyeragaman dan penyederhanaan analisis maka

dilakukan modifikasi pengelompokan komponen-komponen dalam struktur APBD sebagaimana

telah disebutkan diatas.

Gambar dibawah ini menunjukkan struktur APBD Provinsi TA 2012 yang secara

kumulatif, pendapatannya ditargetkan mencapai Rp162,76 triliun sedangkan belanja sebesar

Rp174,02 triliun. Dengan demikian terjadi defisit anggaran secara kumulatif sebesar Rp11,26

triliun. Dari 33 Provinsi yang ada, hanya 4 Provinsi yang melakukan penganggaran surplus

sedangkan lainnya melakukan penganggaran defisit. Keempat provinsi dengan penganggaran

surplus antara lain Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Nusa

Tenggara Timur dan Provinsi Papua.

APBD TA 2012

Pemerintah Daerah Provinsi

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Tidak hanya di Provinsi yang melakukan penganggaran defisit, di Kabupaten maupun

Kota pun juga demikian. Dengan total pendapatan daerah sebesar Rp321,67 triliun dan belanja

yang lebih besar yaitu mencapai 345,17 triliun maka total defisit di Kabupaten mencapai Rp23,5

triliun. Demikian pula di Kota, dengan total pendapatan yang ditargetkan sebesar Rp81,96 triliun

dan alokasi belanja sebesar Rp86,58 triliun maka akan terjadi defisit anggaran sebesar Rp4,62

162.76174.02

-11.26

11.41

(50)

-

50

100

150

200

Trill

iun

Pendapatan

Belanja

Surplus/Defisit

Pembiayaan Neto

Page 4: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 3

triliun. Defisit pada Kabupaten sebesar Rp23,5 triliun tersebut dibiayai dengan SiLPA tahun lalu

dan komponen-komponen pembiayaan lainnya sebesar Rp23,87 triliun sehingga akan terjadi

SiLPA TA berjalan sebesar Rp369,4 miliar. Sementara itu, pembiayaan untuk defisit anggaran

di Kota sebesar Rp4,69 triliun sehingga akan terjadi SiLPA TA berjalan sebesar Rp72,7 miliar

pada Kota.

APBD TA 2012 Kabupaten dan Kota

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Meskipun secara kumulatif direncanakan terjadi defisit anggaran baik di Kabupaten

maupun Kota, namun terdapat juga daerah yang merencanakan anggaran surplus dan

berimbang. Dari sebanyak 477 Kabupaten/Kota terdapat 63 Kabupaten/Kota yang

merencanakan anggaran surplus dan sebanyak 9 Kabupaten/Kota yang merencanakan

anggaran berimbang sedangkan 405 Kabupaten/Kota merencanakan anggaran defisit.

321.67

81.96

345.17

86.58

-23.50 -4.62

23.874.69

(50)

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Kab. Kota

Trill

ion

s

Pendapatan

Belanja

Surplus/Defisit

Pembiayaan Neto

Page 5: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 4

Pendapatan Daerah

Secara kumulatif Pendapatan di Pemda Provinsi didominasi oleh transfer dari pusat

sebesar 51% dari total pendapatan atau mencapai nilai nominal sebesar Rp83,15 triliun.

Selanjutnya sebesar 46% pendapatan daerahnya di targetkan berasal dari PAD dengan

nominal mencapai Rp75,07 triliun sedangkan hanya sebesar 3% pendapatan daerah yang

ditargetkan bersumber pada lain-lain pendapatan atau hanya sebesar Rp4,53 triliun.

Komposisi Pendapatan Daerah Provinsi TA 2012

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Berbeda dengan komposisi pendapatan daerah provinsi, dominasi Transfer pusat pada

pendapatan daerah Kabupaten/Kota sangat besar. Di Kabupaten misalnya, dominasi transfer

pusat mencapai 87,1% atau sebesar Rp280,14 triliun sedangkan di Kota mencapai 71,8% atau

sebesar Rp58,83 triliun. Sementara itu pada PAD, target dari seluruh Kabupaten pada TA 2012

ini mencapai Rp22,64 triliun atau hanya sebesar 7% dari target pendapatan daerah Kabupaten

sedangkan di Kota, target PAD mencapai Rp14,56 triliun atau sebesar 17,8% dari pendapatan

Kota.

Komposisi Pendapatan Daerah Provinsi TA 2012

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

46.12%

51.09%

2.78% PAD

Transfer Pusat

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

22.6414.56

280.14 58.83

18.89 8.56

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kab. Kota

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Transfer Pusat

PAD

Page 6: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 5

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pajak Daerah tetap menjadi sumber

utama dari PAD Provinsi. Pada TA 2012 ini, Target pajak daerah yang dihasilkan sebesar

Rp64,2 triliun atau mencapai 85,4% dari total PAD Provinsi sedangkan 15% sisanya ditargetkan

bersumber dari Lain-lain PAD, Hasil Pengelolaan kekayaan daerah dan retribusi daerah

masing-masing sebesar 9,11%, 3,61% dan 1,74% dari total PAD

Komposisi Pendapatan Asli Daerah Provinsi

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Lain halnya dengan Provinsi, Pajak Daerah yang ditargetkan oleh Kabupaten tidak

terlalu mendominasi PAD. Pada Gambar dibawah terlihat bahwa pajak daerah Kabupaten yang

ditargetkan sebesar Rp8,2 triliun hanya sebesar 36,25% dari total PAD. Sebesar Rp8,2 triliun

juga ditargetkan dari lain-lain PAD Kabupaten sedangkan sisanya ditargetkan bersumber dari

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan masing-masing sebesar Rp4,2 triliun dan Rp2

triliun.

Komposisi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten dan Kota

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

36.25%

18.59%8.89%

36.26%

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

63.09%

17.19%

3.51%16.21%

Pajak daerah

Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah

Page 7: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 6

Hal yang berbeda pula tampak pada komposisi PAD Kota, dimana pajak daerah

mendominasi PAD sebesar 63,1% atau dianggarkan mencapai Rp9,1 triliun. Pemungutan

retibusi daerah Kota dianggarkan sebesar Rp2,5 triliun atau 17,19% dari total PAD Kota

sedangkan sisanya dianggarkan bersumber dari lain-lain PAD dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah masing-masing Rp2,3 triliun dan Rp510 miliar.

Transfer Pusat

Komposisi Transfer dari Pusat kepada Provinsi yang dianggarkan pada TA 2012 ini

relatif merata. Sebagaimana terlihat dari gambar dibawah ini, sebesar Rp83,5 triliun, sebesar

34,24%-nya dianggarkan dari dana Otsus dan Penyesuaian atau mencapai Rp28,46 triliun.

32,5%-nya dianggarkan dari Dana Alokasi Umum atau sebesar Rp27 triliun. Sementara itu

Dana Bagi Hasil dianggarkan sebesar Rp26,29 triliun dan sisanya dianggarkan dari Dana

Alokasi Khusus dengan hanya sebesar Rp1,3 Triliun.

Komposisi Pendapatan Transfer dari Pusat Kepada Provinsi

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Berbeda dengan komposisi Transfer Pusat di Provinsi, komposisi Transfer Pusat di

Kabupaten maupun Kota didominasi oleh Dana Alokasi Umum. Di Kabupaten misalnya,

sebesar Rp280,14 triliun Transfer dari Pusat, 70,3%-nya atau mencapai Rp196,87 triliun

dianggarkan besumber dari Dana Alokasi Umum. Hal serupa juga terjadi di Kota, sebesar

Rp58,83 triliun transfer dari Pusat, 71,8% dianggarkan bersumber dari Dana Alokasi Umum

atau mencapai nominal Rp42,21 triliun. Selanjutnya, komponen terbesar kedua pada Transfer

Pusat ke Kabupaten maupun Kota adalah Dana Bagi Hasil. Pada TA 2012 ini, DBH

dianggarkan sebesar Rp44,59 triliun atau 15,9% dari seluruh transfer pusat ke Kabupaten dan

Rp9,53 triliun atau 16,2% dari seluruh transfer pusat ke Kota. Sementara itu sebagian kecil

31.63%

32.53%

1.61%

34.24%

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

Dana alokasi umum

Dana alokasi khusus

Dana penyesuaian dan otonomi khusus

Page 8: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 7

sisanya dianggarkan dari Dana Alokasi Khusus dan Dana Otsus dan Penyesuaian. Pada TA

2012 ini Dana Alokasi khusus dan Dana Otsus dan Penyesuaian dianggarkan masing-masing

hanya sebesar Rp21,51 triliun dan Rp17,17 triliun untuk Kabupaten sedangkan untuk Kota

masing-masing sebesar Rp2,65 triliun dan Rp4,45 triliun.

Komposisi Transfer dari Pusat Kepada Kabupaten dan Kota

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Lain-lain Pendapatan Daerah

Lain-lain pendapatan daerah dikelompokkan menjadi Hibah, Dana Darurat, Transfer

antar Pemda dan lain-lain. Adapun pada TA 2012 ini, komponen yang dianggarkan tertinggi di

Provinsi adalah pendapatan hibah yaitu sebesar Rp2,87 triliun atau mencapai 63,5% dari Lain-

lain Pendapatan Daerah Provinsi. Selanjutnya dana darurat dianggarkan sebesar Rp1,3 triliun

sedangkan sisanya dianggarkan dari transfer antar pemda dan lain-lain masing-masing sebesar

Rp275,9 miliar dan Rp65,54 miliar.

Komposisi Lain-Lain Pendapatan Daerah APBD TA 2012 Provinsi

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

44.59 9.53

196.87 42.21

21.51 2.6517.17 4.45

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kab. Kota

Dana penyesuaian dan otonomi khusus

Dana alokasi khusus

Dana alokasi umum

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

63.50%

28.97%

6.09% 1.45%

Hibah

Dana darurat

Transfer antar PemdaLain-lain

Page 9: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 8

Jika Lain-lain Pendapatan Daerah Provinsi didominasi oleh pendapatan hibah, di

Kabupaten maupun Kota lain-lain Pendapatan Daerah didominasi dari Pendapatan Transfer

antar Pemda. Adapun dalam APBD TA 2012 ini, secara kumulatif nilainya mencapai Rp16,61

triliun untuk Kabupaten dan Rp8,01 triliun untuk Kota. Sebagian lagi sisanya terbagi atas lain-

lain, pendapatan hibah dan dana darurat masing-masing hanya sebesar Rp1,38 triliun, Rp853

miliar dan Rp50 miliar untuk Kabupaten sedangkan untuk Kota beturut-turut adalah Rp250

miliar, Rp212 miliar dan Rp92 miliar.

Komposisi Lain-Lain Pendapatan Daerah APBD TA 2012 Kabupaten dan Kota

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Belanja Daerah

Komposisi dari seluruh belanja daerah Provinsi yang dialokasikan pada TA 2012 relatif

merata. Dari sebesar Rp174 triliun anggaran belanja daerah seluruh provinsi, 24,14%nya

dialokasikan untuk Belanja barang dan jasa atau senilai dengan Rp42 triliun. Porsi ini

merupakan porsi terbesar dari alokasi belanja daerah Provinsi. Alokasi terbesar berikutnya

adalah belanja pegawai yang mencapai Rp35,52 triliun atau sebesar 20,4% dari total belanja

daerah Provinsi. Tidak jauh berbeda dengan belanja pegawai, belanja transfer antar pemda

juga dialokasikan cukup tinggi. Dalam APBD TA 2012 ini, porsi belanja transfer mencapai

20,09% dari total belanja daerah Provinsi atau sebesar Rp34,95 triliun. Sementara itu, belanja

modal dialokasikan sebesar Rp31,81 triliun sedangkan sebesar Rp26,9 triliun dan Rp2,8 triliun

dialokasikan masing-masing untuk belanja hibah dan belanja lainnya.

0.8

5

0.2

1

0.0

5

0.0

9

16

.61

8.0

1

1.3

8

0.2

5

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Kab. Kota

Trill

iun

Hibah

Dana darurat

Transfer antar Pemda

Lain-lain

Page 10: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 9

Komposisi Belanja Daerah APBD TA 2012 Provinsi

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Jika komposisi belanja daerah di Provinsi relatif merata tidak demikian dengan

komposisi belanja daerah di Kabupaten maupun Kota. Lebih dari separuh anggaran

dialokasikan untuk belanja pegawai. Total belanja pegawai untuk Kabupaten mencapai

Rp174,66 triliun atau sebesar 50,6% dari total belanja daerah Kabupaten sedangkan untuk

Kota, total belanja pegawainya mencapai 52,4% dari total belanja daerah atau sebesar Rp45,36

triliun. Selanjutnya adalah belanja modal, dengan alokasi sebesar Rp83,73 triliun untuk

Kabupaten dan Rp18,96 triliun untuk Kota.

Komposisi Belanja Daerah APBD TA 2012 Kabupaten dan Kota

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

20.41%

24.14%

18.28%

15.46%

1.61%

20.09% Belanja Pegawai

Belanja Barang dan jasa

Belanja Modal

Belanja Hibah

Belanja Lainnya

Transfer antar Pemda

174.67

45.36

83.86

18.96

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Kab. Kota

Trill

ion

s

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan jasa

Belanja Modal

Belanja Hibah

Belanja Lainnya

Transfer antar Pemda

Page 11: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 10

Salah satu yang membedakan komposisi belanja antara Kabupaten dan Kota adalah

pada komponen belanja transfer antar pemda dimana porsi belanja ini relatif lebih besar pada

Kabupaten daripada di Kota. Di Kabupaten porsinya mencapai 3,7% dari total belanja daerah

Kabupaten atau sebesar Rp12,74 triliun sedangkan di Kota alokasinya hanya sebesar 0,4% dari

total belanja daerah Kota atau hanya sebesar Rp346 miliar.

Pembiayaan Daerah

Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa terjadi defisit anggaran pada

Provinsi sebesar Rp11,26 triliun. Defisit ini tentunya harus dibiayai dengan berbagai sumber-

sumber penerimaan pembiayaan yang terdiri dari SiLPA TA sebelumnya, pencairan dana

cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman dan

obligasi serta penerimaan kembali pemberian pinjaman. Terlihat pada gambar dibawah SiLPA

TA sebelumnya menjadi sumber utama dalam pembiayaan defisit baik pada Provinsi,

Kabupaten maupun Kota. Secara total SiLPA yang dianggarkan mencapai Rp45,99 triliun.

Sementara itu pembiayaan yang bersumber dari pinjaman dan obligasi daerah direncanakan

mencapai Rp3,3 triliun.

Penerimaan Pembiayaan APBD TA 2012

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Dalam membiayai defisit anggaran, terlebih dahulu harus juga membiayai pengeluaran-

pengeluaran pembiayaan yang telah direncanakan artinya pembiayaan yang dimaksud diatas

merupakan pembiayaan neto setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan yang terdiri atas

pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran pokok utang, pemberian

pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan serta pengeluaran perhitungan pihak ketiga.

-

5

10

15

20

25

30

Prov Kab. Kota

Trill

iun

SiLPA TA sebelumnya

Pencairan dana cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Page 12: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 11

Pengeluaran Pembiayaan APBD TA 2012

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

Sebagian besar pengeluaran pembiayaan digunakan sebagai penyertaan modal

(investasi) daerah baik di Provinsi, Kabupaten dan Kota. Di Provinsi nilainya mencapai Rp3,35

triliun, sedangkan di Kabupaten dan Kota jumlahnya masing-masing Rp2,38 triliun dan Rp624

miliar. Anggaran untuk Pembayaran pokok utang juga relatif besar di Kabupaten dan Kota yaitu

sebesar Rp1,66 triliun untuk Kabupaten dan Rp403 miliar untuk Kota.

Beberapa Indikator Dalam APBD TA 2012

Terdapat banyak indikator-indikator yang digunakan dalam menganalisis Keuangan

Daerah. Beberapa yang paling populer adalah rasio antara PAD dengan Pendapatan yang

menunjukkan derajat kemandirian suatu daerah. Selain itu ada juga rasio antara Transfer Pusat

terhadap Pendapatan yang menunjukkan ketergantungan daerah akan transfer dari pusat.

Ringkasan Statistik Beberapa Indikator Keuangan daerah Kabupaten/Kota

Variable Obs Mean Std. Dev.

Min Max Jumlah Daerah

≥ Mean

< Mean

PAD/Pendapatan 477 0.07 0.07 0.00 0.68 154 323

Transfer/Pendapatan 477 0.88 0.09 0.25 1.00 279 198

PAD/Belanja 477 0.07 0.06 0.00 0.64 155 322

Transfer/Belanja 477 0.83 0.11 0.24 1.04 277 200

B.Pegawai/Belanja 477 0.51 0.12 0.15 0.77 275 202

B.Barang/Belanja 477 0.18 0.05 0.08 0.33 214 263

B.Modal/Belanja 477 0.24 0.09 0.06 0.63 200 277

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah

3.35

2.38

0.62

0.06

1.66

0.40

-

1

1

2

2

3

3

4

4

Prov Kab. Kota

Trill

iun Pembentukan Dana

Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Page 13: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 12

Tabel diatas menunjukkan ringkasan statistik deskriptif beberapa indikator-indikator

dalam keuangan daerah untuk Kabupaten/Kota pada APBD TA 2012. Pada rasio

PAD/Pendapatan terlihat daerah yang hampir sama sekali tidak memiliki sumber PAD dalam

APBD sedangkan sebaliknya daerah yang paling mandiri sanggup menganggarkan PADnya

sebesar 68% dari Total Pendapatannya. Sementara itu dengan rata-rata yang hanya 7%

menunjukkan bahwa terdapat 154 daerah yang memiliki rasio diatas rata-rata sedangkan

sebanyak 323 rasio kemandirian daerahnya dibawah 7%. Sebaliknya rata-rata rasio Transfer

Pusat terhadap Pendapatan sangat besar yaitu mencapai 88%. Artinya rata-rata Pendapatan

daerah sebesar 88%nya dihasilkan dari Transfer Pusat. Namun jika kita cermati lagi pada rasio

antara transfer pusat terhadap belanja terdapat daerah yang transfer pusatnya melebihi belanja

daerah yang telah dianggarkan yaitu yang terlihat pada nilai maksimum rasionya sebesar

104%.

Sementara itu jika kita lihat pada porsi belanja pegawai terhadap belanja daerah, rata-

ratanya mencapai 51% dan terdapat 275 daerah yang porsi anggaran belanja pegawainya

melebihi 51% dan bahkan hingga mencapai 77%. Sebaliknya porsi belanja barang terhadap

belanja relatif rendah dengan rata-rata sebesar 18%. Terdapat 363 daerah yang memiliki porsi

anggaran belanja barang dan jasa dibawah 18% dan bahkan paling rendah untuk belanja

barang dan jasa pada APBD TA 2012 hingga 8%. Sementara itu porsi penganggaran untuk

belanja modal, rata-ratanya hanya sebesar 24% dari total belanja dan sebagian besar berada

dibawah rata-rata yaitu sebanyak 277 daerah dan paling rendah hingga mencapai hanya 6%

dari total belanja daerah.

Page 14: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 13

Distribusi Spasial Pendapatan Asli Daerah

Secara spasial, dapat kita lihat bahwa Pendapatan Asli Daerah yang tinggi

terkonsentrasi di wilayah Jawa, Bali, dan NTB serta sebagian wilayah di Kalimantan sedangkan

untuk Papua sebagian besar menganggarkan PAD dibawah Rp20 miliar per tahun dan hanya

ada dua daerah yang menganggarkan PAD diatas Rp77 miliar per tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa basis-basis pendapatan asli daerah di Indonesia tersebar tidak merata dan

terkonsentrasi di wilayah Jawa, Bali dan NTB.

Distribusi Spasial Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah (output statplanet)

Page 15: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 14

Distribusi Spasial Rasio Belanja Pegawai terhadap Belanja

Secara umum memang terlihat porsi belanja pegawai pada umumnya sangat tinggi yaitu

mencapai 50% hingga 77% terhadap total belanja. Namun jika kita lihat pada aspek spasial,

akan terlihat pola konsentrasi daerah-daerah dengan porsi belanja pegawai yang tinggi maupun

yang rendah. Gambar dibawah ini menunjukkan rasio belanja pegawai yang tinggi

terkonsentrasi di wilayah Jawa, Bali serta NTB sedangkan untuk rasio belanja pegawai yang

rendah terkonsentrasi di wilayah Kalimantan dan Papua. Sementara itu di wilayah Sumatera,

Sulawesi dan lainnya rasio belanjanya relatif tersebar atau terdistribusi secara spasial.

Distribusi Spasial Rasio Belanja Pegawai terhadap Belanja

Sumber: Subdit DKD, Dit. EPIKD, DJPK – Kemenkeu, diolah (output statplanet)

Page 16: Profil APBD TA 2012

Subdit Data Keuangan Daerah, Dit. EPIKD, DJPK Page 15

Lampiran

Proses Konversi Format APBD dalam Permendagri 13 Tahun 2006 ke Format dalam

Penulisan

Permendagri 13 Tahun 2006 Format TulisanPendapatan Pendapatan

PAD PAD

Pajak daerah Pajak daerah

Retribusi daerah Retribusi daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah

Dana Perimbangan Transfer Pusat

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

Dana alokasi umum Dana alokasi umum

Dana alokasi khusus Dana alokasi khusus

Lain-lain pendapatan daerah yang sah Dana penyesuaian dan otonomi khusus

Hibah Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Dana darurat Hibah

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda Dana darurat

Dana penyesuaian dan otonomi khusus Pendapatan Transfer antar Pemda

Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda Lain-lain

Lain-lain Belanja

Belanja Belanja Pegawai

Belanja Tidak Langsung Belanja Barang dan jasa

Belanja Pegawai Belanja Modal

Belanja Bunga Belanja Hibah

Belanja Subsidi Belanja lain-lain

Belanja Hibah Belanja Transfer antar Pemda

Belanja Bantuan sosial Pembiayaan

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes Penerimaan Pembiayaan

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan SiLPA TA sebelumnya

Belanja tidak terduga Pencairan dana cadangan

Belanja Langsung Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Belanja Pegawai Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Belanja Barang dan jasa Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Belanja Modal Pengeluaran

Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan

Penerimaan Pembiayaan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

SiLPA TA sebelumnya Pembayaran Pokok Utang

Pencairan dana cadangan Pemberian Pinjaman Daerah

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Pengeluaran

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembayaran Kegiatan Lanjutan

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga