produksi bersih industri gula

15
PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA DIKERJAKAN OLEH: CHAIRANI SEVIANI ICI SISKA DEWI DHIA DARIN SILFI RIRI DWI H. W. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Upload: darin-s-mutia

Post on 26-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, pendapatan masyarakat serta semakin berkembangnya industry pengguna gula pasir mengakibatkan permintaan gula pasir dalam negeri mengalami peningkatan. Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yan gbersifat pencegahan yang perlu diterapkan secara terus menerus. Penerapan produksi bersih dalam industry memeberikan pengaruh positif bagi perusahaan yan gmenerapkannya, baik secara financial maupun non financial. Produksi bersih dapat diaplikasikan pada berbagai industri baik industri yang bergerak dibidang pangan maupun industri yang bergerak di bidang non-pangan.

TRANSCRIPT

Page 1: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

PRODUKSI BERSIH

INDUSTRI GULA

DIKERJAKAN OLEH:

CHAIRANI SEVIANI

ICI SISKA DEWI

DHIA DARIN SILFI

RIRI DWI H. W.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Page 2: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, pendapatan masyarakat

serta semakin berkembangnya industry pengguna gula pasir mengakibatkan permintaan gula

pasir dalam negeri mengalami peningkatan.

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yan gbersifat

pencegahan yang perlu diterapkan secara terus menerus. Penerapan produksi bersih dalam

industry memeberikan pengaruh positif bagi perusahaan yan gmenerapkannya, baik secara

financial maupun non financial. Produksi bersih dapat diaplikasikan pada berbagai industri

baik industri yang bergerak dibidang pangan maupun industri yang bergerak di bidang non-

pangan.

Salah satu perusahaan BUMN yang melakukan kegiatan penanaman tebu dan

memproduksi gula tebu adalah PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Jawa Timur, dengan

Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai salah satu pabriknya yang menghasilkan gula dengan

kapasitas besar (5000 TCD). Tujuan utama perusahaan adalah kontinuitas usaha dalam

rangka memaksimalkan keuntungan yang diperoleh untuk menghindari kerugian. Kajian

terhadap penerapan produksi bersih pada industry ini akan dijabarkan lebih lengkap pada bab

berikutnya.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses produksi gula pada industri gula?

2. Bagaimana teknologi bersih yang dapat diterapkan pada industri gula?

3. Apa saja manfaat dari penerapan produksi bersih pada industri gula?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi gula pada industri gula

2. Untuk mengetahui bagaimana teknologi bersih yang dapat diterapkan pada industri

gula

3. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan produksi bersih pada industri gula

Page 3: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian produksi bersih

Produksi bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi,

serta pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimasi

timbulan limbah. Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan

timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan

bagaimana daur hidup suatu produk.

Strategi pengelolaan lingkungan pada awalnya didasarkan pada pendekatan daya

dukung lingkungan (carrying capacity approach), namun karena daya dukung lingkungan

alami memiliki kemampuan yang terbatas dalam menetralkan pencemaran yang makin

meningkat, maka upaya mengatasi masalah pencemaran berkembang ke arah pendekatan

pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of-pipe treatment). Pengelolaan pencemaran melalui

pendekatan pengolahan limbah (end-of-pipe treatment) ternyata bukan cara yang efektif dan

hemat biaya, oleh karena itu strategi pengelolaan lingkungan harus diubah ke arah

pencegahan pencemaran, yaitu dengan penerapan Produksi Bersih. Strategi ini merupakan

paradigma baru dalam pengelolaan pencemaran lingkungan, sehingga masalah pencemaran

lingkungan, terutama bagi industri, tidak lagi identik dengan pengeluaran tambahan yang

menaikkan biaya produksi bagi industri tersebut (Saribanon, 2003).

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mendefinisakn produksi bersih

sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventive dan diterapkan secara terus

menerus pada proses produksi, serta daur hidup produk dan jasa untuk meningkatkan eko-

efisiensi dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan

baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun,

mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.

Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur

hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah

produk tersebut tidak digunakan. Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan

pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa. (UNEP, 1999)

Page 4: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

3

2.2 Konsep Penerapan Produksi Bersih

Konsep produksi bersih memiliki 4 prisip dasar, yaitu:

1. Prinsip kehati-hatian, tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak menimbulkan

dampak yang merugikan sekecil apapun.

2. Prinsip pencegahan, penting untuk memahami siklus hidup produk dari pemilihan bahan

baku hingga terbentuknya limbah.

3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan

konsumsi.

4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan

dan konsumsi sebagi satu daur yang tidak dapat dipisahkan.

2.3 Manfaat Produksi Bersih

Manfaat penerapan produksi bersih menurut Bratasida (1996) antara lain:

1) mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui upaya

minimisasi limbah, daur ulang pengolahan dan pembuangan limbah yang aman;

2) mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan;

3) dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan

proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi secara efisien;

4) mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi eksploitasi

sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses yang

akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan;

5) mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja; dan

6) memperkuat citra produsen di mata konsumen.

Manfaat ekonomi dari berkurangnya limbah yang harus dikelola merupakan pemikat

yang dapat dihitung secara nyata dalam bentuk biaya pengendalian pencemaran dan biaya

manajemen. Melalui upaya pencegahan pencemaran, penghematan biaya pengelolaan limbah

dapat dicapai. Penghematan dapat dilakukan terhadap sejumlah biaya yang dikelompokkan

sebagai berikut.

1. biaya penanganan dan pengelolaan di dalam pabrik

2. biaya transportasi dan pemusnahan di luar pabrik

3. biaya administrasi dan pencatatan (Djajadiningrat, 1999).

Page 5: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

4

Upaya pencegahan pencemaran melalui produksi bersih tidak saja akan membantu

kalangan industri meningkatkan keuntungan dari berkurangnya biaya untuk menangani

limbah, tetapi juga memberikan keuntungan dari segi peningkatan efisiensi produksi.

Produksi bersih dapat membantu mewujudkan industri berwawasan lingkungan.

Page 6: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Alur Produksi Pabrik Gula

Air Ambibisi 19-27% ampas 32-33%

Nira Mentah 87-94 %

Larutan Kapur 0,18-0,21%

Blotong 3-4%

Belerang 0,008-0,09%

Nira Encer 84-90%

Air Kondensat 62-64%

Nira kental 22-26%

Air Kondensat 13-16%

Masecuite 40-44%

Sirup 31-35% Tetes 4-5%

Gula Produk SHS 6-8%

Gambar 3.1 Alur Produksi Pabrik Gula

Tebu 100%

STASIUN GILINGAN

STASIUN PEMURNIAN

NIRA

STASIUN

PENGUAPAN

STASIUN

MASAKAN

(KRISTALISASI)

STASIUN

SENTRIFUGASI

STASIUN

PEMBUNGKUSAN

GUDANG

STASIUN

KETEL

Page 7: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

6

Menurut Moerdokusumo (1993), proses pengolahan tebu untuk menghasilkan gula

Kristal putih terdiri dari unit operasi penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan

sentrifuse.

1. Stasiun Gilingan

Stasiun gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung di dalam tebu

semaksimal mungkin sehingga hanya sedikit jumlah gula yang terikut dalam ampas.

Terdapat beberapa tahap penggilingan ampas, pada tahapp akhir penggilingan diberikan

air imbibisi suhu 60oC dengan tujuan untuk melarutkan sisa nira yang masih terdapat

dalam ampas tebu. Ampas yang dihasilkan kemudian dibawa ke stasiun ketel. Effluent

dari stasiun gilingan yaitu nira mentah sebanya 87-94%.

2. Stasiun pemurnian

Stasiun pemurnian atau stasiun purifikasi adalah stasiun yang bertujuan untuk

memisahkan kotoran seperti partikel kasar (pasir dan ampas yang masih terbawa

mikroorganisme dalam nira mentah), partikel koloid seperti non-suspendes sugar dan

partikel terlarut (misalnya desinfektan yang ikut terbawa dari stasiun penggilingan)

dalam nira mentah sebanyak mungkin dengan cara yang efektif. Dalam memproduksi

gula pasir khususnya pada stasiun pemurnian nira, diperlukan adanya bahan pembantu

yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperlancar jalannya proses

produksi gula. Bahan pembantu yang digunakan adalah beberapa zat kimia, yaitu:

a. Susu kapur (Ca(OH)2), adalah bahan pembantu yang berfungsi untuk menetralkan

nira, mencegah terbentuknya inverse gula, dan membentuk endapan kotoran dalam

nira.

b. Belerang, adalah bahan pembantu yang digunakan pada unit operasi purifikasi.

Belerang digunakan dalam bentuk sulfit yang bertujuan untuk menetralisir kelebihan

susu kapur dan menyerap atau menghilangkan zat warna pada nira.

Produk samping yang digunakan dari proses ini ialah blotong yang dibawa ke Stasiun

Ketel. Nira encer sebagai effluent dari stasiun pemurnian kemudian diolah ke proses

berikutnya.

3. Stasiun penguapan

Adalah stasiun yang bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat

pada nira jernih (nira encer) dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental. Nira

encer dari stasiun pemurnian masih mengandung air sekitar 80-85%. Hasil samping dari

proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang dimanfaatkan sebagai air umpan di

stasiun ketel. Dari proses ini dihasilkan nira kental 22-26%.

Page 8: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

7

4. Stasiun masakan (kristalisasi)

Adalah stasiun yang bertujuan untuk mengkristalkan nira kental sehingga

didapatkan ukuran kristal gula sesuai dengan yang diinginkan. Secara umum proses

kristalisasi melewati 3 tahapan, yaitu pembuatan gula bibitan, pembesaran Kristal gula,

dan kristalisasi sempurna. Dalam proses ini diperoleh larutan Kristal gula yang disebut

masecuite serta diperoleh hasil samping berupa ir kondensat yang dimanfaatkan sebagai

air umpan di stasiun ketel.

5. Stasiun sentrifugasi

Pada stasiun ini dilakukan proses pemutaran masecuite yang bertujuan

memisahkan Kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada proses ini akan diperoleh gul

aproduk SHS dan hasil samping berupa tetes.

6. Stasiun pembungkusan

Proses pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan terakhir pada gula

sebelum digudangkan.

7. Stasiun ketel

Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai mendidih

(menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Ketel berfungsi

untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu dan dimanfaatkan untuk menghasilkan

listrik tenaga uap. Bahan bakar ketel diambil dari sisa stasiun gilingan yaitu berupa

ampas tebu dan blotong.

3.2 Penerapan Produksi Bersih

Strategi pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Daur Ulang (Recycle)

a. Penggunaan dan Daur Ulang Kembali (In site Recovery and Reuse).

Penggunaan kembali pada tempatnya (On-site recovery and Re- use) adalah

penggunaan kembali limbah yang dihasilkan pada proses yang sama atau pada proses

yang lain di industri tersebut.

Proses daur ulang yang dapat dilakukan, yaitu:

- Penggunaan kembali air hasil akhir pengelolaan limbah,

- Pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk dimasukkan ke stasiun

gilingan,

- Penggunaan ampas tebu dari stasiun gilingan sebagai bahan bakar pada stasiun

ketel,

Page 9: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

8

- Penggunaan uap nira dari stasiun masakan (kristalisasi) untuk stasiun penguapan

(evaporasi),

- Penggunaan uap nira dari evaporator I untuk pengoperasian evaporator

berikutnya, nira yang terkandung dalam uap bekas dipisahkan dengan sap vanger

sehingga nira kental bisa dikembalikan ke proses,

- Peleburan kembali gula hasil yang biasanya pada awal giling masih kotor untuk

dijadikan umpan pada stasiun kristalisasi,

- Peleburan kembali gula yang tidak memenuhi kriteria produk (gula kasar dan gula

halus) di stasiun sentrifugasi untuk dijadikan bibitan di stasiun kristalisasi,

- Tumpahan nira kental di stasiun kristalisasi yang terjadi karena kerusakan peralatan

ditarik kembali dengan pompa ke timbangan boulogne di stasiun pemurnian

(purifikasi) untuk mengalami proses kembali,

- Ceceran oli yang telah diserap dengan ampas di stasiun penggilingan digunakan pada

ketel sebagai tambahan bahan bakar pada saat terjadi jam berhenti giling yang

biasanya dikarenakan kerusakan alat,

- Gula yang tercecer di sekitar timbangan curah diambil kembali secara manual

untuk dilebur kembali di stasiun masakan sehingga jumlah kehilangan produk

bisa lebih dikurangi.

b. Produk Samping yang Bermanfaat (Creation of Useful By Product).

Penciptaan produk samping yang berguna juga merupakan strategi

sebagai usaha untuk meminimisasi limbahnya. Produk samping ini ada yang secara

langsung dijual tanpa melalui proses terlebih dahulu dan ada juga yang diproses

terlebih dahulu sehingga nilai ekonominya lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan

memberikan keuntungan tambahan bagi pihak perusahaan.

A. Ampas (Bagasse)

Ampas tebu adalah produk samping yang dihasilkan dari stasiun gilingan.

Ampas tebu yang dihasilkan digunakan untuk bahan bakar pada ketel. Ampas tebu

dari gilingan akan dibawa oleh conveyor belt untuk dimasukkan ke ketel Yoshimine

I, Yoshimine II, dan ketel Takuma sebagai bahan bakar.

Ampas tebu yang tersisa pada akhir giling juga digunakan sebagai bahan

campuran pembuatan kertas. Industri gula hanya menyediakan dan menjual

kemudian perusahaan tersebut yang mengambil ke pabrik.

Page 10: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

9

Kelebihan ampas dari stasiun gilingan akan ditumpuk di bagasse house setinggi ±

2.5 meter. Ampas dari gudang ini akan digunakan untuk bahan bakar pada awal masa

giling untuk periode berikutnya. Ampas ini juga dipakai untuk menjaga kebersihan

pabrik yaitu untuk mengepel lantai, seperti lantai laboratorium dan sebagainya.

B. Blotong

Blotong merupakan hasil samping dari proses penjernihan yang merupakan

endapan dari sekumpulan kotoran nira, karena blotong adalah bahan organik yang

dapat mengalami perubahan secara alami, maka bau yang ditimbulkannya pun

kurang enak. Blotong merupakan endapan kapur yang mengadsorbsi bahan-bahan

non-gula dalam nira kotor, sehingga blotong banyak mengandung senyawa-

senyawa nira kotor. Secara fisik blotong merupakan gumpalan-gumpalan tipis

berwarna cokelat dan berbau kurang sedap. Blotong terdiri dari kalsium posphat

dari hasil proses defekasi, kalsium sulfit dari hasil sulfitasi, ampas halus dan

sebagainya.

Pemanfaatan blotong digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik

(kompos). Blotong yang dimanfaatkan sebagai biokompos menyebabkan

pertumbuhan yang cukup baik pada tanaman batang tebu, karena dapat meningkatkan

rendemen produk dan efisiensi penyerapan unsur hara dari pupuk.

Sejauh ini, kompos ini hanya diperuntukkan sawah milik pabrik dan belum

dipasarkan ke petani bebas karena kapasitas produk (kompos) yang dihasilkan masih

belum mencukupi untuk dipasarkan kepada umum.

C. Abu Ketel

Abu ketel adalah produk samping yang dihasilkan dari ketel atau boiler.

Pabrik menggunakan abu ketel sebagai campuran pupuk kompos. Kompos ini

merupakan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah

sekaligus decomposer pupuk anorganik, sehingga menjadi bahan atau unsur hara yang

siap digunakan oleh tanaman.

Abu ketel berasal pada saat proses pembakaran yang terjadi pada stasiun

boiler yang bahan bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses

penggilingan.

Page 11: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

10

D. Tetes (Molasses)

Tetes dihasilkan dari stasiun sentrifugasi yaitu hasil sentrifugasi dari gula. Tetes

yang dihasilkan ini ditampung ke tangki penampungan. Dari stasiun sentrifugasi,

molasses dialirkan ke tangki yang terdapat di luar pabrik. Tetes ini dapat dijual ke

perusahaan lain untuk digunakan sebagai tambahan pakan ternak.

2. Pengurangan pada Sumbernya (Source Reduction)

a. subtitusi TSP dengan P2O5

Penggunaan asam phospat cair (P2O5) yang berfungsi untuk membentuk endapan

kotoran dalam nira menggantikan peran Tripple Super Phospat (TSP) dengan

pertimbangan perusahaan sebagai berikut:

1. TSP berharga murah namun keefektifannya kurang bila dibandingkan dengan

asam phospat karena kadar PO4 yang terkandung dalam TSP hanya ± 36% dan

yang dapat bereaksi dengan nira hanya± 30% dan menimbulkan lebih banyak

endapan pospat.

2. Asam Phospat berharga mahal namun lebih efektif daripada TSP karena kadar PO4

± 80% dan endapan pospat yang ditimbulkan lebih sedikit sehingga bahan

buangan yang harus diolah juga lebih sedikit.

3. Pertimbangan ekonomis perusahaan yang menyatakan bahwa pemakaian asam Phospat

lebih hemat daripada TSP. lebih sedikit sehingga bahan buangan yang harus diolah

juga lebih sedikit.

4. Pertimbangan ekonomis perusahaan yang menyatakan bahwa pemakaian asam Phospat

lebih hemat daripada TSP.

b. Subtitusi CaO dengan Dolomit

Menurut Nursasiati (2001), mutu nira jernih pada pemurnian (dilihat dari parameter

sukrosa dan brix) dengan penggunaan dolomit adalah lebih baik bila dibandingkan

dengan mutu nira jernih yang dihasilkan dari proses pemurnian dengan menggunakan

100% CaO.

Jika dilihat dari mutu nira jernih dengan parameter pengendapan, warna, dan

kejernihan, maka hasil proses pemurnian pada berbagai perlakukan substitusi CaO

dengan dolomit adalah sama bila dibandingkan dengan mutu nira jernih yang dihasilkan

dari proses pemurnian dengan menggunakan CaO.

Page 12: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

11

Penurunan kadar CaO dalam nira jernih sangat diharapkan mengingat penurunan

kadar CaO akan menekan pembentukan kerak pada pipa evaporator. Pembentukan

kerak akan berdampak negatif terhadap efisiensi penggunaan energi, pembiayaan dan

kapasitas produksi. Selain itu, pemakaian CaO yang tinggi selain menimbulkan kerusakan

sakarosa, juga menimbulkan pelarutan kembali bahan kotoran yang telah menggumpal.

Adanya pH yang tinggi juga menyebabkan kerusakan gula pereduksi yang menyebabkan

warna nira keruh kecokelatan. Kerusakan ini akibat terdekomposisinya sakarosa sehingga

gula pereduksi akan terurai menjadi asam. Penguraian ini disebabkan adanya ion OH-

bebas (Indeswari, 1986).

Berdasarkan fakta tersebut, maka penggunaan dolomit pada pemurnian nira

direkomendasikan untuk menggantikan penggunaan kapur. Prospek ini tidak hanya

didasarkan atas faktor teknis saja, namun juga didukung oleh faktor lain antara lain

biaya atau harga dolomit yang lebih rendah dibandingkan dengan kapur dan

adanya cadangan dolomit yang besar dan belum dieksplorasi secara intensif.

3.Modifikasi Peralatan (Equipment Modification)

Modifikasi peralatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan pada tahun dalam

memperlancar proses antara lain:

1. Memperbesar lubang udara primer dari 5 mm menjadi 10 mm sehingga suplai

udara baru ke ruang bakar bisa optimal. Jika suplai udara ke ruang bakar tidak

terdistribusi dengan baik maka pembakaran berlangsung tidak yang sempurna (ampas

tidak habis terbakar/terbuang bersama abu) dan menyebabkan penumpukan ampas.

2. Memperbaiki ruji pickroll yang berguna untuk mengatur jatuhnya ampas dari

baggase plug ke baggase feeder lebih kontinyu dengan kondisi tercacah halus

sehingga pembakaran ampas di ruang bakar bisa optimal.

3. Modifikasi peluncur ampas ketel Takuma. Peluncur ampas ketel

Takuma dimodifikasi lebih curam dengan kemiringan mencapai 60o terhadap

garis horizontal, sehingga diharapkan ampas tidak akan menumpuk dibagian atas.

Modifikasi ini ditujukan untuk penumpukan ampas dan menjaga kontinuitas ampas

yang masuk ke ketel Takuma.

Page 13: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

12

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. proses pengolahan tebu untuk menghasilkan gula Kristal putih terdiri dari unit operasi

penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan sentrifuse.

- Stasiun Gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung di dalam tebu

semaksimal mungkin sehingga hanya sedikit jumlah gula yang terikut dalam ampas..

- Stasiun pemurnian bertujuan untuk memisahkan kotoran seperti partikel kasar

(pasir dan ampas yang masih terbawa mikroorganisme dalam nira mentah), partikel

koloid seperti non-suspendes sugar dan partikel terlarut (misalnya desinfektan yang

ikut terbawa dari stasiun penggilingan) dalam nira mentah sebanyak mungkin dengan

cara yang efektif.

- Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat pada

nira jernih (nira encer) dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental.

- Stasiun masakan (kristalisasi) bertujuan untuk mengkristalkan nira kental sehingga

didapatkan ukuran kristal gula sesuai dengan yang diinginkan.

- Stasiun sentrifugasi bertujuan memisahkan Kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada

proses ini akan diperoleh gul aproduk SHS dan hasil samping berupa tetes.

- Stasiun pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan terakhir pada gula

sebelum digudangkan.

- Stasiun ketel, Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai

mendidih (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu. Ketel

berfungsi untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu dan dimanfaatkan untuk

menghasilkan listrik tenaga uap.

2. Adapun upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan produksi bersih,

antara lain:

- Melakukan pengolahan limbah cair, padat, dan gas..

- Melakukan upaya reuse seperti menggunakan kembali air hasil akhir pengelolaa

limbah, pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk bahan bakar pada

stasiun ketel,.

- Melakukan upaya irecycle seperti menjual ampas tebu dari stasiun gilingan kepada

perusahaan-perusahaan kertas, mengolah abu ketel dan blotong sebagi biokompos,

Page 14: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

13

- Melakukan pengurangan pada sumber, seperti merubah bahan input Tripple Super

Phospat (TSP) menjadi asam pospat cair (P2O5) yang lebih ekonomis.

- Modifikasi peralatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memperlancar proses

produksi.

3. Manfaat dari produksi bersih yang dilakukan pada industri gula, antara lain:

- Meminimalisir jumlah limbah yang diolah pada instalasi pengolahan air limbah

- Menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat

5.2 SARAN

Sebaiknya pada semua industri diterapkan produksi bersih agar kualitas dan

kebersihan produk serta pengolahan limbah lebih maksimal. Peran serta pemerintah juga

diharapkan dalam mendorong dan mengawasi proses produksi industri untuk mewujudkan

teknologi bersih pada setiap industri.

Page 15: PRODUKSI BERSIH INDUSTRI GULA

14

DAFTAR PUSTAKA

Bratasida, Liana. 1996. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan di

Indonesia.BAPEDAL, Jakarta.

Djajadiningrat, Surna T. 1999. Peranan Produk dan Teknologi Bersih dalam Meningkatkan

Daya Saing Industri Nasional. Artikel dalam Paradigma Produksi Bersih

Mendamaikan Pembangunan Ekonomi dan Pelestarian Lingkungan. Penerbit

Nuansa: Bandung.

Indeswari, N. Sri. 1986. Penetuan Dosis Kapur dan Belerang pada Proses

Pemurnian Nira Tebu di Pabrik Gula Mini Lawang. Laporan

Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas, Padang.

Moerdokusumo, A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan gula di Indonesia

Penerbit ITB; Bandung.

Nursasiati, Kunti. 2001. Prospek Penggunaan Dolomit Sebagai Substitusi Kapur Pada

Pemurnian Nira di PG. Sulfitasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas

Brawijaya, Malang.

Saribanon, Nonon. 2003. Produksi Bersih: Paradigma Baru Pengelolaan Pencemaran

Lingkungan. Retrieved February 16, 2005. 09.24 AM. From The World Wide

Web : http://rudyct.topcities.com