56380788 proses produksi di pabrik gula

30
Laporan Kerja Praktek PTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang BAB IV PROSES PRODUKSI Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong. Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan- bahan pembantu. IV.1 Pengadaan Bahan Baku Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber, yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung, Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng. IV.2 Stasiun Penimbangan IV. 1 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Upload: wikaz-fiansyah

Post on 29-Nov-2015

188 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

BAB IV

PROSES PRODUKSI

Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP

I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong.

Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira

jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan

dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu.

IV.1 Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari

petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber,

yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas

produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu

giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua

kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang

menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung,

Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng.

IV.2 Stasiun Penimbangan

Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang

akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut

menggunakan truk dan lori. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di

Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum

dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix dan

pH tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5.

Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane

Scale). Hasil timbangan yang diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada

timbangan, yang ditimbang adalah berat lori dan tebu, sedang pada timbangan tara

yang ditimbang adalah berat lori sebesar 6 ku. Sehingga berat tebu merupakan

IV. 1 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 2: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

hasil pengurangan berat bruto dengan berat tara. Jadi, netto didapat dari bruto

dikurangi tara.

Alat timbang yang digunakan di PG. Tjoekir ada 3 macam :

1. Jembatan Timbang

Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara

menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk

diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.

2. Jembatan Timbang Elektronik

Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan sistem

digital.

3. Digital Crane Scale

Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang

truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan.

Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk

diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Tjoekir adalah

sistem FIFO (First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling

lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama,

karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat

sinar matahari maupun mikroorganisme atau bakteri.

Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh :

1. Lori

Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang

dapat dilalui lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari

penimbangan diperoleh berat bruto.

2. Truk

Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh

lori. Truk dan tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan

amper, yaitu pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini

(penimbangan 1) tiap sopir menyerahkan surat perintah tebang angkut

(SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara (timbangan

2) untuk mengetahui berat truk.

IV. 2 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 3: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa

rendemen kebun di laboratorium analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan

tebu pabrik dilakukan analisa pada saat tebu ditebang, sedangkan untuk tebu

luar dilakukan analisa untuk tiap truk.

Gambar 4.1 : Halaman Pabrik (Emplasement)

IV. 3 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 4: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV.3 Proses Produksi

Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku

tebu sampai menjadi gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu :

1. Unit Penggilingan

2. Unit Pemurnian

3. Unit Penguapan

4. Unit Kristalisasi

5. Unit Putaran

6. Unit Penyelesaian

IV. 4 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 5: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Gambar 4.2 Blok Diagram Sederhana Proses Pengolahan Gula

IV. 5 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 6: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV.3.1 Unit Penggilingan / Ekstraksi

Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang

didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil nira

yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara yang efektif, efisien, dan

ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk memperoleh nira mentah dari tebu,

memisahkan gula dari ampasnya dan sekaligus menimbang hasil nira mentah

sebelum masuk unit pemurnian.

Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan

ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan, antara lain :

a. kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran

tebu, kadar gula atau pol tebu

b. persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal

c. air imbibisi

d. derajat kompresi terhadap ampas

e. jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelan

gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan

Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut :

1. Cane Unloading Crane

Alat ini berfungsi untuk memindahkan tebu dari truk atau lori ke meja tebu.

2. Cane Table

Berfungsi untuk menampung tebu dari truk atau lori untuk mengatur

pemasokan tebu ke krepyak tebu (cane carrier) sehingga posisi sejajar dengan

arah gerak cane carrier.

3. Cane Laveller (perata tebu)

Berfungsi untuk mengatur tebu yang akan dibawa ke bagian cane carrier agar

tebu yang masuk ke dalam cane cutter tidak berlebihan.

4. Cane Carrier

Berfungsi untuk membawa dan mengumpankan tebu ke alat pemotong (cane

cutter).

IV. 6 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 7: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

5. Cane Cutter

Berfungsi untuk memotong dan mencacah tebu menjadi bagian-bagian pendek

agar mudah digiling.

6. Hammer Unigrator.

Berfungsi untuk memukul tebu menjadi serpihan-serpihan kecil agar mudah

diambil niranya.

7. Sugar Cane Mill (gilingan tebu)

Berfungsi untuk memerah nira dari serpihan tebu.

8. Intermediet Carrier 1 s/d 4

Berfungsi untuk membawa ampas tebu dari gilingan 1 ke gilingan lain.

9. Hidrolisis Penekan Roll

Berfungsi untuk penekan roll atau mengatur tekanan roll agar terperah.

10. Grass Hooper Screen (saringan nira mentah / talang goyang)

Berfungsi untuk menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira yang

dihasilkan oleh gilingan I dan II.

11. Baggase Carrier

Berfungsi untuk memompa nira mentah hasil gilingan I dan II ketimbangan

bolougne.

12. Timbangan Imbibisi

Berfungsi untuk menimbang air imbibisi.

IV.3.2.1 Tahap Proses Penggilingan / Ekstraksi

Tebu dari emplacement diangkut ke unit ekstraksi dengan lori dan truk.

Tebu dari lori dan truk diangkut menggunakan crane hoist, kemudian tebu

diletakkan di meja tebu (cane table). Meja tebu dilengkapi dengan cane leveler

untuk mengatur ketinggian tebu yang masuk dalam cane carrier I. dari cane

carrier I tebu dibawa ke cane cutter dan selanjutnya tebu dibawa ke unigrator.

Serpihan tebu dari unigrator dibawa ke gilingan dengan menggunakan

cane carrier II dengan melewati leveler II. Setelah itu tebu menuju ke gilingan I

dan terjadi proses pemerahan tebu. Ampas dari gilingan I dibawa ke gilingan II

dengan IMC (intermediate carrier). Nira dari gilingan II ditampung pada bak

penampung gilingan II yang terhubung dengan penampung gilingan I dan

IV. 7 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 8: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

kemudian dipompa ke DSM screen, sedang ampasnya dari gilingan II dialirkan ke

gilingan III. Nira dari gilingan III ditampung pada bak penampung III yang

kemudian dialirkan ke gilingan II sebagai imbibisi nira dan ampasnya dibawa ke

gilingan IV dengan IMC III. Ampas yang keluar dari gilingan III sebelum masuk

pada gilingan IV ditambahkan air imbibisi dengan suhu 60-700C dengan tujuan

untuk melarutkan nira yang masih ada dalam ampas. Penambahan air imbibisi

dengan suhu 60-700C dikarenakan pada suhu tersebut sel ampas mudah pecah

sehingga nira yang didapat bisa maksimal. Disamping itu juga bisa mengurangi

mikroba yang ada dalam nira dan akan mengurangi jumlah kalori yang harus

ditambahkan pada proses selanjutnya. Penambahan di bawah 600C akan

menyebabkan kurang maksimalnya pemerahan. Sedangkan untuk diatas 700C

akan menyebabkan ikut larutnya zat lilin yang terdapat dalam tebu sehingga akan

menyulitkan dalam proses pemerahan. Air imbibisi ini berasal dari air kondensat

eveporator.

Nira yang dihasilkan gilingan IV turun ke bak penampung dan digunakan

sebagai imbibisi gilingan III dan ampasnya dibawa ke stasiun ketel. Ampasnya

dilewatkan baggase carrier yang di bawahnya terdapat saringan yang berfungsi

memisahkan ampas halus dan kasar. Yang kasar dikirim ke ketel untuk bahan

bakar, sedangkan yang halus (bagassilo) di blower menuju mixer untuk dicampur

dengan nira kotor untuk dijadikan blotong.

Jadi nira yang dihasilkan pada unit penggilingan 3, 4, dialirkan lagi

menuju penggilingan sebelumnya sebagai imbibisi untuk memudahkan

pemerahan nira. Sedangkan nira yang dihasilkan dari unit penggilingan 1 dan 2

disaring di DSM screen kemudian dialirkan ke peti penampung nira mentah.

IV. 8 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 9: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV. 9 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Gambar 4.3 Blok Diagram Aliran Proses pada Unit Ekstraksi

Page 10: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV.3.2 Unit Pemurnian

Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan penting dalam

produksi gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari

gula yang dihasilkan. Adapun tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan

sebanyak mungkin kotoran yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap

menjaga agar jangan sampai sukrosa maupun gula reduksinya mengalami

kerusakan pada aliran proses pada unit pemurnian.

Adapun tahap-tahap yang terjadi dalam stasiun pemurnian adalah sebagai

berikut:

1. Nira mentah yang telah dicampur dengan asam phospat dan susu kapur

dialirkan dalam timbangan “Bolougne” setelah timbangan terisi penuh

(kapasitas ± 38 ku). Nira tersebut disaring dan ditampung dalam bak

penampung nira, untuk kemudian dialirkan pada Panas Pendahuluan I .

2. Dalam PP I, yang terdiri dari 4 unit. Nira dipanaskan secara bertahap hingga

suhu 70-900C dengan tujuan untuk membunuh kuman dan mikroorganisme

yang dapat mengganggu proses pembentukan kristal gula. Di samping itu,

untuk mempercepat terjadinya reaksi antara susu kapur dengan nira mentah

pada defekator. Kemudian masuk ke Flash Tank I dengan tujuan untuk

mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira karena diharapkan mencapai nira

murni.

3. Selanjutnya nira masuk pada defekator I untuk mengalami defekasi, yaitu

penambahan susu kapur sampai pH netral. Hal ini berfungsi untuk mencegah

rusaknya monosakarida. Di samping itu untuk membentuk inti-inti endapan

Ca phosphat, Fe hidroksida, dan Al hidroksida. Pada defekator I pH

diusahakan mencapai 7,2. Kemudian masuk ke defekator II yang bertujuan

untuk meningkatkan pH samapi 8,5 dengan penambahan susu kapur.

Selanjutnya masuk defekator III bertujuan untuk pencampuran nira dan susu

kapur supaya homogen. Reaksi yang terjadi adalah :

1) 3 Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca3(PO4)2 + 6 H2O

2) Fe2+ + OH- Fe(OH)2

3) Al3+ + OH- Al(OH)3

IV. 10 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 11: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

4. Proses selanjutnya sulfitasi, yaitu penambahan gas S02. Hal ini bertujuan

untuk menetralkna kelebihan susu kapur serta untuk membentuk endapan Ca

Sulfit. pH nira diusahakan mencapai ± 7,3. Reaksi yang terjadi :

1) S(l) + O2 (g) SO2(g)

2) SO2(g) + H2O(g) H2SO3(aq)

3) Ca(OH)2(aq) + H2SO3(aq) CaSO3(s) + 2H2O(aq)

5. Nira yang telah tersulfitasi ini selanjutnya dialirkan ke PP II dengan suhu ±

105-1100C. Setelah itu dialirkan ke bejana pengembang (Flash Tank II) untuk

mengeluarkan udara dan gas yang mengganggu proses pengendapan.

6. Setelah itu nira tersebut dialirkan dalam Snow Bolling, yaitu tempat untuk

penambahan flokulan (zat pengikat endapan) untuk mempercepat terjadinya

pengendapan.

7. Selanjutnya nira dialirkan dalam peti pengendapan (Door Clarifier) untuk

memisahkan antara nira jernih atau encer dengan nira kotor. Nira jernih ini

kemudian disaring untuk membuang buihnya. Nira jernih yang telah disaring

dimasukkan ke Clear Juice Tank, dan selanjutnya dialirkan ke stasiun

penguapan. Sedangkan nira kotor dimasukkan ke Rotary Baggase Mixer

(RBM), yang kemudian ditarik ke dalam Rotary Vakum Filter (RVF), untuk

memisahkan kotoran padat (blotong), dan nira tapis. Nira tapis ini kemudian

ditarik kembali ke timbangan nira mentah (Bolougne) untuk selanjutnya

dimurnikan kembali.

IV. 11 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 12: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV. 12 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Gambar 4.4 Blok Diagram Aliran Proses pada Unit Pemurnian

Page 13: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV.3.3 Unit Penguapan

Tujuan dari proses penguapan ini adalah untuk menguapkan kandungan air

dalam nira encer sehingga didapatkna nira kental dengan kadar 60-64 brix. Di PG.

Tjoekir terdapat 6 badan penguap yang terdiri dari 3 badan penguap secara seri, 2

badan penguap secara paralel, sedangkan 1 badan penguap secara bergiliran

dibersihkan setiap harinya. Nira encer dari stasiun pemurnian masuk ke Badan

Penguap I (BP I) yang dipanaskan dengan uap bekas dari stasiun gilingan, uap

nira dari BP I digunakan untuk memanaskan BP II dan seterusnya sampai

dihasilkan nira kental. Yang harus diperhatikan dalah tinggin nira yang diuapkan

± 1/3 dari Badan Penguap agar sirkulasi dapat berjalan dengan baik.

Proses yang terjadi pada stasiun penguapan adalah sebgai berikut :

1. Nira encer di BP I dipanaskan dengan uap bekas dengan suhu 1200C dan

tekanan 0,8 kg/cm2.

2. Nira dialirkan menuju ke BP II dan dipanaskan dengan uap nira dari BP I

mencapai suhu 1000C.

3. Nira pada BP II dialirkan ke BP III yang dipanaskan dengan uap nira dari BP

II. Pada BP III menggunkan sistem vakum, keuntungannya adalah suhu yang

dihasilkan tidak terlalu tinggi.

4. Uap nira dari BP III digunakan untuk memanaskan nira pada BP IV dan V.

5. Uap panas yang keluar dari BP IV dan V dialirkan menuju kondensor dan

dikeluarkan berupa air jatuhan. Sedangkan uap nira yang dihasilkan pada

masing-masing Badan Penguap dikeluarkan berupa air kondensor / kondensat.

Air konden ini ada 2 macam, yaitu : Positif dan negatif. Air konden positif

berarti masih mengandung gula dan digunakan sebagai air imbihisi, sedangkan

air konden negatif (tidak mengandung gula) dipergunakan sebagai air pengisi

ketel.

6. Nira dari badan Penguap terakhir dialirkan menuju bejana sulfitator, sehingga

nira kental direaksikan dengan gas SO2. Selain untuk pemucatan, sulfitasi ini

juga berfungsi untuk menurunkan pH nira kental sampai 5,6.

7. Nira kental yang telah dihasilkan dalam bejana sulfitator dipompa ke bak

penampung nira kental pada stasiun masakan.

IV. 13 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 14: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Dampak proses penguapan adalah adanya kerak dalam pipa atau badan

penguap itu sendiri. Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut, maka

pembersihan badan penguap dilakukan secara bergantian. Bahan yang digunakan

untuk membersihkan adalah soda (NaOH), soda tersebut berfungsi untuk

melunakkan kerak-kerak pada pipa. Selian digunakan bahan kimia tersebut,

dilakukan juga proses penyekrapan disertai penyemprotan air untuk

membersihkan sisa-sisa kerak.

IV. 14 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 15: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Gambar 4.5 Blok Diagram Aliran Nira pada Unit Penguapan

IV.3.4 Unit Masakan

Unit pemasakan merupakan proses operasi untuk memperoleh kristal gula

yang baik dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal

padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik

pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri. Syarat utama

terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam

kondisi lewat jenuh (super saturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh

adalah kondisi dimana pelarut (solvent) mengandung zat terlarut (solute) melebihi

kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute.

IV. 15 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 16: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Pada unit masakan ini nira kental ini dibuat kondisi lewat jenuh dengan 2

cara yaitu :

Pengurangan Solven

Metode lain yang digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi adalah

penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat.

Menurunkan Solubilitas

Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan

suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat

sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi.

Sebelum masuk ke dalam pan masakan, nira kental dari evaporator badan

terakhir mengalami sulfitasi yang bertujuan untuk memucatkan atau bleaching

warna kristal gula dengan cara mengikat ion ferri an ferro, dan mengecilkan pH

nira menjadi 5,6.

Nira kental tersulfitasi dikentalkan dan dibuat lewat jenuh hingga

membentuk kristal gula pada unit pemasakan ini. Adapun tujuan pengkristalan

gula adalah sebagai berikut :

Mengubah sukrosa dalam larutan membentuk kristal gula agar diperoleh

kristal gula sebanyak-banyaknya dan sisa gula dalam tetes sekecilnya.

Mendapatkan kristal gula yang dapat dengan mudah dipisahkan pada unit

putaran sehingga bisa diperoleh harga kemurnian yang tinggi.

Dalam proses kristalisasi hendaknya diusahakan agar tercapai hal-hal

sebagai berikut :

Hasil gula yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas

Kehilangan gula sekecil mungkin

Waktu proses sedikit mungkin

Biaya operasi serendah mungkin.

Peralatan yang digunakan adalah :

1. Pan masakan

Berfungsi untuk membentuk kondisi lewat jenuh larutan gula serta

membentuk proses kristalisasi, jumlah Pan masakan di Pg. Tjoekir sebanyak

10 buah

IV. 16 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 17: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

2. Kondensor

Berfungsi untuk pendinginan uap yang keluar dari Pan masakan dengan jalan

menginjeksikan air dan akan menghasilkan air jatuhan

3. Palung Pendingin

Berfungsi sebagai tempat penampungan dan pendinginan masakan sekaligus

sebagai tempat terjadinya nakristalisasi (kristalisasi lanjut)

4. Alat Vakum

Berfungsi untuk pembuatan vakum (hampa udara) di dalam Pan masakan

karena untuk menarik bahan dan sirkulasi uap air yang dihasulkan

5. Peti Tunggal

Berfungsi untuk menampung clare D, stroop A, nira kental, clare SHS, gula

D1 dan D2

Tahap-tahap yang dilalui selama proses kristalisasi adalah :

1. Pemekatan nira kental, yaitu dengan meningkatkan penguapan air dalam nira

2. Pembentukan kristal atau inti, yaitu pada saat konsentrasi nira mencapai lewat

jenuh

3. Pembesaran kristal

4. Penuaan masakan

Adapun tingkatan masakan yang ada di PG. Tjoekir ada 3 macam :

1. Masakan A

Bahan yang diperlukan pertama adalah clare SHS dan nira kental

ditarik dengan volume ± 500 HL, kemudian dituakan sampai daerah meta

mantap (terbentuk benangan ± 2 cm), setelah itu ditambahkan bibitan C

dengan volume tertentu sehingga didapatkan nilai HK yang dikehendaki. Hasil

masakan mempunyai ukuran kristal ± 0,6 cm yang disebut sebagai masakan

A4. Hasil masakan A4 ini dikemudian dibagi menjadi 2 Pan, misalnya

masing-masing 100 HL. Tiap Pan ini ke mudian ditambahkan clare SHS dan

nira kental sampai volumenya menjadi ± 200 HL, dan kristal yang didapatkan

berukuran ± 0,8 mm dan HK 84-85. Hasil masakan ini disebut A2. Untuk

masakan utama (A) bahannya adalah nira kental dan clare SHS ditarik ± 150

HL lalu dituakan hingga daerah meta mantap, setelah itu ditambahkan bibitan

A2 hingga volumenya ± 400 HL dan didapatkan ukuran kristal yang tepat,

yaitu antara 0.8-1,1 mm dan nilai HK ± 80 serta sudah tidak terdapat kristal

palsu (kristal halus). Baru kemudian hasil masakan ini diturunkan di palu

IV. 17 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 18: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

pendingin kemudian diputar di stasiun putaran untuk menghasilkan gula

produk (gula SHS), stroop A dan clare SHS

2. Masakan C

Stroop A dan bibitan D masing-masing ditarik dengan volume tertentu

kemudian dilebur sampai menjadi larutan. Kemudian dikentalkan sampai

daerah meta mantap. Setelah itu ditambahkan bibitan D dan dilakukan

pembesaran kristal dengan jalan penambahan stroop A secara bertahap sampai

dengan volume 100 HL. Selanjutnya dilakukan penuaan masakan sampai

didapatkan ukuran kristal ± 0,5-0,6 mm. Setelah larutan tipis dan kristal palsu

tidak ada masakan C siap diturunkan ke palung pendingin dan stasiun putaran

3. Masakan D

Pertama disiapkan terlebih dahulu apa yang disebut Pdc D2. Bahan yang

diperlukan adalah stroop A dan babonan D ditarik dengan volume ± 100-110

HL kemudian dikentalkan hingga lewat jenuh. Setelah itu ditambahkan gula

halus hingga didapatkan HK ± 65 dengan cara mengamati kristal yang timbul.

Kemudian ditambahkan stroop A dan clare D samapi volume ± 200 HL. Baru

setelah itu hasil masakan ini dibagi 2 masing-masing bagian (± 100 HL) ini

kemudian ditambahkan stroop C dan clare D hingga volumenya 200 HL dan

didapatkan HK ± 58.

IV. 18 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 19: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Gambar 4.6 Blok Diagram Aliran Proses Stasiun Masakan dan Stasiun Putaran

IV.3.5 Unit Putaran

Proses pada unit putaran bertujuan untuk memisahkan kristal gula dari

larutannya (stroop). Pada prinsipnya proses pengkristalan terjadi dalam pan

masakan yang merupakan suatu campuran dari larutan dan kristal sukrosa. Setelah

mengalami pendinginan pada palung pendingin lalu dipisahkan kristal gula dari

stroopnya pada unit putaran.

IV. 19 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 20: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Pemisahan ini dipakai alat berupa saringan yang menggunakan gaya

centrifugal sebagai kekuatan dorongnya. Pemisahan kristal gula dari stroopnya

dibantu dengan :

Pemberian air, dimana bertujuan untuk melarutkan stroop yang menempel

pada kristal gula, sehingga nantinya didapat kristal gula murni.

Pemberian uap, bertujuan untuk memisahkan stroop yang menempel pada

kristal gula dan juga untuk mengeringkan kristal gula setelah diberi air.

Putaran yang dipakai pada PG Tjoekir antara lain :

1. Batch Centrifugal.

Batch centrifugal merupakan alat yang bekerja secara terputus yang

didalamnya dilengkapi dengan 3 saringan yaitu :

Saringan I, saringan halus untuk memisahklan kristal gula dengan

stroopnya.

Saringan II, saringan ini agak kasar untuk jalan keluarnya stroop.

Saringan III, saringan ini kasar untuk keluarnya stroop.

Batch centrifugal ini fungsinya untuk memutar gula A dan SHS. Untuk

pemisahan gula dengan stroopnya didalam putaran dilakukan dengan cara

menyiram atau mencuci dengan air panas pada lapisan kristal gula yang sudah

diputar dengan waktu tertentu. Pencucian ini harus merata dan dapat

melarutkan lapisan stroopnya yang menempel pada kristal gula tadi, untuk

putaran gula SHS digunakan steam yang fungsinya untuk mengeringkan gula

setelah disiram air. PG Tjoekir ini mempunyai 8 buah batch centrifugal untuk

putaran A dan 5 buah batch centrifugal untuk putaran SHS.

2. Continous Centrifugal.

Continous centrifugal merupakan alat yang bekerja secara continue

yang didalamnya terdiri dari sebuah tromol konis yang berputar dan

dindingnya berupa screen (saringan). Continous centrifugal ini digunakan

untuk memutar gula D1,D2, dan C.

IV. 20 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 21: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

IV.3.6 Unit Penyelesaian

Tujuan dari unit penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil – hasil

dari putaran sehingga menghasilkan gula produksi. Tugas utama dari unit adalah

mengeringkan kristal gula, karena gula SHS yang turun dari putaran SHS masih

basah dan ukuran kristal tidak rata.

IV.3.6.1 Tahap proses pengeringan gula SHS

Gula SHS yang dihasilkan dari putaran SHS turun ke talang goyang yang

berfungsi sebagai pengeringan awal dan juga sebagai pembawa gula SHS menuju

Wet Sugar Elevator. Dari Wet Sugar Elevator ini gula SHS akan dibawa menuju

talang goyang (vibrating screen) dan sugar dryer yang berfungsi sebagai

pengering gula SHS. Setelah dikeringkan maka gula dibawa ke Sugar Bin dengan

menggunakan Dry Sugar Elevator. Sebelum masuk ke Sugar Bin, gula SHS

dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan Hammer Screen yang

terdiri dari 3 tingkat screen. Dengan menggunakan Hammer Screen ini akan

dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produksi yang selanjutnya akan

masuk ke dalam Sugar Bin. Setelah itu gula produksi ditimbang secara otomatis

dan packing dalam karung gula ± 50 kg yang telah disiapkan dan siap untuk

dipasarkan. Sebelum dipasarkan gula yang sudah dipak disimpan dalam gudang

terlebih dahulu menunggu pendistribusian ke pasaran.

IV. 21 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya

Page 22: 56380788 Proses Produksi Di Pabrik Gula

Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang

Gambar 4.7 Blok Diagram Aliran Proses di Stasiun Penyelesaian

IV. 22 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya