pengaruh produksi gula, impor gula, bea masuk gula

109
i PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA TERHADAP HARGA GULA NASIONAL Tahun 1991-2005 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Disusun Oleh: HELEN MEILIA NIM : 021324005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

i

PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA TERHADAP HARGA GULA NASIONAL

Tahun 1991-2005

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh:

HELEN MEILIA NIM : 021324005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Page 2: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

ii

SKRIPSI

PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA TERHADAP HARGA GULA NASIONAL

Tahun 1991-2005

Oleh:

HELEN MEILIA NIM : 021324005

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I

(Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si) Tanggal, 21 November 2006 Dosen Pembimbing II

(Drs. P.A. Rubiyanto) Tanggal, 19 Desember 2006

Page 3: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

iii

SKRIPSI

PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK

TERHADAP HARGA GULA NASIONAL Tahun 1991-2005

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

HELEN MEILIA NIM:021324005

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 17 Januari 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R ………. Sekretaris : Y. Harsoyo, S.Pd.,M.Si …………. Anggota : Y. Harsoyo, S.Pd.,M.Si …………. Anggota : Drs. P.A Rubiyanto …………. Anggota : S. Widanarto P, S.Pd.,M.Si ………….

Page 4: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

iv

Yogyakarta, 17 Februari 2007

Arti Ayat Kursi

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.

Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa

izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi

lagi Maha Besar.

Arti Ayat Al-fatihah

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menjaga hari pembalasan, hanya kepada Engkau kami menyembah dan

hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus yaitu jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang

sesat. Semoga Allah mengabulkan. Amien

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya.

Kedua orang tuaku yang selalu menyayangiku.

Dosen-dosenku yang selalu membimbingku.

Kakak dan adikku yang selalu mendoakanku.

Teman-teman yang selalu memperhatikanku.

Page 5: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

v

MOTTO

Kita mengerti bahwa kita tidak sempurna, tapi jangan takut tentang hal itu, kita harus berjuang untuk hari esok yang sukses, selalu berani dan tangguh karena masih ada hari esok yang merupakan dasar baru bagi kita.

Roda kehidupan selalu berputar, ada kalanya kita berada di atas

dan ada kalanya di bawah, saat kita di atas raihlah kesuksesan, jangan lupakan kenyataan jika kita berada di bawah, berusahalah…

Hidup butuh teman, persahabatan dan orang di sekeliling, tanpa hal itu

hidup seperti mati. Hidup adalah tentang memilih untuk mengunakan hidupmu untuk

orang lain dengan cara yang tidak bisa digantikan dengan cara lain…..(chiken soup)

Harapan adalah rak tempatku mengantungkan keberhasilan, dengan

bangga memperlihatkan segala yang berhasil ku wujudkan dengan bantuan harapan…..(Kalsey Brunone)

Dikecewakan memang sesuatu yang menyakitkan apalagi

yang mengecewakan kita adalah orang terdekat kita “jangan pernah mengecewakan jika tidak mau dikecewakan”.

Jangan takut dengan pengalaman-pengalaman sulit dalam hidupmu, karena pengalaman-pengalaman itu merupakan guru bagimu…

Page 6: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 17 Januari 2007 Penulis, Helen Meilia

Page 7: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

vii

ABSTRAK

PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA TERHADAP HARGA GULA NASIONAL

Helen Meilia Nim: 021324005

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini untuk: (1) melihat pengaruh produksi gula terhadap

harga gula nasional, (2) melihat pengaruh impor gula terhadap harga gula nasional, dan (3) melihat pengaruh bea masuk gula terhadap harga gula nasional.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dan ex post de facto. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi secara individual dan analisis regresi linear berganda.

Nilai koefisien determinasi (R²) diperoleh sebesar 0,739, yang menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 73,9 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis adalah model regresi linear berganda menyatakan bahwa variabel independen, yaitu produksi gula, impor gula, bea masuk gula secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu harga gula nasional. Model regresi linear secara individual menyatakan bahwa: (1) produksi gula tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap harga gula nasional, (2) impor gula berpengaruh dan signifikan terhadap harga gula nasional, dan (3) bea masuk gula berpengaruh dan signifikan terhadap harga gula nasional.

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan: (1) pemerintah hendaknya membuat kebijakan tentang kebutuhan gula dalam negeri sehingga impor gula tidak melebihi kebutuhan gula dalam negeri dan tidak dibanjiri oleh gula luar negeri agar harga gula nasional menjadi stabil, dan (2) pemerintah hendaknya melindungi gula dalam negeri dari serbuan gula impor dengan menetapkan tarif bea masuk yang sesuai.

Page 8: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

viii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SUGAR PRODUCTION, SUGAR IMPORT,SUGAR IMPORT DUTY TOWARD NATIONAL SUGAR PRICE

Helen Meilia

Nim: 021324005

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007 The aims of this researsch were to find out (1) the influence of sugar production toward national sugar price, (2) the influence of suger import toward national sugar price, and (3) the influence sugar import duty toward national sugar price. The type of this research is a case study and ex post de facto. The techniques of collecting data were documentation and library research. The techniques of data analysis were individual correlation analysis and doubled linear regression. The value of determinacy coefficient (R²) was obtained 0,739. It meant that the influence of independent variables toward dependent variable was 73,9% while the rest of them was influenced by the other factors. The conclusion that can be drawn from the analysis was the doubled linear regression model stated that all independent variables, namely sugar production, sugar import, and sugar import duty influenced national sugar price as dependent variable. The individual linear regression model stated: (1) sugar production did not influence national sugar price significantly, (2) sugar impor influended national sugar price significantly, and (3) sugar import duty influenced national sugar price. From the result of this research, it is advised that (1) the goverment should make a policy about domestic sugar needs in order to protect sugar import so the national sugar price stabilizes, and (2) the goverment should protect domestic sugar by determining appropriate tax for imported sugar.

Page 9: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat, berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menulis dan menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Produksi Gula, Impor Gula, dan Bea Masuk Gula Terhadap Harga Gula Nasional” dengan baik.

Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing Penulis dalam menyusun Skripsi ini.

4. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan serta semangat bagi Penulis dalam menyusun Skripsi ini.

5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.si. Atas bimbingan yang diberikan kepada Penulis. Penulis ucapkan banyak terima kasih.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PEK dan PAK : Bu Wigati, Pak Yoni, Pak Teguh, Bu Prem, Pak Wid, Pak Bondan, Pak Heri, Bu Catur, Pak Muhadi, Pak Sapto, Bu Indah. Terima kasih.

7. Mbak Titin, Pak Wawiek dan Mbak Aris, yang telah membantu Penulis dalam mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan Skripsi ini.

8. Kedua Orang Tuaku yang tercinta, Bapak Selar Irawan, dan Ibu Suparti atas Doa, bimbingan dan kasih sayangnya, Penulis ucapkan terima kasih. (Mak, Pak…, Aku dah Lulus Naaa…!!!) I LOVE U FOREVER…

9. Kakakku Didik Sulistiawan, kita cari duit sama-sama yok buat Adik Lely kuliah, Kak Ipong Harjito… cepet dong lulusnya…, jangan minta duit terus, Adikku Leli Sulestari belajar yang rajin ya dek ….(ayo sama-sama bahagiakan Bapak dan Mamak…semangat…aku sayang kalian).

Page 10: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

x

10. Si mbah kakung Joyo (Alm) dan si mbah putri cepat sembuh ya, buat keluargaku di Surabaya makasi atas semuanya…jangan takut Lebaran pasti kami ke Surabaya lagi….(miss u).

11. Si mbah kakung Slamet dan Si mbah putri (Alm) makasi doanya, kapan ke Jawa, tak anter wes …arep neng ndi ????? Dan keluargaku di Baturaja, keluarga Wak Mia, keluarga Bie Manik, keluarga Bie Masih, keluarga Bie Ija yang selalu menyambut kedatanganku dengan bahagia serta keluarga Tangerang……(terima kasih semuanya)

12. Buat yang terkasih mas Yo2k yang senantiasa memberikan masukan, dukungan, dan semangat sampai saat ini….adik da lulus mas…!!!!??? makasi ya doanya.

13. Keluarga di Temanggung, Bapak dan Ibu, Om Bandi, keluarga Pak Subuh. Tiada yang bisa Penulis berikan selain ucapan terimakasih atas dukungan dan doanya.

14. Temen-temen seperjuanganku PEK’02 yang selalu menemaniku, menyayangiku, terima kasih atas kebersamaan kita, persaudaraan kita selama ini, pengalaman yang lucu, bahagia, mengharukan, menyebalkan. Terimakasih sekali lagi atas semuanya dan atas kenagan yang indah yang telah kita lewati bersama-sama….(teman-temanku aku g’ akan pernah lupakan kalian semua)

15. Teman baikku Novi…(aku akan ingat n selalu kangen sama kamu adik kecilku), Ruri…( makasi yeeee…aku boleh maen, ngerumpi n nginep ditempatmu).. buat kalian berdua berusaha cepet susul ak yoo..Mbak Anggie ( semangat terussss!!..kita beli batagor yok??. Totok de geng..(ada Wili, Didik, Aristo, Tatak, Heri, Rita, Wancong….ndang rampong tak doain ngeh ???).

16. Kakak tingkatku….(Rina, Riana, Silas, Itak, Li2s, Elis, Ana….makasi atas kebersamaanya nunggu antrian). Stip …jangan setres trus, Ronal, Kaka, Si Pe, Hohok …kapan mancing lagi…☺ Shinto, Joyo, Bruno, Dion, Sigit …ayo semangat…dong, aku duluan ya…???!!!. Buat Nug…..(mana gaji pertamanya..tak tunggu???).

17. Adek tingkatku. PE’03, 04, 05. Semangat terus ….cepet lulus ya…jangan main terus. (Ingat perjuanganmu masih panjang loooh…)

18. Temen-temen in the kosku, Diah, Vero, Sabet, Uci, Tazya, Seli, Lia, Weni, Neko, Ana, Aie, Nova, Mita, Dian, Sisal, Lia jangkung…makasi atas semuanya…ingat jaga keamanan kos yo…mas Agung…(adek sayang sama kang mas sama seperti tazyong).

19. BG 8498 FF, Beksiku, makasih ya sobat dah nemeni aku ketika aku sedih, senang, panas, dan hujan, semoga kamu selalu menjadi BG ku yang selalu seksi…!! Beksi..?!

20. Buat teman-teman Brojodento 7, Gober, Ivan, Bajaj, Neng, Budi layau, Cecep, John, Nandus, Brutus, Cen hoo…..(makasi yeee menyeng boleh main t4 kalian…buat Kak Acus ma Bang Be…..(makasih banget atas kasih

Page 11: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xi

sayangnya, semoga Tuhan membalas semua kebaikan n melindungi kalian. Love u).

21. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi

ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Yogyakarta, 17 Februari 2007 Penulis,

Helen Meilia

Page 12: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xii

DAFAR ISI

Halaman Halaman Judul ……………...………………………………………………….. i Halaman Persetujuan ………………………………………………………….. ii Halaman Pengesahan …………………………………………………………. iii

Halaman Persembahan ………………………………………………………... iv

Motto ………………………………………………………………………….… v

Pernyataan Keaslian Karya ………………………………………….. ……... vi

Abstrak ………………………………………………………………………… vii

Abstract ……………………………………………………………………….. viii

Kata Pengantar ………………………………………………………………... ix

Daftar Isi ………………………………………………………………………. xii

Daftar Tabel …………………………………………………………………... xvi

Daftar Gambar ………………………………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

A. . Latar Belakang ….……………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 10

C. Batasan Masalah ……………………………………………….............. 10

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………................. 10

E. Manfaat Penelitian ……………………………………………............... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………... 12

A. Gula sebagai komoditi strategis ………………………………………... 12

Page 13: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xiii

B. Kebijakan pergulaan nasional …………………………………. .……... 14

1. Tataniaga gula ……………………………………………………… 14

2. Dewan gula ………………………………………………………… 17

C. Faktor yang mempengaruhi harga gula nasional ……..……………. 18

1. Produksi gula ………………………..……………………………… 20

a) Pengertian produksi ……………………..……………………… 21

b) Faktor-faktor produksi …………………….…………………… 22

2. Impor ……………………………………………………….............. 26

a) Perdagangan Internasional …………………………...………… 26

b) Manfaat Perdagangan Internasional ……………………………. 27

c) Teori Permintaan Impor dan Penawaran Ekspor ………….. ….. 28

3. Bea masuk gula / Tarif Impor …………….………………...…. ….. 32

a) Efek Terhadap Perdagangan ………..……...…………………... 32

D. Hasil penelitian yang relevan ….…………………………………... …... 34

E. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 36

F. Hipotesis ………………………………………………………………... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. …… 39

A. Jenis penelitian …………………………………………………………. 39

B. Data dan sumber data penelitian ……………………………..…………. 39

C. Variabel penelitian dan pengukurannya ………………...……………… 41

D. Teknik pengumpulan data ……………………………………………… 41

E. Teknik analisis data …………………………………………………….. 42

Page 14: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xiv

1. Uji normalitas dan linieritas …………………………………………. 42

2. Uji asumsi klasik …………………………………………….............. 43

3. Analisis regresi linier berganda ……………………………………… 47

4. Uji koefisien regresi secara individu ………………………………… 48

5. Uji koefisien regresi secara serempak ……………………………….. 50

BAB IV GAMBARAN UMUM VARIABEL ……………………….............. 53

A. Harga gula nasional …………………………………………………….. 53

B. Produksi gula nasional …………………………………………………. 56

C. Impor gula nasional …………………………………………………….. 58

D. Bea masuk nasional …………………………………………………….. 60

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …………………………. 63

A. Analisis data ……………………………………………………………. .63

1. Pengujian normalitas ……………………………………………. 63

2. Pengujian linieritas ……………………………………………… 65

3. Pengujian asumsi klasik ………………………………………… 67

4. Uji statistik ……………………………………………………… 71

B. Pembahasan …………………………………………………………….. 76

1. Hipotesis pertama ……………………………………................ 76

2. Hipotesis kedua ………………………………………………... 78

3. Hipotesis ketiga ……………………………………..…………. 81

4. Pengujian variabel secara serentak …………………................. 84

Page 15: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xv

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………………………..…………… 88

A. Kesimpulan ………………………………………..…………………… 88

B. Saran …………………………………………..……………………….. 89

C. Keterbatasan penelitian ……………………………..…………………. 89

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..………………... 90

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..………………… 92

Page 16: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan kinerja industri gula nasional …………............... 3

Tabel 1.2 Tarif Impor gula dibeberapa negara tahun 2002 ………………... 7

Tabel 1.3 Tarif Bea masuk atas impor gula ……...………………................. 9

Tabel 2.1 Tarif Bea masuk terhadap harga gula …………...…………….. 15

Tabel 3.1 Statistik Durbin-watson Ho ada autokorelasi positif …………... 46

Tabel 3.2 Statistik Durbin-watson Ho ada autokorelasi negatif ………….. 47

Tabel 4.1 Harga, Produksi, Impor dan Bea masuk gula nasional …… ……55

Tabel 4.2 Perkembangan kinerja industri gula nasional …………………. 57

Tabel 4.3 Bea masuk gula dibeberapa negara tahun 2002 ………………... 61

Tabel 5.1 Uji Normalitas data dan kolmogrov …………………………….. 63

Tabel 5.2 Uji Normalitas ……………………………………………………. 64

Tabel 5.3 Uji linieritas produksi gula ……………………………………… 66

Tabel 5.4 Uji linieritas Impor gula ………………………………………… 66

Tabel 5.5 Uji linieritas bea masuk gula ……………………………………. 67

Tabel 5.6 Uji Multikolinieritas …………………………………………….. 68

Tabel 5.7 Uji Heteroskedastisitas ………………………………………….. 69

Tabel 5.8 Uji t ………………………………………………………………. 72

Tabel 5.9 Uji F ……………………………………………………………… 74

Tabel 5.10 Uji R …………………………………………………………….. 75

Tabel 5.11 Produksi gula, harga gula dan konsumsi ………………………77

Page 17: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xvii

Tabel 5.12 Impor dan harga gula nasional …………………………………80

Tabel 5.13 Bea masuk gula dan harga gula ………………………………... 82

Tabel 5.14 Produksi gula, Impor gula, Bea masuk gula dan harga gula

nasional. …………………...…………………………………….. 85

Page 18: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan tingkat produksi terhadap harga

dan tingkat keseimbangan ..………………………….. 25

Gambar 2.2 Kurve ekspor dan impor ………………….……………. 30

Gambar 2.3 Kurve penewaran ekspor dan permintaan impor……. 31

Gambar 2.4 Efek tarif impor ………………………………………… 32

Gambar 2.5 Pengaruh Produksi gula, Impor gula, Bea masuk

gula terhadap harga gula nasional ………..………....... 38

Gambar 4.1 Grafik harga gula nasional …………………………….. 54

Gambar 4.2 Grafik Produksi gula nasional ………………..……….. 56

Gambar 4.3 Grafik Impor gula nasional ……………..…………....... 59

Gambar 4.4 Grafik Bea masuk gula nasional ………………………. 60

Page 19: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Negara Indonesia adalah negara agraris yang artinya negara yang

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani serta

tanahnya subur. Karena kesuburan tanahnya negara Indonesia sebagai negara

agraris dianggap negara berpotensi tinggi dalam bidang pertanian. Sebagai

negara agraris, perekonomian negara Indonesia ditunjang oleh beberapa sektor

antara lain sektor peternakan, perikanan, perkebunan dan pertanian. Dilihat

dari posisi negara Indonesia yaitu sebagai negara agraris yang berpotensi

dibidang pertanian, sebesar 7.42% masukan bagi perekonomian negara

Indonesia berasal dari pertanian.

Sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di Indonesia

memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian

nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek kontribusi pertanian terhadap

PDB yang begitu besar yaitu sebesar 7,42% lebih besar jika dibandingkan

dengan sektor peternakan yang sebesar 2,13%, sektor perikanan yang sebesar

2,40%, dan perkebunan yang sebesar 2,49%, selain memberikan aspek

kontribusi yang begitu besar, sektor pertanian juga memberikan lapangan kerja

bagi penduduk Indonesia, penyediaan penganekaragaman menu makanan dan

sektor pertanian yang kontribusinya untuk mengurangi jumlah orang miskin di

pedesaan, memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia dalam sektor pertanian yang

Page 20: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

2

begitu besar serta peranannya terhadap nilai devisa yang dihasilkan dari

kegiatan ekspor dan impor.(Tobing, A.H. 2006: 4).

Pada saat ini ketika permintaan terhadap pangan meningkat sebagai

akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat

yang nantinya terjadi peningkatan permintaan terhadap jenis dan kualitas

pangan. Diharapkan aspek produksi pertanian berperan penting dalam

menghadapi masalah ini dengan melakukan pemantapan dan perluasan

swasembada pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang

semakin meningkat tersebut.

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

diharapkan mampu meningkatkan produksi ekspor non migas serta untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya keperluan industri serta

umumnya untuk konsumsi masyarakat. Untuk itu telah dilakukan kebijakan

dan kegiatan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, perkebunan baik

perkebunan rakyat, perkebunan negara serta perkebunan milik swasta.

Komoditi tanaman tebu merupakan salah satu jenis sub sektor dari

perkebunan yang berperan sangat penting dalam negara, karena tanaman tebu

merupakan bahan dasar dari pembuatan gula. Gula merupakan bagian

terpenting dari kehidupan kita sebagai manusia, selain memberikan rasa manis

pada makanan dan minuman, gula juga dibutuhkan oleh tubuh kita sebagai

penambah stamina dalam bentuk kalori. Tidak bagi manusia saja, gula juga

dibutuhkan oleh industri makanan dan minuman baik berskala besar maupun

bersekala kecil. Industri yang seperti ini, membutuhkan gula untuk

Page 21: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

3

memproduksi makanan dan minuman yang bahan dasar pembuatannya berasal

dari gula.

Melihat pentingnya gula bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan

industri baik makanan dan minuman membuat konsumsi gula masyarakat dan

industri makanan dan minuman yang ada di Indonesia mengalami kenaikan

atau peningkatan yang cukup besar sedangkan produksinya tetap pada posisi

yang rendah bahkan mengalami penurunan. Produksi yang rendah ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah luas areal yang kurang di

pulau Jawa untuk menanam tebu yang merupakan bahan dasar pembuatan gula

karena areal tersebut sudah menjadi pemukiman penduduk, ditambah lagi

jumlah pabrik gula yang sedikit, serta pabrik gula yang kurang efisien karena

usia pabrik sudah lama dan tidak layak pakai. Peningkatan konsumsi gula dan

rendahnya produksi gula dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Industri Gula Nasional.

Tahun

Luas areal (Ha)

Produksi (Ton Hablur)

Rendemen (%)

Konsumsi (Ton)

Impor (Ton)

1994 428.726 2.448.833 8,02 2.851.770 402.937 1995 420.630 2.096.471 6,97 2.888.843 792.372 1996 403.266 2.094.195 7,32 2926.398 832.203 1997 385.669 2.189.974 7,83 2.964.441 774.468 1998 378.293 1.491.553 5,49 3.002.979 1.511.426 1999 340.800 1.488.599 6,96 3.042.018 1.533.419 2000 340.660 1.690.667 7,04 3.087.618 1.396.951 2001 344.441 1.725.467 6,85 3.133.932 1.408.465 2002 350.723 1.755.434 6,88 3.180.941 1.425.507 2003 335.725 1.631.919 7,21 3.228.655 1.596.736 2004 344.793 2.051.644 7,67 3.281.928 1.230.284 2005 367.875 2.219.778 7,84 3.324.662 1.104.884

Sumber: deptan Taksasi 2005

Page 22: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

4

Pada tabel 1.1 di atas dapat kita lihat di tahun 2004 konsumsi gula

mencapai 3.281.928 (ton), sedangkan hasil produksi yang mampu diproduksi

hanya sebesar 2.051.644 (ton) atau sekitar 7,67%, karena kebutuhan

masyarakat dan industri makanan dan minuman meningkat di tahun 2004

maka konsumsi gula di tahun 2005 pun ikut meningkat sebesar 3.324.622 (ton)

sedangkan produksi gula di tahun 2005 tetap pada posisi yang rendah yakni

sebesar 2.219.778 (ton) atau sekitar 7,84%. Jika kita lihat fakta ini maka jelas

sekali bahwa permintaan atau konsumsi masyarakat Indonesia lebih besar dari

pada produksi gula yang ada di Indonesia yang akhirnya akan berpengaruh

pada harga gula nasional.

Ketika konsumsi gula masyarakat serta industri makanan dan minuman

di tahun 2005 sebesar 3.324.622 (ton) produksi gula yang mampu dihasilkan

hanya sekitar 2.219.778 (ton) maka terjadi kekurangan konsumsi gula sebesar

1.104.884 (ton). Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Indonesia mengambil

kebijakan dengan melakukan impor gula dari luar negeri sebesar kekurangan

konsumsi masyarakat yang dapat dilihat pada tabel 1.1 di atas, yaitu terjadinya

impor gula sebesar 1.104.884 (ton). Kebijakan ini akan menyebabkan

terjadinya persaingan gula impor dan gula nasional menjadi tidak sehat atau

tidak seimbang (Didik. J. Rochbini. Suara merdeka, 25 April 2005).

Gula Indonesia tidak mampu bersaing dengan gula impor dari sisi

harga dan kualitas. Artinya, industri gula nasional terpuruk bila dibandingkan

dengan industri gula dari negara lain. Dari sisi harga, harga gula nasional kita

lebih rendah dari harga gula luar negeri yakni harga gula dalam negeri hanya

Page 23: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

5

sebesar 2.650/kg lebih rendah dibandingkan dengan harga gula luar negeri

seperti Jepang yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 16.500/kg. Sedangkan

kalau dilihat dari sisi kualitas, kualitas gula luar negeri lebih baik dari gula

dalam negeri dilihat dari gula luar negeri lebih putih dan bersih. Sehingga

konsumen dalam negeri kita lebih suka gula impor dari pada gula nasional.

akhirnya impor gula menjadi ancaman bagi industri gula nasional, sekaligus

bagi petani tebu, tetapi tidak bagi industri makanan dan minuman yang ada di

negara Indonesia serta masyarakat karena impor gula dapat memberikan

manfaat bagi industri makanan dan minuman serta masyarakat.

Dengan adanya impor gula yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

gula dalam negeri yang begitu besar, dapat membuat jumlah gula dalam negeri

mengalami kenaikan. Selain jumlah gula dalam negeri mengalami kenaikan,

impor gula juga dapat memberikan peluang bagi penyelundupan gula ke

negara Indonesia yang dapat berakibat pada harga gula nasional menjadi

menurun. Naik dan turunnya harga gula nasional berpengaruh kepada pelaku

usaha khususnya petani tebu, industri makanan dan minuman yang

menggunakan gula sebagai bahan dasar dalam setiap proses produksinya, serta

masyarakat. Bagi petani tebu harga gula nasional mampu memberikan insentif

pada mereka karena ketika harga gula nasional tinggi maka akan mendorong

petani tebu untuk menanam tebu sehingga dapat meningkatkan produksi tebu

nasional akan tetapi ketika harga gula turun atau rendah akibat adanya impor

dan penyelundupan maka sangat besar kemungkinan petani tebu untuk tidak

menanam komoditi tersebut bahkan petani tebu akan beralih dari tanaman tebu

Page 24: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

6

ketanaman lain yang lebih menguntungkan bagi mereka sehingga akan

berpengaruh pada produksi tebu yang menurun (Nugroho, B. 2006: 89).

Selain harga gula dapat memberikan insentif bagi petani tebu, harga

gula bisa juga menjadi input bagi industri makanan dan minuman yang

menggunakan gula sebagai bahan dasar dalam setiap produksinya. Ketika

harga gula rendah akibat impor dan penyelundupan maka industri makanan

dan minuman yang menggunakan gula sebagai bahan dasar dalam setiap

proses produksinya dapat menjalankan usahanya dengan baik karena dengan

adanya harga gula nasional yang rendah membuat industri makanan dan

minuman seperti ini dapat membeli gula dengan harga murah dan digunakan

dengan efisien bagi setiap proses produksinya sehingga industri makanan dan

minuman seperti ini dapat menghasilkan hasil produksi yang baik, hasil

produksi yang murah harganya sesuai dengan pendapatan masyarakat dan

biaya produksi yang dikeluarkanya sehingga masyarakat mampu membeli

hasil produksi tersebut dan meningkatkan labanya serta industri makanan dan

minuman yang menggunakan bahan dasar gula dalam setiap produksinya

dapat menjalankan usahanya dengan baik. Serta, bagi masyarakat sendiri

sebagai konsumen harga gula nasional berperan penting yaitu sebagai patokan

bagi masyarakat untuk menentukan seberapa banyak gula yang mereka

butuhkan dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari sesuai dengan

pendapatan mereka. Dengan adanya harga gula nasional yang rendah maka

akan memudahkan mayarakat dalam memenuhi kebutuhan akan gula dalam

kehidupan sehari-hari mereka.

Page 25: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

7

Jelas sekali dengan adanya impor gula dari luar negeri dapat

membantu pemerintah dalam memenuhi kekurangan konsumsi dan

memberikan manfaat pada industri makanan dan minuman serta masyarakat

tetapi apabila impor gula yang terlalu banyak akibat adanya penyelundupan

maka akan membuat harga gula nasional rendah yang berakibat petani tebu

enggan menanam tebu yang merupakan bahan dasar pembuatan gula sehingga

nantinya akan berpengaruh pada produksi gula nasional yang rendah dan harga

gula nasional yang semakin terpuruk.

Melihat industri dan harga gula nasional akibat adanya kebijakan

impor semakin terpuruk dan kalah bersaing dengan industri dan harga gula

luar negeri maka Indonesia melindungi industri dalam negeri dengan membuat

proteksi yaitu dengan menetapkan tarif impor atau bea masuk yang sesuai,

yang dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Tarif Impor Gula Dibeberapa Negara Tahun 2002

No. Negara Tarif impor 1. Indonesia Rp 550-Rp 700/kg 2. Uni eropa 240% 3. Banglades 200% 4. Amerika serikat 155% 5. Filipina 133%

Sumber: Harsoyo,Y. 2004:155.

Dalam tabel terlihat bahwa negara Indonesia sudah menetapkan tarif

impor sebesar Rp 550-700/kg untuk melindungi industri dalam negeri kita atau

nasional, tetapi tarif yang ditetapkan oleh negara Indonesia masih rendah jika

di bandingkan dengan negara-negara seperti Uni Soviet yang menetapkan tarif

impornya sebesar 240% dan Amerika serikat sebesar 155%.

Page 26: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

8

Bila kita perhatikan negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat

menetapkan tarif bea masuk lebih besar dari negara Indonesia yaitu sebesar

100% sementara negara Indonesia sebersar 20%-25%, sekarang pertanyaannya

apakah kita mesti mengikuti negara lain untuk melindungi industri gula dalam

negeri?. Pertanyaan seperti ini menimbulkan jawaban yang beragam ada pro

dan kontra. Golongan yang setuju dengan penetapan bea masuk tinggi karena

ingin melindungi produksi gula tetapi bagi golongan yang tidak setuju seperti

konsumen mengapa melindungi pabrik gula yang tidak efisien dan membeli

gula dengan harga yang mahal (Prihardana, R. 2005: 29).

Memang menetapkan tarif bea masuk yang tinggi memberatkan

industri yang menggunakan bahan baku gula, tetapi selama pasar gula

internasional masih memperdagangkan produk residual yang sangat murah

maka tarif yang tinggi merupakan pilihan yang paling baik. (Harsoyo, Y.

2004: 157).

Selain menetapkan tarif bea masuk impor untuk memproteksi dan

melindungi industri gula dalam negeri, pemerintah juga mengambil kebijakan

untuk melindungi para petani khususnya petani tebu dengan membuat tata

niaga impor gula yang ditetapkan berdasarkan SK Menperindak

No.643/MPP/KEP/9/2002 dan SK Menkeu No.324/KMK.01/2002, yang dapat

dilihat dalam tabel 1.3 berikut ini:

Page 27: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

9

Tabel 1.3. Tarif Bea Masuk Atas Impor Gula.

No . Uraian barang Bea masuk (per kg)

1. Gula tebu Rp 550 2. Gula bit Rp 700 3. Gula mengandung tambahan

bahan flavor atau pewarna Rp 700

4. Gula dibungkus untuk penjualan eceran

Rp 700

5. Gula untuk industri (double refined sugar)

Rp 700

6. Gula lain-lain. Rp 700 Sumber: Harsoyo, Y. 2004:159

Dengan Penetapan SK Memperindak dan Menkeu tentang tata niaga

ini yang dijelaskan dalam tabel di atas mengenai tarif bea masuk atas impor

gula untuk gula bit, gula tebu, dan lain-lain, yang merupakan salah satu

kebijakan dari pemerintah untuk melindungi harga gula dari petani diharapkan

dapat melindungi industri gula dalam negeri atau nasional dan petani, sehingga

dengan adanya penetapan bea masuk impor dan tarif tata niaga untuk produk

impor termasuk gula impor, maka akan membuat harga gula impor akan

cenderung naik akibatnya akan membuat harga gula nasional dan harga gula

impor bisa bersaing dengan sehat tanpa adanya perbedaan harga untuk gula

dalam negeri atau nasional dengan harga impor lagi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis tertarik untuk

menganalisis dan mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH

PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK TERHADAP HARGA

GULA NASIONAL”.

Page 28: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah produksi gula mempengaruhi harga gula nasional?

2. Apakah impor gula mempengaruhi harga gula nasional?

3. Apakah bea masuk berpengaruh terhadap harga gula nasional?

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak terlalu luas,

maka penulis membuat batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu pengaruh

produksi gula, impor gula dan bea masuk terhadap harga gula nasional.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat pengaruh produksi gula terhadap harga gula nasional

2. Untuk melihat pengaruh impor gula terhadap harga gula nasional

3. Untuk melihat pengaruh bea masuk terhadap harga gula nasional

E. Manfaat Penelitian

Dari adanya penelitian ini penulis berharap bahwa penelitian ini nantinya

dapat memberikan manfaat bagi:

Page 29: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

11

1. Pemerintah.

Memberikan informasi yang nantinya dapat diperlukan untuk mengambil

keputusan dan menentukan kebijakan yang baik berkaitan dengan

penentuan harga gula nasional.

2. Industri gula nasional.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi Acuan dan pertimbangan

para industri gula nasional dalam memproduksi gula yang nantinya dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang begitu besar.

3. Universitas Sanata Dharma.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan koleksi

bacaan ilmiah yang nantinya dapat dipergunakan sebagai pertimbangan

serta refleksi dalam penulisan karya ilmiah.

4. Penulis

Penelitian yang di landasi oleh penerapan teori yang telah didapat penulis

selama di bangku kuliah memberikan banyak impormasi dan wawasan

yang berguna bagi penulis untuk mengatasi situasi dan tantangan dunia

kerja.

5. Penulis lain.

Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

penelitian selanjutnya.

6. Pembaca.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi

bagi pembaca.

Page 30: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gula Sebagai Komoditi Strategis

Gula merupakan salah satu komoditi strategis dalam perekonomian

negara Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu Ha pada periode 2000-

2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan

bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat memakai

sekitar 1,3 juta orang. Gula juga merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan

sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok maka

dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju infalsi.

Sejak dahulu negara Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris

dalam arti mayoritas penduduk negara Indonesia bermata pencaharian sebagai

petani. Sebagai negara agraris Indonesia dapat memenuhi kebutuhan akan

pangan khususnya gula sendiri. Tetapi beberapa tahun terakhir ini, muncul

keseriusan atas penurunan kemampuan negara Indonesia untuk memenuhi

kebutuhan akan panganya tersebut dikarenakan oleh terjadinya penambahn

penduduk yang tinggi di negara Indonesia

Diawal abad 21, selama 30 tahun penduduk Indonesia bertambah

hampir 200 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini akan membuat

bertambahnya kebutuhan akan pangan khususnya gula dalam negeri. Keadaan

ini dimana konsumsi gula meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk

tida didukung sepenuhnya oleh kondisi negara Indonesia yang baik karena

Page 31: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

13

negara Indonesia mengalami penurunan kemampuan untuk memproduksi

sendiri kebutuhan akan pangan dalam negaranya. Hal ini akan membuat

negara Indonesia masuk kedalam keadaan dimana terjadi rawan pangan dalam

arti ketergantungan impor negara Indonesia semakin meningkat. Terlihat di

tahun 1998 negara Indonesia mengimpor gula sebesar 20-40% dari kebutuhan

nasional. Dimana impor gula yang dilakukan oleh negara Indonesia sebesar

20-40% merupakan kebijakan pemerintah yang diutamakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan gula yang terus meningkat.

Kebijakan pemerintah melakukan impor dari luar negeri untuk

memenuhi kebutuhan mayarakat Indonesia yang begitu tinggi sudah cukup

baik tapi kebijakan impor ini akan menyebabkan masalah dalam

perekonomian negara Indonesia semakin bertambah yaitu jumlah gula dalam

negeri akan meningkat yang berakibat pada harga gula yang rendah untuk itu

pemerintah harus mengatasinya bukan pada orientasi solusi tentang kebijakan

impor tetapi lebih kepada orientasi solusi produksi yaitu dengan

meningkatkan produksi dalam negeri.

Telah kita ketahui, bahwa negara Indonesia memiliki potensi pangan

yang besar dan beragam, pasar pangan yang sangat besar yang terus

berkembang. Apabila Negara Indonesia memanfaatkan potensi ini dengan baik

maka penyelundupan, impor tidak terjadi dan harga gula dalam negeri pun

dapat stabil (http//www.deptan.go.id/solusi kemandirian pangan.htm).

Page 32: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

14

B. Kebijakan Pergulaan Nasional

1. Tataniaga Gula

Tataniaga gula merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah

untuk mendorong terjadinya peningkatan produktifitas, efisiensi industri

gula dalam negeri, meningkatkan kesejahteraan petani khususnya petani

tebu. Kebijakan tataniaga ini tertuang dalam surat keputusan (SK)

Menperindak No.643/MPP/KEP/9/2002. Yang menetapkan bahwa siapa

saja diperbolehkan melakukan impor gula asal mendapatkan izin dan

membayar bea masuk. Dari adanya tataniaga ini ditetapkanlah PT.

Perkebunan Nusantara (PN) IX, X, XI. dan PT. Rajawali Nusantara

Indonesia (RNI) sebagai importir terdaftar

(http//www.deperindag.go.id/dgn/tataniaga gula nasional.htm)

Selain itu, untuk melindungi harga gula dari petani pemerintah

mengambil sebuah kebijakan dengan mengeluarkan SK Menkue No.

324/KMK.01/2002. dengan harapan harga gula pada saat musim giling

tahun ini bisa lebih bagus. Dengan menetapkan bea masuk atas impor

yang terlihat dalam table 2.1 berikut ini:

Page 33: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

15

Tabel 2.1 Tarif Bea Masuk Terhadap Gula

No. Urutan barang Bea

masuk Per kg.

1. Gula tebu Rp 550 2. Gula bit Rp 700 3. Gula mengandung tambahan bahan

flavor atau pewarna Rp 700

4. Gula dibungkus untuk penjualan eceran Rp 700 5. Gula untuk industri (double pefined) Rp 700 6. Gula lain-lain Rp 700 Sumber: Harsoyo, Y.2004:159

Makin lama nafas tataniaga impor itu tidak berarti bagi petani.

Padahal, sejak awal semangat munculnya tataniaga itu adalah untuk

melindungi petani dari perdagangan dunia yang tidak adil. Perdagangan

gula yang tidak adil itu terjadi karena petani tebu dilibas oleh produk

residual (recidual trading), produk residual tersebut dijual mahal di

daerah asalnya untuk memberi intensif pada petani namun dijual dengan

harga yang murah dipasar internasional.

Pangkal masalahnya bermula dari pemberian izin impor bagi

perusahaan yang tidak termasuk dalam importir terdaftar (IT) atau

produsen gula yang pasokan tebunya sebanyak 75% berasal dari petani.

Penunjukan Perum Bulog untuk ikut mengimpor gula pun masuk

dalam kategori ini karena Perum bulog bukan produsen gula. Perusahaan

non produsen yang diikut sertakan pastilah banyak mempertimbangkan

untung-rugi saja. Sedangkan produsen gula yang terlibat impor akan

mempunyai pertimbangan lain yaitu menjaga harga gula agar

menguntungkan pabrik gula sekaligus petani. Masalah makin bertambah

Page 34: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

16

ketika departemen perindustrian dan perdagangan (Deperindag) memberi

izin impor gula sebanyak 112.500 ton pada PT. Perusahaan Perdagangan

Indonesia (PT. PPI) yang tidak termasuk importir terdaftar.

Untuk mengatasi peredaran gula impor illegal masuk kewilayah

lain dengan modus antar pulau, Memperindak juga mengeluarkan SK No.

61/MPP/KEP/2/2004. Tentang perdagangan gula antar pulau, SK ini

berlaku mulai 17 april 2004. Dalam SK ini disebutkan bahwa gula putih

produksi dalam negeri atau impor hanya dapat diperdagangkan antar

pulau oleh pedagang gula antar pulau terdaftar (PGAPT). Pengakuan

PGAPT diberikan oleh direktur jendral perdagangan dalam negeri.

(Harsoyo, Y. 2004:159).

Tetapi penetapan SK No 61/MPP/KEP/2/2004 tentang perdagangan

antar pulau masih memiliki kelemahan bahkan faktanya terlihat tidak

dapat mengatasi peredaran gula impor ilegal yang terbukti dengan adanya

penyelundupan gula semakin meningkat. Penyelundupan gula yang

semakin meningkat ini karena penyelundupan didukukung oleh pejabat

yang memegang peranan penting dalam negara yaitu pejabat induk

koperasi unit desa (INKUD), pejabat bea dan cukai dan ditambah lagi

dengan penentuan lima perusahaan sebagai importir yang membuat

kesempatan monopoli perdagangan dan akibat dari monopoli itu timbul

persaingan usaha yang tidak sehat yang menimbulkan rasa iri yang pada

akhirnya orang akan mengambil jalan pintas seperti penyelundupan.

Page 35: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

17

Dari segi aparatur memang banyak yang harus dibenahi. Bahkan,

Undang-undang No.10 tahun 1995 tentang kepabean juga perlu ditinjau

kembali dalam undang-undang itu, pelanggaran kepabean seperti

penyelundupan tidak dikategorikan sebagai pelanggaran pidana tetapi

pelanggaran administrasi, akibatnya penyelundupan dapat lolos hanya

sekedar memenuhi kewajiban kepabean.

Konkritnya apapun bentuk undang-undang dan peraturan atau

bentuk instrumen atau ketentuan impor, penyelundupan memang sulit di

kurangi kalau tidak dimulai dengan suatu gebrakan, artinya dengan

pemberian sanksi yang berat yang dijalankan secara konsisten (Harsoyo,

Y. 2004: 160).

2. Dewan Gula

Dewan gula nasional merupakan lembaga non struktural yang

berada dibawah dan bertanggung jawab terhadap Presiden yang

mempunyai tugas memberikan sarana dan/atau pertimbangan kepada

Presiden dalam merumuskan kebijakan didalam pergulaan nasional

kearah pembangunan sistem dan usaha agribisnis gula yang lebih efektif

dan efisien.

Dewan gula nasional yang bertugas membantu Presiden dalam

menetapkan kebijakan umum dibidang pergulaan ini didasarkan

Keputusan Presiden No.109 tahun 2000.

Saat ini dewan gula diberikan kebijakan untuk menangani masalah

penyelundupan gula yang terjadi di negara kita karena adanya kebijakan

Page 36: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

18

akan tataniaga. Untuk mengatasi dan menangani hal ini dewan gula

nasional segera menjalankan tugasnya dengan menyiapkan instrumen

untuk menghadapi izin importir gula kristal putih. Dengan menetapkan

semacam peraturan tambahan agar importir yang terdaftar tidak bisa

bekerjasama dengan pihak lain yang tidak memiliki dana. Pernyataan

tentang izin impor ini lebih menjelaskan tentang siapa yang boleh diajak

kerjasama oleh pihak importir yang telah terdaftar

(http//www.dgn.co.id/deperindak/bea_cukai.htm).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Gula.

Harga gula mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam seluruh

kegiatan ekonomi. Setiap jenis gula yang kita akan beli harus berdasarkan

harga yang optimal dan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Harga

gula sendiri ditentukan oleh “interaksi” antara permintaan dan penawaran gula

yang ada dipasar. Definisi harga sendiri secara umum dijelaskan sebagai

berikut:

a. Definisi harga menurut Winardi, (1992 : 2) :

“Harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk

mencapai manfaat penggunaan barang atau jasa-jasa”.

b. Definisi harga menurut Swastha, B, (1982 : 147)

“Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau

mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanannya”.

Page 37: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

19

Walaupun pengertian dari kedua ahli mengenai harga berbeda tetapi

memiliki makna yang sama yaitu sejumlah uang yang dapat ditukarkan

dengan sejumlah barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan konsumen,

tetapi harga yang ditentukan di sini adalah harga yang dibutuhkan dalam

penentuan harga gula dari proses produksi tebu sampai menjadi gula pasir.

Menurut Muhyarto dkk, dalam laporan survey agro ekonomi Indonesia

(1998: 110) pada dasarnya dalam industri gula dikenal 3 harga yaitu:

a. Harga biaya pembuatan gula

Harga yang ditentukan dari biaya pembuatan gula di pabrik yang meliputi

biaya eksploitasi langsung dan tidak langsung serta penyusutan aktiva

tetap, harga inilah yang biasanya menjadi pedoman harga pembelian gula

bagi petani, komponen harga biaya pembuatan gula adalah:

1. Pimpinan dan administrasi

2. Tanaman

3. Angkutan tebu

4. Pabrik

5. Pengangkutan gula dan pembungkusan

b. Harga penjualan Gula.

Harga jual gula adalah harga pembuatan gula yang telah ditambah dengan

dana-dana yang telah ditetapkan oleh BPU/PPN gula, meliputi dana

khusus, dana rehabilitasi, dan biaya lain yang ditambahkan. Ini biasanya

meliputi harga pembuatan gula pabrik.

Page 38: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

20

c. Harga Eceran Gula.

Harga eceran gula adalah harga eceran ter tinggi yang ditetapkan oleh

pemerintah yang terdiri atas harga penjualan gula ditambah biaya

pemasaran dan keuntungan perdaganggan besar dan kecil.

Adapun, faktr-faktor yang mempengaruhi harga gula nasional adalah

sebagai berikut:

1. Produksi

Petani tebu memegang peranan yang sangat penting dalam sistem

pergulaan nasional. Peran petani tebu dalam pergulaan nasional sebagai

penyedia bahan dasar industri gula pasir di Negara Indonesia. Untuk itu

pemerintah memberikan iklim yang baik kepada petani tebu untuk

mengembangkan usahanya dengan dikeluarkanya Impres No. 9 tahun

1975 mengenai TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) yang menyatakan petani

sebagai produsen tebu utama. TRI dibentuk dengan tujuan untuk

meningkatkan pendapatan petani melalui pengusahaan tanaman tebu

secara intensif. Dan pelaksanaan program TRI ini didukung dengan, 1)

bantuan yang dikeluarkan dari BRI, 2)bantuan penyaluran dari KUD, 3)

Bimbingan teknik penanaman tebu yang dilakukan oleh pabrik gula

(Mubyarto,dkk.1991:45).

Dengan adanya program TRI ini produksi gula pada saat itu pun

meningkat. Berbicara tentang produksi, pengertian produksi dijelaskan

sebagi berikut:

Page 39: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

21

a. Pengertian Produksi

Berbicara tentang produksi, sebagian orang menganggap bahwa

produksi adalah penciptaan atau penambahan. Anggapan masyarakat

mengenai produksi itu adalah benar tetapi arti produksi itu

sesungguhnya jauh lebih luas dari standar penciptaan atau penambahan.

Menurut Agus Ahyari (1998: 1) produksi adalah :

“Kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau

penciptaan faedah-faedah baru”

Penciptaan atau penambahan faedah ini ada beberapa macam,

diantaranya adalah faedah waktu, faedah tempat (Ahyari, A. 1993: 1).

Menurut T. Gilarso (1992: 85) produksi adalah:

“Produksi adalah setiap usaha manusia yang baik secara langsung

atau tidak langsung, menghasilkan barang dan jasa supaya (lebih)

berguna untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia”.

Hasil produksi adalah barang dan jasa, artinya segala sesuatu

yang langsung atau tidak langsung berkemampuan untuk memenuhi

kebutuhan manusia (Gilarso, T. 1992: 86). Jadi jika dikaitkan dengan

gula maka produksi gula merupakan usaha manusia secara langsung

atau tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa yaitu

produksi tebu menjadi gula untuk memenuhi kebutuhan akan gula dari

masyarakat.

Industri gula dalam memperoduksi gula dipengaruhi oleh faktor

produksi sebagai berikut:

Page 40: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

22

b. Faktor-faktor Produksi

Untuk memproduksi suatu barang diperlukan proses yang lama,

semua urusan yang ikut serta dalam proses produksi itu digolongkan

menjadi empat kelompok besar yaitu:

1. Tenaga Kerja Manusia

Tenaga kerja manusia (human resources) dengan segala

keterampilannya dan keahliannya (skills) merupakan faktor

produksi yang pertama.

2. Sumber-sumber alam (natural recources) dalam hal ini yang

dimaksud tenaga kerja manusia adalah tenaga kerja untuk

membantu memproduksi gula.

Sumber daya alam yaitu segala sesuatu yang disediakan

oleh alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya

mencapai kemakmuran. Dalam hal ini dimaksudkan sumber alam

yaitu tanah yang digunakan untuk menanam tebu yang sebagai

bahan pembuatan gula untuk kemakmuran. SDA ini merupakan

tanah yang digunakan untuk menanam tebu sebagai dasar untuk

pembuatan gula.

3. Peralatan Produksi atau Barang-barang Modal

Faktor produksi yang ketiga adalah sarana dan prasarana produksi

yang merupakan peralatan atau modal (capital goods). Barang

modal diartikan sebagai segala sumber daya selain kerja manusia

dan pemberian alam, yang dipergunakan dalam proses produksi,

Page 41: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

23

atau lebih singkat dalam arti lain peralatan produksi adalah

peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan tebu yang

menjadi gula.

4. Organisasi atau Kegiatan Manusia

Bagian keempat ini adalah organisasi atau kegiatan manusia ini

merupakan bagian terpenting karena suatu produksi dapat berjalan

dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai maka

membutuhkan peran penting orang yang bertanggung jawab atas

suatu usaha, untuk mengambil keputusan dan menanggung segala

resikonya yang dimaksud disini organisasi atau kegiatan manusia

adalah manajemen dari pabrik gula, petani gula dan konsumsi

masyarakat (Gilarso, 1992: 92).

Peningkatan produksi gula akibat adanya program TRI pada saat

itu membuat kebutuhan akan gula dalam Negara Indonesia terpenuhi atau

tercukupi, tetapi lama-kelamaan program TRI ini tidak memberikan

keuntungan yang besar bagi petani karena hasil tebu petani harus dijual

kepada bulog melalui KUD dengan harga yang telah ditentukan oleh

pemerintah yang sesuai dengan SK Mentan No.05/1990 dan No. 07/1990).

Dan seluruh uang bagian petani diberikan setelah potongan pemberian

kredit beserta bunga yang menjadi tanggung jawabnya

(Mubyarto.dkk.1991: 50). Sehingga tanaman tebu pun tidak lagi menjadi

usaha yang menjajikan akibatnya banyak petani yang beralih dari

Page 42: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

24

menanam tebu berpindah ke jenis tanaman lain yang menjajikan peluang

pendapatan yang besar bagi mereka.

Beralihnya petani yang semula menanam tebu dengan menanam

tanaman lain selain tebu menyebabkan produksi gula merosot yang saat ini

sedang Negara Indonesia hadapi yaitu produksi turun sedangkan konsumsi

masyarakat akan gula meningkat. Untuk mengatasi hal ini pemerintah

Negara Indonesia mengambil kebijakan dengan melakukan impor gula dari

luar negeri untuk memenuhi kekurangan konsumsi gula dalam negeri yang

tinggi.

Tinggi dan rendahnya produksi gula berpengaruh terhadap harga

gula nasional. Hal ini dijelaskan dalam grafik interaksi antara penawaran

dan permintaan sebagai berikut:

Page 43: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

25

Gambar 2.1 Perubahan Tingkat Produksi Terhadap Harga dan Tingkat

Keseimbangan

Keterangan:

Ketika penawaran terhadap gula yang datang dari industri gula

berada di garis penawaran S1 maka produksinya sebesar Q1 dan tingkat

harga sebesar P1 dimana titik keseimbangan berada pada titik K1. Pada

saat penawaran gula meningkat yang ditandai dengan bergesernya kurve

kearah bawah yaitu S1 menjadi S2, produksi saat itu meningkat dari Q1

menjadi Q2, peningkatan produksi ini akan mempengaruhi harga gula yaitu

harga gula akan turun dari P1 menjadi P2 yang berada pada titik

keseimbangan K2.Dan pada saat penawaran terhadap gula menurun yang

ditandai dengan bergesernya kurva kearah atas yaitu S1 menjadi S3 maka

produksinya pada saat itu menurun dari Q1 menjadi Q3, maka akan

S2

Q2

P1

0

P3

P2

Q1 Q3 Produksi

K2

K1

K3

S1

S3

Harga

Page 44: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

26

berpengaruh terhadap harga gula dimana harga gula akan meningkat dari

P1 menjadi P2 yang berada pada titik keseimbangan K3.

Masalah tentang produksi gula merupakan masalah yang sulit

karana secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap turun, dan

naiknya harga. Untuk mengatasi hal ini akan lebih baik apabila pemerintah

mengambil kebijakan untuk meningkatkan produksi dalam negeri

khususnya pangan tentang gula sehingga produksi gula dalam negeri

tercukupi tanpa adanya impor dan harga gula pun dapat dengan sendirinya

stabil.

2. Impor

Kegiatan impor dan ekspor sering disebut dengan perdagangan

internasional. Kegiatan ekspor dan impor ini dapat mempengruhi tingkat

kegiatan ekonomi suatu negara karena kegiatan ekspor dan impor

merupakan sumber kekayaan bagi negara. Dengan adanya ekspor dan

impor maka kegiatan ekonomi suatu negara dapat berjalan dengan baik dan

mampu mencapai tujuan yang di inginkannya yaitu kemakmuran rakyatnya

yang lebih baik (Mubyarto, dkk.1991:273).

a. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

perdagangan antar lalulintas negara mencakup ekspor, impor.

Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori yakni

perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa

Page 45: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

27

antaranya biaya transportrasi, perjalanan (travel), asuransi,

pembayaran bunga dal lain-lain.

Hubungan ekonomi antar negara mencakup paling tidak tiga

bentuk hubungan yang berbeda, meskipun antara satu dengan yang

lain saling berkaitan (Boediono, 1995:1)

Tiga hubungan itu antara lain:

a. Hubungan pertukaran atau perdagangan

b. Bentuk pertukaran atau aliran sarana produksi (faktor

produksi) misalnya, tenaga kerja, modal, teknologi,

kewiraswastaan.

c. Dilihat dari sisi konsekuensinya terhadap hutang piutang dan

hubungan kredit.

b. Manfaat Perdagangan Internasional

Ada hubungan ekonomi antar negara mendorong

terwujutnya pertukaran dan perdagangan diantara negara-negara

tersebut. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang

didasarkan atas kehendak suka rela masing-masing pihak. Apakah

mau melakukan pertukaran atau tidak. Dan perdagangan inilah

suatu negara memperoleh manfaat atau keuntungan, hal ini sering

disebut dengan manfaat dari perdagangan atau gain of trade

(Boediono 1995: 11).

Page 46: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

28

Manfaat perdagangan internasional:

1. Perdagangan luar negeri membantu mempertukarkan barang-

barang yang mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah

dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai

kemampuan pertumbuhan tinggi.

2. Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh mendidik,

artinya bahwa dengan perdagangan luar negeri memberikan

manfaat dan pengetahuan baru yang belum ada sehingga dapat

mengatasi berbagai kelemahan diantaranya seperti lemahnya

pengetahuan teknis, manajerial, ketrampilan.

3. Perdagangan luar negeri memberikan dasar bagi pemasukan

modal luar negeri, jika tidak ada perdagangan luar negeri maka

modal luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya ke

negara miskin. Pengunaan modal asing untuk subtitusi impor

dan keperluan umum ataupun industri manufaktur akan lebih

bermanfaat untuk mempercepat pembangunan dari pada hanya

untuk peningkatan ekspor.

4. Perdagangan luar negeri menguntungkan negara berkembang

karena secara tidak langsung meningkatkan persaingan sehat

dan mengendaliakn monopoli yang tidak sehat.

c. Teori Permintaan Impor dan Penawaran Ekspor

Teori permintaan menjelaskan tentang hubungan antara

jumlah barang yang diminta dan mampu dibeli konsumen dengan

berbagai kemungkinan tingkat harga. Sedangkan hal lain yang

Page 47: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

29

dianggap konstan, hubungan antara jumlah barang yang diminta

dengan harga dikenal dengan hukum permintaan yang menyatakan.

“Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan

keatas barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu

barang, maka semakin sedikit permintaan barang tersebut

(Sukarno, 1994: 77).

Ada konsep permintaan impor dan penawaran ekspor dapat

menggambarkan masalah perdagangan antar negara. Dengan

menggambarkan kurva permintaan impor dan penawaran ekspor

yang diturunkan oleh kurva permintaan pasar dan penawaran pasar

(Soediyono, 1987: 104-108) dapat diketahui besarnya tingkat

permintaan dan penawaran barang suatu negara dalam perdagangan

antar negara.

Kurva permintaan impor dan penawaran ekspor dapat

diturunkan melalui kurva keseimbangan permintaan dan penawaran

dalam negeri

Page 48: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

30

O

Dc

P2

P1

Q1OX

S

Dc

SQ2

Impor

Expor

Q2 Q3 Q1 Q2 Q3

Gambar 2.2 Kurve Ekspor dan Impor

2.2.A 2.2.B Negara Jepang Negara Indonesia

Keterangan ekspor:

Pada gambar ekspor dapat kita lihat, jika harga dalam negeri

setinggi P1, keseimbangan berada pada titik E, kuantitas barang x

yang diminta sebesar OQ1 dan seluruhnya dipengaruhi oleh

produksi produsen dalam negeri. Jika harga internasional lebih

tinggi dari harga dalam negeri yaitu P2 maka kuantitas barang x

yang diminta sekitar OQ2, sedangkan produksi dalam negeri

sebesar OQ3 jadi terjadi kelebihan produksi gula dalam negeri yang

harus diatasi dengan mengekspor gula keluar negeri.

PX

E

E

Page 49: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

31

Q D

PX

P1

O

S

Keterangan impor:

Pada gambar impor dapat di lihat, ketika harga internasional

lebih rendah dari harga dalam negeri yaitu setinggi P2 (P2<P1)

kuantitas barang x yang diminta oleh konsumen sebesar OQ3 akan

tetapi kuantitas barang x yang mampu disediakan oleh produsen

dalam negeri hanya sebesar OQ2. Jadi kita harus mengimpor gula

dari luar negeri sebesar 0Q2-0Q3. Dengan adanya impor maka

jumlah gula dalam negeri meningkat yang dapat menyebabkan

harga gula nasional menjadi turun.

Gambar 2.3 Kurve Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor

Berdasarkan gambar 2.2 dan 2.3 dapat dijelaskan jika harga

internasional berada di:

a. Diatas harga domestik (harga keseimbangan), maka di dalam

negeri terjadi kelebihan produksi, sehingga pemerintah dapat

melakukan ekspor (dilihatkan dari kurva P1.S).

b. Dibawah harga domestik (harga keseimbangan), maka didalam

negeri terjadi kekurangan produksi, dikarenakan permintaan

Page 50: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

32

Q D

P

P0

O

S

P2

P1

Q1 Q3 Q0 Q4 Q2

f g

a

E

b

c d e

melebihi kuantitas produksi yang dapat disediakan produsen oleh

karena itu untuk memenuhi permintaan perlu dilakukan impor

(terlihat pada gambar P1D).

3. Tarif Impor

Tarif merupakan pungutan (pajak) yang dikenakan untuk suatu

komoditi yang diperdagangkan melalui lintas batas teritorial. Tarif

berdampak terhadap perekonomian suatu negara. Khususnya terhadap

pasar barang tersebut. Dampak (efek) tarif terhadap perekonomian sebuah

negara meliputi, 1) efek terhadap harga, 2) efek terhadap konsumsi, 3)

efek terhadap produksi, 4) efek terhadap redistribusi pendapatan.

a. Efek terhadap perdagangan

Gambar 2.4 Efek Tarif Impor

Sebelum pembebanan tarif, P1 merupakan harga konstant yang

ditetapkan oleh produsen diluar negeri, sehingga produsen didalam

negeri pun harus menjual pada harga yang sama sebagai akibat

persaingan dengan produsen luar negeri. Produksi di dalam negeri

adalah OQ1 dan konsumsinya OQ2 sehingga Q1Q2 adalah impornya,

Page 51: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

33

terhadap impor (Q1Q2) ini kemudian suatu negara membebankan tarif

sebesar P1P2 maka efeknya adalah:

1. Harga barang tersebut didalam negeri naik dari OP1 menjadi OP2,

harga konsumen dunia tidak berubah sebesar OP1.

2. Jumlah barang yang diminta berkurang dari OQ2 menjadi OQ4,

dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi dalam negeri.

3. Produksi didalam negeri naik dari OQ1 menjadi OQ3, dampak

pemberlakuan tarif produksi dalam negeri.

4. Adanya pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari tarif

tersebut dalam bentuk bea masuk yaitu a, b, g, d.

5. Adanya ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh konsumen

didalam negeri kepada produsen didalam negeri sebesar P1P2.

6. Adanya tarif menyebabkan impor berkurang dari Q1Q2 menjadi

Q3Q4 dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan.

Pembebanan tarif ini tidak dapat menaikkan harga lebih tinggi

daripada OP0 yaitu harga keseimbangan tanpa adanya tarif

perberdagangan internasional. Bagi konsumen tarif ini merugikan

sebab harus membayar harga yang lebih tinggi. Kerugian ini sebagian

diimbangi dengan adanya pendapatan pemerintah (abgd) dan ekstra

pendapatan yang diterima oleh produsen dalam negeri (P1P2 af).

Sehingga kerugian netto masyarakat akibat tarif tersebut adalah acf dan

bde. Dengan naiknya harga akibat dikenakannya tarif bea masuk, akan

menurunkan surplus dan menaikkan surplus produsen didalam negeri.

Page 52: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

34

D. Hasil Penelitian Yang Relevan.

1. Bayu I, S. 2005. Meneliti tentang tinjauan deskriftif impor gula Indonesia

tahun 1996-2002 yang menggunakan metode analisis deskriftif dimana

hasil analisis mengenai tinjauan deskriftif impor gula Indonesia tahun

1996-2002 yaitu, a) Jumlah produksi gula pasir Indonesia kurang

mencukupi konsumsi gula pasir disebabkan oleh turunnya jumlah produksi

tebu karena menurunya luas lahan yang ada, b) Perkembangan gula

Indonesia cenderung tinggi, perkembangan impor Indonesia hampir

mencapai 1,5 juta per tahun denga rata-rata pemenuhan konsumen oleh

produk impor sebesar 43,3%, melihat impor yang besar dapat diketahui

berapa pentingnya impor gula, c) harga gula Indonesia yang lebih tinggi

dibandingkan dengan harga gula dipasar Internasional yang rendah turut

memperburuk situasi penjualan Indonesia dan harga gula Indonesia

cenderung mengalami kenaikan.

Faktor harga ini akhirnya mendorong banyak negara melakukan

impor gula ke Indonesia untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Hal

ini yang menjadikan Indonesia tujuan impor karena rendahnya tarif impor

(500-700/Kg). Coba jika dibandingkan dengan tarif di negara lain yang

cenderung menerapkan tarif tinggi, selain mencegah impor juga

melindungi industri gula mereka. Terutama melindungi para petani dan

mencegah banjirnya gula impor ke negara mereka.

Page 53: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

35

2. Gandhi Susanti, 2006. Meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi tebu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1983-2002, Yang

menggunakan metode analisis data untuk menguji hipotesis mengenai

pengaruh masing-masing variable luas areal pertanian, harga gula pasir,

harga padi dan luas panen tebu terhadap produksi tebu. Dimana hasil

analisisnya adalah: a) luas areal pertanian berpengaruh positif terhadap

produksi tebu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1983-2002; b) harga

gula pasir berpengaruh negatif terhadap produksi tebu di Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 1983-2002; c) harga padi berpengaruh negatif terhadap

produksi tebu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1983-2002; 4) luas

panen tebu berpengaruh positif terhadap produksi tebu di Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 1983-2002.

3. Bakti Nugroho, 2006. Meneliti tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi tebu nasional tahun 1991-2005. yang

menggunakan metode analisis data untuk menguji hipotesis mengenai

pengaruh masing-masing variabel yang diteliti yaitu luas areal, harga gula,

impor gula, bea masuk terhadap produksi tebu nasional. Dimana hasil

analisisnya menunjukkan bahwa: a) luas areal berpengruh positif terhadap

produksi tebu nasional tahun 1991-2005; b) harga gula tidak berpengaruh

positif terhadap produksi tebu nasional tahun 1991-2005; c) impor gula

berpengaruh negatif terhadap produksi tebu nasional tahun 1991-2005; d)

Page 54: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

36

bea masuk tidak berpengruh positif terhadap produksi tebu nasional tahun

1991-2005.

4. Nahdodin, 1998. Meneliti tentang analisis penentuan harga dasar gula.

Yang menggunakan metode analisis deskriftif. Dimana hasil analisis

menunjukkan: 1) pelepasan tataniaga gula oleh Bulog perlu ditindak

lanjuti dengan kebijaksanaan harga dasar gula untuk melindungi petani

dan pabrik gula dari fluktuasi harga. Penerapan harga dasar harus

didukung oleh instrument yang dapat mewujudkan harga dasar gula, 2)

besarnya harga dasar harus ditentukan dengan mempertimbangkan

kepentingan produsen (petani dan pabrik gula), 3) agar dapat mewadahi

kepentingan produsen dan konsumen harga dasar harus: a) membuat usaha

tani tebu bersaing, b) pabrik gula untung, c) produksi gula dalam negeri

dapat diserap pasar dan, d) produksi gula dalam negeri dapat bersaing

dengan produksi gula luar negeri.

E. Kerangka Berpikir

Kestabilan harga gula nasional merupakan hal terpenting yang harus

segera ditangani, agar negara Indonesia terlepas dari masalah yang berkaitan

dengan pergulaan seperti penyelundupan gula yang dapat merugikan negara

Indonesia. Untuk menstabilkan harga gula nasional, maka usaha yang harus

dilakukan adalah:

Page 55: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

37

1. Produksi gula

Produksi gula dalam negeri harus diperhatikan secara khusus karena

produksi gula dapat mempengaruhi harga gula nasional, jika produksi gula

dalam negeri sedikit maka akan mempengaruhi harga gula nasional

dimana harga gula nasional akan mengalami kenaikan. Dan jika produksi

gula dalam negeri meningkat menyebabkan jumlah gula dalam negeri

banyak dan harga gula pun menjadi turun.

2. Impor gula.

Impor gula merupakan kebijakan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan

masyarakat Indonesia terhadap gula nasioal. Impor gula terjadi apabila

adanya kekurangan jumlah gula dalam negeri. Tetapi impor gula

merupakan ancaman bagi petani tebu dan industri gula dalam negeri

karena dengan adanya impor jumlah gula dalam negeri mengalami

kenaikan yang berpengaruh terhadap turunya harga gula nasional sehingga

petani tebu dan industri gula mengalami kerugian.

3. Bea masuk gula.

Untuk melindungi petani tebu dan industri gula dalam negeri maka

pemerintah Indonesia menetapkan Bea masuk gula yang mulai berlaku

tahun 1998 yaitu sebesar 25%. Penetapan Bea masuk ini diharapkan

mampu menurunkan jumlah impor gula kedalam negeri sehingga jumlah

gula dalam negeri normal dan berdampak pada stabilnya harga gula

nasional.

Page 56: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

38

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi harga gula nasional,

namun dalam penelitian ini penulis mengambil tiga faktor saja yaitu

produksi gula, impor gula, dan bea masuk gula. Sehingga dapat disusun

dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.5 Pengaruh Produksi Gula, Impor Gula, Bea Masuk Gula Terhadap

Harga Gula Nasional

F. Hipotesis

1. Produksi gula berpengaruh negatif terhadap harga gula nasional.

2. Impor gula berpengaruh negatif terhadap harga gula nasional.

3. Bea masuk gula berpengaruh positif terhadap harga gula nasional.

Produksi Gula

Impor Gula

Bea Masuk Gula

Harga Gula Nasional

Page 57: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap peristiwa yang telah terjadi dengan

mengungkapkan data yang ada untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan peristiwa tersebut tanpa memberikan perlakuan pada variabel

bebas, dengan demikian penelitian ini termasuk jenis penelitian expost facto.

Dengan menggunakan jenis penelitian expost facto ini, peneliti

mencari beberapa sumber yang ada melalui data-data yang terdapat pada

Badan Pusat Statistik Propensi Daerah Istimewa Yogyakarta, internet dan

Koran-koran. Dari data tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis kemudian

ditarik kesimpulan yang diperoleh dan hanya berlaku bagi objek data yang

diteliti. Variabel yang akan diamati mengenai produksi gula nasional, impor

gula nasional, dan bea masuk nasional untuk meperoleh dampak yang lebih

jelas mengenai dampak atau pengaruh variabel tersebut terhadap harga gula

nasional (Departemen P dan K, 1985: 14).

B. Data dan Sumber Data Penelitian.

1. Data yang dicari:

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

Deret waktu (time series) selama 15 tahun 1991-2005 yang diambil dari

Badan Pusat Statitik. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam

Page 58: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

40

bentuk yang telah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,

adapun data yang dicari yaitu:

a. Data harga gula eceran tahunan nasional diukur dalam satuan Rp/kg

selama periode 1991-2005.

b. Data produksi gula tahunan nasional diukur dalam satuan ton selama

periode 1991-2005.

c. Data jumlah impor gula tahunan nasional diukur dalam satuan ton

selama periode 1991-2005.

d. Data bea masuk impor gula tahunan nasional diukur dalam satuan

Rp/kg selama periode 1991-2005.

Penulis memiliki alasan yang objektif untuk mengambil tahun

1991-2005. Yang pertama data tersebut merupakan data 15 tahun yang

terbaru yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

variable independent terhadap variable dependen apabila menggunakan

renge waktu 15 tahun. Yang kedua pada range waktu tersebut harga gula

nasional mengalami fluktuasi harga sedangkan produksinya terus

mengalami penurunan akibatnya produksi gula tidak dapat mencukupi

kebutuhan masyarakat akan gula secara nasional. Yang ketiga, alasan

penulis menggunakan data tahunan karena informasi lebih mudah didapat

dari berbagai sumber manapun, perhitungannya lebih mudah dan singkat,

selain itu tidak memerlukan perhitungan yang terperinci (misalnya secara

bulanan).

Page 59: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

41

2. Sumber Data Penelitian

Data yang dicari dalam penelitian ini bersumber dari kantor BPS di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang akan menjelaskan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah produksi gula nasional (X1),

impor gula per ton (X2), bea masuk gula (X3).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang akan dijelaskan oleh variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga gula (Y).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui pencatatan dokumen

yang sudah ada di Badan Pusat Statistik. Teknik ini digunakan untuk

mencari data mengenai produksi gula nasional, impor gula, bea masuk

gula.

2. Studi Pustaka

Pengumpulan data sehubungan dengan topik yang didapat dari

kepustakaan yaitu dari buku-buku atau referensi untuk memperoleh data

landasan teori dan pengetahuan.

Page 60: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

42

E. Teknik Analisis Data

1. Uji normalitas dan linieritas

a. Pengujian normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji

normalitas setiap data variabel, digunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan

program SPSS 11.0. Jika nilai α hitung untuk tiap-tiap variabel

penelitian ini dibawah α = 0,05 maka distribusi data variabel tersebut

adalah tidak normal. Jika masing-masing variabel mempunyai nilai

diatas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian

berdistribusi normal. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai

berikut (Ghozali,I. 2002 : 36):

D = Max Fo(Xi) – SN (Xi)

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

Fo (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

SN = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 5% (α=0,5), maka

distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai Fhitung <

Ftabel maka distribusi dikatakan normal.

Page 61: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

43

b. Pengujian linieritas

Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus sebagai berikut

(Sudjana, 1992: 332):

F = 2

2

e

TC

SS

Keterangan:

F = Nilai F untuk garis regresi

S2TC = Varians tuna cocok

Se2 = Varians kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan

dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien Fhitung diperoleh

dari perhitungan SPSS 11.0. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat linier dan sebaliknya jika

nilai Fhitung < Ftabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel

terikat tidak linier.

2. Pengujian asumsi klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi,

terlebih dehulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi ada tidaknya

pelanggaran dalam pengujian regresi linier ganda (Supranto J, 1984: 1).

Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 62: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

44

a. Multikolinieritas (Multicolinearrity)

Multikolinearitas adalah adanya hubungan variabel-variabel

bebas di antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut

variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel yang bersifat tidak

orthogonal adalah variabel bebas yang korelasinya tidak sama dengan

nol. Untuk mendeteksi masalah ini digunakan rumus korelasi. Adapun

rumus korelasinya sebagai berikut:

rxy = ( )( )

( ) } ( ) }{{ ∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−2222 YYNXXN

YXXYN

keterangan :

r = Koefisien korelasi

Y = skor variabel Y

X = skor variabl X

N = jumlah data

Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS diadakan

analisis Collinearity Statistics. Dari hasil Collinearity Statistics akan

diperoleh VIF (Variance Inflation Faktor). Untuk mengetahui terjadi

tidaknya multikolinearitas, digunakan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas

2. Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Page 63: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

45

b. Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity)

Heteroskesdastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan

kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas

(Supranto. J, 1984: 69). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah heteroskesdastisitas digunakan uji korelasi rank dari

Spearman (Spearman’s rank correlation test). Rumus korelasi rank

dari Spearman didefinisikan sebagai berikut:

rs = 1 – 6 )( ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

−∑

12

2

nndi

Dimana:

di = Perbedaan dalam rank yang diberikan kepada dua karakteristik

yang berbeda dari individu atau fenomena ke i.

n = Banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank.

Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS, untuk

menentukan terjadi tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan

ketentuan sebagai berikut:

1. Jika rs hitung > rs tabel, maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika rs hitung < rs tabel, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Atau dapat juga dengan membandingkan tingkat

probabilitasnya. Adapun ketentuan yang digunakan sebagai berikut:

1. Jika probabilitas (P) > 0,05; maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika probabilitas (P) < 0,05; maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 64: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

46

c. Autokorelasi

Autokorelasi atau korelasi serial, ialah keadaan dimana kesalahan

pengganggu dalam periode lainnya. Jadi kesalahan pengganggu tidak

bebas satu sama lain berkorelasi, saling berhubungan (Supranto.J.

1984:125). Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat

diuji dengan jalan menghitung “ The Durbin-Watson Statistic d”.

d = )(

=

=−−

n

nt

n

ttt

e

ee

1

2

21

Dimana:

D = Statistik Durbin-Watson

et = Gangguan estimasi

t = Observasi terakhir

t-1 = Observasi sebelumnya

Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi

atau tidak, hasil hitungan statistik d harus dibandingkan dengan tabel

statistik d.

Tabel 1 Statistik Durbin-Watson

Ho Ada Autokorelasi Positif

Nilai d Keterangan

d < dl Tidak terjadi autokorelasi

d > du Terjadi autokorelasi

dl ≤ d ≤du Tidak dapat disimpulkan

Page 65: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

47

Tabel 2 Statistik Durbin-Watson

Ho Ada Autokorelasi Negatif

Nilai d Keterangan

d > 4 - dl Tidak terjadi autokorelasi

d < 4 - du Terjadi autokorelasi

4 - du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak dapat disimpulkan

3. Analisis regresi linier berganda

Untuk menjawab masalah 1 sampai dengan 3, yaitu untuk

mengetahui pengaruh variabel independen (produksi gula nasional,impor

gula, bea masuk gula) secara bersama-sama terhadap variabel dependen

(harga gula) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Algifari 1997:

156) adalah:

Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 + … + bkΧk

dimana:

Υ = variabel terikat

a = konstanta

b1, b2, … bk = koefisien regresi

Χ1, Χ2,…Χk = variabel bebas

Analisis untuk mengukur berapa besar pengaruh variabel

independen (produksi gula nasional, impor gula, bea masuk gula),

sehingga persamaan regresinya menjadi:

Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 + b3Χ3

Page 66: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

48

dimana :

Υ = harga gula

a = konstanta

b1 = Koefisien Prediktor Χ1

b2 = Koefisien Prediktor Χ2

b3 = Koefisien Prediktor Χ3

Χ1 = produksi gula nasional

Χ2 = Impor gula

Χ3 = Bea masuk gula

Untuk menghitung nilai a, b1, b2, b3, dapat menggunakan

persamaan simultan sebagai berikut :

ΣΧ1Υ = b1ΣΧ12 + b2ΣΧ1ΣΧ2 + b3ΣΧ1ΣΧ3

ΣΧ2Υ = b1ΣΧ1ΣΧ2 + b2ΣΧ22 + b3ΣΧ2ΣΧ3

ΣΧ3Υ = b1ΣΧ1ΣΧ3 + b2ΣΧ2ΣΧ3 + b3ΣΧ32

a = Υ- b1Χ1 – b2Χ2 – b3Χ3

4. Uji koefisien regresi secara individu (Parsial)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

keterandalan masing-masing koefisien regresi (b1,b2, dan b3,) dan dapat

juga diartikan sebagai penguji signifikan tidaknya pengaruh antara

variabel Χ1 terhadap Υ, Χ2 terhadap Υ, Χ3 terhadap Υ.

Untuk pengujian tersebut digunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

Page 67: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

49

a. Menentukan Ho dan Hi

Ho: b1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Hi : b1 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

b. Menentukan daerah kritis dengan menggunakan distribusi t. Dipilih

tingkat signifikansi (α) = 10% artinya taraf kesalahan atau taraf

kekeliruan hanya 10% saja.

ttabel = t (α/2. n-k-1)

df = n-k-1

n = banyak prediktor

k = jumlah variabel

c. Mencari nilai statistik uji dengan rumus (Mustafa, M. 1995:133)

th = Sb

b β−

d. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotaesis

1. Hipotesis ditolak bila : thitung > ttabel berarti ada pengaruh nyata dan

signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.

Page 68: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

50

2. Hipotesis diterima bila : thitung < ttabel berarti tidak ada pengaruh

nyata dan signifikan dari masing–masing variabel independen

terhadap variabel dependen.

e. Diagram pengujian hipotesis

-t (α/2, n-k-1) t (α/2, n-k -.1)

5. Uji koefisien regresi secara serentak

Untuk pengujian tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Ho dan Hi

1. Ho : Ry (1,2,3) = 0 berarti tidak ada pengruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

2. Hi : Ry(1,2,3) ≠ 0 berarti ada pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Page 69: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

51

b. Menentukan Ftabel

Dipilih tingkat signifikansi (α) = 5% artinya taraf kesalahan atau taraf

kekeliruan hanya 5% saja.

Ftabel = F (α,k,n-k-1)

df = n-k-1

k = jumlah variabel

n = banyak predictor

c. Mencari nilai statistik uji (Sugiyono,1999:219) dengan rumus :

F = )1/()1(

/2

2

−−− knRkR

dimana :

F = Harga F garis Regresi

R = Koefisien korelasi berganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota Sampel

d. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis

Page 70: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

52

1. Hipotesis ditolak bila: Fhitung > F tabel berarti ada pengaruh nyata dan

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen

secara bersama-sama.

2. Hipotessis diterima bila: Fhitung < Ftabel berarti tidak ada pengaruh

nyata dan signifikan antara variabel independen dengan variabel

independen secara bersama-sama.

Page 71: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM VARIABEL

A. Harga Gula Nasional.

Dalam setiap kegiatan ekonomi yang kita lakukan, khususnya dalam

penjualan dan pembelian gula sebagai kebutuhan kita sehari-hari. Peran harga

gula sangat penting, karena setiap gula yang akan dibeli harus berdarkan harga

yang optimal dan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Harga gula

sendiri ditentukan oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran

yang ada di pasar. Harga gula dapat memberikan intensif bagi petani tebu

karena ketika harga gula nasional mengalami kenaikan maka akan

memberikan penambahan penghasilan bagi mereka sehingga mereka

terdorong untuk menanam tebu yang membuat produksi gula nasioal

meningkat, selain memberikan insentif bagi petani tebu, harga gula sendiri

bisa menjadi input bagi industri makanan dan minuman yang menggunakan

gula dalam setiap produksinya. Bagi industri makanan dan minuman, harga

gula menjadi input apabila harga gula nasional rendah. Dengan rendahnya

harga gula nasional berarti industri makanan dan minuman ini bisa memenuhi

kebutuhan industrinya akan gula dengan pengeluaran yang rendah yang

membuat laba yang diperoleh oleh industri makanan dan minuman meningkat.

Dan bagi masyarakat harga gula nasional berperan penting sebagai patokan

untuk menentukan berapa banyak jumlah gula yang mereka butuhkan dalam

pemenuhan kebutuhannya sehari-hari sesuai dengan pendapatan mereka.

Page 72: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

54

Gambar 4.1 Grafik Harga Gula Nasional

TAHUN

20052004

20032002

20012000

19991998

19971996

19951994

19931992

1991

Val

ue H

AR

GA

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0

Harga khususnya harga gula nasional tidak mengalami staknasi pada

harga tertentu, tetapi selalu mengalami kenaikan dan penurunan harga gula

nasional. Kenaikan harga gula nasional terjadi pada tahun 1991 sampai dengan

tahun 2001, yaitu dari sebesar Rp 1.150,07 di tahun 1991 naik sampai menjadi

sebesar Rp 3.738,85 di tahun 2001. Kenaikan harga gula ini dikarenakan

kurangnya produksi gula dalam negeri dan terdevaluasinya nilai tukar rupiah

terhadap nilai tukar dolar yang menyebabkan naiknya harga barang-barang

produksi terutama barang impor dan lesunya dunia industri. Selain harga gula

nasional menalami kenaikan harga gula juga sempat mengalami penurunan

yang terjadi pada tahun 2001 sampai tahun 2002 yaitu dari sebesar Rp

3.738,85 ditahun 2001 turun menjadi sebesar RP 2.970,22 di tahun 2002.

Penurunan harga gula nasional ini terjadi karena terjadinya pemulihan

Page 73: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

55

ekonomi dalam negeri yang sangat baik dan kondisi ekonomi yang berangsur-

angsur pulih yang diikuti dengan pulihnya kemampuan industri untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Tetapi penurunan harga tidak

berlangsung lama karena di tahun 2002 sampai 2005 harga gula kembali

mengalami kenaikan yakni sebesar Rp 2.970,22 di tahun 2002 naik menjadi

sebesar Rp 5.500,00 di tahun 2005 ini. Keadaan ini kembali terjadi karena

kembali terpuruknya kondisi perekonomian Indonesia diikuti dengan tidak

stabilnya nial tukar rupiah terhadap dolar.

Tabel 4.1 Harga, Produksi, Impor dan Bea Masuk Gula Nasional

tahun Harga gula

(Rp) Produksi gula

(ton) Impor gula

(ton) Bea masuk

gula (%)

1991 1150.07 28.278.148 306.774 0 1992 1235.85 32.085.284 316671 0 1993 1226.15 32.593.822 236719 0 1994 1361.26 30.646.663 402937 0 1995 1428.82 30.080.373 792372 0 1996 1505.45 28.609.221 832203 0 1997 1582.67 29.836.172 774468 0 1998 2977.23 27.154.554 1511426 0 1999 2680.59 21.387.931 1533491 0 2000 3027.32 23.878.555 1396951 25 2001 3738.85 25.189.299 1408465 25 2002 2970.22 25.547.758 1425507 25 2003 4325.18 22.631.109 1596736 30 2004 5000 26.743.179 1230284 25 2005 5500 28.300.904 1104884 20

Sumber: BPS

Page 74: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

56

B. Produksi Gula Nasional.

Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak lahan tebu yang telah

menjadi pemukiman penduduk serta mesin-mesin produksi tidak lagi efisien.

Membuat produksi gula nasional mengalami penurunan yang terlihat dari

semakin menurunnya produktifitas gula di negara Indonesia yang dimulai dari

tahun 1981 sampai 2000 yaitu pada tahun 1981-1985 terlihat produktifitas

gula nasional sebesar 65,0 kwintal per hektar, menurun menjadi sebesar 63,5

kwintal per hektar di tahun 1986-1990, di tahun 1991-1995 produktifitas

kembali turun menjadi 58,46 kwintal per hektar, dan sebesar 47,86 kwintal per

hektar ditahun 1996-2000. Pada tahun 2001 produktifitas nasional sebesar

49,00 kwintal per hektar (Prihardana, R.2005: 7).

Gambar 4.2 Grafik Produksi Gula Nasional

TAHUN

20052004

20032002

20012000

19991998

19971996

19951994

19931992

1991

Val

ue P

RO

DU

KS

I

34000000

32000000

30000000

28000000

26000000

24000000

22000000

20000000

Page 75: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

57

Dalam gambar diatas terlihat bahwa produksi gula nasional dari tahun

1994 sampai tahun 2003 terus mengalami penurunan dari sebesar 2.448.833

(ton) ditahun 1994 turun menjadi sebesar 1.631.919 (ton) ditahun 2003,

walaupun sesekali mengalami kenaikan ditahun 1999 sebesar 1.488.599 (ton)

naik menjadi sebesar 1.960.667 (ton) ditahun 2000, tetapi kenaikan produksi

ini masih cukup rendah hanya sebesar 276.868 (ton). Perkembangan produksi

mengalami penururnan sebesar 1,9 % pertahunnya. Ditahun 2004 produksi

gula nasional mulai mengalami pemulihan kembali terlihat terjadinya

peningkatan produksi sebesar 2.051.644 (ton). Peningkatan terjadi di tiga

tahun terakhir yaitu dari tahun 2003-2005 sebesar 1.631.919 (ton) ditahun

2003 menjadi sebesar 2.219.118 (ton) ditahun 2005. terjadinya peningkatan ini

karena adanya program akselerasi peningkatan produktifitas tebu (Nugroho,

B. 2006: 54).

Tabel 4.2 Perkembangan Kinerja Industri Gula Nasional

Tahun Luas areal

(Ha) Produksi

(ton Habrur)

Rendemen (%)

Konsumsi (ton)

Impor (ton)

1994 428.726 2.448.833 8,02 2.851.770 402.937 1995 420.630 2.096.471 6,97 2.888.843 792.372 1996 403.266 2.094.195 7,32 2.926.398 832.203 1997 385.669 2.189.974 7,83 2.964.441 774.468 1998 378.293 1.491.553 5,49 3.002.979 1.511.426 1999 340.800 1.488.599 6,96 3.042.018 1.533.419 2000 340.660 1.690.667 7,04 3.087.618 1.396.951 2001 344.441 1.725.467 6,85 3.133.932 1.408.465 2002 350.723 1.755.434 6,88 3.180.941 1.425.507 2003 335.725 1.631.919 7,21 3.228.655 1.596.736 2004 344.793 2.051.644 7,67 3.281.928 1.230.284 2005 367.675 2.219.778 7,84 3.324.662 1.104.844

Sumber: deptan Taksasi 2005.

Page 76: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

58

C. Impor Gula Nasional.

Gula merupakan kebutuhan manusia sebagai pemasok kalori pada

tubuh manusia dan bagi industri makanan dan minuman yang ada di Negara

Indonesia, gula dijadikan bahan dasar untuk menghasilkan hasil produksi yang

dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Melihat gula

sangat dibutuhkan oleh manusia dan industri makanan dan minuman yang ada

di Indonesia membuat konsumsi gula dalam negeri terus meningkat. Dapat

kita lihat 15 tahun terakhir dari tahun 1991-2005 konsumsi gula dalam negeri

terus meningkat yaitu dari 2.851.770 (ton) ditahun 1991 sampai 3.324.662

(ton) ditahun 2005. Tetapi peningkatan konsumsi akan gula tidak diikuti

dengan peningkatkan produksi gula dalam negeri yang berada dibawah jumlah

konsumsi gula masyarakat Indonesia sehingga konsumsi gula dalam negeri

mengalami kekurangan. Kekurangan konsumsi akan menyebabkan harga gula

nasional menjadi naik. Untuk mengatasi masalah ini maka pemerintah

mengambil kebijakan impor gula dari luar negeri sebesar kekurangan

konsumsi masyarakat Indonesia yang diharapkan mampu mencukupi

kebutuhan gula dalam negeri dan harga gula dalam negeri menjadi normal.

Page 77: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

59

Gambar 4.3 Impor Gula Nasional

TAHUN

20052004

20032002

20012000

19991998

19971996

19951994

19931992

1991

Val

ue IM

PO

R

1800000

1600000

1400000

1200000

1000000

800000

600000

400000

200000

0

Impor gula nasional ditahun 1991 sampai 2005 mengalami

kenaikan dan penurunan. Kenaikan jumlah impor gula terbesar terjadi ditahun

2003 yakni sebesar 1.596.736 (ton). Besarnya jumlah impor gula yang

dilakukan oleh Indonesia karena terjadinya kenaikan konsumsi dari 3.180.941

(ton) ditahun 2000 naik menjadi sebesar 3.228.928 ditahun 2003 sedangkan

produksi malah mengalami penurunan yakni dari sebesar 1.755.438 (ton)

ditahun 2002 turun menjadi 1.631.919 (ton) ditahun 2003. besarnya impor

gula yang dilakukan oleh Pemerintah Negara Indonesia karena konsumsi gula

yang kurang didalam negeri dan harga gula luar negeri yang rendah membuat

pemerintah Indonesia impor gula sebesar 1.596.736 (ton). Dan impor gula ini

oleh pemerintah dijadikan sebagai stok atau cadangan gula di tahun-tahun

berikutnya.

Page 78: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

60

D. Bea Masuk Gula Nasional.

Impor merupakan kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

gula dalam negeri yang mengalami kekurangan yang diakibatkan oleh

rendahnya produksi gula dan tingginya konsumsi gula dalam negeri. Tetapi

impor gula yang dilakukan oleh pemerintah ini akan membuat harga gula

dalam negeri menjadi rendah yang berakibat pada industri gula yang semakin

terpuruk. Tetapi tidak ada jalan lain selain melakukan impor gula dari luar

negeri untuk megatasi masalah kekurangan gula dalam negeri. Sehingga

dengan dilakukanya impor gula dari luar negeri, pemerintah Indonesia

membuat proteksi atau perlindungan industri gula yaitu dengan menetapkan

tariff impor atau bea masuk yang sesuai. Penetapan bea masuk gula mulai

berlaku di negara Indonesia di tahun 2000 sebesar 20%-25%.

Gambar 4.4 Bea Masuk Gula Impor

TAHUN

20052004

20032002

20012000

19991998

19971996

19951994

19931992

1991

Val

ue B

EA

40

30

20

10

0

Page 79: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

61

Penetapan bea masuk gula impor sebesar 20%-25% yang terlihat

digambar 4.4 diatas membuat impor gula negara Indonesia menurun yakni dari

impor gula yang dilakukan negara Indonesia sebesar 1.533.491 (ton)

ditahun1999 menurun menjadi sebesar 1.396.951 (ton) di tahun 2000 yang

dapat kita lihat dari tabel 4.2, dimana penetapan tarif bea masuk gula ini

membuat harga gula nasional mengalami kenaikan dan industri gula dalam

negeri mulai mampu bersaing dengan industri gula luar negeri serta industri

gula dalam negeri pun dapat meningkat karena jika harga gula tinggi maka

akan mendorong petani untuk menanam tebu yang merupakan bahan dasar

dari pembuatan gula. Jika produksi gula tinggi maka produksi gula dalam

negeri mampu memenuhi konsumsi gula yang datang dari masyarakat dan

industri makanan dan minuman yang ada di dalam negeri dan negara

Indonesia dapat terlepas dari masalah impor gula dari luar negeri atau dapat

terlepas dari sebutan negara pengimpor.

Tabel 4.3 Bea Masuk Impor Gula Di Beberapa Negara Tahun 2002

No Negara Tarif impor 1. Indonesia Rp 500-Rp 700/kg 2. Uni Eropa 240% 3. Banglades 200% 4. Amerika Serikat 155% 5. Filipina 133%

Sumber: Harsoyo, Y. 2004:155. Dari tabel diatas terlihat bahwa tarif bea masuk gula yang ditetapkan

oleh pemerintah Indonesia dan berlaku saat ini masih telalu rendah jika

dibandingkan dengan negara maju seperti Uni Eropa yang menetapkan tarif

bea masuk impor diatas 100% yaitu sebesar 240%. Dibandingkan dengan

Page 80: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

62

negara Indonesia yang hanya menetapkan tarif bea masuk di bawah 100%

yaitu hanya 20%-25%. Memang penetapan tarif bea masuk yang tinggi akan

membut industri dalam negeri yang menggunakan bahan dasar gula dalam

setiap proses produksinya tetapi selama pasar gula internasional masih

memperdagangkan produk residual yang harganya lebih murah makan

kebijakan untuk menetapkan tarif bea masuk yang tinggi merupakan pilihan

yang terbaik (Harsoyo, Y. 2004: 159).

Page 81: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

63

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Regresi

Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu akan dilakukan

pengujian prasyarat regresi. Hal ini penting untuk dilakukan karena untuk

dapat mengetahui rumus “Regresi Linier Berganda“ maka data-data yang

diperlukan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, yaitu sebagai

berikut:

a. Pengujian Normalitas

Tabel. 5.1 Normalitas Data Dengan Kolmogrov

Npar tests

Descriptive Statistics

15 2647.31 1460.624 1150 550015 2.8E+07 3332453.412 21387932 3259382215 991325.87 498522.718 236719 159673615 10.00 12.817 0 30

HARGAPRODUKSIIMPORBEAMASUK

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Page 82: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

64

Tabel.5.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

15 15 15 152647.31 27530864 991325.88 10.00

1460.624 3332453.5 498522.7 12.817.234 .122 .192 .382.234 .064 .148 .382

-.153 -.122 -.192 -.218.905 .473 .744 1.481.386 .979 .637 .025

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

HARGA PRODUKSI IMPOR BEAMASUK

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus atau uji

“One Sample kolmogrov”. Pengujian normalitas ini dilakukan untuk semua

data atau variabel penelitian yaitu, sebagai berikut:

1. Produksi (X1)

a. Dari tabel deskriptif statistik diperoleh, jumlah Case (N): 15,

Mean: 27530864.80, Standar Deviasi 3332453.412, nilai

Minimum: 21387932 dan nilai Maksimum: 32593822.

b. Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai

Asymp. Sig yaitu 0,979. Jadi probabilits (sig) 0,979 > 0,05. Hal ini

berarti data produksi (X1) berproduksi normal.

2. Impor (X2)

a. Dari tabel deskriptif statistik diperoleh, jumlah Case (N): 15,

Mean: 991325.87, Standar Deviasi 498522.718, nilai Minimum

236.179 dan nilai Maksimum 1596736.

Page 83: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

65

b. Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai

Asymp.Sig yaitu 0,637. Jadi probabilitas (sig) 0,637 > 0,05. Hal ini

berarti data impor (X2) berdistribusi normal.

3. Bea Masuk (X3)

a. Dari tabel deskriptif statistik diperoleh, jumlah Case (N): 15.

Mean: 10,00, Standar Deviasi 12.817, nilai Minimum 0 dan nilai

Maksimum: 30.

b. Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai

Asymp. Sig yaitu 0,025. Jadi probabilitas (sig) 0,025 < 0,05. Hal ini

berarti data bea masuk (X3) tidak berdistribusi normal.

4. Harga Gula Nasional

a. Dari tabel deskriptif statistik diperoleh, jumlah Case (N): 15.

Mean: 2647.31, Standar Deviasi: 1460.624, nilai Minimum

1150,07 dan nilai Maksimum. 5500,00.

b. Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai

Asymp. Sig yaitu 0,386. Jadi probabilitas (sig) 0, 386 > 0,05. Hal

ini berarti Data harga gula nasional (Y) berdistribusi normal.

b. Pengujian Linieritas

Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F, dimana

pengujian linieritas ini akan dilakukan untuk setiap variabel bebas yaitu

sebagai berikut:

Page 84: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

66

1. Produksi Gula (X1)

Tabel. 5.3 Hasil Uji Linieritas Produksi Gula

ANOVA Tablea

5683517933228860 1 5683517933228860.000 1023.576 .000155473026249798.8 28 5552608080349.9505838990959478660 29

(Combined)Between GroupsWithin GroupsTotal

HARGAGULA*PRODUKSI

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for DATA * KETEANGA cannot be computed.a.

Dengan harga gula nasional (Y) dari hasil perhitungan SPSS,

diperoleh Fhitung sebesar 1007.832 dengan probabilitas 0,000.

hasil yang Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, dimana 0 < 0,05,

nemurator 1 dan denemurator 28 diperoleh Ftabel 4.21 jadi, Fhitung

1007.832 > Ftabel 4.21 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga

hubungan antara produksi gula (X1) dengan harga gula nasional

(Y) bersifat linier.

2. Impor Gula (X2)

Tabel. 5.4 Hasil Uji Linieritas Impor Gula

ANOVA Tablea

7331139653206.84 1 7331139653206.8 58.997 .0003479378469986.51 28 124263516785.23310810518123193.4 29

(Combined)Between GroupsWithin GroupsTotal

HARGAGULA*IMPOR

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for DATA * KETEANGA cannot be computed.a.

Dengan harga gula nasional (Y) dari hasil perhitungan SPSS,

diperoleh Fhitung sebesar 35.915 dengan probabilitas 0,000, hasil

yang Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, dimana α 0,05, nemurator 1

dan denemurator 28 diperoleh Ftabel 4.21 jadi, Fhitung 35,915 > Ftabel

Page 85: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

67

4.21 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hubungan antara

impor gula (X1) dengan harga gula nasional (Y) bersifat linier.

3. Bea Masuk Gula (X3)

Tabel. 5.5 Hasil Uji Linieritas Bea Masuk

ANOVA Table

52165557 1 52165556.64 48.899 .00029870219 28 1066793.52882035775 29

(Combined)Between GroupsWithin GroupsTotal

HARGA GULA*BEA MASUK

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Dengan harga gula nasional (Y) dan hasil perhitungan SPSS,

diperoleh F hitungan sebesar 35.711 dengan probabilitas 0,000.

Hasil yang F hitung dibandingkan dengan F tab, dimana α 0,05,

neumorator 1 dan denemurator 28 diperoleh F tab 4.21 jadi F

hitung 35.711>F tabel 4.21 maka Ho ditolak dan Ha diterima

sehingga hubungan antara bea masuk (X3) dengan harga gula

nasional (Y) bersifat linier.

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel

bebas (X1, X2, X3) dengan variabel terikat (Y) bersifat linier.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran dan

penyimpangan dalam pengujian “Regresi linier berganda”. Pengujian asumsi

klasik meliputi:

Page 86: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

68

a. Hasil Uji Multikolinearitas.

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

-3723.352 4659.054 -.799 .4411.420E-04 .000 .324 1.020 .330 .235 4.2521.793E-03 .001 .612 1.815 .097 .209 4.792

68.354 23.045 .600 2.966 .013 .580 1.724

(Constant)PRODUKSIIMPORBEAMASUK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: HARGAa.

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk data dari variabel bebas,

yaitu sebagai berikut:

1. Produksi gula (X1).

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance

Inflation Factor) sebesar 4.525 berarti VIF 4.525<5. Dengan hasil

tersebut maka variabel produksi gula bersifat “tidak terjadi

multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi gula

sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi

dengan variabel lainnya.

2. Impor gula(X2)

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Valiance

Inflation Factor) sebesar4.797 berarti VIF 4.797<5 Dengan hasil

tersebut maka variabel impor gula bersifat “tidak terjadi

multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa impor gula

sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi

dengan variabel lainnya.

Page 87: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

69

3. Bea Masuk (X3)

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Valiance

Inflation Factor) sebesar 1.724 berarti VIF 1.724<5. Dengan hasil

tersebut maka variabel bea masuk bersifat “tidak terjadi

multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa bea masuk

sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi

dengan variabel lainnya.

Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 3 variabel bebas

ternyata Produksi gula (X1), impor gula (X2), bea masuk(X3) tidak

mengalami multikolinearitas.

b. Hasil uji Heteroskedastisitas.

Tabel 5.7 Hasil uji heteroskedastisitas.

Correlations

1.000 -.868** -.652** -.271. .000 .008 .328

15 15 15 15-.868** 1.000 .591* .132.000 . .020 .639

15 15 15 15-.652** .591* 1.000 .153.008 .020 . .587

15 15 15 15-.271 .132 .153 1.000.328 .639 .587 .

15 15 15 15

Correlation CoefficienSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (2-tailed)N

PRODUKSI

IMPOR

BEA

RESIDU

Spearman's rhoPRODUKSI IMPOR BEA RESIDU

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.

Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).*.

Pada penelitian ini pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi rank dari Spearman (Spearman’s rank

Page 88: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

70

Corellation test). Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa variasi

(Varian’s) dari variabel tidak sama untuk setiap pengamatan.

Pengujian ini dilakukan untuk semua variabel bebas:

1. Produksi gula (X1) dan residu.

Pada output antara (X1) dan residu menghasilakan angka (r) -0,271

dengan probabilitas 0,328. Jadi dengan membandingkan

probabilitanya diperoleh P 0,328>0,05. Hal ini menunjukkan antara

produksi gula dengan impor gula “tidak terjadi

heteroskedastisitas”.

2. Produksi gula (X2) dan residu.

Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan (r) -0,132 dengan

Probabilitas 0,639. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya

diperoleh P 0,639>0,05. Hal ini menunjukkan antara produksi

dengan bea masuk gula “tidak terjadi heteroskedastisitas”.

3. Impor gula(X3) dan residu.

Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r) 0,153

dengan Probabilitas 0,587. Jadi dengan membandingkan

Probabilitasnya diperoleh P 0,587>0,05. Hal ini menunjukkan

antara impor gula dengan bea masuk “tidak terjadi

heteroskedastisitas”.

Page 89: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

71

c. Pengujian Autokorelasi.

Karena N>15 maka pembuktian autokorelasi dilakukan dengan

menggunakan t tabel dengan α 0,05 dan N :15, k :3 maka didapat harga

Durbin-watson tabel:

DL : 0,82.

Du :1,75.

Kesimpulannya, dalam uji autokorelasi didapat d 1,912>1,75 maka Ho

diterima jadi tidak ada autokorelasi.

3. Uji Statistik.

Uji statistik dilakukan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda

menggunakan program SPSS Versi 11,0. model persamaan regresi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3

Keterangan:

Y = Harga gula nasional.

a = konstanta.

X1 = Produksi gula.

X2 = Impor gula.

X3 = Bea masuk.

Uji statistik yang dilakukan meliputi Uji t, Uji F dan Uji R² (koefisien

determinasi). Berikut ini penjelasan masing-masing uji statistik pada

penelitian ini:

Page 90: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

72

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji apakah Variabel indevenden secara

individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila nilai t hitung > t

tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Variabel independen secara

individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan

sebaliknya. Jika nilai t hitung < t tabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak

sehingga variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

Hasil uji t terhadap model regresi menggunakan model regresi

menggunakan SPSS Versi 11,0 dijadikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.8 Hasil Analisis Uji t

Coefficientsa

-3723.352 4659.054 -.799 .4411.420E-04 .000 .324 1.020 .330 .235 4.2521.793E-03 .001 .612 1.815 .097 .209 4.792

68.354 23.045 .600 2.966 .013 .580 1.724

(Constant)PRODUKSIIMPORBEAMASUK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: HARGAa.

Hasil Uji t pada tabel 5.8 diatas akan dijelaskan untuk masing-masing

Variabel berikut:

1. Produksi gula

Hasil analisis Uji t untuk variabel produksi gula diperoleh nilai t

hitung 1,020 dengan signifikansi sebesar 0,330. Karena nilai t hitung

Page 91: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

73

1,020< t tabel 1,771 maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa

variabel produksi gula secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap harga gula nasional. Hasil uji t ini mendukung hipotesis

penelitian yang menyatakan bahwa produksi gula berpengaruh

negatif terhadap harga gula nasional di Indonesia tahun 1991-2005.

2. Impor gula

Hasil analisis Uji t untuk variabel impor gula diperoleh nilai t

hitung 1,815 dengan nilai signifikansi sebesar 0,097. karena nilai t

hitung 1,815>t tabel 1,771 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa

variabel impor gula secara parsial berpengaruh Signifikan terhadap

Harga gula nasional. Hasil uji t ini tidak mendukung hipotesis

penelitian yang menyatakan bahwa impor gula berpengaruh negatif

terhadap harga gula nasional di Indonesia tahun 1991-2005.

3. Bea masuk

Hasil analisis yang menggunakan Uji t untuk variabel bea masuk

diperoleh nilai t hitung 2,966 dengan nilai signifikansi sebesar

0,013. Karena nilai t hitung 2,966> t tabel 1,771 maka Ho ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel bea masuk secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap harga gula nasional. Maka hasil uji t ini

mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa bea

masuk berpengaruh positif terhadap harga gula nasional di

Indonesia tahun 1991-2005.

Page 92: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

74

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independent

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Apabila nilai

sigifikansi F hitung > F tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga

semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen dan sebaliknya jika nilai signifikansi F hitung < F tabel

berarti Ho diterima dan Ha ditolak sehingga semua variabel independen

secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Hasil uji F terhadap model regresi menggunakan SPSS Versi 11,0 disajikan

pada model berikut ini:

Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji F

ANOVAb

22073266 3 7357755.274 10.383 .002a

7794653 11 708604.81429867919 14

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), BEAMASUK, PRODUKSI, IMPORa.

Dependent Variable: HARGAb.

Berdasarkan tabel 5.9 terlihat bahwa hasil analisisnya diperoleh hasil f

hitung sebesar 10.383 dengan signifikansi 0,002. karena nilai F hitung

10.383 > F tabel 3.84, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel

produksi gula, impor gula dan bea masuk gula secara simultan berpengaruh

terhadap variabel harga gula nasional.

Page 93: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

75

c. Koefisien determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) merupakan suatu alat untuk mengukur

besarnya persentase pengaruh semua variabel independent terhadap variabel

dependen. Besarnya koefisien determinan berkisar antara 0 sampai dengan

1, semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinan suatu persamaan

regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independent terhadap

variabel dependen. Sebaliknya semakin besar koefisien determinasi

mendekati angka 1, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel

independen terhadap variabel dependen.

Tabel 5.10 Hasil AnalisisUji R²

Model Summary b

.860a .739 .668 841.787 1.940Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), BEAMASUK, PRODUKSI, IMPORa.

Dependent Variable: HARGAb.

Hasil uji R² pada penelitian ini diperoleh nilai R Squere sebesar 0,739.

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel produksi gula, impor gula,

dan bea masuk gula terhadap harga gula nasional adalah sebesar 73,9%,

sedangkan sisanya 12,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

Page 94: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

76

B. Pembahasan.

1. Pengaruh Variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual.

a. Hipotesis Pertama.

Hipotasis pertama menyatakan bahwa produksi berpengaruh negatif

terhadap terhadap harga gula nasional tahun 1991 – 2005. Berdasarkan uji

asumsi stastistik dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda

diperoleh nilai t hitung sebesar 1.020 dengan signifikasi sebesar 0,330. hal

ini berarti tidak ada pengaruh posif antara produksi dalam harga gula

nasional tahun 1991 – 2005.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata produksi gula tidak

ada pengaruh positif terhadap harga gula nasional. Dalam hipotesis produksi

gula berpengaruh negatif terhadap harga gula nasional, hal ini berarti hasil

uji t mendukung hipotesis penelitian.

Produksi gula dalam negeri dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan

gula dalam negeri yang datang dari masyarakat dan industri baik makanan

dan minuman yang ada didalam negeri. Produksi khususnya produksi gula

dalam negeri cenderung rendah dari pada konsumsi gula dalam negeri yang

datang dari masyarakat dan industri baik makanan dan minuman, sehingga

sangat besar kemungkinan Pemerintah untuk mengimpor gula dari luar

negeri untuk memenuhi kebutuhan gula yang kurang dari dalam negeri.

Dalam hal ini tinggi rendahnya produksi gula nasional berpengaruh

terhadap harga eceran gula nasional, jika produsi gula nasional rendah maka

akan menyebabkan jumlah gula yang beredar sedikit. Jumlah gula yang

Page 95: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

77

beredar ini tidak sesuai dengan konsumsi yang datang dari masyarakat dan

industri makanan dan minuman yang ada didalam negeri yang begitu tinggi.

Keadaan ini membuat harga gula nasional cenderung naik atau tinggi.

Tabel 5.11 Produksi Gula, Harga Gula dan Konsumsi

tahun Harga gula

(Rp) Produksi gula

(ton) Konsumsi

(ton) 1994 1361.26 2.448.833 2.851.770 1995 1428.82 2.096.471 2.888.843 1996 1505.45 2.094.195 2.926.398 1997 1582.67 2.189.974 2.964.441 1998 2977.23 1.491.553 3.002.979 1999 2680.59 1.488.599 3.042.018 2000 3027.32 1.690.667 3.087.618 2001 3738.85 1.725.467 3.133.932 2002 2970.22 1.755.434 3.180.941 2003 4325.18 1.631.919 3.228.655 2004 5000 2.051.644 3.281.928 2005 5500 2.219.778 3.324.662

Sumber: deptan Taksasi 2005

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan produksi gula cendrung mengalami

kenaikan dan penurunan jumlah produksi. Pada tahun 1998, dimana negara

Indonesia baru mengalami krisis moneter dan inflasi, hal ini membuat

pemerintah Indonesia berfokus pada mengatasi masalah perekonomian dan

produksi gula menjadi rendah. yaitu sebesar 2.189.974(ton) ditahun 1997

turun menjadi 1.491.553 (ton) ditahun 1998. sedangkan konsumsi yang

datang dari masyarakat dan industri baik makanan dan minuman yang ada

didalam negeri meningkat dari sebesar 2.964.441 (ton) ditahun 1997

menjadi sebesar 3.002.979 (ton) ditaun 1998. Rendahnya produksi gula dan

tingginya konsumsi gula ini menyebabkan harga gula nasional menjadi

Page 96: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

78

tinggi atau naik dari Rp.1.582,67 ditahun 1997 menjadi Rp.2.977,03 ditahun

1998. Dan tingginya harga gula dalam negeri dikarenakan harga gula

nasional adalah administered price, dimana harga gula merupakan harga

yang dimanage atau diperhatikan khususnya oleh pemerintah agar harga

gula dalam negeri tetap stabil.

Dalam hasil penelitian regresi ditunjukan bahwa setiap ada

peningkatan jumlah produksi gula nasional sebesar 1 (satu) ton maka akan

meningkatkan harga gula nasional sebesar Rp 0,0001420270827813. Secara

teoritis sering dikatakan peningkatan produksi atau hasil produksi dari suatu

produk akan mempengaruhi harga barang tersebut, artinya produksi akan

mempengaruhi harga. Apabila produsi khususnya produksi gula nasional

mengalami kenaikan maka akan menurunkan harga gula tersebut dan

sebaliknya. Ternyata hasil uji t mendukung hipotesis penelitian dimana uji t

yang diperoleh dari penelitian peningkatan produksi tidak pengaruh positif

terhadap harga gula nasional.

b. Hipotesis kedua.

Hipotesis kedua menyatakan impor gula berpengaruh

negatif terhadap harga gula nasional tahun 1991 -2005.

Berdasarkan uji asumsi klasik dangan mengunakan teknik analisis

regresi linier berganda dipeoleh nilai t hitung sebesar 1.815. dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,097. hal ini ada pengaruh positif dan signifikan antara

impor gula nasional dengan harga gula nasional tahun 1991 – 2005.

Page 97: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

79

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata impor gula nasional

pengaruh positif terhadap harga gula nasional, dalam hipotesis impor gula

berpengaruh negatif terhadap harga gula nasional, hal ini berarti hasil uji t

tidak mendukung hipotesis penelitian

Secara teoritis impor gula berpengruh secara negatif terhadap harga

gula nasional, karena dengan adanya impor gula dari luar yang harganya

lebih rendah maka akan membuat jumlah gula yang diperdagangkan didalam

negeri meningkat. Peningkatan jumlah gula dalam negeri ini mempengaruhi

harga gula dalam negeri yaitu harga gula dalam negeri akan cenderung

turun. Namun dalam uji t yang telah dilakukan menyatakan bahwa impor

gula berpengaruh positif terhadap harga gula nasional. Hal ini dikarenakan

impor gula yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ditekan dan

diperhatikan, artinya impor gula yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan

gula dalam negeri agar jumlah gula dalam negeri normal dan tidak dibanjiri

oleh gula luar negeri yang dapat menyebebkan harga gula dalam negeri

menjadi turun. Penekanan impor yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia

untuk melindungi harga gula dalam negeri, mensejahterakan petani tebu dan

masyarakat Indonesia yaitu dengan adanya penekanan impor membuat harga

gula tinggi atau stabil karena impor yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia telah sesuai dengan kebutuhan dalam negeri dan gula dalam

negeri tidak dibanjiri oleh gula impor. Stabilnya harga gula nasional akan

membuat petani tebu tertarik untuk menanam tebu sehingga bisa memenuhi

Page 98: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

80

kebutuhannya sehari-hari serta bagi mayarakat membuat masyarakat dengan

mudah mengambil keputusan dalam memenuhi kebutuhanya akan gula.

Selain impor ditekan yaitu impor gula yang dilakukan oleh pemerintah

disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri agar gula dalam negeri tidak

dibanjiri oleh gula luar negeri, yang membuat harga gula dalam negeri tetap

tinggi ketika terjadinya impor dikarenakan impor gula dibatasi yaitu hanya

perusahaan-perusahaan yang memiliki izin resmi dan memiliki kemampuan

untuk mengimpor gula dari luar negeri seperti Bulog. Dan agar harga gula

dalam negeri stabil maka impor gula yang dilakukan oleh pemerintah

dilakukan saat harga gula luar negeri tinggi dari harga gula dalam negeri

agar harga gula dalam negeri dan luar negeri sama. Hal ini yang membuat

harga gula tetap tinggi walaupun pemerintah melakukan impor gula dari luar

negeri.

Tabel 5.12 Impor dan Harga Gula Nasional

Tahun Harga gula (Rp per Kg)

Produksi gula (ton)

1991 1150.07 28.278.148 1992 1235.85 32.085.284 1993 1226.15 32.593.822 1994 1361.26 30.646.663 1995 1428.82 30.080.373 1996 1505.45 28.609.221 1997 1582.67 29.836.172 1998 2977.23 27.154.554 1999 2680.59 21.387.931 2000 3027.32 23.878.555 2001 3738.85 25.189.299 2002 2970.22 25.547.758 2003 4325.18 22.631.109 2004 5000 26.743.179 2005 5500 28.300.904

Sumber: BPS

Page 99: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

81

Dalam tabel 5.12 diatas terlihat jelas jumlah impor gula yang

dilakukan oleh pemerintah Indonesia selalu mengalami naik dan turun, hal

itu karena impor yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam negeri agar

gula dalam negeri tidak dibanjiri oleh gula luar negeri dan harga gula tetap

stabil. Dan terlihat saat pemerintah melakukan impor gula dari luar negeri

yang telah disesuaikan dengan kebutuhan gula dalam negeri, harga gula

dalam negeri tetap tinggi bahkan mengalami kenaikan seperti ditahun 2005

ini harga gula dalam negeri sebesar Rp 5500,00 tinggi dari tahun-tahun

sebelumnya yaitu Rp 5000,00 ditahun 2004.

Dari hasil regresi ditunjukkan bahwa setiap ada peningkatan impor

sebesar 1 ton maka akan meningkatkan harga gula nasional sebesar Rp

0,001792544680896. berarti dengan adanya impor gula akan berpengaruh

buruk terhadap harga gula dalam negeri karena akan membuat jumlah gula

dalam negeri meningkat yang menyebabkan harga gula nasional menjadi

turun. Ternyata memang benar dari hasil uji t diatas peningkatan impor gula,

akan meningkatkan jumlah gula dalam negeri sehingga harga gula dalam

negeri menjadi turun.

c. Hipotesis ketiga.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa bea masuk berpengaruh

positif terhadap harga gula nasional tahun 1991-2005.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan teknik analisis regresi

linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2.966 dengan signifikansi

Page 100: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

82

sebesar 0,013 hal ini ada pengaruh positif dan signifikan antara bea masuk

gula dengan harga gula nasional.

Secara teoritis bea masuk gula impor turut berperan dalam

menstabilkkan harga gula dalam negeri. Karena dengan adanya penetapan

bea masuk gula masuk maka industri dalam negeri dapat terlindungi dari

serbuan gula impor dari luar negeri dan impor gula dari luar negeri dapat

berkurang yang membuat harga gula nasional menjadi naik dan stabil.

Tabel 5.13 Bea masuk Gula dan Harga Gula.

Tahun Bea masuk

(%) Harga gula nasional

(Rp per Kg) 1991 0 1150.07 1992 0 1235.85 1993 0 1226.15 1994 0 1361.26 1995 0 1428.82 1996 0 1505.45 1997 0 1582.67 1998 0 2977.23 1999 0 2680.59 2000 25 3027.32 2001 25 3738.85 2002 25 2970.22 2003 30 4325.18 2004 25 5000 2005 20 5500

Sumber: http://www.beacukai.go.id/deperindag/cukai_gula.httm

Dari tabel diatas terlihat bahwa ketika pemerintah Indonesia mulai

menetapkan tarif bea masuk gula impor ditahun 2000 sebesar 25%, produksi

mengalami peningkatan dari sebesar 21.387.931 (ton) ditahun 1999 menjadi

23.878.555 (ton) ditahun 2000. peningkatan produksi terjadi karena

turunnya impor gula dari luar negeri dari sebesar 1.533.491 (ton) ditahun

Page 101: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

83

1999 menjadi sebesar 1.396.951 (ton) pada tahun 2000. Hal ini membuat

harga gula naik dari Rp 2.680,59 pada tahun 1999 menjadi Rp 3.027,32 pada

tahun 2000.

Ketika tarif bea masuk mulai ditetapkan dan diberlakukan tahun 2000

sebesar 25%, banyak petani tebu dan industri yang ada di negara Indonesia

terlindungi. Selain menetapkan tarif bea masuk impor untuk melindungi

petani tebu dan industri dalam negeri pemerintah juga menetapkan tarif baru

atas impor gula melalui SK MenKeu. No.324/KMK.01/2002. tarif bea

masuk yang semula didasarkan pada persentase harga gula dipasar gula

intenasional, diubah menjadi tarif spesifik dalam jumlah tertentu

perkilogram sesuai dengan jenis gula. Tarif bea masuk untuk gula tebu (Raw

Sugar) sebesar Rp.500,00, seedangkan untuk jenis gula lainnya yaitu gula

bit, gula murni putih, gula untuk industri dan jenis lainnya, seluruhnya

dikenai tarif spesifik atas impor gula sebesar Rp.700,00 perkilogram.

Esensi dari penetapan tarif bea masuk atas impor gula diharapkan

mempunyai manfaat untuk melindungi produsen dalam negeri atau domestik

dari adanya persaingan produsen dari negara lain. Selain melindungi

produsen dalam negeri, penetapan tarif bea masuk gula impor juga

memberikan pemerintah masukan berupa penerimaan dari penetapan

kebijakan tersebut, akan tetapi penetapan kebijakan tentang tarif bea masuk

berdampak negatif terhadap konsumen, yakni konsumen harus menanggung

harga gula yang lebih tinggi

Page 102: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

84

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa penetapan tarif bea

masuk impor gula mempunyai dampak dilematis. Disatu sisi kebijakan

tersebut berdampak positif terhadap produsen domestik dan pemerintah

Indonesia berupa penerimaan. Disisi lain kebijakan tersebut menimbulkan

dampak negatif bagi kesejahteraan konsumen dimana konsumen dirugikan

dengan membayar gula yang lebih mahal.

2. Pengaruh variabel bebas (X), produksi gula, impor gula, bea masuk

gula terhadap harga gula nasional (Y) secara bersama-sama atau

serentak.

Berdasarkan pada analisis data diatas, akan diuraikan berbagai factor

yang dapat mempengarui harga gula nasional, dalam analisis data dikatakan

bagaimana produksi gula, impor gula dan bea masuk gula impor tehadap

harga gula nasional. Pengaruh yang ditimbulakan bisa positif maupun

negatif, yaitu apakah pengaruh dari produksi gula, impor gula dan bea

masuk gula tersebut meningkatkan harga gula nasional atau menurunkan

harga gula nasional sebesar 73,9% ternyata harga gula nasional dapat

dijelaskan atau dipengaruhi secara bersama-sama (serentak) oleh produksi

gula,impor gula dan bea masuk gula. Namun harga gula nasional tidak

hanya dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut, ternyata sebesar 26,1%

harga gula nasional dipengaruhi oleh variabel lain.

Untuk lebih menjelaskan pengaruh dari masing-masing variabel

tersebut terhadap harga gula nasional, secara individu, untuk lebih jelasnya

Page 103: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

85

pengaruh dan variabel yang berkaitan dengan masalah harga gula nasional

akan diuraikan sebagai berikut.

Dari hasil perhitungan analisis regresi berganda ternyata sebesar 73,9%

produksi gula, impor gula, dan bea masuk gula secara bersama-sama atau

secara serentak mempengaruhi harga gula nasional, hal ini nyata pada

tingkat kepercayaan 90%. Pengaruh yang timbul dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 5.14 Produksi Gula, Impor Gula, Bea Masuk Gula, Harga Gula Nasional.

Tahun Produksi

(ton) Impor (ton)

Bea masuk (%)

Harga gula nasional

(Rp per Kg) 1991 2.119.509 306774 0 1150.07 1992 2.252.666 316671 0 1235.85 1993 2.306.430 236719 0 1226.15 1994 2.448.833 402937 0 1361.26 1995 2.096.471 792372 0 1428.82 1996 2.094.195 832203 0 1505.45 1997 2.189.974 774468 0 1582.67 1998 1.491.553 1511426 0 2977.23 1999 1.488.599 1533491 0 2680.59 2000 1.690.667 1396951 25 3027.32 2001 1.725.467 1408465 25 3738.85 2002 1.755.434 1425507 25 2970.22 2003 1.631.919 1596736 30 4325.18 2004 2.051.644 1230284 25 5000 2005 2.219.778 1104884 20 5500

Sumber: http//.deptan.go.id/perkembangan industri gula:httm

Pada tabel di atas terlihat bagaimana variabel produksi gula, impor

gula, bea masuk gula secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga gula

nasional. Pengaruh produksi gula terhadap kenaikan harga gula nasional

sangat terlihat selama antara tahun 1993-1999. Puncaknya terjadi pada tahun

Page 104: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

86

1993 yaitu terjadi peningkatan harga gula nasional. Penurunan produksi gula

nasional ternyata sangat berpengaruh terhadap harga gula nasional. Semakin

rendah produksi gula nasional, maka makin tinggi dan meningkatnya harga

gula nasional, namun rendahnya produksi gula nasional tidak selalu

menaikkan harga gula nasional, terbukti pada tahun 1992 menjadi sebesar

32.593.822 (ton) ditahun 1993, harga gula nasional mengalami penurunan

dari Rp 1.235,85 ditahun 1992 menjadi Rp 1.226,15 ditahun 1993

Selain produksi gula nasional, impor gula nasional juga berpengaruh

terhadap harga gula nasional. Impor merupakan kebijakan pemerintah untuk

mengatasi masalah kekurangan konsumsi gula dalam negeri. Masyarakat

Indonesia mengkonsumsi gula melalui konsumsi langsung rumah tangga dan

tidak langsung diproses dalam bentuk barang jadi, seperti gula yang dipakai

oleh industri makanan dan minuman dan lain-lain, menunjukkan selama 15

tahun terakhir konsumsi gula di negara Indonesia meningkat sedangkan

produksi gula menurun sehingga konsumsi gula mengalami kekurangan

artinya hasil produksi gula yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi

konsumen akan gula di negara Indonesia maka tidak ada pilihan lain dengan

impor gula dari luar negeri, seperti yang ada dalam tabel 5.14. karena

adanya impor gula, dengan harga gula yang murah maka harga gula

domestik akan kalah bersaing dengan gula impor, dari hal tersebut bisa

menjadi pertimbangan para petani untuk mengganti tanaman tebu dengan

komoditi lain. Jika petani tidak menanam tebu yang merupakan bahan dasar

Page 105: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

87

dari pembuatan gula maka akan membuat produksi gula dalam negeri

menjadi rendah dan harga gula dalam negeri menjadi tinggi.

Bea masuk gula impor juga turut berperan dalam menentukan

peningkatan atau penurunan harga gula nasional. Karena dengan adanya bea

masuk gula impor yang tinggi maka industri gula dalam negeri dapat

terlindungi dari serbuan gula impor. Dalam tabel 1.2. Nampak sekali bahwa

tarif bea masuk impor gula di negara Indonesia digolongkan sangat rendah.

banyak negara lain yang menetapkan tarif bea masuk diatas 100%

sedangkan negara Indonesia hanya menetapkan 20% sampai 25% dengan

bea masuk hanya 20% sampai 25% tidak menutup kemungkinan akan

dibanjiri oleh impor gula dari luar negeri lagi, dan gula domestik akan kalah

bersaing dengan gula impor sehingga membuat petani beralih menanam

tanaman komoditi lain, tetapi dengan adanya penetapan tarif bea masuk gula

sebesar 20% sampai dengan 25% telah membuat harga gula menjadi naik

dan stabil terlihat pada tabel 5.14. Yaitu ketika ditahun 2000 pemerintah

menetapkan tarif bea masuk gula sebesar 20% sampai dengan 25% maka

harga gula nasional naik dari Rp 2.680,59 di tahun 1999 menjadi sebesar Rp

3.027,32 di tahun 2000 dan petani kembali menanam tebu yang merupakan

bahan dasar pembuatan gula karena harga gula yang tinggi akan memberi

insentif bagi petani dan industri domestik.

Page 106: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

88

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan

dalam bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa produksi gula tidak berpengaruh

terhadap harga gula nasional tahun 1991-2005, hal ini didasarkan pada t

hitung (1,020) yang lebih rendah dari t tabel (1,771), berarti koefisien

regresi tidak signifikan.

2. Hasil analisis data menunjukkan bahwa impor gula berpengaruh terhadap

harga gula nasional tahun 1991-2005, hal ini didasarkan pada t hitung

(1,815) yang lebih besar dari t tabel (1,771), berarti koefisien regresi

signifikan.

3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa bea masuk gula berpengaruh

terhadap harga gula nasional tahun 1991-2005, hal ini didasarkan pada t

hitung (2,966) lebih besar dari t table (1,771), berarti koefisien regresi

signifikan.

4. Hasil uji R² pada penelitian ini diperoleh R squaer sebesar 0,739 berarti

berpengaruh variabel produksi gula, impor gula, bea masuk gula adalah

sebesar 73,9% sedangkan 26,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini

Page 107: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

89

B. Saran

Kestabilan gula nasional merupakan hal penting yang harus segera

dilaksanakan dan dicapai, karena harga merupakan salah satu faktor bagi

masyarakat, industri, dan petani tebu untuk mengambil keputusan, maka hal-

hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah:

1. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan tentang kebutuhan impor gula

dalam negeri sehingga impor gula tidak melebihi kebutuhan gula dalam

negeri dan tidak dibanjiri oleh gula luar negeri sehingga harga gula

nasional tetap stabil.

2. Pemerintah hendaknya melindungi gula dalam negeri dari serbuan gula

impor dengan penetapan tarif bea masuk gula impor yang sesuai. Agar

harga gula nasional dapat stabil.

C. Keterbatasan penelitian.

Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak memasukkan

variabel konsumsi gula dalam negeri. Untuk itu perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut apakah variabel tersebut juga berpengaruh terhadap harga gula

nasional.

Page 108: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

90

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Agustus. 1980. Perencanaan Sistem Produksi, Yogyakarta: BPFE.

Bayu, I. 2005. “Tinjauan Diskriptif Impor Gula Indonesia Tahun 1996-2002”, Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Boediyono. 1981. Ekonomi Internasional, Yogyakarta: BPFE.

Dajan, A. 1985. Pengantar Metode Statistik jilid 1, Jakarta: LP3ES.

Darmowijono, Subagyono. 2004. “Usaha Peningkatan Produksi Gula”, Yogyakarta: Mid-Kongres IKAGI

Departemen P dan K. 1985. Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Pengetahuan

Sosial, Penerbit Universitas terbuka. Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro, Yogya: Kanisius.

Gujarati, D. dan Zain, S. 1978. Ekonometrika Dasar , Jakarta: Erlangga.

Harsoyo, Y. 2004 “Membangkitkan Kembali Agroindustri Gula Nasional”, Yogyakarta: Antisipasi/ volume 8 No. 1. FE USD.

Harding. 1978. Manajemen Produksi, Jakarta: Balai Aksara.

(2005).Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan: http; //www. Deperindak.go.id/ Perindustrian/ Pedoman/ htm.

Nugroho, B. 2005. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula

Nasional Tahun 1991-2005”, Yogyakarta: Skripsi. Prodi Pendidikan Dunia Usaha FKIP Universitas Sanata Dharma.

Prihandana, Rama. 2005. Dari Pabrik Gula Menuju Industri Berbasis Tebu,

Jakarta: Proklamasi Publishing House. Remi. 2005.” Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula Pada Pabrik Gula

Madukismo”, Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Retnaningrum, D. 2004. ”Analisis Penetuan Harga Pokok Dan Harga Jual

Produksi”.Yogyakarta: Skripsi. Prodi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Universitas Sanata Dharma.

Page 109: PENGARUH PRODUKSI GULA, IMPOR GULA, BEA MASUK GULA

91

Sarjadi. 1974. Teknik Penanaman Tebu, Jakarta: Pergi (Perhimpunan Agronomi Indonesia).

Salvatore, D. 1996. Ekonomi Internasional Edisi 5, Jakarta: Erlangga.

Soekarwati. 1990. Teori Ekonomi Produksi; Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiono, Prof. Dr. 2005. Statistika untuk penelitian, Bandung: CV. Alfabeta

Sukirno, S. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Rajawali.

Supranto, J. 1983. Ekonometrika, Jakarta: LPFE. UI.

Supranto, J. 1990. Statistik jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Supriyono, R.A 1982. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya Dan Penentuan Harga Pokok, Yogyakarta: BPFE UGM.

Supriyono, R.A. 1991. Akuntansi Manajemen. 3: Proses Pengendalian

Manajemen, Yogyakarta: STIE YKPN Dan BPFE. Swasta. B. 1984. Asas-Asas Marketing, Yogyakarta: Liberty.

Swasta, B Dan Irawan.1985. Marketing Pemasaran Moderen, Yogyakarta: Liberty.

Tuardiyono, Y. 2005.”Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual

Produksi”. Yogyakarta: Skripsi. Prodi Pendidikan Ekonomi Akintansi FKIP Universitas Sanata Dharma

Tobing, A.H. 2006.”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tandan Buah

Segar Kelapa Sawit”. Yogyakarta: Skripsi. Prodi Pendidikan Dunia Usaha FKIP Universitas Sanata Dharma.

Winardi. 1992. Harga Dan Penetapan Harga Dalam Bidang Pemasaran,

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.