proses produksi gula pasir

Upload: dedi-yushardi

Post on 16-Oct-2015

120 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gula pasirrrr

TRANSCRIPT

Proses Produksi Gula Pasir (Gula dari Tebu) Proses produksi gula biasanya berlangsung selama 24 jam non stop selama musim giling (1 musim giling=180 hari) dengan kapasitas giling per hari bisa mencapai sebesar 1000 ton tebu. Dalam proses produksinya, pabrik membagai lantai produksinya menjadi 6 stasiun kerja.

1. Stasiun GilinganSetelah truk pengangkut tebu melalui pengecekan awal di Stasiun Penerimaan, menunggu di emplacement, dan penimbangan di Stasiun Timbangan, berikutnya tebu akan dibongkar di Stasiun Gilingan. Disinilah awal proses pembuatan gula berlangsung. Stasiun Gilingan bertujuan untuk mendapatkan nira sebanyak-banyaknya dan mengurangi sedikit mungkin sukrosa yang terbawa oleh ampas. Proses dimulai dengan menggangkut tebu dari truk ke meja tebu/cane table menggunakan bantuan cane crane. Pabrik biasanya memiliki 4 cane table dan 4 cane crane. Pada masing-masing cane table terdapat leveller yang berguna mangatur jumlah tebu yang akan masuk ke cane carrier. Cane Carrier berfungsi membawa tebu menuju cane cutter. Cane cutter digunakan untuk mencacah tebu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan ukuran yang lebih kecil diharapkan akan semakin banyak nira yang diperas. Cane cutter berukuran 1,5 meter. Pabrik ini memiliki 2 Cane Cutter (CC I dan CC II) yang dipasang secara seri. Cane Cutter 1 memiliki 56 buah pisau, sedangkan Cane Cutter 2 memiliki 80 buah pisau. Selanjutnya cacahan tebu melewati Heavy Duty Hammer Shredder (HDS) yang memiliki prinsip seperti palu untuk memukul cacahan tebu sehingga mudah diperah di gilingan. Di pabrik ini terdapat 5 rangkaian gilingan yang dipasang secara seri. Hal ini jika salah satu dari mesin giling tersebut mengalami trouble maka akan menghentikan semua proses giling di Stasiun Gilingan dan bahkan menghentikan semua proses produksi gula di Pabrik.

Cacahan tebu pertama kali masuk ke Gilingan 1. Pada Gilingan 1 dihasilkan nira 1 dan ampas 1. Ampas 1 kemudian diangkut dan dibasahi dengan nira hasil Gilingan 3 dan dilewatkan ke Gilingan 2. Pada Gilingan 2 dihasilkan nira 2 dan ampas 2. Nira 1 dan 2 dialirkan kesaringan DSM dan berakhir di tangki penampungan nira mentah/Raw Juice Tank untuk diproses di Stasiun Pemurnian. Ampas 2 dilanjutkan ke Gilingan 3 yang telah dibasahi dengan nira 4. Gilingan 3 menghasilkan nira 3 dan ampas 3. Nira 3 digunakan untuk membasahi ampas 1 yang akan masuk ke Gilingan 2. Ampas 3 dibasahi dengan nira 5 dibawa ke Gilingan 4. Gilingan 4 menghasilkan nira 4 dan ampas 4. Nira 4 digunakan untuk membasahi ampas 2 yang akan masuk ke gilingan 3. Ampas 4 dibawa ke Gilingan 5 dan dibasahi oleh air imbibisi. Gilingan 5 menghasilkan nira 5 dan ampas 5. Nira 5 digunakan untuk membasahi ampas 3 yang akan masuk ke Gilingan 4. Ampas 5 merupakan ampas yang telah kering dan dikirim ke Stasiun Ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

2. Stasiun PemurnianSetelah nira didapatkan dari proses sebelumnya yaitu pemerahan nira, kemudian nira yang didapatkan dilakukan proses pemurnian untuk menghilangkan zat yang bukan gula ataupun kotoran yang masih terdapat dalam nira mentah. Proses pemurnian nira di pabrik ini menggunakan bahan pembantu dalam prosesnya. Dalam proses pemurnian nira ini menggunakan proses sulfitasi yaitu menambahkan gas SO dan Ca(OH) yang disebut sebagai susu kapur dengan maksud untuk mengendapkan kotoran agar mudah dipisahkan dalam proses penapisan.Di Stasiun Pemurnian nira mentah dari hasil penggilingan masuk kedalam saringan DSM, nira mentah hasil saringan menuju ke tangki panampungan nira mentah (Raw Juice Tank) untuk dicampur dengan larutan (asam phospat) yang bertujuan untuk membemtuk inti endapan. Kemudian nira mentah dipompa menuju ke Heater 1 untuk dipanaskan dengan suhu mencapai 75-80C. Proses pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat proses penggumpalan koloid dan untuk membunuh bakteri patogen.Setelah melewati Heater 1 nira dilewatkan pada Static Mixer untuk ditambahkan Lime-saccharate (Ca(OH)) hingga pH mencapai 8,5-9,0 untuk membentuk inti endapan kalsium pospat. Selanjutnya nira dimasukkan dalam Sulfur Tower untuk direaksikan dengan gas SO hingga mencapai pH 7,0-7,2, ini bertujuan untuk membentuk endapan kalsium sulfit dan menetralkan kelebihan kapur pada proses penambahan susu kapur.

Untuk lebih menyempurnakan reaksi maka nira dimasukkan kedalam Sulfited Raw Juice Tank dengan suhu 70C dan pH dujaga sekitar 7,0-7,2 dengan menambahkan sedikit susu kapur. Nira mentah tersulfir kemudian dipompa menuju Heater 2 dan dipanaskan dengan menggunakan uap bekas (exhaust steam) dengan suhu 110-115 C untuk menurunkan kelarutan garam-garam, menurunkan viskositas, dan menyempurnakan reaksi. Kemudian nira masuk ke dalam Flash Tank dengan suhu 105C untuk menghilangkan gas-gas yang tidak terembunkan sehingga tidak manghambat proses pengendapan nantinya. Kemudian nira yang dihasilkan ditampung dan disemprotkan Floculant ke dalamnya. Setelah itu nira yang tercampur dengan Floculant akan mengalir kedalam peti pengendapan (Clarifier) dengan tipe Single Tray. Floculant ini berfungsi untuk mengikat rantai endapan sehingga dihasilkan rantai yang lebin besar.Nira mentah yang telah diberi Floculant dimasukkan dalam Single Tray Clarifier atau peti pengendapan untuk memisahkan nira encer dan nira kotor. Nira kotor kemudian ditapis pada Rotary Vacum Filter (RVF). Nira encer yang telah ditapis dikembalikan ke peti nira mentah (Raw Juice Tank) yang akan ditambah Fosfat kembali. Sedangkan kotoran yang telah ditapis berupa blotong (yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biokompos) di ditampung ke Filter Cake. Nira encer selanjutnya dimasukkan kedalam Heater 3 hingga suhu 110C, yang selanjutnya masuk kedalam Pre Evaporator. Limbah padat abu dan blotong pabrik dengan komposisi tertentu diolah menjadi pupuk organik Bio-Kompos yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah. Dengan anjuran pemakaian 3 ton/ha dapat meningkatkan produksi tanaman tebu serta menekan penggunaan pupuk an-organik.

3. Stasiun PenguapanStasiun ini bertugas untuk menguapkan air yang terdapat dalam nira encer agar nira nenjadi kental dengan konsentrasi hampir jenuh sekitar 30-32 Be atau sekitar 60% Brix. Air pada nira harus dihilangkan agar proses kristalisasi terjadi lebih cepat dan harus dijalankan secara kontinyu agar beban pada Evaporator tidak terlalu berat. Jika kekentalan nira kurang dari 32 Be maka akan memperlambat proses pemasakan nira.Pabrik ini memiliki 1 Pre-evaporator dan 8 Evaporator. Namun dalam prosesnya hanya 1 Pre-evaporator dan 5 Evaporator yang digunakan. Sedangkan 3 sisanya digunakan sebagai cadangan bila Evaporator yang bekerja mengalami trouble atau bila Evaporator yang bekerja perlu maintenance. Ke 5 Eveporator bekerja secara kontinyu. Ini dilakukian kerena jumlah air yang terkandung dalam nira cukup besar yaitu sekitar 80-90%, maka proses penguapan ini perlu dilakukan sebanyak-banyaknya dan seefektif mungkin.

Prinsip kerja Pre-evaporator dan evaporator adalah menguapkan sebagian besar kandungan air yang ada dalam nira dengan menggunakan uap sebagai pemanasnya, dengan menggunakan system quintiple effect (5 seri) dengan pararel badan akhir. Dimana nira dan uap mengalir secara bersama dari Evaporator yang satu ke Evaporator berikutnya. Nira dan uap (steam) tidak berkontak langsung melainkan keduanya dipisahkan oleh rangkaian pipa nira yang tersusun seri, sehingga hanya terjadi proses perpindahan (transfer) panas dari uap ke nira dalam rangkaian pipa. Pre-evaporator dipakai dengan susunan tunggal (single effect) sedangkan evaporator dengan susunan berangkai (multiple effect). Berikut proses yang terjadi pada stasiun penguapan:

a. Pre-evaporatorPada proses Pre-evaporator ini nira yang berasal dari Heater III di Stasiun Pemurnian dipompa masuk ke dalam Pre-evaporator. Uap yang digunakan pada proses ini adalah uap bekas gilingan dan turbin dengan suhu 117C dan tekanan 0,8-1 kgf/cm. Suhu dan tekanan ruang badan Pre-evaporator adalah 110C dan 0,5 kgf/cm. Nira (dengan konsentrasi 15-16% Brix) dari Pre-evaporator ini akan mengalir dengan bantuan pompa ke Evaporator 1. Uap hasilpemanasan nira di Pre-evaporator digunakan untuk pemanas di Pan Masakan.

a. Evaporator 1Pada Evaporator 1 ini pemanas yang digunakan berasal dari uap bekas dari turbin dan gilingan, sama seperti pada Pre-evaporator. Dengan suhu 117C dan tekanan 0,8-1 kgf/cm. Suhu dan tekanan ruang badan Evaporator 1 adalah 108-110C dan 0,4-0,5 kgf/cm. Konsentrasi nira yang keluar dari Evaporator 1 adalah 18% Brix. Selanjutnya uap dan nira akan dialirkan ke Evaporator 2 secara otomatis karena adanya perbedaan tekanan.b. Evaporator 2Pemanas yang digunakan pada Evaporator 2 ini menggunakan uap bekas dari Evaporator 1. Suhu dan tekanan ruang badan Evaporator 2 berkisar antara 100-102C dan 0,1 kgf/cm. Konsentrasi nira yang keluar dari Evaporator 2 antara 20-25% Brix. Selanjutnya uap dan nira akan dialirkan ke Evaporator 3 secara otomatis karena adanya perbedaan tekanan.c. Evaporator 3Pemanas yang digunakan pada Evaporator 3 ini menggunakan uap bekas dari Evaporator 2 . Suhu ruang badan Evaporator 3 berkisar antara 80-95C dengan tekanan ruang vakum 10 cmHg. Proses pemvakuman dilakukan dengan pompa vakum. Konsentrasi nira yang keluar dari Evaporator 3 berkisar antara 27-30% Brix. Uap dan nira akan mengalir ke Evaporator 4 dengan bantuan pompa vakum untuk menciptakan kondisi vakum tertinggipada evaporator badan akhir sehingga tekanan vakum Evaporator 5 > Evaporator 4 > Evaporator 3.

d. Evaporator 4Pemanas yang digunakan pada Evaporator 4 ini menggunakan uap bekas dari Evaporator 3. Suhu ruang badan Evaporator 4 berkisar antara 70-85C dengan tekanan ruang vakum 30 cmHg. Proses pemvakuman dilakukan dengan pompa vakum. Kondisi ini bertujuan untuk mencapai titik didih nira. Konsentrasi nira yang keluar dari Evaporator 4 berkisar antara 36-40% Brix. Selanjutnya uap dan nira dari Evaporator 4 dialirkan ke badan Evaporator 5 dengan bantuan pompa vakum.e. Evaporator 5Pada Evaporator 5 menggunakan uap bekas dari Evaporator 4 sebagai pemanasnya. Suhu ruang badan Evaporator 5 berkisar antara 60C dengan tekanan ruang vakum 60-62 cmHg. Konsentrasi nira yang keluar dari Evaporator 5 adalah 60% Brix. Nira kental yang dihasilkan dialirkan kedalam peti penampung nira kental (Thick Juice Tank) untuk dilakukan sulfitasi kembali. Berikutnya nira dialirkan menuju Stasiun Masakan.

Dari keseluruhan proses penguapan , Evaporator 1-5 menghasilkan suatu air kondensat. Air kondensat ada 2 macam, yaitu air kondensat yang mengandung gula dan air kondensat yang tidak mengandung gula. Air kondensat yang mengandung gula akan digunakan dalam proses pemasakan berikutnya dan yang tidak mengandung gula akan digunakan untuk ketel uap.

4. Stasiun PemasakanPemasakan bertujuan untuk mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira menjadi padat berbentuk kristal gula. Stasiun Masakan merupakan proses penguapan air lebih lanjut dari nira kental yang dihasilkan pada Stasiun Penguapan. Pada Pan masakan terjadi proses penguapan untuk membuat nira kental menjadi lewat jenuh sehingga sukrosa mengkristal. Untuk menghindari rusaknya sukrosa proses dilakukan pada tekanan vakum 60-65 mmHg dan suhu pemanasan sekitar 60-70C. Stasiun Masakan di pabrik ini memiliki 13 pan masakan. Proses kristalisasi dalam pan masakan dilakukan terjadi dengan cara penambahan bibit kristal yang disebut fondant. Inti Kristal ini akan membesar sehingga menjadi kristal yang diinginkan. Kristal-kristal ini akan diperbesar dengan penambahan nira kental. Nira kental yang akan masuk Stasiun Masakan harus memenuhi standar kekentalan (Be), yaitu berkisar antara 29-30Be. Bahan masakan tiap tahap masakan (D, D, C, A, dan A) berbeda-beda berdasarkan Harga Kemurnian (HK) masakan yang diinginkan (HK Target).Dari proses kristalisasi di Stasiun Masakan diperoleh larutan kristal gula yang disebut Masecuite yang selanjutnya akan diproses lagi di Stasiun Puteran. Selain itu diperoleh hasil samping berupa air kondensat yang dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel.

5. Stasiun PemutaranStasiun ini bertugas memisahkan kristal gula dari larutan sirup dalam Massecuite dengan cara penyaringan sentrifugal. Secara umum, putaran terdiri dari dinding yang berupa saringan dan dihubungkan dengan sumbu yang berputar sehingga ketika sumbu berputar dan terdapat Massecuite didalamnya, maka larutannya akan terlempar ke dinding saringan karena adanya gaya sentrifugal. Kristal gula yang memiliki diameter lebih besar daripada diameter lubang saringan akan tertahan, sedangkan larutan sirup akan melewati saringan, sehingga akan diperoleh kristal gula yang menempel pada saringan. Sedangkan larutan (stroop) akan keluar menembus saringan dan jatuh kedalam penampung. Hasil masakan A (Vacum Pan A) akan masuk ke Centrifuge A, dari Centrifuge A akan dihasilkan kristal gula atau sugar crystal yang ukurannya masih beragam, Syrup A, dan Syrup SHS. Syrup SHS akan diolah lagi untuk bahan masakan C, Syrup A dialirkan menuju Syrup A Tank yang akan digunakan sebagai bahan masakan D, dan kristal gula akan dibawa menuju Vibrating Conveyor. Hasil masakan C (Vacum Pan C) akan dimasukkan ke Centrifuge C, dari Centrifuge C akan dihasilkan Magma C dan Syrup C, Magma C kemudian dikirim menuju Vacum Pan A sebagai benih/seed masakan A, sedangkan Syrup C kemudian akan dimasukkan ke Syrup C Tank sebagai bahan masakan D. Hasil masakan D (dari Vacum Pan D2 dibawa menuju Continous Vacum Pan/CVP D1) dibawa menuju Centrifuge D1. Centrifuge D1 menghasilkan Magma D1 dan Molasses (tetes). Molasses sudah tidak diproses lagi kemudian ditampung dalam Molasses Tank yang kemudian akan dipasarkan sebagai bahan baku penyedap makanan, alkohol, L-lysine, dll. Sedangkan Magma D1 kemudian dibawa menuju Centrifuge D2. Proses puteran pada Centrifuge D2 menghasilkan Syrup D dan Magma D2. Syrup D akan dialirkan menuju Syrup D Tank sebagai bahan masakan D, sedangkan magma D2 akan dialirkan lagi menuju Vacum Pan C sebagai benih/seed masakan C.

6. Stasiun Pembungkusan (Pengemasan)Sebelum menuju Stasiun Pembungkusan, kristal gula yang telah melalui proses sentrifugasi masih dalam keadaan basah. Gula keluar dari alat sentrifugasi akan turun menuju Vibrating Conveyor sehingga akan memisahkan kristal gula yang masih menempel satu sama lain sehingga kristal gula akan lebih mudah dalam melewati proses selanjutnya. Setelah melewati Vibrating Conveyor, kristal gula dialirkan menggunakan Bucket Elevator ke Sugar Dryer untuk proses Pengeringan. Pada Sugar Dryer Kristal gula dialari udara panas dengan suhu 80-90C. Selanjutnya kristal gula dialiri udara dingin dengan suhu 30-40C. Setelah melewati proses pengeringan selanjutnya akan dilakukan proses penyaringan. Kristal gula dibawa oleh Bucket Elevator menuju Vibrating Screen untuk disaring guna mendapatkan ukuran kristal gula prosuk yang diinginkan. Setelah disaring kemudian kristal gula dibawa dengan menggunakan Belt Conveyor menuju Silo untuk ditampung sebelum proses pembungkusan.Di Stasiun Pembungkusan gula dikemas dalam karung plastik ukuran standar 50 kg. Jika berat melebihi atau kurang dari berat standar tersebut, maka akan dilakukan pengurangan atau penambahan gula agar diperoleh berat gula yang sesuai standar. Kemudian karung gula dijahit dan dikirim ke gudang gula dengan menggunakan Belt Conveyor.

1. Persiapan Bahan Baku Pembuatan Gula TebuTebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.

Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi gula.

Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen.

2. EkstraksiTahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai abu.

3. Pengendapan Kotoran dengan Kapur (Liming)Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

4. Penguapan (Evaporasi)Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

5. Pendidihan/ KristalisasiPada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.

6. PenyimpananGula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

7. Afinasi (Affination)Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma) di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

8. KarbonatasiTahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang.

Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.

Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

9. Penghilangan warnaAda dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.

Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

10. PendidihanSejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya.

Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

Teknik Pemisahan Campuran Gula dan Garam yang Telah Terlarut dalam Air Untuk memisahkan gula dan garam yang telah terlarut dalam air, digunakan 3 metode pemisahan, yaitu dengan metode pengkristalan, pelarutan, dan filtrasi. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan pemisahan:1. Kristalisasi PenguapanKristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.

2. Pelarutan dan FiltrasiPrinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Pelarut adalah cairan yang mempunyai kemampuan melarutkan, memisahkan atau mengekstraksi bahan-bahan lain, tanpa merubah sifat kimia bahan tersebut maupun pelarut itu sendiri. Gula dapat larut didalam alkohol, sedangkan garam tidak dapat larut dalam alkohol. Komponen yang tidak larut (garam) kemudian dapat dipisahkan dengan filtrasi. Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu tertahan.

3. Kristalisasi PenguapanUntuk memisahkan alkohol dengan gula, cara pemisahan yang dilakukan sama seperti pada tahap pertama, yaitu menggunakan kristalisasi penguapan. Yang membedakan adalah pelarut yang digunakan berupa alkohol.