problematika pembelajaran aqidah …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain...i...
TRANSCRIPT
i
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI KELAS VIII-B MTs NURUL HUDA MANGKANG TAHUN
AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
ANAS MISBAKHUDIN NIM: 0 6 3 1 1 1 0 2 7
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
ABSTRAK
Judul : Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran 2010/ 2011. Penulis : Anas Misbakhudin. NIM : 063111027 Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) Apa saja problematika pembelajaran
mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, (2) Apa tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MTs Nurul Huda Mangkang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Filed Research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Obyek penelitian adalah kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang tahun ajaran 2010/ 2011, data diambil dari kepala madrasah, wakakurikulum, guru, dan siswa. Sedang metode penelitian yang digunakan meliputi: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan bertujuan untuk memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenahi subjek yang diteliti dan berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenahi subjek yang diteliti, berdasarkan kejadian-kejadian yang berupa problematika dan solusinya.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa, dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika meliputi, problematika yang berhubungan dengan guru, problematika yang berhubungan dengan siswa dan problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana.
Dalam menghadapi problematika tersebut MTs NU Nurul Huda Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Dengan menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran dan mengembangkan materi sedemikian rupa, berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru dalam memantau perilaku siswa yaitu dengan diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah koordinasi kepala madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: Memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik.
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 23 Mei 2011
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Anas Misbakhudin Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama : Anas Misbakhudin NIM : 063111027 Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN
PEMECAHANNYA DI KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H. Ruswan, M.A. Dra, Muntholi’ah M.Pd.
NIP. 19680424 199303 1 004 NIP. 19670319 199303 2 001
iv
17
v
DEKLARASI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Anas Misbakhudin
NIM : 063111027
Jurusan/ Program studi: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya
Semarang, 5 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
Anas Misbakhudin 063111027
vi
MOTTO
;<= >? ><@;Aا CD= EF;DGأ IJEK >? LMإ?;اه >? C<@أ EP?از ، أSDAا
، TUVWAد ا;Y >? ار;[ ، LM\F V?أ EP] ، S^S\Aا CD= >? T_= EP] ،
[CD= EP اC<cJ >? S^S\A اCAراوردي ، =< ab= >? C<cJن ، =<
Egل : اEk\kAع ?< @LMW ، =< أ?iAEY T ، =< أ?T ه;^;ة ، Egل
L_lو mM_= nا o_Y nل اVlر:
). JKLMN و اGHI رواC.(» قxGaا رمrF<E ?\vw xyz<L JWEإ«
Artinya ”Sesungguhnya Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. (Hadits riwayat Ahmad Bayhaqy).1
1 Drs. K.H. Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1983), hlm. 45-46_ ٢٧١.ا_opqr , ٤.ا_T[\ gHhe ijkN, lmرم اWdeق .ا_TZب ,\Gab ا_`TLب ا_WMHX YZU[\. J]T^K آTUب
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan penuh keikhlasan hati, skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
Ayahanda Masnukin dan Ibunda Asrofah
Pakde K.H. Nur Hamim dan pak Musyafak
Adinda Ulya Halimatussa’diyah
om Selamet
Beserta semua keluarga besar mbah Asrori (Alm) dan mbah Kasipah (Alm).
Dan seluruh keluarga besar mbah H. Akhadimusa dan si mbah Hj. Khusminah
tercinta
Yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dalam menyelesaian penulisan
skripsi ini dan memberikan makna dalam hidup penulis.
\
viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-
orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara
khusus penulis sampaikan kepada:
• Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan
pelayanan dengan baik selama masa penelitian
• Bapak Dr. H. Ruswan, M.A dan Ibu Dra. Muntholi’ah, M.Pd., selaku
pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini
• Bapak Nasirudin, M.Ag, selaku Kajur PAI dan Bapak Mursid, M.Ag
selaku sekretaris jurusan PAI. Telah membimbing penulis selama
dibangku perkuliahan.
• Segenap Dosen fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang talah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk
meningkatkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan maupun bimbingan
selama dibangku perkuliahan.
ix
• Bpk Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag selaku wali studi, yang telah
membimbing penulis selama studi di IAIN Walisongo.
• Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan layanan dan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan
dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan.
• Ayahanda Masnukin dan Ibunda Asrofah. Yang selalu mencurahkan
do’anya, jiwa dan raga nya untuk memotivasi penulis dalam menyusun
skripsi ini.
• Adikku Ulya Halimatussa’diyah tersayang dan Pakde Hj. Nur Hamim,
keluarga besar mbah Asrori (Alrhm) dan mbah Akhadi beserta saudara.
• Kepala MTs NU Nurul Huda mangkang dan Bpk Nasrullah,S.Pd.I, selaku
kolaborator penelitian (Guru Mapel Aqidah Akhlak). serta segenap
masyarakat madrasah, yang telah berkenan memberi izin dan bantuannya
selama penelitian.
• Bpk Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku Pembina Asrama dan sahabat-
sahabat Asrama mahasiswa IAIN Walisanga Semarang periode 2006/
2007. Yang selalu memberikan motivasi penulis dalam mengerjakan
skripsi ini, semoga talisilaturrahim kita tetap terjalin.
• Keluarga besar UKM BITA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang. Mas Maftukul Alim, S.Pd.I, mas Rouf, Mashudi. Dan
semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
• Sahabat-sahabat paket kelas PAI A angkatan 2006 terutama sahabat
Khoiron Nuri, Ahmad Rohim.
• Keluarga besar KOPMA Walisongo IAIN Walisanga Semarang, Mas
Mustaqim, S.Pd.I, mas Muardi, S.Pd.I. mas Samsul, S.Pd.I, mas Mujaizin,
mba Sugiatmi, mba Defi serta saudara Mamduh, Asep Sunarya dan lain-
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
x
• Keluarga besar masjid kampus 3 IAIN Walisongo Semarang, Mas
Sutriono, S.Pd.I, Mas Harisun, saudara Ihsanudin, Ahmad Hanafi dan
semuanya. Terima kasih atas motivasinya.
• Keluarga besar UKM I. NAFILA IAIN Walisanga Semarang
• Kepada semua, penulis mengucapkan terima kasih, turut serta do’a
semoga budi baik semuanya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan
balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Akhirnya, semoga apa yang telah penulis rencanakan dan penulis kerjakan
mendapat ridlo Allah SWT dan dapat bermanfaat bagi seluruh ummat pada
umumnya dan diri penulis khususnya.
Semarang, 5 Januari 2011
Penulis.
Anas Misbakhudin
063111027
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
HALAMAN ABSTRAKSI .................................................................................
HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING .................................................
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
HALAMAN PENYATAAN ...............................................................................
HALAMAN MOTTO .........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ……………………….......
B. PENEGASAN ISLTILAH …………………………………….
C. PERUMUSAN MASALAH ……………………………….......
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN …………………..
E. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….
BAB II : LANDASAN TEORI (PEMBELAJARAN AQIDAH
AKHLAK)
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK…….
B. DASAR, TUJUAN DAN FUNGSI PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK ………………………………………......
1. Dasar Yuridis Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Dasar Religius Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak……………………………………………………….
3. Tujuan Pembelajaran ……………………………………….
4. Fungsi Pembelajaran ………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
1
5
7
8
12
18
19
19
19
21
22
13
xii
C. SISTEM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …………...
BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN (HASIL PENELITIAN)
A. GAMBARAN UMUM MTS NURUL HUDA MANGKANG........
1. Sejarah dan Tujuan ....................................................................
2. Letak Geogfrafis dan Bangunan Fisik........................................
3. Visi dan Misi ............................................................................
4. Struktur Organisasi ....................................................................
B. KONDIDI KHUSUS KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA
MANGKANG .................................................................................
1. Pelaksanaan Pembealajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di
kelas VIII-B Mts Nurul Huda Mangkang ..................................
2. Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang ..........................................
3. Upaya Pemecahan Problematika Pembelajaran Mapel Akidah
Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang ..............
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH KHLAK DI
KELAS VIII-B MTs NU RUL HUDA MANGKANG ...................
B. ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MAPEL
AKIDAH AKHLAK DI KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA
MANGKANG .................................................................................
1. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Guru
Aqidah Akhlak di kelas VIII-B Dan Upaya Pemecahannya......
2. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Siswa
kelas VIII-B Dan Upaya Pemecahannya ...................................
3. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Evaluasi
dan Upaya Pemecahanya. ..........................................................
4. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Sarana dan
Prasarana serta Upaya Pemecahanya..........................................
23
40
40
41
42
44
45
45
46
50
55
56
57
60
61
63
xiii
BAB V : KESIMPULAN HASIL PENELITIAN
A. KESIMPULAN …………………………………………………...
B. SARAN-SARAN ………………………………………………….
C. PENUTUP ………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
64
65
66
68
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Table I Struktur Kependidikan MTs Nurul Huda Mangkang........
Table II Sarana dan Prasarana yang ada di MTs Nurul Huda
Mangkang ...................................................................
Table III Daftar Guru MTs Nurul Huda Mangkang ........................
Table IV Daftar nama siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang ...............................................................
70
73
85
80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Madrasah Tsanawiyah merupakan Jenjang pendidikan atau tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Setingkat dengan
sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP). Yang didalamnya terdapat kurikulum
agama Islam lebih banyak dari pada SMP.
Aqidah akhlak merupakan satu dari komponen Pendidikan Agama Islam,
yang mempunyai arahan dalam mendorong, membimbing, mengembangkan
kompetensi peserta didik untuk berperilaku yang baik dan jujur. Menurut
Zuhairini Akhlak merupakan bentuk proyeksi daripada amalan ihsan, yaitu
sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan ke-Isalaman seseorang. Dengan
kata lain, taqwa dan akhlak sangat erat kaitannya, karena hakekat kemanusiaan
yang tinggi dihadapan Allah SWT adalah karena taqwanya, sedangkan dihadapan
semua manusia adalah karena akhlaknya.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah
Tsanawiyah yaitu untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani.1 Dijelaskan pula Muhammad Athiyah Al Abrasi, tujuan Pendidikan Islam
secara umum untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.2
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah adalah bagian integral dari
pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik tetapi secara subtansial, mata
pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
1. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm.46 2. Zuhairini dkk, Metofologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm.16
2
peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan aqidah akhlak berperan penting untuk menopang para peserta
didik supaya menjadi insan yang berbudi, berakhlakul karimah. Itu semua tidak
luput dari menejemen pembelajaran yang dikelola dengan baik dan sistematis.
Banyak lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, masih minimnya penguasaan model pembelajaran yang
dikuasai oleh guru, kurangnya persiapan dalam mempersiapkan materi yang akan
diajarkan, sehingga menjadikan peserta didik kurang berminat dan kegairahan
atau mengalami kejenuhan dalam belajar, khususnya pembelajaran mata pelajaran
akidah akhlak.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dari kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, penyebab timbulnya kejenuhan, kurang berminat dan tidak adanya
kegairahan dari peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
karena antara lain:
1. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional atau tidak adanya
variasi, sementara peserta didik hanya duduk diam, mendengarkan dan
mengerjakan tugas dari guru.
2. Sistem pembelajaran yang menekankan pada hafalan-hafalan, sehingga
peserta didik cepat bosan dan mudah lupa.
3. Proses pembelajaran yang belum terencana dan sedikitnya sumber dan media
belajar, sehingga kegiatan pembelajaran terkesan apa adanya.3
Usaha mewujudkan pendidikan akidah akhlak, yang konsisten dengan visi
mencetak generasi yang mutu, memerlukan langkah-langkah praktis. Lembaga
pendidikan Islam seperti madrasah, pertama dituntut memiliki visi dan tanggung
jawab, wawasan dan ketrampilan menejerial yang tangguh, hendaknya dapat
3. Hasil observasi disaat proses pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs
Nurul Huda Mangkang), Selasa, 4-11-18 Januari 2011.
3
memainkan peran sebagai lokomotif perubahan menuju terciptanya madrasah
yang berkualitas.
Sedangkan isi dari kurikulum mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah
Tsanawiyah kelas VIII adalah:
1. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT
2. Menerapaka akhlak terpuji kepada diri sendiri
3. Menhindari akhlak tercela kepada diri sendiri
4. Meningkatakan keimanan kepada Rasul Allah
5. Memahami mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, ma’unah, dan
irhash)
6. Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama
7. Menghindari akhlak tercela kepada sesama
Pembelajaran aqidah akhlak yang diajarkan di madrasah harus dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh peserta didik, namun pada kenyataannya,
selama ini peserta didik terkadang menyepelekan pelajaran aqidah akhlak karena
dianggap kurang penting, hal itu dimungkinkan karena penyampaianya kurang
begitu mengena kepada diri peserta didik.
Berlangsungnya proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan tidak lepas dengan model-model mengajar yang digunakan.
Pembelajaran dengan model pengajaran yang berfariasi menghapuskan kejenuhan
peserta didik. Sehingga manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa, manakala
apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diimplementasikan dalam kehidupan.
Ini salah satu sisi positif yang melatar belakangi pengajaran dengan menggunakan
pendekatan/ model-model pembelajaran.4
Sedangkan langkah-langkah yang paling urgen dalam proses belajar
adalah menciptakan proses pembelajaran yang efektif, karena pembelajaran
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Guru memegang
4. Sofan Amri. S.pd, Iif Khoiru Ahmadi, M.pd, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Dalam Kelas, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), hlm13
4
peranan utama dan perbuatan siswanya atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana
interaksi timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar.5
Disini guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun
ranah psikomotorik peserta didik. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
ada beberapa teori belajar dan pembelajaran yang digunakan, antara lain;
1. Teori behaviorisme
Dalam perspektif behaviorisme, pembelajaran diartikan pembentukan
hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas respon, pembelajaran
merupakan proses pembiasaan. Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah
perubahan perilaku berupa pembiasaan. Behaviorisme ini menekankan sebuah
arti penting bagaimana siswa membuat hubungan antara pengalaman dan
perilaku.
2. Teori kognitif
Dalam perspektif kognitif menyebutka bahwa belajar merupakan proses
mental dan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat komplek.
3. Teori konstruktif
Teori ini menekankan ahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara
mental membangun struktur pengetahuanya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya.
Pemberian pendidikan, khususnya pembelajaran akhlak sangat penting
bagi pembentukan sikap dan tingkah laku anak, agar menjadi anak yang baik dan
bermoral karena pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari
5. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
hlm. 4
5
pendidikan Islam.6 Kendati demikian penting materi akhlak bagi pengembangan
kepribadian suatu bangsa, namun dalam realitanya sering kurang disadari,
sehingga mata pelajaran akidah akhlak kurang diminati. Mata pelajaran akidah
akhlak justru dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap. Terbukti dengan jam
pelajaran untuk akidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda hanya 1 jam
pelajaran dalam seminggu, padahal materi akidah cukup banyak.
Dalam kaitannya dengan persoalan pemberian pendidikan akhlak kepada
anak di sekolah, orang tua tidak boleh lepas tangan begitu saja sebab masalah
yang dihadapi tidaklah mudah disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia. Oleh
sebab itu diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua disamping diperlukan
adanya guru yang profesional yang dapat memberikan pengetahuan dan
pendidikan akhlak yang baik. Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru
dibidang studi aqidah akhlak, sehingga dengan profesionalismenya dapat
memecahkan dan mengatasi problematika pendidikan akhlak pada anak.
Dalam proses pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang, masih ditemukan problem-problem, ini tidak hanya bersumber
pada guru saja akan tetapi beberapa faktor lain ikut mempengaruhinya, misalnya
faktor lingkungan, peserta didik, orang tua, teman sepermainan, media elektronik
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diarahkan untuk mencari
problematika apa yang muncul dalam pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak
dan mencarikan solusinya.
B. PENEGASAN ISTILAH
Untuk memperjelas dan untuk memepermudah pokok masalah yang
dibahas dalam penulisan sekripsi ini serta sebagai batasan ruang lingkupnya,
maka penulis mencoba menjelaskan beberapa istilah pokok yang ada dalam judul
6 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar Bustami,
Aghani, dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 24.
6
sekripsi ini. Adapun judul sekripsi ini berjudul: “Problematika Pembelajaran Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang”. untuk
lebih jalasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Problematika
Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai diadakan
penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga problematika itu
merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan
perbaikan, serta belum dapat dipecahkan.7
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen pendidikan dan
kebudayaan,edisi ke.II, 1994) kata “Problematika” adalah sesuatu yang masih
menimbulkan masalah atau belum dapat dipecahkan”. Jadi yang dimaksud
problematika disini adalah suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya
perubahan atau perbaikan.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Dalam penelitian ini secara
implisit dalam pembelajaran, terdapat pembelajaran memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.8
Senada dengan pendapat E. Mulyasa, dalam bukunya, Implementasi
Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, dijelaskan bahwa
Pembelajaran adalah aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru
dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan.9
Pembelajaran merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
memperdayakan semua potensi peserta didik untuk mengasahi kompetensi
7. Eko Endarmoko, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2007), hlm.738. 8. Hamzah B. Uno, M. Pd, Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
hlm.2 9. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosda Karya,2004), hlm.117
7
yang diharapkan kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk
mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan
mengaktualisasikan diri.10
3. Akidah akhlak
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mata pelajaran berarti
pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah
lanjutan.11
Aqidah akhlak salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MTs Nurul
Huda Mangkang. Akidah secara etimologi yakni keimanan, keyakinan
(tabiat). Sedangkan secara istilah yakni tabiat atau sifat seseorang, dimana
keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar
telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah
dan spontan tanpa dipikirkan dan di angan-angan lagi.
4. Pemecahannya
Pemecahan yang dimaksudkan adalah mencari suatu jalan keluar dari
suatu masalah atau kendala yang ada. Atau suatu usaha untuk memecahkan
suatu masalah. Eko Endarmoko (2007), menyebutkan bahwa pemecahan ialah
jalan keluar, penanggulangan, penyelesaian dan solusi.
Dalam Depdiknas (2005), pemecahan ialah suatu proses, cara,
perbuatan memecah atau memecahkan suatu masalah.12
C. RUMUSAN MASALAH
Supaya pembatasan sekripsi ini dapat terfokus pada pokok permasalahan,
maka penulis telah merumuskan beberapa pokok permasalahan yang perlu
mendapat pembahasan dan pemecahan dalam penelitian sekripsi.
10 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Jakarta: PT Rosda Karya: 2008), hlm. 24 11 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hlm.722 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. IV, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), hlm. 1034
8
Masalah juga diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-
hal yang aneh atas dorongan untuk meningkatkan hasilnya.13
Harapan dari
pembelajaran akidah akhlak terciptanya kondisi yang komunikatif disaat
pembelajaran berlangsung. Dampak yang dapat dilihat secara langsung yaitu pada
tingkah laku yang mereka lakukan. Maka hendaknya dengan pembelajaran akidah
akhlak yang diterapkan, menjadikan mereka memiliki kualitas akhlak dan
keimanan akidah yang baik. Hal ini diduga karena ada kesulitan dan problem
belajar dan juga proses pembelajaran.
Anggapan bahwa penurunan akhlak dan prestasi peserta didik mutlak
ditangan guru, juga menyebabkan permasalahan semakin rumit dan ruwet, karena
keberadaan guru disamping peserta didik sangat terbatas dalam arti guru tidak
setiap waktu ada untuk peserta didik. Dari sinilah mulai diperlukannya peran serta
yang aktif orang tua dan lingkungan dalam mendidik anak. Mulyono
Abdurrahman (1996), menyebutkan bahwasannya lingkungan adalah faktor yang
sangat menentukan prestasi belajar peserta didik disamping faktor lain yang
mendukung, faktor lain yang dimaksudkan adalah peran guru.14
Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Problematika apa yang muncul dalam pembelajaran mata pelajaran Aqidah
Akhlak di kelas VIII- B MTs Nurul Huda Mangkang?
2. Bagaimana usaha MTs Nurul Huda Mangkang dalam rangka mengefektifkan
proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B?
D. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai
dalam perumusan seperti ini adalah:
13 Ibid, hlm 27.
14 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hlm.1
9
1. Untuk mengetahui problematika pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak
di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
2. Untuk mengetahui tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MTs Nurul Huda
Mangkang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran.
Adapun manfaat atau nilai guna yang diharapan dari pelaksanaan ini
adalah:
1. Bagi Penulis.
Penelitian (Sekripsi) ini merupakan sebuah wahana untuk menambah
wawasan ilmu serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari
bangku perkuliahan, terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran
aqidah akhlak bagi peserta didik.
2. Bagi Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan
informasi yang positif dan inovatif dalam meningkatkan mutu yang baik,
kualitas maupun kuantitas pendidikan, khususnya dalam pembelajaran mata
pelajaran Aqidah Akhlak.
3. Bagi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan feed back dan bahan
informasi serta wacana untuk menumbuhkan pengetahuan khususnya tentang
pembelajaran Aqidah Akhlak bagi para guru secara umum dan khususnya
bagi semua guru yang melakukan pembelajaran aqidah akhlak.
4. Bagi Fakultas Tarbiyah
Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi bagi fakultas Tarbiyah
sehingga dapat dijadikan sebagai panduan, bacaan/ keputakaan bagi
mahasiswa untuk mencetak calon guru yang professional dan menjadi
pelengkap dari tulisan yang telah ada selama ini.
5. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan dorongan atau motivasi kepada
masyarakat untuk lebih berperan dalam menciptakan suatu lingkungan yang
10
bermoral, berbudi luhur, sekaligus dapt dijadikan sebagai acuan untuk
penelitian lain.
E. KAJIAN PUSTAKA
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan perumusan
masalah, bahwa penelitian ini akan dipusatkan perhatiannya pada problematika
pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Mangkang.
Sehingga telaah pustaka ini dimaksudkan untuk menentukan teori-teori
konsep dan generalisasi untuk dijadikan landasan teoritis bagi peneliti yang akan
dilakukan. Landasan ini penting bagi peneliti agar menjadi dasar yang mantap.
Dalam penelitian ini, penulis menitik beratkan pada problematika pembelajaran
mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Mangkang.
Menunrut Didin Abdul Muiz Lidinillah dalam bukunya Heurmenetik
Pemecahan Masalah Dan Pembelajaran, dijelaskan bahwa Problematika/
masalah adalah suatu situasi yang dihadapi seseorang atau kelompok yang
memerlukan suatu pemecahan, tetapi individu atau kelompok tersebut tidak
mempunyai cara yang langsung dapat menentukan solusinya. Sedangkan
Problematika Pembelajaran yakni masalah-masalah yang menjadi penghalang
tercapainya tujuan pembelajaran, dan perlu diketahui untuk mencari solusinya.15
Suharsimi Arikunto (1998), problem adalah kesenjangan antara apa yang ada
dalam kenyataan sekarang, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia,
antara harapan dan kenyataan dan yagn sejenis dengan itu.16
15
.Didin Abdul Muiz Lidinillah, Heurmenetik Pemecahan Masalah Dan Pembelajaran.
http://www.docstoc.com/does/25616440/heuristik-pemecahan-masalah-dan-pembelajarannya-di-SD.
Selasa, 3-08-2010 16. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebagai Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), cet. IV, hlm. 10
11
Oleh karena itu, untuk membuat proses penulisan skripsi ini, peneliti
menelaah sebuah sekripsi yang berjudul:
1. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mariyati, dengan judul: Problematika
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran Fiqih Dan
Upaya Pemecahannya di Kelas III MIS Desa Lempuyang Kec. Candiroto
Kab. Temanggung Tahun Ajaran 2004-2005
Metode penelitian menggunkan penelitian tindakan dengan
menggunakan dua kelas sebagai kelas yang diberi tindakan dan kelas control
atau pembanding. Tindakan yang dilakukan dengan mengubah metode
ceramah ke metode demontrasi pengumpulan, data dengan menggunakan
jurnal, hasil evaluasi belajar dan sharing dengan rekan sesama, guru.
sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.
2. Sekripsi yang ditulis oleh Badi’atus Shalihah. Problematika Pendidikan
Ahklak Dan Upaya Pemecahannya di MTs Negeri Lasem Rembang. Dalam
penelitian ini di temukan beberapa problematika dalam proses pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Negeri Lasem Kab. Rembang, problematika tersebut
terbagi dalam dua kelompok besar yakni: pertama adalah problematika yang
dihadapi oleh peserta didik di MTs Negeri Lasem Rembang, kedua
problematika yang dihadapi oleh guru di MTs Negeri Lasem Rembang,
dalam mengajar akidah akhlak yang sesuai dengan kondisi psikologi dan
karakteritik universal peserta didik.
Beberapa karya diatas tidak ditemukan pembahasan yang secara
khusus tentang problematika pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak,
dalam skripsi tersebut akan diuraikan beberapa problematika yang berkenaan
dengan proses pembelajaran serta upaya yang dicapai guna untuk
memecahkan problematika tersebut, maka dalam kesempatan kali ini saya
tertarik untuk melakukan penelitian dalam pembahasan tentang problematika
model pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang.
12
F. METODE PENELITIAN
1. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian diatas, maka yang menjadi fokus
penelitian adalah problematika pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang dan solusinya.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan dengan
menggunakan pendekatan studi kasus (case study) dan dengan menggunakan
pendekatan penelitian fenomelogis yaitu berusaha memahami makna dari
suatu peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap manusia dalam situasi tertentu,
dan relevan dengan tujuan penelitian.17
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis berusaha
memahami subjek, dengan segala aktifitasnya secara sistematis, faktual dan
aktual mengenai fakta-fakta, tidak untuk menemukan hukum-hukum, dan
tidak untuk membuat generalisasi melainkan membuat ekstraplorasi.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui problematika serta solusi atau
pemecahannya dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-
B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang.
3. Sumber Data
Sumber data yang penulis peroleh dari lapangan dan kepustakaan, pada
dasarnya dapat diklasifiksikan kedalam dua sumber yaitu sumber primer dan
sumber skunder;
a. Sumber Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan, diperoleh dan disajikan
oleh peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini meliputi data-data
yang didapat dari pertama hasil observasi penulis, kedua wawancara
17. Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: remaja Rosda Karya, 2001),
hlm. 9
13
penulis dengan para responden antara lain kelapa madrasah, waka
kurikulum, guru dan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
b. Sumber Sekunder
Sedangkan sumber sekunder penelitian ini bersumber dari
kepustakaan maupun dokumentasi yang berkorelasi erat dengan perubaan
objek penelitian, data sekunder sebagai pendukung dari data primer.
4. Metode Pengumpulan Data
Penggunaan metode yang jelas, sistematis dan terarah merupakan
suatu keharusan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data suatu
penelitian agar data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan
metode:
a. Metode Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun
tidak langsung.18
Ciri khas metode kualitatif adalah tidak dapat dipisahkan dari
sebuah pengamatan. Observasi mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secara cermat tertang situasi di lapangan (kelas) dengan
cara berperan serta dalam kegiatan sehari-hari subjek, pada setiap situasi
yang diinginkan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-
besarnya, karena tekhnik ini dibesarkan secara langsung. Dalam observasi
ini menggunkan observasi langsung, oleh karenanya observasi ini
dilakukan di kelas pada saat belajar mengajar atau pembelajaran
berlangsung, untuk mengetahui secara langsung mengenahi problematika
18. Hadeli, M.A, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Padang: PT Quantum Teaching, 2006),
hlm. 85
14
pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang.
b. Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah alat tukar menukar informasi, percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.19
Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya dalam
kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang
sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas terarah. Susunan harus tetap
rileks agar data yang diperoleh adalah data yang obyektif dan dapat
dipercaya.20
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk menggali informasi dari
subjek penelitian, yaitu peserta didik, guru yang dalam hal ini sebagai
mitra kerja atau kolaborator peneliti dan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.
Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara untuk
mengetahui problematika dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak
di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang.
Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakakurikulum dan
Guru yang mengajarkan mata pelajaran aqidah akhlak.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan guna mencari data mengenai hal-
hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
19. Djuju Sudjana Prof.., Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 194 20. Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 233.
15
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.21
Metode ini
peneliti gunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang berada di
MTs Nurul Huda Mangkang yang terkait dan menunjang dalam penelitian
ini.
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari
data melalui peningkatan tulisan, seperti arsip yang berupa catatan-
catatan, buku agenda dan lainnya yang berhubungan dengan masalah
penelitian dan topik permasalahan. Metode ini digunkan untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum MTs Nurul Huda Mangkang.
Data itu berupa brosur, foto-foto pembelajaran, arsip, laporan
perkembangan tiap semester tiap semester dan inventaris MTs Nurul Huda
Mangkang.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh setelah mengumpulkan data, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.22
Pelaksanaan analisis pada saat masih
dilapangan dan setelah data terkumpul.
Analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan
dan kretifitas dalam mengidentifikasi dan membahas isu-isu relevan dalam
kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu yang relevan ini dari
sudut pandang teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi
21 Ibid , hlm. 231.
22Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), cet. 3, hlm. 335.
16
yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang
teridentifiksikan dalam kasus.23
Disamping itu, peneliti menggunakan tehnik triangulasi data, yang
berarti membahas keterhandalan data yang diperoleh selam penelitian, baik
cara memperoleh maupun hasil perolehannya,
a. Triangulasi penggunaan sumber
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokument, arsip, hasil
wawancara, hasil obeservasi atau juga dengan mewancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai
pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap
pengumpulan data.
c. Triangulasi teori
Penggunaan berbagai teori yang beralainan untuk memastikan
bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat, pada penelitian
ini berbagai teori dijelaskan pada bab dua untuk dipergunakan dan
menguji terkumpulnya data tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti
metode wawwancara dan metode observasi. Peneliti melakukan metode
wawancara yang ditunjang denganmetode observasi pada saat wwancara
dilakukan.
Mengingat keterbatan penelitian ini baik dari segi biaya, tenaga dan
waktu peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber, dilakukan dengan cara
mengumpulkan semua informasi yang diperoleh dari berbagai sumber atau
23. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003),
hlm. 202
17
subjek penelitian. Sedangkan triangulasi motode dilakukan dengan
menggunakan lebih dari satu strategi penelitian untuk memperoleh sebuah
informasi.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
(PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK)
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.24
Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua
arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi
komunikasi (Transfer) yang intern dan terarah menuju pada suatu target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Senada dengan pendapat Dr. Mukhtar, M.Pd, dalam
bukunya Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dijelaskan pembelajaran
adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar.25
Sedangkan Aqidah Ahklak atau budi pekerti merupakan tingkah laku
manusia yang disadari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati
yang selaras dengan perkembangan akal. Dan usaha yang dilakukan secara sadar
untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esa-an Allah
SWT. Serta sebagai pokok-pokok atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya
keyakinan kepada Allah SWT yang menciptakan dan mengatur kehidupan ini. 26
24. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), cet. II, hlm.17 25. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Gazila, 2003),
cet. II, hlm. 14 26. Jamaludin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam,( Sejarah, Ragam Dan Kelembagaan),
(Semarang: Rasa’il, 2006), hlm. 80
19
Yang berupa pendidikan, yang mengajarkan masalah keimanan, ke-Islaman,
kepatuhan, dan ketaatan dalam menjalankan syari’at Islam menurut ajaran agama
Islam. Sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan Islam
serta dapat mengamalkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
B. DASAR, TUJUAN DAN FUNGSI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
1. Dasar Yuridis Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Dasar merupakan peraturan perundang-undangan yang secara
langsung dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan
akhlak. Dasar yang bersifat operasional, dasar yang secara langsung mengatur
tentang pendidikan, terutama pendidikan aqidah akhlak adalah undang-
undang tentang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada bab II
pasal 3 yaitu tercantum dalam rumusan pendidikan nasional.27
Rumusan pendidikan nasional, berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman.
Setelah lahirnya UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003. menuntut
kembali penyesuaian yakni pengembangan pada aspek life skill atau
kecakapan hidup. Karena itu diperlukan kurikulum sekolah yang berbasis
kompetensi peserta didik. Kompetensi ini dikembangkan mulai kelas 1 sampai
kelas IX yang menggambarkan suatu rangkaian kemampuan yang bertahap,
berkelanjutan dan konsisten seiring dengan perkembangan dan psikologi
anak.
2. Dasar Religius Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Dalam pandangan Islam, ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan ajaran
27. Departemen Pendidikan Nasional Republic Indonesia, Undang-Undang Republic
Indonesia, (Jakarta: 2003), hlm. 10-11.
20
Allah SWT dan Rasul-Nya. Definisi lain, dalam Islam disebutkan bahwa ilmu
akhlak adalah ilmu yang mempelajari fenomena sikap mental dan laku
perbuatan yang luhur yang mempunyai hubungan dengan Zat Allah Yang
Maha Kuasa. 28
Dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an
dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik
dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang
kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Allah
berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
كم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر لقد كان ل
٢٩.وذكر الله كثريا
Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak meningat Allah”. (QS. Al-
Ahzab: 21)
Sebagai suri tauladan yang baik, Rasulullah telah dibekali akhlak yang
mulia dan luhur. Rasulullah memiliki kepribadian yang agung dan patut ditiru
dalam segala bidang, terutama dalam hal akhlak beliau. Hal ini dapat kita
jumpai dalam firman Allah SWT yang lain yaitu surat Al-Qalam ayat: 4
كإنيم وظلق على خلع.
Artinya: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”. (QS. Al-Qalam: 4).
28. Nasruddin Razak, Op,Cit, hlm.50.
29. R.H.A. Soenarjo, SH., dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang CV.Toha Putera,
2005), hlm.654
21
Dua ayat tersebut menunjukkan bahwa akhlak sangat penting sekali,
sehingga dianjurkan untuk berakhlak mulia dan mencontoh atau mengambil
suri tauladan dari Rasulullah SAW.
Dasar pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri,
keduanya bersumber dari firman Allah yakni Al-Qur’an dan sunnah Rasullah
SAW (Al-Hadits), demikian pula dengan pendidikan Akhlak bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah SAW (Al-Hadits), jikalau pendidikan itu
diibaratkan bangunan maka Al-Qur’an merupakan isinya dan sunnah Rasullah
SAW (Al-Hadits) merupakan pondasinya.
Sehingga Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat paling
tinggi dan terpenting, sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Apabila
akhlaknya baik, dapat mengangkat status derajat yang tinggi lagi mulia bagi
dirinya, bila akhlaknya rusak, maka rendahlah derajatnya melebihi hewan.
Karena kemuliaan seseorang terletak kepada akhlaknya, bila berakhlak baik
dapat membuat seseorang menjadi aman, tenang, tentram dan tidak tercela.
Seseorang yang berakhlak mulia, melakukan kwajiban yang menjadi
hak dirinya terhadap Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama
manusia. Sebagai misi ke-Rasulannya untuk memperbaiki akhlak,
menunjukkan akan pentingnya akhlak juga dapat diambil sebuah hikmah
bahwa penyempurnaan akhlak memerlukan sebuah bimbingan, pengarahan,
dan teladan.
3. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak
Dalam pendidikan dan pembelajaran, tujuan dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapakan dari siswa/
subjek belajar, setelah menyelesaikan dan memperoleh pengalaman belajar.
Adapun tujuan pembelajaran/ belajar Aqidah Akhlak untuk
menambah dan meningkatkan keimanan peserta didik, yang diwujudkan
dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah
22
akhlak Islam, sehingga menjadi menusia muslim yang terus berkembang,
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta
masyarakat berbangsa dan bernegara kemudian untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam tujuan pendidikan akhlak, segala sesuatu yang dilakukan
seseorang dengan sengaja pasti mengandung tujuan tertententu demikian pula
dengan pendidikan Akhlak. Pembelajaran Aqidah dan Akhlak memiliki tujuan
yang sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan tujuan pendidikan
pada umumnya, sebab apa yang ingin dicapai dalam pendidikan akhlak tidak
beda dengan tujuan pendidikan Islam.
Maka tujuan dari pembelajaran akhlak dalam Islam adalah untuk
membimbing dan menuntun anak agar hidup dan bergaul di sekolah, keluarga
dan di masyarakat dengan baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku
sopan-santun, tegas, berakhlak mulia dalam rangka mencapai kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat. Yakni menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan
berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.30
4. Fungsi pembelajaran Aqidah Akhlak
Pembelajaran/ belajar aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan
kemampuan dan ketrampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, pengahayatan dan pengalaman khususnya dibidang
etika keagamaan secara Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari, membina dan memupuk rohaniah manusia, membina insaniyah
serta membentuk tingkah laku mengarahkan individu kearah kebaikan supaya
masing-masing berusaha menjauhkan diri daripada tejebak dari pengaruh-
pengaruh sifat negatif.31
Secara jelas fungsi dari pembelajaran Aqidah Akhlak
antara lain:
30. Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.108
31. http://gudang ilmu-uang-amal. Blogspot.com/2009/05/konsep-akhlak-dalam-islam 24.
Html, (April senin: 25-04 2011)
23
a. Penanaman nilai dan ajaran Islam (Akhlak al-karimah) sebagai pedoman
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b. Peneguhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta
pengembangan akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, untuk
melanjutkan pendidikan akhlak telah lebih dahulu dilakukan dalam
keluarga.
c. Penyesuaian mental dan diri peserta didik terhadap fisik dan sosial dengan
bekal aqidah akhlak.
d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan pengalaman ajaran agama Islam khususnya akhlaknya dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negative dari lingkungan atau dari
budaya asing yang akan dihadapi sehari-hari.
f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlak
mulia.
g. Menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.32
C. SISTEM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang
saling terkait, yang bertujuan untuk menghasilkan out put yang berkualitas.
Sub sistem pembelajaran adalah sebagai berikut;
1. Kurikulum
Istilah kurikulum sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1820. kata
“kurikulum” berasal dari bahasa latin currere yang berarti to ru
(menyelenggarakan) atau to run the course (menyelenggarakan suatu
pengajaran). Selanjutnya pengertian kurikulum berkembang menjadi the
32. Zahruddin AR, Pengantar Study Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.16
24
course of study (materi yang dipelajari). Namun, pengertian ini hanya melihat
kurikulum sebagai produk atau hasil, sementara informasi dan pengetahuan
yang terangkai dalam satu disiplin keilmuan akan selalu bertambah sehingga
mustahil dapat dimuat dalam satu wujud dokumen kurikulum yang berbentuk
the course of study.33
Kurikulum merupakan suatu rencana untuk menyediakan perangkat
belajar bagi siswa yang mengikuti pendidikan. Definisi lainnya, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenahi isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran. Kurikulum mempunyai peranan sentral karena
menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan.
Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “Manhaj”
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak
didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.
Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.34
Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap
program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik, karena
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
secara umum dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila. Pendidikan
nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani.35
33. Mukhtar,M.Pd, Op.Cit , hlm. 29
34. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press,
2002), hlm. 30 35. H. Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), cet.III, hlm. 50-51
25
Selain mempunyai tujuan, kurikulum harus terkonsep secara jelas.
Kurikulum lembaga pendidikan Islam harus dirancang dan dikembangkan
berdasarkan kompetensi dasar. Artinya, kurikulum harus disusun berdasarkan
kemampuan dasar minimal yang dikuasai oleh seorang siswa setelah ia
menyelesaikan satu mata pelajaran dalam suatu proses pendidikan. Dengan
demikian, diharapkan dapat menjamin tercapainya kompetensi atau standar
kualitas tamatan lembaga sekolah tertentu dalam sistem pendidikan nasional
secara menyeluruh. Disamping itu, kurikulum juga harus menerapkan konsep
belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, dan mandiri bagi
para siswa.36
2. Guru (peranan pendidik)
Guru adalah seseorang yang mendidik, membimbing, mengajarkan
dan mentransferkan ilmunya kepada perserta didik. Menurut Keputusan
Menpan No. 26/MENPAN/1989, tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan. Guru
terlibat langsung dalam proses pendidikan, oleh karena itu guru memegang
peranan yang sangat menentukan bagi tujuan pendidikan. Dan guru harus
selalu meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat melaksanakan tugas
dengan baik.37
Disebutkan pula dalam UU No. 14 tahun 2005 bahwa Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Serta dibuktikan dengan sertifikat
pendidik.
36. Mukhtar, Op.Cit , hlm. 49
37. Trianto, Op.Cit , hlm. 245
26
Kedudukan guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Dan bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Menurut prinsip profesionalitas, Profesi guru dan profesi dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
27
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Perilaku guru tidak hanya menentukan kesuksesan atau kegagalan
sebuah kurikulum, tetapi secara independen juga memiliki pengaruh terhadap
efektifitas sekolah. Secara khusus seorang guru hendaknya:
• Sesering mungkin memanfaatkan pertanyaan dengan memperhatikan
kemampuan anak yang beragam.
• Menjaga agar pembelajaran terfokus pada aspek tertentu.38
Guru profesional yakni yang memenuhi persyaratan ideal sebagai
pendidik, berikut adalah ciri-ciri ideal seorang guru antara lain;
a. Guru dalam mengajar harus menguasahi sepenuhnya bahan pelajaran yang
diajarkan. Menguasahi bahan pelajaran, selain guru hafal bahan pelajaran
yang diajarkan dan mampu mengembangkannya (menjelaskannya). Dalam
mengajar, guru hendaknya jangan hanya mengenal isi buku pelajaran,
tatapi juga harus menyukai serta pemakaian dan manfaat bagi kehidupan
anak dan manusia pada umumnya.39
b. Bahan pelajaran bisa disampaikan dengan metode tertentu, seperti
ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain. Metode apa yang akan
digunakan harus melihat bahan yang akan diajarkan. Guru yang baik tidak
asal menggunakan metode dalam mengajar, tetapi ia akan menyesuaikan
jenis metode dengan bahan yang akan diajarkan. Guru profesional harus
bisa memilih metode apa yang akan digunakan untuk siswa, yang sesuai
dengan situasi dan kondisi materi untuk peserta didik dan sekolah. Karena
jika guru salah atau kurang tepat dalam menggunakan metode dalam
38. Deprtemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pembelajaran yang
Efektif Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa (Jakarta: Depag RI, 2002), hlm. 37-38 39. Thohirin. Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006) edisi revisi, hlm. 173
28
mengajarnya, dapat dipastikan siswa tidak dapat mencapai kompetensi
yang diharapakan.40
c. Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang
melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,
umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak didik.
Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita
tahu ucapan “mens sana in corpore sano” yang artinya dalam tubuh yang
sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar
secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi
semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapakali terpaksa absen dan
tentunya merugikan anak didik.41
d. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan tertentu yang ingin
dicapainya, oleh karena itu tujuan pengajaran itu harus jelas.42
e. Ketrampilan khusus yang dimaksud adalah ilmu dan ketrampilan yang
diperolah melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang
mempunyai kualitas profesional harus mempunyai substansi bidang
keahliannya. Hal ini berarti sikap profesional mengisyaratkan akan
pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus-menerus, agar mampu
menghadapi persoalan yang berkaitan dengan bidang keahlian secara
kontekstual.43
f. Peran guru sebagai suri tauladan atau model dalam pembelajaran sangat
penting, tujuannya adalah dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi
peserta didik, karena karakteristik pendidik selalu diteropong dan
40. Ibid. hlm. 173
41. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005) cet II, hlm. 33 42. Thohirin, Ms. Op. Cit, hlm 175
43. Mukhtar, Op.Cit , hlm. 80
29
sekaligus dijadikan cermin oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus
bisa menempatkan diri sebagai contoh yang baik bagi peserta didik.
Lebih jauh lagi terlepas dari itu, harus adanya keselarasan dari
seorang pendidik antara apa yang diucapkan dan dilakukan. Dengan
demikian guru tidak hanya pandai berkata-kata akan tetapi guru juga
melaksanakan ucapanya tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
surat Ash-Shaaf, ayat 3 yang berbunyi:
كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما ال تفعلون
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan.(Q.S. Ash-Shaaf)44
3. Siswa
Kedudukan siswa dalam kurikulum merupakan “produsen” artinya
siswa sendiri yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam
suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang dan
kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan,
berpasangan dan kelompok .45
Menurut teori Piaget, Siswa pada kelompok usia SLTP berada dalam
tahap operasi formal atau mereka telah mampu untuk berfikir abstrak. Jadi
pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang
lebih baik.46
44. Depag, Syamil Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta media, 2005), hlm.551
45. Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 112 46. Trianto, Op. Cit, hlm. 197
30
Siswa yang baik adalah siswa yang memenuhi kriteria ideal, antara
lain:
a. Siswa yang berakhlak mulia dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
terwujudnya sekolah yang berkualitas. selain itu juga tujuannya adalah
dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi peserta didik lainnya.
Siswa yang belajar akidah akhlak diharapakan memiliki karakteristik
tersendiri sebagai ciri khas dari akhlak yang dipelajari. Dengan demikian
siswa yang belajar akidah akhlak akan memiliki sosok yang sopan-santun
dan luhur dalam penampilan, bicara, pergaulan, ibadah serta aktivitas
lainnya.
b. Kesehatan jasmani badan dan rohani sangat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa. Siswa yang sakit-sakitan kerapakali terpaksa absen,
sehingga mempengaruhi baik psikologis maupun prestasi belajar siswa
c. Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
sering disebut prestasi belajar. Sebagai peserta didik pencapaian prestasi
belajar atau berprestasi itu merujuk pada aspek-aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap/ akhlak) dan psikomotorik (ketrampilan)
keaktifannya di dalam dan diluar kelas. Oleh karena itu, ketiga aspek
diatas juga menjadi indikator prestasi belajar/ siswa berprestasi.
d. Disamping aktif, untuk mendukung (motivasi) siswa dalam belajar
perlengkapan/ peralatan belajar siswa harus terlengkapi, sebab terkadang
peralatan belajar dijadikan salah satu alasan gagalnya sebuah belajar.
Sehingga sangat penting dan berpengaruh peralatan belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
4. Materi
Yang dimaksud materi pelajaran atau pembelajaran adalah hasil
analisis tujuan, yang dinyatakan dengan analisis konsep dan analisis tugas.
Dengan materi memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
31
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif
mampu menguasahi semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Materi merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/
istruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Materi yang dimaksud bisa berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
Berikut adalah tabel SK dan KD kelas VIII semester 1 dan 2:
a. Kelas VIII, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Akidah
1. Meningkatkan keimanan
kepada kitab-kitab Allah
SWT
1.1. Menjelaskan pengertian beriman
kepada kitab-kitab Allah SWT
1.2. Menunjukkan bukti/ dalil kebenaran
adanya kitab-kitab Allah SWT
1.3. Menjelaskan macam-macam , fungsi,
dan isi kitab Allah SWT
1.4. Menampilkan perilaku yang
mencerminkan beriman kepada kitab
Allah SWT
Akhlak
1. Menerapaka akhlak terpuji
kepada diri sendiri
1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur dan
qana’ah
1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku tawakal, ikhtiyar,
shabar, syukur dan qana’ah
1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur dan
32
qana’ah dalam fenomena kehidupan
1.4 Menampilakn perilaku tawakal,
ikhtiyar, shabar, syukur dan qana’ah
2. Menhindari akhlak tercela
kepada diri sendiri
2.1 Menjelaskan pengertian ananiah, putus
asa, ghadab, tamak dan takabur
2.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perbuatan ananiah, putus asa,
ghadab, tamak dan takabur
2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatife akibat
perbuatan ananiah, putus asa, ghadab,
tamak dan takabur
2.4 Membiasakan diri menghindari perilaku
ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan
takabur
b. Kelas VIII, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Akidah
1. Meningkatakan keimanan
kepada Rasul Allah
1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
beriman kepada Rasul Allah SWT
1.2 Menunjukkan bukti/ dalil kebenaran
adanya Rasul Allah SWT
1.3 Menguraikan sifat-sifat Rasul Allah
SWT
1.4Menampilkan perilaku yang
mencerminkan beriman kepdaa Rasul
Allah dan mencintai Nabi Muhammd
SAW dalam kehidupan
33
2. Memahami mukjizat dan
kejadian luar biasa lainnya
(karomah, ma’unah, dan
irhash)
2.1 Menjelaskan pengertian mukjizat dan
kejadian luar biasa lainnya (karamah,
ma’unah, dan irhash)
2.2 Menunjukkan hikmah adanya mukjizat
dan kejadian luar biasa lainnya
(karamah, ma’unah, dan irhash) bagi
Rasul Allah dan orang-orang pilihan
Allah
Akhlak
1. Menerapkan akhlak terpuji
kepada sesama
1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
husnuzh-dhan, tawaadhu, tasaamuh,
dan ta’aawun
1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh
perilaku husnuzh-dhan, tawaadhu,
tasaamuh, dan ta’aawun
1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
husnuzh-dhan, tawaadhu, tasaamuh,
dan ta’aawun dalam fenomena
kehidupan
1.4 Membiasakan perilaku husnuzh-dhan,
tawaadhu, tasaamuh, dan ta’aawun
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menghindari akhlak tercela
kepada sesama
2.1 Menjelaskan pengertian hasad, dendam,
ghibah, fitnah dan namiimah
2.2 Mengidentifikasi bentuk perbuatan
hasad, dendam, ghibah, fitnah dan
namiimah
2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatife akibat
34
perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah
dan namiimah
2.4 Membiasakan diri mengindari perilaku
hasad, dendam, ghibah, fitnah dan
namiimah dalam kehidupan sehari-hari.
(Dikutip dari, permenag RI no.20 thn 2008, tentang standar kompetensi kelulusan
dan standar ini di madrasah)
Sedangkan konsep materi adalah mengacu pada konsep Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif.
5. Evaluasi
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari kata “to evaluate” yang
berarti “menilai”.47
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran. Artinya evaluasi adalah suatu kegiatan yang tidak mungkin
dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dan evaluasi ialah bagian
integral yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran.
Karena evaluasi ini mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran, maka seorang pendidik harus dapat membedakan mana yang
kegiatan evaluasi belajar dan mana yang evaluasi pembelajaran. Evaluasi
belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil belajar yang
dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedang
evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.
47. Armai Arief, M.A, Op. Cit, hlm.53
35
Dengan demikian, evaluasi hasil belajar akan menetapkan baik-
buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sementara evaluasi pembelajaran
menetapkan baik-buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. Rangkaian
akhir dari sistem pembelajaran adalah evaluasi. Lewat evaluasi akan bisa
diketahui berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan pembelajaran.
Pada prinsipnya evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan yang
berencana dan berkesinambungan, oleh karena itu ragamnya pun juga harus
banyak, dari yang paling sederhana sampai bentuk yang paling rumit. Ada
kalanya evaluasi belajar berdasarkan waktunya dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
• Evaluasi penempatan yakni evaluasi jenis ini sebaiknya dilaksanakan
sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran, yang permulaan atau siswa
tersebut baru akan mengikuti pendidikan disuatu tingkat tertentu. Hal ini
untuk mengetahui keadaan siswa dan mengukur kesiapannya serta tingkat
pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan
diikutinya sehingga ia dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat
berdasarkan bakat, minat, dan keadaan lainnya agar ia tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan
• Evaluasi formatif, evaluasi ini dilakuakan ditangah-tengah program
pembelajaran, yang bermaksud untuk memantau atau memonitor
kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feedback), baik
kepada siswa maupun kepada pendidik.
• Evaluasi sumatif, yakni evaluasi diberikan pada akhir tahun ajaran atau
akhir suatu jenjang pendidikan yang dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Dan hal ini tentunya
bergantung dari berbagai faktor, yaitu faktor pendidik, siswa, materi dan
lain sebagainya
36
Evaluasi ini dilaksanakan pada peserta didik tingkat akhir. Dan tidak
hanya pada hasil belajar namun juga pada komponen dalam kegiatan belajar
mengajar, baik materi, alat/ media sarana-prasarana, metode, pemahaman
siswa, materi dan akhlak siswa. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Dari penjelasan evaluasi akhlak siswa diatas, untuk mengetahui
tercapai tidaknya proses pendidikan yang diberikan terhadap anak yang
mengalami kelainan tingkah laku. Evaluasi atau penilaian pada dasarnya
memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Terkait dengan hal ini, evaluasi yang dimaksudkan adalah penilain terhadap
perilaku anak yang ditunjukkan setelah anak tersebut mendapatkan
pendidikan akhlak. Karena evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas
secara spontan dan incidental, merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematik dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.48
6. Penilaian dan Tujuan.
Penilaian awal siswa dilakukan dengan cara memberikan tes, yang
berupa pretest. Tes ini dilakukan untuk penjajakan atau pengukuran tentang
penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus dicapai. Agar para guru
mengetahui, memahami dan terampil dalam mengadakan penilaian, berikut
jenis alat penilaian tersebut;
a. Test merupakan alat penilaian yang dijawab oleh siswa, dan untuk
menyempurnakan penilaian dalam bentuk test, dilakukan pretest, yang
gunanya untuk mengetahui aspek kognitif yang dimiliki siswa sebelum
dilakuakan tes dan dilakukan test remidi yang tujuannya untuk membantu
bagi siswa yang kurang memahami materi atau belum memenuhi standar
kriteria ketuntasan minimum.
48. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 221
37
b. Nontest, yang tergolong teknik nontes adalah: pengamatan (observasi),
kuesioner dan lain sebagainya.49
Tujuan belajar adalah tujuan pembelajaran (khusus) yang diperoleh
dari hasil analisis tujuan yang telah dilakuakan pada perumusan tujuan
pembelajaran.
7. Motode dan Orientasitasi pembelajaran
Menurut Isma’il SM dalam bukunya Strategi Pembelajaran Agama
Islam Berbasis Paikem, dijelaskan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga
akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang
diharapkan. Pengetian lain adalah teknik pengajaran yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik
secara individual maupun kelompok agar pelajaran itu dapat diserap dan
difahami oleh siswa dengan baik.50
Metode sebagai salah satu faktor untuk menentukan tujuan
pendidikan, tanpa metode pendidikan segenap pengetahuan, pengalaman sikap
dan ketrampilan akan sulit untuk ditransformasikan kepada peserta didik,
sehingga pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran harus sesuai
dengan materi pelajaran.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran dan penggunaan metode yang berfariasi akan sangat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.51
Orientasi pembelajaran bertujuan untuk mengenalkan dan
merencanakan kegiatan belajar berdasarkan bahan kajian yang sesuai dengan
49. Syaiful bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 257
50. Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: Rasail
Media Group, 1997), hlm. 8 51. E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan), (Bandung: remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 107
38
tujuan pembelajaran yang sudah dibuat agar dapat dicapai hasil belajar yang
maksimal.
Pada pembelajaran konvensional, proses pembelajaran terpusat pada
pendidik yang memberikan ide dan struktur pengetahuan yang bersifat
analisis toeritis dalam memahami gejala dan informasi yang dibutuhkan oleh
siswa.
8. Proses Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, diharapakan adanya feedback antara
pendidik dan peserta didik. Akivitas pengajaran berlangsung secara aktif,
kondusif, menyenangkan tidak hanya menekankan pada sisi pendidik saja
dalam memberikan pengajaran aqidah akhlak, tetapi menekankan juga pada
siswa dan pendidik itu sendiri, sehingga proses pengajaran secara interaktif
dan dialogis.
Selain harus kondusif dan komunikatif proses pengajaran harus
memperhatikan pengelolaan kelas, seperti pengalokasian waktu yang tersusun
rapi, penataan ruang kelas dan pemanfaatan media dalam kelas. Menurut
Made Pidarta, Dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
dijelaskan bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru
bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem/ organisasi kelas.
Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya.52
Dalam penataan ruang kelas, guru dan anak didik bekerja sama
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan
pengaturan dan penataan ruang kelas/ belajar.
Dalam belajar ada proses mental yang aktif. Pada permulaan belajar
aktifitas itu masih belum teratur, banyak hasil-hasil yang belum terpisahkan
dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi dengan adanya usaha dan
52. Syaiful bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 172
39
latihan yang terus menerus, adanya kondisi belajar yang baik, adanya
dorongan-dorongan yang membantu, maka kesalan-kesalahan itu semakin
lama semakin berkurang, proses nya semakin teratur.53
53. Mustakim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.62
40
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM MTs NURUL HUDA MANGKANG
1. Sejarah dan Tujuan
Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Kota
Semarang adalah lembaga pendidikan yang didirikan pada tanggal 2
Februari tahun 1968 oleh Pengurus MWC NU Semarang Tugu dan Pengurus
Ranting NU Mangkang Kulon yang sadar dan menaruh perhatian terhadap
keadaan serta perkembangan pendidikan putra-putri Islam Indonesia. Pada
perkembangan selanjutnya pengelolaan penyelenggaraan Lembaga
dilakukan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Mangkang Kulon
Ide pendirian MTs NU Nurul Huda ini bermula dari para Ulama dan
para tokoh masyarakat Mangkang Kulon yang menginginkan agar
masyarakat setempat dapat menyekolahkan anak-anaknya di sebuah lembaga
pendidikan yang terdapat materi ilmu pengetahuan umum serta ilmu agama
sekaligus dan juga para santri tidak hanya sekedar memiliki ilmu
pengetahuan di bidang Agama saja melainkan perlu juga pendidikan di
bidang ilmu pengetahuan umum, mengingat banyaknya pondok pesantren
yang ada di Mangkang Kulon yang kebanyakan santrinya adalah anak usia
Madrasah.
Menyadari akan pentingnya makna pendidikan serta perkembangan
wawasan kebangsaan, wawasan keislaman dan wawasan keilmuan, MTs NU
Nurul Huda Mangkang Kulon melihat perlunya melibatkan diri ke dalam
mekanisme sejarah perjuangan bangsa melalui proses pendidikan nasional
Indonesia.
Berdasarkan hal-hal tersebut, didorong oleh keinginan luhur, ikut
bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dalam mengisi
41
kemerdekaan yang telah dicapai, maka dengan tekad bulat dan motivasi dari
berbagai pihak dalam situasi yang semakin dinamis, MTs NU Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang senantiasa membangun sebuah
paradigma budaya toleransi serta budaya perdamaian dengan tetap
mengedepankan dan menjungjung tinggi ajaran Islam ala Ahlussunnah Wal
Jama’ah, mengusung nilai-nilai kejuangan Islam dan memper-erat
persaudaraan antar manusia.54
2. Letak Geografis
MTs NU Nurul Huda beralamat lengkap di Jalan Irigasi Utara
Mangkang Kulon 04/04 Tugu Semarang 50155, berlokasi di Kelurahan
Mangkang Kulon Kecamatan Tugu Kota Semarang, dengan jarak kurang
lebih 16 kilometer dari pusat Kota, dan hanya seratus meter dari jalan raya
Semarang-Jakarta. Lokasinya berada di lingkungan Masjid dan Pondok
Pesantren. Adapun tata letak MTs NU Nurul Huda adalah sebagai berikut:
� Sebelah selatan : Pon Pes Putra Putri Al Ishlah
� Sebelah Utara : Rumah Penduduk
� Sebelah Barat : Masjid Attaqwiem
� Sebelah Timur : Jl. Irigasi Utara (PP Raudlatul Qur’an)
3. Bangunan Fisik
Adanya bangunan fisik yang meliputi fasilitas gedung dan lainnya
sangat mempengaruhi dalam menjalankan agenda pendidikan dan proses
belajar-mengajar (PBM). Bangunan fisik di MTs NU Nurul Huda Semarang
sudah memenuhi standar.
Adapun rincian bangunan fisik yang dimiliki MTs NU Nurul Huda
Semarang adalah sebagai berikut:
54. Hasil wawancara dengan Drs. Ajma’in Yahya (kepala MTs Nurul Huda Mangkang), 25
Januari 2011.
42
No. Jenis Volume Keterangan
1. Kantor Kepala Madrasah 1 Buah Baik
2. Ruang Guru dan TU 1 Buah Baik
3. Ruang perpustakaan 1 Buah Baik
4. Ruang kelas 14 Buah Baik
5. Gudang 1 Buah Baik
6. Kamar mandi dan toilet 4 Buah Baik
7. Lapangan basket 1 Buah Baik
8. Lapangan volley 1 Buah Baik
9. Lapangan sepak bola 1 Buah Baik
10. Lab. komputer 1 Buah Baik
11. Papan nama 1 Buah Baik
12. Masjid 1 Buah Baik
13. Lab. MIPA 1 Buah Baik
14. Ruang keterampilan 1 Buah Baik
15. Ruang UKS 1 Buah Baik
16. Ruang BK 1 Buah Baik
17. Ruang OSIS 1 Buah Baik
18. Koperasi 1 Buah Baik
19. Mading 1 Buah Baik
20. Aula 1 Buah Baik
4. Visi dan Misi
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di MTs NU Nurul Huda
Semarang mengacu pada visi dan misi di bawah ini.
a. Visi
BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA
43
b. Misi
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban generasi Islam yang bermartabat
2. Menciptakan kondisi yang mengarah pada peningkatan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT
3. Memprioritaskan kegiatan amal soleh dan estetika berbusana
4. Meningkatkan kwalitas out put siswa dengan pelajaran Agama dan
pelajaran umum (sains) secara bersama-sama disertai dengan
prakteknya
5. Memacu motivasi belajar siswa dengan menyediakan buku-buku yang
di butuhkan
6. Pengembangan sarana pendidikan
7. Pengembangan potensi, intelektual, bakat dan minat para siswa dalam
kegiatan ekstra kurikuler
8. Mengembangkan budaya toleransi, perdamaian, kritis dan demokratis
9. Mempersiapkan tenaga yang lebih professional dalam rangka
meningkatkan mutu keluaran55
55. Hasil wawancara dengan Drs. Ajma’in Yahya (kepala MTs Nurul Huda Mangkang), 25
Januari 2011.
44
5. Struktur Organisasi
STRUKTUR MTS NU NURUL HUDA
PENGURUS MTs NU NURUL HUDA
KEPALA MADRASAH
Ka. TU
TU Perpustakaan
TU Keuangan
TU Administrasi
Wakil Kepala Bidang
Kesiswaan
Wakil Kepala Bidang
Pengajaran
BP / BK WALI KELAS
GURU
SISWA
OSIS
Pramuka
KOMITE
WAKIL KEPALA MADRASAH
45
B. KONDIDI KHUSUS KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG
1. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui, dalam
pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang,
berlangsung sebagai berikut:
a. Pembukaan
Sebagaimana lazimnya setiap proses pembelajaran, diawali
dengan salam dan apersepsi oleh guru. Kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa dan motivasi. Upaya ini
dilakukan agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serius
dan kondusif.56
b. Metode
Metode yang digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak di
kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, yakni dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah digunakan guru
untuk menjelaskan seluruh materi yang ada dalam mata pelajaran akidah
akhlak. Sedangkan metode tanya jawab digunakan guru untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat jika belum jelas.
Metode ini menjadi metode utama dalam setiap pembelajaran
materi akidah akhlak, hal ini karena materi-materi akidah akhlak selalu
berkaitan dengan pemahaman dan aplikasi.57
56. Hasil observasi, Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, 4 & 11 Januari 2011. 57. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa 4 Januari 2011.
46
c. Media dan sumber belajaran
Dalam rangka membantu guru untuk mempermudah pemahaman
siswa akan materi yang diajarkan, maka media yang dipakai adalah
papan tulis dan kapur. Sedangkan sumber belajarnya adalah guru dan
buku paket/ pedoman akidah lainnya sebagai pendukung seperti LKS
(lembar kerja siswa). Sedikitnya media dan sumber belajar yang
digunakan dikarenakan sarana-prasarana yang dapat mendukung
pembelajaran akidah akhlak sangat terbatas, seperti sedikitnya buku
akidah akhlak yang tersedia di perpustakaan MTs Nurul Huda
Mangkang.
d. Evaluasi
Sebelum pertemuan diakhiri, guru akidah akhlak melakukan
kegiatan menyimpulkan pelajaran yaitu berupa tanya jawab. Hal ini
sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilannya dalam mengajar,
tentang pemahaman siswa terhadap materi dan tercapainya tujuan
pembelajaran.58
Sebagai tindak lanjut, dari hasil evaluasi akan diketahui berhasil
tidaknya pembelajaran yang telah berlangsung. Maka dari itu guru
akidah akhlak selalu melakukan program tindak lanjut berupa:
- Mengulas materi pada awal pertemuan
- Melakukan tugas individu.
2. Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak di Kelas VIII-B
MTs NU Nurul Huda Mangkang
Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak terhadap siswa MTs NU
Nurul Huda Mangkang ada beberapa problem yang muncul. Diantara yang
muncul dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B adalah:
58. Hasil observasi, Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 4 & 11 Januari 2011.
47
a. Problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak.
Problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak
antara lain, Penguasaan dan pengembangan materi oleh guru. Hal ini
dapat menjadi penghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Guru
semestinya mengupayakan jalan keluar agar guru lebih profesional dalam
mengajar. Hal ini disebabkan terbatasnya jam/ waktu mengajar, terlalu
banyak materi yang harus dipelajari, dan kurangnya buku-buku
penunjang dan sarana fasilitas yang sangat terbatas juga kemampuan
siswa yang berbeda.
Di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang, problem lain
selain pengembangan materi oleh guru, yakni masalah pengelolaan kelas,
diantaranya masalah jumlah siswa yang melebihi kuota kelas, kelas yang
sempit diisi siswa yang berjumlah 47 siswa, sehingga kelas menjadi sulit
untuk dikendalikan/ jauh dari kondusif. Kemudian yang menjadi masalah
lain yakni penggunaan metode pengajaran yang monoton dan
konvensional (ceramah dan tanya jawab) tanpa diselingi dengan metode
yang berfariasi, sehingga siswa cenderung merasakan bosan, ngantuk
bahkan ngobrol sendiri disaat guru menjelaskan materi. Ditambah
sumber-sumber belajar siswa sangat terbatas, siswa hanya memiliki buku
lembar kerja siswa (LKS) tanpa buku paket/ pegangan aqidah akhlak.
Sehingga kurangnya konsentrasi siswa kurang terfokus dalam materi
pembelajaran.59
Metode pembelajaran akhlak yang kurang menyenangkan, dan
penerapan metode yang hanya menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan pemberian tugas. Sehingga siswa menjadi bosan, sedang
modifikasi metode misalnya metode diskusi, demontrasi dan yang lainnya
jarang digunakan. Siswa merasa bosan bila hanya mendengarkan ceramah
59. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 4 & 11 Januari 2011.
48
guru saja. karena setiap materi hanya disampaikan dengan metode
ceramah dan tanya jawab tanpa dikombinasi dengan metode lain.60
Kemudian mengenai keteladanan dari para guru dan warga
masyarakat madrasah dalam pendidikan akhlak masih kurang. Siswa
melihat dari beberapa sikap guru yang kurang memberikan keteladanan
terhadap siswa, seperti datang terlambat dan merokok di lingkungan
madrasah. Kurang adanya kekompakan diantara para guru dalam
memantau perkembangan perilaku siswa. Hal ini tercermin dari sikap atau
tindakan dari para guru terhadap siswa yang melakukan pelanggaran atau
berperilaku kurang sopan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.61
Adanya kecenderungan orang tua siswa yang menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada Madrasah (guru).
Sebagaimana yang disampaikan oleh guru mapel terhadap anak yang
bermasalah baik dalam prestasi maupun perilaku, bahwa mereka kurang
mendapatkan keteladanan dan pembiasaan dari orang tua di rumah.
Misalnya kurangnya pengawasan dan pengontrolan perilaku siswa,
sehingga anak dibiarkan tumbuh dengan sendirinya.62
b. Problematika yang berhubungan dengan siswa kelas VIII-B MTs
Nurul Huda Mangkang.
Berdasarkan hasil penelitian tentang problematika yang
berhubungan dengan siswa kelas VIII-B meliputi, problematika tentang
tingkat pengetahuan peserta didik yang tidak sama. Ini mengakibatkan
semangat belajar dan pola belajar yang tidak berimbang. Hal ini terkait
60. Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 4
Januari 2011. 61. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011. 62. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011.
49
dengan latar belakang keluarga siswa, kesehatan/ kondisi fisik dan psikis
siswa, makanan, usia dan keadaan sosial ekonomi orang tua siswa.63
Masalah yang berhubungan dalam lingkungan keluarga, yakni
mengenahi ekonomi keluarga (orang tua) yang sebagian besar dari
kalangan ekonomi kurang mampu, sehingga kurang mendukung proses
belajar anak-anaknya dalam memberikan fasilitas/ perlengkapan kegiatan
belajarnya. Tidak hanya itu ekonomi orang tua siswa yang sebagian besar
dari kalangan menengah-kebawah, maka kurangnya bimbingan bahkan
tidak ada kesempatan orang tua untuk menemani belajar anak-anaknya,
itu semua dikarenakan kesibukan untuk bekerja dan lebih diutamakan dari
pada mengawasi kegiatan belajar putra-putrinya.64
Dari hasil observasi, terlihat masih adanya siswa yang kurang
disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas
maupun di luar kelas misalnya siswa yang terlambat masuk sekolah, dan
dalam berpakaian seragam dan kaos kaki.
Selanjutnya masih kurangnya sopan santun pada diri siswa MTs
Nurul Huda Mangkang baik dalam perbuatan maupun perkataan. Hal
tersebut dapat dilihat dari sikap siswa yang suka memotong perkataan
guru yang sedang berbicara, dalam berkomunikasi siswa masih ada yang
menggunakan bahasa jawa (ngoko) terhadap guru, masih sering dijumpai
siswa yang lewat di depan guru tanpa salam.65
Dan pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh siswa bahwa teman yang kurang baik akhlaknya
63. Hasil wawancaradengan Nasrullah, S.Pd.I, 9Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011 64. Hasil wawancara dengan siswa mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang, Selasa, 11 Januari 2011. 65. Hasil observasi disaat pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang), Selasa, 4-11-18 Januari 2011.
50
sangat mempengaruhi bagi teman yang lain seperti berkata kotor dan suka
membuat gaduh, serta berkelahi.66
c. Problematika yang berhubungan dengan evaluasi.
Evaluasi yang sering dilakukan pada siswa adalah penilaian hasil
belajar, biasanya dilakukan di setiap akhir pembahasan satu pokok
bahasan/ materi. Selain itu test mid semester dan semesteran. Sedangkan
yang menjadi problem yakni, evaluasi dari ranah afektif (perilaku) dan
psikomotorik (keterampilan) jarang dilakukan disebabkan keterbatasan
waktu dan fasillitas yang ada. Evalusai ini seringkali hanya berdasarkan
apa yang tergantung dalam lembar kerja siswa (LKS) cetakan penerbit,
sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang tersentuh sehingga
terjadi verbalisme dan akibatnya guru tidak mengetahui kemampuan
siswa yang sesungguhnya.67
3. Upaya Pemecahan Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak
Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa upaya
yang dilakukan oleh madrasah (guru) untuk mengatasi problematika dalam
pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
adalah sebagai berikut :
a. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan dengan guru
aqidah akhlak.
Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan
dengan penguasaan dan pengembangan materi, yaitu guru lebih aktif lagi
mencari pemecahannya. Adapun yang dilakukan oleh guru yaitu mencari
bahan bandingan sebagai sumber pendukung sumber pembelajaran,
66. Hasil wawancara dengan Siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Mata Pelajaran
Akidah Akhlak, Selasa, 11 Januari 2011 67. Hasil observasi dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda. 4-25
Januari 2011
51
misalnya guru harus memiliki lebih dari dua buku pegangan aqidah
akhlak serta buku dari penerbit yang berbeda. Disamping itu untuk
pengembangkan pribadi guru, adalah mengikuti kegiatan Kelompok
Kegiatan Guru (KKG). Selain itu akan dilakukan sharing sesama guru
Aqidah akhlak. Dari kegiatan tersebut, dengan harapan dapat diperoleh
masukan baik materi pembelajaran maupun strategi pembelajaran.
Dalam kegiatan itu juga berpeluang mengembangkan diri, sebab secara
bergilir setiap guru diwajibkan tampil dengan strategi dari metode
pengembangan pengajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dan
masalah yang sedang berkembang.68
Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan
dengan pengelolaan kelas. Dalam hal ini yang dilakukan guru adalah
membuat rencana pembelajaran untuk setiap pengajaran serta
menentukan strategi pengajaran yang berbeda untuk setiap pokok
bahasan apa yang dirancangkan tersebut akan dilaksanakan secara
benar.69
Untuk metode, guru mengadakan kombinasi metode misalnya
metode caramah, tanya jawab, diskusi, disamping itu pengajaran dengan
tutor sebaya/ belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw
learning) dilaksanakan. Maksudnya untuk setiap jam pertemuan guru
meminta seorang siswa untuk mengantarkan pokok bahasan dan
menjelaskan sesuai dengan kemampuan mereka (yang sebelumnya sudah
diberi tahu materi yang akan dipelajari sekarang, di waktu akhir
pertemuan yang lalu). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan guru
68. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011 69. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011.
52
untuk mengembangkan bahasan tersebut.70
Berkaitan dengan metode
pengajaran akhlak yang kurang menyenangkan, selama ini siswa masih
bersikap pasif yaitu siswa hanya mendengarkan saja tanpa ada reaksi
timbal balik antara siswa dan guru. Dari sikap siswa yang demikian ini
menunjukkan bahwa siswa belum berusaha untuk mencari solusi atas
permasalahannya.
Berkenaan dengan solusi mengenai keteladanan dari para guru
dan warga masyarakat madrasah dalam pemberian pendidikan akhlak,
yang dapat dilakukan siswa yaitu mereka (siswa) mengharapkan dari
sikap guru seharusnya dapat dijadikan panutan bagi siswa-siswinya.
Mereka selama ini belum berani mengambil sikap untuk mengutarakan
isi hatinya (menyampaikan saran) kepada guru yang belum menunjukkan
sikap teladan sebagai guru.71
Kemudian terkait dengan kurangnya kekompakan diantara para
guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa, upaya yang
dilakukan yaitu mencoba menjalin kekompakan diantara guru. Dalam hal
ini telah diupayakan dengan mengadakan rapat koordinasi diantara para
guru dibawah koordinasi kepala madrasah. Upaya tersebut telah
terlaksana dengan terlibatnya semua guru dalam memantau perilaku
siswa. Misalnya dalam setiap kelas disediakan buku catatan perilaku
siswa yang melakukan pelanggaran, sehingga setiap guru berperan aktif
memberikan informasi perkembangan perilaku siswa.72
70. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011. 71. Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 4 Januari 2011.
72. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011
53
b. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan siswa kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan siswa. Disebabkan latar belakang keluarga
siswa yang berbeda, maka yang dilakukan guru adalah dengan membuat
jurnal kegiatan harian dan dikumpulkan setiap satu minggu sekali.73
Melihat masih adanya siswa yang kurang disiplin dan kurang
mematuhi peraturan madrasah, upaya/ cara yang dapat ditempuh oleh
guru dan anggota masyarakat madrasah lainnya yaitu dengan
mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan
madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dilakukan
diantaranya melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti kepramukaan, dan
paskibra. Sebagai tindak lanjut dari upaya di atas yaitu dengan
memberikan sangsi bagi siswa yang melanggar. Sebagai koordinator
dalam pelaksanaan sangsi yaitu guru mapel aqidah akhlak bersama wali
kelas dan hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan MTs Nurul Huda
Mangkang. Upaya yang ditempuh oleh pihak madrasah (guru) sudah
terlaksana, akan tetapi masih ada juga siswa yang kurang disiplin atau
kurang mematuhi peraturan madrasah.74
Berkaitan dengan masih kurangnya sopan santun pada diri siswa
MTs Nurul Huda Mangkang baik dalam perbuatan maupun dalam
perkataan. Upaya yang dilakukan oleh guru yaitu berusaha semaksimal
mungkin dengan memperbaiki proses pembelajaran akhlak dengan
memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan
maupun sisi keteladanan. Misalnya siswa yang suka memotong perkataan
guru, itu adalah perbuatan yang kurang terpuji dan sebaiknya dianjurkan
73. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011 74. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011
54
berbicara setelah mendapat izin dari guru. Upaya yang dilakukan ada
yang berhasil dan ada yang belum berhasil, karena sangat dipengaruhi
karakter masing-masing siswa. ada yang dinasehati satu kali kemudian
sadar dan adapula yang dinasehati beberapa kali belum juga sadar dan
berubah.75
Upaya yang dilakukan siswa dalam menghadapi pengaruh teman
yang kurang baik akhlaknya yaitu siswa berusaha untuk menghindari
lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman
yang baik. Misalnya dengan menjauhi teman yang sering berkata kotor,
teman yang suka membuat kegaduhan dan mempunyai hobi berkelahi.
Dan upaya ini sudah cukup berhasil dan efektif untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dengan berbagai upaya yang telah ditempuh baik
oleh pihak madrasah (guru) maupun siswa ada yang sudah cukup
berhasil, namun adapula yang belum berhasil secara maksimal. Untuk itu
problem yang belum terselesaikan tersebut masih perlu dicarikan solusi,
sehingga problem tersebut dapat teratasi.
c. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan evaluasi.
Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan
dengan evaluasi. Pemecahan problematika yang berhubungan dengan
evaluasi yaitu dengan mengadakan pre-test dan apersepsi serta materi
pengantar sebelum mengajar/ sebelum menjelaskan pokok bahasan
tertentu dan mengadakan post test setiap selesai mengajar. Alat evaluasi
disesuaikan dengan kemampuan anak didik disamping test secara
tertulis juga test secara lisan dan ketrampilan ibadah.76
75. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011 76. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011.
55
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Proses Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs
Nurul Huda Mangkang
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (Transfer) yang intern dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapakan sebelumnya. Sedangkan
suatu pembelajaran bisa dikatakan efektif apabila prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai secara maksimal.
Hasil pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya
bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata, akan tetapi harus tampak
dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini sudah
barang tentu harus dapat dilihat dan diamati, dalam arti mudah diatur.
Dalam proses pembelajaran, diharapakan adanya feedback antara
pendidik dan peserta didik. Akivitas pengajaran berlangsung secara aktif,
kondusif, menyenangkan tidak hanya menekankan pada sisi pendidik saja dalam
memberikan pengajaran aqidah akhlak, tetapi menekankan juga pada siswa dan
pendidik itu sendiri, sehingga proses pengajaran secara interaktif dan dialogis.
Selain harus kondusif dan komunikatif proses pengajaran harus
memperhatikan pengelolaan kelas, seperti pengalokasian waktu yang tersusun
rapi, penataan ruang kelas dan pemanfaatan media dalam kelas. Menurut Made
Pidarta, Dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, dijelaskan
bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang
tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan,
memperbaiki dan memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat
memanfaatkan kemampuannya.
Akan tetapi dari hasil analisis peneliti, peneliti menemukan kurangnya
kesesuaian antara teori pembelajaran yang edukatif seperti dijelaskan diatas
56
dengan prakteknya di lapangan (pembelajaran dikelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang).
Terbukti masih ditemukannya problematika-problematika yang muncul
dalam pembelajaran yakni mengenai penguasaan dan pengembangan materi,
penggunaan metode pembelajaran dan perancangan pembelajaran kurang tepat
oleh guru dan problem yang muncul dari siswa seperti tingkat pengetahuan yang
siswa berbeda dan kurangnya kedisiplinan, serta minimnya sarana-prasarana
yang digunakan dalam mendukung pembelajaran.
Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Mangkang
hanya memanfaatkan satu jam pelajaran dalam setiap satu minggu (satu jam
pelajaran) waktunya 75 menit, oleh karena waktu yang diberikan hanya sekitar
satu jam setiap satu minggu, guru Aqidah Akhlak harus dapat memanfaatkan
waktu, memilih materi pelajaran apa yang akan disampaikan terlebih dahulu,
sehingga dalam satu semester dapat menyelesaikan dan mengajarkan materi
aqidah akhlak sesuai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Kemudian masalah penggunaan metode pengajaran. Agar metode yang
akan digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka harus mampu
melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran untuk siswa berkemampuan sedang tentu berbeda dengan siswa
yang pandai. Kiat lain untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran, dengan
diawali dengan rancangan pembelajaran. Namun perlu ditegaskan bahwa
bagaimanapun canggihnya suatu rancangan pembelajaran, hal itu bukan satu-
satunya faktor yang menentukan keberhasilan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa proses pembelajaran tidak akan berhasil tanpa rancangan pembelajaran
yang berkualitas.
B. Analisis Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B
MTs Nurul Huda Mangkang
1. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Guru dan Upaya
Pemecahannya
57
a. Analisis problematika yang berhubungan dengan Penguasaan dan
pengembangan materi. Penguasaan dan pengembangan materi lebih
dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas guru. Guru sebagai
pengajar dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
ketrampilannya, supaya dalam mengajarkan ilmu pengetahuannya guru
lebih menguasai dan pandai dalam mengembangkan materi.77
Maka tuntutan guru, sebagai pengajar harus pandai
mempersiapkan rancangan rencana pembelajaran. Tujuannya agar
pembelajarannya lebih terarah, tersusun dan lebih efisien serta
menyenangkan, baik dari pengalokasian waktu maupun cara
penyampaiannya. Disamping itu pembelajaran harus didukung dengan
fasilitas atau media yang menunjang dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran, seperti buku-buku bacaan, media elektronik dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian dari lapangan, masih kurang sesuai
dengan terori yang dijelaskan diatas, karena proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda masih
kurang maksimal.
Problematika penguasaan dan pengembangan materi disebabkan
kurangnya atau terbatasnya alokasi waktu serta ketidak aktif dan
efektifnya perpustakaan, sementara materi yang disampaikan terlalu
banyak. Bidang studi aqidah akhlak menjadi menjenuhkan, karna selalu
menghafal dan memahami istilah-istilah dalam aqidah (syari’at) dan
akhlak (akhlak baik dan buruk) sedangkan istilah-istilah itu sudah sering
didengar, walaupun kurang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran aqidah akhlak ini banyak sekali materi didalamnya yang
77. Sofan Amri, S.Pd. Ii khoiru Ahmadi, M.Pd. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif
Dalam, Kelas(metode, landasan teoritis,-praktis dan penerapannya), (Jakarta: Prestasi pustaka,2010),
hlm.143
58
harus dipahami dan dijalankan oleh siswa. Begitu banyaknya materi
sehingga mau tidak mau harus mempelajari dan selalu mengamalkannya
pelajaran tersebut dengan baik. Meskipun pembelajaran aqidah akhlak
bagi sebagian siswa menjenuhkan, namun masing-masing punya cara
sendiri untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Karena guru di sekolahnya
mungkin sangat menjenuhkan dan kurang variatif dalam mengajar.
Kurangnya buku-buku penunjang, fasilitas yang terbatas serta
kemampuan siswa yang berbeda juga merupakan pengahmbat dari
pengembangan materi. Upaya atau tindakan untuk mengatasi problem
tersebut adalah dengan mencari bahan bandingan sebagai sumber
pembelajaran. Guru mengembangkan materi sedemikian rupa, seakan
materi itu bukan paket dari kurikulum.
Dengan mencari bandingan sebagai sumber pendukung,
menganalisa materi sebelum mengajar, dan menggunakan alat bantu atau
peraga yang ada sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Maka guru
senantiasa dapat mengembangkan potensi diri dengan banyak belajar dari
orang lain untuk menambah pengetahuan. Kelompok Kerja Guru (KKG)
salah satu ajang atau sarana untuk mengembangkan diri. Disana guru
dapat bertanya, sharing dan tukar pikiran sesama guru mata pelajaran
dalam pengalaman. Keterbatasan jam mengajar dapat diatasi dengan
menambah jam pembelajaran. Ini lebih efektif dilakukan pada pagi hari
sebelum kegiatan rutin disekolah dimulai. Namun karena hal ini tidak
memungkinkan maka pelaksanaanya dilakukan setelah jam pelajaran
usai. Dan supaya siswa tetap semangat dan tidak bosan maka disela-sela
pelajaran diselingi humor-humor ringan.
Sedangkan menurut hemat penulis upaya tersebut sudah dapat
membawa perubahan. Terlihat dari sikap siswa yang mulai ada perhatian,
mulai ada yang bertanya dan rasa ingin tahu terhadap apa yang
disampaikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
59
b. Analisis problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan
metode mengajar. Proses pembelajaran yang inovatif bisa mengadaptasi
model pembelajaran yang menyenangkan. Learning in fun merupakan
kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini dipikirannya, maka tidak akan ada lagi siswa yang
pasif dikelas, perasaan tertekan dengan tanggung jawab tugas, dan rasa
bosan.
Membuat atau membangun metode pembelajaran yang inovatif
sendiri ini bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik setiap diri siswa. Artinya mengukur
daya kemampuan serap ilmu masing-masing siswa. Contohnya sebagian
siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan
menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan,
auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut
harus di sesuaikan pula dengan upaya penyeimbang fungsi otak kiri dan
otak kanan yang mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa.
Proses kreatif dimaksudkan agar menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga menemuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Sedangkan untuk menjadi menyenangkan adalah menciptakan suasana
belajar-mengajar yang tidak membosankan, sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu tercurah secara
komprehensif.
Sedangkan dalam pemilihan metode pembelajaran ada yang harus
dipertimbangkan, yakni keadaan murid yang mencakup pertimbangan
tentang tingkat kecerdasan, tujuan yang hendak dicapai, alat-alat yang
tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan
60
kemudian kemampuan pengajaran tentu menentukan, mencakup
kemampuan fisik keahlian.78
Berdasarkan landasaan teori diatas, pengelolaan kelas dan
pemilihan metode dalam proses pembelajaran di kelas VIII-B MTs Nurul
Huda kurang tepat/ sesuai (masih konvesional), karena pemilihan metode
kurang tepat pada fisik guru aqidah akhlak kelas VIII-B. ceramah
misalnya, harus memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru yang
mudah payah, kurang kuat berceramah dalam waktu yang lama. Dalam
hal seperti ini sebaiknya menggunakan metode lain yang tidak
memerlukan tenaga yang banyak.
Sedangkan menurut penilaian penulis, upaya atau usaha oleh guru
dalam mengatasi problem tentang pengelolaan kelas dan metode
mengajar (Membuat atau membangun metode pembelajaran yang inovatif
dan membuat pembelajaran yang menyenangkan Learning in fun)
tersebut sudah dapat membawa perubahan. Terlihat dari sikap siswa yang
mulai ada perhatian, mulai ada yang bertanya dan rasa ingin tahu
terhadap apa yang disampaikan guru saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
2. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Siswa dan Upaya
Pemecahannya
Dalam kaitannya problem tentang tingkat pengetahuan peserta didik
yang berbeda, latar belakang keluarga mempunyai dampak dan pengaruh
yang besar terhadap semangat dan motivasi mereka. Profesi orang tua juga
membawa pengaruh yang sangat menentukan sebuah motivasi pola belajar
dan kegiatan siswa. Bagi yang mempunyai orang tua seperti guru mereka
senantiasa mengawasi kegiatan belajar anak-anaknya. Belajar bagi mereka
tidaklah menjadi beban, namun bagi profesi lain mereka sedikit mempunyai
78. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Rosda karya, 2003),
hlm.33
61
peluang untuk memantau anaknya dalam belajar bahkan tidak sedikit yang
tidak sempat memantau kegiatan belajarnya dan tidak bisa menjadi sumber
atau tempat bertanya.
Adapun pola pengetahuan yang berbeda, merupakan suatu hal yang
lumrah apabila siswa dalam satu kelas mempunyai tingkat pengetahuan yang
berbeda, sebagian siswa ada yang mudah dan cepat menerima maupun
memahami materi pelajaran dan sebaliknya, ada pula yang kesulitan dan
lambat menerima serta memahami pelajaran. Hal ini sangatlah berpengaruh
terhadap semangat belajar dan pola belajar siswa tidak berimbang.
Berdasarkan hasil penelitian dari lapangan, upaya pemecahan
problematika tidak sesuai dengan terori yang dijelaskan diatas, karena proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs
Nurul Huda belum maksimal. Karena melihat dari observasi dan wawancara
penulis, sebelum mengadakan penelitian dikelas VIII-B belum adanya upaya/
tindakan telah dilakukan dari guru.
Sedangkan upaya atau tindakan yang digunakan untuk mengatasi hal
ini adalah dengan menggunakan metode mengajar tepat dan disesuaikan
dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain yakni
dengan membentuk kelompok, bisa kelompok belajar atau kelompok diskusi.
Sedangkan menurut hemat penulis upaya tersebut sudah dapat
membawa perubahan yang lebih komunikatif. Terlihat dari sikap siswa yang
mulai ada perhatian, mulai aktif, partisipatif dan timbal balik anatara guru
dengan siswa, serta rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang disampaikan
guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi dan Upaya
Pemecahannya
Evaluasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Selain istilah evaluasi,
sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti test, penilain dan lain-lain.
62
Sedangkan penilaian yang digunakan dalam lesson plan, biasanya
menggunakan istilah test, misalnya dalam istilah pretest dan post-test.
Dalam kaitannya dengan evaluasi pembelajaran, Moekijat
mengemukakan tekhnik evaluasi yakni ada tiga yaitu; evaluasi belajar
pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai berikut: (a). Evaluasi belajar
pengetahuan/ kognitif, dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan dan daftar
isian pertanyaan, (b). Evaluasi belajar keterampilan/ psikomotorik, dapat
dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dengan analisis tugas
serta evaluasi peserta didik itu sendiri, (c). evaluasi belajar sikap/ afektif,
dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri.79
Berdasarkan landasan diatas berarti, evaluasi yang dilakukan guru/
madrasah kurang sesuai. Karena kurang memenuhi aspek evaluasi yang harus
dilaksanakan setiap pembelajaran. Problem pembelajaran Aqidah akhlak
yang terkait dengan evaluasi adalah kurangnya evaluasi proses ataupun skala
sikap. Aspek life skill sebagaimana tuntunan kurikulum sekarang kurang
tersentuh. Akhirnya yang terjadi adalah verbalisme, untuk mengetahui
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, guru melakukan evaluasi
dengan dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan submatif. Evaluasi formatif
dilakukan dengan melalui test tertulis dan test tidak tertulis.
Test tertulis tidak dilakukan setiap hari, akan tetapi dilakukan setelah
satu pokok bahasan atau sebelum test semesteran. Sedangkan test tidak
tertulis berupa test lisan atau tanya jawab yang dilakukan setiap hari sebagai
wujud konsekuensinya dari pretest dan post test. Evaluasi yang dilakukan
oleh guru aqidah akhlak, baru mencakup aspek kognitif belum mencapai
aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga penilaian yang dilakukan oleh guru
bidang studi tersebut baik penilaian belajar maupun penilaian hasil belajar
belum dilaksanakan dengan baik.
79. Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, Landasan Konsep Dan Implementasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm175
63
Selain problem dari siswa, waktu evaluasi pun sangat terbatas, jam
pertemuan yang hanya 75 menit perminggu tidak cukup melaksanakan
evaluasi yang ideal. Waktu ini hanya cukup untuk memberikan atau
menyampaikan materi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
dengan mengadakan pre-test, post-test setelah selesai pembelajaran dan
pemberian tugas-tugas terstruktur. Evaluasi dilakukan secara lisan maupun
tertulis. Pemberian evaluasi disetiap pembelajaran meskipun sedikit membuat
siswa akan selalu belajar. Upaya ini dipandang efektif baik dilihat dari
evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Dengan hal ini diharapkan akan
terjalin komunikasi dan hubungan yang erat untuk mengatasi kegiatan belajar
siswa.
Sedangkang Analisis Problematika yang Berhubungan dengan
Sarana-Prasarana dan Upaya Pemecahannya. Sarana-prasana dan media
merupakan alat untuk mendukung dan menyajikan suatu hal sehingga akan
tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang sesuai
dengan yang diharapkan, dan tercapainnya berhasilnya pembelajaran. Tanpa
media atau alat sarana dan prarana proses pembelajaran akan lebih lambat
dan membosankan serta berpengaruh terhadap kecepatan dan ketepatan
pemahaman siswa.
Sementara berdasarkan hasil observasi, di kelas VIII-B MTs Nurul
Huda sangat minim/ terbatas fasilitas, sarana dan prasarana sehingga proses
pembelajaran terkesan apa adanya dan konvensional. Berkaitan dengan
kurangnya sarana dan prasarana madrasah pihak madrasah berupaya untuk
melengkapi sarana dan prasarana madrasah baik secara langsung maupun
tidak langsung. Saat ini pihak madrasah masih mengupayakan untuk
melengkapi sarana dan prasarana tersebut.
64
BAB V
KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penlitian dan analisa yang telah penulis paparkan, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak tersirat satu kegiatan yang utuh
terpadu dan tidak terpisahkan antara guru dan siswa, serta faktor-faktor yang
mendukung proses pembelajaran aqidah akhlak yang disebut dengan sistem
pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung itu antara lain
pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan pengajaran materi, metode mengajar
dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana.
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs NU
Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika. Pertama,
problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak meliputi: metode
pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya penguasaan dan
pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para guru, dan adanya
kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-
anaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan diantara
para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa. Kedua,
problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan
santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya
siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di
dalam kelas maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh
teman yang kurang baik akhlaknya. Ketiga, problem yang berhubungan
dengan sarana-prasarana yakni: Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah.
2. Dalam menghadapi problematika yang berhubungan dengan guru, MTs NU
Nurul Huda Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama,
menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan
65
dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan
dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan
kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran
dan mengembangkan materi sedemikian rupa, seakan materi itu bukan paket
dari kurikulum, berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses
pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi
materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan
menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan
masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru yaitu dengan
diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah koordinasi kepala
madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem
dari siswa: MTs NU Nurul Huda Mangkang, memberikan sangsi berupa
kredit point bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan
pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar,
serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang
baik dan berusaha memilih teman yang baik. Sedangkan solusi yang
berhubungan dengan sarana-prasarana yakni, berusaha melengkapi sarana dan
prasarana madrasah.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang penulis peroleh, bahwa dalam pendidikan
akhlak di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang terdapat beberapa
problematika yang perlu untuk dicari solusi pemecahannya. Maka saran-saran
yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Para guru dan warga masyarakat Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda
Mangkang tetap berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan upaya
pendidikan akhlak terhadap siswa-siswinya, dapat menciptakan kondisi yang
kondusif dalam proses pendidikan baik langsung maupun tidak langsung,
66
tanggap terhadap problematika-problematika yang muncul dan mencari solusi
pemecahannya serta meningkatkan jalinan kerjasama dengan pihak-pihak lain.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan siswa dalam kegiatan
keagamaan yang diadakan oleh masyarakat melalui buku pantauan.
2. Sebagai peserta didik hendaknya memahami dan menyadari pentingnya
akhlak bagi kehidupannya dan secara sadar melaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3. Para orang tua hendaknya ikut membantu menyukseskan program pendidikan
akhlak di Madrasah dan menyadari bahwa pendidikan terutama pendidikan
(pembelajaran) akhlak adalah tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Karena
orang tua adalah orang pertama yang dikenal oleh anak yang memberikan
pendidikan pertama dan utama, sebagai peletak pondasi dalam membentuk
kepribadian anak. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
perhatian, keteladanan, pembiasaan, dan hukuman terhadap anak-anak baik
dalam hal ibadah maupun perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
C. PENUTUP
Puji syukur Alhamdulilallah hirabbil alamin, dengan rahmat, taufik dan
hidayah Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas penyusunan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tersampaikan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah diutus untuk menyampaikan
risalah kebenaran kepada umat manusia melalui hadist atau sunnah Beliau sebagai
pedoman hidup.
Tulisan tentang Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Solusi
Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang ini sebenarnya
masih dapat ditingkatkan dan dikembangkan lagi, namun apa yang dituangkan
dalam skripsi ini adalah hasil maksimal usaha penulis.
67
Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi bagi fakultas Tarbiyah
sehingga dapat dijadikan sebagai panduan, bacaan/ keputakaan bagi mahasiswa
untuk mencetak calon guru yang professional dan menjadi pelengkap dari tulisan
yang telah ada selama ini. Dan yang pasti karya ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu masih diperlukan saran
dan kritik yang konstruktif. Semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, baik
bagi penulis maupun bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
pembelajaran MTs NU Nurul Huda.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
meridhoi cita-cita yang mulia kepada umat-Nya yang selalu gigih dalam berusaha.
Amin yaa rabbal ‘alamiin…
68
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abbudin Nata. H, Tafsir Ayat-Ayar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002)
Al-Abrasyi. M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar
Bustami, Aghani, dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970)
Amri. Sofan, Iif khoiru Ahmadi, M.Pd. Proses Pembelajaran Kreatif Dan
Inovatif Dalam, Kelas (metode, landasan teoritis,-praktis dan
penerapannya), (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,2010)
Arief. Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
ciputat Press, 2002)
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)
Daradjat. Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Darmadi. Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Landasan Konsep Dan
Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Darwis. Jamaludin, Dinamika Pendidikan Islam,( Sejarah, Ragam dan
Kelembagaan), (Semarang: Rasa’il, 2006)
Depag, Syamil Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta media, 2005)
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia ed. IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
Deprtemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,
Pembelajaran yang Efektif Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Siswa (Jakarta: Depag RI, 2002),
Departemen Pendidikan Nasional Republic Indonesia, Undang-Undang
Republic Indonesia, (Jakarta: 2003)
69
Djamarah. Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005) cet II
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004)
Http://Gudang ilmu-uang-amal. Blogspot.com/2009/05/konsep-akhlak-dalam-
islam 24. Html, (April senin: 25-04 2011)
Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang,
Rasail Media Group, 1997)
Majid. Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Jakarta: PT Rosda Karya: 2008)
, Perencanaan Pembelajarn Mengembangkan Standard Kompetensi
Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006)
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka
Gazila, 2003), cet. II.
Mulyasa, Menjadi Guru Professional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008)
Mustakim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010)
Nurdin H. Syafruddin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum,
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet.III
Poerwadarminta. W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1982)
Ramayulis. H, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)
Razak. K.H. Nasruddin. Dienul Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1983)
Soenarjo, R.H.A, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang CV.Toha
Putera, 2005)
70
Tafsir. Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Rosda
karya, 2003)
Thohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005) edisi revisi
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), cet. II.
Uno. Hamzah B, Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006)
Usman. Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000)
Zahruddin. AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004)
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993)
;<=> ?@ABCبEAآ. GHEIJKب اEMNKا OPQC, بE@Kق .ا;STرم اEBC W=XT YZ[\, ]^K٤.ا ,
`abcK٢٧١.ا
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
Dalam melaksanakan observasi atau pengamatan, penulis mengamati baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap Problematika Pembelajaran
Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan
lengkap sehingga keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan. Adapun
pelaksanaan obsevasi sebagai berikut :
1. Mengamati letak geografis dan kondisi umum MTs Nurul Huda Mangkang
2. Mengamati ruang belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di Kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
3. Mengamati sarana dan prasarana yang tersedia dan pemanfaatanya dalam
proses belajar mengajar di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
4. Mengamati media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di Kelas
VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
5. Mengamati interaksi-edukatif antara guru dan murid dalam proses
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
Rincian Pedoman Observasi
No. Komponen Aspek-aspek yang diteliti
(ideal) Responden Obsrvs Dkmnt
1. Proses
pembelajaran
o Suasana PBM kondusif,
komunikatif, aktif dan
menyenangkan
o Pengalokasian waktu
yang tersusun dan
Siswa–Guru
Guru
�
�
�
terstruktur
o Penataan ruang kelas
yang nyaman
o Tujuan pembelajaran
jelas
Siswa-Guru
Guru
�
�
2. Guru
(pendidik)
o Mempunyai akhlak
mulia (menjadi suri
taulandan)
o Menguasahi materi
pelajaran (berilmu)
o Pandai memilih dan
menggunakan metode
pembelajaran yang tepat
o Memahami
karakteristik anak didik
o Mempunyai tujuan
pembelajaran
Siswa
Siswa
Guru
Guru
Guru
�
�
�
�
�
3. Siswa (anak
didik)
o Berakhlak baik, sesuai
dengan materi
o Berprestasi
o Aktif di dalam dan di
luar kelas
o Sehat jasmani dan
rohani
o Memiliki perlengkapan
belajar
Guru-
Kepsek
Guru
Guru
Guru
Siswa–Guru
�
�
�
�
�
�
4. Kurikulum o Kurikulum terkonsep Guru - �
secara jelas sistematis
o Program pembelajaran
terkonsep secara
sistematis
o Memiliki tujuan
kurikulum yang jelas
o Adanya sarana-
prasarana yang
mendukung berhasilnya
kurikulum
wakakurikul
Guru
Guru -
wakakurikul
wakakurikul
um
�
�
�
5. Materi o Materi tepat sesuai
dengan kurikulum
o SK-KD terstruktur rapi
o Memiliki Prota dan
Promes materi pelajaran
Siswa–Guru
Guru
Guru
�
�
�
�
�
6. Evaluasi o Melakukan evaluasi
penempatan (awal),
formatif (tengah) dan
sumatif (akhir)
o Evaluasi pemahaman
siswa
o Evaluasi materi
pelajaran
o Evaluasi akhlak siswa
o Evaluasi pembelajaran
(PBM)
Guru
Siswa–Guru
Guru
Guru
Guru
�
�
�
�
�
7. Penilaian o Adanya pretest dan Test
o Adanya penilaian
Guru
Guru
�
�
menggunakan non test
melalui pengamatan
akhlak dll.
o Adanya test remidi
Guru
�
8. Metode o Metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai
o Menggunakan media/
sarana-prasarana yang
tapat
Siswa–Guru
Siswa–Guru
�
�
�
B. Pedoman Wawancara.
Dalam melaksanakan wawancara penulis menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang telah disusun secara terarah dan sistematis sebagai upaya
memperoleh informasi dan data yang obyektif. Penulis melakukan wawancara
kepada Pimpinan Madrasah, tenaga Pendidik (mapel Aqidah Akhlak) dan Waka
Kurikulum tentang permasalahan yang berkaitan dengan Problematika
Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul
Huda Mangkang.
Adapun Pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan dalam wawancara
sebagai berikut:
Wawancara kepada Kepala Sekolah
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya MTs Nurul Huda Mangkang?
2. Siapa pendiri MTs Nurul Huda Mangkang?
3. Kapan MTs Nurul Huda Mangkang didirikan?
4. Apa visi dan misi terhadap peserta didik di MTs Nurul Huda Mangkang?
5. Bagaimana struktur organisasi MTs Nurul Huda Mangkang?
6. Guru (tenaga pendidik)
a. Berapa jumlah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak?
b. Bagaimana akhlak guru mata pelajaran Akidah Akhlak ?
7. Siswa (peserta didik)
a. Berapa jumlah siswa yang belajar di MTs Nurul Huda?
b. Bagaimana akhlak siswa-siswi MTs Nurul Huda?
8. Media Pembelajaran dan Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran.
a. Media dan sarana-prasarana apa saja yang ada dan digunakan sebagai
pendukung pembelajaran?
b. Bagaimana kondisi Media dan Sarana Prasarana Pendukung
Pembelajaran.?
Wawancara kepada Waka Kurikulum
1. Kurikulum
a. Apakah di MTs Nurul Huda Mangkang menggunakan Kurikulum KTSP?
b. Apakah ada standar isi mapel aqidah akhlak dalam kurikulum KTSP di
MTs Nurul Huda Mangkang?
c. Apakah dalam kurikulum terdapat silabus dan RPP aqidah akhlak?.
d. Apakah Kurikulum terkonsep secara jelas sistematis?
e. Apa tujuan kurikulum pendidikan Akidah Akhlak di MTs Nurul Huda
Mangkang?
2. Guru dan Siswa
a. Bagaimana keadaan akhlak guru di MTs Nurul Huda Mangkang?
b. Bagaimana keadaan akhlak siswa di MTs Nurul Huda Mangkang?
3. Sarana-prasarana Apa saja yang mendukung proses pembelajaran Aqidah
Akhlak di MTs Nurul Huda Mangkang?
Wawancara kepada Guru Aqidah Akhlak
1. Proses Pembelajaran
a. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah akhlak?
b. Apa tujuan dan fungsi pembelajaran Aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs
Nurul Huda Mangkang?
c. Sarana-prasarana atau media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran
Aqidah akhlak?
2. Siswa (peserta didik)
a. Bagaimana akhlak siswa-siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang?
b. Bagaiamana prestasi siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang?
c. Bagaimana kondisi perlengkapan belajar siswa?
d. Bagaimana kondisi fisik dan psikis siswa?
3. Kurikulum
a. Bagaimana dan apa tujuan kurulukum
b. Apa sajakah media/ sarana-prasarana yang digunakan dalam mendukung
berhasilnya pembelajaran?
c. Apakah dalam pembelajaran bapak membuat silabus dan RPP?.
4. Materi (bahan ajar)
Apakah dalam pembelajaran guru membuat prota, promes dan SK-KD?
5. Evaluasi
a. Evaluasi apa aja yang dilakukan guru dalan pembelajaran Aqidah Akhlak
di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang?
b. Apakah guru melakukan evaluasi penempatan (awal), formatif (tengah)
dan sumatif (akhir)?
6. Penilaian
Apakah guru melakukan penilaian (pretest, post test, dan remidi) untuk
mengukur prestasi/ hasil belajar siswa?
Wawancara kepada peserta didik Aqidah Akhlak
1. Proses Pembalarajan
a. Bagaimana kondisi/ suasana proses belajar mengajar di kelas VIII-B MTs
Nurul Huda Mangkang?
2. Guru (pendidik)
a. Bagaimana akhlak guru Akidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda
Mangkang?
b. Apakah guru Akidah Akhlak menguasai materi pelajaran?
c. Apakah guru Akidah Akhlak menggunakan metode yang bervariasi dalam
melakukan pembelajaran?
d. Apakah materi aqidah akhlak sesuai dengan kurikulum/ bahan ajar?
C. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumenter.
Bentuk data tersebut dapat berupa; surat-surat, buku harian, naskah, atau
dokument lainya.
Dokumen-dokumen yang dibutuhkan:
1. Sejarah dan letak geografis Sekolah
2. Struktur Organisasi Sekolah
3. Keadaan siswa dan guru
4. Kegiatan pembelajaran.
DAFTAR NAMA SISWA
Kelas : VIII-B Tahun Ajaran : 2010/2011
Mapel : Aqidah Akhlak Semester : Genap
No. Nama
1. Ahmad Rochani
2. Aenun Khalid
3. Ahmad Sholeh
4. Alvian Badrul millah
5. Anom Wisnu Hermawan
6. Ardi Purwanto
7. Arif Maulana Budiyanto
8. Atho’urrrahman
9. Cholifah Novia Saputri
10. Dayung Nasti Setiawan
11. Dewi Ajeng Kartini
12. Dhimas Kuncoro Adhi
13. Didik Prastyo
14. Dzikri Firmansyah
15. Edi Sopiyan
16. Eka Asih Wulandari
17. Evi Handayani Ningsih
18. Faiza Noor Shofiyani
19. Faizul Khanafi
20. Farkhah Mukrikhah
21. Fitri Tahta Alvina
22. Friska Dwi Septiani
23. Hendrik Kurniawan
24. Hikmah Arinan Naja
25. Ifkhatul Shofa
26. Ika Nur Hasanah
27. Latifah
28. M. Prasojo
29. Muhammad eka Sektiarso
30. Mukholifatun
31. Mustafa Kamal
32. Nilna Nindawati
33. Nor Azmira Aryani
34. Novan Riyanto
35. Nor Fatikhati Baiti
36. Nur Hanifah Tsaniati
37. Nur Kholis
38. Nur Lailatus Sobah
39. Nur Oktaviani
40. Nurul Mufidah
41. Rizki Wahyu Priyanto
42. Rizky Hamidun Majid
43. Rohmah Hidayati
44. Sayidul Anam
45. Sri Intan Puji Astuti
46. Ahmad Rinto Bagio
47. Nur Afifah
STRUKTUR MTs NU NURUL HUDA
PENGURUS MTs NU NURUL HUDA
KEPALA MADRASAH
Ka. TU
TU Perpustakaan
TU Keuangan
TU Administrasi
Wakil Kepala Bidang
Kesiswaan
Wakil Kepela Bidang
Pengajaran
BP / BK WALI KELAS
GURU
SISWA
OSIS
Pramuka
KOMITE
WAKIL KEPALA MADRASAH
SUSUNAN STAF
MTs NU. NURUL HUDA SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Kepala Madrasah : Drs. H. Ajma’in Yahya
Wakil Kepala Madrasah : Drs. H. Samsudin, S.Pd
Ka. TU : M. Muhibuddin, S.Pd.I
Wakabid. Kurikulum : Rif’an, S.Ag
Wakabid. Kesiswaan : Mukhoyir, S.Ag
BK : Sugeng, SE
Dra. Hj. Sri Mulyati
Staf TU Bid. Administrasi : Maskon
Staf TU Bid. Keuangan : Drs. Syahir
Staf TU Bid. Perpust & Sar Pras : Agus Nahtadi
Wali Kelas 7. A : Istiadatus Solekah, S.Ag
Wali Kelas 7. B : Moh. Rifa’i, S.Sos.I
Wali Kelas 7. C : Nasrullah, S.Pd.I
Wali Kelas 7. D : Roisyatun, S.Pd
Wali Kelas 7. E : Dzikron Masyhadi, S.H.I
Wali Kelas 8. A : Ummi Hani’ Iddah Murniasih, S.Ag
Wali Kelas 8. B : Abdul Mukti, S.Ag
Wali Kelas 8. C : Ali Murtadho, S.H.I
Wali Kelas 8. D : Djasri Mustofa
Wali Kelas 9. A : KH. Ali Hasan
Wali Kelas 9. B : Masyhadi, S.Ag, SH
Wali Kelas 9. C : Drs. Shobirin, M.Si
Wali Kelas 9. D : Suryati, A.Md
Wali Kelas 9. E : H. Mahbub Ghozaly
DAFTAR GURU DAN KARYAWAN
MTs NU NURUL HUDA
SEMARANG
N
O NAMA JABATAN BIDANG MENGAJAR
1 Drs. Ajma’in Yahya Kepala Madrasah Bhs. Arab
2 Drs. Syamsudin. S.Pd Wakil Kepala Bhs. Indonesia
3 Rif’an, S.Ag Wakabid.
Pengajaran
Matematika, IPS
Ekonomi, PKn
4 Ahmad Mukhoyyir. S.Ag Wakabid.
Kesiswaan Fiqih, SKI
5 Sugeng Mustofa. SE BP / BK IPS Ekonomi,
Matematika
6 Drs. Syahir Hasan Bendahara IPS Ekonomi, IPS
Geografi, IPA Biologi
7 Drs. H. Moch. Choironi Guru Ke-NU-an
8 M. Muhibbudin, Ka. TU Teknologi Informasi &
Komunikasi
9 KH. Ali Hasan Wali Kelas Bhs. Arab
10 Drs. Shobirin Wali Kelas Bhs. Indonesia
11 Achirin Bacher Guru IPS Geografi
12 Mudjito Sanusi Guru IPA FISIKA
13 H. Mahbub Ghozaly Wali Kelas Aqidah Akhlak
14 Suryati Wali Kelas IPS , Bhs. Jawa
15 Roisyatun. S.Pd Wali Kelas Bhs. Indonesia,
16 Masyhadi. S.Ag Wali Kelas Matematika, IPA Fisika
17 Djasri Mustofa Wali Kelas Bahasa Inggris
18 Aini Sa’adah, S.Ag Wali Kelas Bahasa Inggris, Bahasa
Arab, Geografi
19 Istiadatus Solekah. S.Ag Wali Kelas Qur’an Hadits
20 Umi Hanik. S.Ag Wali Kelas PKN Seni Budaya, Ke-
NU-an
21 Ali Murtadho. S.H.I Wali Kelas SKI,
22 Drs. H. Muftidin Guru Fiqih
23 Sirojatul Lami’ah. S.Ag Guru Seni Budaya
24 Abdul Mukti. S.Ag Wali Kelas Penjaskes
25 M. Maskon Bisri TU Administrasi Fiqih. SKI ,
26 Agus Nahtadi TU Perpustakaan IPS Ekonomi
27 Nasrullah, S.Pd.I Wali Kelas Aqidah Akhlaq
28 Dzikron Masyhadi, S.Hi Guru IPS Sejarah
29 Muchidun Pembina Pramuka
30 Lilif Muallifatul Khorida.
FS Pembina Pramuka
31 Agus Makmun Pembina Pramuka
32 M. Kholil Pembina Pramuka
33 Nidaul Khoiriyah Pembina Pramuka
34 Sodikin Pembina Pramuka
35 Soleh Pesuruh
36 Rochani Pesuruh
DAFTAR PEMBINA KEGIATAN EKSTRA
MTs NU Nurul Huda
NO
NAMA KEGIATAN
PEMBINA
1 MTQ Istiadatus Solekah, S.Ag
2 PASKIBRA M. Kholil, Nidaul Ch, Lilif, MKFS
3 HADRAH Ahmad Mukhoyyir, S.Ag
4 ENGLIS
CONVERSATION Aini Sa’adah, S.Ag
5 MARCING BAND M. Muhibbudin
6 VOLLY BALL M. Maskon Bisri
7 MUSIK Sirajatul Lami’ah, S.Ag
8 Pramuka Satuan Gugus Depan
DAFTAR SARANA-PRASARANA
MTS NURUH HUDA MANGKANG
No. Jenis Volume Keterangan
1. Kantor Kepala Madrasah 1 Buah Baik
2. Ruang Guru dan TU 1 Buah Baik
3. Ruang perpustakaan 1 Buah Baik
4. Ruang kelas 14 Buah Baik
5. Gudang 1 Buah Baik
6. Kamar mandi dan toilet 4 Buah Baik
7. Lapangan basket 1 Buah Baik
8. Lapangan volley 1 Buah Baik
9. Lapangan sepak bola 1 Buah Baik
10. Lab. komputer 1 Buah Baik
11. Papan nama 1 Buah Baik
12. Masjid 1 Buah Baik
13. Lab. MIPA 1 Buah Baik
14. Ruang keterampilan 1 Buah Baik
15. Ruang UKS 1 Buah Baik
16. Ruang BK 1 Buah Baik
17. Ruang OSIS 1 Buah Baik
18. Koperasi 1 Buah Baik
19. Mading 1 Buah Baik
20. Aula 1 Buah Baik
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH
AKLAK DI KELAS VIII-B MTs NURUL HUDA MANGKANG
Siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
Siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, sebelum
menerima pemecahan problematika yang berhubungan proses pembelajaran.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, sebelum
menerima pemecahan problematika yang berhubungan metode pembelajaran.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah
menerima pemecahan problematika
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah
menerima pemecahan problematika yang berhubungan pemahaman materi oleh siswa
dan siswi
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah
menerima pemecahan problematika yang berhubungan dengan metode pembelajan,
siswa lebih bersemangat.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah
menerima pemecahan problematika yang berhubungan kedisiplinan
Situasi dan kondisi perpustakaan MTs Nurul Huda Mangkang, sebelum menerima
pemecahan problematika
Situasi dan kondisi perpustakaan MTs Nurul Huda Mangkang, setelah menerima
pemecahan problematika lebih rapi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Anas Misbakhudin
Tempat/Tgl lahir : Demak, 28 Januari 1987
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Jatinegara Kaum Rt.06/ 03, Pulogadung, Jakarta Timur.
Pendidikan :
� SDN Sidomulyo II Dempet Demak Lulus Tahun 2000. � MTs “Miftahul Huda” Brakas Dempet Demak Lulus Tahun
2003.
� MA “Al-Wathoniyah Pusat” JL. Jalan Raya Bekasi timur.-MAN 8 Cakung JAKTIM lulus Tahun 2006.
Pengalaman Organisasi
o Pengalaman Organisasi Intra :
� Sekretaris I Unit Kegiatan Mahasiswa (BITA) Bimbingan Ilmu Tilawah Al-
Qur’an Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2008.
� Koordinator Lembaga (Legawa) Koperasi Mahasiswa IAIN Walisongo
Semarang Tahun 2007.
� Skretaris Sie-Penerbitan Buletin “SYAMELA” Unit Kegiatan Mahasiswa
Institute (NAFILA) Nadi Filloghoh Al-Arobiyah IAIN Walisongo Semarang
Tahun 2008.
o Pengalaman Organisasi Ekstra :
� Koorninator Bidang Olah Raga di ASRAMA MAHASISWA IAIN Walisongo
Semarang Tahun 2007.
Semarang, 11 Juni 2011
Anas Misbakhudin