prior knowledge lbm 3

13
Informed concent 6. Kompetensi - cukup umur (UU KES dan KUH per: usia >21 tahun atau pernah kawin) - Sadar (dapat membuat keputusan) - Tidak dibawah pengampuan (tidak psikosis, retardasi mental dan tidak dicabut haknya oleh pengadilan) 7. Hambatan a. Dari pasien - Bahasa terlalu teknis - Perilaku dokter - pasien sedang stress emosional - pasien dalam keadaan tak sadar - tak ada waktu untuk tanya jawab b. Dari dokter - pasien tak mau diberi tahu - pasien tak mampu memahami - Risiko terlalu umum, terlalu jarang terjadi - situasi gawat darurat 5. Dasar hukum I.C Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585 / MENKES 1 PER / IX / 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, yang pedoman pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor: HK.00.063.5.1866 Tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent ) tanggal 21 April 1999.

Upload: l-aulia-risma

Post on 16-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

Informed concent

6. Kompetensi

- cukup umur (UU KES dan KUH per: usia >21 tahun atau pernah kawin)

- Sadar (dapat membuat keputusan)

- Tidak dibawah pengampuan (tidak psikosis, retardasi mental dan tidak dicabut haknya oleh pengadilan)

7. Hambatan

a. Dari pasien

- Bahasa terlalu teknis

- Perilaku dokter

- pasien sedang stress emosional

- pasien dalam keadaan tak sadar

- tak ada waktu untuk tanya jawab

b. Dari dokter

- pasien tak mau diberi tahu

- pasien tak mampu memahami

- Risiko terlalu umum, terlalu jarang terjadi

- situasi gawat darurat

5. Dasar hukum I.C

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585 / MENKES 1 PER / IX /1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, yang pedomanpelaksanaannya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal PelayananMedik Nomor: HK.00.063.5.1866 Tentang Pedoman PersetujuanTindakan Medik ( Informed Consent ) tanggal 21 April 1999.

SK. Dirjen YANMED. No. YM 00.03.2.6.956 Tentang Hak dan Kewajiban

Pasien Dan Perawat.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik DepartemenKesehatan RI. Nomor : YM.02.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997Tentang Pedoman Hak Dan Kewajiban Pasien, Dokter Dan RumahSakit. Pasal 45 (1) UUPRADOK.

4. Bentuk I.CBentuk informed consent dapat tersembunyi (implied conset) dan yang terwujud(express consent).Bentuk dari infoermed consent yang tersembunyi, merupakan bentuk yang palingsering terjadi, karena di dalam hubungan dokter pasien proses pelayanan dokterkepada pasien berupa anamnesa, pemeriksaan, dan tindakan-tindakan medis yangsering terjadi sudah dianggap sebagai kebiasaan oleh pasien dan dokter sehinggaperwujudan informed consent merupakan hal yang tidak umum.Bentuk informed consent yang tersembunyi tersebut tidak menghilangkan hakekatdari adanya saling setuju antara dokter dengan pasien. Bahkan dengantersembunyinya bentuk informed consent tersebut menunjukkan adanyakedalaman dari masing-masing pihak akan pemahaman dari tugas dantanggungjawab masing-masing pihak.Hanya saja, pada perkembangannya seiring dengan semakin berkembangnya ilmudan teknolgi kedokteran mengakibatkan beberapa kondisi yang menuntut semakinseringnya mewujudkan informed consent tersebut. Hal tersebut misalnya adalah:

semakin jauhnya masyarakat dari iptek kedokteran. Hal ini terjadi

karena perkembangan iptek kedokteran yang cepat.

semakin banyaknya alternatif pilihan terapi dan diagnostik.

semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hak-hak pasien.

perkembangan ilmu hukum yang mendorong masyarakat untuk sadar

akan posisinya dalam hubungan dokter pasien.

kesadaran dokter akan aspek hukum dari tindakan medis.

Informed consent yang terwujud dapat berupa oral consent (terucap) danwri te n

consent (tertulis). Bentuk oral consent ini terwujud dengan kata-kata persetujuan

dari pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. Bentukoral

consent ini lebih sering terdapat jika dibanding dengan yang writen consent.

Bentuk yang tertulis ini banyak dipakai untuk tidakan yang bersifat infasiv, sepertitindakan operasi, tindakan diagnostik (foto dengan kontras), dan tindakan denganbiaya mahal dan lain sebagainya.Untuk kepentingan rekam medik ada baiknya untuk selalu mencatat persetujuandari pasien yang berupa kata 'setuju' ke dalam lembaran rekam medik saat doktervisite.Demikian juga misalnya tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawatdalam rangka pelayanan keperawatannya harus menyertakan adanya informedconsent dalam setiap tindakan keperawatannya. Baik dalam bentuk yangtersembunyi ataupun bentuk yang terwujud.8. Pihak yang berhakPihak Yang Berhak MenyatakanPersetujuan.Dalam Pedoman Persetujuan Tindakan medik hal ini diatur dalam pasal 7. yaitu :a. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau telah menikah.b. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, Persetujuan (informed consent) atauPenolakan Tindakan Medik diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:(1) Ayah / ibu kandung.

(2) Saudara-saudara kandung.

c. Bagi yang dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orangtuanya berhalangan hadir, Persetujuan (informed consent) atau PenolakanTindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :

(l) Ayah/ibu adopsi.

(2) Saudara-saudara kandung.

(3) Induk semang.

d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Persetujuan (informed consent)atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan haksebagai berikut :( 1 ) Ayah/ibu kandung.

( 2 ) Wali yang sah.( 3 ) Saudara-saudara kandung.e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), Persetujuan

atau Penolakan Tindakan Medik di berikan menurut urutan hak sebagai berikut:

(1) Wali.

(2) Curator.

f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan ataupenolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagaiberikut :a. Suami/istri.

b. Ayah/ibu kandung.c. Anak-anak kandung.d. Saudara-saudara kandung.

CATATAN.Yang dimaksud dengan beberapa pengertian dibawah ini berdasarkan Bab I butir 4Pedoman Persetujuan Tindakan Medik :l. Ayah : -Ayah kandung.

Termasuk "Ayah" adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan

pengadilan atau berdasarkan Hukum Adat.

2. Ibu

:-Ibu kandung.Termasuk " lbu " adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan Hukum Adat.3. Suami :- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang

perempuan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

4.lsteri :- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang

lakilaki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari l (satu) isteri, persetujuan

/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.

5. Wali: - Adalah yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belumdewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yangmenurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.

6. Induk semang : adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikutbertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anakperantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yangbelum dewasa.

Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orangyang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasayang kompeten, dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.Miskipun demikian untuk anak yang berumur dibawah 18 tahun, jika memerlukantindakan darurat maka pertolongan tetap harus diberikan dalam rangka mencegahtimbulnya kecacatan, atau kerusakan lebih lanjut jika tidak diberi tindakan segera.Kemudian jika usianya dibawah 18 tahun, tapi memungkinkan untuk dapatmengerti dan memahami sifat dari persetujuan itu (dalam rangka untuk memenuhi hak asasi manusia) maka dibolehkan untuk melakukan persetujuan asal dilakukanpada tindakan yang tidak beresiko tinggi.9. Sanksi PidanaSeorang tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik terhadap pasien tanpapersetujuan pasien atau keluarganya, dapat dianggap melakukan penganiayaanyang sanksinya diatur dalam pasal 351 KUHP. Yang berbunyi :

1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

2. Jika penganiayaan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan

pidana penjara paling lama lima tahun

3. Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, maka yang bersalah dipidana

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja5 Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dipidana.

10. Kapan I.C diperlukan

Informed consent diperlukan tidak hanya untuk kasus tindakan kedokteran yangakan dilakukan dokter pada pasien saja. Beberapa tindakan selain tindakankedokteran juga memerlukan informed consent yaitu: Kerahasiaan dan pengungkapan informasiDokter membutuhkan persetujuan pasien untuk dapat membuka informasi pasien,misalnya kepada kolega dokter, pemberi kerja atau perusahaan asuransi.Prinsipnya tetap sama, yaitu pasien harus jelas terlebih dahulu tentang informasiapa yang akan diberikan dan siapa saja yang akan terlibat. Pemeriksaan skriningMemeriksa individu yang sehat, misalnya untuk mendeteksi tanda awal darikondisi yang potensial mengancam nyawa individu tersebut, harus dilakukandengan perhatian khusus. PendidikanPasien dibutuhkan persetujuannya bila mereka dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Jika seorang dokter melibatkan mahasiswa (co-ass) ketika sedangmenerima konsultasi pasien, maka pasien perlu diminta persetujuannya. Demikianpula apabila dokter ingin merekam, membuat foto ataupun membuat film videountuk kepentingan pendidikan. PenelitianMelibatkan pasien dalam sebuah penelitian merupakan proses yang lebihmemerlukan persetujuan dibandingkan pasien yang akan menjalani perawatan.Sebelum dokter memulai penelitian dokter tersebut harus mendapat persetujuandari Panitia etika penelitian. Dalam hal ini Departemen Kesehatan telahmenerbitkan beberapa panduan yang berguna.

11. Aspek hak asasi pada I.CAspek hak asasi pada

persetujuanPersetujuan pasien pada informed consent, muncul dari keinginan dokter untukmelayani pasien. Keinginan dokter tersebut muncul berdasar suatu pertimbanganilmiah bahwa tindakan itu perlu, atau sebaiknya dilakukan, atau lebih baikdilakukan.Dokter tentunya juga memberikan alternatif pilihan tindakan, kemudian pilihanmana dari berbagai pilihan tindakan itu yang pasien merasa paling cocok, setelahmembuat segala pertimbangan.Walaupun banyak alternatif, boleh jadi paien sama sekali tidak berminat terhadapalternatif yang ada tersebut. Untuk itu, maka segala penetapan pilihan memangmenjadi hak pasien. Dokter tidak mampu untuk memaksakan kehendaknya kalaumemang pasien tidak menghendaki.Sikap pasien untuk menentukan nasib dirinya sendiri tersebut disebut sebagai hakasasi pasien (hak asasi manusia) yaitu HAK UNTUK MENENTUKAN NASIBNYASENDIRI.Selain itu, pasien sebelum memutuskan untuk membuat pilihan berhak untukmendapat informasi tentang tindakan yang akan dia terima. Informasi itu pentingsebagai bahan pertimbangan untuk menyampaikan sikap menentukan pilihan.Pilihan mana yang akan diambil, atau tidak mengambil berbagai pilihan yang adatersebut. Jadi sebelum pasien menentukan pilihan sebagai wujud dari haknyauntukmenentukannasibnya sendiri, pasien sebelumnya berhak untuk mendapatinformasi atas tindakan yang akan diberikankepadanya.Hak untuk mendapat informasi itu, juga menjadi haknya pasien, yang kemudian

diapdopsi sebagai HAK ASASI ATAS INFORMASI.Berdasar dua hak utama yaitu hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasibsendiri, disitulah aktivitas pasien dalam HDP bergerak. Juga, berdasar dua haktersebut maka informed consent dibangun.

Rujukan Medis6. Dampak negatif pelaksanaan rujukan pasien

1. Penerima pertama pasien kegawatdaruratan bukan tenaga medis

terlatih, sehingga petugas ini umumnya lebih menganjurkan prosedur

rutin penerimaan pasien seperti menunjukan loket pendaftaran,

meminta keluarga pasien untuk membeli karcis dan sebagainya, dan

belum mempertimbangkan keselamatan pasien saat dilayani pertama.

2. Dokter, Perawat dan Bidan sebagai tenaga terlatih justru berada di lini

belakang.

3. Prosedur penerimaan rujukan yang belum ada sehingga penanganan

terlambat karena birokrasi administrasi termasuk pencatatan/pelaporan.

12.4.

4. Bank Darah di Rumah Sakit belum ada atau belum berfungsi sebagai

tempat antara untuk penyimpanan darah.

5. Belum tersedianya Unit Transfusi Darah (UTD) disemua Kabupaten/

Kota maupun Bank Darah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/

Kota, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penyediaan darah

bagi pasien yang memerlukan.

6. Keterbatasan pelayanan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan

Sumber Daya Tenaga Kesehatan, sarana dan prasarana.

7. Keterbatasan ketrampilan klinis petugas Puskesmas dalam melakukan

tindakan kegawatdaruratan Maternal dan neonatal.

8. Balasan surat rujukan atau Surat Rujukan Balik dari Rumah Sakit

Umum Daerah sering diabaikan petugas Rumah Sakit dan Puskesmas/

jajarannya karena dianggap tindakan pelayanan sudah dilakukan.

9. Belum ada Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Kesehatan untuk

mengakomodasi kebutuhan lokal.

10. Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda kasus kegawatdaruratan

maternal dan neonatal masih rendah sehingga sering menghambat

proses rujukan.

11. Secara sosial budaya, banyak pihak dalam keluarga pasien harus

dilibatkan untuk pengambilan keputusan, dan kurangnya

kemampuan serta kemandirian pasien dalam pengambil keputusan

sering menghambat rujukan.7. Prosedur standar merujuk dan menerima rujukan pasien1. Prosedur standar merujuk pasien

a. Prosedur Klinis:

1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa

banding.

2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan

Standar Prosedur Operasional (SPO).

3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.

4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis /

Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi

pasien.

5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau

ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien

di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat

pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.

b. Prosedur Administratif:

1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.

2. Membuat catatan rekam medis pasien.

3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)

4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir).

Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang

bersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.

13.8.

5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.

6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin

komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.

7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan

administrasi yang bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.

a. Prosedur Klinis:

1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai

Standar Prosedur Operasional (SPO).

2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk

perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang

lebih mampu untuk dirujuk lanjut.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.

b. Prosedur Administratif:

1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien

yang telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.

2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda

terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.

3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan

pada kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan

selanjutnya sesuai kondisi pasien.

4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan

rawat inap atau pulang paksa).

5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan /

perawatan yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien

yang mengantar.

6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas /

RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih

mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (lihat

format R/1 terlampir) kemudian surat rujukan yang asli dibawa

bersama pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.

7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

8. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

(Terlampir)

2. Manfaat

1. Pemerintah

a. Penghematan dana

b. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan

c. Mempermudah, administrasi dan perencanaan

2. Masyarakat

a. Meringankan biaya pengobatan

b Mempermudah masyarakat mendapatkan

pelayanan

3. Kalangan kesehatan

a. Memperjelas jenjang karier

b. Membantu peningkatan pengetahun dan keterampilan & terjalinannya

kerjasama

c. Mempermudah dan meringankan beban tugas.

1. Jenis rujukan medis1. Rujukan pasien (transfer of patient),

penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut

2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge),

pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of

specimens), pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.

2. ;

3. Hambatan rujukan

1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/ konsultasi inisiatif dokter)

2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas

permintaan pasien)

3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi

4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan

5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku, biaya, transportasi)

6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

5, Tujuan rujukan

Umum : dihasilkan pemerataan upaya kes yg didukung mutu pelay yg optimal dlm memecahkan masalah scr berdaya guna & berhasil guna

Khusus : Dihasilkan upaya pelay kes klinik yg bersifat preventif, promotif, kuratif & rehabilitatif