presus ujian nurlina

34
STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. N Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : 16 November 1960 Umur : 54 tahun Alamat : Kampung Baru Desa Karya Jaya RT 007/002 Karya Jaya Sinar Peninjauan. Suku Bangsa : Indonesia Status Pernikahan : Menikah, memiliki 3 orang anak Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Masuk RS : 6 November 2014 No. RM : 446254 II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada anak pasien pada tanggal 14 dan 15 November 2014. Keluhan Utama : Keluhan lupa yang memberat sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan tambahan : Perilaku kacau, berbicara kacau dan halusinasi. Riwayat Penyakit Sekarang 1

Upload: igustibagusadhista

Post on 19-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

presus ujian

TRANSCRIPT

STATUS PASIEN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny. NJenis Kelamin: PerempuanTempat, tanggal lahir: 16 November 1960Umur: 54 tahunAlamat: Kampung Baru Desa Karya Jaya RT 007/002 Karya Jaya Sinar Peninjauan.Suku Bangsa: IndonesiaStatus Pernikahan: Menikah, memiliki 3 orang anakAgama: IslamPendidikan Terakhir: SMPPekerjaan: Ibu Rumah TanggaTanggal Masuk RS: 6 November 2014No. RM: 446254

II. RIWAYAT PSIKIATRIAnamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada anak pasien pada tanggal 14 dan 15 November 2014.

Keluhan Utama: Keluhan lupa yang memberat sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan tambahan : Perilaku kacau, berbicara kacau dan halusinasi.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSPAD Gatot Subroto dibawa anak pasien dengan keluhan lupa yang memberat sejak 3 tahun yang lalu. Anak pasien mengatakan pasien mulai lupa sejak 10 tahun yang lalu, namun pasien masih dapat beraktifitas seperti biasanya, pasien mulai tidak berbicara lancar sejak 5 tahun lalu, dan akhirnya berbicara kacau serta marah-marah sejak 3 tahun yang lalu. Ditambah 1 tahun belakangan ini pasien tidak bisa merawat dirinya sendiri seperti ke kamar mandi dan makan sendiri. Keluhan lupa pasien diawali sejak tahun 2004, dimulai dari lupa yang sederhana seperti lupa menutup pintu, menutup jendela, menaruh kunci, sehingga seringkali rumah tidak rapih dan pintu serta jendela tebruka apabila ia ditinggalkan sendiri di rumah. Perlahan-lahan keluhan lupa semakin bertambah, ia mulai memasak nasi berkali-kali, kemudian apabila memasak, menaruh garam berkali-kali pula, sehingga keluarga yang tadinya memaklumi keadaan lupa pasien akhirnya menyadari keadaan pasien yang semakin buruk. Kemudian tahun 2009 pasien mulai sulit untuk mengungkapkan kata-kata yang ada dipikirannya serta keinginannya, sehingga sering menggunakan kata-kata eh ituu.. ituu dan sulit dimengerti keluarga pasien dan lebih parahnya lagi pasien sering lupa dengan anaknya tetapi apabila diberikan foto keluarga saat anak-anak pasien masih kecil pasien dapat mengenali danmenyebutkan nama-nya satu persatu namun apabila melihatg secara langsung saat anaknya sudah dewasa pasien tetap tidak mengenali anaknya seakan-akan ingatannya terhenti saat anaknya masih kecil. Sejak tahun 2011, pasien yang tadinya adalah sosok yang penyayang, penyabar dan sangat ramah ini berubah total menjadi sosok yang pemarah, berbicara kasar, dan teriak-teriak sendiri hingga memukul anaknya karena hal yang tidak jelas. Selain itu, sehari-harinya pasien tidak bisa berbicara dengan jelas, hanya bergumam dengan suara yang sangat kecil dan tidak dapat dimengerti dan terkadang seperti berbisik. Serta menggunakan kata-kata serta bahasa yang tidak dikenali anaknya dan tidak pernah digunakan sebelumnya. Selain itu pasien juga seringkali didapati berbicara sendiri, berbicara dengan kaca maupun tembok dan sering juga berbicara dengan anggota tubuhnya sendiri. Menurut anak pasien, pasien sering menganggap anggota tubuhnya itu adalah anak bayi yang di elus-elus kepalanya dan disayang-sayang dengan menggunakan kata-kata yang manis seperti, uuh cayang, sini-sini sayanag cup cup kemudian apabila didepan cermin pasien sering teriak-teriak dan tertawa sendiri. Terkadang ia melamun dan tersentak sendiri seperti melihat anak kecil sedang bermain-main dan ia merasa khawatir sehingga menunjuk-nunjuk ke arah pandangannya sambil berkata aduh.. awas jatuh.. awas jatuh. Hal ini kerap terjadi selama 3 tahun belakangan dan semakin parah sejak 1 tahun belakang ini (menunjukan progresifitas).Sejak tahun 2013 pasien hanya berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh .dan tidak bisa merawat diri sendiri seperti mandi dan makan sehingga anak pasien harus memandikan dan menyuapi pasien. Anak pasien mengaku pasien lebih agresif apabila dimandikan dan ia menganggap itu adalah bagian dari trauma yang pernah dialami pasien. Riwayat Penyakit Sebelumnya1. Riwayat gangguan psikiatriPasien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit seumur hidupnya dan tidak pernah berobat ke dokter apalagi ke dokter spesialis jiwa. Awalnya keluhan pasien ini dianggap hal yang wajar dan ia pun mengakui bahwa dirinya sudah sering lupa karena umurnya yang semakin tua. Namun lama-kelamaan semakin parah. Sebelum seperti sekarang ini pasien tidak pernah ditemukan berhalusinasi, tampak mendengar bisikan / menuruti perintah seseorang maupun berperilaku aneh hingga memiliki kepercayaan yang tidak wajar ataupun kecurigaan yang berlebihan terhadap suatu hal.2. Riwayat gangguan medisPasien pernah diperiksa gulanya dan tinggi mencapai 500 mg/dL dulu sekali namun anak pasien tidak ingat dan pasien tidak meminum obat apa-apa. Pasien juga sempat drop dengan gula darah turun hingga 76 mg/dL sebelum masuk perawatan Amino dan dirawat selama 2 hari di perawatan umum RSPAD.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif (NAPZA)Pasien tidak pernah merokok, minum alcohol maupun menggunakan obat atau zat terlarang.

Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatalTidak didapatkan informasi.

2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)Tidak didapatkan informasi namun anak pasien tahu bahwa pasien dibesarkan oleh ibunya yang bersuku sunda dan sempat tinggal di Bandung.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)Tidak didapatkan informasi.

4. Riwayat masa kanak akhir (PUBERTAS) dan remaja (12- 18 tahun)Tidak didapatkan informasi.

5. Riwayat masa dewasaa. Riwayat pendidikanPendidikan terakhir pasien adalah SMP namun tidak di ketahui lebih jelas tepatnya dan lokasinya.

b. Riwayat pekerjaanPasien tidak diektahui pernah bekerja semasa hidupnya, menurut anak pasien saat ia dewasa ia mulai merantau ke Palembang sebagai Jemaat Gereja dan memberi pelayanan sosial bagi orang-orang yang membutuhkan.c. Riwayat psikoseksual/ pernikahanSaat menjadi Jemaat Gereja tersebut pasien berkenalan dengan salah satu pendeta di gereja tersebut hingga akhirnya mereka sempat bersekolah agama bersama dan jatuh cinta hingga akhirnya menikah namun anak pasien tidak tahu tahun berapa.

d. Riwayat kehidupan beragamaPasien beragama Kristen Protestan dan sangat taat dengan agamanya hingga sering memberi ceramah dan nasihat agama apabila ada tetangga atau keluarganya yang membutuhkan. Pasien juga sering mengajarkan anak-anak kecil menyanyi di Gereja.

e. Riwayat pelanggaran hukumPasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.

f. Aktifitas Sosial Pasien dulunya sangat aktif di kegiatan PKK dan sempat menjadi ketua PKK di Desanya. Selain itu pasien juga rutin mengajar anak-anak menyanyi di Gereja hingga mengajarkan baca dan tulis pada anak sampai orang dewasa yang membutuhkan. Pasien juga merupakan juara Catur satu kecamatan sehingga seringkali diminta untuk mengajarkan catur pada warga sekitarnya. Aktifitas di Gerejanya selain mengajar menyanyi ia juga kerap mengumpulkan barang-barang bekas untung disumbangkan ke orang-orang yang membutuhkan di desa tetangga sehingga pasien seringkali pergi ke desa tetangga untuk membantu warga disana.

Riwayat KeluargaGenogram

Pasien merupakan anak kelima dari 8 bersaudara. Ibu pasien sudah lama meninggal dan ayah pasien baru meninggal 2 tahun yang lalu. Diketahui dari anak pasien bahwa ayah pasien juga menderita pikun selama 10 tahun sampai ia meninggal dunia.Situasi Kehidupan SekarangSekarang pasien tinggal di Kampung Baru Desa Karya Jaya RT 007/002 Karya Jaya Sinar Peninjauan yaitu daerah terpencil di perbatasan Lampung dan Palembang. Sejak tahun 2000 anak laki-laki pasien sudah pindah rumah di daerah kota Palembang dan sudah berkeluarga, kemudian sejak tahun 2002 anak perempuan pasien sudah merantau ke Jakarta sehingga pasien hanya tinggal bersama suami dan anak bungsu laki-lakinya. Seringkali pasien hanya berdua dengan anak laki-lakinya karena suaminya sering pergi memberikan ceramah untuk jemaat-jemaatnya di luar kota.Pemenuhan kebutuhan sehari-harinya pasien dan keluarganya tidak menetap berapa perbulan-nya namun anak pasien berkata kebutuhan pokok keluarga pasien selalu terpenuhi baik sumbangan dari jemaat suaminya maupun pemberian anak laki-lakinya dan warga sekitar. Anak pasien mengaku dengan hidup pasien yang pas-pasan tidak jarang pasien menahan keinginannya karena tidak mampu.Menurut pengakuan anak pasien, tetangga sekitar rumah pasien kerap mengadu dan menceritakan tentang perlakuan kasar adik bungsunya terhadap pasien apabila suaminya tidak ada dirumah, perbuatan kasar tersebut dilakukan karena tidak terpenuhinya keinginan anak bungu pasien. Tetangga pasien sering menemukan pasien tertidur didepan rumah karena dikunci oleh anaknya padahal saat itu sudah malam dan hujan deras, selain itu psien juga sering ditemukan terkurung di kamar mandi pada pagi hari karena di kurung oleh anaknya sehingga tetangga pasien harus mendobrak pintu kamar mandi yang memang berada di luar rumahnya. Tetangga pasien juga sering mendengar keributan dan suara teriakan anak pasien dengan pasien dari luar rumah. Selama masa-masa itu tetangga pasien tidak ada yang berani menegur anak pasien tersebut karena ketakutan dengan perilakunya yang kasar dan perawakannya yang besar. Diketahui juga dari tetangga pasien bahwa anak bungsu pasien ini terlibat dengan narkoba selama beberapa tahun.Anak perempuan pasien bercerita bahwa ia pernah mau mencoba untuk menegur adiknya tetapi ia malah diancam mau dibunuh. Selama beberapa tahun itu adiknya jarang pulang dan sering mabuk. Sampai akhirnya adiknya ini betul-betul kehabisan uang, barulah ia pulang menemui kakaknya dan menceritakan semua perbuatan keji yang ia lakukan terhadap ibunya selama hamper 8 tahun belakang ini yaitu mengancam untuk membunuh ibunya apabila tidak diberikan uang, mengurung ibunya dikamar mandi, berperilaku ksar, mengunci rumah dan membiarkan ibunya hujan-hujanan diluar semalaman hingga melakukan pelecehan seksual terhadap ibunya. Anak bungsu pasien ini mengaku bahwa semuanya ia lakukan karena disuruh temannya dan dibawah kendali obat-obatan terlarang. Akhirnya adik pasien di masukan rehabilitasi pada tahun 2011 hingga sekarang. Menurut anak perempuan pasien, perbuatan anak bungsu pasien ini lah yang membuat ibunya syok berat dan tertekan hingga seperti sekarang, karena anak bungsu pasien adalah anak yang paling disayangi dan diperhatikan pasien dan menurut anak pasien ini ibunya tidak rela atas perbuatan anak kesayanganya sehingga ingin mengulang kembali waktu ketika anaknya itu masih kecil dan belum jahat seperti sekarang Selama dirawat di pavilion Amino, pasien tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain, semua kegiatan sehari-hari pasien harus dibantu sepenuhnya oleh anak perempuannya.Persepsi1. Persepsi tentang diri dan lingkunganTidak dapat dievaluasi.

2. Persepsi keluarga tentang diri pasienAnak pasien sangat prihatin terhadap keadaan ibunya saat ini dan sangat ingin sekali ibunya bisa membaik, setidaknya kembali barbicara dan mengingat dirinya. Anak pasien ingin memasukan pasien ke rumah pemulihan jiwa kristiani di Ciganjur selepas dari perawatan di RSPAD karena ia beranggapan bahwa ibunya ini mengalami luka batin dan harus diobati secara spiritual selain secara medis.

3. Mimpi, fantasi dan nilai- nilaiTidak dapat dievaluasi.

III. STATUS MENTAL Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 November 2014:

A. Deskripsi Umum1. PenampilanPasien berjenis kelamin perempuan berusia 54 tahun, tinggi 150 cm, kulit berwarna kuning langsat, berambut pendek dengan perawatan dirinya baik. Pasien dimandikan sehari 2 kali oleh anak perempuan nya. Pada saat diwawancara pasien menggunakan celana pendek dan kemeja biru, pasien juga menggunakan popok untuk orang dewasa. Pada saat di wawancara, pasien baru dapat berjalan sehingga terlihat tertatih-tatih dengan keseimbangan yang kurang.

2. Kesadaran Kesadaran Biologi : Kompos Mentis Kesadaran Psikologi : Terganggu Kesadaran Sosial: Interaksi dengan kondisi sekitarnya terbatas.

3. PembicaraanBicara tidak begitu banyak dan terbatas. Volume suara cenderung mengecil, intonasi cukup, artikulasi kata-kata tidak jelas dan isi pembicaraan sulit di mengerti serta terdapat kemiskinan isi bicara, dimana bicara pasien adekuat namun memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa yang streotipik. Pasien menggunakan bahasa sunda yang mana merupakan bahasa masa kecil nya. Pasien lebih responsive dengan menggunakan bahasa sunda namun tetap tidak berarah pembicaraan nya dan juga sulit di pahami maksud pembicaraan nya. Pasien suka mengulang kata-kata di abuskeun semuanya yang berarti dimasuk kan semuanya dengan nada tinggi seperti marah, dan kemudian terdiam. Pasien lebih tertarik dengan pembicaraan tentang anak kecil, atau berbicara dengan anak kecil, bahkan sesekali memperlakukan orang dewasa seperti anak kecil.

4. Perilaku dan aktivitas psikomotorSelama wawancara pasien tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu berjalan-jalan tanpa arah. Sesekali terdapat kontak mata dengan pemeriksa. Tidak tampak tremor halus maupun kekakuan anggota tubuh pada pasien. pasien sering memuntir-muntir tangan saat berbicara dan membuang muka tiba-tiba saat di ajak bicara.

5. Sikap terhadap pemeriksaSelama wawancara pasien cenderung gelisah dan merasa tidak nyaman, terkadang memegang wajah dan memeluk pemeriksa sambil mengajak bermain, seolah-olah sedang bermain bersama anak kecil.

B. Alam Perasaan Mood: Kesan labil, mudah berubah-ubah dan tidak terduga. Afek: Afek tidak sesuai dan sempit Keserasian: Serasi antara afek dan mood.

C. Gangguan Persepsi Halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual(+), ilusi (+)

D. PikiranBentuk pikir : asosiasi longgar,jawaban yang tidak relevan, inkoherensia. Juga terdapat blocking dan verbigerasiIsi Pikir: terdapat kemiskinan isi pikiran, dimana pikiran nya memberi sangat sedikit informasi.

E. Fungsi Intelektual1. Intelegensi: Pasien tidak dapat berkomunikasi sehingga tingkat intelegensi pasien tidak dapat dievaluasi.

2. Orientasi: Orientasi waktu, tempat, dan orang buruk karena pasien tampaknya tidak mengetahui ia berada dimana dan tampak kebingungan saat ditanyakan. Ia juga tidak mengetahui waktu dan tidak mengenali anaknya sendiri. Namun sesekali ia memanggil nama anaknya.

3. Daya Ingat:Dikarenakan pasien kurang kooperatif dan terapat keterbatasan dalam berkomunikasi sehingga kemampuan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek pasien tidak dapat dievaluasi. Namun berdasarkan observasi pasien beberapa kali sempat berbicara menggunakan bahasa semasa mudanya dulu yaitu bahasa sunda. Pasien juga mengingat semua tentang kehidupannya pada saat anak-anaknya masih kecil, dengan kata lain dapat disimpulakn bahwa pasien kemungkinan mengalami amnesia Anterograd.

4. Konsentrasi dan perhatian : Tidak dapat dievaluasi.

5. Kemampuan membaca dan menulis : Tidak dapat dievaluasi.

6. Kemampuan Visuospasial : Tidak dapat dievaluasi.

7. Pikiran Abstrak : Tidak dapat dievaluasi.

8. Kemampuan menolong diri sendiri: Pasien tidak mampu mandi dan makan sendiri.

F. Pengendalian ImpulsPasien terkadang dapat mengendalikan impulsnya seperti menatap mata pemeriksa, merespon beberapa kata sederhana dan membalas jabat tangan pemeriksa. Namun terkadang pasien juga bersikap tak acuh, menoleh dan membuang muka kea.rah lain dan melamun tidak responsif terhadap pemeriksa.

G. Daya Nilai1. Daya nilai social: pasien tidak kooperatif terhadap pemeriksa, pasien cenderung tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Namun pasien akan lebih peduli dengan anak kecil.2. Uji daya nilai: tidak diketahui apakah pasien dapat membedakan hal yang baik dan hal yang buruk karena pasien tidak komunikatif dan tidak kooperatif.3. Penilaian relita: Reality Testing Ability terganggu

H. TilikanPasien memiliki tilikan terganggu dan tidak dapat dievaluasi derajatnya karena pasien sulit diajak berkomunikasi.

I. Taraf dapat dipercaya (Reliabilitas)Relilabilitas pasien tidak dapat dinilai karena tidak bisa ditanyakan kepada pasien.

IV. PEMERIKSAAN FISIKStatus Internus1. Keadaan umum: Baik2. Kesadaran: compos mentis3. Status gizi: kesan baik BB: 40 kg TB: 150 cm BMI: 17,7 Intepretasi: Underweight4. Tanda-tanda vital Tekanan darah: 110/80 mmHg Nadi: 78 x/menit Pernapasan: 16 x/menit Suhu: 36,7 C5. Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik6. Hidung: sekret (-), konka edema (-/-)7. Telinga: membran timpani intak, serumen (-/-)8. Mulut: gigi cukup rapi, lengkap, terlihat kuning, terdapat karang gigi dan karies gigi9. Leher: tidak terdapat pembesaran KGB dan pembesaran tiroid, tidak ada deviasi trakea. 10. Bunyi Paru: Normovesikuler di kedua lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-) pada kedua lapang paru11. Bunyi Jantung: S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)12. Bising usus : 6x/menit, nyeri tekan (-)13. Ekstremitas : kekuatan motorik normal.14. Kulit: dalam batas normal

Status Neurologis1. GCS : E4V5M6 (15)2. Tanda rangsang meningeal : negatif3. Tanda-tanda efek ekstrapiramidal Tremor: negatif Akatisia: negatif Bradikinesia: negatif Rigiditas: negatif4. Cara berjalan: normal5. Keseimbangan: normal6. Rigiditas: negatif7. Motorik: Baik, 5/5/5/5/58. Sensorik: Baik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGDilakukan pemeriksan CT-Scan pada tanggal 13 November 2014 dengan hasil: Sulsi, cystema dan ventrikel system melebar prominen. Pons, cerebri dan cerebellum tidak tampak lesi patologis. SOL (-). Tak tampak distorsi midline maupun tanda desak ruang. Kalsifikasi fisiologis di pineal body, basal ganglia, dan plexus choroideus kanan-kiri. Sinus paranasalis cerah. Mastoid air cells kanan kiri cerah. Septum nasi di tengah. Bulbus oculi simetris kanan dan kiri. Tulang-tulang intakKesan: Atrofi cerebri yang sangat prominen, tidak sesuai usia. Tidak tampak infark, proses inflamasi maupun SOL.

Hasil laboratorium pasien pada tanggal 6 November 2014 yaitu: Hb= 11,3 g /dL Ht = 33 % Eritrosit = 3.8 juta/L

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPasien perempuan berinisial N, berusia 54 datang bersama anaknya dengan keluhan lupa yang memberat sejak 3 tahun SMRS. Disertai dengan keluhan tambahan yaitu berbicara tidak dapat di mengerti dan mempunyai halusinasi tentang anak kecil.Tidak bias berkomunikasi dengan baik dan berbicara kacau. Pada status mental ditemukan Mood kesan labil, mudah berubah-ubah dan tidak terduga. Afek tidak sesuai dan sempit, Keserasian yaitu Serasi antara afek dan mood. Gangguan persepsi berupa Halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual(+), ilusi (+) Bentuk pikir pasien Bentuk pikir : asosiasi longgar,jawaban yang tidak relevan, inkoherensia. Juga terdapat blocking dan verbigerasi. Isi Pikir terdapat kemiskinan isi pikiran, dimana pikiran nya memberi sangat sedikit informasi.Pada pemeriksaan penunjang dengan ct scan memberikan Kesan: Atrofi cerebri yang sangat prominen, tidak sesuai usia.Selama dirawat pasien selalu minum obat dengan teratur dikarenakan di bantu oleh anak perempuan nya.Pada riwayat gangguan sebelumnya pasien memiliki riwayat kehidupan yang tidak baik, yang mana pasien sering mendapat kekerasan fisik, psikologis maupun seksual oeh anak bungsu laki-lakinya. Hal ini yang membuat pasien menjadi seperti sekarang.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIKAksis IPada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku dan psikologis yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam beberapa fungsi psikososial dan pekerjaan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.Pada pasien ini ditemukan adanya kelainan organik spesifik yang diduga berkaitan dengan gangguan jiwanya, gangguan sensorium atau kesadaran neurologis, maupun gangguang kognitif., sehingga diagnosa F0 menurut PPDGJ III mengenai gangguan mental organik (GMO) dapat di tegak kan.Pada pasien juga terdapat adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang. Seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Lau tidak ada gangguan kesadaran dan gejala juga disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit terjadi selama 6 bulan maka pasien ini dapat di diagnose dengan Demensia.Lalu pada kasus pasien ini juga dapat dikaitakan dengan penyakit Alzheimer yang mana terdapat nya gejala demensia yang sifat nya progresif lambat, onset sulit di tentukan kapan waktu pertama kali nya namun lingkunan dapat merasakan nya. Tidak ada bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia ( misalnya hipotiroidisme dll) dan tidak adanya gejala neurological kerusakan otak fokal seperti hemiparesis yang menurut PPDGJ III sesuai dengan F00 Demensia pada penyakit Alzheimer.

Aksis IIKarena pada kasus ini terdapat adanya suatu gangguan kepribdian dan prilaku masa dewasa yang dapat di terima, tetapi informasi untuk menegakan diagnosis dan mengalokasikannya dalam kategori khusus tidak tersedia maka menurut PPDGJ III masuk dalam F69 Gangguan Kepribadian dan prilaku masa Dewasa YTT.

Aksis IIIDikarenakan ada nya temuan adanya atroi otak yang tidak sesuai dengan usia pasien pada pemeriksaan penunjang ct scan maka meurut PPDGJ III masuk dalam Bab XVIII R00-R99 gejala, tanda, dan temuan klinis-lab abnormalAksis IVPada pasien ditemukan adanya masalah dalam keluarga nya yaitu dengan anak bungsunya yang menyebabkan penyakitnya yang sekarang ini..

Aksis VPenilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF pasien saat ini adalah 30-21 disabilitas berat daam komunikasi dan daya nilai, dan tidak mampu berfungsi hamper semua bidang.GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) pasien yaitu 60-51 karena pasien masih memiliki gejala sedang (moderate) dimana memiliki hendaya yang sedang sehingga pasien masih dapat menjalankan fungsinya.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: F00 Demensia pada penyakit Alzheimer. (Menurut PPDGJ III) Aksis II: F69 Gangguan Kepribadian dan prilaku masa Dewasa YTT.

Aksis III: Gejala, tanda dan Temuan klinis pad act scan yang abnormal Aksis IV: Masalah hubungan pasien dengan keluarga Aksis V: GAF saat ini 30-21GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) 60- 51IX. DIAGNOSISDiagnosis Kerja : F00 Demensia pada penyakit Alzheimer.Diagnosis Banding: F32. Gangguan depresif.

X. DAFTAR MASALAHOrganobiologik: Atrofi cerebri yang sangat prominen, tidak sesuai usia.Psikologik Mood: labil Afek: tidak sesuai dan sempit Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik (+), Halusinasi visual(+), ilusi (+) Proses Pikir: asosiasi longgar Isi pikir: terdapat kemiskinan isi pikiran Tilikan: Pasien memiliki tilikan terganggu dan tidak dapat dievaluasi derajatnya karena pasien sulit diajak berkomunikasi

Lingkungan dan Sosioekonomi: Pasien dan keluarga merupakan pelayan umat kristiani yang keseharian nya mendapatkan uang dari umat dengan berceramah. Pasien mempunyai masalah dengan keluarganya terutama dengan anak bungsunya,

XI. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad fungtionam: dubia ad malamQuo ad sanationam: dubia ad malam

XII. PENATALAKSANAANA. Farmakologis Risperidone 2x2 mg po Sertraline 1 x 50 mg po Triheksifenidil 2x2 mg poB. Non-farmakologis Terhadap pasienPsikoterapi suportif: untuk membina hubungan, menunjukan empati dan reassurance, dimana terapis ikut terlibat dan berperilaku aktif, berempati dan memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien tanpa menghakimi, mensuport usaha adaptif pasien, dan menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya.

Terhadap keluarga dan teman Psikoedukasi mengenai :a. Penyakit pasien Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahan. Sehingga keluarga dan teman bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.b. Terapi yang diberikanMemberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien dimana diterangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga dan teman turut serta dan bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

XIII. DISKUSI

Gangguan mental organic merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat di diagnosis tersendiri. Termaksud gangguan mental simptomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/ gangguan sistemik di luar otak.Gambaran utama :1. Gangguan fungsi kognitifMisalnya daya ingat, daya pikir, dan kemampuan belajar.2. Gangguan sensoriumMisalnya gangguan kesadaran dan perhatian3. Sindrom dalam manifestasi yang menonjol dalam bidang Persepsi Isi pikiran Suasana perasaan dan emosi.

Demensia Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple, termaksud di dalamnya : daya ingat daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa dan daya nilai. Umum nya disertai dan adakalanya di awali dengan kemrosotan dalam pengendalian emosi, prilaku social, atau motivasi hidup.Di dalam pedoman diagnostic kriteria demensia harus terdapat : Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Tidak ada gangguan kesadaran Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

F00 Demensia pada penyakit AlzheimerPenyakit Alzheimer juga dapat mencetuskan dan seringkali di kaitkan dengan demensia, dengan kriteria : Terdapat gejala demensia Onset yang bertahap dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil secara nyata. Tidak adanya bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia. Tiak adanya serangan aplopletik mendadak, atau gejala neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis dll.

Diagnosis pada pasien ini adalah F00 Demensia pada penyakit Alzheimer karena saya amati adanya penurunan daya ingat yang lebih dari 6 bulan, dan juga penurunan fungsi kognitif, perawatan diri dasar, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berbahasa dan daya nilai.Diagnosis banding pada pasien ini adalah Ganggua Depresif (F32)Karena terdapat afek depresif yang sering timbul, lalu adanya kehilangan minat dankegembiraan, serta berkurangnya energi yang menyebabkan pasien menjadi lebih lemah hingga tidak bis aberjalan.

Psikofarmaka

Risperidone 2x4 mg poRisperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia.Obat ini memperbaiki dua jenis hendaya yang menjadi ciri khas pada skizofrenia ini: (1) gejala positif seperti halusinasi, waham, pikiran terganggu, dan agitasi serta (2) gejala negatif seperti menarik diri, afek datar, anhedonia, miskin pembicaraan, katatonia dan hendaya kognitif.

Sertraline 1 x 50 mg per-oralSertraline merupakan golongan dari anti-depresan SSRI atau selective serotonin reuptake inhibitor. Jenis inilah yang sering digunakan untujk antidepresan karena gangguan depres itu sendiri diakiabatkan oleh kekurangan serotonin dan/ atau noradrenaklin, sehingga obat-obatan ini bekerja untuk meningkatkan jumlah serotonin dengan prinsip menghambat reuptake dari serotonin neurotransmitter di bidang presynaptic neuron dan atau menghambat enzim yang menghancurkan serotonin. SSRI merupakan lini pertama untuk pengobatan gangguan depresi namun seringkali diindikasikan pula untuk gangguan kecemasan maupun obsesif kompulsif. SSRI tidak diindikasikan untuk pasien dibawah usia 18 tahun dan memiliki efek samping pada saluran pencernaan yaitu mual, muntah, diare dan insomnia.

Triheksifenidil 2 x 2 mg poTriheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.Pada pemberian oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak terakumulasi dalam jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk metabolitnya. Obat ini diberikan untuk mengantisipasi efek samping dari trifluoperazin.

Psikoterapi merupakan cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individual tersebut. Tujuan dari dilakukannya psikoterapi adalah menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.Intervensi psikososial dapat dilakukan dengan terapi perilaku, terapi berorientasi-keluarga dan terapi kelompok. Pada terapi perilaku, rencana pengobatan ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Terapi perilaku merupakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Terapi perilaku dapat dilakukan dengan latihan keterampilan perilaku (behavioral skills training) atau seringkali dinamakan dengan keterampilan sosial (social skill therapy). Pada terapi berorientasi-keluarga, dipusatkan pada situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah periode pemulangan, proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya perlu dibahas di dalam terapi berorientasi-keluarga.Terapi keluarga terbukti efektif dalam menurunkan relaps. Pada terapi kelompok, dipusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam keadaan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, psikodinamika atau tilikan atau suportif. Terapi kelompok adalah efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia. Contoh kelompok tersebut adalah National Alliance for the Mentally Ill (NAMI).

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.2. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.3. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2011. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia : Jakarta.5. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7. Binarupa Aksara: Jakarta

1