presus bulin pkk i

59
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menkes mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tinggi karena persalinan masih banyak dilakukan di rumah. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 tercatat bahwa angka ibu melahirkan sebesar 228 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian bayi sebesar 34 per seribu kelahiran hidup. Namun hasil SDKI 2012 tercatat sudah mulai turun perlahan bahwa angka kematian ibu melahirkan tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan ke 5 yaitu tujuan meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah selama tahun 2012 ternyata cukup tinggi, berdasarkan data dari Dinas Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 1

Upload: devi-cinta-rooney

Post on 29-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menkes mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di

Indonesia tinggi karena persalinan masih banyak dilakukan di rumah. Berdasarkan hasil

SDKI tahun 2007 tercatat bahwa angka ibu melahirkan sebesar 228 per 100 ribu kelahiran

dan angka kematian bayi sebesar 34 per seribu kelahiran hidup.

Namun hasil SDKI 2012 tercatat sudah mulai turun perlahan bahwa angka kematian

ibu melahirkan tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian

bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah

satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga

merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium

yaitu tujuan ke 5 yaitu tujuan meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan

dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari

hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukan penurunan dari waktu ke waktu,

namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih

membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah selama tahun 2012 ternyata cukup

tinggi, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah angka kematian ibu (AKI) di

wilayah tersebut mencapai 675 kasus dan cenderung meningkat dibandingkan dengan

tahun sebelumnya.

Menurutnya, meski dari jumlah AKI terlihat mengalami peningkatan, dirinya

melihat proporsi kasusnya sebenarnya tergolong stagnan karena ada kenaikan jumlah ibu

hamil pada 2012 dibandingkan dengan 2011. Bahkan jumlah ibu hamil di Jateng pada

2011 tercatat 592 ribu orang (668 kasus AKI), sedangkan pada 2012 jumlah ibu hamil

lebih banyak, yakni 604 ribu orang (675 kasus AKI).

Dijelaskannya, daerah-daerah di Jateng yang masih memiliki AKI cukup tinggi pada

2012, yakni Kabupaten Brebes yang tercatat 51 kasus, diikuti Pemalang, Grobogan,

Cilacap, dan Pekalongan, sebanyak 34 kasus AKI.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 1

Ditanya penyebab AKI di Jateng yang dominan, ia mengakui memang ada sedikit

perbedaan dibandingkan dengan kecenderungan tahun sebelumnya, sebab preeklamsia dan

eklamsia penyebab dominan AKI selama 2012.

Ada pula faktor non-kebidanan yang menjadi faktor penyebab AKI, kata dia, seperti

penyakit tuberkulosis, radang otak, gagal jantung hingga gagal ginjal yang dialami ibu

hamil dan melahirkan.

Untuk menekan AKI, Dinkes Jateng akan mengoptimalkan puskesmas PONED

(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) dan rumah sakit PONEK (Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

Tidak semua puskesmas menerapkan standar PONED dan RS terapkan PONEK,

tetapi dipilih di daerah tertentu yang memiliki kasus kehamilan berisiko tinggi dan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

Walaupun dengan intervensi yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan lengkap

tetap harus dijaga agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal.

Tujuan khusus :

Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian data

b. Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan

c. Menentukan identifikasi masalah potensial

d. Menentukan kebutuhan segera

e. Membuat rencana kegiatan

f. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 2

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta )

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ). Proses ini

dimualai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan

serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.(Ari, 2010:4)

Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan

(aterm, 40 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang

disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam

waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa

komplikasi (Sumapraja, 2005:47).

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2006:180).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai

oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta

(Varney,2007:672)

B. Penyebab Persalinan

Estrogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin dan mekanis. Progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot

rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin

dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Estrogen dan progesteron harus dalam komposisi keseimbangan, sehingga

kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara progesteron dan

estrogen memicu oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis posterior, al tersebut

menyebabkan kontraksi yang disebut dengan Braxton Hicks. Kontraksi braxton hicks

akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh

karena itu makin matang usia kehamilan maka frekuensi kontraksi ini akan semakin

sering.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 3

Oksitosin diduga bekerja sama dengan prostaglandin, yang kadarnya makin

meningkat mulai usia kehamilan minggu ke -15. Di samping itu, faktor status gizi

wanita hamil dan keregangan otot rahim juga secara penting mempengaruhi

dimulainya kontraksi otot rahim.

Ada beberapa teori tentang penyebab mulainya persalinan, yaitu:

a. Teori penurunan hormon

Saat 1-2 minggu sebelumproses melahirkann dimulai, terjadi

penurunan kada estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai

penenang otot – otot polos rahim, jika kadar progesteron turun akan

menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.

b. Teori plasenta menjadi tua

Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta

mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar

estrogen dan pregesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh

darah sehingga menimbulkan kontraksi uterus.

c. Teori distensi rahim

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Contohnya pada kehamilan gemeli, sering

terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda,

sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih

dini.

d. Teori iritasi mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis ( fleksus

frankenhauser), bila ganggglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh

kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.

e. Teori oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron karena matangnya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam

merangsang otot rahim untuk berontraksi, dan akhirnya persalinan

dimulai.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 4

f. Teori hipotalamus – pituitari dan glandula supra renalis

Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. Teori

ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.

g. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu

sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan

kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam

air ketuban maupun dalam darah perifer pada ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama proses persalinan.

h. Induksi persalinan

Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut,:

1) Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan kedalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus

frankenhauser.

2) Amniotomi : pemecahan ketuban

3) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses persalinan

1. Passage ( jalan lahir )

a) Panggul

1) Tulang Koksigis

Terdiri dari :

Tulang Illium (tulang susu), merupakan tulang terbesar dari

panggul yang membentuk bagian atas dan belakang

panggul.

tulang iskium (tulang duduk), terdapat disebelah bawah

tulang usus.

Tulang pubis (tulang kemaluan), terdapat disebelah bawah

dan depan tulang ilium.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 5

2) Tulang sakrum (tulang kelangkang)

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan

mengecil di bagian bawah. Tulang kelangkang terletak diantara

kedua tulang pangkal paha.

3) Tulang koksigis (tulang tungging)

Berbentuk segitiga dengan ruas 3 – 5 buah yang menyatu.

Secara fungsional, diketahui terdapat dua besar bagian panggul :

Pelvis mayor

Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di antara linea

terminalis, diseut juga false pelvic.

Pelvis minor

Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak di sebelah bawah

linea terminalis yang disebut sebagai true pelvic. Bagian ini adala

bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetrik dan

harus dikenal serta dinilai sebaik – baikna untuk dapat

menggambarkan proses persalinan.

b) Pintu atas panggul (PAP)

Merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk dari

promontorium, tulang saakrii, linea terminalis dan pinggir atas simpisis.

Jarak antara simfisis ke promontorium kurang lebih 11 cm yang disebut

konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5 – 13

cm yang disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasi

sakro-iliaka ke titik pertemuan antara diameter transversa dan konjungata

vera kemudian diteruskan ke linea inominata maka akan ditemukan

sebuah diameter obliq dengan ukuran 13 cm.

Dalam obstetrik dikenal ada empat macam bentuk panggul menurut Caldwell

dan Moloy, dengan masing – masing berciri sebagai berikut;

1) Jenis ginekoid

Panggul ini merupakan bentuk yang paling baik, karena dengan bentuk

panggul yang bhampir bulat seperti ini memungkinkan kepala bayi

mengadakan penyesuaian saat proses persalinan. Kurang lebih ditemukan

pada 45 % wanita.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 6

2) Jenis android

Ciri jenis ini adalah bentuk pintu atas panggulnya hampir seperti segitiga.

Panggul jenis ini umumnya dimiliki pria, namun ada juga wanita yang

mempunyai panggul jenis ini (15 %).

3) Jenis platipeloid

Panggul jenis ini seperti panggul jenis ginekoid, hanya mengalami

penyempitan pada arah muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5 %

wanita.

4) Jenis antropoid

Panggul jenis ini mempunyai ciri berupa bentuknya yang lonjong seperti

telur, panggul jenis ini ditemukan pada 35 % wanita.

c) Kavum pelvik

Kavum pelvik berada di antara PAP dan PBP, terdiri dari dua bagian penting.

o Bidang dengan ukuran terbesar ( bidang terluas panggul )

Merupakan bagian yang terluas dan bentuknya hampir seperti lingkaran.

o Bidang dengan ukuran terkecil ( bidang tersempit panggul )

Bidang terpenting dalam panggul, memiliki ruang yang paling sempit dan

di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan. Bidang ini

terbentang dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke

sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke-4

dana ke-5.

d) Pintu bawah panggul – PBP (arcus pubis)

Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang datar, tetapi

tersusun atas dua bidang yang masing – masing berbentuk segitiga.

Bidang pertama dibentuk oleh garis antarakedua buah tubera os. Ishcii

dengan ujung tulang sakrum, dan bidang kedua dibentuk oleh garis antara

kedua buah tuber os ischii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah

simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arcus pubis),

dalam keadaan normal sudutnya sebesar 90 °, bila kurang dari itu maka

kepala bayi akan sulit untuk dilahirkan.

e) Bidang hodge

1) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian

atas simfisis dan promomtorium.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 7

2) Hodge II : bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis.

3) Hodge III : bidang yang sejajar Hodge I, II setinggi spina ischiadika.

4) Hodge IV : bidang yang sejajar Hodge I, II, III setinggi tulang

koksigis.

2. Power ( kekuatan ibu)

a) HIS

His adalah kontraksi otot- otot rahim pada persalinan.

Ciri atau karakter his adalah sebagai berikut.

Saat hamil

Akibat adanya perubahan keseimbangan hormon estrogen dan

progesteron, terjadi kontraksi otot rahim dengan sifat yang tidak teratur

dan tidak nyeri. Kekuatan dari kontraksi ini masih rendah yaitu 5

mmHg, muncul mulai kehamilan trimester II. Kontraksi ini disebut

Braxton Hicks, dan akan menjadi his dalam persalinan.

Dalam persalinan kala I

Karakteristik dari kontraksi uterus pada kala I.

Kontraksi bersifat simetris

Fundal dominan, artinya bagian fundus uterus berfungsi

sebagai pusat dan mempunyai kekuatan paling besar.

Involunter, tidak dapat dikendalikan oleh pasien.

Terkoordinasi, arah kekuatan terkoordinasi mulai dari pusat his.

Intervalnya makin lama makin pendek.

Kekuatannya makin lama makin besar dan pada kala II diikuti

dengan keinginan untuk meneran.

Diikuti dengan retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah

berkontraksi tidak akan kembali lagi ke panjang semula.

Saat persalinan kala II

Kekuatan his pada akhir kala I atau awal kala II mempunyai amplitudo

60 mmHg, yang berarti lebih kuat dari kekuatan sebelumnya. Kekuatan

his dan meneran mendorong janin ke bawah dan menimbulkan

kerengangan yang bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan putaran

paksi dalam, penurunan bagian terendah akan menekan serviks dimana

terdapat fleksus frankenhauser yang menyebabkan refleks untuk

meneran. Kedua kekuatan ini selanjutnya mampu mendorong janin ke

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 8

bawah sehingga terjadilah pembukaan pintu jalan lahir oleh janin,

penipisan perineum dan akhirnya ekspulsi kepala berturut- turut

sehingga lahirlah ubun- ubun besar, dahi, muka dan kepala seluruhnya.

Saat persalinan kala III

Setelah istirahat selama 8 – 10 menit, rahim berkontraksi kembali

untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim. Pelepasan plasenta

dapat dimulai dari pinggir, tengah, atau kombinasi dari keduanya.

Saat persalinan kala IV

Ssetelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat. Kekuatan kontraksi

ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan

kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan

pembentukan trombus, maka terjadi penghentian pengeluaran darah

pasca persalinan. Untuk mengefektifkan his ini, dinerikan obat

uteritonika sesaat setelah bayi lahir.

b) Tenaga meneran

Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan kontraksi uterus.

Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot – otot dinding abdomen akan

berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan

meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janin akan semakin terdorong ke

luar. Dorongan meneran akan semakin meningkat ketika pasien dalam posisi

yang nyaman, misalnya setengah duduk, jongkok, berdiri atau miring ke kiri.

3. Passager ( isi kehamilan )

a. Janin

Kepala adalah bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.

Penolong persalinan berkeyakinan jika kepala janin sudah dapat lahir, maka

bagian tubuuh yang lain akan dengan mudah menyusul.

Tulang – tulang penyusun kepala janin terdiri dari :

1) Dua buah os. Parietalis

2) Satu buah os oksipitalis

3) Dua buah os frontalis

Antara tulang satu dengan yang lainnya berhubungan melalui membran

yang kelak setelah hidup di luar uuterus akan berkembang menjadi tulang.

Batas antara dua tulang disebut sutura dan diantara sudut – sudut tulang

terdapat ruang yang ditutupi oleh membran yang disebut fontanel.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 9

Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain :

1. Sutura sagitalis superior

Menghubungkan kedua os parietalis kanan dan kiri

2. Sutura koronaria

Menghubungkan os parietalis dengan os frontalis

3. Sutura lambdoidea

Menghubungkan os parietalis dengan os oksipitalis

4. Sutura frontalis

Menghubungkan kedua os frontalis kanan dan kiri

Terdapat dua fontanel ( ubun – ubun ), antara lain :

1. Fontanel minor ( ubun – ubun kecil )

Berbentuk segitiga, terdpat di sutura sagitalis superior bersilang

dengan sutura lambdoidea, sebagai penyebut ( penunjuk presentasi

kepala) dalam persalinan, yang diketahui melalui pemeriksaan dalam.

Pada saat tangan pemeriksa meraba kepala janin, ketika terasa adanya

cekungan yang berbentuk segitiga, itulah ubun – ubun kecil.

2. Fontanel mayor ( ubun – ubun besar/ bregma)

Berbentuk segiempat panjang. Terdapat di sutura sagitalis superior dan

sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.

b. Moulage ( molase ) kepala janin

Adanya celah antara bagian – bagian tulang kepala janin memungkinkan

adanya penyisipan antar bagian tulang (overlapping) sehingga kepala janin

dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Proses ini disebut molase.

Ukuran – ukuran penting kepala janin

1. Diameter suboccipito bregmatika (10 cm)

Jika kepala janin dilahirkan dalam presentasi belakang kepala, maka

kepala janin akan melintasi vulva dalam ukuran di atas. Presentasi kepala

merupakan presentasi yang peling menguntungkan sedangkan presentasi

dahi adalah yang paling meregangkan dan merusak vulva sehingga

membutuhkan episiotomi paling besar.

2. Diameter suboksipito frontalis (11 cm)

Jika kepala janin dilahirkan dalam presentasi puncak kepala, maka dalam

ukuran inilah kepala janin melintasi vulva.

3. Diameter oksipito mento vertikalis ( 13 cm )

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 10

Ukuran ini terjadi pada persalinan dengan presentasi puncak dahi.

4. Diameter submento bregmatika (10 cm)

Ukuran ini terjadi pada presentasi muka, sama dengan diameter submento

bregmatica tetapi pada persalinan letak muka kepala tidak dapat

mengadakan molase seperti pada presentasi belakang kepala.

5. Diameter biparietalis ( 9,5 cm )

Ini adalah ukuran antara tuber os parietalis kiri dan kanan, merupakan

ukuran terbesar melintang dari kepala.

6. Diameter bitemporalis

Ini adalah ukuran antara os temporalis kanan dan kiri.

c. Hubungan janin dengan jalan lahir

1. Sikap : menunjukan hubungan bagian – bagian janin satu sama lain.

Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (ovoid) kira – kira sesuai dengan

bentuk kavum uterus. Punggung agak membungkuk, kepala menunduk

hingga dagu menyentuh dada, lengan bersilang didepan dada, tungkai

bersilang di depan perut dan tali pusat terletak diantara kedua lengan dan

tungkai.

2. Letak (situs) : menunjukan hubungan sumbu janin dengan sumbu jalan

lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak memanjang, bila tegak

lurus satu sama lain disebut letak melintang.

3. Presentasi dan bagian terbawah : presentasi menunjukan bagian janin yang

terdapat dibagian terbawah jalan lahir. Bagian janin yang terbawah

menyebutkan presentasi janin tersebut. Pada letak memanjang, nagian

terendah yaitu dapat kepala atau bokong, sehingga terdapat presentasi

kepala atau presentasi bokong. Pada letak melintang bagian terbawahnya

bahu, sehingga terdapat presentasu bahu.

4. Presentasi kepala dapat bermacam – macam, tergantung sikap kepala

terhadap badan janin. Apabila kepala fleksi maksimal, bagian terbawahnya

adalah belakang kepala (verteks)/ presentasi belakang kepala. Apabila

kepala defleksi maksimal, bagian terbawahnya muka/ presentasi muka.

Apabila janin bersikap antara kedua kondisi ekstrim ini, maka terdapat

presentasi sinsiput dengan bagian terbawah ubun – ubun besar, dan

presentasi dahi dengan bagian terbawah dahi.

Posisi dan penyebutnya

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 11

Posisi Penyebut

Belakang kepala (verteks) Ubun – ubun kecil (oksiput)

Muka Dagu (mentum)

Bokong Sakrum

Bahu Tidak ada, karena tidak praktis

d. Plasenta dan tali pusat

o Plasenta

Struktur plasenta:

1. Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 – 20 cm dan

tebal 2 – 2,5 cm.

2. Berat rata – rata 500 gram

3. Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,

agak ke atas ke arah fundus.

4. Terdiri dari 2 bagian, antara lain :

a. Pars maternal : bagian plasenta yang menempel pada desidua,

terdapat kotiledon ( rata – rata 20 kotiledon). Di bagian ini tempat

terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.

b. Pars fetal : terdapat tali pusat (insersio/penanaman tali pusat)

1) Insersio sentralis : penanaman tali pusat di tengah plasenta.

2) Insersio marginalis : penanaman tali pusat di pinggir plasenta.

3) Insersio velamentosa : penanaman tali pusat di selaput janin/

selaput amnion.

Fungsi plasenta :

1. Memberi makan kepada janin

2. Ekskresi hormon

3. Respirasi janin : tempat pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu

4. Membentuk hormon estrogen

5. Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu

6. Sebagai barier ( penghalang ) terhadap janin dari kemungkinan

masuknya mikroorganisme.

o Tali pusat

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 12

Merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup janin

meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusat juga dapat

menyebabkan penyulit persalinan.

Struktur tali pusat :

1. Terdiri dari dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis

2. Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.

3. Panjangnya rata – rata 50 cm

Fungsi tali pusat :

1. Nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin

2. Pengeluaran sisa metabolisme janin ke tubuh janin

3. Zat antibodi dari ibu ke janin

e. Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air ketuban ini dapat

dijadikan acuan dalam menentukan diagnosa kesejahteraan janin.

D. Kebutuhan dasar selama persalinan

1. Makan dan minum peroral

Jika pasien berada dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya

pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam

persalinan fase aktif biasanya ia hanya menginginkan cairan.

2. Akses intravena

Adalah tindakan pemasangan infus pada pasien.

3. Posisi dan ambulasi

Posisi dan ambulasi dapat mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu

justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat

berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien).

Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut –

dada, tangan – lutut, duduk, berdiri, berjalan dan jongkok.

4. Eliminasi selama persalinan

BAK (buang air kecil) selama proses persalinan dapat difasilitasi dengan

menggunakan pispot, pada kala I pasien dapat BAK di kamar mandi. BAB

( buang air besar) pun dapat di fasilitasi menggunakan pispot.

5. Menerima sikap dan perilaku yang baik

6. Informasi dan kepastian hasil yang aman bagi pasien dan bayinya

7. Dukungan dan upaya menyamankan pasien

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 13

Beberapa bentuk dukungan dan upaya untuk menyamankan pasien, yaitu:

pengaturan posisi, latihan relaksasi, latihan bernapas, menjamin privasi dan

mencegah pemajanan, penjelasan proses dan kemajuan persalinan, usapan pada

punggung, usapan pada abdomen.

8. Pengobatan (oral, IM,IV)

E. Asuhan persalinan KALA I

1. Perubahan fisiologis kala I

a. Uterus

Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi dan

retraksi, maka kavum uterus lama kelamaan menjadi semakin mengecil.

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah

abdomen dengan kombinasi ke arah fundus.

b. Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah

menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dam

membuka.

c. Lendir darah

Pengeluaran lendir dan darah mengindikasikan telah dimulainya proses

persalinan.

d. Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah

lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah

lengkap. Bila ketuban telah pecah sembelum pembukaan 5 cm, disebbut

ketuban pecah dini (KPD).

e. Tekanan darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistole

rata – rata 15 – 20 mmHg dan diastole 5 – 10 mmHg.

f. Metabolisme

Selama persalinan metabolisme mengalami peningkatan.

g. Suhu tubuh

Suhu tubuh meningkat selama persalinan , tertinggi selama dan segera setelah

melahirkan.

h. Detak jantung dan pernapasan

Selama persalinan detak jantung dan pernapasan mengalami peningkatan.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 14

2. Perubahan psikologis kala I

KALA I FASE LATEN

Seiring dengan kemajuan persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his

yang meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan lelah.

Dalam fase ini yang harus dilakukan bidan adalah menentramkan hati

pasien, membangun rasa kepercayaan dan bersikap bersahabat.

Kala I fase aktif

Sebagian besar pasien akan mengalami penurunan stamina, pasien

sangat tidak suka diajak bicara atau diberi nasehat mengenai apa yang

seharusnya ia lakukan. Ia lebih fokus untuk berjuang mengendalikan

rasa sakit dan keinginan untuk meneran. Dalam fase ini yang harus

dilakukan bidan adalah memberikan semangat dan dukungan.

TANDA BAHAYA KALA I

No Parameter Temuan abnormal Tindakan tanpa

dokter

Tindakan dengan

dokter

1. Tekanan

darah

>140/90 mmHg

dengan sedikitnya

satu tanda lain/

gejala preeklamsi

a.Rujuk pasien

dengan posisi miring

kiri.

b. Pasang infus

Panggil dokter

2. Suhu >38° Hidrasi dan rujuk

pasien

Panggil dokter dan

hidrasi

3. Nadi >100x/menit Hidrasi dan rujuk Panggil dokter dan

hidrasi

4. DJJ <120 atau >160

x/menit

a.hidrasi

b.Ganti posisi pasien

ke posisi miring kiri

c. setelah 1 menit:

®DJJ normal,

lanjutkan

pengamatan dengan

partograf

®DJJ tidak normal,

a.Tindakan sama

jika tidak ada

dokter

b.Periksa kontraksi

c.Jika oksitosin

berjalan, hentikan

aliran.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 15

rujuk dengan posisi

miring kiri

5. Kontraksi <2kali dalam 10

menit, durasi <40

detik, lemah untuk

dipalpasi

Ambulasi, rubah

posisi, kosongkan

kandung kemih,

stimulasi puting

susu, berikan makan

dan minum, rujuk

jika partograf

melewati garis

waspada.

6. Serviks Partograf melewati

garis waspada pada

fase aktif

Hidrasi dan rujuk Panggil dokter,

hidrasi

7. Cairan

amnion

Mekonium, darah,

bau

a.Tetap monitoring

DJJ, antisipasi

menghisap saat lahir

b.Hidrasi, rujuk

dengan posisi miring

kiri

c.rujuk setelah

memberikan

antibiotik.

Beritahu dokter,

panggil dokter

8. Urine Volume tidak

cukup dan kental

a.Hidrasi

b.Jika tidak ada

kemajuan setelah 4

jam, selidiki dan tata

laksana secara tepat

(hidrasi, katerisasi)

Tindakan sama

dengan jika tidak

ada dokter.

F. Asuhan persalinan kala II

1. Perubahan fisiologis kala II

a. Uterus

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 16

Saat ada his uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi .

b. Serviks

Pada kala II , serviks sudah menipis dan dilatasi maksimal. Saat dilakukan

pemeriksaan dalam, porsio sudah tak teraba dengan pembukaan 10 cm.

c. Pergeseran organ dasar panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien

ingin meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol dan menjadi

lebar dengan anus membuka.

d. Ekspulsi janin

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin sudah tidak masuk

lagi diluar his.

e. Tekanan darah

Tekanan darah dapat meningkatkan lagi 15-25 mmHg selama kala II

persalinan.

f. Metabolisme

Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan .

g. Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.

h. Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan segera

setelahnya. Peningkatan suhu normal adalah 0.5-1 °c

i. Pernapasan

Pernapasan sama seperti pada kala I persalinan

j. Perubahan gastrointestinal

Penurunan mortalitas lambung dab absorbsi yang hebat berlanjut sampai pada

kala II.

k. Perubahan ginjal

Perubahan pada organ ini sama seperti pada kala I persalinan.

l. Perubahan hematologi

Perubahan pada sistem hematologi sama dengan pada kala I persalinan.

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala

janin panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.

1. Penurunan kepala

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 17

Terjadinya selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi

uterus yang efektif posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

2. Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah

tidak melalui lubang masuk panggul pasien.

3. Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal

yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil

dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul.

4. Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior

(yang lebih panjang)dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter

anteroposterior dari panggul pasien. Pada umumnya rotasi penuh dari

kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau

segera setelah itu . perputaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada

multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisiensi.

5. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisioksiput posterior. Proses ini

terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut

membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju

lorong vulva. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan

tambahan dikepala yang menyebabkan ekstensi lebih lanjut saat lubang

vulva vagina membuka lebar.

6. Restitusi

Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau

kekiri, bergantung kepala arah dimana ia mengikuti perputaran menuju

posisi oksiput anterior.

7. Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu,

pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami

perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam

diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada

lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.

8. Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 18

Bahu posterior akan menggembungkan perinium dan kemudian dilahirkan

dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin

lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

G. Asuhan persalinan kala III

a. Mekanisme pelepasan plasenta

Segera setelah bayi dan air ketbuan sudah tidak berada didalam uterus,

kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongganya akan mengecil.

Pengurangan dalam ukuran ini akan menyebabkan pengurangan dala ukuran situs

penyambungan plasenta. Oleh karena itu situs sambungan tersebut akan menjadi

lebih kecil, plasenta menjadi lebih tebal dan mengkerut serta memisahkan diri

dari dinding uterus.

b. Tanda-tanda klinis pelepasan plasenta

1. Semburan darah

Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter pecah

saat plasenta lepas.

2. Pemanjanagan tali pusat

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih

bawah atau rongga vagina.

3. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular(bulat)

Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus.

4. Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen

Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa saat setelah plasenta lepas TFU

akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen

uterus yang lebih bawah.

c. Komponen manajemen aktif kala III

1. Pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit)

2. Tali pusat diklem

3. Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan

menahan fundus uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan

kebelakang).

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 19

4. Begitu plasenta dilahirkan, lakukan massase pada fundus uterus secara

sirkular agar uterus tetap berkontraksi dengan baik serta untuk

mendorong keluar setiap gumpalan darah yang ada dalam uterus.

d. Pemeriksaan pada kala III

1. Plasenta

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa

jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon).

2. Selaput ketuban

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk

memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus.

3. Tali pusat

Setelah plasenta lahir, periksa mengenai dara yang berhubungan dengan

tali pusat.

a. Panjang tali pusat.

b. Bentuk tali pusat (besar, kecil, atau terpilin-pilin).

c. Insersio tali pusat.

d. Jumlah vena dan arteri pada tali pusat.

e. Adakah lilitan tali pusat.

e. Pemantauan kala III

1. Kontraksi

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan

manajemen aktif kala III (ketika PTT), sampai dengan sesaat setelah

plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam

berikutnya kala IV.

2. Robekan Jalan Lahir

Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan

pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perenium. Pengkajian ini

dilakukan seawal mungkin sehingga bidan dapat menentukan derajat

robekan dan jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi

pasien.

3. Hygiene

Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama didaerah genetalia sangat

penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 20

luka robekan jalan lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala

III kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban, darah,

atau feses saat proses kelahiran janin.

H. Asuhan Persalinan Kala IV

1. Tanda vital

Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan

pernapasan akan berangsur kembali normal.

2. Gemetar

Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami gemeter, hal ini

normal sepanjang suhu kurang dari 38°C dan tidak dijumpai tanda-tanda

infeksi lain.gemeter terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah

energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap

penurunan volume intraabdominal serta pergesaran hematologi.

3. Sistem gastrointestinal

Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual

sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan

dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum kesaluran

pernapasan dengan setengah duduk atau duduk ditempat tidur.

4. Sistem renal

Selama 2-4 jam pascapersalinan kendung kemih masih dalam keadaan

hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga seringf dijumpai kandung

kemih dan uretra selama persalinan.

5. Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung

aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan

pembuluh darah uterus.

6. Serviks

Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir,

bentuk serviks agak menganga sperti corong.

7. Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.

8. Vulva dan vagina

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 21

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan.

9. Pengeluaran ASI

Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron, dan human placenta

lactogen hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi

membentuk ASI dan mengelurkannya ke dalam alveoli bahkan sampai

duktus kelenjar ASI.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL

Ny. J UMUR 20 TAHUN G1 P0 A0 UK 39 MINGGU DENGAN PERSALINAN KALA I

FASE AKTIF DI RUANG MAWAR RSUD MAJENANG

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 22

Tanggal/ Pukul : 30 April 2013/05.15 WIB

Ruang/ Tempat : Mawar/ RSUD Majenang

I. Pengkajian tgl/jam : 30 April 2013/ 09.00 WIB

A. Data Subyektif

1 . Identitas

Istri Suami

a. Nama : Ny. J Tn. A

b. Umur : 20 tahun 23 tahun

c. Agama : Islam Islam

d. Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia

e. Pendidikan : SMA SMK

f. Pekerjaan : IRT wiraswasta

g. Alamat : Adimulya 3/10

h. Telp : -

2. Anamnese

a. Alasan masuk ke ruang VK/Ruang bersalin

Ibu mengatakan sudah ingin melahirkan anaknya

b. Keluhan utama :

Ibu mengatakan mules dari jam 19.00, sudah keluar lendir darah.

c. Riwayat persalinan sekarang

1) Kenceng-kenceng belum teratur mukai tanggal : 29.05.2013 jam 19.00 WIB

2) Kenceng-kenceng teratur mulai tanggal : 30.05.2013 jam 02.00 WIB

3) Keluar lendir darah sejak tanggal : 29.05.2013 jam 19.00 WIB

4) Keluar air ketuban sejak tanggal : 30.05.2013 jam 04.00 WIB

d. Riwayat Perkawinan

a) Perkawinan ke : 1

b) Umur waktu rnenikah : istri 19 tahun. Suami 22 tahun

c) Lama menikah : 1 tahun.

d) Status perkawinan : sah

e. Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun

Lamanya : 7 hari

Siklus : 28 hari

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 23

Sakit/tidak : tidak sakit

HPHT : 01 Agustus 2012

Teratur/tidak : teratur

f. Riwayat Obstertri

G1 P0 A0

No Thn UKJenis

PersalinanPenolong Tempat H/M L/P BBL Komplikasi

1. 2013 39

mg

Hamil ini

f. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

h. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti, TBC,

hepatitis, HIV dan juga penyakit menurun seperti, kelainan jantung,

kelainan ginjal, DM, kelainan darah, asma dan hipertensi.

Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular seperti,

TBC, hepatitis,HIV dan juga penyakit menurun seperti, kelainan jantung,

kelainan ginjal, DM, kelainan darah, hipertensi, dan asma.

Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun suami tidak ada riwayat

kembar, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular

seperti TBC, hepatitis dan juga penyakit menurun seperti, kelainan

jantung, kelainan ginjal, DM, kelainan darah, hipertensi dan asma.

i. Riwayat Kehamilan

ANC pertama kali tanggal: 12 oktober 2012 Sejak UK: 10 minggu

Frekuensi ANC TM I : 1 kali

TM II : 2 kali

TM III : 3 kali

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 24

Gerakan janin pertama kali dirasakan pada UK 20 minggu

Gerakan janin dalam 12 jam terakhir sebanyak > 10 kali

Senam hamil : ibu mengatakan tidak melakukan senam hamil

Imunisasi TT 1: 23 Nopember 2012

TT 2: 22 Desember 2012

Trimeste

r

Masalah/Keluhan Materi pendidikan kesehatan Tindakan/therapy

I Mual KIE nutrisi, ketidaknyamanan

dan cara mengatasi,

B1,B12B6, asam

folat,

II Tidak ada

keluhan

Tanda bahaya selama

kehamilan, perubahan

fisiologis kehamilan

B1,B6,B12, Tablet

Fe

III Sering miksi Ketidaknyamanan dan cara

mengatasi, persiapan

persalinan

Tablet Fe, Vit C

j. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Nutrisi

Makan terakhir :30/05/2013 Jam : 22.00 WIB

Jenis : nasi, sayur, lauk

Minum terakhir : baru saja ibu minum

Jenis : air putih dan teh manis

b) Eliminasi

BAB

BAB terakhir tanggal 29/05/2013 jam : 05.00 WIB

Jumlah : normal

Warna : kuning kehitaman

Keluhan : tidak ada

BAK

BAK terakhir tanggal : 30/05/2013 jam : 07.10 WIB

Jumlah : normal

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 25

Warna : jernih kekuningan

Keluhan : tidak ada

c) Istirahat

Siang : 1-2 jam perhari

Malam : 6-7 jam perhari

Tidur terakhir jam : jam 22.00 WIB

Keluhan : tidak ada

d) Aktivitas : mengerjakan pekerjaan rumah tangga

e) Personal Hygiene : mandi 2kali/hari, ganti celana dalem 2kali/hari, gosok

gigi 2 kali/hari, ganti baju 2 kali/hari

f) Pola Seksual : tidak dikaji

g) Data Psikososial Spiritual

Kesiapan ibu & keluarga menghadapi persalinan : ibu mengatakan sudah

mempersiapkan segala sesuatunya.

Pengambilan keputusan : suami dengan musyawarah

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis

BB sebelum hamil : 52 kg Sekarang : 60 kg

TB : 153 cm Lila : 24 cm

Tanda Vital : T :110/70 mmHg N : 84x/menit S : 36 °C R : 24 x/menit

2. Pemeriksaan Obstetrik

Kepala : mesocephal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Muka : tidak ada oedem, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik

Hidung : simetris, tidak ada polip

Mulut : bersih, bibir lembab, tidak ada karies gigi

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan vena jugularis

Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Payudara :simetris, puting menonjol, kolostrum belum keluar, tidak ada

retraksi dan benjolan abnormal

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 26

Abdomen L I : teraba agak bulat, tidak melenting, lunak (bokong janin).

TFU : 29 cm.

L II : bagian kanan : teraba benjolan-benjolan kecil (ekstremitas

janin) bagian kiri : teraba memanjang, keras seperti papan dan ada tahanan

( punggung janin)

L III : teraba bagian yang bulat, keras dan melenting ( kepala janin).

Kepala sudah masuk PAP.

L IV : posisi tangan .penurunan kepala 4/5.

TBJ : (29-11).155 = 2790 gram

DJJ : (+), Frekuensi : 146x/menit

Genetalia : bersih, tidak ada varises, tidak ada oedem

Pemeriksaan dalam/Vaginal tussae (VT) : tgl : 31/05/2013 jam : 09.00 WIB

Indikasi : untuk mengetahui ibu sudah masuk persalinan atau belum

Hasil : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tipis,

pembukaan 4 cm, kepala di hodge II, ket (-).

Ektremitas

Atas : simetris, jumlah jari lengkap, tidak anemis

Bawah : simetris, jumlah jari lengkap, tidak anemis

Reflek patela kanan/kiri : positif/ positif

3. Pemeriksaan Penunjang

Tgl : 31/05/2013 HB : 10,5 gr%

Tgl : 31/05/2013 Golongan darah: A

II. NTEPRETASI DATA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny.J umur 20 tahun G1 P0 A0 Uk 39 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri

dalam persalinan kala 1 fase aktif dengan persalinan normal.

Data Dasar

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 27

DS :

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ibu yang pertama

Ibu mengatakn sudah mulai merasa ingin mengejan.

HPHT : 01 Agustus 2012

DO :

Ku : Baik

Kasadaran : Compos Mentis

HPL : 08 Mei 2013

TFU : 29cm

Leopold I : teraba agak bulat, tidak melenting, lunak (bokong janin).

TFU : 29 cm.

Leopold II : bagian kanan : teraba benjolan-benjolan kecil (ekstremitas

janin) bagian kiri : teraba memanjang, keras seperti papan dan ada tahanan

( punggung janin)

Leopold III : teraba bagian yang bulat, keras dan melenting ( kepala janin).

Kepala sudah masuk PAP.

Leopold IV : posisi tangan .penurunan kepala 4/5.

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

DJJ : (+) , Frekuensi : 146 kali/menit

His : 3 “20-40” dalam 10 menit

Pemeriksaan dalam/vaginal tussae (VT)

Hasil : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tipis,

pembukaan 4 cm, kepala di hodge II, ket (-)

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. ANTISIPASI MASALAH

Tidak ada

V. PERENCANAAN

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Berkolaborasi dengan dokter SpoG

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 28

3. Beri dukungan mental pada ibu

4. Ambil sampel darah dan diantar ke laboratorium.

5. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

6. Anjurkan ibu untuk relaksasi pernafasan jika ada his.

7. Anjurkan ibu untuk miring kiri

8. Observasi his, djj, dan nadi 30 menit dan 1 jam untuk observasi pembukaan

9. Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemerikaan bahwa saat ini ibu sudah masuk proses

persalinan

2. Melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn. Advise dokter : gastrul 1/u SL,

3. Memberi dukungan mental pada ibu untuk banyak berdo’a dan bersabar

4. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan Hb dan golongan darah, sampel

darah di antar ke laboratorium.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi makan dan minum

sebagai tenaga pada saat persalinan.

6. Menganjurkan ibu untuk relaksasi pernafasan jika ada his yaitu tarik nafas

panjang dari hidung kemudian hembuskan melalui mulut.

7. Menganjurkan ibu unutk miring kiri agar penurunn kepala lebih cepat terjadi.

8. Mengobservasi his, DJJ, dan nadi setiap 30 menit, dan 4 jam untuk

pembukaan.

9. Melakukan pendokumentasian.

VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan. Ibu terlihat sedikit tenang.

2. Kolaborasi sudah dilakukann

3. Ibu bersedia untuk banyak bersabar dan berdo’a

4. Sampel darah sudah di ambil dan di antar ke laboratorium

5. Ibu bersedia untuk makan dan minum.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 29

6. Ibu bersedia untuk relaksasi pernafasan jika ada his

7. Ibu bersedia untuk miring kiri

8. Observasi telahh dilakukan

9. Pendokumentasian sudah dilakukan

CATATAN PERKEMBANGAN KALA II

Tanggal / jam : 31/05/2013 / 13.30 WIB )

S : ibu mengatakan ingin mengejan seperti akan BAB.

O : a. Abdomen : his 5 kali / 10 menit lama 45 detik

DJJ : 154 kali/menit

b.Genetalia : tampak perineum menonjol, vulva membuka , ada tekanan anus

VT : 31/05/2013 / 13.30 WIB

Indikasi : Ibu mengatakan ingin mengejan seperti akan BAB

Tampak perineum menonjol, vulva membuka , ada tekanan anus

Hasil : v/u tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, 10

cm, presbelkep, UUk jam 12, molase negative, penurunan kepala di H III, selket

negative, AK (+), LD (+).

A : Ny.J umur 20 tahun G1P0A0 Uk 39 minggu janin tunggal,hidup, intrauterine dalam

persalinan kala II dengan persalinan normal.

P :

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 30

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu sudah pembukaan lengkap dan

sudah diperbolehkan untuk mengejan.

- Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk mengejan.

2. Memasang kain bersih dibawah bokong dan atas perut ibu.

- Kain bersih sudah dipasang dibawah bokong dan atas perut ibu.

3. Mendekatkan partus set dan menyedot oxytosin 10 IU.

- Partus set sudah didekatkan, dan oxytosin 10 IU sudah disedot.

4. Memposisikan ibu dengan posisi senyaman mungkin.

- Ibu sudah diposisikan senyaman mungkin.

5. Mengajarkan pada ibu cara mengejan yang benar, yaitu saat ada his yang kuat mulai

dengan menarik napas panjang lewat hidung, kemudian mengejan yang kuat seperti

akan BAB, dagu menempel di dada dan kedua tangan menarik paha menempel

dengan perut.

- Ibu sudah mencoba mengejan seperti yang bidan ajarkan.

6. Membuka partus set dan mengenakan sarung tangan steril.

- Partus set sudah dibuka, sarung tangan sudah dikenakan.

7. Memasang duk steril 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

- Duk steril 1/3 bagian sudah dipasang dibawah bokong ibu.

8. Memimpin persalinan.

a. Menganjurkan ibu untuk mengejan saat ada his yang kuat.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 31

b. Saat kepala nampak berdiameter 5-6 cm didepan vulva tangan kanan melindungi

perineum dan tangan kiri melindungi kepala bayi agar tidak terjadi defleksi

maksimal, sambil memimpin ibu mengejan saat ada his kuat.

c. Saat kepala lahir, cek adanya lilitan tali pusat , bersihkan muka, hidung dan mulut

bayi dari lender darah dan cairan ketuban, sambil menunggu kepala bayi

melakukan putaran paksi luar.

d. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara

biparietal, kemudian gerakan kepala bayi kebawah untuk mengeluarkan bahu

depan, setelah bahu depan keluar, gerakan kepala bayi ke atas untuk mengeluarkan

bahu belakang.

e. Setelah kedua bahu keluar lakukan sangga susur untuk mengeluarkan keseluruhan

badan bayi.

9. Setelah bayi lahir, nilai keadaan umum bayi,meliputi usaha nafas , tonus otot, dan warna

kulit.

- Bayi menegis spontan keras, gerakan aktif, warna kulit kemerahan.

10. Setelah ± 2 menit klem tali pusat ± 3 cm dari perut bayi, kemudian urut kearah

maternal ibu klem yang kedua dengan jarak ± 2 cm dari klem pertama, kemudian

potong tali pusat diantara kedua klem.

- Tali pusat sudah dipotong.

Bayi lahir spontan normal, langsung, pada 31 April 2013 jam 15.05 WIB, jenis

kelamin laki – laki , BB 3400gr, TB : 48 cm, a/s : 7/9.

CATATN PERKEMBANGAN KALA III

Tanggal / jam : 31/05/2013 / 15.05 WIB )

S : Ibu mengatakn lega bayinya sudah lahir

O :KU : Baik Kesadaran : Compos Mentis

TFU : Setinggi Pusat Perdarahan : ± 150 cc

Ada tanda-tanda kala III :

- Perubahan uterus menjadi globuler

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 32

- Semburan darah dari jalan lahir

- Tali pusat memanjang

A : Ny.J umur 20 tahun P1 A0 Ah1 dalam persalinan kala III dengan persalinan normal

P :

1. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah lahir tapi plasentanya belum lahir

- Ibu mengerti dan terus bersabar menjalani proses persalinan

2. Melakukan manajemen aktif kala III dengan

- Memastikan bahwa janin tunggal

- Menyuntikan oxytocin 10 IU di 1/3 paha bagian luar secara IM dengan

memberitahu ibu terlebih dahulu bhawa akan di suntik.

- Janin tunggal, oxytocin sudah disuntikan

3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali, memindahkan klem tali pusat 5 cm

didepan vulva melakukan dorsokranial dan menunggu tanda-tanda pelepasan plasenta.

- Peregangan tali pusat terkendali sudah dilakukan, tanda-tanda pelepasan

plasenta (+)

4. Setelah plasenta nampak di depan vulva, sangga plasenta dengan kedua tangan, putar

plasenta secara terpilin/searah jarum jam, setelah plasenta lahir tempatkan plasenta di

tempat yang datar untuk mengecek kelengkapan plasenta.

- Plasenta lahir lengkap jam 15.10 WIB

5. Melakukan massase fundus uteri dan mengecek perdarahan

- Sudah dilakukan, kontraksi uterus keras, tidak terjadi perdarahan.

6. Memasukkan plasenta dalam plastik, menilai perdarahan, dan memeriksa laserasi

jalan lahir.

- Plasenta sudah dimasukan dalam plasenta, perdarahan ± 150 cc, tidak ada

leserasi.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV

Tanggal / jam : 31/05/2013 / 13.15 WIB

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 33

S :

Ibu lega plasentanya sudah lahir

Ibu mengatakan lelah

Ibu mengatakan nyeri pada luka jalan lahir

O :KU : Baik Kesadaran : Compos Mentis

TFU : 2 Jari dibawah pusat

A :Ny. J umur 20 tahun P1 A0 Ah1 dalam persalinan kala IV dengan persalinan normal

P :

1. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan merendam dalam larutan klorin 0,5 %

selama 10 menit.

- Sudah dilakukan.

2. Bersihkan tubuh ibu dan bereskan tempat tidur hingga ibu merasa nyaman.

- Sudah dilakukan dan ibu merasa nyaman.

3. Observasi vital sign, perdarahan, TFU, kontraksi uterus dan kandung kemih selama 2

jam dan mencatat dalam partograf.

- Sudah dilakukan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 34

Setelah kelompok kami melakukan asuhan kebidanan pada kasus persalinan Ny. J

dengan persalinan normal di ruang Mawar RSUD Majenang, penulis menemukan adanya

perbedaan maupun persamaan pada teori dan kasus yang penulis teliti dengan menerapkan 7

langkah manajement asuhan kebidanan yaitu sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada langkah pertama ini dilakukan pada tanggal 31 April 2013

pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan secara lengkap yaitu biodata mencakup identitas

pasien,pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan dengan melakukan penilaian secara

sistematis dari kepala sampai ujung kaki untuk menilai adanya kelainan atau cacat

bawaan.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan dikarenakan dalam melakukan

pengkajian dilakukan secara terperinci seperti dalam teori yang ada.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi

masalah dan diagnosa spesifik yang sudah diidentifikasi data masalah dan diagnosa

keduanya digunakan karena beberapa seperti diagnosa masalah tidak dapat

diselesaikan tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dibutuhkan dalam

sebuah asuhan terhadap pasien. Di lahan, pada Ny J penulis menegakkan diagnose

kebidanan Ny.J umur 20 tahun G1 P0 A0 Uk 39 minggu, janin tunggal, hidup, intra

uteri dalam persalinan kala 1 fase aktif dengan persalinan normal.

Data Dasar

DS :

- Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ibu yang pertama

- Ibu mengatakan sudah mulai merasa ingin mengejan.

- HPHT : 01 Agustus 2012

DO :

- Ku : Baik

- Kasadaran : Compos Mentis

- HPL : 08 Mei 2013

- TFU : 29 cm

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 35

- Leopold I : bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting ( bokong).

- Leopold II : teraba tahanan, keras, memanjang, seperti papan, pada perut

bagian kanan ( puka).

- Leopold III : pada bagian terendah janin teraba, bulat, keras, melenting

( kepala ), tidak bisa digoyang ( sudah masuk PAP)

- Leopold IV : kedua ujung tangan pemeriksa tidak dapat bertemu ( divergen)

- TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gr

- DJJ : (+), Frekuensi : 135 kali/menit

- His : 3 “20-40” dalam 10 menit

- Pemeriksaan dalam/vaginal tussae (VT) ( 31/05/2013 / 09.00 WIB)

Hasil :

Vulva uretra tenang dinding vagina licin, portio teraba lunak tipis,

pembukaan 4 cm, preskep, molase ( - ),UUK jam 10, penurunan kepala di

hodge II, selket ( + ) , LD ( + ), Ak ( - ).

- Setelah membandingkan antara teori dengan lahan tidak ada kesenjangan

3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah dan diagnose terbaru. Langkah ini

membutuhkan antisipasi pencegahan segera agar tidak terjadi hal-hal yang lanjut.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan karena diagnosa potensial penulis

sesuai dengan teori yang ada.

4. Antisipasi Tindakan Segera, Kolaborasi dan Konsultasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan /dokter untuk ditangani lebih

lanjut bersama dengan anggota Tim Kesehatan Yang lain sesuai dengan kondisi

pasien. Dalam tindakan antisipasi, lahan melaksanakan kolaborasi dengan dr. SpOg

dan memberikan terapi sesuai advise dokter. Penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan lahan karena dalam penegakan diagnosa yang ada dilahan sama

dengan yang ada dalam teori.

5. Perencanaan

Langkah ini merupakan kelanjutan menejement terhadap masalah atau diagnose yang

tidak diidentifikasi/antisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi, pada langkah ini bidan merumuskan rencana asuhan sesuai

dengan hasil pembahasan bersama klien ,kemudian membuat kesepakatan bersama

klien sebelum melaksanakannya.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 36

6. Implementasi

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan

dilaksanakan berdasarkan prosedur langsung dilakukan dengan cara efisiensi dan

aman.

7. Evaluasi

Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk melakukan penelitian apakah

asuhan kebidanan telah berhasil keseluruhan atau belum sama sekali, dari hasil situasi

ini menentukan sebagian rencana asuhan kebidanan relevan diterapkan, dihentikan

atau direvisi. Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam bentuk

SOAP.

BAB V

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 37

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selain melakukan dan melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny J umur 20

tahun G1P0A0 UK 39 minggu janin tunggal, hidup, intrauterine dalam persalinan kala I

fase aktif dengan persalinan normal di rumah sakit Majenang, penulis menyimpulkan

bahwa :

1. Pada kasus Ny. J umur 20 tahun G1P0A0 Uk 39 minggu janin tunggal, hidup,

intrauterine dalam persalinan dengan persalinan normal didapat dari pengkajian

anamnese dan pemeriksaan fisik.

2. Perencanaan yang dilakukan pada Ny. J agar tidak terjadi diagnose potensial yaitu:

Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan memberi terapi sesuai advise dokter.

3. Setelah melaksanakan tindakan sesuai dengan standart asuhan kebidanan persalinan

dan melakukan observasi, maka hasil evaluasi yang didapat yaitu Ny. J mengalami

perkembangan yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan pada terakhir pengkajian

pada Ny. J dalam keadaan compos mentis, vital sign dalam keadaan normal.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa

Dalam melaksanakan praktek klinik kebidanan I, mahasiswa akademi kebidanan DIII

Stikes Alma Ata Yogyakarta diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada

ibu bersalin fisiologis dengan pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan 7

langkah Varney dalam memberikan asuhan yang didasari dengan konsep, sikap, dan

keterampilan serta rasa kasih sayang.

2. Untuk pemerintah dan seluruh tenaga kesehatan

Dalam memberikan asuhan kebidanan dan keperawatan ibu bersalin fisiologis sudah

baik dan komprenshif sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.

3. Untuk keluarga

Diharapkan untuk memperhatikan persiapan keluarga dalam perawatan ibu pasca

perawatan di rumah sakit agar dapat terjaga kondisinya.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 38

Sulistyawati, Ari,dkk. 2010 . Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin . Jakarta : Salemba

Medika.

Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Varney Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, edisi IV volume 2. Jakarta : EGC

Sumapraja, Sudraji. 2005. Persalinan Normal. Jakarta : Gaja Baru.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal 39