preskas+hernia

Upload: rio-mandala

Post on 05-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qq

TRANSCRIPT

  • PRESENTASI KASUS

    HERNIA SKROTALIS

    DISUSUN OLEH:

    Liana Srisawitri (0906554346)

    Adityo Budiarso (0906507740)

    MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    JAKARTA

    2014

  • BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    I. Identitas

    Nama : Tn.AB

    Tanggal lahir : 1 Agustus 1936

    Usia : 78 tahun

    RM : 301-40-14

    Alamat : Pasar Minggu

    Pendidikan terakhir : Tidak sekolah

    Pekerjaan : Tidak bekerja

    Agama : Islam

    Status pernikahan : Duda

    Masuk Rumah Sakit : 5 Februari 2014

    Pemeriksaan : 5 Februari 2014

    II. Anamnesis (Autoanamnesis tanggal 5/2/2014)

    Keluhan utama

    Benjolan di lipat paha kanan sejak 2 minggu sebelum kunjungan.

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengeluh muncul benjolan di lipat paha kanan sejak 2 minggu sebelum

    kunjungan. Benjolan dirasakan dapat hilang timbul. Benjolan timbul pada saat pasien

    berdiri dan hilang pada saat pasien duduk atau berbaring. Benjolan dapat dimasukan ke

    dalam perut. Pasien tidak mengeluhkan gangguan buang air besar.

    Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada benjolan. Pasien menyangkal

    adanya demam. Riwayat muntah, perut begah, demam disangkal. Pasien tidak

    memiliki riwayat benturan pada lipat paha dan kemaluan.

    Pasien dulu bekerja di bengkel selama 30 tahun dan sering mengangkat barang-

    barang berat. Pasien merokok selama kurang lebih 60 tahun dan mengaku sering batuk.

    Pasien memiliki riwayat operasi hernia pada tahun 1991 di RSCM. Pasien mengatakan

    keluhan yang dialaminya dulu sama dengan keluhan saat ini.

  • Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien memiliki riwayat hipertensi yang berobat teratur, tidak ada diabetes melitus,

    alergi, asma, penyakit jantung dan paru disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma, dan alergi di keluarga disangkal.

    Riwayat terdapat penyakit jantung dan paru di keluarga disangkal.

    Riwayat Sosial

    Pasien tinggal dengan anaknya. Pasien bekerja di bengkel selama 30 tahun. Pasien

    memiliki riwayat merokok selama 60 tahun.

    III. Pemeriksaan Fisik (5/2/2014)

    Kesadaran : kompos mentis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Tekanan darah : 150/80 mmHg

    Nadi : 84x/menit

    Suhu : 36C

    Pernapasan : 20x/menit

    BB : 52 kg

    TB : 160 cm

    Status Generalis

    Mata

    Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik

    Leher

    Tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, JVP 5-2 cmH2O

    Jantung

    Bunyi jantung I dan II normal reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada

    Paru

    Bunyi napas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada ronkhi maupun wheezing

    Abdomen

    Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hati dan limpa tidak teraba, bising usus positif normal

    Ekstremitas

  • Akral hangat, tidak ada edema, CRT < 2 detik

    Status Lokalis

    Inspeksi: Tampak benjolan pada lipat paha dan skrotum kanan berukuran 8 x 7 x 5 cm,

    warna sama dengan kulit sekitarnya

    Palpasi

    Tidak terdapat nyeri tekan

    Suhu sama dengan sekitar

    Benjolan teraba lunak, permukaan licin, dapat digerakan dan dimasukan ke dalam

    perut

    Teraba annulus inguinalis eksterna dan pada saat tes valsava teraba tekanan di

    ujung jari

    Batas atas tidak teraba

    Tidak ada fluktuasi

    Tes transiluminasi negatif

    Auskultasi : Terdengar bising usus pada benjolan

  • Gambar 1. Benjolan pada lipat paha dan kantung kemaluan

  • Gambar 2. Benjolan setelah dimasukan

    IV. Diagnosis Kerja

    Hernia skrotalis dextra reponibilis residif

    V. Rencana pemeriksaan

    - Pemeriksaan darah lengkap

    - Foto polos thorax

    - Toleransi operasi anestesi, kardiologi, pulmonologi

    VI. Rencana Tatalaksana

    Pro Hernioplasti dengan mesh

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Hernia Inguinalis

    Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek dari dinding

    sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, terutama pada daerah

    inguinal. Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami hernia Hernia pada dinding

    abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia yang tidak dilapisi otot. Lokasi-

    lokasi ini antara lain daerah inguinal, femoral, umbilikal, linea alba, bagian bawah garis

    semilunar, dan tempat yang pernah dilakukan insisi. Hernia terdiri atas komponen kantung,

    isi, dan leher. Ukuran leher atau orifisium hernia tidak berhubungan konsisten dengan ukuran

    kantung hernia.1

    Gambar 1. Lokasi Hernia Abdominalis1

    Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen.

    Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen, hernia dikatakan ireponibel

    atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan orifisium yang kecil dan

    kantung yang besar. Pada hernia strangulata terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa

  • gangguan aliran arteri, vena, atau keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada

    bagian orifisium. Salah satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah

    terjadinya adhesi antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.1

    Hernia Richter merupakan hernia yang berisi sebagian diameter sirkumferensial dari dinding

    usus sehingga dapat terjadi keadaan strangulasi tanpa disertai obstruksi usus. Hernia juga

    dibedakan menjadi hernia interna, hernia eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia

    eksterna, isi hernia melewati seluruh lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia

    interna, defek terjadi pada dinding peritoneal sehingga terjadi protrusi usus. Pada hernia

    interparietal, isi hernia berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.1

    Epidemiologi

    Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan

    menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia

    memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju

    skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus

    inguinalis interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis

    indirek dan direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding

    perempuan untuk mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi

    di sebelah kanan karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti

    gangguan atrofi prosesus vaginalis.1

    Embriologi

    Gambar 2. Penutupan Prosesus Vaginalis

  • Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga kehamilan, berupa

    divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal fasia endoabdominal.

    Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di sebelah anteromedial nephrogenic

    ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan skrotum dihubungkan oleh gubernakulum, sementara

    pada janin perempuan, gonad dan labia dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan

    ketiga kehamilan mulai terjadi penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis mencapai

    annulus inguinalis eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi oleh calcitonin gene-

    related peptide (CGRP) yang dihasilkan melalui androgen fetal oleh saraf genitofemoral.

    CGRP juga mempengaruhi penutupan prosesus vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses

    penutupan ini belum dipahami sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun

    dari kanal dengan dipandu oleh prosesus vaginalis.2

    Anatomi

    Gambar 3. Penampang Parasagital Klasik Nyhus: Regio Midinguinal Kanan

  • Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di bawahnya terdapat

    arteri dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika superfisialis, dan pudenda

    eksterna. M. obliquus eksternus berada di bawah lapisan subkutan. Otot ini mengarah ke

    inferior dan medial. Aponeurosis m. obliquus eksternus terdiri dari lapisan superfisial dan

    lapisan dalam. Aponeurosis m. obliquus eksternus, bersama dengan aponeurosis m. obliquus

    internus dan m. transversus abdominis membentuk anterior rectus sheath dan linea alba.

    Aponeurosis m. obliquus eksternus juga merupakan batas superfisial dari kanalis inguinalis.1

    Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari aponeurosis m. obliquus

    eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior superior menuju tuberkulum

    pubikum. Ligamentum lakunar yang merupakan batas sebelah medial dari femoral space

    terbentuk dari insersi ligamen inguinal ke pubis. Annulus inguinalis eksterna, tempat

    keluarnya korda spermatikus dari kanalis inguinalis, merupakan pembukaan dari aponeurosis

    m. obliquus eksternus yang terletak superior dan sedikit lateral dari tuberkulum pubikum.1

    Gambar 4. Anatomi Struktur Preperitoneal

  • M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen bagian atas dan

    mengarah transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan batas superior dari kanalis

    inguinalis. Aponeurosis m. obliquus internus sebelah medial bergabung dengan aponeurosis

    m. transversus abdominis membentuk conjoined tendon. M. transversus abdomis berjalan

    transversal pada hampir seluruh bagiannya. Kekuaran dan keutuhan otot ini dan

    aponeurosisnya berperan penting dalam terjadinya hernia inguinalis. Batas bawah m.

    transversus abdominis bergabung dengan m. obliquus internus membentuk arkus aponeurosis

    transversus abdominis. Fasia transversalis adalah suatu lapisan jaringan ikat yang melapisi

    otot dinding abdomen dan merupakan komponen dari inguinal floor.1

    Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral sheath berlanjut

    menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna dibentuk oleh traktus ini,

    sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis m. transversus abdominis.

    Kanalis inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna dan berakhir pada annulus

    inguinalis eksterna. Struktur ini berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum

    rotundum pada perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm

    kranial dari ligamentum inguinale.1

    Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis dan kremaster,

    cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis.

    Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis secara superfisial. Dinding

    kanalis inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan aponeurosis m. obliquus internus

    serta m. transversus abdominis. Dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum

    inguinale dan ligamentum lakunare. Dinding posterior atau lantai kanalis inguinalis terdiri

    atas fasia transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis.1

    Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi oleh

    pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah medial,

    danligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis femoralis.

    Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di sebelah anterior,

    ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan vena femoralis di sebelah lateral.1

    Etiologi

    Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang inkomplit.

    Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intra-

  • abdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia inguinalis indirek tidak

    ditata laksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna lebih lanjut dan kelemahan

    inguinal floor. Hernia inguinalis indirek tahap lanjut dapat mencapai skrotum. Hernia

    inguinalis direk disebabkan oleh kelemahan fasia transversalis di daerah Hesselbach.

    Beberapa bukti menunjukkan bahwa hernia inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan

    sintesis atau metabolisme kolagen, baik yang bersifat kongenital maupun didapat.3

    Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat menyebabkan

    progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan mengangkat barang

    berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar), dan gangguan prostat

    (mengedan saat buang air kecil). Keadaan lain yang berhubungan dengan progresi hernia

    antara lain sirosis dengan asites, kehamilan, penggunaan continuous ambulatory peritoneal

    dialysis (CAPD), dan pembesaran atau keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis

    yang disebabkan oleh bertambahnya usia dan penyakit kronik mengakibatkan penurunan

    turgor jaringan pada daerah Hesselbach.3

    Klasifikasi

    Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut.

    Gambar 4. Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus1

  • Manifestasi Klinis

    Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat

    paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang

    timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga

    skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Gejala yang ditimbulkan

    oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau

    strangulata lebih kecil. Gejala semakin memberat seiring membesarnya hernia.3

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak dapat direposisi.

    Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi annulus inguinalis

    eksterna dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum dengan jari pada

    superolateral tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis hernia, pemeriksa harus

    merasakan adanya protrusi jaringan pada annulus inguinalis eksterna saat pasien batuk.

    Hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada

    pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan

    sirkular yang simetris dan benjolan menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia

    indirek, benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit mengalami reposisi.3

    Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang keras dan

    tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba pada hernia direk. Bila

    jari pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan terjadi protrusi saat pasien

    batuk, pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian samping jari sementara pada hernia

    indirek protrusi dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk

    menentukan ada tidaknya komponen usus pada hernia.3

  • Gambar 5. Pemeriksaan Hernia3

    Diagnosis Banding

    Gambar 6. Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha4

    Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan pemeriksaan transiluminasi yang

    hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain untuk membedakan hidrokel dengan hernia adalah

    dengan mencoba meraba batas atas benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada

    hernia batas atas tidak teraba. Pada perabaan, varikokel memberikan sensasi bag of worms.

    Pada kondisi inflamasi seperti epididimoorkitis, nyeri hebat yang menjalar hingga skrotum

    disertai tenderness dan pembesaran testis serta epididimis. Pada torsio testis, benjolan teraba

  • keras dan testis tidak teraba pada palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan konsistensi

    yang padat pada palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi otot dinding abdomen,

    misalnya pada pasien dengan polio sebelumnya, sehingga terjadi penonjolan otot dinding

    abdomen pada saat pasien mengedan. Aneurisma arteri femoralis dapat dibedakan dengan

    dengan adanya denyut dan bising yang kadang didapatkan.4

    Tata Laksana

    Tata laksana definitif hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan. Ditegakkannya

    diagnosis merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Prinsip pembedahan pada

    hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Herniotomi adalah tindakan membuka dan

    melepaskan kantung hernia, sedangkan herniorafi adalah tindakan memperbaiki dinding

    posterior kanalis inguinalis. Pendekatan yang dapat digunakan dalam herniorafi antara lain

    open, preperitoneal, dan laparoskopik.5

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada anamnesis diketahui pasien mengeluhkan benjolan di lipat paha dan kantong

    kemaluan sejak 2 minggu sebelum kunjungan. Adanya benjolan di lipat paha dan kemaluan

    membuat kita berpikir pada beberapa kemungkinan penyakit. Penyakit tersebut antara lain

    hernia, hidrokel, varikokel, hematokel, torsio, orchitis, dan keganasan. Selanjutnya pasien

    mengatakan benjolan tersebut dapat hilang timbul. Benjolan akan timbul pada saat berdiri

    dan hilang apabila pasien duduk atau berbaring. Benjolan tersebut dapat dimasukan ke atas.

    Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan. Dari data anamnesis tersebut, beberapa

    kemungkinan penyakit dapat disingkirkan. Torsio testis dapat disingkirkan karena pasien

    tidak merasakan nyeri yang tiba-tiba dan hebat pada benjolan tersebut. Kemungkinan

    keganasan juga dapat disingkirkan karena benjolan tersebut baru muncul 2 minggu sebelum

    kunjungan.

    Pasien tidak memiliki riwayat benturan pada lipat paha dan kemaluan. Pasien tidak

    mengeluh adanya demam. Dari sini kita dapat menyingkirkan kembali beberapa diagnosis

    banding yang kita pikirkan. Varikokel dan hematokel dapat disingkirkan karena pasien tidak

    memiliki riwayat trauma dan benjolan tersebut dapat hilang timbul. Kemungkinan infeksi

    yaitu orchitis juga dapat disingkirkan karena pasien tidak ada gejala sistemik seperti demam.

    Pasien bekerja di bengkel dan sering angkat benda berat selama 30 tahun, pasien juga

    merokok selama 60 tahun dan sering batuk. Oleh karena itu dipikirkan diagnosis banding

    pasien adalah hernia atau hidrokel. Pasien memiliki riwayat operasi hernia pada tahun 1991

    di RSCM.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

    kompos mentis, pasien memiliki hipertensi (150/80 mmHg). Pemeriksaan status generalis

    dalam batas normal. Selanjutnya dari pemeriksaan status lokalis, harus dibedakan antara

    hernia dan hidrokel. dari inspeksi tampak benjolan pada skrotum kanan berukuran 8 x 7 x 5

    cm, warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan suhu

    sama dengan sekitar. Hal ini menunjukan tidak terjadi radang yang berarti bukan torsio testis

    atau orchitis. Benjolan teraba lunak, permukaan licin, dapat digerakan dan dimasukan ke

    dalam perut. Dari data tersebut dicurigai hernia yang reponibilis. Untuk membedakan hernia

    dengan hidrokel dilakukan palpasi batas atas, pemeriksaan fluktuasi, dan pemeriksaan

  • transiluminasi. Pada pasien, batas atas tidak teraba, tidak ada fluktuasi, tes transiluminasi

    negatif. Hal ini mengarahkan diagnosis ke arah hernia. Diagnosis ini dikuatkan dengan

    pemeriksaan auskultasi yang terdengar adanya bising usus pada skrotum. Hernia yang

    letaknmya sampai ke skrotum disebut hernia skrotalis. Hernia skrotalis pada pasien dapat

    dimasukan sehingga jenisnya hernia skrotalis reponibilis. Pada inguinal teraba cincin eksterna

    dan saat tes valsava teraba tekanan di ujung jari. Adanya tekanan di ujung jari ini

    menunjukan hernia yang terdapat pada pasien adalah hernia skrotalis lateral.

    Pasien memiliki riwayat operasi hernia pada tahun 1991. Pasien saat ini masih merokok

    dan sering batuk. Batuk dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Tekanan intraabdomen

    yang meningkat menyebabkan hernia menjadi residif. Diagnosis pada pasien ini adalah hernia

    skrotalis dextra residif reponibilis. Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia adalah

    terjadinya strangulasi. Hal ini dapat disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan adanya

    nyeri yang mendadak. Selain itu tidak ditemukan adanya obstruksi intestinal karena pada

    pasien tidak ada gangguan buang air besar, muntah, dan perut terasa begah. Tatalaksana pada

    pasien ini adalah hernioplasti dengan mesh. Operasi ini bertujuan mencegah terjadinya hernia

    residif di kemudian hari.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery. 18th

    ed. Saunders Elsevier; 2007.

    2. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschrafts

    pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p.669

    3. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12th ed. McGraw-Hill; 2006.

    4. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam: Mulholland

    MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR. Greensfields surgery: scientific

    principles and practice. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

    5. Cheek c, Kingsnorth A. Inguinal and femoral hernias. Dalam: Oxford textbook of surgery.

    2nd ed. Oxford University Press; 2002.