preskas uu penyelenggaraan praktek bidan

Upload: velyvelyvely

Post on 31-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Undang-Undang Penyelenggaraan Praktik BidanMakalahDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi dan hukum Kesehatan dalam Praktek Bidan

Disusun oleh : Komala Sri Heryani130103100044 Vidya Putri Viani130103100049 Niken Tri setyorini130103100050 Mira Maryani latifah130103100051 Widiarti130103100055 Nenden yuliani 130103100069

Kelas 6 BPROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, alhamdulilah kami telah meyelesaikan tugas dalam bentuk makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Praktek Bidan . Sebagai penyusun kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon agar pembaca dapat memakluminya dan diiringi harapan-harapan agar berkenan memberi kritik dan saran kepada kami sebagai penyusun.Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan umumnya baik kita semua.Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua.

Bandung, 2011

Penyusun,

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB 1 PENDAHULUAN0. Latar Belakang10. Tujuan20. Manfaat2

BAB 2 PEMBAHASAN2.1 Pengkajian Undang-undang Penyelenggaraan Praktik Bidan3BAB 3 PENUTUP3.1 Kesimpulan283.2 Saran28DAFTAR PUSTAKA29LAMPIRAN Permenkes 1464/MENKES/PER/X/201029

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maraknya kasus dugaan malpraktik belakangan ini kepada banyak tenaga kesehatan khususnya bidan yang fokus di bidang perawatan ibu dan anak, menjadi peringatan dan sekaligus sebagai dorongan untuk lebih memperbaiki kualitas pelayanan. Melaksanakan tugas dengan berpegang pada janji profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selaludi pelihara. Salah satu penyebanya mungkin disebabkan adanya penyalahgunaan terhadap suatu profesi khususnya profesi Bidan. Yaitu kurangnya pemahaman atau tidak patuhnya bidan terhadap kode etik dan kewenangan serta batas-batas penyelenggaraan praktik dari profesi Bidan itu sendiri .Oleh karena itu kita sebagai calon tenaga kesehatan nantinya harus mengetahui dan memahami apa sajakah yang menjadi hak dan tanggung jawab dari seorang bidan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku agar kelak dapat di aplikasikan dalam dunia pekerjaan . Pada makalah ini kami akan membahas dan mengkaji mengenai penyelenggaraan praktik bidan dan apa saja yang harus diketahui oleh seorang Bidan sesuai PerUndang-Undangan yang berlaku.

1.2 Tujuan Tujuan UmumTujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah etika profesi dan hukum kesehatan dalam praktik Bidan mengenai Undang-undang penyelenggaraan praktik Bidan. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari makalah ini, yaitu: Memberi wacana dan wawasan tentang etika profesi kebidanan Meningkatkan pengetahuan tentang per UU yang melandasi tugas fungsi dan praktek kebidanan Memberikan wawasan bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan tentang Per UU terutama tentang bidang kesehatan1.3 Manfaat Tenaga kesehatan khususnya Bidan dalam melakukan tindakan lebih berdasar pada etika profesi dan Per UU. Tenaga kesehatan khususnya bidan lebih paham tentang batasan kewenagan sesuai dengan UU. Tenagga kesehatan khusus bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan dan tetap berdasar etika profesi peraturan uu

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Undang-Undang Penyelenggaraan Praktik BidanPengaturan praktik bidan telah diatur sejak tahun 1963 dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5380/Hukum Tahun 1963 tentang Ketentuan Tentang Wewenang Terbatas Bagi Bidan yang dicabut dan diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 623/Menkes/Per/IX/1989 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 623/Menkes/Per/IX/1989 menjadi tidak berlaku lagi. Dalam perkembangannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 direvisi dan diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Selanjutnya berkaitan dengan praktik bidan terdapat reformasi peraturan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 berkaitan praktik bidan, dimana peraturan ini juga diperbaharui dan dicabut dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.A. Pengkajian Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

1. Ketentuan UmumPasal 1 Pada Pasal satu ini di bahas mengenai definisi baik siapa itu seorang bidan, apa yang dimaksud fasilitas pelayanan kesehatan, Surat Tanda Registrasi (STR), surat izin kerja bidan (SIKB), surat izin praktik bidan(SIPB), definisi standar, praktik mandiri dan organisasi profesi bidan. seorang bidan wajib memiliki syarat yang akan menjadi standar dan pedoman yang harus di pergunakan bidan sebagai petunjuk menjalankan profesinya baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun praktik mandiri, diantaranya Surat Tanda Registrasi, Surat izin kerja bidan, Surat izin praktek bidan yang di keluarkan oleh organisasi profesinya yaitu Ikatan Bidan Indonesia . 2. PerizinanPasal 2Pada pasal 2 ini meliputi perizinan yang harus di laksanankan bidan dalam menjalankan praktek mandiri ataupun di fasilitas pelayanan kesehatan , yaitu bidan harus berpendidikan minimal Diploma III (DIII) KebidananPasal 3Pada pasal 3 meliputi persyaratan Seorang bidan wajib memiliki SIKB apabila menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatannya di fasilitas pelayanan kesehatan dan wajib memiliki SIPB apabila menjalankan praktek mandiri . SIKB dan SIPB berlaku untuk satu tempatPasal 4Pasal 4 ini mencakup prosedur dan cara untuk memperoleh SIKB dan SIPB ke kabupaten/kota . Juga mencakup kewajiban memiliki STR sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku .Pasal 5Pada Pasal 5 di bahas mengenai SIKB/SIPB di keluarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten/ Kota, dinas kesehatan Kabupaten/ Kota . Permohonan SIKB/SIPB yang disetuji dan di tolak disampaikan oleh pemerintah daerah satu bulan sejak tanggal permohonan diterimaPasal 6Pada pasal 6 meliputi masa kerja bidan yang hanya dapat menjalankan praktik/tempat kerja paling banyak satu tempat kerja dan satu tempat praktikPasal 7Pasal 7 membahas mengenai masa berlaku SIKB/SIPB yitu berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharuiPasal 8 Pasal 8 membahas mengenai SIKB/SIPB yang dinyatakan tidak berlaku apabila tempat kerja/praktiknya tidak sesuai lagi, tidak diperpanjang dan di cabut oleh yg berwenang

3. Undang-undang Penyelenggaraan Praktik Bidan ini melipuli pasal 9 sampai pasal 19Pasal 9Pada pasal sembilan ini bidan dalam menjalankan praktik berwenang dan berperan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi Pelayanan kesehatan ibu Pelayanan Kesehatan Anak Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 10Pasal 10 ini mencakup penjabaran pelayanan kesehatan ibu yang di berikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan , masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan secara komprehensif dan bermutu tinggi. Pelayanan itu mencakup pelayanan konseling bidan pada pada masa prahamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal,ibu nifas normal,ibu menyusui dan konseling juga pada masa kehamilan Bidan pun beewenang melakukan tindakan episiotomi,penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2, melakukan penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet fe pada ibu hamil dab vitamin A dosis tinggi pada masa nifas. Bidan juga berperan dan berwenang dalam memfasilitasi IMD dan promosi aSI ekslusif, memberikan penyuluhan dan konseling, bimbingan kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian dan cuti bersalin.Pasal 11Pelayanan kesehatan sesuai dengan pasal 9b diberikan pada bayi baru lahir, balita dan anak pra sekolah. Bidan memberikan pelayanan pada anak sesuai dengan kewenangannya seperti resusitasi, pencegahan hipotermi, IMD (inisiasi menyusui dini), pemberian vitamin K, perawatan bayi baru lahir (0-28 hari) juga perawatan tali pusat. Selain itu penanganan hipotermi dan kegawat-daruratan harus dilanjutkan dengan perujukan agar bisa segera ditangani. Kemudian pemberian imunisasi secara rutin, pemantauan tumbuh kembang bayi, anak dan usia prasekolah, konseling, pemberian surat keterangan kelahiran dan keterangan kematian.Pasal 12Selain itu bidan juga berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Memberikan informasi dan konseling tentang alat kontrasepsi dan juga penggunaan kondom yang aman.Pasal 13Dengan keahlian bidan juga terlatih untuk melakukan segala program pemerintah Sesuai dengan pasal 10, 11 dan 12 bidan menjalankan kewengannya sesuai dengan program pemerintah seperti :1. Pemberian pelayanan dan informasi mengenai semua jenis alat kontrasespsi2. Pemberian asuhan antenatal dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dibawah intruksi dokter3. Penagnan bayi dan anak sesuai dengan aturan dan pedoman4. Melakukan pembinaan di bidang kesehatan pada masyarakat5. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas6. Deteksi dini pada IMS juga pemberian kondom7. Pencegahan penyalahgunaan napza melalui informasi dan edukasiPasal 14Jika bidan praktik dan ditempatkan didaerah yang memang jauh dari dokter, dapat melakukan diluar kewenangan sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 9, dalam ruang lingkup kecamatan atau kelurahan dan desa yang telah ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota.Pasal 15Pemerintah menugaskan bidan untuk praktik ditempat tertentu dalam melaksanakan program pemerintah. BPS ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah dan berhak mendapatkan pembinaan dari pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.Pasal 16Pada daerah yang tidak tersedia pelayanan dari dokter, minimal mendapatkan pendidikan Diploma III Kebidanan, apabila tidak, pemerintah menempatkan bidan yang telah terlatih. Dan pemerintah setempat betanggung jawab dalam menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan daerah yang tidak tersedia pelayanan dari dokter.Pasal 17Bidan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu :1. Memiliki tempat, ruangan dan peralatan praktik untuk segala tindakan dalam penunjang pelayanan kesahatan yang memenuhi persyaratan lingkungan2. Menyediakan tempat maksimal 2 tempat tidur untuk persalinan, memiliki sara dan prasarana dengan ketentuan yang telah berlaku.

Pasal 18Dalam pelaksaan praktik, bidan berkewajiban untuk :1. Menghormati hak pasien2. Memberikan informasi masalah dan kebutuhan pasien3. Merujuk apabila diluar kewenangannya dan tidak dapat ditangani4. Meminta segala persetujuan5. Menyimpan segala rahasia tentang pasien6. Melakukan segala pencatatan pasien secara sistematis7. Meningkatkan mutu pelayanan profesi dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai bidangnya8. Senantiasa membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatPasal 19Pasal 19 membahas mengenai Hak bidan yaitu:Memperoleh perlindungan hukum dan menjalankan praktik sesuai dengan kewenangan dan standar. Memperoleh informasi dari passien yang lengkap dan akurat dari pasien sendiri maupun kerabat terdekat, dan menerima imbalan atas jasa yang telah diberikan.4. Pencatatan dan pelaporanPasal 20Dalam menjalankan tugasnya bidan harus selalu melakukan pendokumentasian sesuai dengan pelayanan yang telah diberikan. Pelaporan sesuai dengan ayat 1 ditujukan pada puskesmas dan dikecualikan sebagaimana sesuai dengan ayat 2 untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Pendokumentasian mengenai semua asuhan dan tindakan yang telah dilakukan merupakan tugas wajib seorang bidan.

5. Pembinaan dan pengawasanPasal 21Menjelaskan bahwa praktik seorang bidan, harus ada pembinaan atau pengawasan yang dilakukan oleh para menteri, pemerintah daerah profinsi, pemerintah daerah kabupaten atau kota, kepala dinas kesehatan dan para petinggi kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan seorang bidan kepada masyarakat.Pasal 22Menjelaskan bahwa harus adanya pelaporan dari pimpinan fasilitas kesehatan mengenai bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja di dalam fasilitas pelayanan kesehatan setiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan kabupan/kota.Pasal 23Menteri pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan tindakan administratif bagi bidan yang melakukan kesalahan atau pelanggaran. Tindakan administratif ini meliputi:1. Teguran lisan2. Teguran tertulis3. Pencabutan SIKB/SIPB untuk sementaranya paling lama 1 tahun4. Pencabutan SIKB/SIPB selamanya

Pasal 24Pemebrian sanksi oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota kepada seorang bidan yang melakukan pelanggaran berupa rekomendasi pecabutan surat izin/STR kepda kepala dinas kesehtan provinsi/majelis tenaga kesehatan indonesia (MTKI), selain itu sanksi lain berupa teguran lisan, tertulis maupun pencabutan izin fasilitas pelayanan kesehatan sementara/tetap.6. Ketentuan peraliahanPasal 25Menjelaskan bahwa seorang bidan harus mempunyai SIPB mengenai registrasi berdasarkan kesehatan nomor 900/menkes/SK/VII/2002 dan praktik bidan, serta mengenai izin dan penyelengaraan praktik bidan yang memiliki SIP sampai masa berlakunya berakhir. Maka jika massa berlakunya berakhir seorang bidan harus seegera memperbaharui SIPB tersebut berdasrkan peraturan yang berlaku.Pasal 26Pada pasal 26 ini menjelaskan Bahwa apabila majelis Tenaga Kesehatan Indonesi (MTKI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) belum bi bentuk maka regitrasi bidan dapat di lakukan berdasarkan kesehatan nomor 900/menkes/SK/VII/2002 dan praktik bidan,Pasal 27Menjelaskan bahwa seorang bidan yang telah melaksanakan kerja pada pelayanan kesehatan harus memiliki SIKB paling lambat 1 tahun sebelum peraturan yang berlaku di tetapkan Pasal 28Bidan yang tingkatan pendidikan dibwah Diploma II yang telah menjalankan peraktik mandiri (BPS), harus mampu menyesuaikan pendidikanya yang telah ditetapkan dalam peraturan maksimal 5 tahun setelah diberlakukannya peraturan ini.

7.Ketentuan PenutupPasal 29Pada saat peraturan yang telah ditetapkan ini berlaku, maka keputusan mentri kesehatan nomor 900/Menkes/SK/VII.2002 pun berlaku yaitu mengenai registrasi dan praktik bidan yang berkaitan tentang perizinan pan praktik yang dilakukan oleh bidan. Serta dicaut dan tidak berlakunya peraturan mentri kesehatan nomor HK.02.02/menkes/149/1/2010 yang menjelaskan tentang permohonan izin dan penyelengaraanya praktik bidanPasal 30Permenkes mulai berlaku pada tanggal yang di undangkan

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanUndang undang penyelenggaraan praktik bidan di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 berkaitan praktik bidan, dimana peraturan ini juga diperbaharui dan dicabut dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik BidanYang mencakup pasal 9 hingga pasal 19.Dengan mengetahui, mengerti dan memahami peraturan perundang-undangan penyelenggaraan praktik bidan, bidan harus melakukan tindakan atau asuhan kebidanannya sesuai dengan kewenangannya secara komprehensif dan bermutu tinggi agar dapat meningkatkan kualitas pelayanannya juga melaksanakan tugas dengan berpegang pada janji profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selaludi pelihara. 3.2 SaranSebagai calon tenaga kesehan yang tugasnya akan sangat berkaitan dan sangat berpedoman kepada peraturan perundang undangan dan etika profesi dalam menjalankan praktik bidan.,diharapkan kita sebagai mahasiswa mapu mengerti dan mamahami semua yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan mengenai penyelenggaraan praktik bidan .

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 623/Menkes/Per/IX/1989 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan

LAMPIRAN

Penyelenggaraan Praktik Kebidanan terdapat pada pasal 9 sampai pasal 19