preskas mata cutnova

27
BAB I PENDAHULUAN Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan substansi- substansi dari lingkungan luar yang mengganggu. Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan sekret purulen. (1) Konjungtivitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, reaksi alergi, serta dapat bersifat akut atau menahun. (2) Konjungtivitis tidak hanya mengenai satu mata saja, tetapi bisa mengenai kedua mata, dengan rasio 2,96 pada satu mata dan 14,99 pada kedua mata. Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis kelamin dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai insidensi konjungtivitis, penyakit ini diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum. (3) Pada 3% kunjungan di departemen penyakit mata di Amerika Serikat, 30% adalah keluhan konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% adalah 1

Upload: khairunnisa

Post on 08-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

konjungtivitis

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANKonjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan substansi-substansi dari lingkungan luar yang mengganggu. Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan sekret purulen. (1) Konjungtivitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, reaksi alergi, serta dapat bersifat akut atau menahun. (2)Konjungtivitis tidak hanya mengenai satu mata saja, tetapi bisa mengenai kedua mata, dengan rasio 2,96 pada satu mata dan 14,99 pada kedua mata. Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis kelamin dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai insidensi konjungtivitis, penyakit ini diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum. (3) Pada 3% kunjungan di departemen penyakit mata di Amerika Serikat, 30% adalah keluhan konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan konjungtivitis alergi. Konjungtivitis juga diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan insidensi 32,9% dari 949 kunjungan di departemen mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004 hingga 2006. (4) Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur penduduk pertahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%). (5)Pada konjungtivitis bakteri, patogen yang umum adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Neisseria meningitidis.(3) Patogen umum pada konjungtivitis virus adalah herpes simpleks virus tipe1 dan 2, Varicella zoster, pox virus dan Human Immunodeficiency Virus. (1) Konjungtivitis alergi biasanya disertai dengan riwayat alergi, dan terjadi pada waktu-waktu tertentu. (5) Di Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis konjungtivitis yang paling banyak yang akurat. (6)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Struktur Anatomi dari KonjungtivaKonjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.(2) Konjungtiva terdiri dari tiga bagian: (2)1. Konjungtiva palpebralis: menutupi permukaan posterior dari palpebra dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan orbital konjungtiva. 0. Marginal konjungtiva memanjang dari tepi kelopak mata sampai sekitar 2 mm di belakang kelopak mata menuju lengkung dangkal, sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona transisi antara kulit dan konjungtiva sesungguhnya.0. Tarsal konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler. Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata atas. Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus. Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.0. Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.1. Konjungtiva bulbaris: menutupi sebagian permukaan anterior bola mata. Terpisah dari sklera anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon. Tepian sepanjang 3 mm dari konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut dengan konjungtiva limbal. Pada area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, dan jaringan episklera bergabung menjadi jaringan padat yang terikat secara kuat pada pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel konjungtiva menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea.6 konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.1. Forniks: bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks superior, inferior, lateral, dan medial forniks.

Gambar 2.1. Struktur anatomi dari conjungtiva (8)2.2Struktur Histologis dari KonjungtivaLapisan epitel konjungtiva terdiri dari: (1)a. Marginal konjungtiva mempunyai epitel tipe stratified skuamous lapis 5.b. Tarsal konjungtiva mempunyai 2 lapis epitelium: lapisan superfisial dari sel silindris dan lapisan dalam dari sel pipih.c. Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3 lapis epitelium: lapisan superfisial sel silindris, lapisan tengan polihedral sel dan lapisan dalam sel kuboid.d. Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis) epitelium stratified skuamousStroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus): (2)a. Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari jaringan ikat retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat limfosit diantaranya. Lapisan ini paling berkembang di forniks. Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang setelah 3-4 bulan pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler.b. Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih tebal daripada lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal dimana pada tempat tersebut struktur ini sangat tipis. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf konjungtiva. Bergabung dengan kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu: (1)1. Kelenjar sekretori musin. Mereka adalah sel goblet (kelenjar uniseluler yang terletak di dalam epitelium), kripta dari Henle (ada apda tarsal konjungtiva) dan kelenjar Manz (pada konjungtiva limbal). Kelenjar-kelenjar ini menseksresi mukus yang mana penting untuk membasahi kornea dan konjungtiva. 1. Kelenjar lakrimalis aksesorius, mereka adalah:1. Kelenjar dari Krause (terletak pada jaringan ikat konjungtiva di forniks, sekitar 42 mm pada forniks atas dan 8mm di forniks bawah). Dan1. Kelenjar dari Wolfring (terletak sepanjang batas atas tarsus superios dan sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).

Suplai arterial konjungtiva:Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade arteri periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai oleh dua set pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan cabang dari arcade arteri kelopak mata; dan arteri konjungtiva anterior yang merupakan cabang dari arteri siliaris anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva anterior untuk membentuk pleksus perikornea. (1)2.3 Konjungtivitis2.3.1 DefinisiKonjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dengan secret konjungtiva (serous, mucus, mukopurulen), menular melalui kontak langsung dengan secret yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Penyakit mata ini disebabkan peradangan akibat infeksi oleh mikroorganisme (virus, bakteri,jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. (9)2.3.2 EtiologiKonjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti: (8)a. infeksi oleh virus atau bakteri.b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet. d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang. 2. 3. 3 KlasifikasiKonjungtivitis diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria berikut: (6) Berdasarkan onset1. Akut2. Sub-akut3. Kronis Berdasarkan jenis eksudat1. Serous2. Mukopurulen3. Purulen Berdasarkan etiologi1. Infeksius (Bakterial, Viral, Chlamydial, jamur dan parasit).2 Non-infeksius (Alergi, iritan)Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis berdasarkan agen penyebab secara umum. (2)Temuan Klinis ViralBakteriKlamidiaAlergika

GatalMinimalMinimalMinimalHebat

HiperemiGeneralisataGeneralisataGeneralisataGeneralisata

Mata BerairBanyak SedangSedangMinimal

EksudasiMinimalBanyakBanyakMinimal

Adenopati periaurikularSeringJarangHanya pada konjungtivitis inklusiTidak ada

Pada kerokan dan eksudat yang dipulasMonositBakteri, PMNPMN, sel plasma, dan inklusiEosinofil

Disertai sakit tenggorokan dan demamSeringkaliSering KaliTak PernahTak pernah

2.3.4 PatofisiologiKonjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk bagian dalam palpebra (konjungtiva palpebra). Konjungtiva melekat erat dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan dengan kornea. Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lisin, IgA, dan IgG yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut maka akan terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. (10)Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan allergen dan iritan menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi dan menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan yang ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulen serta fotofobia. (11) Pada umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat. (12)2.3.5Gejala KlinisGejala-gejala dari konjungtivitis secara umum antara lain: (1)1. Hiperemia. Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi: (10) Injeksi konjungtiva (merah terang, pembuluh darah yang distended bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat menuju ke arah limbus). Injeksi perikornea (pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi limbus). Injeksi siliar (tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus). Injeksi komposit (sering).2. Discharge (sekret). Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah eksudat (mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya. (6)3. Chemosis (edema conjunctiva). Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang, chemosis mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross. (1) Gambar 2.2 Kemosis pada mata.4. Epifora (pengeluaran berlebih air mata). Lakrimasi yang tidak normal (illacrimation) harus dapat dibedakan dari eksudasi. Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai reaksi dari badan asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik. (1)5. Pseudoptosis. Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior. (1)6. Hipertrofi folikel. Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya. (11) Gambar 2.3 gambaran klinis dari folikel (10)7. Hipertrofi papiler. Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang membentuk substansi dari papilla (bersama dengan elemen selular dan eksudat) mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. (10) Gambar 2.4 gambaran klinis hipertrofi papiler8. Membran dan pseudomembran. Merupakan reaksi konjungtiva terhadap infeksi berat atau konjungtivitis toksis. Terjadi oleh karena proses koagulasi kuman/bahan toksik. Bentukan ini terbentuk dari jaringan epitelial yang nekrotik dan kedua-duanya dapat diangkat dengan mudah baik yang tanpa perdarahan (pseudomembran) karena hanya merupakan koagulum pada permukaan epital atau yang meninggalkan permukaan dengan perdarahan saat diangkat (membran) karena merupakan koagulum yang melibatkan seluruh epitel. (8)2.4 Konjungtivitis KataralisKonjungtivitis kataralis disebut juga konjungtivitis mukopurulen. Berdasarkan beberapa penelitian, penyebab terbanyak dari konjungtivitis kataralis adalah bakteri. Beberapa bakteri yang paling umum sebagai penyebabnya adalah kokus gram positif, kokis gram negatif, dan basil gram negatif. (13) Penyakit ini sangat menular, serta dapat terjadi pada anak yang terkena campak (morbili). Konjungtivitis kataralis dibagi menjadi 3, yaitu : (14) Konjungtivitis kataralis akutDisebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek (pink eyes), merupakan penyakit menular dengan penularan kontak langsung dengan sekret konjungtiva. Dapat mengenai satu atau dua mata. Etiologi : Koch-weeks, Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, dan virus.Gejala subjektif biasanya seperti ada pasir atau benda asing dimata, fotofobia, jika secret menempel di kornea menimbulkan kemunduran visus, lakrimasi, dan blefarospasme. Gejala objektif dapat berupa:1. Palpebra udem2. Konjungtiva palpebra merah, kasar, seperti beludru karena ada infiltrasi.3. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokookus. Kadang-kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil.4. Blefarospasme, sekret mukus atau mukopurulen, kadang-kadang dapat disertai blefaritis. Gambar 2.5 konjungtivitis kataralis akut Konjungtivitis kataralis subakutMerupakan lanjutan dari konjungtivitis kataralis akut atau oleh virus haemofilus influenza. Manifestasi klinis berupa palpebra udem, konjungtiva palpebra tak begitu infiltratif, terdapat injeksi konjungtiva, tidak ada blefarospasme, dan sekret cair.

Konjungtivitis kataralis kronisMerupakan kelanjutan dari konjungtivitis kataralis akut yang disebabkan oleh kuman Koch- Weeks, Staphylococcus aureus, Moraxella Axenfeld, E. coli, atau dapat juga disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis.Gejala subjektif berupa gatal, rasa berat dimata, terasa ada pasir, saat pagi hari terdapat banyak kotoran dimata. Sedangkan gejala objektifnya berupa balpebra tidak udem, margo palpebra blefaritis, konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang hipertrofi. Injeksi konjungtiva ringan, dapat mengenai satu atau kedua mata, sekret mukoid.2.5 DiagnosisDiagnosis ditegekkan pertama kali dari gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan sitologi dari konjungtivitis dapat membantu menegakkan kausa. Pemeriksaan bakteriologik dilakukan dengan mengambil eksudat dengan spatula platina steril dari permukaan konjungtiva yang sudah dianestesi, kemudian dipulas dengan pewarnaan gram (untuk menentukan organisme bakteri) dan dengan pilasan giemsa (untuk menentukan jenis dan morfologi sel). Banyaknya leukosit PMN merupakan ciri khas konjungtivitis bakteri. Sedangkan banyaknya sel mononuclear, khususnya limfosit merupakan ciri khas konjungtivitis virus. (13)2.6 Penatalaksanaan Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotika (Gentamycine 0,3%, Chlorampenicol 0,5%). Konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, maka biasa diberikan antibiotik. Konjungtivitis karena virus biasanya sembuh sendiri, umumnya sekitar 10 hari. Penangannanya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki hygiene kelopak mata yaitu pembersihan kelopak mata 2-3 kali sehari. Pada kasus lebih berat diberikan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Apabila etiologinya dicurigai reaksi staphylococcus, diberikan tetracycline oral 250 mg atau erytromycin 250 mg bersama dengan pemberian salep antibiotik topical seperti bacitracin sebelum tidur. (12)2.7 Pencegahan Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien berupa hindari menyentuh mata yang sehat, cuci tangan setelah menyentuh mata yang sakit, hindari penggunaan lap/handuk bersama-sama penderita, dan selalu membersihkan tangan setelah berjabat tangan atau berpegangan dengan penderita konjungtivitis. (12)2.8 KomplikasiKonjungtivitis yang tidak segera diobati dapat menimbulkan kerusakan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya adalah terbentuknya jaringan sikatrik yang mengganggu penglihatan, glaukoma, katarak, ablasio retina, dan ulkus kornea. (13)2.9 PrognosisBila konjungtivitis segera diatasi, penyakit ini tidak akan membahayakan. Namun jika penyakit radang mata tidak segera ditangani atau diobati, maka akan menyebabkan kerusakan pada mata hingga menimbulkan komplikasi. (13)BAB IIILAPORAN KASUS3.1 Identitas PasienNama: NurfadhillahUmur: 26 tahunJenis Kelamin: PerempuanNo. CM: 0-88-48-60Pekerjaan: Pegawai Negeri3.2 Anamnesis1. Keluhan Utama :Mata sebelah kanan kemerahan.2. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan keluhan mata kanan kemerahan sejak 1 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa matanya gatal, nyeri dan terasa perih saat pasien mengucek matanya. Pasien merasa seperti ada benda asing didalam matanya, terasa seperti berpasir. Beberapa jam kemudian pasien menyadari bahwa kelopak matanya bengkak dan mulai mengeluarkan air mata. Pada pagi hari saat pasien bangun tidur, terdapat skcret kekuningan dan kental pada mata kanannya sehingga kelopak mata saling melekat. Pasien juga mengeluhkan silau apabila melihat cahaya. Pasien telah menggunakan obat tetes mata yang dibeli dari apotik, namun keluhan tidak berkurang dan matanya semakin kemerahan. 3. Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnya.4. Riwayat Penyakit Keluarga :Anak pasien yang berusia 6 bulan juga mengalami keluhan yang sama, yaitu mata merah dan bersekret .5. Riwayat Penggunaan Obat :Pasien menggunakan obat tetes mata (insto) yang dibeli di apotik.

3.3 Status OphtalmologisODPemeriksaanOS

5/5Visus5/5

Dalam batas normalHirschbergDalam batas normal

Full ke segala arahGerakan Bola MataFull ke segala arah

OedemPalpebraDalam batas normal

Hiperemis (+)Konjungtiva BulbiHiperemis (-)

Hiperemis (+)Konjungtiva TarsalHiperemis (-)

JernihKorneaJernih

CukupCOACukup

Bulat, reflex cahaya (+)Iris/PupilBulat, reflex cahaya (+)

JernihLensaJernih

3.4 DiagnosisKonjungtivitis Kataralis Akut3.5 Pemeriksaan Penunjang1. Refraksi2. Slit Lamp3.6 Terapi1. Inmatrol ED 4x1 OD2. Asam mefenamat 500 mg tab 3x1

3.7 PrognosisOcular DextraOcular Sinistra

Quo ad vitamAd bonam

Quo ad functionamAd bonam

Quo ad sanationamAd bonam

Gambar 3.1 Foto KlinisBAB IVKESIMPULANKonjungtivitis kataralis disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek (pink eyes), yang merupakan penyakit menular dengan penularan kontak langsung dengan sekret konjungtiva dan dapat mengenai satu atau dua mata. Pengobatan spesifik konjungtivitis adalah sesuai dengan identifikasi penyebab, dan pasien perlu diberikan edukasi untuk mencegah penularan. Konjungtivitis memiliki prognosis yang baik namun dapat menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKAx1.Vaughan , Daniel G. Oftalmologi Umum Jakarta: Widya Medika; 2000.

2.Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.p128-131.

3.Basic Clinical Science and Course of Ophtalmology. In American Academy of Ophthalmology. In ; 2009; New York.

4.Scott. Viral Conjunctivitis. [Online].; 2011 [cited 2014 November 2. Available from: HYPERLINK "Available:%20http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview" \l "showall" Available: http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall .

5.Majmudar PA. Allergic Conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St Lukes Medical CenteR; 2010.

6.Marlin DS. Bacterial Conjunctivitis. Penn State College of Medicine. [Online].; 2009 [cited 2014 November 2. Available from: HYPERLINK "%5bhttp://emedicine.medscape.com/article/1191370%5d" [http://emedicine.medscape.com/article/1191370] .

7.Budhistira P. Pedoman Diagnosis dan terapi penyakit Mata RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Denpasar; 2009.

8.Khuruna AK. Comrehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and Refraction.: New Age Inernational (P) Limited Publishers; 2007; 12: 36-38.

9.Rapuano CA. Conjunctivitis. American Academy of Ophthalmology New York; 2008.

10.James B. Lecture Notes Oftalmologi Jakarta: Erlangga; 2005.

11.Lang GK, Gareis O, Amann J, . Conjunctiva. Dalam: Ophthalmology: a short textbook New York: Thieme; 2000.

12.Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th ed. New York; 2009.

13.Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP (editors). Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 16th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2004. p108-112.

14. Rossawantari A. Diagnosis Konjungtivitis Kataralis pada Pria Usia 35 Tahun. Ilmu Penyakit Mata RSUD Salatiga, 2011. p8

18