prekas prolaps uteri fix
TRANSCRIPT
Nama : Radi Tri Hadrian
NPM : 1102009232
Pembimbing : dr. Muhammad Syarif, Sp. OG
Identitas Pasiena. Nama : Ny.Rb. Usia : 67 tahunc. Status : Menikahd. Jenis kelamin : Perempuane. Alamat : Jl.Lubang buaya RT 03/RW 07 Kel.lubang buaya
Kec.cipayungf. Tanggal masuk Rs : 6 september 2013g. Tanggal pemeriksaan : 9 september 2013
ANAMNESAa. Keluhan Utama
Mengganjal keluar di daerah vagina >> dari 1 tahun yang lalub. Keluhan Tambahan
Panggul sering sakit, Bak sering sedikit, BAB sedikitc. Resume
Sejak 1 tahun sebelum masuk RS (SMRS), pasien merasa peranakan turun. Awalnya hanya turun sedikit, bisa masuk sendiri bila pasien berbaring, namun lama kelamaan peranakan turun seluruhnya. Peranakan dirasakan turun bila pasien batuk atau BAB. Tidak ada nyeri perut maupun perdarahan.
Peranakan turun bila pasien sedang batuk, BAB, beraktivitas, berjalan atau berdiri dan dapat dimasukkan seluruhnya bila pasien berbaring. Terdapat keluhan nyeri perut, nyeri punggung bawah dan perdarahan, namun tidak ada keluhan nyeri pada peranakan yang turun. Pasien kemudian berobat ke tempat urut, dan di urut untuk memasukan peranakannya, keluhan nyeri dan perdarahan hilang namun keluhan peranakan turun masih ada. Pada pasien terdapat keluhan BAK sedikit, namun tidak ada keluhan BAK nyeri. Tidak ada keluhan sakit sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Kepala : Normocephal
Mata : CA -/- SI -/-
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 13 g/dl
Ht : 39 %
Leukosit : 8510 ul
Eritrosit : 10920 jt/ul
DIAGNOSISProlaps Uteri
PENATALAKSANAAN IVFD RL Injeksi Cefriaxon 19R Amiodipin
ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berumur 67 tahun datang
ke RSUD Pasar Rebo dengan diagnosis prolpas uteri. Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari
tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal
menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. Menopause
juga faktor pemicu terjadinya prolapsus uteri.
Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala penderita
dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain
dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Prolaps Uteri, menurut klasifikasi dibagi menjadi 3 tingkatan. Tingkatan I. Uterus turun
dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina. Tingkatan II. Uterus sebagian keluar dari
vagina. Tingkatan III. Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina.
Diagnosa prolaps uteri di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamesa pada pasien didapatkan keluhan adanya turun pernakan di
vagina Tingkat III. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan status vital yang baik dan
laboraturiumnya Hb 13 g/dl, Ht 39, Erit 4,7 jt/ul, leu 10920 ul. Pemeriksaan penunjangnya
dengan hasil rontgen.
Penatlaksanaan pada pasien ini dengan prolaps uteri bisa dengan 2 cara yaitu dengan
pengobatan medis dan konservatif. Terapi Medis ada yang menggunakan ring pesserium harus
mempunyai vagina yang well-esterogenized. Pasien postmenopause sebaiknya diberikan terapi
sulih hormon, atau sebagai alternatif, dapat digunakan esterogen topikal intravaginal, 4-6 minggu
sebelum pemasangan pessarium, sehingga saat pemasangan pessarium pasien dapat merasa
nyaman, meningkatkan komplians, serta pemakaian dapat lebih lama.
Dan melakukan operasi ada 4 macam. Ventrofikasasi. Pada golongan wanita yang masih
muda dan masih ingin mempunyai anak, dilakukan operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi
dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke
dinding perut atau dengan cara operasi Purandare. Operasi Manchester. Pada operasi ini
biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah
dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperioplastik. Amputasi
serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elongasi colli). Histerektomi
vaginal. Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolaps uteri tingkat lanjut, dan pada wanita
menopause. Keuntungannya adalah pada saat yang sama dapat dilakukan operasi vagina lainnya
(seperti anterior dan posterior kolporafi dan perbaikan enterokel), tanpa memerlukan insisi di
tempat lain maupun reposisi pasien. Kolpokleisis (Operasi Neugebauer-Le Fort). Terapi
Konservatif. Pengobatan cara ini tidak terlalu memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini
dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita yang masih menginginkan anak
lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi
Penatlaksanaan pada pasien ini dilakukan tidakan operatif histerektomi total, di berikan
IVFD RL, Injeksi Cefriaxon 19R untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh bakteri
gram positif maupun gram negatif yang resisten atau kebal terhadap antibiotika lain.
Contoh gambar totall vaginal hyterectomy
DAFTAR PUSAKA1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, Saifuddin AB, Ilmu Kebidanan>
Edisi Ketiga. Jakarta: yayasan Bina pustaka 1999; 438.2. Widjaja S. Anatomi Alat-Alat Rongga Panggul. Jakarta: Balai Pustaka Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal 123. Menefee SA, Wall LL.Incontinence, Prolapse, and Disorders of the Pelvic Floor.
In: Berek JS. Novak's Gynecology. Lippincott Williams & Wilkins. 2002.