prekas bp edit

33
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : By. D Umur : 2 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Berat badan : 3 kg Tinggi badan : 51 cm Agama : Islam Bangsa : Indonesia Alamat : Palembang MRS : 02 Februari 2015 II. IDENTITAS ORANGTUA Ayah Nama : Iskandar Umur : 29 tahun Pendidikan : SMP Ibu Nama : Masruri Umur : 29 tahun Pendidikan : SMA III. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan ibu penderita, 2 Februari 2015) 1

Upload: nita-juliana-anggraini

Post on 16-Nov-2015

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preskas bp

TRANSCRIPT

BAB I

BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama : By. DUmur: 2 bulanJenis Kelamin: Laki-lakiBerat badan: 3 kgTinggi badan: 51 cmAgama: IslamBangsa: IndonesiaAlamat: PalembangMRS: 02 Februari 2015

II. IDENTITAS ORANGTUAAyahNama: IskandarUmur: 29 tahunPendidikan: SMPIbuNama: MasruriUmur: 29 tahunPendidikan: SMA

III. ANAMNESIS(Alloanamnesis dengan ibu penderita, 2 Februari 2015)Keluhan utama: Sesak nafasKeluhan tambahan: Demam, batuk

Riwayat Perjalanan PenyakitSejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, naik turun, dan tidak disertai kejang. Pasien mengalami batuk berdahak warna putih dan pilek, muntah tidak ada, dan pasien juga mengalami sesak nafas. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, posisi maupun aktivitas. Buang air besar dan buang air kecil biasa.Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami sesak yang semakin hebat, sesak tak dipengaruhi cuaca, posisi dan aktivitas. Pasien juga mengalami demam, naik turun, tidak disertai menggigil dan kejang. Pilek ada, tetapi muntah tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa, lalu pasien dibawa berobat ke RS. Paru dan dirujuk ke RS. A.K Gani untuk dirawat.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sering gatal dan sering pilek disangkal Riwayat pernah sesak sebelumnya ada Riwayat pernah biru saat sesak atau minum susu disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga Riwayat sesak nafas dalam keluarga disangkal Riwayat batuk lama dalam keluarga disangkal Kebiasaan merokok keluarga serumah disangkalRiwayat Kehamilan dan KelahiranGPA: G2P2A 0Masa kehamilan: AtermPartus: Spontan, ketuban hijau Penolong: BidanBerat badan: 2800 grKeadaan saat lahir: Langsung menangis

Riwayat Makanan0 bulan sekarang : ASI Riwayat Vaksinasi BCG: (+) 1 Polio: DPT: Hepatitis B: Campak: kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Sosial EkonomiPasien merupakan anak kedua. Ayah pasien bekerja wiraswasta membuka usaha toko dirumah dengan penghasilan 800 rb per bulan. Ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Kesan: Sosioekonomi kurang

IV. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan UmumKeadaan Umum: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisStatus AntopometriBerat badan: 3 kgTinggi badan: 51 cmBB/U: -2TB/U: -2BB/TB: -2Status Gizi: Gizi baikNadi: 154 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, regulerPernapasan: 67 kali/ menitSuhu: 38,1 oCLingkar Kepala: 37 cm, normo chepaliAnemis : tidak adaSianosis: tidak adaIkterus : tidak adaTurgor: baikTonus: eutoniEdema umum : tidak ada

Keadaan SpesifikKulit Sawo matang, tidak tampak sianotik, tidak tampak ikterik, tidak tampak lesi makulopapular di kulit wajah, tangan dan kaki, turgor kulit baik.Kepala Bentuk: bulat, simetris, normocephalUUB: rata, tidak menonjolRambut: hitam, tidak mudah dicabutMata: mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya +/+, pupil bulat, isokor, 3 mmHidung: simetris, tidak terdapat deviasi septum, sekret (+/+), pernapasan cuping hidung (+/+)Telinga: sekret (-/-)Mulut: mukosa mulut keringTenggorok : dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemisLeher: perbesaran KGB tidak ada, JVP tidak meningkat

ThoraxParu-paruInspeksi: statis dan dinamis simetris, retraksi ada (intercostal, suprasternal, epigastrium)Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri () (diperiksa saat menangis)Perkusi: sulit dinilaiAuskultasi: vesikuler (+) menguat, ronkhi basah halus nyaring (RBHN) di kedua basal paru, wheezing (-).

Jantung Inspeksi: pulsasi, iktus cordis dan voussour cardiaque tidak terlihatPalpasi : iktus kordis tidak terabaPerkusi: batas jantung sulit dinilaiAuskultasi: HR=154 kali/ menit, irama reguler, murmur, gallop dan ekstrasistol tidak ada Bunyi Jantung I dan II normal

AbdomenInspeksi: datarPalpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-), turgor baikPerkusi: timpani di semua kuadran abdomenAuskultasi: bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitaliaPembesaran kelenjar getah bening tidak ada

Ekstremitas Akral dingin tidak ada, edema tidak ada, sianosis tidak ada

Pemeriksaan NeurologisFungsi Motorik:PemeriksaanTungkaiLengan

KananKiriKanankiri

GerakanSegala arahSegala arahSegala arahSegala arah

Kekuatan+5+5+5+5

TonusEutoniEutoniEutoniEutoni

Klonus----

Refleks fisiologis+ N+ N+ N+ N

Refleks patologis+ N+ N+ N+ N

Fungsi sensorik: dalam batas normalFungsi nervi kraniales: dalam batas normalGejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)

V. DIAGNOSIS BANDINGBronkopneumoniaBronkiolitis akut

VI. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM (02 Februari 2015)Hb: 9,9 g/dlHt: 29 %Leukosit: 19.300 /mm3Trombosit: 308.000/mm3 LED: 21 mm/jamHitung Jenis: 3/0/2/32/59/4CRP: Negatif (-)Hasil Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax:

Gambar 1. Foto Rontgen Thorax PAVII. RESUMEAn. D, laki-laki usia 2 bulan, berat badan 3 kg dengan status gizi baik, didapatkan keluhan utama sesak sejak 1 minggu SMRS, keluhan sesak semakin hebat sejak 2 hari SMRS, sesak tidak dipengaruhi cuaca, posisi dan aktivitas. Keluhan tambahan demam yang tidak terlalu tinggi, naik turun disertai batuk dan pilek.Pada pemeriksaan fisik pada tanggal 2 Februari 2015, keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, suhu 38.1oC, nadi 154x/menit, laju pernapasan 67x/menit. Tampak adanya pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksaan thorax ditemukan adanya retraksi dinding dada, peningkatan vokal fremitus dan RHBN (+) di kedua basal paru.

VIII. DIAGNOSIS KERJABronkopneumonia

IX. PENATALAKSANAAN O2 intranasal 1-2 liter/ menit IVFD KAEN 1B gtt 15 (mikro) Inj. Ampicillin 3x150 mg Inj. Gentamisin 2x5 mg Nebulizer Ventolin amp + NS 2cc per 8 jam ASI/PASI sedikit-sedikit

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam: bonam Quo ad functionam: bonam

XI. FOLLOW UPTanggalKeterangan

2-02-2015

3-02-2015

4/02/2015

S: Keluhan : sesak (+)O: Keadaan Umum Sens: GCS:E4V5M6 RR : 44 x/menit N : 128 x/menit T : 37,4oc Keadaan spesifik Kepala : normochepali Thorak : simetris, retraksi (+), suprasternal IC,SC stridor inspirasi (+)Perkusi: sonor pada kedua lapangan paruAuskultasi : Vesikuler (+) meningkat, RBHN di kedua lapangan paru, wheezing (-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal Ekstremitas : akral dingin (-) Status neurologikus Fungsi motorik : dbn Fungsi sensorik : dbn Fungsi nervi craniales : dbn GRM : (-)A: Bronkopneumoni P: IVFD KAEN 1B gtt 15 (mikro) Inj. Ampicillin 3x150 mg Inj. Gentamisin 2x5 mg Nebulizer amp + NS 2cc Paracetamol drop 3 x 0.4 mlASI/PASI sedikit-sedikit

S: Keluhan : sesak (+)O: Keadaan Umum Sens: GCS:E4V5M6 RR : 50 x/menit N : 138 x/menit T : 36,4 oc Keadaan spesifik Kepala : normochepal Thorak : simetris, retraksi (+), suprasternal IC,SC stridor inspirasi (+) Cor : BJ1 &2 Normal, murmur (-), gallop(-) Pulmo: vesikuler (+) N, RBHN di kedua lapangan paru, wheezing(-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal Ekstremitas : akral dingin (-) Status neurologikus Fungsi motorik : dbn Fungsi sensorik : dbn Fungsi nervi craniales : dbn GRM : (-)A: bronkopneumoni P: IVFD KAEN 1B gtt 15 (mikro) Inj. Ampicillin 3x150 mg Inj. Gentamisin 2x5 mg Nebulizer amp + NS 2cc Paracetamol drop 3 x 0.4 ml ASI/PASI sedikit-sedikit

S: Sesak(+)Sens CM,GCS:E4V5M6N: 130 x/mRR: 66 x/mT: 36,3oCKeadaan spesifik:Kepala : NCH(+), bibir biruThoraks : simetris, retraksi suprasternal(+),IC(+),SC(+), stridor inspirasi(+)Cor: BJ 1 & 2 N, murmur (-), gallop(-)Pulmo : vesikuler (+) N, RBHN (+), wheezing(-)Abdomen : datar, lemas, H/L tak terabaExtremitas : akral dingin(-)A: Bronkopneumonia P: KAEN 1B gtt 15 (mikro) Inj. Ampicillin 3x150 mg Inj. Gentamisin 2x5 mg Extra Dexametason 1x1 mg (0.2 ml) IV Nebulizer amp + NS 2cc per 8 jam Paracetamol drop 3 x 0.4 ml Nasal O2 1 ml/mnt Stop oral sementara dilanjutkan bila sesak berkurang minum per NGT Observasi sesak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Definisi Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.1, 2, 3

Epidemiologi Bronkopneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di Negara berkembang. Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari 2 juta kematian balita karena pneumonia,, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. 2,4Insiden pneumonia pada anak 5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. 2,4

Etiologi Bronkopneumonia secara umum dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan faktor non infeksi. 2,3,4

Faktor infeksi :Usia Etiologi yang seringEtiologi yang jarang

Lahir - 20 hari BakteriBakteri

E.colliBakteri anaerob

Streptococcus grup BStreptococcus grup D

Listeria monocytogenesHaemophillus influenza

Streptococcus pneumonie

Virus

CMV

HMV

3 miggu 3 bulanBakteriBakteri

Clamydia trachomatisBordetella pertusis

Streptococcus pneumoniaeHaemophillus influenza tipe B

VirusMoraxella catharalis

Adenovirus Staphylococcus aureus

Influenza Virus

Parainfluenza 1,2,3CMV

4 bulan 5 tahunBakteriBakteri

Clamydia pneumoniaHaemophillus influenza tipe B

Mycoplasma pneumoniaeMoraxella catharalis

Streptococcus pneumoniaeStaphylococcus aureus

VirusNeisseria meningitides

Adenovirus Virus

Rinovirus Varisela Zoster

Influenza

Parainfluenza

5 tahun remajaBakteriBakteri

Clamydia pneumoniaHaemophillus influenza

Mycoplasma pneumoniaeLegionella sp

Streptococcus pneumoniaeStaphylococcus aureus

Virus

Adenovirus

Epstein-Barr

Rinovirus

Varisela zoster

Influenza

Parainfluenza

Tabel 1.Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia(Sumber : opstapchuk M, Roberts DM, haddy R. community-acquired pneumonia in infants and children. Am fam physician 2004;20:899-908)

Faktor non-infeksi Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :- Bronkopneumonia hidrokarbon :Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin). Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .

Klasifikasi Pembagian secara anatomis : 1,2,4 Pneumonia lobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari satu lobus. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai lobulus-lobulus dan tersebar di dalam paru. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai jaringan interstisial paru dan bronchitis.Pembagian secara etiologi : 1,2,4 Infeksi Berdasarkan mikroorganisme penyebab : Pneumonia bakteri Pneumonia virus Pneumonia jamur Pneumonia mikoplasma Non infeksiAspirasi makanan/asam lambung/benda asing/hidrokarbon/substansi lipoid, reaksi hipersensitivitas, drug- dan radiation-induced pneumonitis.

Berdasarkan derajat keparahan : 1,2,41. Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika. 2. Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.3. Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat : 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.4. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

Patogenesis dan Patofisiologi

1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. 1,2,4Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. 1,2,4

2. Stadium II (48 jam berikutnya)Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 2, 14, 16

3. Stadium III (3 8 hari)Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. 1,2,4Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. 1,2,4

4. Stadium IV (7 11 hari)Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. 1,2,4

Diagnosis Gambaran klinis :Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. 1,2,4

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Dinding thorak terlihat retraksi intercostali dan kalau berat disertai retraksi epigastrium. Vocal fremitus teraba mengeras bila beberapa kelainan kecil menyatu. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan, tetapi kalau sarang bronkopneumonia menjadi satu, pada perkusi terdengar redup. Pada auskultasi terdengar vesikuler mengeras, ronkhi basah halus nyaring yang terdengar pada stadium permulaan dan stadium resolusi sedangkan pada stadium hepatisasi ronkhi tidak terdengar. 1,2,4

Pemeriksaan penunjang : 1,2,4Pemeriksaan Laboratorium1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.3. Peningkatan LED.4. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).5. Analisa gas darah ( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.Pemeriksaan radiologis : 1,2,4 Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial

Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab: 1,2,41. kultur sputum atau bilasan cairan lambung2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus3. deteksi antigen bakteri

Penatalaksanaan Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan hasil resistensi dari kuman, akan tetapi mengingat hal ini sulit dilakukan, maka di bagian IKA pengobatan langsung diberikan : 2,41. Antibiotika pada penderita secara polifragmasi selama 10-15 hari: Ampisilin/amoksisilin 25-50 mg/KgBB/kali IV atau IM seetiap 6 jam Kloramfenikol dengan dosis 25 mg/KgBB/kali IV atau IM diberikan setiap 8 jam Gentamisin dengan dosis 3-5 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis Seftriakson 80-100 mg/KgBB/kali IM atau IV sekali sehari2. SuportifIVFD, oksigen, pembersih jalan nafas

Kriteria rawat inap, yaitu : 2,4Pada bayi saturasi oksigen 92 %, sianosis frekuensi napas > 60 x/menit distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting tidak mau minum / menetek keluarga tidak bisa merawat dirumah

Pada anak saturasi oksigen 92 %, sianosis frekuensi napas 50 x/menit distress pernapasan grunting terdapat tanda dehidrasi keluarga tidak bisa merawat dirumah

Kriteria pulang: 2,4 Gejala dan tanda pneumonia menghilang Asupan peroral adekuat Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral) Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah

Diagnosis banding Bronkhiolitis Bronkhitis TB paru Asma

Komplikasi Atelektasis Empiema Abses paru Bronkiektasis Infeksi sistemik meningitis atau endokarditis

PrognosisSembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. 2,4

Pencegahan kontak dengan penderita mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dan lain-lain vaksinasi Vaksinasi Pneumokokus Vaksinasi H. influenza Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah Vaksin influenza

BAB IIIANALISA KASUS

Pada laporan kasus ini seorang bayi perempuan berusia 2 bulan datang dengan keluhan utama sesak napas. Dari alloanamnesis dengan ibu pasien didapatkan sejak 1 minggu yang lalu anaknya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, naik turun dan tidak disertai kejang. Pasien mengalami batuk berdahak warna putih dan pilek, serta sesak napas. Sejak 2 hari SMRS, pasien mengalami sesak yang semakin hebat, sesak tak dipengaruhi cuaca, posisi dan aktivitas. Pasien juga mengalami demam, naik turun, tidak disertai menggigil dan kejang. Batuk dan pilek ada, tanpa adanya muntah. Buang air besar dan buang air kecil biasa, lalu pasien dibawa berobat ke RS. Paru dan dirujuk ke RS. A.K Gani untuk dirawat.Pada pemeriksaan umum didapatkan peningkatan frekuensi pernapasan 67x/menit dan demam dimana temperatur 38,1oC. Dari pemeriksaan spesifik didapatkan NCH (+/+), retraksi (+) di intercostal, suprasternal dan epigastrium dan RHBN (+) di seluruh lapang paru. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis dimana nilai leukosit 19.300/mm3.Pasien datang dengan keluhan utama sesak. Dari keluhan ini dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolik seperti asidosis dan uremia serta adanya kelainan di otak. Dari alloanamnesis tidak didapatkan keluhan BAK sehingga kemungkinan kelainan metabolik dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan penurunan kesadaran sehingga kelainan di sentral dapat disingkirkan, selain itu dari hasil pemeriksaan pada jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada jantung dapat disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan kelainan pada paru-paru.Dari alloanamnesis didapatkan pasien mengalami demam serta batuk, sehingga dapat dipikirkan adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu, dari identitas didapatkan pasien adalah anak perempuan berusia 2 bulan, menurut kepustakaan penyakit paru yang sering menyerang anak-anak usia kurang dari 5 tahun adalah infeksi bronkopneumonia. Insidensi penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi.Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernapasan 67x/menit dan retraksi dada ada (intercostal, suprasternal, epigastrium). Pernapasan ronkhi basah halus nyaring yang khas untuk gejala bronkopneumonia, sehingga dari seluruh pemeriksaan fisik tersebut menunjukkan bahwa terdapat gejala-gejala dari bronkopneumonia.Dari pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis yang menunjukkan adanya tanda khas terjadi bronkopneumonia, hal ini mendukung pemeriksaan fisik yang mengarah pada bronkopneumonia. Sehingga diagnosa bronkopneumonia dapat ditegakkan.Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan morbiditas dan mencegah komplikasi. Pengobatan pada penderita ini sudah tepat karena sudah mencakup pengobatan kausal dan suportif. Pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri, yang menunjukkan respons klinis yang baik dalam beberapa hari. Diberikan antibiotik spektrum luas berupa ampicillin dan gentamisin untuk membantu mengeliminasi kuman penyebab. Pengobatan suportif yang diberikan berupa O2 nasal 1-2 liter/menit karena pasien mengalami sesak. Dilakukan pemberian ASI/PASI sedikit-sedikit karena dikhawatirkan terjadi aspirasi karena pasien masih sesak. Diberikan nebulizer ventolin untuk relaksasi otot bronkial agar saluran napas lebih lebar sehingga dapat mengurangi sesak.Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam dan functionam karena pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-tanda yang mengarah pada komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C. nelson textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 20002. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 cetakan Pertama. Jakarta. IDAI. h.350-3653. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar WHO. Jakarta : Depkes 4. Yangtjik, kiagus. 2014. Bronkopneumonia. Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH

22