lapsus mt prolaps uteri
DESCRIPTION
lapsusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Prolapsus genitalia dapat dianalogikan dengan suatu hernia, yaitu keadaan turunnya
organ genitalia ke dalam vagina, bahkan bisa sampai keluar dari liang vagina. Prolapsus alat
genitalia dapat disebabkan karena kelemahan otot, fasia dan ligamen penyokongnya. Secara
klinis dapat berupa prolapsus uteri dan prolapsus vagina. Prolapsus uteri secara klinis lebih
mudah diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi serta mudah dipahami dimulai dari
prolapsusnya berdasarkan atas posisi letaknya dari introitus vagina tersebut. Menurut
“Comitte of the International Continece Society” prolaps uteri dibagi menjadi 4 derajat, yaitu
derajat satu kalau masih di atas introitus vagina (dalam vagina), derajat dua bila organ yang
turun tersebut telah mencapai introitus vagina, derajat tiga kalau bagian yang turun tersebut
telah keluar dari introitus vagina dan derajat empat bila seluruh uterus telah keluar dari
vagina.1
Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan
kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai
anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak.2 Prolapsus uteri
lebih berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang perkawinan dan
kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO
menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik.2 Frekuensi prolapsus genitalia di
beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva
insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di 2 Hamburg 5,4%, Roma 6,7%. Dilaporkan
di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan
Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita dengan pekerja berat.
Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus
prolapsus uteri terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita
petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri
dapat ditemukan pada seorang nullipara.3
Insidensi dari prolapsus organ pelvis yang tepat sulit ditentukan. Diperkirakan wanita
yang telah melahirkan 50% akan menderita prolapsus genitalia dan 20% dari kasus
ginekologi yang menjalani operasi akan mengalami prolapsus genitalia. Kasus prolapsus uteri
1
akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup wanita.
Diperkirakan bahwa the lifetime risk menjalani operasi untuk prolapsus atau inkontinensia
adalah 11,1%. Djafar Sidik pada penelitiannya selama dua tahun (1968-1970) mendapatkan
65 kasus prolapsus genitalia dari 5.371 kasus ginekologi di RS dr. Pingardi Medan. Junizaf
melaporkan ada 186 kasus prolapsus uteri baru di RSCM pada tahun 1986. Sedangkan Erman
melaporkan kasus prolapsus genitalia di RS. M. Jamil Padang selama lima tahun (1993-1998)
sebanyak 94 kasus.4,5
Prolapsus genitalia yang paling sering dijumpai adalah uretrosistokel, sistokel,
prolapsus uteri dan rektokel. Pada derajat ringan (derajat I) atau sedang (derajat II) mungkin
tidak ada keluhan. Biasanya keluhan baru ada atau dirasakan penderita setelah derajat III
(lanjut). Keluhan penderita pada saat datang ke rumah sakit yang tersering antara lain
perdarahan, infeksi dan nyeri. Sedangkan keluhan akibat penyakit yang sering dijumpai
antara lain; perasaan adanya benda yang mengganjal didalam vagina, perasaan ada sesuatu
yang keluar, nyeri pinggang, sistokel rektokel, kesulitan koitus, enterokel sampai kesulitan
berjalan. Pada kasus prolapsus uteri derajat III dimana uterus sudah keluar dari introitus
vagina biasanya akan disertai dengan sekret purulen, ulkus dekubitus dan perdarahan.7
Penanganan prolapsus uteri bersifat individual terutama pada mereka yang
mempunyai keluhan. Penanganan kasus prolapsus uteri pada dasarnya ada dua yaitu
konservatif dan operatif. Tindakan konservatif diambil biasanya bila pasien tidak
memungkinkan dilakukan tindakan operatif, pasien dalam keadaan hamil atau bila penderita
menolak untuk dilakukan operasi. Metode konservatif yang dipilih antara lain; latihan Kegel,
pesarium dan terapi sulih hormon. Pada prolapsus uteri derajat II dan III biasanya dipilih
vaginal histerektomi karena keuntungannya dapat dilakukan kolporafi anterior dan
kolpoperineorafi pada waktu yang sama. Tindakan operasi dipilih terutama bila terapi
dengan pesarium gagal, penderita menginginkan penanganan definitif, sudah menopause dan
tidak memerlukan organ reproduksi lagi.8
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk membahas kasus prolapsus
uteri pada pasien rawat inap di ruang Melati.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROLAPS UTERI
I. Definisi
II. Etiologi
III. Insidensi
IV. Kriteria Diagnosis1
V. Pemeriksaan Penunjang1,2,3
VI. Penatalaksanaan
VII. Penyulit1
VIII. Pencegahan
B. ATONIA UTERI
I. Definisi
II. Etiologi
III. Penatalaksanaan2,3
C. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
3
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Sutik
Umur : 67 tahun
Alamat : Desa Sukoharjo, RT 5/ RW 4, Kanigaran
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Bangsa : WNI
Masuk Tanggal : 22 September 2015
No. RM : 198657
3.2. Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Keluar benjolan dari vagina
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Perdarahan sedikit-sedikit sejak 2 minggu yang lalu ( post sc hari ke 18), tanggal
31/12/2014 jam 03:00 keluar darah banyak cair, pasien mengatakan tidak pernah
kontrol selama post sc di RSAB Siti Aisyah, operator?, indikasi?
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
HT (-), DM (-), Asma (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
HT (-), DM (-), Asma (-)
5. Riwayat Psikososial : (-)
6. Riwayat Alergi : (-)
Anamnesa Umum :
Haid : teratur
Sebulan 1 kali
Selama 6-7 hari
Nyeri (+)
Menarche : 12 tahun
4
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : tidak ada data
Anamnesa Obstetrik :
P2-2 Abo post sc hari ke 18 dengan late HPP
Bersuami : 1 kali
Jumlah anak : 2
Anak ke-
Suami ke-
Tempat bersalin Tahun BBL Jenis Persalinan
1
2
1
1
Rumah (bidan)
RSAB Siti Aisyah
Usia 8 ahun
Usia 20 hari
3000
3300
Spt B
SC
Kelainan Lain :
Nafsu Makan : baik
Berat Badan : baik
BAB : lancar
BAK : lancar
Batuk : (-)
Sesak : (-)
Berdebar-debar : (-)
Pusing : (-)
Mata kabur : (-)
Nyeri epigastrik : (-)
Anamnesa Keluarga
Tumor : (-)
Gemeli : (-)
5
Operasi : (-)
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis
a/i/c/d : +/-/-/-
gizi : baik
Tensi : 80/50 mmHg
Nadi : 108 x/mnt
Suhu : 35,6oC
Pernapasan : 20 kali/mnt
Kepala :
Bentuk : simetris
Tumor : tidak ada
Rambut : hitam
Mata
Conjunctiva : anemis (+)
Sklera : ikterik (-)
Pupil : bulat dan isokor
Telinga dan Hidung : dalam batas normal
Mulut
Tidak ada sakit gigi
Tidak hipersalivasi
Tidak ada beslag
Leher
Tidak ada struma
Tidak ada bendungan vena
Thorax
Jantung : S1S2 tunggal, tidak ada murmur
Paru : rhonki -/-, wheezing -/-
6
Payudara : tidak ada massa
Abdomen
Hepar: dalam batas normal
Lien: dalam batas normal
Palpasi TFU: 2 jari dibawah pusat
Uterus kontrksi: lembek
Genitalia: pervag (+) darah, VT pembukaan 0
Ekstremitas
Edema (-)
Reflek fisiologis (+)
Reflek patologis (-)
Kelainan ortopedik (-)
3.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 31 Desember 2014 pukul 06:51
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal/Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit 18 36-46 %
hemoglobin 5,5 12-16 gr/dl
leukosit 6.450 4000-11000 mm3
Hitung Jenis
Eosinofil 2 0-8%
Basofil 0 0-3%
Neutrofil 55 45-70%
Limfosit 41 16-46%
Monosit 2 4-11%
Trombosit 439.000 150.000-350.000/mm3
Eritrosit 2,0 4,1-5,1 juta/uL
HEMOSTASIS
Masa perdarahan/BT 1,30 1-3 menit
Masa Pembekuan/CT 10,30 5-15 menit
7
Glukosa Darah
Glukosa Darah Acak 106 <=200
Fungsi Hati
Bilirubin total 0,38 < 1mg/dl
Bilirubin direk 0,12 < 0,5 mg/dl
Alkali phospat 136 30-100 U/L
AST (SGOT) 14 10-25 U/L
ALT (SGPT) 23 10-25 U/L
Fungsi Ginjal
BUN 8,2 10-20 mg/dl
Kreatinin 0,8 0,5-1,7 mg/dl
Asam urat 4,8 2,3-6,6 mg/dl
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif negatif negatif
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 31 Desember 2014 pukul 16:10
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit 22 36-46 %
hemoglobin 7,6 12-16 gr/dl
leukosit 12.380 4000-11000 mm3
Hitung Jenis
Trombosit 62.000 150.000-350.000/mm3
Eritrosit 2,5 4,1-5,1 juta/uL
HEMOSTASIS
Masa perdarahan/BT 3,30 1-3 menit
Masa Pembekuan/CT 7,00 5-15 menit
PT 17,2 11-15 detik
APTT 52,9 35-45 detik
8
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01 Januari 2015 pukul 08:48
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit 39 36-46 %
hemoglobin 13,7 12-16 gr/dl
leukosit 20.080 4000-11000 mm3
Hitung Jenis
Trombosit 108.000 150.000-350.000/mm3
Eritrosit 4,7 4,1-5,1 juta/uL
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 02 Januari 2015 pukul 08:32
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal/Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hematokrit 38 36-46 %
hemoglobin 12,6 12-16 gr/dl
leukosit 26,110 4000-11000 mm3
Hitung Jenis
Eosinofil 0 0-8%
Basofil 0 0-3%
Neutrofil 96 45-70%
Limfosit 3 16-46%
Monosit 1 4-11%
Trombosit 105.000 150.000-350.000/mm3
Eritrosit 4,5 4,1-5,1 juta/uL
Total eosinofil 10 50-300/uL
3.5. Diagnosis
P2-2 Abo post sc hari ke 18 dengan HPP ec sisa plasenta + atonia uteri
3.6. Terapi
1. Di IRD dilakukan tampon gulung 1 buah
2. Infus Hez 500 cc
9
3. Infus RL 200 cc
4. Induksi 2amp drip
5. Injeksi ceftriaxon
6. Jam 08:30 transfusi WB: 1 kolf, jam 10:50 transfusi PRC, jam 13:10 transfusi PRC
7. Infus futrolit 1500cc/24jam
8. Injeksi kalnex 3x250
9. Injeksi vit K 1x1 ampl
10. Ca glukonas 1amp
11. Pendarahan + 600 cc
12. Tampon diganti, dan di masukan tampon 2 gulung
13. Mesorostol 4 tablet/ rectal
14. Injeksi pospargin 1 ampul iv
15. Asam tranexsamat 2 amp
3.7. Laporan Operasi
Diagnosa pre op : HPP ec sisa plasenta + atonia uteri
Diagnosa post op : post dilatasi dan kuretase
Lama Operasi : 15:00-15:20 WIB
Diagnosa pre op : HPP ec sisa plasenta + atonia uteri + DIC
Diagnosa post op : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC
Lama Operasi : 17: 25 WIB
3.8. Follow up
31-12-2014
08:20 S : perdarahan sedikit-sedikit sudah 2 minggu post sc hari
ke 18, jam 03:00 td pagi keluar darah segar cair dari
vagina dengan volume banyak dan tidak pernah kontrol
post sc
O : k/u cukup, anemis +/+, palpasi tidak teraba massa,
pervag (+) darah, VT pembukaan 0 dan pasang
tampon gulung 1 buah. (kirim ICU)
TD = 80/50 mmHg, N = 108x/menit, suhu = 36oC, RR
= 20x/menit, napas spontan, O2 2 lpm/ nasal,
SpO2:100%, GCS 456, BAK/DC: urin kuning jernih,
BU (+), Puasa (+), Mual-muntah (-), TFU sebatas
10
Jam 13:30
simpisis
Hasil Lab 31-12-2014 (06:51)
Hb = 5,5 g/dl
Leukosit = 6450
PVC = 18%
Trombosit = 439.000
BT = 1,30 menit
CT = 10,30 menit
GDA = 106 mg/dl
Alkali phospat = 136
HbsAg (-)
BUN = 8,2
Terapi IRD:
- infus RL 2000 cc
- infus HEZ 500 cc
- infus D5 500 cc
- induxin 2 ampul/drip/24 jam
- injeksi ceftriaxon 1 gram
- injeksi kalnex 250 mg
- vit K 1 ampul
dr.Sylvia, Sp.An.visite:
Infus futrolit 1500 cc/24 jam
Injeksi kalnex 3x250mg
Injeksi vit K 1x1 ampul
Ca glukonas 1ampul
Transfusi 4 kolf
- jam 08:30 masuk WB 1 kolf yang ke I
- jam 10:50 masuk transfusi PRC yang ke II
- jam 13:10 masuk transfusi PRC yang ke III
Perdarahan + + 600 cc, konsul bidan: dilakukan tampon
ulang 2 gulung (yang lama di aff), lanjut injeksi kalnex 2
amp dan induxi 20 IU 30tpm.
11
14:10
Konsul dr.hytriawan,Sp.OG
- misoprostol 4 tab/ectal
- inj pospargin 1 ampul (IV)
- drip synto 2 ampul/20tpm
- asam tranexsamat 2 ampul
- pro curet
- siapkan OK
TD: 82/52 mmHg, UC: lemah, perdarahan merembes
aktif 600 cc, pasang tampon gulung 2 dan perdarahan
masih merembes
- pasien mengeluh lemas
- k/u lemah, anemis +/+, O2 2lpm, TD:82/61mmHg,
nadi: 114x/menit, suhu: 360C, akral dingin
- berangkat ke OK dengan membawa darah 1 kolf
16:10
16:15
17:00
- pasien datang dari OK post curet
- TD: 106/72 mmHg, nadi: 162x/menit, suhu: 36,7,
perdarahan + merembes di underpad 100 cc, dan di
tampon kasa merembes terus.
- kalnex 3x250 mg
- ca glukonas 1 ampul
- transfusi WB ke V
konsul dr.hytriawan,Sp.OG
- pro histerektomi
- lab tgl 31-12-2014 (16:15)
BT: 3,30
CT: 7,00
PT: 17,2
APTT: 52,9
- Transfusi WB ke VI
- dan berangkat ke OK dengan membawa 4 kolf darah
12
19:00
20:00
Motivasi keluarga tentang prognosa pasien, suspek DIC
- pasien datang dari OK post histerektomi
- transfusi WB 3 kolf masuk di OK (VII, VIII, IX)
- transfusi WB ke X habis jam 20:30
- ceftazidim 2x1
- metilprednisolon 3x125mg
- metronidazole 2x500mg
Terapi dr.hytriawan,Sp.OG
- terpasang drain dan perbaikan KU di ICU
- Observasi TTV dan perdarahan
- ceftazidim 2x1
- metronidazole 2x500mg
Terapi dr.sylvia, Sp.An
- transfusi WB 1 kolf + 3 bag fresh WB (jam 22:00)
- methypednisolon 3x125mg
- puasa dan observasi perdarahan
- fentanyl 5 mg
- kaltropen supp 3x1
21:00
22:00
23:00
S : pasien mengatakan nyeri luka post op
O : k/u cukup, anemis ++-, TD: 143/84 mmHg, nadi:
76x/menit, suhu:36, DC (+), puasa (+), mual muntah (-)
A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC
P : infus futrolit 1500 cc
D5% 500 cc
- transfusi WB ke XI
- ca glukonas masuk
01 Januari 2015
01:30 Transfusi WB ke XII masuk, setelah habis dilanjutkan
transfusi ke XIII
04.30 Konsul dr sylvia, Sp.An
13
06:00
Kondisi pasien tensinta tinggi, extra furosemid 2 amp
- pasien mengatakan nyeri luka post op
- TD: 175/80 mmHg, nadi 50x/menit, RR: 20x/menit,
suhu 36
08:00 - Infus futrolit 1500cc/24jam
- D5% 500cc
- fentanyl
- ceftazidim 2x1
- kalnex 3x1
- vit K 1x1
- infus metronidazole 2x500
- metilprednisolon 3x125 (12:00)
- dexsamethasone 2x1 (14:00)
14:00
21:00
- pasien mengeluh nyeri luka post op
- k/u lemah, napas spontan, TD: 157/79 mmHg, HR:
56x/menit, RR: 20x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,
akral hangat, BU(+)
- infus futrolit 1500cc/24jam
- D5% 500cc
- fentanyl
- ceftazidim 2x1 (20:00)
- kalnex 3x1 (16:00)
- metilprednisolon 3x125 (20:00)
- pasien mengeluh nyeri luka post op
- k/u lemah, napas spontan, TD: 120/63 mmHg, HR:
51x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 36,8, O2 nasal 3 lpm,
akral hangat, BU(+), mual muntah (-)
- infus futrolit 1500cc/24jam
- fentanyl
- kalnex 3x1 (24:00)
- metilprednisolon 3x125 dan kaltropen (04:00)
14
02 januari2015
08:00 - pasien mengeluh nyeri luka post op
- k/u lemah, napas spontan, TD: 141/67 mmHg, HR:
59x/menit, RR: 24x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,
akral hangat, BU(+)
Dr.sylvia, Sp.An visite
- infus RL 1000cc
- D5% 500cc
- fentanyl 10mg
- metilprednisolon 3x125
- diet BHTKTP
- kaltrofen 3x1
11:30
21:00
- pasien mengeluh nyeri luka post op
- k/u lemah, napas spontan, TD: 130/79 mmHg, HR:
60x/menit, RR: 20x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,
akral hangat, BU(+), urin jernih
- infus RL 1000cc
- D5% 500cc
- metilprednisolon 3x125 (20:00)
- cefotaxim (20:00)
- asam tranexsamat (16:00)
- pasien mengeluh nyeri luka post op
- k/u lemah, napas spontan, TD: 127/72 mmHg, HR:
52x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36,7, O2 nasal 3 lpm,
akral hangat, BU(+), urin jernih
- infus RL 1000cc
- D5% 500cc
- kaltropen supp (jam 22:00)
- kalnex dan metilprednisolon (24:00)
3 januari 2015 Pidahan dari ICU
15
06:00 S : pasien mengatakan nyeri luka post op
O : k/u cukup, anemis -/-, TD: 143/81 mmHg, HR:
114x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36,2, akral hangat,
BU(+), urin jernih
A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC
P : infus RL 1000cc/24jam
- D5% 500cc/24jam
- metronidazole infus 2x500 (08:00)
- injeksi cefotaxim 2x1(08:00)
- asam tranexsamat 3x250 (08:00)
- kaltropen supp (jam 12:00)
- metilprednisolon (12:00)
14:00 S : pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : k/u cukup, anemis -/-, lop taa, TD:140/100 mmHg,
UP: 100cc, drain 80 cc
A : : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC
P : Observasi TTV dan keluhan LOP
20.00 S : tidak ada keluhan
O : k/u cukup, anemis -/-, lop taa, pervag (-), TD: 130/90
mmHg, UP:600cc, drain 80cc
A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC
P : Observasi TTV dan keluhan
04 januari 2015
06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, flatus:
(+), UP: 500 ml, drain tetap 50 ml, BAB (-)
O: KU: cukup, TD: 150/90 mmHg, nadi: 62x/menit,
RR:20x/menit, suhu:36,3, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)
Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,
edema (-), cairan pervaginam (-)
A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +
DIC
P: - cefotaxim 2x1
- asam tranexsamat 3x1
16
- metilprednisolon 2x125mg
5 januari 2015
06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, flatus:
(+), DC: 700 ml, drain tetap 10 ml, BAB (-)
O: KU: cukup, TD: 140/90 mmHg, nadi: 60x/menit,
RR:20x/menit, suhu:36,2, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)
Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,
edema (-), cairan pervaginam (-)
A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +
DIC
P: - cefotaxim 2x1
- metilprednisolon 2x125mg
6 januari 2015
06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, pusing
(+), mobilisasi (+), BAK: (+), BAB (+)
O: KU: cukup, TD: 140/90 mmHg, nadi: 50x/menit,
RR:20x/menit, suhu:36,2, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)
Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,
edema (-), cairan pervaginam (-)
A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +
DIC
P: - DC dan drain aff
- cefotaxim 2x1
- metilprednisolon 2x125mg
- asam tranexsamat 3x1
- alin F 2x1
7 januari 2015
06.00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+,
mobilisasi (+), BAK: (+), BAB (+), ASI (+)
O: KU: baik, TD: 110/90 mmHg, nadi: 60x/menit,
RR:20x/menit, suhu:36,3, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)
Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,
edema (-), cairan pervaginam (-)
17
A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +
DIC
P: - cefadroxil 2x1
- asam mefenamat 3x1
BAB IV
18
ANALISA KASUS
Pasien datang ke IRD Rumah Sakit dr.Moh.Saleh Probolinggo pada tanggal 31
Desember 2014 jam 08:20 WIB .
Berdasarkan hasil anamnesa, pasien mengatakan perdarahan sedikit-sedikit sejak 2
minggu yang lalu ( post sc hari ke 18), tanggal 31/12/2014 jam 03:00 keluar darah banyak
cair, pasien mengatakan tidak pernah kontrol selama post sectio caesaria di RS Siti Aisyah.
Tidak didapatkan riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma pada pasien maupun pada
keluarga pasien. Hasil pemeriksaan keadaan umum cukup, anemis +/+, palpasi TFU: 2 jari
dibawah pusat, uterus kontraksi: lembek, pervag (+) darah, VT pembukaan 0 dan pasang
tampon gulung 1 buah. TD = 80/50 mmHg, N = 80x/menit, suhu = 36oC, RR = 20x/menit,
napas spontan, O2 2 lpm/ nasal, SpO2:100%, GCS 456, BAK/DC: urin kuning jernih, BU
(+), Puasa (+), Mual-muntah (-).Hasil Lab 31-12-2014 (06:51), Hb = 5,5 g/dl Leukosit =
6450, PVC = 18%, Trombosit = 439.000, BT = 1,30 menit, CT = 10,30 menit, GDA = 106
mg/dl, Alkali phospat = 136, HbsAg (-), BUN = 8,2. (pasien dikirm ke ICU). Dan di ICU
mendapatkan terapi, Infus futrolit 1500 cc/24 jam, Injeksi kalnex 3x250mg, Injeksi vit K 1x1
ampul, Ca glukonas 1ampul, Transfusi 4 kolf.
Jam 13:30 WIB, Perdarahan + + 600 cc, dilakukan tampon ulang 2 gulung (yang lama
di aff), lanjut injeksi kalnex 2 amp dan induxi 20 IU 30tpm. Konsul dr.hytriawan,Sp.OG
mendapatkan terapi misoprostol 4 tab/ectal, inj pospargin 1 ampul (IV), drip synto 2
ampul/20tpm, asam tranexsamat 2 ampul, pro curet, TD: 82/52 mmHg, UC: lemah,
perdarahan merembes aktif 600 cc, pasang tampon gulung 2 dan perdarahan masih
merembes. Jam 14:10 WIB dilakukan oprasi dilatasi dan kuretase. Jam 16:10 post dilatasi
dan kuretase TD: 106/72 mmHg, nadi: 162x/menit, suhu: 36,7, perdarahan + merembes di
underpad 100 cc, dan di tampon kasa merembes terus. konsul dr.hytriawan,Sp.OG, pro
histerektomi, hasil laboratorium tgl 31-12-2014 (16:15), BT: 3,30, CT: 7,00, PT: 17,2, APTT:
52,9. Jam 17:30 WIB dilakukan tindakan histerektomi.
Dari hasil analisa kasus diatas pasien mengalami Perdarahan Post Partum Sekunder (late
postpartum hemorrhage). perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak
termasuk 24 jam pertama setelah kala III. Pada pemeriksaan fisik diatas didapatkan juga
tanda-tanda dari atonia uteri dan syok hipovilemik yaitu pasien dalam keadaan anemis +/+
19
( Hb: 5,5 g/dL), palpasi TFU: 2 jari dibawah pusat, uterus kontraksi; lembek pervag (+)
darah, VT pembukaan 0, tanda-tanda vitalnya; TD = 80/50 mmHg, N = 108x/menit, suhu =
36oC, RR = 20x/menit. Ada pun penyulit dari kasus ini sindroma abnormalitas koagulasi dan
fibrinolisis (DIC) yang ditandai dengan adanya perdarahan post partum 600 cc,
trombositopenia (62.000), terjadi peningkatan Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga
terjadi peningkatan Aktivated Partial Tromboplastin Time 52,9 detik.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi
lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam
persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >
100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL. Pasien mengeluhkan perdarahan pervaginam selama 1 bulan.
Pada kasus ini terjadi perdarahan > dari 600cc, terdapat perubahan tanda-tanda vital antara
lain TD: 80/50 mmHg, keadaan pasien lemah, Hb = 5,5 g/dl, pasien mengeluh perdarahan >
18 hari.
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain:
- Atonia uteri
- Luka jalan lahir
- Retensio plasenta
- Gangguan pembekuan darah
Pada Tabel II.I. Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
- Uterus tidak berkontraksi dan
lembek.
Perdarahan segera setelah anak lahir
Syok
Bekuan darah pada
serviks atau posisi
telentang akan
menghambat aliran
darah keluar
Atonia uteri
20
Dari beberapa etiologi diatas pada kasus ini penyebab terjadinya perdarahan post partum
adalah atonia uteri. dimana bisa kita lihat dari tabel II diatas didapatkan tanda dan gejala yang
sama, juga didapatkan penyulit seperti syok.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah sindroma abnormalitas
koagulasi dan fibrinolisis. Banyak kasus DIC berhubungan dengan kehamilan. DIC
disebabkan oleh eclampsia/ preeclampsia, perdarahan post partum, sepsis, solusio plasenta,
missed septic abortion, ruptur uterus, emboli air ketuban, Intra uterine fetal death (IUFD),
penyakit trofoblas, dan Sickle Cell Crisis.
Gambaran klinis DIC pada kehamilan seringkali gejala dan tanda komplikasi obstetri yang
mendasari terjadinya DIC. Manifestasi perdarahan yang muncul bisa berupa hematom,
purpura, epistaksis, bekas injeksi yang berdarah, atau yang lebih dramatis terjadinya
perdarahan aktif dari luka operasi dan perdarahan post partum. Perdarahan bisa berupa
hematuria, perdarahan gastrointestinal, intracarnial dan internal bleeding.
Pada kasus ini disebabkan oleh perdarahan post partum, dimana gambaran klinis yang
muncul, terjadi perdarahan yang berlebihan pada saat dilakukan oprasi dan juga pada saat
dilakukan penjahitan luka diakhir oprasi.
Uji laboratorium untuk diagnosis DIC terdiri atas uji tapis dan uji penentu. Uji tapis meliputi
hitung trombosit, Protrombin time (PT), Partial Tromboplastin Time, masa trombin,
fibrinogen, sedangkan uji penentu adalah pemeriksaan fibrin monomer terlarut (soluble fibrin
monomer), D-dimer, Fibrin degradation product dan anti trombin. Dalam pertemuan
Scientific and standardization Comittee International Society on trombosis and Haemostasis
ke 47, Juli 2001 di Paris disusun sistem skor untuk DIC.
1. Penilaian resiko : Apakah terdapat kelainan dasar / etiologi yang berkaitan
dengan DIC? (jika tidak, penilaian tidak dilanjutkan)
2. Uji koagulasi : hitung trombosit, protrombin time, fibrinogen, FDP / D-dimer
Skor
Trombosit
> 100.000 / mm3 : 0
50.000 – 100.000 / mm3 : 1
<50.000 / mm3 : 2
21
FDP atau D-dimer
< 500 μg/L : 0
500 – 1000 μg/L : meningkat ringan : 1
> 1000 μg/L : meningkat ringan : 2
Pemanjangan protrombin time (PT)
< 3 detik : 0
4 – 6 detik : 1
> 6 detik : 2
Fibrinogen
> 100 mg dl : 0
< 100 mg dl : 1
3. Jumlah skor ≥ 5 sesuai DIC skor diulang tiap hari
Jumlah skor < 5 sugestif DIC skor diulang dalam 1-2 hari
Pada kasus ini Uji laboratorium yang menunjang untuk diagnosis DIC yaitu terjadi penurunan
trombosit (62.000), terjadi peningkatan Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga terjadi
peningkatan Partial Tromboplastin Time 52,9 detik. Dari hasil laboratorium diatas diagnosis
DIC dapat ditegakkan pada kasus ini.
Pada skor DIC
- Penilaian resiko : Apakah terdapat kelainan dasar / etiologi yang berkaitan dengan DIC?
Dari kasus ini etiologinya adalah perdarahan post partum.
- Uji koagulasi : trombosit pada kasus ini adalah 62.000 (skor 1), protrombin time (PT) 17,2
(skor 2), hasil yang lainnya tidak ada keterangan.
Pada pasien dimana penyebab dan gejala DIC adalah perdarahan, perfusi organ
merupakan hal yang sangat penting, infus cepat dengan Ringer laktat atau NaCl, dan
mengganti perdarahan dengan whole blood. Fresh whole blood merupakan yang terbaik
karena kandungkan faktor koagulasi dan trombosit. Oksigenasi dengan sungkup atau intubasi
endotracheal diberikan untuk mencapai oksigenasi arterial yang memuaskan. Monitoring
dengan pemasangan CVP untuk menjaga produksi urin 30-60 ml/jam dan hematokrit >30%.
22
BAB V
KESIMPULAN
Pasien mengeluhkan perdarahan banyak cair post sectio caesaria hari ke 18, pasien
mengatakan tidak pernah kontrol selama post sc di RSAB Siti Aisyah. Hasil pemeriksaan
keadaan umum cukup, anemis +/+, palpasi TFU : 2 jari di bawah pusat dengan kontraksi
uterus yang lembek, pervag (+) darah, VT pembukaan 0. Diagnosis HPP ditegakan melalui
adanya perdarahan setelah melahirkan dimana ditemukannya perdarahan 600 cc dan pada
palpasi ditemukannya kontaksi uterus yang lemah yang merupakan tanda dari atonia uteri.
Karena masih adanya perdarahan yang cukup banyak sehingga harus dilakukan tampon ulang
dan kemudian pasien ini direncanakan tindakan dilatasi dan kuretase, untuk mengurangi
perdarahan akibat adanya sisa plasenta di cavum uteri.
Post dilatasi dan kuretase pasien kemudian di observasi di ruangan ICU. Hasil observasi + 5
menit pasien masih mengalami perdarahan merembes di underpad 100 cc dan di tampon
kasa merembes terus.
Penatalaksanaan selanjutnya yaitu dilakukan histerektomi, hal ini dilakukan untuk
memperkecil terjadinya perdarahan akibat kontraksi uterus yang lemah.
Terjadinya DIC pada kasus ini disebabkan oleh perdarahan post partum, dan di sertai dengan
Uji laboratorium yang menunjukkan penurunan trombosit (62.000), terjadi peningkatan
Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga terjadi peningkatan Partial Tromboplastin Time
52,9 detik.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Paraton, H., Widohariadi, Bambang Trijanto, dkk. 2008. Prolapsus Uteri dalam
Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Edisi
III. RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2. Koblinsky M, et all. 2001. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
3. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP
4. Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Junizaf. Ed. Buku ajar uroginekologi.
Subbagian Uroginekologi-Rekonstruksi Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKUI/RSUPN-CM. Jakarta, 2002: 70-75
5. Muchtar R. Kelainan dalam letak alat-alat genital. Dalam: Wiknjosastro H,
Sumapraja S, Saifuddin AB. Ed. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1991: 360-374
6. Sakala EP. Obstetrics and gynecology. Baltimore: Williams and wilkins, 1997; 230-
232
7. Thompson JD. Surgical correction of defect in pelvic support. In: Rock JA,
Thompson JD. Eds. Te Linde’s operative gynecology. 8th edition. Philadelphia:
Lippincott-Raven, 1997: 958-967
25