lapsus ruptur korna dan prolaps iris

32
BAB I KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : An. Z No. Rekam Medik: 418667 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 5 tahun Agama : Kristen Protestan Alamat : Oesao MRS : 05 Juli 2015 jam 18.02 Tanggal Pemeriksaan : 06 Juli 2015 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Mata kanan tertusuk panah lidi sejak 1 minggu lalu Riwayat Penyakit Sekarang Pasien anak laki-laki, 5 tahun datang dengan keluhan mata kanan tertusuk panah lidi sejak 1 minggu lalu. Setelah itu pasien tidak mau membuka matanya karena sakit, matanya berwarna merah namun tidak keluar darah, penglihatan kabur seperti berbayang dan silau dengan cahaya. 1

Upload: ocsrin-handayani

Post on 06-Sep-2015

117 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

nkjjj kh

TRANSCRIPT

BAB IKASUS

I. IDENTITAS PASIENNama Pasien: An. ZNo. Rekam Medik: 418667Jenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 5 tahunAgama: Kristen ProtestanAlamat: OesaoMRS: 05 Juli 2015 jam 18.02Tanggal Pemeriksaan: 06 Juli 2015II. ANAMNESISKeluhan Utama: Mata kanan tertusuk panah lidi sejak 1 minggu laluRiwayat Penyakit SekarangPasien anak laki-laki, 5 tahun datang dengan keluhan mata kanan tertusuk panah lidi sejak 1 minggu lalu. Setelah itu pasien tidak mau membuka matanya karena sakit, matanya berwarna merah namun tidak keluar darah, penglihatan kabur seperti berbayang dan silau dengan cahaya.

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus PresentKeadaan umum: kesan sakit sedangKesadaran: Compos mentis (GCS E4V5M6)Tekanan darah: tidak dilakukanNadi: 116 kali/menit, reguler, isi cukupRespirasi: 18 kali/menit, regulerSuhu aksila: 36,0 CTinggi badan: 107 cmBerat badan: 18 kg

Status OftalmikusODOS

SimetrisKedudukan bola mataSimetris

NormalPergerakan bola mataNormal

Edema (-)PalpebraEdema (-)

Hiperemis (+)KonjungtivaHiperemis (-)

rupturKorneaJernih

Sinekia anteriorCOADalam

Prolapse irisIrisIntak

sdePupilBulat, reflex cahaya (+)

keruhLensaJernih

>2/60Visus>2/60

IV. LABORATORIUMDarah LengkapRBC4.89 x 106/mm3HGB12.0g/dLHCT37.2%MCV76m3MCH24.5pgMCHC32.2g/dLRDWc 14.3%RDWs 43.0 flPLT466 x 103/mm3MPV9.5 flPCT0.44% PDWc 37.4%PDWs 12.6 fl WBC 9.42 103/mm3LYM 3.46 103/lLYM 36.7 %

Kimia DarahGDS114 mg/dl

HematologiCloting Time (CT)6 menit 55 detikBleeding Time (BT)2 menit 10 detikV. DIAGNOSIS Ruptur Kornea Okuli Dextra + Prolaps Oris et causa Trauma Okuli

VI. PENATALAKSANAANFarmakologiIVFD D5 NS 1400 cc/24 jam intravena

OperatifRepair Ruptur Kornea ODReposisi Iris

VII. FOLLOW UP POLI MATA /07/2015S : mata tidak nyeriO : status mata:

Sikatrik kornea

ODOS

SimetrisKedudukan bola mataSimetris

NormalPergerakan bola mataNormal

Edema (-)PalpebraEdema (-)

Hiperemis (+)KonjungtivaHiperemis (-)

Sikatriks korneaKorneaJernih

Dalam COADalam

intakIrisIntak

Bulat, reflex cahaya (+)PupilBulat, reflex cahaya (+)

keruhLensaJernih

5/15Visus5/5

A : Post repair ruptur Kornea dan reposisi prolapse iris

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISITrauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihatan. 1

2.1.2. KlasifikasiMenurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi menjadi:a. Tertutup Kontusio: tidak ada luka pada bola mata Laserasi lamellar: hanya mengenai setengah dari ketebalan dinding bola mata.b. Terbuka Laserasi: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan benda tajam Penetrasi: satu agen menyebabkan satu luka masuk Benda asing dalam mata: sama dengan penetrasi tetapi dikelompokan sendiri karena memerlukan penanganan berbeda. Perforasi: terdapat luka masuk dan luka keluar Ruptur: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan benda tumpul22.1.3. Etio-PatogenesisBeratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan pada saat bertumbukan. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.1Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup, countercoup, equatorial, dan global repositioning. Cuop adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.1Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :1. Palpebra mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.2. Saluran Lakrimalis dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.3. Congjungtiva dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.4. Sklera bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.5. Kornea, bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi cornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.6. Lensa bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.7. Iris bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.8. Pupil, bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis

2.1.4. Manifestasi KlinisTrauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun (seperti pasir, kaca) dan beracun (contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu). Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :1a. Tajam penglihatan yang menurun akibat terdapatnya kekeruhan media refraksi secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebutb. Bentuk dan letak pupil yang berubahc. Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclerad. Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retinae. Konjungtivis kemotisf. Mata merah, nyeri, fotofobia, blefarospasme dan lakrimasig. Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola matah. Bilik mata dangkal akibat perforasi korneai. Adanya hifema pada bilik mata depan2.1.5. DiagnosisAnamnesis 1 Mekanisme trauma harus ditanyakan dengan detail dan lengkap Bentuk dan ukuran benda penyebab trauma. Asal dari objek penyebab trauma. Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita. Keadaan saat terjadinya trauma Waktu dan lokasi terjadinya trauma. Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma akut. Keadaan miopia berat menyebabkan mata lebih rentan terhadap trauna kompresi anterior-posterior. Riwayat medis Riwayat mata Operasi mata sebelumnya, dapat membuat jaringan lebih mudah ruptur. Penglihatan sebelum terjadinya trauma pada kedua mata. Penyakit mata yang ada. Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes mata dan alergi.Pemeriksaan fisik OrbitaPeriksa adanya deformitas tulang, benda asing, dan dislokasi bola mata. Benda asing pada mata yang tertanam atau bila terjadi perforasi harus dijaga hingga dilakukan pembedahan. PalpebraPalpebra dan trauma kelenjar lakrimal dapat menunjukan adanya trauma yang dalam pada mata. Laserasi pada palpebra dapat menyebabkan perforasi bola mata. Perbaikan palpebra ditunda hingga trauma bola mata ditentukan penyebabnya. KonjungtivaLaserasi konjungtiva dapat terjadi pada kerusakan sklera yang serius. Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan ruptur bola mata. Kornea dan scleraLaserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan bagian dari ruptur bola mata dan harus diperbaiki di kamar operasi. Dapat terjadi prolapse iris pada laserasi kornea penuh. Tekanan bola mata umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi untuk menghindari penekanan pada bola mata.4 PupilPeriksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan afferent pupillary defect (APD). Bentuk lancip, tetesan air, atau ireguler bisa terjadi pada ruptur bola mata. Segmen anteriorPada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris, laserasi kornea, prolaps iris, hifema, dan kerusakan lensa.Bilik mata depan dangkal dapat menjadi tanda ruptur bola mata dengan prognosis yang buruk. Pada ruptur posterior dapat ditemukan bilik mata depan dalam pada ekstrusi vitreous pada segmen posterior. Temuan lainPerdarahan viteous setelah trauma menunjukan adanya robekan retina atau koroid, avulsi saraf optikus, atau adanya benda asing. Robekan retina, edema, ablasio, dan hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola mata.1,2Pemeriksaan penunjang Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak. USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan informasi tentang status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub retina. CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi adanya benda asing intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajat kerusakan periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural. MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi pada benda asing yang terbuat dari metal. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg). Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi. Pemeriksaan Laboratorium, seperti : SDP, leukosit, kemungkinan adanya infeksi sekunder. Pemeriksaan kultur untuk mengetahui jenis kumannya. Perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, tonografi, maupun funduskopi.

2.1.6. Penatalaksanaan2Teknik yang digunakan tergantung dari beratnya luka dan adanya komplikasi seperti inkarserasi iris, COA yang datar, dan kerusakan intraokular. Laserasi kornea kecilTidak membutuhkan penjahitan karena bisa menyembuh sempurna atau dengan bantuan lensa kontak yang seperti perban lembut. Laserasi kornea ukuran mediumBiasanya membutuhkan jahitan terutama jika COA datar. COA yang datar dapat kembali berubah semula secara spontan jika kornea telah dijahit, jika tidak, harus dikembalikan dengan solusio garam seimbang. Bandage contanct lens post operatif juga berguna selama beberapa hari untuk meyakinkan bahwa COA tetap dalam. Laserasi kornea dengan inkarserasi irisManajemen tergantung dari durasi dan luasnya inkarserasi. Kebocoran kecil dari inkarserasi yang baru terjadi dapat digantikan oleh konstriksi pupil. Inkarserasi iris yang besar harus di absisi terutama jika iris terlihat non-viabel. Laserasi kornea dengan kerusakan lensaDiterapi dengan menjahit laserasi dan memindahkan lensa dengan phacoemulsification atau dengan vitreus cutter jika vitreus terlibat.Luka pada sklera anterior dapat berhubungan dengan komplikasi serius seperti prolaps uvea dan inkarserasi vitreus. Inkarserasi vitreus meskipun dengan manajemen yang tepat, dapat menimbulkan traksi vitreoretina dan ablasio retina.

2.1.7. KomplikasiKomplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :a. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitisb. Katarak traumatikc. Glaukoma sekunderd. Oftalmika simpatikae. Ablasi retinaf. Perdarahan intraokuler g. Ptisis bulbi

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi panoftalmitis.Simpatetik oftalmika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang cedera.1

2.1.8. PrognosisPrognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah dikeluarka dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.2

2.2. Ruptur Kornea2.2.1. Definisi Ruptur kornea merupakan trauma pada kornea baik sebagian / partial- maupun seluruh ketebalan/full-thickness. Luka partial-thickness tidak mengganggu bola mata (abrasi) sedangkan luka full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur dari bola mata. 3

2.2.2.Etiologi a. Ruptur kornea (luka terbuka atau open globe) diakibatkan oleh trauma yang bersifat tumpul. Luka terjadi akibat peningkatan tiba-tiba melalui mekanisme inside-out (dalam ke luar) sebagai mekanisme cedera.b. Laserasi adalah luka full thickness pada dinding mata akibat objek yang tajam. Mekanisme adalah outside in (luar ke dalam). Termasuk di bawah laserasi adalah luka perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda asing.3

2.2.3. Diagnosisa. Anamnesis, perlu ditanyakan bagaimana cedera pada mata terjadi, ketajaman penglihatannya, dan mengetahui mekanisme bagaimana mata itu rusak secara spesifik.b. Inspeksi, diperhatikan apakah adanya darah di belakang kornea (hifema), ini menunjukkan cedera yang signifikan pada kornea, perhatikan jika terdapat laserasi pada kornea dan jika terdapat prolaps iris yang ditandai dengan pupil yang berbentuk iregular. c. Pemeriksaan dengan slitlamp menunjukkan kamera okuli anterior yang dangkal, penumpukkan darah di segmen anterior atau posterior,lensa yang opak,dan prolaps iris,dengan menggunakan teknik iluminasi retrograde dimana kornea diiluminasi dengan cahaya yang dipantulkan dari iris melalui slitlamp yang diarahkan langsung ke dalam mata32.2.4. Penatalaksanaana. Penyembuhan Luka KorneaDalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar mulai membelah dan bermigrasi ke seluruh denudation area secara terus menerus untuk menutup defek. Penyembuhan yang lengkap, termasuk restorasi ketebalan epitel (4-6 lapis) dan reformasi fibril, membutuhkan waktu 4-6 minggu.Penyembuhan stroma kornea avascular. Tidak sepeti jaringan lainnya, penyembuhan pada stroma kornea terjadi karena fibrosis daripada proliferasi fibrovaskular. Epitelium dan endothelium merupakan bagian yang penting untuk penyembuhan luka. Jika epitelium tidak menutupi luka dalam waktu beberapa hari, penyembuhan stroma di bawahnya akan terbatas dan luka akan rapuh. Factor pertumbuhan dari epitelium merangsang dan meneruskan penyembuhan. Sel endotel di atas luka menyebrang ke posterior kornea, beberapa sel diganti melalui aktivitas mitosis. Endothelium membentang di bawah lapisan tipis yang baru dari membrane Descemet. Jika batas interna luka tidak ditutupi oleh membrane Descemet, fibroblast stroma berproliferasi terus-menerus ke ruang anterior sebagai fibrous ingrowth, atau posterior luka mungkin terbuka permanen. Kolagen fibrillar pertama diganti oleh kolagen yang lebih kuat pada pada akhir bulan-bulan penyembuhan. Lapisan Bowman tidak berdegenerasi ketika luka ataupun hancur. Pada partial-thickness corneal laceration luka biasanya akan menutup sendiri. Terapi yang dibutuhkan berupa antibiotik topikal dan siklopegik topikal untuk mengurangi spasme siliar sehingga nyeri berkurang. Dapat juga digunakan lensa kontak sebagai pelindung luka. Pada simple full-thickness lacerations, tatalaksana dilakukan berdasarkan ukuran luka, kebocoran luka, dan keterlibatan organ okular lain. Jika ukuran kecil (