pr by print
DESCRIPTION
asmaTRANSCRIPT
1. ASMA
Sedangkan pada anak, secara arbiteri Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat asma menjadi:
1) Asma episodik jarang
2) Asma episodik sering
3) Asma persistenTabel 2. Klasifikasi derajat asma pada anakParameter klinis,
kebutuhan obat
dan faal paru asmaAsma episodik jarangAsma episodik seringAsma persisten
1Frekuensi serangan 1x/bulanSering
2Lama serangan1mingguHampir sepanjang tahun, tidak ada periode bebas serangan
3Intensitas seranganBiasanya ringanBiasanya sedang Biasanya berat
4Diantara seranganTanpa gejala Sering ada gejalaGejala siang dan malam
5Tidur dan aktifitasTidak terggangguSering terggangguSangat tergganggu
6Pemeriksaan fisik diluar seranganNormal ( tidak ditemukan kelainan)Mungkin tergganggu
(ditemukan kelainan)Tidak pernah normal
7Obat pengendali(anti inflamasi)Tidak perluPerluPerlu
8Uji faal paru(diluar serangan)PEFatauFEV1>80%PEFatauFEV130%Variabilitas 20-30%.
Variabilitas >50%
PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak),
FEV1=Forced expiratory volume in second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat. Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada. Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan respon yang kurang terhadap terapi awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi.Tabel 3. Klasifikasi asma menurut derajat seranganParameter klinis, fungsi faal paru, laboratoriumRinganSedangBeratAncaman henti napas
Sesak (breathless)BerjalanBerbicaraIstirahat
Bayi :
Menangis kerasBayi :
-Tangis pendek dan lemah
-Kesulitan menetek/makanBayi :
Tidakmau makan/minum
PosisiBisa berbaringLebih suka dudukDuduk bertopang lengan
BicaraKalimatPenggal kalimatKata-kata
KesadaranMungkin iritabelBiasanya iritabelBiasanya iritabelKebingungan
SianosisTidak adaTidak adaAdaNyata
WheezingSedang, sering hanya pada akhir ekspirasiNyaring, sepanjang ekspirasi inspirasiSangat nyaring, terdengar tanpa stetoskopSulit/tidak terdengar
Penggunaan otot bantu respiratorikBiasanya tidakBiasanya yaYaGerakan paradok torako-abdominal
RetraksiDangkal, retraksi interkostalSedang, ditambah retraksi suprasternalDalam, ditambah napas cuping hidungDangkal / hilang
Frekuensi napasTakipnuTakipnuTakipnuBradipnu
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar :
Usia Frekuensi napas normal per menit
< 2 bulan 20mmHg)Tidak ada, tanda kelelahan otot respiratorik
PEFR atau FEV1
(%nilai dugaan/%nilai terbaik)
Pra bonkodilator
Pasca bronkodilator>60%
>80%40-60%
60-80% 70%
Jika respons tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit.
a. Terapi asma kronik adalah sebagai berikut:
b. Asma ringan: agonis 2 inhalasi bila perlu atau agonis 2 oral sebelum exercise atau terpapar alergen.
c. Asma sedang: antiinflamasi setiap hari dan agonis 2 inhalasi bila perlu.
d. Asma berat: steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis 2 long acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis 2 inhalasi sesuai kebutuhan.2. Status asmatikus
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator.PatofisiologiBanyak faktor pencetus status asmatikus yakni asma berat. Status asmatikus diawali serangan asam biasa, yang dalam perjalannya kemudian resisten terhadap bronkudilator jadi kebanyakan status asmatikus ditimbulkan oleh faktor-faktor pencetus. PenatalaksanaanStatus Asmatikusa. Serangan asma yang lama dan berat dapat berbahaya bagi jiwa klien
b. Harus diberikan pengobatan yang cepat seperti pada serangan akut.c. Pengobatan seperti pada serangan akut.d. Harus diberikan hiodrokortison secara intar vena.e. Terapi O2 mungkin perlu pada penderita yang dapat menahan CO2f. Mungkin memelukan inkubasi endotracheal dan bantuan ventilator.3. TUBERKLOSIS PADA ANAK Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut:2 Demam lama ( 2 minggu) dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, infeksi saluran kemih (ISK), malaria, dll) yang dapat disertai keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.
Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan. Biasanya batuk kering, sehingga sulit untuk memperoleh sputum. Anak-anak yang menderita tuberkulosis hampir tidak pernah batuk darah atau ditemukan darah pada liurnya. Semua biasanya telah mengenai anak tersebut beberapa minggu sebelum akhirnya anak tersebut berobat.5 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan adekuat.
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.Paduan OAT Anak
Prinsip pengobatan TB anak:
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit. Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.
Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lain-lain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah: Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.Tabel . Obat antituberkulosis (OAT) yang biasa dipakai dan dosisnya
4. Kasus Kasus 1
Anak 10 tahun kebanjiran, panas 7 hari ikterus, pegal otot Diagnosis : Leptospirosis Nyeri otot (mialgia) hebat
Demam dengan hepatitis
Gangguan ginjal
Meningitis limfositik
Konjungtivitis
Ruam kulit, kadang-kadang hemoragis
Terdapat darah, protein dan atau bilirubin dalam urin
Jarang, pneumonitis nodularPenatalaksanaan
Kasus 2
Anak bayi usia 3 hari tidak panas, tidak mau minum, lemah suhu 36oC
Diagnosis
Suspek Sepsis neonatorum
MANIFESTASI KLINIS1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis.4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high-pitched cry6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahanGejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembungGejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar Infeksi pada selaput otak (meningitis) atauabses otakmenyebabkan koma, kejang,opistotonus(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarahPEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2) Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.