ppt kelompok 8
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
SARANA PRODUKSI ULAT SUTERAoleh : kelompok 8 ENNY SETYOWATY ANDRIA WIBIASTUTI ALDILA IZZA CM DITHA NOVI ANGGRAINI RIZZA MUH.FIKRIANSYAH105050101111009 105050101111011 105050101111027 105050101111034 105050101111076
Latar belakangSebelum pemeliharaan ulat dilakukan, segala sarana dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu disiapkan dengan baik. Tanpa persiapan yang baik, usaha membudidayakan ulat sutra akan mengalami kegagalan. Sarana dan perlengkapan yang harus dipersiapkan meliputi pakan, ruangan, dan perlengkapanperlengkapan budidaya.
TujuanTujuan dikerjakannya paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana sarana produksi ulat sutera yang baik.
Metode penelitianPenelitian ini dikerjakan pada tanggal 5 September sampai 9 september 2012, di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, dengan metode study literature.
Analisis masalahApakah dampak yang akan dialami petani jika sarana tersebut tidak terpenuhi?
Bagaimana sarana yang baik dalam pemeliharaan ulat sutera?
Kajian pustakaUlat sutera adalah serangga yang berguna sebagai penghasil benang sutera. Dalam siklus hidupnya mempunyai metamorfosa sempurna mulai dari larva (ulat), pupa sampai dengan kupu-kupu. Telur ulat sutera berbentuk lonjong, panjang 1,33 mm, lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm, warnanya putih kekuning-kuningan. Telur biasanya menetas 10 hari (mulai dari pemesanan telur ulat) setelah perlakuan khusus pada suhu 250C dan kelembaban udara 80 - 85% (Armando, 2008).
pembahasanSarana pemeliharaan ulat suteraPenyediaan pakan
Penataan ruang
Bahan dan perlengkapan
Penyediaan pakan Pakan merupakan sarana penting dalam usaha ternak apapun. Untuk ulat sutra memerlukan bahan pakan spesifik dan tidak banyak dipedagangkan di sembarang tempat. Karena itu, sumber pakan harus tersedia secara pasti dan kontinuitasnya terjamin. Produksi pakan (daun murbei) yang tersedia dan jumlah ulat yang akan dipelihara harus disesuaikan (Setiana, 2011).
Penataan Ruang Pemeliharaan ulat sutera dapat dilakukan secara kecilkecilan dalam skala rumah tangga ataupun secara besarbesaran. Namun, dimanapun ulat itu dipelihara, hendaknya ruangan/ tempat pemeliharaan memenuhi persyaratan, terutama menyangkut suhu, cahaya, kelembaban, dan ventilasi (pertikaran) udara (Setiana, 2011).
Bahan dan Perlengkapan Beberapa perlengkapan dan bahan yang diperlukan dalam memelihara ulat sutera antara lain adalah : Rak Sasag (kotak pemeliharaan ulat) dari kayu Keranjang daun Ember dan baskom plastik Lembaran/karung plastik untuk alas Kain untuk menyimpan daun Kertas parafin atau kertas minyak untuk alas Sapu, sikat dan lap tangan Kapur/ kaporit/ arang sekam Sumpit bamboo Tempat pengokonan (dari kayu, plastik, atau bambu), dsb (Setiana, 2011).
Fungsi Alat :
Rak
Sasag
Kotak Inkubasi
Keranjang
Pisau
Gunting Stek
Ayakan
Sumpit Bambu
Kain Blacu
Ember
Jaring Ulat
Kertas Parafin
SAPU
BULU AYAM
KAPUR
KAPORIT
Dampak yang dihadapi petani apabila sarana dan prasana ulat sutera tidak terpenuhi :
1. Kokon yang dihasilkan tidak berkualitas, sehingga
mengakibatkan harga jual kokon menjadi rendah. 2. Adanya penyakit terdapat di dalam ruangan pemeliharaan. 3. Bila ulat dalam proses pemeliharaannya kekurangan daun, hasil yang diperoleh akan jauh di bawah normal. Kokon-kokon yang dihasilkan akan sangat kecil dan ini akan berpengaruh terhadap harga jual (Anonymous, 2007).
kesimpulan Penyediaan pakan merupakan sarana penting dalam usaha
ternak apapun. Untuk ulat sutra memerlukan bahan pakan spesifik dan tidak banyak dipedagangkan di sembarang tempat. Karena itu, sumber pakan harus tersedia secara pasti dan kontinuitasnya terjamin Penataan ruang dalam pemeliharaan ulat sutera dapat dilakukan secara kecilkecilan dalam skala rumah tangga ataupun secara besarbesaran Dan juga dalam pemeliharaan ulat sutra perlu diperhatikan, karena dapat berdampak pada kualitas kokon yang dihasilkan. Dalam pemeliharaan ulat sutera, sarana dan prasarana sangat menunjang terhadap kualitas kokon yang dihasilkan.
saranDalam pemeliharaan ulat sutera, sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kualitas kokon yang dihasilkan. Rata rata petani di Indonesia masih sangat minim akan pengetahuan dalam hal penyuteraan, sehingga perlu adanya sosialisai tentang hal tersebut dari dinas terkait sehingga usaha di bidang ulat sutera dapat terus berkembang.