ppt blok 18

24
Tonsilofaringitis et causa virus

Upload: theodoradolorosa

Post on 29-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tonsilofaringitis

TRANSCRIPT

Tonsilofaringitis et causa virus

Tonsilofaringitis et causa virusAnamnesisApakah gejala-gejala yang dirasakan pasien selain demam? Apakah ada batuk ? Sakit pada tenggorokan? Apakah ada nyeri raba dibelakang telinga? Kapan gejala muncul?Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama? Apakah rajin membersihkan mulut?Pemeriksaan FisikInspeksi

PalpasiPemeriksaan PenunjangPemeriksaan leukositPemeriksaan hemoglobinPemeriksaan usap tenggorokDifferential DiagnosisLaringitis : peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Gejala-gejalanya berupa suara serak, gatal pada tenggorokan dan batuk kering.

Faringitis Bacterial : Peradangan/inflamasi membran mukosa orofaring karena infeksi bakteri. Gejala berupa sore throat, dapat disertai sakit kepala, mual (nausea), dan nyeri perut yang ringan (mild abdominal pain). Seringkali disertai demam.

Demam Faringokonjungtiva : Merupakan sindrom klinis tersendiri yang terjadi terutama kaitannya dengan infeksi adenovirus tipe 3. Tanda-tanda meliputi demam tinggi yang berakhir 4-5 hari. Konjungtivitis ini sering menetap sesudah demam dan gejala lain sudah sembuh. Nyeri kepala, malaise dan sangat lesu sesudah stadium akut.Working DiagnosisTonsilofaringitis et causa virus : peradangan pada tonsil dan faring yang disebabkan oleh virus. Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik, rasa gatal/kering di tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa nyeri di telinga (otalgia).

EtiologiAdenovirus RhinovirusParainfluenza virusVirus Epstein Barr (EBV) dapat menyebabkan tonsilofaringitis, tetapi disertai dengan gejala seperti splenomegali dan limfadenopati generalisata. Infeksi sistemik seperti infeksi virus campak, virus Rubella, Citomegalovirus (CMV), dan berbagai virus lainnya juga dapat menyebabkan gejala tonsilofaringitis akut.

Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA) adalah penyebab terbanyak tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15-30% dari tonsilofaringitisakut pada anak, sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10% kasus.

Faktor ResikoUsia Muda

Sering Terkena KumanEpidemiologiTonsilofaringitis biasanya terjadi pada anak, meskipun jarang terjadi pada anak di bawah usia 1 tahun. Insiden meningkat sesuai dengan beratambahnya usia. Insiden tonsilofaringitis tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang di bawah usia 3 tahun dan sebanding antara laki-laki dengan perempuan. PatofisiologiNasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini. Penyebaran SBHGA memerlukan pejamu yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat. Infeksi jarang terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, mungkin karena kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel epitel.

Remaja biasanya telah mengalami kontak dengan organisme beberapa kali sehingga terbentuk kekebalan, oleh karena itu infeksi SBHGA jarang terjadi pada kelompok ini.

Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal.

Rhinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil.

Infeksi streptokokus ditandai dengan invasi lokal serta penglepasan toksin ekstraselular dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring jadi menebal. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid.

Gejala KlinisMual dan muntahFaring hiperemisDemamNyeri tenggorokanTonsil bengakKelenjar getah bening bangkak dan nyeriUvula bengkak dan merahPetekia palatum mole

PenatalaksanaanIstirahat cukup dan pemberian cairan intravena yang sesuai terpi suportif yang dapat diberikan. Selain itu, pemberian obat kumur dan obat hisap, pada anak yang cukup besar dapat meringankan keluhan nyeri tenggorok. Apabila terdapat nyeri atau demam, dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen.

Antibiotik pilihan pada terapi tonsilofaringitis akut Streptokokus grup A : Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selam 10 hari atau benzatin penisilin G IM Amoksisilin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis selama 6 hari, efektivitasnya sama dengan penisilin V oral selama 10 hari. Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari, eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari, dengan pemberian 2-4 kali per hari selama 10 hari.Tonsilektomi :ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi T1 : ukuran yang normal ada T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah T3 : pembesaran mencapai garis tengah T4 : pembesaran melewati garis tengaPengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :1. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.2. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.PencegahanCukup beristirahatBerkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehariBagi perokok harus berhenti merokok Banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasiMinum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik.Tindakan pencegahan dilakukan dengan menghindari pemakaian pelembab udara yang berlebihan.

KomplikasiPada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi tonsilitis akut, dapat berupa abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septikemia, otitis media akut, bronkitis, nefritis akut, miokarditis serta artritis.PrognosisPenderita biasanya sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat.