ppok · 2021. 7. 5. · apa itu ppok penyakit yang umum, dapat dicegah, dan diobati yang...
TRANSCRIPT
PPOK
berdasarkan GOLD 2021
© Maya Puspita 2021
Apa itu PPOK
Penyakit yang umum, dapat dicegah, dan diobati
yang dikarakteristikkan dengan gejala
respiratori persisten dan batasan aliran udara
dikarenakan adanya abnormalitas aliran udara
dan/atau abnormalitas pada alveolar,
disebabkan oleh paparan signifikan dari partikel
– partikel atau gas berbahaya dan dipengaruhi
oleh faktor host termasuk abnormalitas
perkembangan paru.
© Maya Puspita 2021
ETIOLOGI
• Rokok dan polutan
• Faktor Host
PATHOBIOLOGY
• Gangguan pertumbuhan paru
• Injuri pada paru
• Inflamasi pada paru / sistemik
PATHOLOGY
• Kelainan aliran
udara yang kecil
• Emfisema
• Pengaruh sistemik
BATASAN ALIRAN UDARA
Batasan aliran udara persisten
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala
• Eksaserbasi
• Komorbiditas © Maya Puspita 2021
Apa penyebab PPOK ?
‒ Merokok
‒ Polusi udara
dalam ruang
‒ Paparan
okupasional
‒ Polusi udara di
luar ruang
‒ Faktor genetic
‒ Usia dan jenis
kelamin
– Perkembangan
dan
pertumbuhan
paru
– Faktor
sosioekonomi
– Astma dan
hipersensitivita
s aliran udara
– Bronkitis kronik
– Infeksi
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
DIAGNOSIS PPOK
Dipikirkan suatu kondisi PPOK apabila pasien
mengalami sesak, batuk kronik atau produksi
sputum kronik, riwayat infeksi saluran nafas
bagian bawah berulang dan/atau riwayat
paparan faktor risiko penyakit
Spirometri diperlukan untuk menegakkan
diagnosis; adanya FEV1/FVC post
bronkodilator ialah <0,70 ada batasan aliran
udara persisten
© Maya Puspita 2021
ALUR DIAGNOSIS PPOK
GEJALA
• Sesak
• Batuk kronis
• Produksi sputum
FAKTOR RISIKO
• Faktor host
• Rokok
• Pekerjaan
• Polusi indoor / outdoor
SPIROMETRI
Diperlukan untuk
menegakkan diagnosis
© Maya Puspita 2021
Indikator diagnosis
Sesak
Batuk kronis
Produksi sputum kronik
Infeksi saluran nafas bagian bawah berulang
Riwayat dari faktor risiko
Riwayat keluarga dengan PPOK dan/atau
faktor masa kecil
• Progressive sejalan dengan waktu • Memburuk dengan aktifitas
• Persistent
• Intermiten dan bisa unproduktif • Wheezing berulang
• Bentuk apapun dari sputum kronik mengindikasikan PPOK
• Faktor host (genetic,abnormalitas kongenital dll) • Rokok
• Paparan okupasional
• Berat badan lahir rendah, infeksi respirasi saat kecil
© Maya Puspita 2021
GEJALA NYA APA SAJA
• Sesak yang progressive & kronik karakteristik dari gejala – gejala PPOK.
• Sesak gejala cardinal. Tipikal : meningkatnya upaya bernafas, berat di dada , gasping.
• Batuk Batuk kronik, dapat intermittent. Dapat produktif / tidak produktif.
• Produksi sputum Adanya purulent sputum mengindikasikan peningkatan mediator inflamasi, identifikasi untuk onset eksaserbasi bakterial.
• Wheezing Wheezing inspiratori luas atau wheezing ekspirasi dapat didengar dari auskultasi.
© Maya Puspita 2021
SPIROMETRI
• Alat objektif untuk mengukur suatu batasan
aliran udara
• Mengukur volume udara paksa dikeluarkan
dari inspirasi maksimal (FVC) dan volume
udara dikeluarkan saat detik pertama serta
rasio (FEV1/FCV) juga dihitung
• Pengukuran spirometry dievaluasi dengan
membandingkan nilai berdasarkan usia,
tinggi, jenis kelamin dan ras.
© Maya Puspita 2021
Spirometri
© Maya Puspita 2021
assessmen
• Tujuan assessmen PPOK menentukan
derajat batasan aliran udara, pengaruh
terhadap kesehatan pasien, risiko atau
prognosis.
PERLU MEMPERHATIKAN ASPEK BERIKUT :
1. Adanya dan keparahan dari abnormalitas
spirometry
2. Gejala yang dialami pasien
3. Riwayat eksaserbasi sedang dan berat serta
risiko kedepannya
4. Adanya komorbid
© Maya Puspita 2021
Klasifikasi derajat batasan aliran udara
© Maya Puspita 2021
Assessmen gejala
© Maya Puspita 2021
Assessmen risiko
eksaserbasi
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
Pemeriksaan penunjang
IMAGING DLCO (Diffusing
Capacity) OKSIMETRI & AGD
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
Diagnosis banding
© Maya Puspita 2021
PENCEGAHAN
• BERHENTI MEROKOK
• VAKSINASI vaksin influenza , vaksin pneumococcus
Mengurangi kesakitan dan kematian pada pasien PPOK
23-valent pneumococcal polysaccharide vaccine (PPSV23)
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
• Bronkodilator meningkatkan FEV1 dan/atau merubah variable spirometry
lainnya. Bekerja dengan merubah aliran udara tonus otot polos dan meningkatkan
refleksi aliran udara keluar dengan melebarkan aliran udara daripada merubah
elastisitas paru untuk “recoil”.
• Beta agonist aktivitas beta 2 agonis ialah untuk merelaksasi otot polos aliran
udara dengan menstimulasi beta2 adrenergic receptor yang meningkatkan cyclic
AMP dan memproduksi antagonis fungsional ke bronkokonstriksi.
– SABA efektifitas obat 4-6 jam
– LABA durasi berlangsung lebih dari 12 jam.
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
• Antimuskarinik menghambat pengaruh bronkokonstriksi dari asetilkoline
terhadap reseptor M3 muskarinik yang diekspresikan pada otot polos.
– Short-acting antimuscarinics (SAMAs) contohnya ipratropium dan oxitropium
menghambat inhibisi reseptor neural M2 yang berpotensi mengakibatkan
bronkokonstriksi vagal
– Long-acting muscarinic antagonis (LAMAs) seperti tiotropium
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
• Methylxanthines Theofilin (methylxanthine yang umum digunakan)
dimetabolisme oleh cytochrome P450 dikombinasikan dengan teofilin metabolism
yang dimodifikasi. Meningkatkan fungsi otot pernafasan dilaporkan pada pasien
yang ditatalaksana dengan methylxanthines, tetapi tidak merefleksikan
pengurangan terjebaknya udara atau pengaruh utama pada otot skeletal respirasi.
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
• Bronkodilator kombinasi mempunyai mekanisme berbeda dan durasi kerja yang
dapat meningkatkkan derajat bronkodilator dengan risiko efek samping obat lebih
rendah dibandingkan dengan meningkatkan dosis bronkodilator tunggal.
• Kombinasi SABA dan SAMA lebih baik dibandingkan pengobatan tunggal.
• Pengobatan dengan formoterol dan tiotropium dalam inhaler yang berbeda
mempunyai dampak yang lebih besar pada FEV1 dibandingkan dengan pemberian
tunggal.
• Pemberian kombinasi LABA dan LAMA juga banyak tersedia. Pada satu uji klinis
kombinasi ini mempunyai pengaruh yang lebih besar pada laporan akhir pasien
diabndingkan dengan monoterapi. Pemberian kombinasi ini disarankanpada pasien
dengan risiko rendah eksaserbasinya.
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
Anti inflamasi
• ICS (Inhaled Corticosteroid) Banyak penelitian menemukan pengobatan regular
dengan ICS tunggal tidak hanya memodifikasi paru maupun mortalitas pasien
demgan PPOK. Penggunaan ICS kombinasi dengan LABA lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian tunggal.
• Glukokortikoid oral penggunaan lama glukokortikoid tunggal mempunyai efek
samping yang besar.
• PDE4 inhibitor prinsip kerja nya ialah mengurangi inflamasi dengan
menghambat pecahnya cyclic AMP intraseluler. Meningkatkan fungsi paru dan
mengurangi eksaserbasi sedang dan berat.
© Maya Puspita 2021
TERAPI RUMATAN
Anti inflamasi
• Antibiotik penggunaan azitromisin (250mg/hari atau 500mg 3x/minggu) dan
eritromisin (500mg 2x/hari) jangka Panjang tidak terbukti mengurangi eksaserbasi
dalam 1 tahun. Penggunaan azitromisin berhubungan dengan peningkatan insidiensi
resisten bakteri dan berkurangnya fungsi pendengaran.
• Agen mucoregulator dan antioksidan Pengobatan regular dengan mukolitic
seperti erdostein, karbostein dan n-acetisistein mengurangi risiko eksaserbasi.
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
Terapi pada PPOK stabil
• Berdasarkan pada assessmen keparahan
obstruksi jalan nafas, gejala, riwayat
eksaserbasi, paparan pada faktor risiko dan
komorbiditas.
• Dapat menggunakan CAT atau mMRC score)
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
Terapi eksaserbasi
• Didefisiniskan sebagai perburukan gejala
respiratorik.
• Dicetuskan oleh beberapa faktor, yang paling
sering ialah infeksi tractus respiratorius.
• Tujuan terapi eksaserbasi PPOK ialah
meminimalisir pengaruh negative dari
eksaserbasi yang ada dan mencegah
pengulangan.
© Maya Puspita 2021
eksaserbasi
Ringan diterapi dengan SABA
Sedang diterapi SABD ditambah antibiotik dan/atau kortikosteroid oral
Berat memerlukan perawatan intensif.
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease
(Part I)
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
© Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021
1. Seorang laki-laki, 60 tahun , perokok datang kepuskesmas karena sesak yang semakin
memberat. Batuk berdahak sejak 6 th yang lalu. 1 minggu ini batuk bertambah banyak dg
dahak kental. Pernah berobat ke RS dan didiagnosis sebagai penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK). Pada kasus tersebut obstruksi disebabkan karena kelainan pada :
a. hipertropi mukkosa, bronkokonstriksi , fibrotisasi dinding bronkus, sumbatan mukus pada
lumen bronkus
b. hiperreaktifitas bronkur
c. pendesakan dari luar lumen bronkus
d. hambatan pengembangan paru
e. hilangnya surfaktan pada alveolus
1. Seorang laki-laki, 60 tahun , perokok datang kepuskesmas karena sesak yang semakin
memberat. Batuk berdahak sejak 6 th yang lalu. 1 minggu ini batuk bertambah banyak dg
dahak kental. Pernah berobat ke RS dan didiagnosis sebagai penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK). Pada kasus tersebut obstruksi disebabkan karena kelainan pada :
a. hipertropi mukosa, bronkokonstriksi , fibrotisasi dinding bronkus, sumbatan mukus
pada lumen bronkus
b. hiperreaktifitas bronkur
c. pendesakan dari luar lumen bronkus
d. hambatan pengembangan paru
e. hilangnya surfaktan pada alveolus
2.Manakah di bawah ini penyebab intrathoracic terjadinya batuk kronik?
a. Chronic Allergic Rhinitis
b. Post Nasal Drip Syndrome
c. Upper Airway Cough Syndrome
d. Medication
e. Bronchiectasis
2.Manakah di bawah ini penyebab intrathoracic terjadinya batuk kronik?
a. Chronic Allergic Rhinitis
b. Post Nasal Drip Syndrome
c. Upper Airway Cough Syndrome
d. Medication
e. Bronchiectasis
3.Seorang laki laki 48 tahun datang dengan keluhan sesak dirasakan terus menerus sejak
3 hari SMRS, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca atau emosi, batuk ada
berdahah terutama saat pagi hari, demam tidak ada.Pasien mempunyai riwayat merokok
sejak 10 tahun dengan 1 bungkus per hari. Pemeriksaan fisik TD 130/80 mmhg, N 84
x/m, S 36,7, RR 24 x/m. Spirometri FEV1/FVC pasca bronkodilator 65%, FEV1
predicted 50%. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena gejala yang sama 1 bulan yang
lalu, mMRC 1. Pasien diketahui menderita PPOK daan rutin mendapatkan obat sejak 1
bulan terakhir.
Apakah derajad PPOK dari pasien diatas dan bagaimana tatalaksananya?
a.GOLD 1, Bronkodilator
b.GOLD 2, LAMA
c.GOLD 2, LAMA + LABA
d.GOLD 3, LAMA atau LABA
e.GOLD 4, LAMA or LAMA + LABA
3.Seorang laki laki 48 tahun datang dengan keluhan sesak dirasakan terus menerus sejak
3 hari SMRS, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca atau emosi, batuk ada
berdahah terutama saat pagi hari, demam tidak ada.Pasien mempunyai riwayat merokok
sejak 10 tahun dengan 1 bungkus per hari. Pemeriksaan fisik TD 130/80 mmhg, N 84
x/m, S 36,7, RR 24 x/m. Spirometri FEV1/FVC pasca bronkodilator 65%, FEV1
predicted 50%. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena gejala yang sama 1 bulan yang
lalu, mMRC 1. Pasien diketahui menderita PPOK daan rutin mendapatkan obat sejak 1
bulan terakhir.
Apakah derajad PPOK dari pasien diatas dan bagaimana tatalaksananya?
a.GOLD 1, Bronkodilator
b.GOLD 2, LAMA
c.GOLD 2, LAMA + LABA
d.GOLD 3, LAMA atau LABA
e.GOLD 4, LAMA or LAMA + LABA
4 Vaksin yang disarankan pada pasien dengan PPOK sesuai dengan standart GOLD
2021 adalah?
a. Vaksin COVID-19
b. Vaksin BCG
c. Vaksin Pneumococcus
d. Vaksin Hep-B 0
e. Vaksin Difteri
4 Vaksin yang disarankan pada pasien dengan PPOK sesuai dengan standart GOLD
2021 adalah?
a. Vaksin COVID-19
b. Vaksin BCG
c. Vaksin Pneumococcus
d. Vaksin Hep-B 0
e. Vaksin Difteri
5.Seorang pasien 61 thn, datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 3 hari.sesak
dirasakan terus menerus. Tidak hilang dengan istirahat. setiap jalan 100m pasien
mengeluhkan sesak. 3 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan sesak yang sama. pasien
memiliki Riwayat merokok sejak 20 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
TD : 130/90 mmhg, RR: 28x/m N: 95x/m T :37,5 C. dari pemeriksaan penunjang
didapatkan spirometri FEV1 <30%. manakah tatalaksana yang paling tepat untuk pasien
ini ?
a.LAMA
b.LABA
c.LABA + ICS
d.Bronkodilator
e.ICS
5.Seorang pasien 61 thn, datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 3 hari.sesak
dirasakan terus menerus. Tidak hilang dengan istirahat. setiap jalan 100m pasien
mengeluhkan sesak. 3 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan sesak yang sama. pasien
memiliki Riwayat merokok sejak 20 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
TD : 130/90 mmhg, RR: 28x/m N: 95x/m T :37,5 C. dari pemeriksaan penunjang
didapatkan spirometri FEV1 <30%. manakah tatalaksana yang paling tepat untuk pasien
ini ?
a.LAMA
b.LABA
c.LABA + ICS
d.Bronkodilator
e.ICS
TERIMAKASIH