postmodern is me

33
A.ABSTRAK Dengan perkembangan teknologi yang sedemikian canggih, masyarakat saat ini masih merasa berada di era modern. Bahkan, mungkin sebagian besar orang berpikir bahwa era modern adalah era terakhir. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Hidup bergulir, dunia berputar, dan perkembangan teruslah menjadi proses yang tidak berujung. Saat ini, disadari atau tidak, masa modern telah bergerak lebih jauh memasuki era baru yang ditandai dengan perubahan paradigma di berbagai bidang kehidupan. Berbicara mengenai pergeseran masa dari modern ke postmodern sesungguhnya memang lebih tepat merupakan pembicaraan mengenai pergeseran filsafat hidup modernisme ke postmodernisme. Modernisme dianggap dalam keadaan sekarat meskipun belum sepenuhnya kehilangan kekuatan, dan sedang dalam proses digantikan oleh postmodernisme.

Upload: muhammad-aliev-indrayana

Post on 26-Jul-2015

233 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah postmodernisme

TRANSCRIPT

Page 1: Postmodern is Me

A. ABSTRAK

Dengan perkembangan teknologi yang sedemikian canggih, masyarakat saat ini

masih merasa berada di era modern. Bahkan, mungkin sebagian besar orang berpikir bahwa

era modern adalah era terakhir. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Hidup bergulir,

dunia berputar, dan perkembangan teruslah menjadi proses yang tidak berujung. Saat ini,

disadari atau tidak, masa modern telah bergerak lebih jauh memasuki era baru yang ditandai

dengan perubahan paradigma di berbagai bidang kehidupan. Berbicara mengenai pergeseran

masa dari modern ke postmodern sesungguhnya memang lebih tepat merupakan pembicaraan

mengenai pergeseran filsafat hidup modernisme ke postmodernisme. Modernisme dianggap

dalam keadaan sekarat meskipun belum sepenuhnya kehilangan kekuatan, dan sedang dalam

proses digantikan oleh postmodernisme.

Page 2: Postmodern is Me

B. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan

kebudayaan. Modernisme dianggap sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru

yaitu posmodernisme.Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern.

Posmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman

modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Posmodern ingin memiliki

cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah

dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Posmodern mengkritik modernisme yang

dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini

ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, posmodern menganggap media yang ada

saat ini hanya berpusat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.

Topik ini sangat penting sekali untuk kita bahas, karena selain akan menambah

pengetahuan, kita juga akan tahu definisi dari postmodernisme, sejarah lahirnya

postmodernisme, para tokoh-tokohnya, dan juga teori dasar postmodernisme dan lain-lain.

Page 3: Postmodern is Me

2. Rumusan masalah

1). Bagaimana sejarah lahirnya postmodernisme?

2). Siapa saja para tokoh dan apa teori dasar postmodernisme?

3. Tujuan pembahasan

1). Ingin memahami sejarah lahirnya postmodernisme

2). Ingin memahami siapa saja para tokoh postmodernisme dan apa saja teori dasar

Postmodernisme.

Page 4: Postmodern is Me

C. PEMBAHASAN

1. Sejarah lahirnya postmodernisme

     Postmodern terdiri dari dua kata yaitu “Post” dan “Modern”, menurut Romo Tom Jacob

modern berarti : (1)terbaru, mutakhir,(2) sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan

tuntutan zaman.1 Sehingga dunia sekarang ini masih termasuk dalam arti modern. Sedang

kata “post” dalam postmodernisme bukanlah yang dimaksud berupa sebuah periode atau

waktu, namun lebih kepada sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern.

Konsep postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modern yang dianggap telah

gagal dalam melanjutkan proyek pencerahannya.

Singkatnya menurut Romo Tom Jacob, kata postmodern ini memilki dua arti yaitu:

1. Nama untuk reaksi terhadap modernism yang dipandang kurang human, dan mau kembali

kepada situasi pra-modernisme dan sering ditemukan dalam fundamentalisme

2. Suatu perlawanan terhadap yang lampau yang harus diganti dengan sesuatu yang serba

baru dan tidak jarang menjurus kearah sekulerisme.2

Ciri-Ciri Postmodernisme

     Ciri-ciri  dari posmodern adalah :

-    Menginginkan penghargaan besar terhadap alam.

-    Menekankan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.

-     Mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi.

-     Menerima tantangan agama lain terhadap agama dominant.

-     Menerima dan peka terhadap agama baru.

-      Menggeser dominasi kulit putih di dunia barat.

-      Mendorong kebangkitan golongan tertindas, seperti golongan ras, gender, kelas sosial

yang tersisihkan.

-     Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya interdependensi secara radikal dari

semua pihak dengan cara yang dapat terpikirkan.3

1 Tom Jacob, SJ, Paham Allah: Dalam Filsafat, Agama-Agama dan Teologi, Yogyakart : Kanisius, 2002, hal.2502 Ibid. hal.250-2513 Sallie McFague dalam buku Dr. Munir Fuady,2005

Page 5: Postmodern is Me

Arti dan pengertian postmodernisme (postmo) merupakan salah satu istilah yang

sangat sulit dan membingungkan. Bertens menyatakan dengan sangat tepat postmodernisme

sebagai pengertian yang menimbulkan iritasi yang bukan alang kepalang (in-expiration idea)

oleh karena setiap ahli berbicara dengan pengertiannya sendiri.4 Bahkan ada yang

mengatakan bahwa pemikiran postmodernisme merupakan suatu kekacauan di dalam alam

berfikir manusia. Namun demikian, perlu kita simak kenapa terjadi sejenis chaos yang

ditimbulkan oleh pemikiran postmo? Tentunya ada sesuatu yang menarik yang dikemukakan

oleh postmodernisme di dalam kehidupan kontemporer manusia dewasa ini. Istilah postmo

tentunya tidak terlepas dari modern atau modernisme. Setidak-tidaknya postmo merupakan

reaksi terhadap modernisme.5

MODERNISME

Modernisme di dalam kebudayaan barat lahir dari masa Aufklarung (pencerahan).

Sejak masa pencerahan manusia tergoda dengan kehidupan modernitas (modernity) untuk

menjadi seorang modern, manusia yang hidup di dalam suatu lingkungan yang menjanjikan

avonturisme, kekuasaan, kesenangan, pertumbuhan, transformasi dari diri sendiri dan dunia,

dan pada waktu yang bersamaan menimbulakn ketakutan, karena ancaman terhadap

kehidupan yang membinasakan segala sesuatu, menghancukan segala sesuatu yang dikenal

manusia dan keberadaan manusia itu sendiri. Demikianlah apa yang dirumuskan oleh

marshall bergman mengenai ide modernitas.6

Ide modern yang lahir sejak abad pencerahan berjalan sekitar 150tahun dari

pertengahan abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-19 yaitu permulaan abad industri dalam

kebudayaan barat. Era ini disebut sebagai proyek pencerahan (enlightenment project). Proyek

Aufklarung di atas menumbuhkan sebagai pandangan humanisme, yaitu sutau kepercayaan

terhadap kemampuan akal sebagai jalan menuju kesatuan humanitas, memecahkan berbagai

jenis misteri alam serta kehidupan sosial.

Proses modernisasi sebenarnya tidak semata-mata ditentukan oleh hubungan material.

Terjadi pula proses dialektis antara kemajuan material dan perkembangan ide-ide.

4 Hans Bertens, the idea of the postmodern: A History (1996), hlm. 3-19.5 Kevin Hart, postmodernism (2004), chapter one hlm. 1-25.6 Lihat Philip Hancock & Melissa Taylor, Work, Postmodernism and Organization (2001), hlm 11

Page 6: Postmodern is Me

Proses modernisme merupakan suatu dialog antara dimensi-dimensi material dan

ideal, yaitu antara organisasi sebagai proses sosial dan modernisasi sebagai gerakan

intelektual. Dalam bidang ilmu-ilmu sosial dapat disebutkan beberapa tokoh sebagai pentolan

modernisme ataupun yang antimodernisme yaitu Max Weber, Friedrich Nietzsche, Karl

Marx, dan Emile durkheim.7

Max Weber menyatakan bahwa modernisasi di dalam dimensi-dimensi kehidupan

masyarakat hanya dapat dimengerti di dalam penyebaran bentuk-bentuk rasionalitas. Sebagai

contoh organisasi modern lebih mementingkan metode efisiensi diatas pertimbangan

mengenai tujuan. Dalam hal sistem birokrasi dalam organisasi sosial tampak bahwa peranan

rasio di dalam meningkatkan efisiensi.

Tokoh lain yang merupakan tokoh kontroversial pada zamannya yaitu Friedrich

Nietzsche. Banyak sekali pemikiran Nietzsche keliru diartikan tetapi sebenarnya mengandung

pesan mengenai bahaya modernisasi. Sesuai dengan pandangan Nietzsche, modernisasi telah

mneyebabkan dekadensi moral sehingga menuju pada jalan nihilisme. Kepercayaan yang

membuta terhadap akal manusia menurut Nietzsche dewasa ini sudah waktunya untuk

mengadakan dari segala nilai-nilai. Dengan demikian Nietzsche merupakan seorang pelopor

yang menentang modernitas yang melihat hubungan linear antara akal dan kemajuan.

Karl Marx mempunyai kepercayaan bahwa kemampuan akal manusia8 merupakan

kekuatan yang mendasari dinamika modernisasi. Pendapat Marx ini juag dimiliki baik oleh

Weber maupun Durkheim. Mereka beranggapan bahwa akal manusia dapat mengatasi potensi

dehumanisasi di dalam kehidupan sosial. Bagi Marx hal ini dapat diwujudkan melalui

revolusi ploretariat, sedangkan bagi Durkheim hal tersebut dapat diatasi di dalam kehidupan

sosial manusia yang organis dalam memupuk rasa solidaritas. Bagi Weber potensi

dehumanisasi dari modernisasi dapat diatsi melalui lahirnya apa yang disebutnya “tatanan

politik yang kharismatis”.

Pemikiran-pemikiran para filsuf dan pemikir sosial di dalam era modern tersebut

diatas menunjukkan kesamaan mereka di dalam menggali dasar-dasar perubahan sosial dari

masyarakat serta bagaimana mengarahkannya kepada kemajuan manusia (human progress).

7 Ibid, hlm 14-168 Abidin, Zainal, Filsafat Manusia :Memahami manusia melalui filsafat, hlm 29

Page 7: Postmodern is Me

Pemikiran mereka itu sebagai anak dari abad modern, menyatukan antara ilmu

pengetahuan, akal dan perbuatan sambil mengakui adanya berbagai ketegangan yang

dilahirkan di dalam perubahan masyarakat tetapi tetap kebenaran tampak di depan manusia

yaitu “progress”.

Postmodernisme sangat beragam dan sangat sulit diidentifikasikan.9 Hal ini

disebabkan karena pemikiran postmodernisme sangat “open ended” serta ketiadaan definisi

karena pada suatu ketika pemikiran postmo tertarik pada masyarakat yang tercecer, juga yang

di dalam kelimpahan ataupun manusia yang hidup di dalam dunia yang terilusinasikan. Pada

suatu ketika postmo tertarik pada generasi yang sedang memberontak pada generasi tua,

sewaktu-waktu pula postmo menarik perhatian dari generasi yang muak terhadap kemajuan

dewasa ini serta kehidupan yang lebih baik terasa sangat jauh. Generasi postmo kadang-

kadang memimpikan kemerdekaan bukan merupakan suatu keharusan, tetapi lebih

merupakan suatu keharusan tetapi lebih merupakan suatu yang ada. Individu lebih berharga

dari kehidupan kolektif.

Postmo di dalam hal tertentu merupakan suatu produk dari keputusasaan dapat

merefleksikan suatu optimisme yang palsu. Dapat dikatakan postmo merupakan suatu konsep

yang penuh teka-teki yang menawarkan kondisi budaya manusia di dalam milenium baru ini.

Di dalam kaitan ini postmo menyatakan perang terhadap modernisasi. Bahkan modernisasi

telah dikuburkan.10 Kita hidup di dalam masyarakat dan budaya kontemporer yaitu di dalam

dunia maya, yang menyandang fenomena kehidupan baru seperti ruang cyber, kenyataan

virtual (virtual reality) bahakan ada yang mengatakan suatu zaman akhir dari sejarah seperti

pandangan Francis Fukuyama. Postmo menolak berbagai asumsi epistemologis, menolak

konvensi-konvensi metodologis yang diakui selama ini, postmo melawan berbagai klaim

ilmu pengetahuan, postmo menguatkan berbagai versi kebenaran dan menolak berbagai

rekomendasi kebijakan.

Apabila paham modernisme membawa sejarah manusia dalam suatu janji terhadap

kemajuan yang tidak terhindarkan, serta membebaskan umat manusia dari ketidaktahuan dan

irasionalitas, pandangan optimisme ini ditantang oleh postmo.

9 Lihat Arthur Asa Berger, portable postmodernist (2003), hlm viii-ix; David Lyon, postmodernity (2005); Hans Bertens, The idea of the Postmodern: A history (1996).10 Prof. H. A. R Tilaar, Globalisasi, modernisasi, perubahan sosial; hal 42

Page 8: Postmodern is Me

Postmo beranggapan bahwa modernisme telah membawa kebudayaan barat,

industrialisasi, urbanisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, negara-bangsa di dalam suatu jalan

tol kebudayaan barat. Semua kemajuan tersebut menurut postmo bahkan tidak membawa

kepada kemajuan serta kebebasan manusia, tetapi sebaliknya telah menyebabkan perbudakan,

pemasungan, dan represif terhadap kehidupan manusia.

Postmo menantang pendapat adanya suatu pandangan dunia yang menyeluruh, yang

global, baik pandangan tersebut merupakan pandangan politis, agama dan sosial.

Modernisme telah mereduksikan masyrakat di dalam marxisme, kristianisme, fasisme,

stalinisme, kapitalisme, demokrasi liberal, humanisme sekuler, feminisme, ilmu pengetahuan

modern yang semuanya merupakan sebagai logosentris,11 suatu metanarasi atau narasi besar

(grand narration) yang seluruhnya mengasumsikan adanya kemajuan di masa depan. Postmo

tidak menjanjikan suatu pemecahan atau alternatif baru terhadap tantangannya kepada

modernisme, tetapi mengupas asumsi-asumsi yang mendasari narasi besar yang telah

dikembangkan oleh modernisme.12

Postmo mempertanyakan mengenai superioritas dari masa kini terhadap masa yang

lalu, terhadap yang modern dibandingkan dengan pramodern. Postmo menolak preferensi

kepada yang kompleks, kepada gaya hidup urban, dan kepada kehidupan yang didominasi

oleh akal tetapi memberikan penekanan kepada kehidupan rural yang rutin, kepada kehidupan

tradisional, kepada yang suci dan yang partikular serta irrasional. Hal-hal tersebut semuanya

telah ditolak oleh modernisme termasuk emosi, perasaan, intuisi, spekulasi, pengalaman

pribadi, kebiasaan, kosmologi, magis, sentimen keagamaan, dan pengalaman mistis.

Postmo juga mempertanyakan mengenai kemungkinan menghilangkan batas-batas

disiplin yang kaku seperti antara ilmu-ilmu kemanusiaan serta sosial dan kesenian dan

literatur. Demikian pula postmo mempertanyakan perbedaan antara kebudayaan dan

kehidupan, teori dan fiksi, citra dan realitas. Dengan demikian postmo merobek-robek batas-

batas antar disiplin seperti yang kelihatan di dalam arsitektur, seni, film, jurnalistik, bahasa,

filsafat, pendidikan, agama dan berbagai jenis disiplin dewasa ini. Dengan kata lain, postmo

mempunyai sifat indisipliner.

11 Pandangan Jacques Derrida. Lihat Stuart Sim, the routledge companion to postmodernism (2005), hlm. 26212 Ibid., hal 43

Page 9: Postmodern is Me

Postmo memberikan perhatian terhadap penangkapan, citra dan oleh sebab itu lebih

mementingkan daripada yang tekhnis, yang praktis dan efisien. Demikian pula postmo

menolak berbagai hal yang bersifat konvensional, seperti diskursus akademis yang linear,

tetapi lebih mementingkan kepada bentuk-bentuk provokatif, yang menantang dalam

persentasi, oleh sebab itu postmo lebih difokuskan kepada diskursus alternatif dan mencari

pengertian-pengertian lain dibandingan kepada penekanan terhadap tujuan, pemilihan,

kelakuan seseorang. Postmo mempertanyakan segala sesuatu yang telah dianggap benar

(taken for granted).

Postmo menentang pandangan-pandangan empirisme dan science modern

berdasarkan logis rasional13 oleh karena :

1. Ilmu pengetahuan moderen telah gagal memenuhi janjinya di dalam memecahkan

berbagai persoalan manusia sebagai contoh berbagai riset secara kumulatif untuk

memecahkan masalah kesehatan manusia, penderitaan manusia seperti kemiskinan

belum dapat memberikan solusi yang diharapkan sampai sekarang ini.

2. Terdapat pratik penyalahgunaan ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan

ternyata digunakan oleh kelompok yang berkuasa. Riset kebanyakan dilaksanakan

untuk keperluan-keperluan dari struktur kekuasaan di dalam masyarakat. Dua perang

dunia membuktikan betapa ilmu pengetahuan telah menghasilkan alat-alat pembunuh

massal yang berarti telah menghancurkan kebudayaan dan peradaban umat manusia.14

3. Terdapat antara fungsi dan kenyataan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan

modern ternyata tidak mengikuti standart formalnya tetapi mengikuti kemauan dari

sumber kekuasaan di dunia ini.

4. Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan modern tidak berdaya di dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Sebagai suatu

contoh ilmu pengetahuan tidak berdaya di dalam menghadapi bahaya dari

perkembangan senjata nuklir serta senjata-senjata pemusnah masaal lainnya. Selain

dari pada itu masalah kelaparan, kemiskinan, deteriorasi lingkungan, merupakan hal-

hal yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan modern.

13 Pauline Marie Rosenau, Postmodernism and the Social Sciences (1992), hlm. 10-1114 Ibid., hlm 44

Page 10: Postmodern is Me

5. Ilmu pengetahuan modern ternyata tidak memerhatikan mengenai keberadaan mistis

dan metafisik dari manusia. Hal-hal metafisik dan mistik merupakan hal yang sepele

di dalam rangaka kajian ilmu pengetahuan modern.

6. Ilmu pengetahuan modern memberikan perhatian yang sangat kecil terhadap hal-hal

yang normatif dan yang etis yang seharusnya ilmu pengetahuan modern itu sendiri

harus memenuhi tuntutan-tuntutan normatif dan etis dari kehidupan manusia.

7. Ilmu pengetahuan modern membuat segala sesuatu sangat kongret, sehingga

mengabaikan apa yang disebut puitis. Di dalam hal ilmu pengetahuan sosial, postmo

merupakan suatu jawaban terhadap kekurangan-kekurangan yang tidak diperhatikan

sedangkan hal-hal tersebut merupakan bagian, bahkan yang lebih penting di dalam

kehidupan manusia ketimbang penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Di dalam sejarah perkembangan postmo sebenarnya telah terjadi jauh sebelum

kepopuleran istilah ini. Namun postmo baru memperoleh momentum kelahirannya pada

tahun 1950-an. Postmo sebenarnya telah pada akhir abad ke-19 khusunya di dalam bidang

seni lukis. Pada tahun 1917 seorang filsuf Jerman Rudolf Panwitz, berdasarkan falsafah

Nietzsche mengatakan bahwa kebudayaan pada saat itu adalah budaya yang nihilistik.

Selanjutnya pada tahun 30-an istilah postmo tampak di dalam karya Frederico de Onis ketika

dia menggunakan istilah ini untuk menghindari diri dari aliran modernisme di dalam kritik

literatur. Menurut Featherstone, postmo dikembangkan secara menonjol pada tahun 1960-an

oleh sekelompok artis dan penulis di New York yang mengadakan reaksi terhadap avant

garde modernisme. Aliran postmo mencapai puncaknya pada tahun 1972 dalam bidang

arsitektur ketika pada 15 juli 1972 di St. Louis, Missouri, pada pukul 3.32 sore, kompleks

perumahan Pruitt-Igoe dirontokkan. Kompleks perumahan tersebut merupakan kompleks

yang diperuntukan kepada kaum miskin, sehingga telah dihancurkannya suatu rencana ruang

abstrak buat masyarakat miskin yang kemudian telah menjadi suatu geto yang tidak

manusiawi. Rancangan ruang di dalam kompleks perumahan tersebut merupakan buah dari

rasionalitas zaman Aufklarung.15

15 Lihat Hans Bartens, op cit, hlm. 53-81

Page 11: Postmodern is Me

Sebagai suatu narasi besar, postmo menolak persepsi morganisme yang beranggapan

bahwa realitas yaitu kebenaran, keindahan, moralitas, merupakan hal-hal yang objektif.

Postmo menekankan kepada dunia sosial yang tidak atau belum eksis dan oleh sebab itu

menunggu untuk ditemukan. Apa yang kita sebut sebagai realitas sosial sebenarnya

merupakan konsepsi kita terhadap realitas. Oleh karena konfigurasi antara, kekuasaan,

pengetahuan, subyektivitas, permainan bahasa, suatu model realiatas mempunyai berbagai

privilege, dan oleh sebab itu merupakan salah satu versi dari realitas, atau suatu versi dari

keindahan serta suatu versi dari moralitas.

Oleh sebab itu Aufkalrung telah memproyeksikan suatu dunia yang baik tetapi

ternyata merupakan suatu kekeliruan oleh karena dunia yang diciptakannya merupakan suatu

dunia yang tiranis, serta didasarkan kepada pemikiran-pemikiran yang rasional dari kelompok

masyarakat pada saat itu.16

2. Para tokoh dan teori dasar postmodernisme

Sungguhpun postmodernisme sulit untuk didefinisikan seperti yang telah

digambarkan diatas namun terdapat beberapa tokoh pemikir yang dapar dianggap sebagai

pemikir bahkan pelopor postmo khususnya di dalam bidang ilmu-ilmu sosial.17 Tokoh-tokoh

tersebut ialah Lyotard, Michel Foucault dan Derrida. Ketiga tokoh tersebut adalah pemikir

prancis kontemporer.

Jean-Francois Lyotard (1928-1999)

Lyotard di dalam eseinnya pada tahun 1979, The Post Modern Condition: A Report on

Knowledge telah mempopulerkan istilah postmodernisme di dalam lingkungan falsafah dan

ilmu-ilmu sosial. Lyotard dianggap sebagai pelopor dari meta teori postmodernisme. Adalah

Lyotard yang merumuskan postmodernisme sebagai fenomena intelektual dan kultural yang

secara kultural disebut metanarasi. Yang dimaksudkan Lyotard dengan metanarasi ialah suatu

bentuk narasi untuk melegitimasikan suatu pengetahuan atau tindakan.

16 Ibid, hlm. 4617 Pauline Marie Rosenau, op cit. Hlm. 72-80

Page 12: Postmodern is Me

Menurut Lyotard metanarasi yang terkenal ialah pandangan positivisme dalam ilmu

penegtahuan alam dan tradisi spekulatif dari idealisme Jerman. Kedua pendapat tersebut

mencapai titik puncaknya pada materialisme historis dari Marx. Menurut Lyotard dalam

sejarah modernisme menunjukkan kegagalan dari metanarasi tersebut yang ternyata hanyalah

merupakan fiksi belaka.

Sebagai contoh misalnya Mraxisme adalah suatu pemikiran yang menjanjikan

kemajuan serta emansipasi yang ternyata tidak dapat diwujudkan. Demikian pula kelompok

ilmu-ilmu kealaman yang mendasarkan metanarasinya kepada objektivitas serta kemajuan

(progress) tidak dapat mempertahankan kenyataan metafisisnya di dalam tuntutannya bahwa

ilmu pengetahuan dapat menyebabkan emansipasi serta kemajuan.

Kombinasi dari ketidakpercayaan terhadap metanarasi serta pengakuan terhadap

adanya berbagai kebenaran dari ilmu pengetahuan inilah yang dimaksud oleh Lyotard sebagai

kondisi postmodernisme ilmu pengetahuan. Lyotard dengan demikian menolak metanarasi

dan lahirnya suatu epistemologi yang pluralistis.18

Dia mengunggul-unggulkan heterogenitas dari ilmu pengetahuan serta mengagungkan

keragaman dari narasi-narasi sebagai dasar dari ilmu pengetahuan modern serta menghargai

apa yang disebutnya permainan bahasa (language game). Dia mengatakan bahwa kita perlu

mempelajari dan mengakui serta menghargai legitimasi dari pengertian-pengertian yang

berada di dalam bahasa dengan demikian Lyotard menolak pendapat falsafah Aufklarung

yang menuntut adanya universalisasi serta totalisasi dari suatu pengertian termasuk antara

lain kepercayaan konsensus di dalam politik. Lyotard di dalam hal ini menyatakan suatu

sentimen antidemokratis karena dia melihat adanya tirani dari mayoritas sebagaimana dapat

pula terjadi adanya tirani dari minoritas. Dia melihat pemecahan konflik dari permainan

bahasa sebagai sesuatu dinamika di dalam kebudayaan yang menghargai berbagai jenis/cara

pengertian dan pengalaman di dunia. Lyotard menganjurkan pengertian ”maximum

performance” yang lahir dari pandangan dunia ilmiah yang berdasarkan kepada politik

pluralistik dari keragaman. Inilah antar lain pengertian ”difference.”

18Alwasilah, A. Chaedar, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, hlm 78

Page 13: Postmodern is Me

Menurut Lyotard bahasa hanya dapat digunakan oleh seorang yang bebas dan otonom

yang dapat memberikan arti terhadap bahasa itu. Bahasa merupakan suatu pengetian diri dan

posisi sosial seseorang. Arti individu sebagai diri pribadi merupakan suatu produk dari

struktur linguistik yang memberikan batas-batas subyektifitas.

Jacques Derrida (1930-2004)19

Pemikiran Derrida terutama dikenal di dalam kaitannya sebagai seorang

poststrukturalis. Sumbangannya terhadap postmodernisme terutama di dalam metode

dekonstruksi. Metode ini berasal dari falsafah Yunani seperti Plato dan Aristoteles tentang

prinsip-prinsip rasional atau logos di dalam pengertiannya terhadap realitas. Prinsip universal

ini yaitu mencari prinsip rasional yang mendasari kenyatan atau logi sebagai dasar berpikir

dan juga dasar bertindak.

Menurut Derrida asumsi mengenai prinsip rasional atau logi berakar kuat di dalam

buadaya barat. Inilah yang disebutnya logosentris yaitu berpusat kepada prinsip metafisik

yang diturun-temurunkan dalam masyarakat. Metode dekonstruksi adalah menusuk jauh ke

dalam text untuk mengetahui berbagai pengertian yang terkandung di dalamnya yang secara

resmi di-sanction dengan apa yang disebut canon.

Untuk dapat mengetahui suatu text diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan prinsip logosentris yang ada.

2. Meneliti kembali arti yang telah diberikan terhadap kata tersebut terutama kepekaan

dalam pembenaran terhadap logi tersebut.

3. Menentukan apa yang telah dituntut oleh ilmu pengetahuan tersebut, artinya

interpretasinya yang memengaruhi ide kita atau keterangan kita atau interpretasi kita.

Tujuan dari dekonstruksi adalah bukan semata-mata di dalam analisis bahasa tetapi

untuk mengetahui untuk mengetahui bagaimana suatu text secara historis dan budaya

dikonstruksikan dan bukan mencari dasar-dasar metafisis dari text tersebut.

19 H.A.R. Tilaar , Manifesto Pendidikan Nasional, hlm 48

Page 14: Postmodern is Me

Derrida percaya bahwa para filsuf haruslah membebaskan diri dari keinginan mencari

dasar-dasar rasional dari prinsip-prinsip universal tetapi tertuju kepada analisis yang

mendasar atau dekonstruksi dari bahasa yang digunakan yang merupakan legitimasi dari

dasar-dasar lembaga sosial, budaya, politik, ekonomi, dan lembaga-lembaga pendidikan.

Dasar-dasar tersebut berupa diskursus baik berbentuk oral atau tertulis yang mencoba

menerangkan realitas. Apa yang dijadikan masalah ialah bukan kenyataan (realitas) tetapi

bagaimana para menulis, para pencetus ide, dan para pemakai dari diskursus tersebut di

dalam menginterpretasikan realitas. Oleh sebab interpretasi merefleksikan pengalaman

pribadi seseorang, maka kita perlu menyimak bagaimana individu atau kelompok

menggunaan bahasa yang muncul dari pengalamannya sendiri. Pengalaman seseorang

merupakan suatu konstruksi arti dalam melegitimasi serta membenarkan kontrolnya terhadap

institusi. Postmodernis bertujuan untuk dekonstruksi ide-ide yang mendasari lembaga-

lembaga sosial dan budaya untuk mencari asumsi-asumsi yang mendasarinya, presuposisi-

presuposisi dan arti dari ide tersebut. Asumsi-asumsi yang melegitimasikan ide-ide tersebut

disebut canon.20

Michel Foucault (1926-1994)

Adalah seorang filsuf dan juga seorang historian. Foucault beranggapan bahwa

kebenaran berasal di dalam konteks historis dan hubungan kekeuasaan di dalam budaya,

lembaga atau sistem sosial. Oleh sebab itu filsafat Foucault berdasarkan kepada premis-

premis sebagai berikut:

1. Hubungan antara kebenaran dan kekuasaan

2. Adanya rezim kebenaran

3. Penggunaan diskursus

Seperti Derrida, Foucault menolak adanya kebenaran universal yang dihasilkan oleh

spekulasi metafisik. Kebenaran tidak lahir dari suatu pandangan universal atau suatu

spekulasi metafisik. Keadilan juga tidak datang dari seorang raja filsuf menurut versi Plato.

Sebagaimana juga para filsuf postmodernis Foucault menolak anggapan yang dinobatkan akal

sebagai sumber pengetahuan manusia.

20 Asep Ahmad Hidayat, filsafat Bahasa, hlm 78

Page 15: Postmodern is Me

Dia menolak metode ilmiah yang dapat menemukan kebenaran yang obyektif dari

ilmu pengetahuan. Dia juga menolak adanya pengetahuan obyektif yang terbuka untuk semua

orang dan secara merata dapat berguna bagi semua orang.

Salah satu pengertian yang dikemukakan oleh Foucault mengenai hubungan antara

kebenaran dan kekuasaan ialah apa yang disebutnya genealogi yaitu teknik kekuasaan yang

berasal atau yang menggunakan legitimasinya serta kontrol. Foucault berpendapat bahwa di

dalam masayarakat hubungan antara kebenaran dan kekuasaan tetap ada. Bahkan pengertian

mengenai benar dan salah, normal dan penyimpangan sebenarnya berdasarkan pada struktur

kekuasaan. Dalam metode Diskursus seseorang atau sekelompok dapat menuntut kebenaran

menurut persepsinya tetapi orang atau kelompok yang lain juga dapat menggunakannya

untuk menolaknya.21

Dari ketiga pemikir postmodernisme tersebut diatas dapat kita ambil kesimpulan

yaitu:

1. Akal manusia dapat menemukan rahasia-rahasia alam semesta, serta bagaimana

masyarakat memanfaatkannya.

2. Metode ilmiah yang berdasarkan kepada penemuan empiris serta verifikasi

merupakan petunjuk yang pasti dan/sebagai alat yang sangat rasioanal untuk

menemukan kebenaran.

3. Science dapat menemukan hukum-hukum alam yang memberikan penjelasan

rasioanl mengenai kenyataan serta memberikan bimbingan dalam memperbaiki

kehidupan manusia serta masyarakat.

Postmodernisme hal-hal seperti :

1. Kebenaran universal seperti yang diklaim oleh filsuf-filsuf metafisika. Kebenaran

tersebut bersifat abadi demikian pula adanya nilai-nilai abadi.

2. Ideologi pencerahan (Aufklarung) mengklaim adanya satu metode di dalam

approach rasionalitas.

21 Ibid, hlm 51

Page 16: Postmodern is Me

3. Modernisme mengklaim bahwa ide inilah yang merupakan kekuatan di dalam

menciptakan masyarakat maju di masa depan.

Di tengah-tengah hiruk pikuk pemikiran postmodernisme dapat diidentifikasikan dua

aliran besar yaitu postmodernisme afirmatif dan postmodernisme skeptikal.22

1. Postmodernisme afirmatif

Meskipun para pemikir postmodernisme afirmatif berbeda pendapat dengan

postmodernisme skeptik, keduanya mempunyai kesamaan ialah kritiknya terhadap

modernitas. Namun demikian bagi postmodernis mereka mempunyai pandangan yang

optimis terhadap abad postmodern. Pandangan optimis tersebut terutama pada para pemikir di

Amerika Utara yang mempunyai pendapat tentang proses yang afirmatif terhadap kritiknya

atas modernisme.

Kelompok ini seperti aliran New Age di dalam agama sampai kepada New Life Style

yaitu meliputi spektrum yang luas di dalam gerakan sosial postmodernis. Kebanyakan

pemikir postmodernis afirmatif mencari praktik-praktik intelektual ontologis yang tidak

dogmatif, tentatif dan non-ideologis. Mereka berpendapat bahwa suatu susunan nilai bersifat

superior dari yang lain artinya mereka mengakui adanya suatu susunan nilai tertentu yang

ditolak oleh kelompok postmodernisme skeptik.23

2. Postmodernisme skeptial

Postmodernisme sekeptik menyuguhkan suatu pandangan yang pesimistik, negatif

mengenai pemikiran-pemikiran postmodernisme sebagai sesuatu yang sangat fragmentaris,

disintegrasi, tanpa arti dan kabur yang menunjukkan ketiadaan parameter moral serta

kekacauan masyarakat, sebagaimana dikemukakan antara lain oleh Baudrillard.

Terinspirasikan oleh filsafat Heidegger dan Nietzsche, pandangan ini merupakan gambaran

kegagalan dan keputusasaan yang dinyatakan di dalam ungkapan-ungkapan kematian serta

hilangnya subyek atau berakhirnya seorang pengarang. Selanjutnya pandangan ini

menyatakan ketidakmungkinan dari kebenaran serta penyangkalan adanya tatanan

representasi.

22 Pauline Marie Rosenau, op cit, hlm. 14-1723 Ibid, hlm. 52

Page 17: Postmodern is Me

Dengan demikian sifat-sifat destruktif dari modernisme telah menyebabkan abad

postmodernisme sebagai suatu era yang radikal, tak tertembusi dan ketidakpastian. Dengan

kata lain era postmo merupakan suatu era yang suram, kejam, teralineasi, tanpa harapan,

kelelahan, dan keragu-raguan. Tidak ada suatu proyek yang dimungkinkan untuk dijadikan

sebagai suatu komitmen. Masa depan adalah dunia yang padat penduduk (over population),

bunuh diri, kebinasaan, dengan weapons of mass destruction, apocalypse, kerusakan

lingkungan serta ledakan-ledakan matahari bahkan berakhirnya sistem solar, kematian dari

jagad raya melalui entrophy. Memang masih ada kegembiraan hidup, namun hal tersebut

hanya merupakan suatu parodi dan bersifat sementara, tanpa arti (meaningless) karena hanya

menunggu hari kiamat. Oleh sebab itu tidak ada kebenaran, segala sesuatu adalah permainan,

permainan dari kata-kata.

Kritik terhadap postmo

Salah satu kelemahan postmo ialah kegagalannya untuk mencermati secara mendalam

asumsi-asumsi yang dikemukakannya. Kalau demikian halnya maka postmo berbentuk

metanarasi sendiri yang sebenarnya ingin dibabatnya. Dengan demikian postmo memerlukan

self dekonstruksi di dalam agendanya agar supaya pemikirannya, konsep-konsep yang

dilahirkannya tidak bertentangan dengan satu dengan yang lain. Sepertim kita lihat pemikir-

pemikir postmo tidak mempunyai kesatuan pendapat, bahkan banyak sekali bertentangan satu

dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena postmo memberikan nilai yang kecil terhadap

teori-teori besar dan tidak mempunyai pretensi untuk membangun suatu teori.

Kedua, postmo menolak kepada adanya hierakisme serta keraguannya terhadap apa

yang dihasilkan oleh pencerahan intelektual dalam logika, rasionalitas. Namun demikan apa

yang disebut dekonstruksi adalah sebenarnya suatu logika tingkat tinggi atau suatu proses

terhadap analitas.

Ketiga, postmo tidak mengadakan pengkajian atau mengevaluasisesuatu apakah baik

atau jelek. Memang postmo mempunyai andil yang besar sekali di dalam perhatian yang

diberikannya terhadap hal-hal yang irrasional, yang marjinal, yang tersisihkan atau yang

dibisukan. Tetapi juga terdapat kelemahan di dalam pemikiran postmo karena mereka itu anti

terhadap prioritisasi.

Page 18: Postmodern is Me

Keempat, postmo menekankan kepada apa yang disebutnya intertektualitas. Namun

demikian apa yang diinspirasikan oleh Derrida, sebenarnya mereka melihat teks di dalam

isolasi.24

Kelima, banyak kaum postmo menolak kriteria modern di dalam mengevaluasi suatu

teori. Namun demikian penolakan terhadap kriteria tersebut merupakan kriteria tersendiri

yang dibangun oleh kaum postmo itu sendiri.

Keenam, postmo secara terbuka menolak kriteria modernitas. Namun mereka sendiri

tidak mempunyai kriteria yang solid dalam mengadakan evaluasi terhadap kenyataan.

Ketujuh, postmo mengatakan bahwa apa yang mereka katakan atau tuliskan hanyalah

merupakan narasi lokal, artinya yang hanya berlaku untuk lingkungannya sendiri. Namun

demikian mereka juga menuntut akan kebenaran apa yang diucapkan atau yang ditulisnya

sehingga dengan demikian merupakan suatu kontradiksi.

Selanjutnya postmo mempunyai pendapat yang bersifat indeterminasi linguistik.

Pendapat ini akan menbawa bahasa akan kehilangan artinya. Oleh sebab apabila bahasa

sangat relatif atau arbitrer, maka pengetahuan kita akan tidak mempunyai fundasi. Dan

akhirnya ilmu-ilmu sosial tidak dapat berbicara banyak karena kehilangan makna.

Demikianlah beberapa kritik yang diarahkan kepada postmo. Namun demikian harus

kita akui bahwa dewasa ini postmo telah memasuki hampir-boleh dikatakan-seluruh aspek

kehidupan manusia. Di dalam buku yang di editori Stuart Sim25 dimuat ulasan-ulasan

mengenai postmo dalam bidang filsafat, bidang politik, gerakan feminisme, life style, agama,

postokolonialisme, sains dan tekhnologi, arsitektur, seni, film dan televisi, fiksi, musik,

budaya populer.

Sebagai penutup dapat kita simak pendapat yang menarik dari David Lyon,26 seorang

profesorkanada yang menelusuri postmodernisme dari akar budaya barat. Menurut lyon,

postmodernisme berakar dari ide barat mengenai kebahagiaan.

24 Ibid, hal.256, ini dikutip dari Makalah Filsafat Umum-Postmodernisme oleh Hafid Maulanan25 Stuart Sim, The Routledge Companion to Postmodernism (2005).26 David Lyon, Postmodernity (2005, second printing).

Page 19: Postmodern is Me

Mulanya ide kebahagiaan yang disebutnya providence merupakan kreasi tuhan dalam

mengantar ciptaannya menuju kepada suatu tujuan tertentu. Ide ini diisi oleh seorang fillsuf

kristen besar yaitu agustinus dari Hippo pada abad ke-4 dalam bukunya The city of god. Buku

ini sebenarnya telah meletakkan dasar dari perkembangan peradaban barat. Providensialisme

mengingkari adanya gerakan siklis dari sejarah dan terarah kepada masa depan yang penuh

harapan yaitu masa depan yang optimis.27 Ide Agustinus tersebut berkembang pada masa

abad pertengahan dan kemudian pada masa kejayaan akal manusia yaitu masa Aufklarung.

Providensialisme tersebut diyakini dapat dicapai melalui akal manusia. Dengan menekankan

kepada kemampuan dan peranan akal dan meniadakan intervensi Tuhan, lahirlah pandangan

sekuler dari providensialisme tersebut yang bermuara kepada The Idea of Progress.

Sungguhpun pada mulanya ide Aufklarung untuk menghilangkan rasa ketidakpastian

dan ambivalensi akal manusia yang otonom berbuah menjadi suatu dogma.

Relativisme ilmu pengetahuan mulai dibangun di dalam pemikiran modern. Namun

demikian, dengan akal orang terus mencari hukum-hukum universal dari alam, sehingga

dengan demikian konsep relativisme merupakan suatu gangguan. Pertentangan inilah yang

akan melahirkan relativisme dari Nietzsche yang mengatakan bahwa universalisme

merupakan suatu mimpi manusia modern yang sia-sia. Lahirlah nihilisme yang dibawa oleh

pemikiran modernitas.

Modernisme berkembang pesat pada masa Victoria, serta pada masa kolonialisme

eropa dan perkembangan amerika utara oleh para imigran. Kepercayaan terhadap kemajuan

merupakan suatu bendera kehidupan pada waktu itu. Kepercayaan terhadap progress tersebut

berkembang dengan pesat pada abad 18-19 sampai pecahnya perang dunia I. Pada waktu

World Fair tahun 1933 diselenggarakan di Chicago dengan tema “A Century of Progress,”

pada waktu yang sama lahirlah Nazi Hitler yang menjanjikan progress yang lain yatu

nasional sosialisme dengan rancangan kesehatan serta kemajuan otomobil. Kepercayaan

terhadap progress seakan-akan meredup pada perang dunia ke-II, namun setelah itu terjadi

perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta ledakan

konsumen. Konsep modernitas menjadi dasar dari perubahan yang besar ini yang membuat

suatu perubahan besar di dunia.

27 J.B Bury, The Idea of Progress (1993).

Page 20: Postmodern is Me

Namun demikian, pada akhir PD II terjadi kehancuran kolonialisme dengan lahirnya

negara-negara baru. Imigrasi besar-besaran, serta industrialisasi telah menyebabkan degradasi

lingkungan serta bahaya kehilangan sumber-sumber daya yang unrenewable, sampai kepada

bahaya menipisnya lapisan ozon. Semua hal ini adalah hasil modernisasi yang sangat

meresahkan postmodernis.28

Postmo di dalam sejarah perkembangan manusia dewasa ini berkenaan dengan

fenomena kultural dan intelektual, produksi industri serta konsumsi dan distribusi dari

symbolic goods. Di dalam bidang ilmu pengetahuan misalnya dikenal pada tahun 1990-an

suatu tantangan terhadap trinitas baru, yaitu trinitas abad pencerahan: akal, alam, dan

progress yang merupakan perlawanan terhadap konsep trinitas yang lama.

Postmo menentang kejadian-kejadian tersebut yang dianggap sebagai wabah dari

kemanusiaan. Dan oleh sebab itu, postmo tidak dapat dimengerti tanpa mengupas mengenai

perjalanan modernitas itu sendiri.

Suatu hal yang nyata ialah postmo berkaitan dengan perubahan sosial dan perubahan

kebudayaan. Pada dasarnya, postmo merupakan kajian terhadap perubahan kebudayaan

dalam arti yang luas. Inilah kaitan antara postmo dan studi kultural.

Mengambil kesimpulan mengenai postmo merupakan suatu yang mustahil. Lebih-

lebih lagi postmo di dalam ilmu-ilmu sosial baru merupakan anak bawang sehingga sulit

untuk menentukan paradigma-paradigma atau bentuk yang akan diambil. Dapat dikatakan

sifat dan bentuk postmo masih sangat kabur. Kontribusinya secara substantif masih bersifat

bayang-bayang dan fragmentaris, bahkan menunjukkan sifat yang berubah-ubah dan tidak

seimbang. Postmo afirmatif dan postmo kritis kedua-duanya menunjukkan kekuatan dan

kelemahannya. Namun demikian harus diakui, peranan postmo dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dewasa ini termasuk ilmu-ilmu sosial yang sangat besar.

28 Lihat juga Jonathan Bignell, Postmodern Media culture (2000)

Page 21: Postmodern is Me

D. KESIMPULAN

1. kata “post” dalam postmodernisme bukanlah yang dimaksud berupa sebuah periode atau

waktu, namun lebih kepada sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern.

Konsep postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modern yang dianggap

telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahannya. Istilah postmo tentunya tidak

terlepas dari modern atau modernisme. Setidak-tidaknya postmo merupakan reaksi

terhadap modernisme.

2. Tokoh-tokoh postmodernisme dan teori dasarnya :

Jean-Francois Lyotard (1928-1999)

Lyotard di dalam eseinnya pada tahun 1979, The Post Modern Condition: A Report on

Knowledge telah mempopulerkan istilah postmodernisme di dalam lingkungan falsafah

dan ilmu-ilmu sosial. Lyotard dianggap sebagai pelopor dari meta teori postmodernisme.

Adalah Lyotard yang merumuskan postmodernisme sebagai fenomena intelektual dan

kultural yang secara kultural disebut metanarasi

Jacques Derrida (1930-2004)

Pemikiran Derrida terutama dikenal di dalam kaitannya sebagai seorang poststrukturalis.

Sumbangannya terhadap postmodernisme terutama di dalam metode dekonstruksi.

Metode ini berasal dari falsafah Yunani seperti Plato dan Aristoteles tentang prinsip-

prinsip rasional atau logos di dalam pengertiannya terhadap realitas. Prinsip universal ini

yaitu mencari prinsip rasional yang mendasari kenyatan atau logi sebagai dasar berpikir

dan juga dasar bertindak.

Michel Foucault (1926-1994)

Adalah seorang filsuf dan juga seorang historian. Foucault beranggapan bahwa kebenaran

berasal di dalam konteks historis dan hubungan kekeuasaan di dalam budaya, lembaga

atau sistem sosial. Oleh sebab itu filsafat Foucault berdasarkan kepada premis-premis

sebagai berikut:

1. Hubungan antara kebenaran dan kekuasaan

2. Adanya rezim kebenaran

3. Penggunaan diskursus

Page 22: Postmodern is Me

E. DAFTAR PUSTAKA

Prof. H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional, cet.1. jakarta: Penerbit

Buku Kompas.

Asep Ahmad Hidayat. 2006. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prof. Dr. A. Chaendar Alwasilah, M.A. 2010. Filsafat Bahasa dan Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Alwasilah, A. Chaedar, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung : Remaja

Rosdakarya, cet.I,2008.

Abidin, Zainal, Filsafat Manusia :Memahami manusia melalui filsafat, Bandung : PT

Remaja Rosda Karya, Cet.III 2003.