tata lingkungan melalui environmental is me

Upload: ojunchan

Post on 06-Jul-2015

402 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dan masalah lingkungan bukan lagi menjadi masalah suatu bangsa dan negara saja tetapi seluruh dunia dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks dan pelik. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah pangan, energi, kerusakan lingkungan, industrialisasi, pencemaran, pengangguran perekonomian sampai masalah sosial sepintas tampaknya terpisah-pisah tetapi kalau dicermati akan tampak bahwa permasalahan tersebut saling kait mengait dan bersumber pada rangkaian masalah pokok yang sangat vital yaitu perkembangan ilmu dan teknologi serta benturan terhadap tata lingkungan. Selain itu, kejadian banjir Jakarta, luapan lumpur Lapindo, ledakan Petrokimia Gresik, hingga kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan merupakan akibat dari buruknya tata kelola lingkungan yang ada. Pembangunan infrastruktur perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan perencanaan yang kurang baik. Pembangunan gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, perumahan, pabrik, dan sebagainya kurang memperhatikan aspek tata ruang kota. Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur dan terbatasnya ketersediaan lahan nampaknya menjadi salah satu faktor terjadinya disintegrasi dalam pembangunan di perkotaan.

1

Konsekuensi logis atas keadaan tersebut adalah semakin sempitnya lahan yang tersisa untuk kawasan hijau. Melihat peristiwa-peristiwa di atas maka disinilah perlu peran aktif para biolog yang tidak hanya sebagai scientist tapi juga sebagai engineering yang ikut serta dalam mencari solusi atas permasalahan di atas. Oleh karena itu, upaya-upaya pengendalian perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat memberikan dampak signifikan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup adalah pengelolaan lingkungan hidup melalui program pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka hijau. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan serta pelestarian lingkungan hidup tidak hanya butuh kuantitas yang besar melainkan konsistesi yang sustainable.Hal ini di karenakan lingkungan tidak hanya di manfaatkan saat ini saja,melainkan akan menjadi tempat hunian masyarakat luas selamanya. Paradigma yang mengacu pada konsep sustainable merupakan suatu proses perubahan yang terencana yang didalamya terdapat keselarasan serta peningkatan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam. Namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas

2

lingkungan. Kondisi lingkungan hidup yang makin buruk seperti pencemaran udara, peningkatan suhu, penurunan air tanah, dan lain-lain khususnya di perkotaan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi. Pakar ekologi hutan, J.P. Kimmins University of British Columbia berpendapat nilai baik dan tidak baik yang telah dipahami manusia dari nilainilai masyarakat, nilai-nilai agamanya belum cukup untuk menyelesaikan masalah. Paham yang berkembang kemudian diistilahkan dengan

environmentalisme, yaitu mengelola lingkungan tetap seimbang untuk jangka panjang antara kebutuhan manusia-sosialnya di lingkungan dan kebutuhan lestarinya fungsi dan integritas ekosistem agar menjadi dukungan terhadap keanekaragaman bentuk kehidupan di bumi.

1.2 Maksud dan Tujuan Melibatkan Biologi dan cabang-cabang ilmunya serta faham

enviromentalisme sebagai dasar dalam pengelolaan lahan maupun lingkungan sekitar, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan dan terjadilah kedinamisan antara kehidupan manusia dan lingkungan. Sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat akan ekosistem di tempat mereka tinggal dan dapat mengatasi masalah lingkungan sekitar dengan system penataan ruang dan lingkungan hidup melalui environmentalisme.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Ilmu Biologi Pengetahuan secara sistematis terhadap dunia sekeliling telah banyak disusun oleh para pendahulu ilmuwan di seluruh dunia yang terhimpun dalam rumpun ilmu hayati dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu segi murni yang menitik beratkan pada pengetahuan dan segi terapan yang menitik beratkan pada perbuatan (Gie & The, 1998). Ilmu murni hayati disebut Ilmu Biologi dan segi terapan seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan sebagainya. Biologi adalah bagian dari life science bersama dengan ilmu kedokteran, sebagaimana ditunjukkan pada bagan berikut:

Saat ini, biologi telah berkembang menjadi cabang ilmu seperti Anatomi, Sitologi, Ekologi, Embriologi, Evolusi, Genetika, Morfologi, Fisiologi, dan Taksonomi. Selain itu tidak menutup hubungan dengan ilmu terapan dalam rumpun hayati tersebut dan justru segi terapan banyak memanfaatkan temuan-temuan dari segi ilmu murni.

4

Dinamisasi ilmu sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Ilmu Mikrobiologi sebagai contoh sangat dipengaruhi adanya permintaan tentang pengobatan berbagai penyakit pada manusia dan hewan, dan selanjutnya tumbuhan dalam bidang pertanian. Penelitian untuk menemukan solusi persoalan yang berkembang dalam masyarakat

menjadikan ilmu-ilmu terus mencari hal baru baik segi murni, material baru, rekayasa genetika maupun terapan.

2.2 Masalah Lingkungan Permasalahan degradasi lingkungan hidup, digambarkan dari semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kualitas lingkungan yang semakin memburuk karena tidak adanya ruang penampung bagi buangan kegiatan manusia. Padahal dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah diatur bahwa pada hakekatnya ruang terbagi ke dalam dua kategori, yaitu kawasan budidaya atau terbangun dan kawasan lindung (alam, konservasi). Walau telah ada peraturannya, namun pada kenyataannya telah terjadi degradasi kualitas lingkungan air, udara, dan tanah karena lemahnya penegakkan hukum (Hasni, 2009). Untuk dapat memulihkan keseimbangan lingkungan yang rusak adalah penting untuk menciptakan keragaman dalam sistem lingkungan. Semakin beragam isi lingkungan maka makin stabil sistem tersebut. Beragamnya isi lingkungan akan memperbesar daya dukung lingkungan untuk menampung gangguan-gangguan. Pembangunan pada hakekatnya menimbulkan

keragaman dan diversifikasi dalam kegiatan ekonomi. Semakin beragam

5

kegiatan ekonomi semakin besar kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil. Namun demikian, keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha meragamkan sistem lingkungan. Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah diperhitungkan segi lingkungan hidup dan diusahakan keselarasan antara pengembangan keragaman kegiatan ekonomi dengan pengembangan keragaman sistem lingkungan (Adisendjaja, 2003).

2.3 Konsep Environmentalisme Environmentalisme adalah gabungan dari bahasa Inggris environment dan ism. Environment dimaksudkan sebagai lingkungan di sekitar kita, sedangkan ism merupakan sebuah faham. Berdasarkan arti tersebut, maka dari environmentalisme adalah suatu ideologi atau doktrin yang terkait dengan alam sekitar. Menurut Monkhouse (1970) dalam The Dictionary of Geography, environmentalisme didefinisikan sebagai doktrin falsafah yang menekankan pengaruh alam sekitar ke atas corak kehidupan manusia. Dalam The New Encylopedia Britannica pula environmentalisme

didefinisikan sebagai suatu teori yang menekankan kepentingan faktor alam sekitar dalam mencorakkan pembangunan budaya dan masyarakat. Bullock (1977) dalam The Fontana Dictionary of Modern Thought mendefinisikan environmentalisme sebagai doktrin falsafah yang memberi penekanan kepada faktor alam sekitar seperti iklim dunia, dihubungkan dengan aktivitas manusia. Berdasarkan beberapa definisi ini, pengaruh alam sekitar dianggap begitu dominan dalam menentu corak, aktivitas serta budaya kehidupan. T.

6

O'Riordan (1976) dalam bukunya Environmentalism memperluaskan ruang lingkup konsep environmentalisme dengan mendefinisikannya kepada tiga aspek yaitu: 1. Environmentalisme merujuk kepada falsafah alam sekitar, yaitu falsafah yang membentuk nilai atau moral sebagai pertimbangan kepada persepsi seseorang akan hubungannya alam sekitar. 2. Environmentalisme merujuk kepada ideologi alam sekitar yaitu aliranaliran pemikiran yang berkait dengan alam sekitar yang mencorakkan bidang-bidang kehidupan yang lain sebagai formula ke arah pembentukan polisi alam sekitar. 3. Environmentalisme merujuk kepada perubahan wujud alam sekitar yaitu aplikasi yang praktikal bagi falsafah alam sekitar sebagai rancangan yang bertindak bagi semua peringkat.

Kesadaran akan pentingnya pemuliharaan alam sekitar mula bangkit di dunia barat terhadap krisis alam sekitar yang melanda mereka. Kemudian kesadaran itu berkembang ke seluruh pelosok dunia sehingga membentuk pemikiran masyarakat dunia. Menurut Zaini Ujang (1992), hal tersebut mempengaruhi berbagai bidang kehidupan sepanjang abad ke 20, bahkan kemunculannya menjadi alternatif bagi pembentukan tata baru dunia atau new world order. Konsep environmentalisme dapat dibagikan ke dalam tiga aspek utama, yaitu:

7

1. Environmentalisme adalah sebagai suatu konsep yang berkait rapat dengan falsafah alam sekitar. Falsafah alam sekitar yang dimaksudkan adalah yang berkenaan dengan hakikat sebenarnya hubungan manusia dan alam sekitar. Falsafah alam sekitar juga menjelaskan bagaimana sebenarnya perilaku yang harmoni ke atas alam sekitar dan bagaimana pula perilaku yang mengganggu keseimbangannya. 2. Environmentalisme adalah satu konsep yang berkait rapat dengan perjuangan berasaskan ideologi alam sekitar. Ideologi merujuk kepada suatu doktrin yang diyakini oleh seseorang individu ataupun sesuatu kumpulan yang menjadi dasar kepada aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Perjuangan yang berasaskan ideologi alam sekitar ini berusaha bagi menerapkan ideologi tersebut ke dalam pemikiran masyarakat sejagat sebagai agenda bertindak dalam lapangan kehidupan. Apabila ideologi ini mendasari seluruh agenda bertindak masyarakat manusia, maka nantinya akan membawa keharmonian terhadap alam sekitar. 3. Environmentalisme adalah suatu konsep yang terkait erat dengan perancangan dan pengurusan alam sekitar. 2.4 Ruang Terbuka Hijau dalam Tata Lingkungan Sejak tahun 1965-an, melalui berbagai upaya sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya eksistensi ruang terbuka hijau (RTH), berbagai program pelestarian fungsi lingkungan dilaksanakan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari ruang terbuka (open space) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat

8

ekologis, sosial-budaya, dan arsitektural yang memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) kebersihan bagi masyarakatnya. dan Program-program penataan RTH penghargaan sebenarnya

lingkungan

pentingnya

dilaksanakan demi kemaslahatan masyarakat (Hasni, 2009). Semakin disadari, RTH perlu ada di antara struktur bangunan beton sebagai pelunak dan penyejuk lingkungan. Bahkan pemerintah kota propinsi DKI Jakarta telah menetapkan beberapa Peraturan Daerah (Perda) sejak tahun 1970-an untuk mendukung eksistensi RTH sebagai penyeimbang kondisi lingkungan terbangun. Hal ini kemudian diikuti pula oleh kota-kota besar lain di seluruh Indonesia (Hasni, 2009). RTH sangat penting, mengingat tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan sangat penting di alam, yaitu dapat dikategorikan menjadi fungsi lansekap (sosial dan fisik), fungsi lingkungan (ekologi), dan fungsi estetika (keindahan). Berdasarkan fungsi utamanya, RTH dibagi menjadi (Irwan, 2007): 1. Pertanian perkotaan, fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan hasil yang digunakan untuk konsumsi yang disebut dengan hasil pertanian kota seperti hasil hortikultura. 2. Taman kota, mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial. 3. Hutan kota, mempunyai fungsi utama untuk peningkatan kualitas lingkungan. Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara

9

merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi barbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi: 1. Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) dan air, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan, serta penahan angin. 2. Fungsi sosial, ekonomi ekspresi (produktif), bidaya dan budaya RTH yang mampu media

menggambarkan

lokal,

merupakan

komunikasi warga kota, tempat rekreasi, pendidikan, dan penelitian. 3. Ekosistem perkotaan, sebagai produsen oksigen serta menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain. 4. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro (halaman rumah dan lingkungan pemukiman) maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Secara umum, ruang terbuka publik (open space) terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang terbuka (open space) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung memberikan manfaat manfaat ekologis, ekonomi sosial-budaya, (kesejahteraan) dan arsitektural yang

bagi

masyarakatnya.

Sementara ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras, berupa pemukiman, danau, maupun areal-areal yang

diperuntukkan khusus sebagai area genangan (retensi/retention basin).

10

Bentuk bentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Gambar 1. Taman soerapati Sumber : auliaardhian.blogspot.com

Gambar 2. Taman Menteng Sumber : koran.republika.co.id

11

BAB III PEMBAHASAN

Untuk mengatasi masalah lingkungan yang telah dijelaskan sebelumnya, diperlukan penataan ruang berkelanjutan yang memiliki empat prinsip yaitu (Surakusumah, 2009) : 1. Prinsip manajemen kota Manajemen kota dalam rangka keberlanjutan, pada esensinya merupakan proses politik. Proses manajemen kota yang berkelanjutan membutuhkan berbagai perangkat penunjang yang potensial untuk dikembangkan sebagai dasar-dasar pengintegrasian sistem lingkungan, sistem sosial, sistem ekonomi. Melalui penerapan perangkat penunjang ini, penyusun kebijakan pembanguna yang berkelanjutan akan menjadi semakin mampu mencakup seluruh perhatian utama dalam suatu sistem yang lebih makro. 2. Prinsip integrasi kebijakan Koordinasi dan integrasi akan dapat terealisasikan apabila terbangun suatu kemauan untuk saling berbagi tanggung jawab. Secara horizontal, proses integrasi diharapkan mampu menstimulasi efek sinergitas yang berkelanjutan dari dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi. Dan secara vertikal, proses integrasi dapat dilakukan antara pemerintahan di daerah, pemerintahan propinsi, lintas departemen di pemerintahan pusat, hingga negara-negara tetangga, dalam satu kesepahaman kebijakan bersama. 3. Prinsip berpikir ekosistem

12

Cara berpikir ekosistem menempatkan kota sebagai suatu system yang kompleks yang berkarakteristik selalu bergerak dan lebih merupakan rangkaian proses perubahan dan pembangunan. Hal ini mengingatkan bahwa dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan, setiap energi, sumber daya alam dan limbah dari setiap kegiatan, membutuhkan perawatan, restorasi dan stimulasi. 4. Prinsip kemitraan Keberlanjutan adalah pembagian tanggung jawab. Kemitraan antara berbagai pihak dengan masing-masing kepentingannya menjadi penting. Sebagaimana diketahui bahwa keberlanjutan merupakan proses belajar, yang didalamnya berisikan learning by doing, saling berbagi pengalaman, pelatihan, dan pendidikan profesi, cross disciplinary working, kemitraan dan jaringan kerja, partisipasi dan konsultasi komunitas, mekanisme pendidikan inovatif, serta peningkatan kesadaran lingkungan, adalah elemen-elemen utama yang harus ditumbuh kembangkan. Manajemen sumber daya alam berkelanjutan membutuhkan pendekatan terintegrasi dalam membangun lingkaran tertutup dari pemanfaatan SDA, energi dan limbah melalui mekanisme: a. Minimalisasi konsumsi SDA, terutama SDA yang tak terbarukan dan memanjangumurkan SDA yang terbarukan.b. Minimalisasi produk limbah melalui pemanfaatan kembali limbah dan atau

recycling.c. Minimalisasi polusi udara, tanah, dan air.d. Meningkatkan proporsi lahan terbuka hijau pada lahan yang kosong.

13

Salah satu cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah lingkungan dapat dilakukan dengan cara pengembangan lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk meningkatkan proporsi lahan terbuka hijau, dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya di halaman rumah atau di lingkungan sekitar rumah maupun di pinggir jalan pada tiap jengkal tanah yang kosong. Upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dengan menyisihkan sebagian ruang kota, terutama di wilayah-wilayah yang rawan bencana, harus segera dilaksanakan. Artinya ruang-ruang yang rawan tersebut bukan diproyeksikan untuk pemukiman, seperti tepian badan air atau mendirikan bangunan pada lereng yang relatif curam. Tumbuh-tumbuhan yang ditanam dapat berupa pohon, semak, perdu, rumput, atau penutup tanah lainnya.

Skema 1. Contoh dari tipologi RTH perkotaan Sumber : kencurz-by.blogspot.com14

Menurut pasal 1 butir 31 UUPR : Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Fungsi pokok Ruang Terbuka Hijau yaitu fisik ekologis (termasuk plasma nutfah), ekonomis (nilai produktif/finansial dan penyeimbang untuk kesehatan lingkungan), dan sosial budaya (pendidikan, nilai budaya). Selain itu RTH juga mempunyai multi fungsi sebagai penghasil oksigen, bahan baku pangan, sandang, papan, bahan baku industri (Hasni, 2009). Perencanaan penataan ruang merupakan konsepsi integrative antar sektor yang saling berkaitan. Inti dari konsep tersebut adalah tercapainya efesiensi dari pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Dalam pembangunan, indikator dari perencanaan tata ruang berkelanjutan dirangkum dalam mind map di bawah ini (Surakusumah, 2009) :

Gambar 3. Indikator perencanaan tata ruang kota15

BAB IV KESIMPULAN

1. Masalah lingkungan memerlukan penataan ruang berkelanjutan yang

memiliki empat prinsip utama yaitu : a. Prinsip manajemen kota b. Prinsip integrasi kebijakan c. Prinsip berpikir ekosistem d. Prinsip kemitraan2. Manajemen SDA berkelanjutan membutuhkan pendekatan terintegrasi

melalui mekanisme:a. Minimalisasi konsumsi SDA. b. Minimalisasi produk limbah melalui pemanfaatan kembali limbah.

c. Minimalisasi polusi udara, tanah, dan air.d. Meningkatkan proporsi lahan terbuka hijau pada lahan yang kosong. 3. Dalam mengatasi masalah lingkungan dapat dilakukan dengan cara

pengembangan lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). 4. Fungsi pokok Ruang Terbuka Hijau yaitu fisik ekologis, ekonomis, dan sosial budaya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. 2003. Analisis Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan (Suatu tinjauan ekologis). file.upi.edu/...BIOLOGI/.../ANALISIS_DAMPAK_PEMBANGUNAN_THDP_LING.pdf. Diakses tanggal 16 Mei 2011. Anonymous. 2010. Hutan Kota. http://www.hutankota.org/. Diakses tanggal 16 Mei 2011. Hasni. 2009.Ruang Terbuka Hijau dalam Rangka Penataan Ruang. http://isjd.pdii. lipi.go.id/admin/jurnal/42093965.pdf. Diakses tanggal 16 Mei 2011. Irwan, Z. D. 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. Surakusumah, Wahyu. 2009. Sistem Penataan Ruang dan Lingkungan Kota Bandung dan Sekitarnya. Jurusan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia. Sumber gambar, dan skema: http://koran.republika.co.id http://auliaardhian.blogspot.com http://kencurz-by.blogspot.com

17