portofolio tetanus rsud kajen lw.doc

18
LAPORAN PORTOFOLIO MEDIS TETANUS Pendamping : dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hanah Disusun Oleh : dr. Emelia Wijayanti RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN 2014

Upload: brigadin

Post on 03-Jun-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 1/18

LAPORAN PORTOFOLIO MEDIS

“TETANUS” 

Pendamping :dr. Imam Prasetyo

dr. Siti Hanah

Disusun Oleh :

dr. Emelia Wijayanti

RSUD KAJEN

KABUPATEN PEKALONGAN

2014

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 2/18

PORTOFOLIO

No ID dan Nama Peserta :Emelia Wijayanti 

No ID dan Nama Wahana:RSUD Kajen Pekalongan 

Topik :MEDIS 

Tanggal (kasus) :02 Januari 2014 

Nama Pasien :Tn. R

Alamat :Kwigaran, Kesesi 

No. RM :166348 

Pendamping :dr. Imam Prasetyo

dr. Siti Hanah 

Tanggal Presentasi :11 Maret 2014

Tempat Presentasi :RSUD Kajen Pekalongan 

Obyektif Presentasi

o  Keilmuan o  Ketrampilan o  Penyegaran o  Tinjauan Pustaka

o  Diagnostik o  Manajemen o  Masalah o  Istimewa

o   Neonatus o  Bayi o  Anak o  Remaja o  Dewasa o  Lansia o  Bumil

Deskripsi

Seorang laki –  laki datang ke UGD RSUD Kajen Pekalongan bersama keluarganya pada tanggal

02 Januari 2014 Pukul 18.20 WIB dengan keluhan kaku seluruh badan sejak 3 jam SMRS, nyeri

gerak, susah membuka mulut dan menelan, serta bengkak pada punggung kaki kanan. Tidak ada

demam, Mual/ Muntah disangkal, BAK/B dalam batas normal.

Tujuan

o  Mengetahui mengenai penyakit dan penatalaksanaan Tetanus 

o  Menelusuri sumber penyakit

o  Mengedukasipasien dan keluarga mengenai penyakit pasien, dan pencegahannya 

Bahan Bahasan

o  Tinjauan Pustaka o  Riset o  Kasus o  Audit

Cara Membahas

o  Diskusi o  Presentasi dan

Diskusi

o  E-mail o  Pos

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 3/18

Data Pasien

Nama :Tn.R   No. Regristasi :166348  Terdaftar sejak :02/01/14 

Nama Klinik :IGD  Telepon : 

Data Utama untuk Bahan Diskusi

1.  Diagnosis/Gambaran Klinis

Seorang laki –  laki datang ke UGD RSUD Kajen Pekalongan bersama keluarganya pada tanggal 02 Januari 2014 Pukul

18.20 WIB dengan keluhan kaku seluruh badan sejak 3 jam

SMRS, nyeri gerak, susah membuka mulut dan menelan,

serta bengkak pada punggung kaki kanan. Tidak ada demam,

Mual/ Muntah disangkal, BAK/B dalam batas normal.

2.  Riwayat Pengobatan 11 hari SMRS pasien berobat ke mantri untuk memeriksakan

lukanya dan dirawat luka serta diberi obat minum.

3.  Riwayat Kesehatan/

Penyakit

sebelumnya

2 minggu SMRS, pasien terkena garpu berkarat di punggung

kaki kanan dan diobati dengan betadin saja.

Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti

ini sebelumnya, dan tidak pernah menderita penyakit asma,

DM, HT, alergi. 

4.  Riwayat Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang

sama seperti pasien, tidak ada yang pernah menderita

 penyakit HT, DM, asma, alergi. 

5.  Riwayat Pekerjaan Pasien seorang petani, Biaya rumah sakit ditanggung oleh

 jamkesmas

6.  Kondisi Lingkungan Tidak diketahui

7.  Riwayat Imunisasi Tidak diketahui

Daftar Pustaka

1). Sjamsuhidajat R, Jong Wd. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005.

2). Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M, et al.

Management and Prevention of Tetanus.  Journal of Long-Term Effects of Medical

 Implants. 2003

3). Ritarwan K. 2004. Tetanus. diakses 10 Juni 2012.

4). Udwadia F, Sunavala J, Jain M, D'Costa R, Jain P, Lall A, et al. Haemodynamic

Studies During the Management of Severe Tetanus. Quarterly Journal of Medicine,

 New Series. 1992.

5). Ogunrin O. Tetanus - A Review of Current Concepts in Management.  Journal of

 Postgraduate Medicine. 2009

Hasil Pembelajaran

1).  Definisi dan Etiologi Tetanus

2).  Tanda dan gejala Tetanus

3).  Penatalaksanaan dan Pencegahan Tetanus

4).  Prognosis Tetanus

5).  Komplikasi Tetanus

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 4/18

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1.  Subyektif

Seorang laki  –   laki usia 65 tahun, datang ke IGD RSUD Kajen Pekalongan bersama

keluarganya pada tanggal 02 Januari 2014 pukul 18.20 WIB dengan keluhan kaku seluruh

 badan sejak 3 jam SMRS, nyeri gerak, susah membuka mulut dan menelan, serta bengkak

 pada punggung kaki kanan. Tidak ada demam, tidak kejang, mual/ muntah disangkal, BAK/Bdalam batas normal. 2 minggu SMRS OS tertusuk garpu berkarat di punggung kaki kanan

sehingga terdapat luka kecil, pasien mengobati dengan dioles betadin saja. 11 hari SMRS

 pasien dibawa keluarganya ke mantri untuk memeriksakan lukanya di mantri, oleh mantriluka dirawat, dan diberi obat minum.

Menurut pasien dan keluarga pasien tidak mempunyai riwayat HT, DM, ataupun alergi.

Pasien memiliki kebiasaan tidak beralas kaki dan tidak memperhatikan kesehatannya. Pasien

sempat menolak dibawa ke RS.

2.  Obyektif

 Tanda

 –  Tanda Vital

   Nadi :73 x/ menit

   Nafas : 24 x/ menit

  Suhu : 36,5 C

  Tekanan Darah : 150/ 70 mmHg

 Pemeriksaan Fisik

  KU/ Kesadaran : TSS/ Compos Mentis

  Mata : pupil isokor  3mm, RC +/+, CA -/-, SI -/-

  Leher : kaku kuduk +

  Mulut : trismus +, risus sardonicus +

  Cor : BJ i>ii regular, murmur -, gallop -

  Pulmo : SD vesikuker, rhonki -/-, wheezing -/-

  Abdomen :

  Inspeksi : datar, peradangan pada kulit -, warna kulit dalam batas normal

 Auskultasi : BU + dalam batas normal

  Perkusi : Timpani

  Palpasi : tegang dan keras +, NT (-)

  Ekstremitas : rigiditas, udema plantar dekstra, luka –  

  Postur Tubuh : Ophistotonus

 Pemeriksaan Laboratorium : - 

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 5/18

3.  Assesment (Diagnosa Klinis)

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Tetanus berdasarkan dari anamesis didapatkan

 pasien mengeluh kaku seluruh badan sejak 3 jam SMRS, nyeri gerak, susah membuka mulut

dan menelan, serta bengkak pada punggung kaki kanan. Pasien juga mempunyai riwayat

terkena garpu berkarat di punggung kaki kanan 2 minggu SMRS yang tidak dirawat dengan

 baik. Riwayat imunisasi tetanus tidak diketahui.Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan gejala

yang medukung untuk ditegakkannya diagnosis tetanus yaitu adanya kaku kuduk (+), trismus

(+), risus sardonicus (+) dan perut tegang dan keras seperti papan, ophistotonus (+).

4.  Plan

PENGOBATAN 

  IVFD RL 20 tpm

  Konsul dr. SpPD, advice :

 Isolasi di Ruang Seroja

 Raber dr. SpS.

 IVFD RL 20 tpm

 ATS 20.000 UI iv Single Dose

 Inj Ceftacidin 2 x 1gr iv skin test

 Inj Metronidazol 3 x 500mg

 Inj Ranitidin 3 x 1 ampul

 Bila kejang extra Inj diazepam iv 1 ampul

 Lab : DL, SGOT, SGPT, GDS, Ureum, Craetinin, Na, K, Cl

  Konsul dr. SpS, advice :

 Inj Phenobarbital 2 x 100mg

 PO Myores 3 x 1 tablet

FOLLOW UP BANGSAL

Tanggal Pemeriksaan Penatalaksanaan

03 Januari 2014 Keluhan Kejang IVFD RL 20 tpm

Inj Ceftacidin 2 x 1gr iv

Inj Metronidazol 3 x 500mgInj Ranitidin 3 x 1 ampul

Inj Phenobarnital 2 x 100mg

Inj Diazepam 2 ampul/ hari

PO Myones 3 x 1 tablet 

Tanda Vital

TD 140/ 70 mmHgHR 80 x/ menit

RR 22 x/ menit

T 37C

04 Januari 2014 Keluhan Kejang Terapi Lanjut

TD 130/ 70 mmHg

HR 76 x/ menit

RR 20 x/ menit

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 6/18

T 37,2C

05 Januari 2014 Keluhan - Terapi Lanjut

TD 120/ 80 mmHg

HR 84 x/ menit

RR 22 x/ menit

T 37,2C

06 Januari 2014 Keluhan Kejang Terapi Lanjut

TD 130/ 80 mmHg

HR 84 x/ menit

RR 20 x/ menit

T 37,4C

07 Januari 2014

Pukul 06.00 WIBSuhu : 40

C

TD : 140/ 90 mmHg

HR : 88 x/ menit

Inj Antrain 1 ampul ekstra

Pukul 08.00 WIB TD : 100/ 50 mmHg

Suhu : 40C

Loading RL 1500 cc

Inf 2 jalur :

Inf RL + Diazepam 2mg 20 tpm

Inf Aminofusid 20 tpm 

Advice dr.SpPD Inj Ceftacidin 2 x 1 gr

Inj Metronidazol 3 x 500mg

Inj dexametashon 4 x 1 a

Inj Antrai k/p jika T > 38C

Pukul 14.30 WIB TD  90/ Palpasi

HR 100 x/ menit

RR 40 x/ menit

T 41C

Pukul 14.35 WIB Keluhan  Kesadaran RJP 3:1

Loading RL 1000cc

TD  Tidak terukur Pasien dinyatakan meninggal

dihadapan keluarga pada pukul

14.35 WIB

A : Syok Septik e.c Tetanus

HR Tidak teraba

RR Tidak ada

T 38, 5C

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 7/18

HASIL LABORATORIUM

LABORATORIUM NORMAL HASIL

Eritrosit 3,5 –  10 x 10  /mm 5,2

Leukosit 3,8 –  5,8 x 10  /mm 3,79

Hb 11,0 –  16,5 gr/dL 11,6Ht 35,0 –  50,0 % 31,9

Trombosit 15- 390 x 10  /mm 360

LED < 20 mm/ jam 30 –  62

Cholesterol  220 mg/dL 153

Triglesired  150 mg/dL 91

HDL ≥ 35 mg/dL  33

LDL  150 mg/dL 102

Asam Urat 3,4 –  7 mg/dL 8,8

SGOT 0-37 U/L 22

SGPT 0-42 U/L 13

Ureum 10 - 50 mg/dL 36

Creatinin 0,6 –  1,1 mg/dL 1,19

Kalium 3,6 –  5,5 mmol/L 4

 Natrium 135 –  155 mmol/L 144

Chlorida 95 –  108 mmol/L 111

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 8/18

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi

Tetanus adalah penyakit akut yang menyerang SSP, disebabkan oleh racun tetanospasmin

yang dihasilkan Clostridium Tetani.Penyakit timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam

tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan

 pemotongan tali pusat.Didalam tubuh kuman berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin

spesifik berupa protein kuat yaitutetanospasmin yang secara umum menyebabkan gangguan

neuromuscular akut berupa trismus, kekakuan, dan kejang otot.

B.  Etiologi

Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.Clostridium tetani adalah organisme bersifat obligat anaerob pembentuk spora, gram positif, bergerak, yang berhabitat ditanah,

debu, dan saluran pencernaan berbagai binatang, kadang feces manusia.

Infeksi tetanus disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob murni.Kuman ini

mudah dikenal karena pembentukan spora dan karena bentuk yang khas.Ujung sel

menyerupai tongkat pemukul gendering atau raket squash.

Spora clostridium tetani dapat bertahan sampai bertahun-tahun bila tidak kena sinar

matahari. Spora ini terdapat di tanah atau debu, tahan terhadap antiseptic, pemanasan 100⁰ c

dan bahkan pada otoklaf 120⁰ c selama 15-20 menit. Dari berbagai studi yang berbeda, spora

ini tidak jarang ditemukan pada feses kuda, anjing dan kucing.Toksin diproduksi oleh bentuk

vegetatifnya.

C.  Pathogenesis

Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk vegetatif bila

ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah.Kuman ini

dapat membentuk metalo-exotosin tetanus, yang terpenting untuk manusia adalah

tetanospasmin.Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal

dan neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor

endplate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf

tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP.

Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap susunan saraf

tepi dan pusat.Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga

mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin, sehingga terjadi

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 9/18

eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada

otot masseter (trismus), pada saat toxin masuk ke sumsum belakang terjadi kekakuan yang

makin berat, pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang.

Bilamana toksin mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum

yang spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi

gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran

kemih, dan neuromuskular.Spame larynx, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperpirexi,

hyperhydrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang

dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan

diazepam dosis tinggi dan pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf

otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti 

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 10/18

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 11/18

4. Tetanus neonatorum

Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada negara yang belum

 berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian neonatus. Penyebab yang sering

adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi untuk memotong tali pusat pada ibu yang

 belum diimunisasi. Masa inkubasi sekitar 3-10 hari. Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit

minum ASI, mulut mencucu dan spasme berat. Angka mortalitas dapat melebihi 70%. Selain

 berdasarkan gejala klinis, berdasarkan derajat beratnya penyakit, tetanus dapat dibagi menjadi

empat (4) tingkatan.

E.  Diagnosis

Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan.Sebagian

 besar penderita mempunyai riwayat trauma dalam 14 hari terakhir.Kelompok khas adalah pada individu yang belum diimunisasi atau pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak

diimunisasi. Jika riwayat trauma dalam 14 hari terakhir didapatkan dari penderita dengan

trismus, kekakuan otot yang menyeluruh dan spasme tetapi tetap sadar, maka dapat

diperkirakan suatu diagnosis tetanus. 

Langkah Diagnosis

Anamnesis 

•  Riwayat mendapat trauma (terutama luka tusuk), pemotongan dan perawatan tali pusat

yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau

gangren gigi.

•  Riwayat anak tidak diimunisasi/ tidak lengkap imunisasi tetanus/ BUMIL/ WUS.

Pemeriksaan fisik

•  Adanya kekakuan lokal atau trismus.

•  Adanya kaku kuduk, risus sardonicus, opisthotonus, perut papan.

•  Kekakuan extremitas yang khas : flexi tangan, extensi kaki dan adanya penyulit

Pemeriksaan Penunjang

•  Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis.

•  Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus. Namun

demikian, kuman C. tetani dapat ditemukan di luka orang yang tidak mengalami tetanus,

dan seringkali tidak dapat dikultur pada pasien tetanus. Biakan kuman memerlukan

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 12/18

 prosedur khusus untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan yang positif tanpa

gejala klinis tidak mempunyai arti. Hanya sekitar 30% kasus C. tetani yang ditemukan

 pada luka dan dapat diisolasi dari pasien yang tidak mengalami tetanus.

•   Nilai hitung leukosit dapat tinggi.

•  Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.

•  Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL atau lebih, dianggap sebagai imunisasi dan

 bukan tetanus.

•  Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat meningkat.

•  Pemeriksaan elektroensefalogramnormal dan pada pemeriksaan elektromiografi hasilnya

tidak spesifik.

Setelah diagnosis tetanus dibuat harus ditentukan derajat keparahan penyakit.Beberapasystem scoring tetanus dapat digunakan, diantaranya adalah skor Philips, Dakar, Ablett, dan

Udwada.System scoring tetanus juga sekaligus bertindak sebagai penentu prognosis.

Tabel 1. Skor Phillips untuk menentukan derajat Tetanus

Parameter Nilai

Masa inkubasi

< 48 jam

2-5 hari

6-10 hari

11-14 hari

>14 hari

5

4

3

2

1

Lokasi infeksi

Internal dan umbilical

Leher, kepala dan dinding tubuh

Ekstremitas atas

Ekstremitas bawah

Tidak diketahui

5

4

3

2

1

Status imunisasi

Tidak ada

Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonates)

> 10 tahun yang lalu

< 10 tahun yang laluImunisasi lengkap

10

8

4

20

Factor Pemberat

Penyakit atau trauma yang mengancam nyawa

Keadaan yang tidak langsung mengancam nyawa

Keadaan yang tidak mengancam nyawa

Trauma atau penyakit ringan

ASA derajat I

10

8

4

2

1

Sumber : Farrar, el al, 2000

System scoring menurut Phillips dikembangkan pada tahun 1967 dan didasarkan pada

empat parameter, yaitu masa inkubasi, lokasi infeksi, status imunisasi, dan factor pemberat.

Skor dari keempat parameter tersebut dijumlahkan dan interpretasikan sebagai berikut:

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 13/18

1.  Skor <9 : tetanus ringan

2.  Skor 9-16 : tetanus sedang

3.  Skor >16 : tetanus berat

Table 2. Sistem scoring Tetanus menurut Ablett

Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada

distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan

hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30

kali/menit, disfagia ringan.

Grade III A (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang

memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40

kali/menit, apneic spell , disfagia berat, takikardia ≥ 120

kali/menit.

Grade III B (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi

 berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan

 bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.

Sumber: Cottle, 2011

Sistem skoring menurut Ablett juga dikembangkan pada tahun 1967 dan menurut

 beberapa literatur merupakan sistem skoring yang paling sering digunakan Udwadia (1992)

kemudian sedikit memodifikasi sistem skoring Ablett dan dikenal sebagai skor Udwadia.

Table 3. Sistem scoring Tetanus menurut Udwadia

Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada

distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan

hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30

kali/menit, disfagia ringan.

Grade III A (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang

memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40

kali/menit, apneic spell , disfagia berat, takikardia ≥ 120

kali/menit, keringat berlebih, dan peningkatan salivasi.

Grade III B (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom

 berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler: hipertensi

menetap (> 160/100 mmHg), hipotensi menetap (tekanan

darah sistolik < 90 mmHg), atau hipertensi episodik yang

sering diikuti hipotensi.

Sumber: Udwadia 1992

Sistem skoring lainnya diajukan pada pertemuan membahas tetanus di Dakar, Senegal pada

tahun 1975 dan dikenal sebagai skor Dakar. Skor Dakar dapat diukur tiga hari setelah muncul

gejala klinis pertama.

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 14/18

Table 4. Sistem scoring Dakar untuk Tetanus

Factor prognostic Skor 1 Skor 0

Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui 

Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari 

Tempat masuk Umbilicus, luka bakar,

uterus, fraktur terbuka, luka

operasi, injeksi

intramuscular.

Penyebab lain dan penyebab

yang tidak diketahui

Spasme Ada Tidak ada

Demam > 38, 4 ⁰C < 38,4 ⁰C

Takikardi Dewasa > 120 kali/menit

 Neonates > 150 kali/menit

Dewasa < 120 kali/menit

 Neonates < 150 kali/menit

Sumber: Ogunrin 2003

Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:

  Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas < 10%

  Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%

  Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%

  Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas > 50%

F.  Diagnosis Banding

1.  Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis.  Pada ketiga diagnosis tersebut tidak

dijumpai trismus, risus sardonikus. Namun dijumpai gangguan kesadaran dan terdapat

kelainan likuor serebrospinal.

2.  Tetanidisebabkanolehhipokalsemia. Secara klinis dijumpai adanya spasme

karpopedal.

3.  Keracunan striknin : minum tonikum terlalu banyak (pada anak).

4.  Rabies:dijumpai gejala hidrofobia dan kesukaran menelan, sedangkan pada

anamnesis terdapat riwayat digigit binatang pada waktu epidemi.

5.  Poliomielitis  :paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya trismus. Pemeriksaan

cairan serebrospinalis menunjukkan leukositosis. Virus polio diisolasi dari tinja dan

 pemeriksaan serologis, titer antibodi meningkat.

6.  Trismus akibat proseslokal yang disebabkan oleh mastoiditis, otitis media supuratif

kronis (OMSK) dan abses peritonsilar. Biasanya asimetris.

7.  Tonsilitis berat :panas tinggi, kejang tidak ada tetapi trismus ada.

8.  Efek samping fenotiasin : riwayat minum obat fenotiasin. Kelainan berupa sindrom

ekstrapiramidal yaitu reaksi distonik akut, torsicolis dan kekakuan otot

9.  Kaku kuduk  pada mastoiditis, pneumonia lobaris atas, miositis leher dan spondilitis

leher.

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 15/18

G.  Tatalaksana

I. Penatalaksanaan Umum

1.  Merawat dan memebersihkan luka sebaik-baiknya.

2.  Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila trismus makanan diberi

 pada sonde parenteral.

3.  Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar.

4.  Oksigen pernafasan dan trakeotomi bila perlu.

5.  Mengatur cairan dan elektrolit.

II. Penatalaksanaan Khusus

1. Antitoksin

Antitoksin 20.000 IU/I.M selama 2 hari.Pemberian baru dilaksanakan setelahdipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.

•  Tes mata 

Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1 tetes larutan antitoksin tetanus 1:10

dalam larutan garam faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam faali,

dalam 20 menit maka akan tampak kemerahan dan bengkak pada konjungtiva,

reaksi (+).

•  Tes kulit  

Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali, disuntik

intrakutan maka dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan dan

indurasi lebih dari 10 mm maka reaksi (+).

•  Bila tes mata dan kulit keduanya positif maka antitoksin dapatdiberikan secara

 bertahap.

2. Anti kejang/Antikonvulsan

  Fenobarbital (luminal) 3 x 100 mg/I.M. untuk anak diberikan mula-mula 60-100

mg/I.M lalu dilanjutkan 6 x 30 mg hari (max. 200 mg/hari). 

  Klorpromasin 3 x 25 mg/I.M/hari untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg BB. 

  Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB/1.M/4 jam. 

3. Antibiotik

  Penizilin prokain 1, juta IU/hari atau tetrasiflin 1 gr/hari/I.V Dapat memusnakan

oleh tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 16/18

  Penisilin G 100.000 –  200.000 IU/kgBB/hari dibagi 2-4 dosis.

  Metronidazole 500 mg/6 jam/I.V

4. Trakeostomi

  Spasme berkepanjangan dari otot respirasi.

  Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan.

  Obstruksi laring.

  Koma.

H.  Pencegahan

1.  Perawatan luka jika terdapat luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora

tetanus.

2.  Humanisasi pasif

Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk : ATS dari serum kuda; Tetanus

Immunoglobulin Human (TIGH). Pemberian sebaiknya didahului dengan tes kulit dan

mata.DosisATS :1500 – 3000 ui.m / 3000 – 5000 u i.m. Dosis TIHG: 250 – 500 u i.m.

3.  Imunisasi aktif

•  DPT : diberikan untuk imunisasi dasar.

•  DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahunpada anak dengan riwayat demam dan

kejang.

•  TT: diberikan pada ibu hamil & anak usia 13 tahun keatas.

•  Sesuai dengan Program Pengembangan Imunisasi, imunisasiusia 2, 4 dan 6 bulan.

Booster usia 1,5 – 2 tahun dan usia 5 tahun. Dosis 0,5 cc tiap kali pemberian secara

intramuskuler.

4.  Penerapan pada luka

Pada luka ringan dan bersih dengan imunisasi lengkap maka tidak perlu diberikan

imunisasi. Jika riwayat imunisasi tidak lengkap maka diberikan imunisasi aktif DT/ DPT.

Padal lukasedang sampai dengan berat atau kotor dengan riwayat imunisasi kurang dari 5

tahun maka tidak perlu dilakukan imunisasi. Apabila riwayat imunisasi lebih dari 5 tahun

atau tidak diketahui/ tidak lengkap, diberikan ulangan toksoid ATS 1500 –  3000 U/ 3000

 –  5000 U ditambah dengan Imunoglobulin tetanus 250 –  500 U.

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 17/18

I.  Komplikasi

1.  Pada saluran pernapasan

•  Asfiksia menyebabkanspasme otot – otot pernapasan dan spasme otot laring dan

seringnya kejang.

•  Aspirasi pneumoni menyebabkan akumulasi sekresi saliva + sukarnya menelan air liur

dan makanan atau minuman.

•  Atelektasis sehungga terjadi obstruksi oleh secret.

•  Pneumotoraks dan mediastinal emfisema akibat trakeostomi.

2.  Pada kardiovaskuler

Aktivitas simpatis yang meningkat yaitutakikardia, hiperrtensi, vasokonstriksi perifer dan

rangsangan miokardium.

3. 

Pada tulang dan otot•  Perdarahan dalam otot yang menyebabkan spasme berkepanjangan.

•  Fraktura columna vertebralis sehungga kejang yang terus – menerus terutama pada

anak dan orang dewasa.

•  Dapat terjadi miositis ossifikans sirkumskripta.

4.  Komplikasi yang lain:

•  Laserasi lidah akibat kejang;

•  Dekubitus dikarenakan penderita berbaring dalam satu posisi saja.

•  Panas yang tinggi akan mengakibatkan infeksi sekunder atau toksin yang menyebar

luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.

Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi yaitu : Bronkopneumonia, cardiac

arrest, septikemia dan pneumotoraks.

J.  Prognosis

Rata-rata angka kematian akibat tetanus berkisar antara 25-75%, tetapi angka mortalitas

dapat diturunkan hingga 10-30% dengan perawatan kesehatan yang modern.Banyak faktor

yang berperan penting dalam prognosis tetanus.Diantaranya adalah masa inkubasi, masa

awitan, jenis luka, dan keadaan status imunitas pasien.Semakin pendek masa inkubasi,

 prognosisnya menjadi semakin buruk.Semakin pendek masa awitan, semakin buruk

 prognosis.Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan turut memegang peran dalam

menentukan prognosis.Jenis tetanus juga memengaruhi prognosis.Tetanus neonatorum dan

tetanus sefalik harus dianggap sebagai tetanus berat, karena mempunyai prognosis

8/12/2019 PORTOFOLIO TETANUS RSUD KAJEN LW.doc

http://slidepdf.com/reader/full/portofolio-tetanus-rsud-kajen-lwdoc 18/18

 buruk.Sebaliknya tetanus lokal yang memiliki prognosis baik. Pemberian antitoksin

 profilaksis dini meningkatkan angka kelangsungan hidup, meskipun terjadi tetanus

Kajen,11Maret 2014

Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. Emelia Wijayanti dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hanah