porifera

19
ZOOLOGI INVERTEBRATA Filum Porifera Oleh : ASRI ARUM SARI NIM.12222014 DOSEN PENGAMPU AWALUL FATHIQIN, M.Si INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG

Upload: asri-arum-sari

Post on 23-Oct-2015

435 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA

TRANSCRIPT

Page 1: PORIFERA

ZOOLOGI INVERTEBRATA

Filum Porifera

Oleh :

ASRI ARUM SARINIM.12222014

DOSEN PENGAMPUAWALUL FATHIQIN, M.Si

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN FATAH PALEMBANG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

2013

Page 2: PORIFERA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat

primitif yang hidup di alam. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus

yang berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi,

Porifera dapat diartikan hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya,

diplobastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri.

Fase dewasa bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada

yang di air tawar (Kusnadi, 2011).

Porifera berkembangbiak secara aseksual dan seksual.

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu dengan pembentukan tunas

(budding). Tunas atau budding yang dihasilkan tersebut kemudian

memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru, atau tetap

menempel pada induknya sehingga menambah jumlah bagian-bagian dari

kelompok Porifera. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual terjadi

dengan cara peleburan antara sel telur dan Spermatozoid, dan menghasilkan

zigot dan selanjutnya berkembang menjadi larva berflagel, larva tersebut

dapat berenang dan keluar melalui osculum. Tubuh Porifera masih

diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung

bekerja secara mandiri. Porifera dikenal juga sebagai hewan berpori.

Dibanding dengan Protozoa maka susunan tubuh porifera lebih komplek.

Tubuh Porifera tidak lagi terdiri atas satu sel malainkan telah tersusun atas

banyak sel. Berdasarkan sejarah embrionalnya dan ciri-ciri khusus yang

dimiliki oleh Porifera beberapa ahli memasukan Porifera ke dalam kelompok

Parazoa atau hewan sampingan.. (Satino, 2004).

Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum tentang filum Porifera dengan

menggunakan salah satu spesies yaitu Leucosolenia sp agar kita semua dapat

memahami struktur tubuh morfologi dari filum Porifera.

Page 3: PORIFERA

1.2 Tujuan

Tujuan melaksanakan pratikum filum Porifera yaitu

1. Untuk mengetahui karakteristik umum dari filum Porifera

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari filum Porifera

3. Untuk mengetahui peranan dari filum Porifera

Page 4: PORIFERA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Filum Porifera

Spons adalah pemakan suspense (suspension feeder). Mereka

menangkap partikel makanan yang tersuspensi di dalam air yang di lewatkan

melalui tubuhnya. Pada beberapa spesies, tubuh spons menyerupai kantong

yang berpori-pori. Air ditarik melalui pori-pori ke dalam rongga tengah,

spongosol (spongocoel), kemudian mengalir keluar dari spons melalui

bukaan yang lebih besar disebut oskulum (osculum). Spons lebih kompleks

memiliki dinding tubuh yang berlipat-lipat, dan banyak yang memiliki kanal

air yang bercabang-cabang dan beberapa oskulum. Spons adalah hewan basal,

artinya mereka merepresentasikan garis keturunan yang bermula di dekat akar

pohon filogenetik hewan. Tidak seperti semua hewan lain, spons tidak

memiliki jaringan sejati, kelompok sel-sel serupa yang bertindak sebagai unit

fungsional dan terisolasi dari jaringan-jaringan yang lain oleh lapisan

bermembran, akan tetapi,t ubuh spons mengandung beberapa tipe-tipe sel

yang berbeda. Misalnya, lapisan interior spongosoel adalah koanosit

(choanocyte) berflagela, atau sel kerah (dinamai berdasarkan kerah

bermembran disekitar dasar flagelum) (Campbell, 2008)

Kemiripan antara koanosit dan sel-sel choanoflagellata mendukung

bukti molekular yang menyatakan bahwa hewan berevolusi dari nenek

moyang serupa Choanoflagellata. Tubuh spons terdiri dari dua lapisan sel

yang dipisahkan oleh wilayah bergelatin disebut mesohil (mesohyl). Sel-sel

yang mengembara melalui mesohil disebut amoebosit (amoebocyte), yang

dinamai berdasarkan pseudopodia yang digunakan. Amoebosit memiliki

banyak fungsi. Amoebosit mengambil makanan dari air dan koanosit,

mencernanya, dan mengangkut nutrient ke sel-sel yang lain (Campbell,

2008).

Mereka menghasilkan serat rangka yang kokoh di dalam mesohil.

Beberapa kelompok spons, serat-serat ini merupakan spikula tajam yang

terbuat dari kalsium karbonat atau silica. Spons lain menghasilkan serat-serat

Page 5: PORIFERA

yang lebih fleksibel, terbuat dari protein disebut sponging. Kebanyakan spons

adalah hermafrodit (hermaphrodite), artinya setiap individu berfungsi sebagai

jantan dan betina sekaligus dalam reproduksi seksual dengan menghasilkan

sperma dan telur. Hampir semua spons menunjukkan hermafroditisme

sekuensial, yakni berfungsi sebagai salah satu jenis kelamin dan kemudian

menjadi jenis kelamin yang satu lagi. Gamet spons muncul dari koanosit atau

amoebosit. Telur menetap di dalam mesohil, namun sperma diangkut keluar

dari spons oleh aliran air (Campbell, 2008)

Fertilisasi silang dihasilkan beberapa sperma yang ditarik kedalam

individu-individu di sekitarnya. Fertilisasi terjadi di dalam mesohil, tempat

zigot berkembang menjadi larva berflagela yang bisa berenang dan menyebar

dari spons induk. Setelah menetap di substrat yang cocok, larva berkembang

menjadi dewasa yang sesil. Spons menghasilkan berbagai antibiotik dan

senyawa-senyawa pertahanan yang lain. Para peneliti kini sedang mengisolasi

senyawa-senyawa ini, yang memberi harapan untuk memerangi penyakit-

penyakit manusia, misalnya, senyawa disebut kribrostatin yang diisolasi dari

spons laut dapat membunuh galur-galur resisten penisilin dari baketri

streptococcus. Senyawa senyawa yang diperoleh dari spons sedang diuji

sebagai agen antikanker potensial (Campbell, 2008).

Tubuh Porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun

atas sel-sel yang cenderung bekerja secara mandiri. Porifera dikenal juga

sebagai hewan berpori. Dibanding dengan Protozoa maka susunan tubuh

porifera lebih komplek. Tubuh Porifera tidak lagi terdiri atas satu sel

malainkan telah tersusun atas banyak sel. Berdasarkan sejarah embrionalnya

dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Porifera beberapa ahli memasukan

Porifera ke dalam kelompok Parazoa atau hewan sampingan. Sebagian besar

Porifera hidup di laut kecuali famili Spongillidae yang hidup di air tawar.

(Satino, 2004).

Ukuran tubuh hewan spons sangat bervariasi, kebanyakan spons

kalkareus berukuran kira-kira sebutir padi, tetapi sebuah spons yang besar

bisa memiliki tinggi dan diameter bermeter-meter. Beberapa jenis hewan ini

bersimetri radial, tetapi kebanyakan tidak teratur atau asimetris, yang

Page 6: PORIFERA

menampakkan bentuk atau pola massif (seperti sebongkahan batu), tegak,

pipih melebar dan menempel (encrusting) atau bercabang-cabang (Kastawi,

2001).

Bagian permukaan tubuh spons askon akan berlubang-lubang kecil

(pori) yang disebut pori masuk atau prosopil. Lubang kecil ini merupakan

tempat masuknya air dari luar. Pori masuk akan bermuara pada spongocoel

(rongga sentral) dan rongga sentral tersebut bermuara pada sebuah lubang

besar yang disebut oskulum. Jadi air yang masuk melalui rongga sentral akan

keluar melalui oskulum (Kastawi, 2001).

Menurut Satino (2004), Secara umum Porifera memiliki ciri-ciri khusus

antara lain:

a. Tubuh memiliki banyak pori yang merupakan system saluran air yang

menghubungkan bagian luar dan bagian dalam tubuh

b. Tidak memiliki alat gerak

c. Sistem pencernaan berlangsung secara intraselular

d. Tubuh disokong oleh mesenchim dan spikula-spikula atau bahan

serabut yang tersusun dari bahan organic

e. Struktur tubuh dibagi atas tiga tipe yaitu ascon, sycon dan rhagon

f. Bersifat holozoik maupun saprozoik

g. Berkembang biak secara seksual dan aseksual

2.2 Fisiologi Filum Porifera

2.2.1 Sistem Gerak dan Rangka Tubuh

Gerak pada porifera hampir tidak ada atau tidak terlihat. Hewan

dewasa hidup sebagai koloni yang sesil atau menempel pada suatu

substrat. Gerak yang aktif hanya dilakukan saat masih larva

(Amphiblastula). Sedikit gerak pengkerutan tubuhnya karena bagian

tepi pinakosit yang dikontraksikan. Jadi hewan ini belum memiliki

alat gera aktif, seperti halya sel-sel otot pada hewan-hewan tingkat

tinggi, terutama kelompok Vertebrata (Kastawi, 2001).

2.2.2 Proses Pencernaan Makanan

Porifera bersifat holozoik dan saprozoik. Partikel-paertikel

makanan menempel pada kolar. Saat itu mikrovili-mikrovili koanosit

Page 7: PORIFERA

bertindak sebgaia filter. Makanan yang telah disaring oleh filter-filter

diolah di dalam vakuola makanan dengan bantuan enzim-enzim

pencernaan. Vakuola tadi kemudian mengadakan gerakan siklosis.

Setelah itu zat-zat makanan diedarkan ke seluruh tubuh secara difusi

dan osmosis oleh amubosit. Sistem ekskresi zat-zat sampah sisa

metabolism diedarkan dari internal tubuhnya oleh amubosit (Rusyana,

2011).

2.2.3 Sistem Pernafasan

Alat pernafasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar), dan

koanosit (bagian dalam). Oksigen yang telah ditangkap oleh kedua

jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh tumbuh oleh sel-sel amubosit

(Rusyana, 2011).

2.2.4 Sistem Reproduksi

Porifera ada yang bersifat monosious (hermafrodit) dan ada juga

yang bersifat diosious. Berkembang biak dilakukan secara seksual dan

aseksual (Nizkon, 2010).

2.2.5 Sistem Saluran Air

Menurut Rusyana (2011), tempat proses terjadinya pengambilan

zat-zat makanan atau sistem saluran air dibedakan menjadi tiga tipe,

yaitu:

1. Ascon, merupakan tipe yang paling sederhana, proses

pengambilan zat-zat makanan terjadi di dalam spongocoel.

2. Sycon, proses pengambilan makanan terjadi di dalam rongga

berflagel.

3. Rhagon, proses pengambilan zat-zat makanan terjadi di kamar

(ruang) kecil yang berflagel yang terdapat di bagian tengah

saluran. Flagel tersebut bersal dari koanosit-koanosit yang

melapisi dinding kamar atau ruang tersebut.

2.3 Klasifikasi Filum Porifera

Klasifikasi pada filum ini berdasarkan bahan dasar pembentuk

tubuhnya dan tipe spikulanya (Satino, 2004) adaah sebagai berikut:

Page 8: PORIFERA

2.3.1 Kelas Calcarea (Calcispongi)

Calcarea atau Calcispongi (spikula berkapur) hidup di laut

(pantai yang dangkal), kerangka tubuh tersusun dari bahan kapur

(CaCO3). Semua spikulanya berukuran relatif sama dengan bentuk

monaxon atau tiga sudut atau 4 sudut empat sudut yang adanya secara

terpisah. Contohnya: Leucosolenia dan Sycon (Kastawi, 2001).

2.3.2 Kelas Hexactinelida (Hyalospongiae)

Hidup di laut yang dalam, tubuh tersusun dari bahan silikat, dan

spikula tipe hexaxon. Hewan dari anggota ini dikenal sebagai spons

kaca. Nama Hexactinellida diturunkan dari kenyataan bahwa spikula-

spikulanya bertepi triakson dengan ujung atau cuatan atau

kelipatannya. Bentuk tubuh menyerupai vas bunga, cangkir atau kendi

dengan tinggi sekitar 10—30 cm. Spongocoelnya sangat berkembang

dan oskulumnya tetutup rapat oleh plat seperti ayakan. Warna

tubuhnya pucat. Contohnya: Euplectella aspergillum, dan Hyalonema

longissimum (Kastawi, 2001).

2.3.3 Kelas Demospongiae

Hidup di laut dan air tawar, kerangka tubuh ada yang tersusun

dari bahan silikat atau bahan sponging atau campuran silikat dan

sponging, spikula tipe tetra-axon atau tanpa spikula. Contoh:

Oscarella, Cliona, Spongilla dll. Kira-kira 90% dari semua spesies

hewan spons yang telah dideskripsikan termasuk dalam anggota kelas

Demospongiae.. Warna tubuhnya cerah diakibatkan oleh adanya

granula-granula pigmen warna di amubosit. Tipe spikula dari spons

Demospongiae sangat bervariasi, mulai dari spikula silica, serabut

sponging, atau kombinasi keduanya. Semua anggota Demospongiae

saluran airnya bertipe leukonoid dan berbentuk ireguler (Kastawi,

2001).

2.4 Peranan Filum Porifera

Secara ekonomis, Porifera tidak terlalu mempunyai arti penting. Hewan

Demospongia yang hidup di laut dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia,

misalnya spons untuk mandi dan pembersih kaca (Kusnadi, 2011).

Page 9: PORIFERA

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Zoologi Invertebrta mengenai Filum Porifera dilaksanakan,

pada hari Selasa tanggal 30 Desember 2013 pukul 13.20 – 15.00 WIB.

Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium Biologi Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Tadris Biologi Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini

diantaranya sterefoam, silet atau cutter.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah Leucosolenia sp

3.3 Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Meletakkan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian

organisme tersebut.

3. Menggambar bentuk secara morfologi pada bagian-bagian organisme yang telah

diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.

BAB IV

Page 10: PORIFERA

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil praktikum mengenai Filum Porifera yaitu pengamatan

secara morfologi dari Leucosolenia sp adalah sebagai berikut:

4.1.1 Pengamatan secara morfologi berdasarkan praktikum

4.1.2 Pengamatan secara morfologi berdasarkan referensi

(Sumber: Sutarno, 2009)

Page 11: PORIFERA

4.2 Pembahasan

Adapun pembahasan dari Praktikum Zoologi Invertebrata tentang filum

Porifera yaitu Leucosolenia sp memiliki ciri-ciri morfologi antara lain:

tubuhnya berpori (ostium) yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah

dalam yang disebut spongocoel. Tubuh Porifera asimetri (tidak beraturan),

meskipun ada yang simetri radial. berbentuk seperti tabung, vas bunga,

mangkuk, atau tumbuhan.

Menurut Kusnadi (2011) Leucosplenia sp memiliki tipe Ascon Yang

berbentuk jamban bunga yang merupakan tipe paling sederhana dan dapat

kita lihat suatu rongga sentral yang disebut spongocoel atau paragaster yang

berfungsi sebagai proses pengambilan makanan. Ujung atas dari jambangan

terdapat lubang besar yang disebut osculum. Lubang itu merupakan pintu

masuk aliran air yang menuju kedalam ronggaparagester. Leucosplenia sp

merupakan kelas Calcarea memiliki spicules  yang terbentuk dari kalsium

karbonat (CaCO3). Spicule-nya berbentuk jarum tajam dan bercabang 3 atau

4. Air yang masuk melalui pori atau ostium bergerak melewati saluran

menuju rongga tubuh (spongiosol). Selanjutnya air keluar melalui oskulum.

hewan ini memiliki Rangka yang berupa spikula dibentuk dari zat kapur

(CaCO3), spikula ada yang monoaxon, tiaxon, dan tetraaxon Porifera adalah

metazoan bersel banyak yang pertama, Ekskresi dilakukan melalui difusi oleh

seluruh permukaan tubuh. Begitu pula dengan respirasinya. Reproduksi

vegetatifnya dengan cara budding atau pertunasan dan gemmule. Sedangkan

reproduksi generatifnya dengan konjugasi. Menurut Satino (2004), Tubuh

Porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel-sel

yang cenderung bekerja secara mandiri. Porifera dikenal juga sebagai hewan

berpori. Dibanding dengan Protozoa maka susunan tubuh porifera lebih

komplek. Tubuh Porifera tidak lagi terdiri atas satu sel malainkan telah

tersusun atas banyak sel. Berdasarkan sejarah embrionalnya dan ciri-ciri

khusus yang dimiliki oleh Porifera beberapa ahli memasukan Porifera ke

dalam kelompok Parazoa atau hewan sampingan. Sebagian besar Porifera

hidup di laut kecuali famili Spongillidae yang hidup di air tawar.

Page 12: PORIFERA

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan mengenai filum Porifera maka

dapat diambil kesimpulan bahwa Porifera memiliki tiga kelas utama yaitu

Calcarea, Hexatinelida, dan Demospongia. Porifera memiliki struktur tubuh

berpori, sebagian tubuh menghubungkan lingkungan luar dan dalam tubuh

dan terletak pada bagian distal. Bersifat diploblastis pada hewan dewasa

dinding tubuhnya terdiri atas epidermis pada bagian luar dan gastrodermis

pada bagian dalam. Selain berpori juga memiliki macam-macam bentuk yang

dibagi atas tiga tipe yaitu: Ascon, sycon, dan rhagon. Peranan Porifera sangat

menguntungkan manusia contohnya pada Demospongia yang hidup di laut

dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya spons untuk mandi dan

pembersih kaca.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini

adalah agar praktikan lebih teliti dalam mengamati morfologinya. Selain itu

sebaiknya sampel yang dibawa tidak hanya satu agar kita lebih memahami

mengenai filum Porifera dan pengetahuan kita tentunya akan bertambah.

Page 13: PORIFERA

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang

Kusnadi, 2011. Mollusca vs Echinodermata vs Arthropoda http :// file .upi. edu/ Direktori/ FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/ 196805091994031- KUSNADI/ BUKU_ BIOLOGI_, KUSNADI_ dkk/mollusca_ VS_ echinodermata_ VS_arthopoda.pdf

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta

Satino, 2004. Praktikum Avertebrata. Website: http:// staff.uny.ac.id/ sites/ default/ files/ Praktikum% 20Avert.pdf. Diakses Sabtu 2 November 2013 pukul 12.27 WIB

Sutarno, Nono. 2009. Platyhelminthes. Website: http :// file. upi. edu/ Direktori/ FPMIPA/ JUR._PEND._ BIOLOGI/ 194808181974121 NONO_SUTARNO/ZOOIN/ PLATYHELMINTHES.pdf. Diakses Sabtu 2 November 2013 pukul 12.27 WIB